Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH GIZI&DIET

KURANG VITAMIN A (KVA)

DISUSUN OLEH :
- ANANDA DESAM SYAWALI VIERI SUSANTO
(21.14401.0006)

DOSEN AKADEMIK :
NS.MOCH DAFID KN. S.KEP, M.KEP, M.GIZI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kehadirannya. Di bawah rahmat dan bimbingan-Nya, Kami menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kurang Vitamin A (KVA)”. Tak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada NS. Moch Dafid, S.Kep, M.Kep M.Gizi yang merupakan
guru mata kuliah Gizi&Diet, yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dalam proses pembuatan makalah ini.
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Gizi&Diet. Makalah ini tidak dapat terwujud berkat bantuan dari
berbagai pihak,untuk itu tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada NS. Moch
Dafid, S.Kep, M.Kep M.Gizi selaku dosen mata kuliah Gizi&Diet.
Kami sangat berharap makalah ini sangat berguna dalam rangka Kurang
Vitamin A (KVA). Kami mohon maaf bila ada kesalahan kalimat dan kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk
kedepannya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 4
1.2 RUMUSAN MASALAH 5
1.3 TUJUAN MAKALAH 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN VITAMIN A …..…………………....…………...…………….6
2.2 SUMBER VITAMIN A .....................................................................................6
2.3 KEKURANGAN VITAMIN A …………………………….…………………..7
2.4 KEBUTUHAN VITAMIN A ……………………...…..………………………..7
2.5 KONSUMSI KAPSUL VITAMIN A……...……………………………………7
2.6 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VITAMIN A...…..9
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………….12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….....13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan konsumsi
makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari
luar.Kekurangan vitamin A (KVA) akan meningkatkan kesakitan dan kematian,
mudahterserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan
akhirnyakematian. Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A
(KVA) adalahrabun senja yaitu betuk lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan
kornea mata dankebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka
kesakitan angka kematian,karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit infeksiseperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) (Almatsier,2009). Kelompok umur yang terutama mudah
mengalami kekurangan vitamin Aadalah kelompok bayi usia 6 – 11 bulan dan
kelompok anak balita usia 12 – 59 bulan(1 – 5 tahun) (Pediatrik, 2006).
Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi
yang kuat, untuk penglihatan yang normal, membantu memelihara kulit yang
sehatdan mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru dan saluran kencing dari
kumanpenyakit. Vitamin A yang diberikan pada balita juga berfungsi untuk
mengatur sistemkekebalan (immunesystem), dimana sistem kekebalan badan ini
membantu mencegahatau melawan penyakit dengan membuat sel darah putih
yang menghapuskan bakteridan virus. Akibat lain yang lebih serius dari
kekurangan vitamin A adalah buta senjadan xeropthalmia karena terjadi
kekeringan pada selaput lendir dan selaput beningkornea mata. Upaya perbaikan
status vitamin A harus dimulai pada balita terutamapada anak yang menderita
kekurangan vitamin A (Depkes RI, 2009).
Strategi penanggulangan kekurangan vitamin A masih bertumpuh dengan
carapemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi (6 – 11 bulan) kapsul biru
yangmengandung vitamin A 100.000 SI diberikan sebanyak satu kali pada bulan
Februariatau Agustus, balita (1 – 5 tahun) kapsul merah yang mengandung
vitamin A 200.000SI diberikan setiap bulan Februari dan Agustus (Depkes,
2009).UNICEF (2013), bahwa kekurangan vitamin A dalam makanansehari-hari
menyebabkan setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita diseluruh dunia
menderita penyakit mata tingkat berat (Xeropthalmia) seperempat diantaranya
menjadi buta dan 60% dari yang buta ini akan meninggal dalam beberapa bulan.
Kekurangan vitamin A menyebabkan anak dalam resiko besar mengalami
kesakitan,tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini.
Terdapat perbedaan angka kematiansebesar 30% antara anak-anak yang
mengalami kekurangan vitamin A dengan rekan-rekannya yang tidak kekurangan
vitamin A (Mirnawati, 2010).Angka kebutaan di Indonesia tertinggi dikawasan

4
Asia Tenggara. BerdasarkanSurvei Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran tahun 2000-2013 menunjukanangka kebutaan di Indonesia 20% dari
jumlah penduduk atau setara dengan tiga jutaorang. Jumlah ini jauh lebih tinggi
dibandingkan Bangladesh, Barbados, Pa Paraguay (10,28%), Tibet (18%), dan
Beijing (13%) (Kemenkes, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
a. apa yang dimaksud dengan vit A?
b. apa saja yang menyebabkan kekurangan vit A?
c. apa saja kebutuhan vit A?
d. bagaimana konsumsi kapsul vit A?
e. apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan vit A?
1.3 Tujuan Makalah
a. untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan vit A
b. untuk mengetahui apa saja sumber vit A
c. untuk mengatahui penyebab kekurangan vit A
d. untuk mengetahui apa saja kebutuhan vit A
e. untuk mengetahui bagaimana konsumsi kapsul vit A
f. untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan
vit A

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Vitamin A
1. Pengertian vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam
lemak atau minyak. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali
tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu
tinggi(Soejarwo,2002,p.49)Vitamin A merupakan komponen penting dari
retina (selaputjala), maka fungsi utama adalah untuk penglihatan. Disamping
ituvitamin A juga membantu pertumbuhan dan mempunyai peranan penting
dalam jaringan epitel (Karta Sapoetra & Warsetyo, 2003,p.31). Sistem adalah
suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.
2.2 Sumber Vitamin A
Vitamin A sangat penting Bagi kesehatan kulit, Kelenjar serta
fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan vitamin A,
ASI tetap menjadi sumber yang penting dari vitamin A dan karoten
(zat gizi yang banyak terdapat secara alami dalam buah-buahan dan
sayur-sayuran). Karoten dapat membantu sistem kekebalan tubuh. Hati,
telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik. Vitamin
A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh
manusia dapat sintesa vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang 10
terdapat di sayuran dan buah-buahan yang berwarna, seperti wortel,
tomat,apel,semangka,dan sebagainya (Dinkes Jateng, 2007)
Vitamin A adalah salah satu zat gizi esensial yang tidak bisa
diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Untuk memperolehnya harus di
ambil dari sumber diluar tubuh terutama dari sumber alam, seperti bahan
sereal, umbi, biji-bijian, sayuran, buah-buahan, hewani dan bahan-bahan
olahan lainnya. Berikut bahan-bahan yang diketahui mengandung bahan
utama.pembentukVitaminA(Desi&Dwi,2009,p.21)

6
2.3 Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan bebarapa gangguan terhadap
kesehatan tubuh antara lain (Depkes RI, 2005) :
a.Hemerapolia atau rabun ayam,rabun senja ;
b.Frinoderma,Pembentukan epitel kulit tangan dan kaki terganggu, sehingga
kulit tangan / atau tampak bersisik;
c.Perdarahan pada selaput usus,Ginjal dan Paru paru;
d.Kerusakan pada kornea dengan menimbulkan bintik,seroftalmin(kornea
mongering) dan akhirnya kerotik;
e.Terhentinya proses Pertumbuhan
f.Terganggunya pertumbuhan bayi
2.4 Kebutuhan vitamin A
Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk anak balita 250
microgram retinol (vitamin A) atau 750 mikrogram beta-karotin
sehari (Kardjati, dan Alisjahbana, 2005,p.75). Sedangkan kebutuhan
wanita menyusui berumur 19 tahun keatas dianjurkan mengkonsumsi
1.300 mikrogram vitamin A per hari. Vitamin A atau aseroftol mempunyai
fungsi fumgsi penting didalam tubuh yaitu (kartasapoetra dan marsetyo,2003,
p.21).
a.Pertumbuhan.sel-sel.epitel;
b.Proses.oksidasidalam.tubuh;
c. Mengatur rangsang sinar pada saraf mata.
2.5 Konsumsi kapsul vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar
dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan
daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan
penyakit.infeksi.lain).(DepkesRI,2005)
Pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting untuk
memelihara kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui. Buta

7
senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena kurang
vitamin A (KVA). Berhubungan erat pada kejadian anemia pada ibu,
kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya resiko infeksi dan
penyakit reproduksi, serta menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga
duatahunsetelahmelahirkan(Dinkes.Jateng,2007)
Semua anak, walaupun mereka dilahirkan dari ibu yang berstatus
gizi baik dan tinggal di Negara maju, terlahir dengan cadangan vitamin A
yang terbatas dalam tubuhnya (hanya cukup memenuhi kebutuhan untuk
sekitar dua minggu). Di Negara berkembang, pada bulan-bulan pertama
kehidupannya, bayi sangat bergantung pada vitamin A yang terdapat
dalam ASI. Oleh sebab itu, sangatlah penting bahwa ASI mengandung
cukup vitamin A.
Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI akan beresiko
lebih tinggi terkena Xeropthalmia dibandingkan dengan anak-anak yang
mendapatkan ASI walau hanya dalam jangka waktu tertentu. Berbagai
studi yang dilakukan mengenai vitamin A ibu nifas memperlihatkan hasil
yang berbeda-beda
Anak-anak usia enam bulan yang ibunya mendapatkan kapsul
vitamin A setelah melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan
jumlah kasus demam pada anak-anak tersebut dan waktu kesembuhan
yang .lebih cepat saat mereka terkena ISPA.
Ibu hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko
mengalami KVA karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A
yang tinggi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A
melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya
yang paling aman. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera
memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitamin
A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini
masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

8
a. Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis
100.000 SI (warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara
serentak pada bulan Februari dan Agustus.
b. Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan
dosis 200.000 SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali
secara serentak pada bulan Februari dan Agustus
c. Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu
kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah),dengan tujuan agar bayi
memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI (Depkes RI, 2003).
2.6 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Vitamin A
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003,p.13) ada
3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun
kelompok sebagai berikut:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya. Dapat dijelaskan bahwa, untuk
berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu nifas
diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang
manfaat pemeriksaan ibu nifas, baik bagi kesehatan sendiri dan
bayinya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan
sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat
ibu untuk periksa masa nifasnya. Misalnya, orang yang sudah
melahirkan tidak perlu memeriksakan diri karena sudah
dianggap sudah tidak apa-apa. Faktor-faktor ini terutama yang
positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor
pemudah

9
b. Faktor faktor pemungkin (Enabling factors)
Yaitu faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air
bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk
juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah
Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter

atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku


sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung.
Misalnya: perilaku pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau
periksa hamil tidak hanya karena ibu tahu dan sadar manfaat
periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus
dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hami, misalnya:
Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa,
Dokter.atau.BidanPraktek Swasta, dan sebagainya.fasilitas ini
padahakikatnya.mendukung.ataumemungkinkan.terwujudnya,perilakukeseh
atan, maka faktor-faktornya disebut faktor pendukung atau faktor
pemungkin.
c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku Tokoh
Masyarakat (Toma), Tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku
para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini
undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku, contoh (acuan) dari para Toma,
Toga, para Petugas, lebih-lebih para Petugas kesehatan disamping itu
undang undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat
tersebut seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh
fasilitasperiksahamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan

10
yangmengharuskan ibu hamil memerlukan pemeriksaan kehamilan.
Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai
mendiagnosis tiga faktor penyebab (determinan) tersebut
kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor
tersebut. Pendekatan ini disebut model preced, yakni: predisposing,
reinforcing and enabling couse in educational.diagnosis and evaluation.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengaruh defisiensi vitamin A tejadi karena ketidaktahuan masyarakat
karena pendidikannya yang kurang, tidak ada penerangan mengenai
manfaat vitamin A, kepercayaan masyarakat ,krisis ekonomi, tidak tahu
makanan apa saja yang mengandung vitamin A.
Pencegahan dini defisiensi vitamin A dengan memberikan sumber
makanan yang mengandung vitamin A pangan hewani dan pangan nabati
pada usia balita. Memberikan minyak kelapa sawit kurang lebih 4 cc
sehari pada balita, sehingga frekwensi defisiensi vitamin A menurun dan
serum vitamin A meningkat dengan nyata. Beri massive dose vitamin A
200.000.UI dalam bentuk emulsi dua kali dalam setahun pada anak-anak
balita atau 300.000 UI dalam setahun akan memberikan perlindungan
terhadap kekurangan vitamin A. Memanfaatkan karoten dengan
memberikan makanan yang mengandung karoten atau memberikan
sejumlah vitamin A melalui garam komsumsi. Diberikan vitamin A dose
100.000 unit setiap 6 bulan pada anak-anak balita walaupun tidak
menunjukan kekurangan vitamin A.

12
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Ilmu Gizi Dasar. Jakarta, Gramedia.

Arisman, MB. 2009.Buku Ajar Gizi : Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi 2.
Jakarta, EGC.

Depkes RI. 1996.Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi


Kronis. Jakarta.

Soekirman. 2000.Ilmu Gizi Dan Aplikasinya. Jakarta, Depniknas.

Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta, Pustaka Rihama.

Perry dan Poter, 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi 4 Volume


2.Jakarta EGC

Dongoes, Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC,

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta, Salemba Medika

13

Anda mungkin juga menyukai