Dosen Pengampu :
Irma, SKM.,M.Kes
Disusun Oleh :
KELOMPOK II
1. Rafika (210305501025)
2. Merindas pidun (210305501019)
3. Nur Azhimatunnisa (210305501055)
4. Dave Bima Samma (210305501037)
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga makalah Epidemiologi Gangguan Akibat Kekurangan Vitamin
A dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Epidemiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang Gangguan Akibat Kekurangan Vitamin A bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Irma, SKM.,M.Kes selaku dosen
pengampu mata kuliah Epidemiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kami mengenai Gangguan Akibat Kekurangan
Vitamin A .
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis,
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4
A. Besar dan Luas Masalah (Prevalensi)..............................................4
B. Gejala/Tanda-tanda Kekurangan Vitamin A..................................5
C. Program Pencegahan dan Penanggulangan.....................................6
D. Anjuran Gizi Pada Penderita Rabun Senja.......................................8
E. Intervensi Gangguan Akibat Kekurangan Vitamin A Berbasis
Makanan...............................................................................................10
F. Vitamin A dan Daya Tahan Tubuh................................................11
BAB III LITERATUR REVIEW...................................................................14
A. Jurnal Nasional.................................................................................15
B. Jurnal Internasional..........................................................................19
BAB IV PENUTUP..........................................................................................22
A. Kesimpulan.......................................................................................22
B. Saran.................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan
konsumsi makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus
dipenuhi dari luar. Kekurangan vitamin A (KVA) akan meningkatkan
kesakitan dan kematian, mudah terserang penyakit infeksi seperti diare,
radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang paling
serius dari kekurangan vitamin A (KVA) adalah rabun senja yaitu betuk lain
dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan. Vitamin A
bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan angka kematian, karena
vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi
seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
(Almatsier,2009). Kelompok umur yang terutama mudah mengalami
kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi usia 6 – 11 bulan dan kelompok
anak balita usia 12 – 59 bulan (1 – 5 tahun).
1
Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang
dan gigi yang kuat, untuk penglihatan yang normal, membantu memelihara
kulit yang sehat dan mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru dan saluran
kencing dari kuman penyakit. Vitamin A yang diberikan pada balita juga
berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan (immunesystem), dimana sistem
kekebalan badan ini membantu mencegah atau melawan penyakit dengan
membuat sel darah putih yang menghapuskan bakteri dan virus. Akibat lain
yang lebih serius dari kekurangan vitamin A adalah buta senja dan
xeropthalmia karena terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening
kornea mata. Upaya perbaikan status vitamin A harus dimulai pada balita
terutama pada anak yang menderita kekurangan vitamin A.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi remaja.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Besar dan Luas Masalah (Prevalensi)
2. Untuk mengidentifikasi Gejala/Tanda-tanda Kekurangan Vitamin A
3. Untuk mengidentifikasi Program Pencegahan dan Penanggulangan
4. Untuk mengidentifikasi anjuran Gizi pada penderita Rabun Senja
5. Untuk mengidentifikasi Intervensi Gangguan Akibat Kekurangan
Vitamin A berbasis Makanan
6. Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai Vitamin
A dan Daya Tahan Tubu
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Tabel, prevalensi anak yang mendapatkan vitamin A
1.Jurnal Pendukung
Judul : Studi Prevalensi Defisensi Vitamin A Dan Zat Gizi Lainnya Di Indonesia Bagian Timur
Tahun : 1991
Volume dan halaman : vol.1. No.04
Penulis : DR. Ig. Tarwotjo dan DR. Muhilal
Prevalensi xeroftalmia meliputi X1B,X2/X3 serta XS disajikan pada table berikut ini.
Provinsi n X1B X2/x3
Maluku 6.79 0,1 0,0
Irian jaya 4.339 0,25 0,0
NTT 5.360 0,0 0,0
Timor Timur 5.163 0,27 0,14
Jumlah 21.660 0,14% 0,03
Distribusi serum vitamin A (ug/dl) dapat dilihat pada table berikut di bawah ini :
provinsi n <10 10-15 15-20 >20 X5± SD
Maluku 508 12,4 33,3 23,6 30,7 18,41± 11,25
Irian jaya 484 13,6 31,0 23,0 31,4 17,28± 7,49
NTT 536 9,1 24,6 24,8 42,0 20,16± 10,52
Timor Timur 347 14,7 17,9 21,1 46,0 20,75± 10,95
Jumlah 1.869 12,3 27,4 23,4 36,9 19,75± 10,95
Dari kedua tabel di atas terungkap bahwa xeroftalmia bukan merupakan masalah Kesehatan
masyrakat di provinsi maluku, irian jaya, dan nusa tenggara timur. Namun di timor timur masih
menjadi masalah. Temuan ini perlu ditafsirkan dengan hati-hati, sebab meskipun kasus xeroftalmia
Langkah, tetapi berdasarkan data serum vitamin A ternyata di 4 provinsi ini defisiensi vitamin A
masih merupakan masalah Kesehatan masyarakat. Untuk menghindari munculnya kembali kasus
xeroftalmia, program penanggulangan defisiensi vitamin A masih perlu terus dilakukan.
5
Penanggulangn makanan sumber vitamin A masih perlu digalakkan melalui Pendidikan gizi atau
pemasaran social. Pemberian prevarat vitamin A diutamakan untuk daerah yang ada kasus
xeroftalmia.
6
B. Gejala/Tanda-tanda Kekurangan Vitamin A
1) Buta senja = XN. Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel
batang retina. Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang
yang remang-remang setelah lama berada di cahaya yang terang. Penglihatan
menurun pada senja hari, dimana penderita tidak dapat melihat lingkungan
yang kurang cahaya.
2) Xerosis konjunctiva = XI A. Selaput lendir mata tampak kurang
mengkilat atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan
permukaan kasar dan kusam.
3) Xerosis konjunctiva dan bercak bitot = XI B. Gejala XI B adalah
tanda-tanda XI A ditambah dengan bercak bitot, yaitu bercak putih seperti
busa sabun atau keju terutama celah mata sisi luar. Bercak ini merupakan
penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas pada penderita
xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai penentuan prevalensi kurang vitamin A
pada masyarakat. Dalam keadaan berat tanda-tanda pada XI B adalah, tampak
kekeringan meliputi seluruh permukaan konjunctiva, konjunctiva tampak
menebal, berlipat dan berkerut.
7
4) Xerosis kornea = X2. Kekeringan pada konjunctiva berlanjut
sampai kornea, kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak
kasar.
5) Keratomalasia dan Ulcus Kornea = X3 A ; X3 B. Kornea melunak
seperti bubur dan dapat terjadi ulkus. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi
kornea.Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan
prolaps jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat
menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat memburuk dapat
mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-
tahap awal xeroftalmia.
6) Xeroftalmia Scar (XS) = jaringan parut kornea. Kornea tampak
menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah
sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut.
Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun
dengan operasi cangkok kornea.
7) Xeroftalmia Fundus (XF). Tampak seperti cendolXN, XI A, XI B,
X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik.
Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati
karena dalam beberapa hari bisa menjadi keratomalasia. X3A dan X3 B bila
diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat
menyebabkan kebutaan total bila lesi pada kornea cukup luas sehingga
menutupi seluruh kornea.Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah
memenuhi kebutuhan vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah
penyakit infeksi. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum.
C. Program Pencegahan dan Penanggulangan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat
melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meni ngkatkan daya tahan
8
tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan penyakit infeksi
lain).
1) Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan
dosis 100.000 SI (warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak
pada bulan Februari dan Agustus.
2) Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan
dosis 200.000 SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali secara
serentak pada bulan Februari dan Agustus.
3) Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu
kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan agar bayi
memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI.
4) Wanita hamil : suplemen vitamin A tidak direkomendasikan selama
kehamilan sebagai bagian dari antenatal care rutin untuk mencegah maternal
and infant morbidity dan mortality. Namun, pada daerah dimana terdapat
masalah kesehatan publik yang berat yang berkaitan dengan kekurangan
vitamin A, maka suplementasi vitamin A direkomendasikan untuk mencegah
rabun senja. Secara khusus, wanita hamil dapat mengkonsumsi hingga 10,000
IU vitamin A setiap harinya atau vitamin A hingga 25,000 IU setiap minggu.
Suplementasi dapat dilanjutkan hingga 12 minggu selama kehamilan hingga
melahirkan. Hal ini perlu ditekankan bahwa WHO mengidentifikasi populasi
berisiko sebagai mereka yang prevalensi menderita rabun senja ≥5% pada
9
wanita hamil atau ≥5% pada anak – anak yang berusia 24–59 bulan.(
McGuire, 2012)
5) Ibu nifas: suplementasi vitamin A pada ibu nifas tidaklah
direkomendasikan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas pada ibu dan
bayi.
Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya
penting untuk mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak
Indonesia. Tujuan Program ini adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin
A pada semua anak di seluruh wilayah Indonesia dua kali dalam satu tahun.
Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis
kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Vitamin A
yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi anak-
anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu
menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka
10
vitamin A Xerophthalmia yang tidak segera diobati dapat menyebabkan
kebutaan. Salah satu upaya untuk mencegah kekurangan vitamin A adalah
dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, seperti nabati
(karoten), hewani (retinol). Sayuran berdaun hijau (kangkung, bayam, daun
pepaya, dll), buah-buahan yang berwarna orange (wortel, pepaya). susu,
daging, hati, telur. Vitamin A juga dapat ditemukan di suplemen. seperti susu
bubuk, kapsul vitamin A.
a. Energi
Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein menjadi
sumber energi dan untuk penyembuhan. Pada kasus gizi buruk, diberikan
bertahap mengikuti fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi, yaitu 80-100
kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB dan 200 kalori/ kg BB.
11
b. Protein
Protein diberikan tinggi, mengingat peranannya dalam pembentukan
Retinol Binding Protein (RBP) dan Rodopsin. Pada gizi buruk diberikan
bertahap, yaitu 1 D 1,5 gram/ kg BB/hari; 2 D 3 gram/ kg BB/hari dan 3 D 4
gram/ kg BB/ hari
c. Lemak
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal.
Pemberian minyak kelapa yang kaya akan asam lemak rantai sedang
(MCT=Medium Chain Tryglycerides). Penggunaan minyak kelapa sawit yang
berwarna merah dianjurkan.
12
Model-model intervensi vitamin A menurut WHO [39] terbagi ke
dalam tiga kategori: (a) suplementasi, (b) fortifikasi, dan (c) diversifikasi diet.
Suplementasi dilakukan setiap enam bulan untuk balita berusia 6 bulan hingga
5 tahun. Penyediaan vitamin A dosis tinggi terbukti aman, murah, dan efisien
dalam mencegah defisiensi vitamin A dan ketahanan balita.
13
Vitamin A adalah salah satu jenis vitamin larut lemak. Vitamin ini
ditemukan pada tahun 1916 dan saat ini dikenal dengan beberapa jenis nama
atau isoform, retinol, retinal dan asam retinoat. Dari ketiga jenis isoform
vitamin A tersebut, retinol adalah jenis vitamin A yang memiliki bentuk yang
aktif dan memiliki peran biologis yang penting bagi tubuh. DI dalam tubuh
manusia, terjadi turnover atau perubahan jenis vitamin A dari bentuk yang
satu ke bentuk yang lainnya. Retinol dapat dibentuk dari retinal dan retinal
dapat membentuk asam retinoat. Selain 3 jenis isoform vitamin A tersebut
juga dikenal jenis komponen bioaktif yang disebut sebagai carotenoid.
Beberapa jenis carotenoid adalah molekul pro-vitamin A atau dapat diubah
menjadi vitamin A. Meskipun demikian hanya beberapa jenis carotenoid yang
dapat diubah menjadi vitamin A, salah satunya adalah beta-caroten.
Carotenoid yang tidak dapat diubah menjadi vitamin A adalah likopen,
zeaxantin dan lutein.
14
yang diberikan adalah ketika tubuh mengalami defisiensi vitamin A dapat
mengganggu mukosa epitel. Salah satu bukti dari dampak ini adalah
ditemukan pada individu yang mengalami kekurangan vitamin A mudah
untuk mengalami infeksi paoteng pada mata, sistem pernafasan dan saluran
pencernaan (Sommer et al, 1984; Barreto et al, 1994). Sebagai tambahan,
pemberian suplementasi vitamin A pada anak juga dapat menurunkan
kejadian infeksi.
15
Asam retinoat merupakan turunan dari vitamin A yang memiliki peran
terhadap beberapa sistem fisiologis tubuh manusia, seperti fungsi imunologis.
Di dalam tubuh terdapat 2 jenis asam retinoat yaitu all-trans-asam retinoat dan
9-cis asam retinoat yang memiliki fungsi dalam pengaturan eksresi gen. Salah
satu efek dari pengaturan ekpresi gen ini berkaitan dengan proliferasi dan
diferensiasi sel-sel leukosit. Selain itu , asam retinoat juga memiliki beberapa
pengaruh pada komponens sistem imun lain seperti sel dendritik, monosi
(Muhilal, 1991)
Muhilal, T. d. (1991). Studi Prevalensi Defisiensi Vitamin A dan Zat Gizi Lainnya di Indonesia
Bgian Timur. Media Litbangkes Vol.1 No.04, 50-54.
t/makrofag, sel B dan sel T.
Kaitan vitamin A dalam fungsi sistem imun dapat dilihat dari asosiasi
defisiensi vitamin A dengan penyakit infeksi. Dari eksperimen diketahui
retinoat dapat menstimulasi respon imun (McLaren, 2001).
16
BAB III
LITERATUR REVIEW
A. Jurnal Nasional
1) Jurnal “Hubungan Pengetahuan Ibu dengan pemberian Vitamin A
pada Balita di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Uncang Kota
Batam tahun 2020”
Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu dengan pemberian Vitamin A
pada Balita di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Uncang Kota
Batam tahun 2020
Jurnal : Menara Ilmu
Halaman : 53-59
Tahun : 2020
Penulis : Mariyana, & Sarmauli F.S
Reviewer : Rafika
Tanggal : 02 Oktober 2022
Penelitian dari jurnal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan ibu dengan pemberian vitamin A pada balita di wilayah kerja
kota batam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini Jenis yang peneliti
gunakan adalah analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan ibu dan dorongan tenaga kesehatan terhadap pemberian Vitamin
A pada balita, adapun desain penelitian dilakukan menggunakan desain cross
sectional yaitu sebuah penelitian yang dilakukan dalam sekali waktu saja.
Tidak ada pengulangan dalam pengambilan data.
17
45 responden (54,1%), yang memiliki pengetahuan kurang 9 responden
(15,5%) dan responden yang memiliki pengetahuan baik 36 responden
(90,0%)
Menurut penulis dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh ibu yang
memiliki balita di dapatkan ada hubungan bermakna antara pengetahun ibu
dengan pemberian vitamin A, dimana ibu mendapatkan sumber informasi
yang diperoleh melalui tenaga kesehatan, pengalaman pribadi, pengalaman
orang lain, media cetak seperti buku, majalah, Koran, dan poster sedangkan
media elektronik seperti televise dan radio. Vitamin A merupakan suatu
vitamin yang berfungsi dalam system penglihatan, fungsi pembentukan
kekebalan tubuh dan fungsi reproduksi.Vitamin A merupakan zat gizi yang
18
penting (essensial) bagi manusia karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh
tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar.
19
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
risiko terkait status gizi kehamilan pada pertumbuhan linier bayi baru
lahir. Metode Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari
penelitian longitudinal yang dilakukan Pusat Teknologi Terapan
Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (PT2TKEK), sehingga persetujuan
etik mengacu pada penelitian induk yang didapatkan dari Komisi Etik
Badan Litbang Kesehatan, nomor: LB.02.01/5.2/KE.233/2015. Orangtua
anak menandatangani informed consent sebagai persetujuan menjadi
subjek penelitian.
20
kemampuan responden maupun pewawancara memberikan dan
menterjemahkan perkiraan porsi makanan yang akurat. Keterbatasan lain
dalam penelitian ini adalah tidak tersedia data penggunaan suplemen tablet
tambah darah pada ibu hamil sehingga tidak dapat dilakukan analisis
pengaruh pemberian zat besi maupun folat yang didapatkan dari tablet
tambah darah ibu hamil.
B. Jurnal Internasional
21
5-15 tahun dari sekolah tertentu dimasukkan dalam penelitian terlepas dari
jenis kelamin mereka dan status imunisasi vitamin A sebelumnya dimasukkan
dalam penelitian di pusat kesehatan yang terletak di pedesaan. Kajian
dilakukan untuk mengumpulkan informasi sesuai proforma yang telah
dirancang sebelumnya yang mencakup data identifikasi, status sosial
ekonomi, riwayat diet dan pemeriksaan mata.
Dalam penelitian kami saat ini dari 600 anak berusia antara 5-15
tahun, prevalensi kekurangan vitamin A diamati pada 34 (5,7%) anak-anak
yang lebih rendah dari prevalensi kekurangan vitamin A (9,1%) di antara
anak-anak sekolah di Aligarh yang dilaporkan oleh Sachdewa dkk.
22
Hasil penelitian ini sangat menyarankan bahwa skrining anak sekolah
untuk penyakit mata harus dilakukan secara berkala dan harus menjadi salah
satu aspek utama dari program kesehatan pendidikan. Untuk itu, guru sekolah
harus berorientasi dan terlatih dalam mengidentifikasi masalah mata yang
umum terjadi pada anak sekolah sehingga anak tersebut dapat dirujuk untuk
segera ditangani. Mereka juga harus mengomunikasikan kesadaran tentang
kebersihan mata di antara anak-anak sekolah. Dengan cara ini terjadinya
penyebab kebutaan yang dapat dicegah di kalangan anak sekolah akan
diminimalkan.
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
kaya akan asam lemak rantai sedang (MCT=Medium Chain Tryglycerides).
Penggunaan minyak kelapa sawit yang berwarna merah dianjurkan.
Vitamin A adalah salah satu jenis vitamin larut lemak. Vitamin ini
ditemukan pada tahun 1916 dan saat ini dikenal dengan beberapa jenis nama
atau isoform, retinol, retinal dan asam retinoat. Peran vitamin A sebagai salah
satu zat gizi penting dalam pembentukan sistem imun diketahui sejak abad ke
20.
B. Saran
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Rizal Sanif, R. N. (2017). Vitamin A dan Perannya Dalam Siklus Sel. Jurnal
Kesehatan Universitas Sriwijaya, Vol.4 No.2, 83-88.
S.A, P. (2013). Kekuranagan Vitamin A (KVA) dan Infeksi. The Indonesian Journal
Of Health Science,Vol.3,No.2, 207-2010.
26