Puji syukur kehadirat TUHAN Yang Maha Esa, atas berkat rahmat Allah dan kehadirat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini untuk melengkapi persyaratan Tugas Matakuliah Gizi
dan Diet yang berjudul “Pemberian makanan enteral dan parenteral ”
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu “Kris
Setyowati S.Gz” yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga laporan kasus ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................................I
Daftar Isi........................................................................................................................................II
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan
nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan
cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara
dokter, ahli gizi,penderita dan keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa
menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus
masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau berfungsi
sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus
dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran
darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan
hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver.
3
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
4
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan
kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin.
Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric,
transpilorik, perkutaneus.
5
dari sumber lemak berkisar 30-40%. Protein diberikan dalam bentuk polimerik
(memerlukan enzim pancreas) atau peptide.
Pada formula juga perlu ditambahkan serat. Serat akan mengurangi resiko
diare dan megurangi resiko konstipasi, memperlambat waktu transit pada saluran
cerna, dan merupakan control glikemik yang baik. Serat juga membantu
fermentasi di usus besar sehingga menghasilkan SCFA. SCFA menyediakan
energy untuk sel epitel untuk memelihara integritas dinding usus.
Contoh :
1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu rendah
laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir, maizena)
4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin untuk
penyakit gout, diet diabetes)
Contoh :
6
2 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu
elementar yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung
diserap usus untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran gastrointestinal
(pepti 2000)
a. Bolus feeding
7
feeding sebaiknya diberikan dengan tenang, kurang lebih selama 15 menit,
dan diikuti dengan pemberian air 25-60 ml untuk mencegah dehidrasi
hipertonik dan membilas sisa formula yang masih berada di feeding tube.
Formula yang tersisa pada sepanjang feeding tube dapat menyumbat
feeding tube, sedangkan yang tersisa pada Ujung feeding tube dapat
tersumbat akibat penggumpalan yang disebabkan oleh asam lambung dan
protein formula.
a) Selang nasogastrik :
8
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan
dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa
penduga.
c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin
dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat
obstruksi esophagus / gaster.
Pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral.
Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan asupan
nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau absorbsi
fungsi nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi secara enteral juga berperan
menunjang pasien sebagai respons selama mengalami keradangan, trauma, proses
9
infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama. Makanan enteral sebaiknya
mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori non protein dari sumber
karbohidrat berkisar 60-70%, bisa merupakan polisakarida, disakarida, maupun
monosakarida. Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang lebih mudah
diabsorbsi. Sedangkan komposisi kalori non protein dari sumber lemak berkisar
30-40%. Protein diberikan dalam bentuk polimerik (memerlukan enzim pancreas)
atau peptide.
Contoh :
1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu
rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,
maizena)
Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
bolus feeding dan continuous drip feeding.
1. Bolus feeding
Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat dilakukan dengan
menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi setiap 3-4 jam
sebanyak 250-350 ml.Bolus feeding dengan formula isotonik dapat dimulai
10
dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari
pertama,sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang
dibutuhkan pada hari pertama Pemberian formula enteral secara bolus feeding
sebaiknya diberikan dengan tenang, kurang lebih selama 15 menit, dan diikuti
dengan pemberian air 25-60 ml untuk mencegah dehidrasi hipertonik dan
membilas sisa formula yang masih berada di feeding tube.
a) Selang nasogastrik :
• Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen.
Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini
hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.
11
• Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini
bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6
minggu.
c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai
untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi
esophagus / gaster.
Nutrisi parenteral (PN) adalah suatu bentuk nutrisi yang disampaikan melalui
pembulu darah. Nutrisi parenteral tidak menggunakan sistem pencernaan. Nutrisi
ini dapat diberikan kepada orang yang tidak mampu menyerap nutrisi melalui
saluran pencernaan karena muntah yang tidak terhenti, diare berat, atau penyakit
12
usus. Orang menerima formula gizi yang mengandung nutrisi seperti glukosa,
asam amino, lipid dan vitamin ditambahkan dan mineral diet. Hal ini disebut
nutrisi parenteral total (TPN) atau total campuran nutrisi (TNA) bila tidak ada
nutrisi yang signifikan diperoleh dengan rute lain. Ini dapat disebut nutrisi
parenteral perifer (PPN) bila diberikan melalui akses pembuluh darah di anggota
badan, bukan melalui vena sentral.
13
digunakan BB/U, TB/U, BB/TB, LILA dan TLK, sedang pada neonatus
atau bayi dapat ditambahkan pemeriksaan lingkar kepala dan lingkar dada.
Indikator laboratorik untuk menunjang status nutrisi antara lain nilai Hb,
hitung limfosit, albumin, transferin, pre-albumin, RBP dan komposisi
tubuh (TBW, Bioelectrical impedance), Dual energy X-Ray
absorptiometry, status nutrisi ikut menentukan kebutuhan nutrisi pasien
tersebut apakah akan diberi NP - rumat atau NP - replesi.
14
Mineral dan elektrolit: pada PN diperlukan kalsium (Ca), fosfor
(P), natrium (Na), kalium (K), klorida (Cl), asetat dan magnesium
(Mg) dengan perhatian khusus pada kadar Ca dan P sehubungan
dengan kemungkinan terjadinya presipitasi.
Vitamin : vitamin merupakan komponen nutrisi yang esensial dan
berperan sebagai ko-ensim pada berbagai reaksi metabolik. Pada
pemberian vitamin i.v sebagian akan hilang karena diabsorbsi atau
menempel pada kantong /botol dan slang infus yang digunakan
atau rusak karena terpajan cahaya, sehingga tidak mudah untuk
menentukan dosis vitamin pada PN.
15
1. Lama dukungan nutrisi diberikan. Apabila dukungan nutrisi diberikan
tidak lebih dari 14 hari maka dapat digunakan rute perifer, sebaliknya rute
sentral digunakan bila PN direncanakan diberikan lebih dari 14 hari.
2. Konsentrasi larutan. Pada akses vena sentral dimungkinkan untuk
memberikan larutan dengan konsentrasi tinggi yaitu dekstrosa 25-30%
yang merupakan larutan hipersomoler karena, memberikan osmolalitas
sebesar 1200-1500 mOsm/L. Sedangkan dengan akses vena perifer
konsentrasi dekstrosa yang ditoleransi hanya antara 5-10% dengan
osmolalitas sebesar 250-500 mOsm/L, walaupun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi dekstrosa sampai 12.5% masih dapat
ditoleransi
e) Pelaksanaan pemberian PN
Cara menghitung/membuat PN
1. Hitung kebutuhan kalori, protein dan cairan.
2. Lipid
Hitung kebutuhan lipid, umumnya 30% dari jumlah kalori total Kalori
dari lipid = total kalori x 0.3. Konversi kalori lipid ke dalam emulsi
lipid (1.1 kkal/ml untuk emulsi 10%, 2 kkal/ml untuk emulsi 20%).
Emulsi lipid (ml) = kalori lipid : 1.1 (2 untuk emulsi 20%).
3. Protein
Hitung kebutuhan kalori, umumnya 15% dari total kalori (untuk
kebutuhan yang tinggi dapat mencapai 20-25%). Tentukan jumlah
asam amino (protein) dengan membagi kalori yang berasal dari protein
yaitu 4 kkal/g. Kalori dari protein = kalori total x 0.15 Gram protein =
kalori protein : 4 Apabila digunakan larutan asam amino yang
mempunyai konsentrasi 5%, maka jumlah larutan asam amino yang
dibutuhkan (ml) adalah: Gram protein : 0.05
4. Dekstrosa
Hitung kebutuhan kalori yang berasal dari KH. Kalori dekstrosa =
kalori total - kalori lipid kalori protein Tentukan konsentrasi larutan
16
dekstrosa yang akan digunakan (misalnya 40%= 40 g/L). Sehingga
jumlah larutan yang dibutuhkan = kalori dekstrosa: 0.04
5. Tambahkan aquades berdasarkan perhitungan kebutuhan cairan
dikurangi dengan jumlah larutan lipid, protein dan KH.
6. Sehingga komposisi akhir larutan PN adalah
............. ml dekstrosa 40%
............. ml asam amino 5%
............. ml emulsi lipid 10% (atau 20%)
............. aquades
Ditambah dengan elektrolit dan trace element.
f) Pemantauan: Harus dilakukan setiap hari terhadap keadaan klinis dan
komplikasi yang mungkin terjadi, serta pemeriksaan laboratorium yang
dimulai pada awal pemberian PN dan selanjutnya secara berkala
tergantung keperluan/keadaan dan jenis pemeriksaan
17
kasus di mana kebutuhan protein meningkat, defesiensi protein
atau katabolisme protein. Komposisi: 6 Tiap 1000 ml
2. Nutrisi Parenteral Parsial
Adalah preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak
(kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed micelles (glycoholic acid
dan lecithin). Mengingat kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin
berkurang karena berbagai situasi stress (trauma, bedah, lukabakar,
infeksi) yang dapat memperlambat proses penyembuhan. Komposisi :
setiap vial mengandung Retinol palmitat amount corresponding to
retinol 3.500 IU, Cholecalciferol 220 IU, DL alphatocopherol 11.200
mg, Asam askorbat 125.000 mg, cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg,
amount corresponding to thiamine 3.510 mg, riboflavine sodium
phospate dihydrate 5.670 mg, amount dyhidrate 5.670 mg, amount
corresponding to riboflavine 4.114 mg, pyridoksine hydrockorida 5.500
mg, amount corresponding to pryrodxine 4.530 mg, cyanocobalamine
0.006 mg, asam folat 0,414 mg, dexaphentanol 16.150 mg, amount
corresponding to pantothenic acid 17.250 mg, biotin 0.069 mg,
nicotinamide 46.000 mg, glisin 250.000 mg, glycoholic acid 140.000
mg, soya lecithin 112.500 mg, sodium hydroxida q.s. Ph=5,9.
18
5. Penolakan atau ketidak mampuan makan seperti pada keadaan koma,
anoreksia nervosa, atau kelainan neurologis seperti para lisis
pseudobular yang membuat pasien tidak dapat memakan makanan secara
normal.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
19
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan
kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin.
Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric,
transpilorik, perkutaneus. Sedangkan Nutrisi parenteral (PN) adalah suatu bentuk
nutrisi yang disampaikan melalui pembulu darah. Nutrisi parenteral tidak
menggunakan sistem pencernaan. Nutrisi ini dapat diberikan kepada orang yang
tidak mampu menyerap nutrisi melalui saluran pencernaan karena muntah yang
tidak terhenti, diare berat, atau penyakit usus. Berbagai penelitian terkait
pemberian nutrisi secara enteral dan parenteral pada pasien kritis telah banyak
dilakukan. Dalam perawatan terhadap penderita sakit kritis, nutrisi enteral selalu
menjadi pilihan pertama dan nutrisi parenteral menjadi alternatif berikutnya. Early
EN dan Late PN memiliki risiko komplikasi yang lebih rendah dan clinical
outcome yang lebih baik dibandingkan Late EN dan Early PN. Perlu diperhatikan
bahwa pemberian nutrisi yang kurang atau lebih dari kebutuhan akan merugikan
pasien. Hampir semua pasien kritis mengalami anoreksia atau tidak mampu
makan karena penurunan kesadaran, pemberian sedasi atau terintubasi melalui
saluran nafas bagian atas sehingga menyebabkan malnutrisi. Jika support nutrisi
diberikan secara dini yaitu energi, protein dan nutrisi-nutrisi lain yang diperlukan
mampu mengoptimalkan sistem imun, meningkatkan penyembuhan luka,
mengurangi risiko kematian dan komplikasi serta memperpendek lama rawat,
biaya dan waktu penyembuhan pasien di ICU (Ziegler, 2009; Menerez, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
20
(2009) 35:1728–1737 DOI 10.1007/s00134009-1567-4. Diakses tanggal
4 Juli 2014 pukul 12.15 WIB.
http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer.
Casaer, Michael P., et al. 2011. Early versus Late Parenteral Nutrition in
Critically Ill Adults. The New England Journal of Medicine 365; 6
nejm. org August 11, 2011. Diakses tanggal 4 Juli 2014 pukul 11.59
WIB. http://search.proquest.com.
21