Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GIZI DAN DIET (PEMBERIAN

NUTRISI ENTERAL)

DISUSUN OLEH :

- ANANDA DESAM SYAWALI VIERI SUSANTO (21.14401.0006)

DOSEN AKADEMIK :

NS.MOCH. DAFID KN, S.Kep, M.Gizi

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirannya. Di
bawah rahmat dan bimbingan-Nya, Kami menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemberian
nutrisi enteral”. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada .Moch. Dafid KN, S.Kep,
M.Gizi

yang merupakan guru mata kuliah Gizi&Diet, yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dalam proses pembuatan makalah ini.

Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Gizi&Diet. Makalah ini tidak dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak,untuk
itu tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada .Moch. Dafid KN, S.Kep, M.Gizi selaku
dosen mata kuliah Gizi&Diet.

Kami sangat berharap makalah ini sangat berguna dalam rangkagizi


&diet pada penyakit jantung. Kami mohon maaf bila ada kesalahan kalimat dan kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 4
1.2 RUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN MAKALAH 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 INTERAL NUTRITIONS DEFINISI (EN) …..…………………....…………...……...…….5
2.2 FORMULA ENTERAL............................................................................................................6
2.3 CARA PEMBERIAN NUTRISI SECARA ENTERAL …………………………….……….8
2.4 RUTE PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL ……………………...…..…………………....10
2.5 ALTERNATIF PEMBERIAN RUTIN FORMULA……......…………………………........11
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………………….16
3.2 SARAN……………………………………………………………………………………...16
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………….....17
BAB I

PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk


membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).
Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan
nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (#enke, 199&; Klein S, 2004). Kekurangan
nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi
hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika, 1992).

Terdapat pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan
nutrisi parenteral. diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan
cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara
dokter, ahli gizi,penderita dan keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa
menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus
masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau berfungsi
sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus
dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran
darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan
hormonal dan en+imatik antara traktus gastrointestinal dan liver.

enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi hormon usus


seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin mempunyai pada
lambung, duodenum dan colon sehingga dapat mempertahankan efek tropik

1.2Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud enteral nutrition ?
2. Bagaimana formula enternal nutrition.?
3. Bagaimana cara pemberian enteral nutrition.?

1.3Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud enteral nutrition
2. Untuk mengetahui Bagaimana Formula enteral nutrition
3. Untuk mengetahui Bagaimana cara pemberian enteral nutrition
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Enteral Nutrition Definisi (EN)

Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan
kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa
mesin.

Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric,


transpilorik, perkutaneus

Pemberian nutrisi secara enteral juga berperan menunjang pasien sebagai


respons selama mengalami keradangan, trauma, proses infeksi, pada sakit kritis
dalam waktu yang lama. Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah
untuk memberikan asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum
mampu menelan atau absorbsi fungsi nutrisinya terganggu

Kontraindikasi pemberian nutrisi secara enteral diantaranya keadaan dimana saluran


cerna tidak berjalan sesuai mestinya kelainan anatomi saluran cerna, iskemia saluran
cerna dan peritonitis berat. Pemberian nutrsi enteral terkadang mengalami hambatan.
Beberapa hambatan yang terjadi diantaranya adalah :

• Gagalnya pengosongan lambung


• Aspirasi dari isi lambung
• Sinusitis
• Esophagitis
• Salah meletakkan pipa

Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah dan
ditingkatkan bertahap hingga mencapai dosis maksimum dalam waktu
seminggu. Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya dihabiskan
dalam waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan membahayakan karena
kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi bakteri.

2.2 Formula enteral

Makanan enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang.


Kalori non protein dari sumber karbohidrat berkisar 60/70%, bisa
merupakan polisakarida, disakarida, maupun monosakarida. Glukosa
polimer merupakan karbohidrat yang lebih mudah diabsorbsi. Sedangkan
komposisi kalori non protein dari sumber lemak berkisar 30/40%. Protein
diberikan dalam bentuk polimerik (memerlukan en+im pancreas) atau
peptide.

Pada formula juga perlu ditambahkan serat. Serat akan mengurangi resiko
diare dan megurangi resiko konstipasi, memperlambat waktu transit pada
saluran cerna, dan merupakan control glikemik yang baik. Serat juga
membantu fermentasi di usus besar sehingga menghasilkan SC7A. SC7A
menyediakan energy untuk sel epitel untuk memelihara integritas dinding usus

Jenis Makanan / Nutrisi Enteral diantaranya:

Makanan / nutrisi enteral formula blenderined: Makanan ini dibuat dari


beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan menggunakan
blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah
pada setiap kali pembuatan dan dapat terkontaminasi. 7ormula ini dapat
diberikan melalui pipa sonde yang agak besar, harganya relatif murah.

Contoh :

1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream,

susu rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari

buah).

2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,
maizena)

3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)


4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin
untuk penyakit gout, diet diabetes)

b.) Makanan / nutrisi enteral formula komersial: formula komersial ini

berupa bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat

segera diberikan. Nilai gi+inya sesuai kebutuhan, konsistensi dan

osmolaritasnya tetap, dan tidak mudah terkontaminasi.

Contoh :

1 Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan

fungsi saluran gastrointestinal normal atau hampir normal

(panenteral, fresubin)

2 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk

susu elementar yang mengandung asam amino dan lemak

yang langsung diserap usus untuk pasien dengan gangguan

fungsi saluran gastrointestinal (pepti 2000)

3 Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin),

diabetes (diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein

(peptisol)

4 Diet enteral tinggi serat (indovita)


2.3 Cara pemberian nutrisi secara enteral

Pada anak dengan gangguan pernapasan (fungsi pulmo tidak

adekuat), maka nutrisi yang diberikan sebaiknya tinggi lemak

(50%) serta rendah karbohidrat. pada penyakit hepar, sebaiknya

menggunakan sumber protein tinggi BCAA, asam amino

rendah aromatik. Bila ada ensefalopati hepatik, protein

sebaiknya diberikan <0.5 g/kg/BB/hari.

• pada pasien dengan gangguan renal sebaiknya diberikan

rendah protein, padat kalori, rendah p4, K, Mg. pemberian

protein dengan menggunakan patokan GFR sebagai berikut:

GFR >25 0.6-0.7 g/kg/BB/hari, bila GFR <25:0.3

g/kg/BB/hari.

Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu bolus feeding dan continuous drip feeding. 8emberian bolus feeding

dapat dilakukan di rumah sakit maupun di rumah, sementara pemberian

nutrisi enteral dengan menggunakan continuous drip feeding diberikan pada

penderita yang dirawat di rumah sakit.

1. Bolus feeding

Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat

dilakukan dengan menggunakan NGT>GT, dan diberikan secara

terbagi setiap 3-4 jam sebanyak 230/350 ml.Bolus feeding dengan

formula isotonik dapat dimulai dengan jumlah keseluruhan sesuai yang


dibutuhkan sejak hari pertama,sedangkan formula hipertonik dimulai

setengah dari jumlah yang dibutuhkan pada hari pertama 8emberian

formula enteral secara bolus feeding sebaiknya diberikan dengan

tenang, kurang lebih selama 13 menit, dan diikuti dengan pemberian air

25/60 ml untuk mencegah dehidrasi hipertonik dan membilas sisa

formula yang masih berada di feeding tube. Formula yang tersisa pada

sepanjang feeding tube dapat menyumbat feeding tube, sedangkan

yang tersisa pada Ujung feeding tube dapat tersumbat akibat

penggumpalan yang disebabkan oleh asam lambung dan protein formula.

2. Continuous drip feeding

Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding dilakukan

dengan menggunakan infuse pump .Pemberian formula enteral dengan cara ini

diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12 jam pertama,ditingkatkan

secara bertahap sesuai dengan kemampuan toleransi anak.Bolume formula yang

diberikan ditingkatkan 25 ml setiap 8-12 jam, dengan pemberian maksimal 50/100

ml/jam selama 18-24 jam. 8emberian formula enteral dengan osmolaritas isotonik

(300 mosm>kg air) dapat diberikan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan,

sedangkan pemberian formula hipertonis (500 mosm/kg air) harus dimulai dengan

memberikan setengah dari jumlah yang dibutuhkan. pada kasus pemberian

formula yang tidak ditoleransi dengan baik, konsentrasi formula yang diberikan

dapat diturunkan terlebih dahulu dan selanjutnya kembali ditingkatkan secara

bertahap.
2.4 Rute pemberian nutrisi enteral

Rute pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat diberikan
langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila pasien tak dapat
makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada yaitu:

a) Selang nasogastrik :

Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung merupakan

tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan

dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa

penduga

• Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan

polietilen. Ukuran selang ini bermacam/macam tergantung kebutuhan.

Selang ini hanya tahan dipakai maksimal ; hari.

• Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini

berukuran ; french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya

aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu mengganggu

pernapasan atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan

dipakai maksimal 14 hari.

• Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran

selang ini bermacam/macam tergantung kebutuhan.


Selang ini maksimal 1 minggu.

• Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini


berukuran

; french dan dapat dipakai selama 1 bulan.

b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini

bermacam/ macam namun lebih panjang daripada selang

nasogastrik.

c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang

rutin dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan per oral

atau terdapat obstruksi esophagus > gaster.

2.5 Alternatif pemberian rutin formula

Pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute

oral. Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan

asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau

absorbsi fungsi nutrisinya terganggu. pemberian nutrisi secara enteral juga

berperan menunjang pasien sebagai respons selama mengalami keradangan,

trauma, proses infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama. Makanan

enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori non protein

dari sumber karbohidrat berkisar 60-70% bisa merupakan polisakarida,

disakarida, maupun monosakarida. Glukosa polimer merupakan karbohidrat

yang lebih mudah diabsorbsi. Sedangkan komposisi kalori non protein dari
sumber lemak berkisar 10/40<. 8rotein diberikan dalam bentuk polimerik

(memerlukan en+im pancreas) atau peptide.

Jenis Makanan > Nutrisi Enteral diantaranya:

a) Makanan > nutrisi enteral formula blenderized: Makanan ini

dibuat dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat

sendiri dengan menggunakan blender. Konsistensi larutan,

kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah pada setiap

kali pembuatan dan dapat terkontaminasi. formula ini dapat

diberikan melalui pipa sonde yang agak besar, harganya relatif

murah.

Contoh :

1. Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu
rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
2. Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,

maizena)

3. Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)

4. Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin

untuk penyakit gout, diet diabetes.

Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu bolus feeding dan continuous drip feeding.


1. Bolus feeding

Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat dilakukan

dengan menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi setiap 3-4 jam

sebanyak 250/350 ml.Bolus feeding dengan formula isotonik dapat dimulai

dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari

pertama,sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang

dibutuhkan pada hari pertama 8emberian formula enteral secara bolus feeding

sebaiknya diberikan dengan tenang, kurang lebih selama 15 menit, dan diikuti

dengan pemberian air 25/60 ml untuk mencegah dehidrasi hipertonik dan

membilas sisa formula yang masih berada di feeding tube.

2. Continuous drip feeding

Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding dilakukan

dengan menggunakan infuse pump .8emberian formula enteral dengan cara

ini diberikan dengan kecepatan 20/40 ml/jam dalam 8-12 jam

pertama,ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan

toleransi anak.Bolume formula yang diberikan ditingkatkan 25 ml setiap 8/12

jam, dengan pemberian maksimal 50/100 ml>jam selama 18/24 jam.

Rute Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat

diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila

pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada

yaitu:
a. Selang nasogastrik :

i. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung merupakan

tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan

dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa penduga.

ii. Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen.

Ukuran selang ini bermacam/macam tergantung kebutuhan. Selang

Ini hanya tahan dipakai maksimal ; hari

iii. Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran ;

french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia

makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan

pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.

iv. Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini

bermacam/macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 1

minggu.

● Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran

; french dan dapat dipakai selama 1 bulan.

b.) Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini

bermacam/macam namun lebih panjang daripada selang nasogastrik.


c.) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin

dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat

obstruksi esophagus > gaster


BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan
Pemberian nutrisi enteral merupakan pemberian nutrien melalui saluran cerna
dengan menggunakan sonde (tube feeding). Nutrisi enteral direkomendasikan
bagi pasien/pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara
volunter melalui asupan oral. 8emberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam
12 jam sampai 4& jam setelah pasien masuk ke dalam perawatan intensif (ICU)
lebih baik dibandingkan pemberian nutrisi parenteral.

Waktu untuk timbulnya gejala/gejala akibat asupan nutrisi yang tidak


memenuhi syarat masih belum jelas. 8asien/pasien yang gi+inya cukup
biasanya dapat mentolerir asupan yang tidak cukup ini dalam ; sampai 14
hari. 8asien yang gi+inya buruk, sebaliknya membutuhkan interverensi yang
cepat. 8anduan yang ada saat ini menyampaikan bahwa nutrisi enteral harus
dimulai dalam 3 sampai ; hari bila asupan nutrisinya tidak memenuhi syarat.
Nutrisi enteral tidak perlu diberikan apabila pasien/pasien dengan gizi baik
bisa mulai makan kembali dengan normal dalam waktu 3 sampai ; hari.

3.2 Saran
Sebagian besar pemberian nutrisi enteral yang dilakukan oleh keluarga tidak sesuai
dengan prosedur atau standar teori, sedangkan yang diberikan oleh perawat sebagian besar
sudah sesuai dengan prosedur. Secara keseluruahan dari 63 kali tindakan pemberian nutrisi
enteral 31,75% (20) dikategorikan sesuai sedangkan 68,25% (43) tidak sesuai dengan
prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Dietisien Indonesia Cabang Bandung, 2005, Panduan Pemberian Makanan Enteral,
Jaya Pratama, Jakarta.

Bonten, MJ., Gaillard, CA., 1994, Intermittent Enteral Feeding: The


Influence on Respiratory and Digestive Tract Colonization in Mechanically Ventilated
Intensive Care Unit Patient, Am J Resp Crit
Care Med, 154:394-9

ampos, Machado FS. (2012). Nutrition therapy in severe head trauma patients. Bras Ter
Intensive, 24 (1) : 97-105. Diakses tanggal 4 Juli 2017 pukul 11.59 WIB.
http://search.proquest.com.

Casaer, Michael P., et al. (2011). Early versus Late enteral Nutrition in Critically Ill Adults.
The New England Journal of Medicine 365; 6 nejm. org August 11, 2011. Diakses tanggal 4
Juli 2017 pukul 11.59 WIB. http://search.proquest.com

Anda mungkin juga menyukai