Anda di halaman 1dari 22

DEFISIENSI VITAMIN A

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH GIZI & DIET


DOSEN PENGAMPU DIKA LUKITANINGTYAS, M.Kes

KELOMPOK 6 :

1. LAELA AGUSTIN AFANDI (0152220651)


2. APONG INDRA PRATAMA (0152220655)
3. ZAHWA ADELLIA (0152220663)
4. SHINTA RAHMAWATI (0152220664)
5. SETIYA PORBA ARGA NUGRAHA (0152220665)
6. PUTRI RATNA KUMALA D. (0152220668)
7. FITRIA NINGSIH (0152220669)
8. HAFIDHO ARTA SAMUDERA (0152220672)
9. MUHAMMAD FARIZ ZAKI W. (0152220673)
10. POPO SANDY ANSHORI (0152220687)

YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN KETONGGO


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAHAN KABUPATEN NGAWI
Jl. Dr. Wahidin Telp (0351) 749569, 744895 Ngawi
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan
serta memberikan Rahmat-Nya, kita dapat menyelesaikan tepat waktu. Tak lupa pula
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah yang berjudul “DEFISIENSI VITAMIN A” bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kulia Gizi & Diet serta memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan
dan wawasan. Tersusunnya makalah ini mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak, oleh karena itu, dengan rasa hormat kami berterima kasih kepada :
1. Ibu Dika Lukitaningtyas, M.Kes selaku dosen mata kuliah Gizi & Diet yang telah
memberi bantuan serta bimbingan hingga terwujudnya makalah ini dengan baik,
2. Kepada orang tua serta teman-teman yang memberikan dukungan dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan
kami agar pembaca

Berkenan memberikan saran dan kritik. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi berbagai pihak. Amin.

Ngawi, 13 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

BAB II KAJIAN TEORI


A. DEFISIENSI VITAMIN A

BAB III PEMBAHASAN


A. Diagnosa Defisiensi Vitamin A
B. Anamnesis Defisiensi Vitamin A
C. Pemeriksaan Fisis Defisiensi Vitamin A
D. Tata Laksana Defisiensi Vitamin A
E. Pendapat Mengenai Defisiensi Vitamin A

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran

BAB V DAFTAR PUSTAKA


Lampiran

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Vitamin A merupakan salah satu gizi penting yang larut dalam lemak dan
disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar
(essensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit .
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh
dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada
masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang
merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat mengenai berbagai macam anatomi
dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan
epitelisme sel-sel kulit.
Secara umum, defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan system
kekebalan. Gizi kurang dan infeksi, kedua-duanya dapat bermula dari kemiskinan dan
lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk.
Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya
terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara
berkembang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Diagnosa dari Defisiensi Vitamin A
2. Apa Anamnesis dari Defisiensi Vitamin A
3. Bagaimana Pemeriksaan Fisis dari Defisiensi Vitamin A
4. Bagaimana Tata Laksana dari Defisiensi Vitamin A
5. Bagaimanakah menurut pendapat kelompok 6 mengenai Defisiensi Vitamin A
ditinjau dari calon perawat profesional dan terampil?

C. TUJUAN PENULISAN

4
1. Untuk mengetahui Diagnosa dari Defisiensi Vitamin A
2. Untuk mengetahui Anamnesis dari Defisiensi Vitamin A
3. Untuk mengetahui Pemeriksaan Fisis dari Defisiensi Vitamin A
4. Untuk mengetahui Tata Laksana dari Defisiensi Vitamin A
5. Untuk mengetahui menurut pendapat kelompok 6 mengenai Defisiensi Vitamin A
ditinjau dari calon perawat profesional dan terampil

D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Mahasiswa
 Mahasiswa dapat mengetahui, memahami konsep dasar penulis karya ilmiah
yang berjudulkan tentang penyakit Defisieni Vitamin A
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami naskah ilmiah, jenis – jenis dan
ciri – ciri serta syarat – syarat dalam penulisan karya ilmiah.
 Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mampu mengimplementasikan
teori, konsep dan langkah – langkah penulisan karangan ilmiah dan unsur –
unsurnya.
 Mahasiswa dapat menguasai tentang kajian kepustakaan untuk
mengimplementasikan dalam penulisan karangan ilmiah.
 Mahasiswa dapat memahami tentang apa itu Defisiensi Vitamin A mulai dari
pengertian, penyebab, dan cara pencegahannya serta pengobatannya.
2. Bagi Masyarakat
 Dapat memberitahukan mengenai penyakit Defisiensi Vitamin A, gejala –
gejala, pencegahan, faktor penyebab dan sebagainya. Agar masyarakat dapat
mengantisipasi bahaya dari Defisiensi Vitamin A dan dapat mencegah
terjadinya Defisiensi Vitamin A

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN DEFISIENSI VITAMIN A


Defisiensi vitamin A / Kekurangan vitamin A adalah salah satu masalah kesehatan
yang sering ditemui pada komunitas miskin, terutama di negara dengan pendapatan
rendah. Penyebab utamanya adalah insufisiensi kandungan vitamin A dalam diet secara
kronis, sehingga terjadi deplesi cadangan vitamin A dan kegagalan memenuhi kebutuhan
fisiologis (misalnya mendukung pertumbuhan jaringan, metabolisme normal, ketahanan
terhadap infeksi).
Vitamin A merupakan mikronutrien yang sangat penting untuk menjadi bagian dari
asupan makanan. Tubuh manusia tidak memiliki kemampuan sintesis vitamin A sehingga
harus mengandalkan asupan dari luar. Selain itu vitamin A juga memegang peranan
penting mulai dari embriogenesis hingga organogenesis.
Defisisensi vitamin A penting untuk di tatalaksana karena dapat menyebabkan
kecacatan permanen. Selain itu kurangnya vitamin A berpengaruh terhadap menurunnya
imunitas sehingga anak lebih mudah terkena penyakit infeksi. Misalnya campak, malaria,
diare.
Peranan vitamin A dalam transpor, absorpsi, penyimpanan dan release besi kedalam
sumsum tulang juga berpengaruh besar terhadap eritropoesis sehingga defisiensi vitamin
A dapat meningkatkan risiko anemia defisiensi besi.
Gangguan penyerapan pada usus juga dapat menyebabkan KVA walaupun hal ini sangat
jarang terjadi. Kurangnya konsumsi makanan (< 80% AKG) yang berkepanjangan akan
menyebabkan anak menderita KVA, yang umumnya terjadi karena kemiskinan, dimana
keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup. Xeroftalmia adalah istilah yang
menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada mata, termasuk terjadinya kelainan
anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang berakibat kebutaan. Kata
Xeroftalmia (bahasa Latin) berarti “mata kering”, karena terjadi kekeringan pada selaput
lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari konsumsi
makanan sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh :

6
i. Konsumsi makanan yg tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A
untuk jangka waktu yang lama.
ii. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
iii. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi
lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A
dalam tubuh.
iv. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada penyakit
– penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang Energi Protein
(KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat.
v. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre-
albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

B. EPIDEMIOLOGI DEFISIENSI VITAMIN A


Xerophthalmia adalah penyakit yang diderita karena kekurangan vitamin A. Penderita
xerophthalmia umumnya anak-anak, masih banyak ditemukan secara sporadis
di beberapa daerah di Indonesia. Ada 19 propinsi yang masih dianggap rawan terhadap
defisiensi Vitamin A, diantaranya DI Aceh, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara
Barat. Menurut kriteria WHO tentang batas kerawanan kurang vitamin A, adalah jika
pada suatu daerah ditemukan angka Bitot spots (XIB)>2% atau Corneal xerosis
(X2/X3)>0,01% atau Scars (XS)>O,l%.
Tidak dijelaskan berapa batas prevalensi xerophthalmia untuk dapat dikatakan suatu
propinsi rawan dan tidak rawan. Sebagai patokan WHO (1981) telah menetapkan index
resiko defisiensi Vit.A. Daerah dengan prevalensi sama atau lebih besar dari 0,5%
diklasifikasikan sebagai berisiko tinggi. Sedangkan yang kurang dari 0,5 %
diklasifikasikan sebagai berisiko rendah.

C. PATOFISIOLOGI DEFISIENSI VITAMIN A


Retina manusia terdiri dari dua sistem fotoreseptor yang berbeda; batang yang peka
terhadap cahaya intensitas rendah, kerucut terhadap warna dan terhadap cahaya intensitas
tinggi. Retinal adalah kelompok prostetik pigmen fotosensitif dalam batang maupun

7
kerucut. Perbedaan utama antara pigmen penglihatan dalam batang (rhodopsin) dan
dalam kerucut (iodopsin) adalah protein alami yang terikat pada retina. Semua-trans
retina berisomerisasi dalam gelap menjadi bentuk 11-cis. Lalu bergabung dengan opsin
membentuk rhodopsin. Energi dari jumlah cahaya tertentu mengubah kembali 11-cis
retinal kembali ke bentuk semua-trans; pertukaran energi ini, dihantarkan melalui nervus
optikus ke otak, menimbulkan sensasi visual. Retinoid sangat penting untuk diferensiasi
sel, pada aktivasi gen responsif asam retinoit, dan pada stabilitas membran. Kekurangan
vitamin A menyebabkan robekan membran lisosom dengan pelepasan hidrolase.
Lesi okuler berkembang secara tersembunyi. Pada mulanya segmen posterior mata
yang terkena, dengan gangguan adaptasi gelap yg berakibat buta senja (hemeralopia).
Kemudian pengeringan konjungtiva (xerosis conjunctivae) dan kornea (xerosis corneae)
disertai dengan pengkerutan dan kekeruhan kornea (keratomalacia). Plak kering, abu-abu
perak dapat tampak pada konjunctiva bulber (bitot spot), dengan hiperkeratosis folikuler
dan fotofobia.
Rabun senja (hemeralopia) dapat terjadi pada setiap orang dengan defisiensi berat
vitamin A. Penyebab yang sederhana adalah tidak cukup tersedianya vitamin A untuk
dibentuk menjadi retinal dalam jumlah yang adekuat. Oleh karena itu, jumlah rodopsin
yang dapat dibentuk menjadi sangat berkurang. Keadaan ini disebut rabun senja sebab
jumlah cahaya pada waktu malam terlalu sedikit untuk dapat menimbulkan penglihatan
yang adekuat, walaupun pada waktu siang hari sel batang dan kerucut tetp dirangsang
meskipun pigmen warnanya berkurang.

D. GEJALA DEFISIENSI VITAMIN A / KEKURANGAN VITAMIN A


1. Kulit kering
Melansir Health Line, vitamin A juga penting untuk pembentukan dan perbaikan
sel kulit. Vitamin ini juga bisa membantu melawan peradangan karena masalah
kulit tertentu. Oleh sebab itu, tidak mendapatkan cukup vitamin A mungkin
menjadi penyebab perkembangan eksim dan masalah kulit lainnya.
2. Mata kering
Dalam kasus yang ekstrim, tidak mendapatkan cukup vitamin A bisa menyebabkan
kebutaan total atau kerusakan kornea yang ditandai dengan jaringan kornea mata

8
melepuh atau disebut dengan bintik Bitot. Mata kering atau ketidakmampuan untuk
mengeluarkan air mata menjadi salah satu tanda pertama kekurangan vitamin A.
3. Rabun senja
Kekurangan vitamin A yang parah dapat menyebabkan rabun senja.
4. Infertilitas dan sulit mengandung
Kekurangan vitamin A yang parah dapat menyebabkan rabun senja. Kekurangan
vitamin A dapat menyebabkan kemandulan baik pada pria maupun wanita. Sebuah
studi yang menganalisis tingkat darah dari nutrisi yang berbeda pada wanita yang
mengalami keguguran berulang menemukan bahwa mereka memiliki tingkat
vitamin A yang rendah.
5. Pertumbuhan tertunda
Anak-anak yang tidak mendapatkan cukup vitamin A mungkin mengalami
pertumbuhan yang terhambat. Ini karena vitamin A diperlukan untuk
perkembangan tubuh manusia. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
suplemen vitamin A sendiri atau bersama nutrisi lain, dapat meningkatkan
pertumbuhan. Namun, tinjauan penelitian menemukan bahwa melengkapi dengan
vitamin A yang dikombinasikan dengan nutrisi lain mungkin memiliki dampak
yang lebih besar pada pertumbuhan daripada melengkapi dengan vitamin A saja.
6. Infeksi tenggorokan dan dada
Infeksi yang sering terjadi, terutama di tenggorokan atau dada bisa juga menjadi
tanda kekurangan vitamin A.
7. Penyembuhan luka yang buruk
Luka yang tidak sembuh dengan baik setelah cedera atau pembedahan mungkin
terkait dengan rendahnya kadar vitamin A. Ini karena vitamin A dapat mendorong
pembentukan kolagen, komponen penting dari kulit yang sehat. Penelitian
menunjukkan bahwa vitamin A oral dan topikal dapat memperkuat kulit.
8. Jerawat
Merangkum NDTV, karena vitamin A meningkatkan perkembangan kulit dan
melawan peradangan, ini dapat membantu mencegah atau mengobati jerawat.
Berbagai penelitian telah mengaitkan kadar vitamin A yang rendah dengan
munculnya jerawat.

9
E. PENYEBAB DEFISIENSI VITAMIN A
Ada 2 faktor penyebab kekurangan Vitamin A, yaitu :
Penyebab langsung Konsumsi Vitamin A dalam makanan sehari-haritidak mencakup
kebutuhan tubuh yang lama. Kekurangan Vitamin A ini umumnya terjadi sejak balita
karena kurangnya sumber Vitamin A.Penyebab tidak langsung
1. Penyakit infeksi
2. Proses penyerapan makanan dalam tubuh terganggu3. Adanya penyakit ISPA,
campak, diare.

F. PENCEGAHAN & PENGOBATAN KVA


1. Memperbaiki pola makan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sehingga
masyarakat kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah- buahan.
2. Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak
dikonsumsi masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi.
3. Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada
kelompok sasaran yaitu : 1). Bayi umur 6-12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna
biru, 2). Anak umur 1-5 tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, 3). Ibu nifas :
diberikan kapsul vitamin A 4). Anak yang terserang campak : diberikan kapsul vitamin A
dosis UI.
4. Pemberian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar dari penyakit
infeksi.
5. Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar metabolisme vitamin A dalam tubuh
dapat berjalan secara normal

G. SOLUSI PENCEGAHAN DAN UPAYA PENANGGULANGAN DEFISIENSI


VITAMIN A / KVA
Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah
menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh. Selain itu perbaikan kesehatan secara
umum turut pula memegang peranan.

10
Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh, ditempuh
kebijaksanan sebagai berikut:
i. Meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan
ii. Menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan sasaran
secara luas (fortifikasi)
iii. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses
komunikasi-informasi-edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman dan langgeng.
Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain
itu kegiatan fortifikasi dengan vitamin A masih bersifat rintisan . Oleh sebab itu
penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi (Depkes RI, 2000).

11
BAB III
PEMBAHASAN

1. DIAGNOSA DEFISIENSI VITAMIN A


POLA HOLISTIK TERJADINYA MASALAH DEFISIENSI GIZI

Ekonomi Pendidikan Produksi Bahan Pemeliharaan


Negara Rendah Kurang Makanan Rendah Kesehatan &
Higiene
Rendah
Pekerjaan &
Penghasilan Rendah Pemasaran &
Distribusi Pangan
Tidak Lancar

Pengetahuan Gizi Penyediaan Penyakit Infeksi &


Kurang Pangan Kurang Infestasi Parasit

Daya Beli Konsumsi Pangan


Rendah Kurang

Terganggu
Anak Terlalu Kandungan Dalam Tubuh Nafsu Makan
Banyak Kurang Absorpsi
Metabolisme
Utilisasi

MASALAH DEFISIENSI GIZI

Diagnosis defisiensi vitamin A yaitu dengan parameter/ klasifikasi xerophtalmia,


kadar vitamin A & karotin plasma, anamnesis konsumsi makanan
Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan

12
epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain,
akan tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada mata.
Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan
lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan. Kelainan
ini selain disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak
essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat
atau gizi buruk.
Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah
berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita
penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID
UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :
XN : Buta senja (hemeralopia, nyctalopia)
XIA : Xerosis konjungtiva
XIB : Xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
X2 : Xerosis kornea
X3A : Keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.
X3B : Keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
XS : Jaringan parut kornea (sikatriks/scar)
XF : Fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti “cendol”.
XN, XIA, XIB, X2: Biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan
yang baik.
Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati
karena dalam beberapa hari bias berubah menjadi X3. X3A dan X3B bila diobati dapat
sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan
total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup luas sehingga menutupi seluruh kornea (optic
zone cornea).
1. Buta senja = Rabun Senja = Rabun Ayam= XN
Tanda-tanda :
- Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.
- Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang

13
setelah lama berada di cahaya terang
- Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat di lingkungan
yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.
Untuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :
a) Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/ menabrak benda
didepannya, karena tidak dapat melihat.
b) Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja.
Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di dudukkan ditempat kurang
cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan didepannya.
2. Xerosis konjungtiva = XIA
Tanda-tanda :
- Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering,
berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.
- Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna kecoklatan.
3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot = X1B.
Tanda-tanda :
- Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak bitot yaitu bercak putih seperti
busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar.
- Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas
pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai kriteria penentuan prevalensi
kurang vitamin A dalam masyarakat
Dalam keadaan berat :
- Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.
- Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut.
- Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik
4. Xerosis kornea = X2
Tanda-tanda :
- Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.
- Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.
- Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita, penyakit infeksi dan
sistemik lain).

14
5. Keratomalasia dan ulcus kornea = X3A, X3B
Tanda-tanda :
- Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.
- Tahap X3A : bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.
- Tahap X3B : Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3 permukaan kornea.
- Keadaan umum penderita sangat buruk.
- Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah)
Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps
jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan kebutaan.
Keadaan umum yang cepat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus
kornea tanpa harus melalui tahap-tahap awal xeroftalmia.
6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea
Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka
pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut.
Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi
cangkok kornea.
7. Xeroftalmia Fundus (XF)
Dengan opthalmoscope pada fundus tampak seperti cendol

2. ANAMNESIS DEFISIENSI VITAMIN A


1. Anamnesa, dilakukan untuk mengetahui faktor risiko tinggi yang menyebabkan anak
rentan menderita xeroftalmia.
a. Identitas penderita
- Nama anak
- Umur anak
- Jenis kelamin
- Jumlah anak dalam keluarga
- Jumlah anak balita dalam keluarga
- Anak ke berapa
- Berat Lahir : Normal/BBLR
b. Identitas Orangtua

15
- Nama ayah/ibu
- Alamat/tempat tinggal
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Status Perkawinan
2. Keluhan Penderita
a. Keluhan Utama
Ibu mengeluh anaknya tidak bisa melihat pada sore hari (buta senja) atau ada kelainan
pada matanya. Kadang-kadang keluhan utama tidak berhubungan dengan kelainan pada
mata seperti demam.
b. Keluhan Tambahan
Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan kapan terjadinya ?
Upaya apa yang telah dilakukan untuk pengobatannya ?
3. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya
- Apakah pernah menderita Campak dalam waktu < 3 bulan ?
- Apakah anak sering menderita diare dan atau ISPA ?
- Apakah anak pernah menderita Pneumonia ?
- Apakah anak pernah menderita infeksi cacingan ?
- Apakah anak pernah menderita Tuberkulosis ?
4. Kontak dengan pelayanan kesehatan
Tanyakan apakah anak ditimbang secara teratur mendapatkan imunisasi, mendapat
suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan memeriksakan kesehatan baik di
posyandu atau puskesmas (cek dalam buku KIA/KMS anak).
5. Riwayat pola makan anak
- Apakah anak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
- Apakah anak mendapatkan MP-ASI setelah umur 6 bulan ?
- Sebutkan jenis dan frekuensi pemberiannya?
- Bagaimana cara memberikan makan kepada anak : Sendiri / Disuapi.

3. PEMERIKSAAN KLINIS DEFISIENSI VITAMIN A

16
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan secara menyeluruh dan terarah,
pemeriksaan tumbuh kembang anak, dan mencari adanya tanda – tanda yang mendukung
kelainan sesuai hasil anamnesis. Pada pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan tanda-
tanda yang mengarah kepada gangguan tumbuh, anemia, retardasi mental, peningkatan
tekanan intrakranial, dan sparasi lebar tulang kranial pada daerah sutura.
» Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukan diagnosis
serta pengobatannya, terdiri dari :
a. Pemeriksaan umum
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi buruk, penyakit
infeksi, dan kelainan fungsi hati.
Pemeriksaan umum terdiri dari :
 Antropometri, dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara
berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan
oleh 2 orang pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak diatas 2
tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer. Baku yang dianjurkan adalah buku
NCHS secara Internasional untuk anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender
laki-laki dan wanita.
 Penilaian Status gizi, untuk mengetahui apakah anak menderita gizi kurang atau gizi
buruk. Bila BB/TB : > -3 SD - < -2 SD, anak menderita gizi kurang atau kurus,
bila BB/TB : ≤ 3, anak menderita gizi buruk atau sangat kurus.
- Pemeriksaan mata untuk melihat apakah ada tanda-tanda xeroftalmia.
- Kelainan pada kulit : kering, bersisik.
b. Pemeriksaan Khusus
 Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan senter yang
terang, bila ada dengan menggunakan loop.
Dilihat:
- Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)
- Apakah ada bercak bitot (X1B)

17
- Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)
- Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/ X3B)
- Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)
- Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan opthalmoscope (XF).
» Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa kekurangan
vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun hasil
pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut risiko tinggi untuk menderita KVA.
- Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila ditemukan serum
retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA sub klinis.

4. TATA LAKSANA DEFISIENSI VITAMIN A


Rekomendasi pemberian vitamin A sebagai upaya pencegahan defisiensi vitamin A
adalah sebagai berikut :
a. Pemberian ASI ekslusif untuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan sebaiknya tetap
dilanjutkan sebagai upaya promotif untuk mencegah defisiensi vitamin A pada
bayi.
b. Dosis vitamin A untuk ibu postpartum harus ditingkatkan sampai 400.000 IU
(120.000 µg RE) dan sebaiknya dibagi dalam 2 dosis. Suplementasi postpartum
sebaiknya diberikan baik pada ibu menyusui maupun tidak.
c. Usia dibawah 1 tahun harus mendapat 3 dosis vitamin A sebanyak 50.000 IU
dalam 6 bulan pertama kehidupan. 3 dosis ini dapat diberikan bersamaan
imunisasi, misalnya imunisasi DTP pada bulan ke-2, 4 , dan 6 dan harus tercatat
dalam buku imunisasi anak / KMS.
d. Pada bayi di atas 6 bulan, anjuran pemberian vitamin A dilakukan berdasarkan
umur. Antara 6 – 11 bulan, dosis besar tunggal vitamin A sebanyak 100.000 IU
(30.000 µg RE) harus diberikan. Dosis ini penting untuk mempertahakan status
vitamin A tetap adekuat selama 1 tahun awal kehidupan. Idealnya, pemberian
vitamin A dilakukan simultan dengan imunisasi campak saat bayi berusia 9 bulan,
tetapi hal ini dapat diubah sesuai kesepakatan antar tenaga kesehatan terkait.

18
e. Pada anak di atas 12 bulan, dosis tunggal vitamin A sebanyak 200.000 IU (60.000
µg RE) sebaiknya diberikan tiap 4 – 6 bulan.

5. PENDAPAT KELOMPOK 6 MENGENAI DEFISIENSI VITAMIN A


Menurut kelompok kami penyakit Defisiensi Vitamin A adalah penyakit yang cukup
jarang ditemui di lingkungan daerah kita saat ini ,mungkin berbeda dengan pada daerah
pedalaman atau kurang adanya perhatian dari peemerintah dan masyarakat tentang
pentingnya memenuhi gizi atau pemberian pola makan yang seimbang. Penyakit
Defisiensi Vitamin A atau sering disebut penyakit kekurangan Vitamin A mempunyai
beberapa faktor seperti kurangnya pengetahuan tentang pemenuhan gizi dan kebiasaan
tidak suka makan sayur pada anak, karena Vitamin A banyak di temukan pada hati ayam
dan pada sayur sayuran
Penyakit Defisiensi Vitamin A mempunyai beberapa gejala umum yang dapat kita
lihat seperti kulit kering,bintik pada bola mata,infeksi berulang dan menurunnya
kemempuan melihat pada tempat yang gelap. Yaitu dengan cara mengonsumsi
susu,daging sapi,hati ayam dan saur sayuran juga buah buah an yang berwarna merah dan
kuning.

19
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit Defisiensi Vitamin A adalah penyakit kekurangan Vitamin A yang di
sebabkan kurangnya pemenuhan gizi kususnya Vitamin A dan kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pemenuhan gizi seimbang, selain itu masih peran pemerintah dalam
mensosialisasikan permasalahan gizi pada anak dn orang tua atau ibu hamil sangatlah
diperluan guna menjamin generasi muda yang siap bersaing dengan negara maju lainnya.
Masalah kurang vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi mikro
utama yang masih terjadi di Indonesia, terutama terjadi pada anak-anak balita. Masalah
KVA ini perlu mendapat perhatian khusus, terutama karena selain menimbulkan
penyakit mata, diduga menimbulkan penyakit infeksi saluran penafasan, infeksi pada
usus (diare), komplikasi pada campak yang menyebabkan kematian, infeksi pada ginjal
dan kantung kemih. Hal ini dapat dicegah dan ditangulangi dengan program KIE,
fortifikasi dan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi.

B. SARAN
Sebaiknya orangtua lebih memperhatikan pemberian pola makan seimbang dan
memperhatikan pertumbuhan serta memahami beberapa gejala penyakit yang mungkin
menimpa seorang anak dikemudian hari. Serta memberi buah dan sayur agar anak
terbiasa makan sayur demi kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Dan orang tua perlu mencari pengetahuan yang lebih disaat akan hami, waktu
hamil, atau pasca hamil demi kesehatan janin dan bayi,serta mengurangi angka
kekurangan gizi yang buruk yang menyebabkan kefatalan pada bayi.

20
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
 Di tinjau oleh THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE,
“KEKURANGAN VITAMIN A (KVA) DAN INFEKSI”, Vol. 3, No. 2, Juni
2013
http://digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/53/umj-1x-yunitasaty-2616-1-
11jurnal-%5E.pdf
 Ditinjau oleh Kompas.com “8 Gejala Kekurangan Vitamin A yang Perlu
Diwaspadai”, diakses pada 04/02/2021, 10:03 WIB
https://health.kompas.com/read/2021/02/04/100300468/8-gejala-kekurangan-
vitamin-a-yang-perlu-diwaspadai?page=all#page2

21
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai