Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TUHAN Yang Maha Esa, atas berkat rahmat Allah dan kehadirat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini untuk melengkapi persyaratan Tugas Matakuliah Gizi
dan Diet yang berjudul “Pemberian makanan enteral dan parenteral ”
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu “Kris
Setyowati S.Gz” yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga laporan kasus ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Malang, 26 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................................I
Daftar Isi........................................................................................................................................II

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………………………… 3


1.1 Latar Belakang......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................................................5


2.1 Definisi Enteral Nutrition (EN) ..........................................................................................5
2.2 Formula enteral.................................................................................................................6
2.3 Cara pemberian nutrisi secara enteral ………………………………………………………………………… 7
2.3 Rute pemberian nutrisi secara enteral …………………………………………………………………………. 9
2.4 Alternatif Pemberian Rutin Formula.................................................................................10
3.1 Parenteral Nutrition (PN) ........................................................................................................13
3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Nutrisi Parenteral ...............................................................13
3.3 Fase Pemberian Parenteral Nutrition …………………………………………………………………………… 14
3.4 Kandungan Nutrisi Dari Produk Parenteral..................................................................................17
3.5 Dasar Pemberian Parenteral Nutrition ………………………………………………………………………………….. 18
3.6 Macam-Macam Parenteral Nutrition …………………………………………………………………………………... 19
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................20
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................20
4.2 Saran..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………………… 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk


membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).
Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan
nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan
nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi
hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika, 1992).

Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan
nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan
cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara
dokter, ahli gizi,penderita dan keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa
menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus
masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau berfungsi
sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus
dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran
darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan
hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver.

Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi hormon


usus seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin mempunyai
efek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat mempertahankan
integritas usus,mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri, memelihara
gut-associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa
usus (Shike, 1996;Bruera, 2003; Rombeau, 2004; Trujillo, 2005; Boediwarsono,
2006).

3
1.2 Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud enteral nutrition?


2. Bagaimana formula enteral nutrition?
3. Bagaimana cara pemberian enteral nutrition?
4. Apakah yang dimaksud parenteral nutrition?
5. Bagaimana cara pemberian parenteral?

1.3 Tujuan

1. Untuk mangetahui apakah yang dimaksud enteral dan parenteral nutrition


2. Untuk mangetahui bagaimana formula enteral nutrition
3. Untuk mangetahui bagaimana cara pemberian enteral nutrition
4. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak
memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan
makanan.
5. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar
yang berat, pancreatitis ,inflammatory bowel syndrome, inflammatory
bowel disease,ulcerative colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac
disease, pembedahan dan cancer.
6. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk
melakukan katabolisme energy.
7. Mempertahankan kebutuhan nutrisi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Enteral Nutrition (EN)

4
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan
kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin.
Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric,
transpilorik, perkutaneus.

Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan


asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau
absorbsi fungsi nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi secara enteral juga
berperan menunjang pasien sebagai respons selama mengalami keradangan,
trauma, proses infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama.

Kontraindikasi pemberian nutrisi secara enteral diantaranya keadaan


dimana saluran cerna tidak berjalan sesuai mestinya, kelainan anatomi saluran
cerna, iskemia saluran cerna, dan peritonitis berat.

Pemberian nutrsi enteral terkadang mengalami hambatan. Beberapa


hambatan yang terjadi diantaranya adalah:

 Gagalnya pengosongan lambung


 Aspirasi dari isi lambung
 Sinusitis
 Esophagitis
 Salah meletakkan pipa

Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah


dan ditingkatkan bertahap hingga mencapai dosis maksimum dalam waktu
seminggu. Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya dihabiskan dalam
waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan membahayakan karena
kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi bakteri.

2.2 Formula enteral

Makanan enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori


non protein dari sumber karbohidrat berkisar 60-70%, bisa merupakan
polisakarida, disakarida, maupun monosakarida. Glukosa polimer merupakan
karbohidrat yang lebih mudah diabsorbsi. Sedangkan komposisi kalori non protein

5
dari sumber lemak berkisar 30-40%. Protein diberikan dalam bentuk polimerik
(memerlukan enzim pancreas) atau peptide.

Pada formula juga perlu ditambahkan serat. Serat akan mengurangi resiko
diare dan megurangi resiko konstipasi, memperlambat waktu transit pada saluran
cerna, dan merupakan control glikemik yang baik. Serat juga membantu
fermentasi di usus besar sehingga menghasilkan SCFA. SCFA menyediakan
energy untuk sel epitel untuk memelihara integritas dinding usus.

Jenis Makanan / Nutrisi Enteral diantaranya:

a) Makanan / nutrisi enteral formula blenderized: Makanan ini dibuat dari


beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan
menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan
osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan dapat
terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang agak
besar, harganya relatif murah.

Contoh :

1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu rendah
laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).

2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir, maizena)

3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)

4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin untuk
penyakit gout, diet diabetes)

b) Makanan / nutrisi enteral formula komersial: Formula komersial ini berupa


bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera diberikan.
Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya tetap, dan
tidak mudah terkontaminasi.

Contoh :

1 Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi saluran


gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral, fresubin)

6
2 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu
elementar yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung
diserap usus untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran gastrointestinal
(pepti 2000)

3 Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin), diabetes


(diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein (peptisol)

4 Diet enteral tinggi serat (indovita)

2.3 Cara pemberian nutrisi secara enteral

 Pada anak dengan gangguan pernapasan (fungsi pulmo tidak adekuat),


maka nutrisi yang diberikan sebaiknya tinggi lemak (50%) serta rendah
karbohidrat. Pada penyakit hepar, sebaiknya menggunakan sumber protein
tinggi BCAA, asam amino rendah aromatik. Bila ada ensefalopati hepatik,
protein sebaiknya diberikan <0.5 g/kgBB/hari.

 Pada pasien dengan gangguan renal sebaiknya diberikan rendah protein,


padat kalori, rendah PO4, K, Mg. Pemberian protein dengan menggunakan
patokan GFR sebagai berikut: GFR >25: 0.6-0.7 g/kgBB/hari, bila GFR
<25: 0.3 g/kgBB/hari.

Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan dua cara,


yaitu bolus feeding dan continuous drip feeding. Pemberian bolus feeding
dapat dilakukan di rumah sakit maupun di rumah, sementara pemberian
nutrisi enteral dengan menggunakan continuous drip feeding diberikan
pada penderita yang dirawat di rumah sakit.

a. Bolus feeding

Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat dilakukan


dengan menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi setiap 3-4
jam sebanyak 250-350 ml.Bolus feeding dengan formula isotonik dapat
dimulai dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari
pertama,sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang
dibutuhkan pada hari pertama Pemberian formula enteral secara bolus

7
feeding sebaiknya diberikan dengan tenang, kurang lebih selama 15 menit,
dan diikuti dengan pemberian air 25-60 ml untuk mencegah dehidrasi
hipertonik dan membilas sisa formula yang masih berada di feeding tube.
Formula yang tersisa pada sepanjang feeding tube dapat menyumbat
feeding tube, sedangkan yang tersisa pada Ujung feeding tube dapat
tersumbat akibat penggumpalan yang disebabkan oleh asam lambung dan
protein formula.

b. Continuous drip feeding

Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding


dilakukan dengan menggunakan infuse pump .Pemberian formula enteral
dengan cara ini diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12 jam
pertama,ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan toleransi
anak.Volume formula yang diberikan ditingkatkan 25 ml setiap 8-12 jam,
dengan pemberian maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam. Pemberian
formula enteral dengan osmolaritas isotonik (300 mOsm/kg air) dapat
diberikan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, sedangkan pemberian
formula hipertonis (500 mOsm/kg air) harus dimulai dengan memberikan
setengah dari jumlah yang dibutuhkan. Pada kasus pemberian formula
yang tidak ditoleransi dengan baik, konsentrasi formula yang diberikan
dapat diturunkan terlebih dahulu dan selanjutnya kembali ditingkatkan
secara bertahap.

2.4 Rute Pemberian Nutrisi Enteral

Rute Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat


diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila pasien
tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada yaitu:

a) Selang nasogastrik :

8
 Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan
dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa
penduga.

 Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan


polietilen. Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan.
Selang ini hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.

 Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7


french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan
pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.

 Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini


bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6
minggu.

 Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran


7 french dan dapat dipakai selama 6 bulan.

b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini bermacam-


macam namun lebih panjang daripada selang nasogastrik.

c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin
dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat
obstruksi esophagus / gaster.

2.5 Alternatif Pemberian Rutin Formula

Pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral.
Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan asupan
nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau absorbsi
fungsi nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi secara enteral juga berperan
menunjang pasien sebagai respons selama mengalami keradangan, trauma, proses

9
infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama. Makanan enteral sebaiknya
mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori non protein dari sumber
karbohidrat berkisar 60-70%, bisa merupakan polisakarida, disakarida, maupun
monosakarida. Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang lebih mudah
diabsorbsi. Sedangkan komposisi kalori non protein dari sumber lemak berkisar
30-40%. Protein diberikan dalam bentuk polimerik (memerlukan enzim pancreas)
atau peptide.

Jenis Makanan / Nutrisi Enteral diantaranya:

a) Makanan / nutrisi enteral formula blenderized: Makanan ini dibuat dari


beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan
menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan
osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan dapat
terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang
agak besar, harganya relatif murah.

Contoh :

1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu
rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).

2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,
maizena)

3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)

4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin


untuk penyakit gout, diet diabetes.

Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
bolus feeding dan continuous drip feeding.

1. Bolus feeding

Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat dilakukan dengan
menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi setiap 3-4 jam
sebanyak 250-350 ml.Bolus feeding dengan formula isotonik dapat dimulai

10
dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari
pertama,sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang
dibutuhkan pada hari pertama Pemberian formula enteral secara bolus feeding
sebaiknya diberikan dengan tenang, kurang lebih selama 15 menit, dan diikuti
dengan pemberian air 25-60 ml untuk mencegah dehidrasi hipertonik dan
membilas sisa formula yang masih berada di feeding tube.

2. Continuous drip feeding

Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding dilakukan


dengan menggunakan infuse pump .Pemberian formula enteral dengan cara
ini diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12 jam
pertama,ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan toleransi
anak.Volume formula yang diberikan ditingkatkan 25 ml setiap 8-12 jam,
dengan pemberian maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam.

Rute Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat


diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila
pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada
yaitu:

a) Selang nasogastrik :

• Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung merupakan


tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan
dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa penduga.

• Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen.
Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini
hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.

• Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7


french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan
pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.

11
• Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini
bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6
minggu.

• Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7


french dan dapat dipakai selama 6 bulan.

b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini bermacam-macam


namun lebih panjang daripada selang nasogastrik.

c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai
untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi
esophagus / gaster.

Parenteral Nutrision (PN)

3.1 Parenteral Nutrition (PN)

Nutrisi parenteral (PN) adalah suatu bentuk nutrisi yang disampaikan melalui
pembulu darah. Nutrisi parenteral tidak menggunakan sistem pencernaan. Nutrisi
ini dapat diberikan kepada orang yang tidak mampu menyerap nutrisi melalui
saluran pencernaan karena muntah yang tidak terhenti, diare berat, atau penyakit

12
usus. Orang menerima formula gizi yang mengandung nutrisi seperti glukosa,
asam amino, lipid dan vitamin ditambahkan dan mineral diet. Hal ini disebut
nutrisi parenteral total (TPN) atau total campuran nutrisi (TNA) bila tidak ada
nutrisi yang signifikan diperoleh dengan rute lain. Ini dapat disebut nutrisi
parenteral perifer (PPN) bila diberikan melalui akses pembuluh darah di anggota
badan, bukan melalui vena sentral.

3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Nutrisi Parenteral


Indikasi Parenteral
a) Gangguan absorbs makanan seperti fistula enterokunateus, atresia
intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b) Kondisi dimana usus harus diistirahatkan sperti pada pankrestitis berat,
status preoperative dengan malnutrisi berat, angina intertinal, diare
berulang.
c) Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan. d.
d) Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis
gravidarum
Kontraindikasi Parenteral
a) Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan
kemoterapi.
b) Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
c) Pankreatitis akuta ringan.
d) Kolitis akuta.
e) AIDS.
f) Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
g) Luka bakar.
h) Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)

3.3 Fase Pemberian Parenteral Nutrition


a) Penentuan status nutrisi (klinik, antropometrik dan laboratorik) Secara
klinis dengan pemeriksaan fisik umumnya dapat dilihat proporsi tubuh,
jaringan lemak subkutis, tonus dan trofi otot. Secara antropometri dapat

13
digunakan BB/U, TB/U, BB/TB, LILA dan TLK, sedang pada neonatus
atau bayi dapat ditambahkan pemeriksaan lingkar kepala dan lingkar dada.
Indikator laboratorik untuk menunjang status nutrisi antara lain nilai Hb,
hitung limfosit, albumin, transferin, pre-albumin, RBP dan komposisi
tubuh (TBW, Bioelectrical impedance), Dual energy X-Ray
absorptiometry, status nutrisi ikut menentukan kebutuhan nutrisi pasien
tersebut apakah akan diberi NP - rumat atau NP - replesi.

b) Perhitungan kebutuhan nutrisi (energi, cairan dan nutrien) Kebutuhan


nutrisi dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain status nutrisi, umur,
keadaan klinis dan penyakit yang diderita.
 Energi: bermacam cara digunakan untuk menentukan besarnya
kebutuhan energi.antara lain, tabel rumus kebutuhan yang
dianjurkan (RDA), rumus Harris-Benedict dan modifikasinya
untuk neonates / bayi, dan mengukur BEE atau REE (kalorimetri
indirek)
 Cairan: Kebutuhan cairan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu
umur, ukuran tubuh, suhu tubuh dan lingkungan serta keadaan
hidrasi pasien. Jumlah cairan tubuh anak lebih banyak dari orang
dewasa (75% : 60%). Jumlah cairan tersebut dapat dinaikkan
bertahap untuk menambah asupan energi yang dikehendaki selama
tubuh dapat mentoleransi.
 Karbohidrat (KH): sebagai sumber energi di samping lemak, KH
diberikan dalam jumlah 40-45% dari kalori total. Berbagai bentuk
KH yang umum digunakan adalah dekstrosa/glukosa, maltosa
(glukosa polimer) dan xilitol dengan berbagai konsentrasi.
 Lipid: merupakan nutrien dengan densitas kalori tinggi (9kkal/g)
dan pada penggunaan untuk PN sebaiknya memasok 30-50%
energi non nitrogen. Selain sumber energi, lipid juga merupakan
sumber asam lemak esensial (ALE, yaitu as. Linoleat dan as.
Linolenat).

14
 Mineral dan elektrolit: pada PN diperlukan kalsium (Ca), fosfor
(P), natrium (Na), kalium (K), klorida (Cl), asetat dan magnesium
(Mg) dengan perhatian khusus pada kadar Ca dan P sehubungan
dengan kemungkinan terjadinya presipitasi.
 Vitamin : vitamin merupakan komponen nutrisi yang esensial dan
berperan sebagai ko-ensim pada berbagai reaksi metabolik. Pada
pemberian vitamin i.v sebagian akan hilang karena diabsorbsi atau
menempel pada kantong /botol dan slang infus yang digunakan
atau rusak karena terpajan cahaya, sehingga tidak mudah untuk
menentukan dosis vitamin pada PN.

c) Pemilihan dan perhitungan cairan yang akan digunakan serta cara


pemberiannya (masing-masing atau “all in one/three in one”) Umumnya
cairan PN, baik larutan asam amino (aa), KH ataupun lipid digunakan
larutan standar. Kadar larutan tergantung pada akses PN yang akan
digunakan. Pada beberapa keadaan klinis seperti penyakit hati dan ginjal
seringkali dibutuhkan larutan khusus terutama yang menyangkut susunan
asam aminonya. Larutan aa untuk penyakit hepar mengandung kadar aa
rantai cabang tinggi. Formula all in one/ three in one adalah pemberian
PN yang mengandung dekstrosa, asam amino, emulsim lipid dalam 1
wadah. Keuntungan formula ini adalah lebih nyaman, pemberian infus
lipid dapat lebih lambat, di samping lebih hemat karena penggunaan
pompa dan pipa makanan menjadi berkurang. Lebih lanjut emulsi lipid
yang isotonus menjadikan campuran larutan lebih rendah osmolalitasnya.
Tetapi formula ini juga mempunyai kelemahan yaitu sulit memantau bila
terjadi presipitasi pada larutan, di samping itu penelitian menunjukkan
bahwa formula ini lebih berisiko untuk terjadinya pertumbuhan bakteri
dibandingkan formula biasa.

d) Penentuan akses PN (sentral atau perifer) Pemberian PN dapat dilakukan


melalui 2 cara yaitu akses vena sentral dan vena perifer. Pemilihan akses
apa yang dipakai didasarkan atas pertimbangan:

15
1. Lama dukungan nutrisi diberikan. Apabila dukungan nutrisi diberikan
tidak lebih dari 14 hari maka dapat digunakan rute perifer, sebaliknya rute
sentral digunakan bila PN direncanakan diberikan lebih dari 14 hari.
2. Konsentrasi larutan. Pada akses vena sentral dimungkinkan untuk
memberikan larutan dengan konsentrasi tinggi yaitu dekstrosa 25-30%
yang merupakan larutan hipersomoler karena, memberikan osmolalitas
sebesar 1200-1500 mOsm/L. Sedangkan dengan akses vena perifer
konsentrasi dekstrosa yang ditoleransi hanya antara 5-10% dengan
osmolalitas sebesar 250-500 mOsm/L, walaupun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi dekstrosa sampai 12.5% masih dapat
ditoleransi

e) Pelaksanaan pemberian PN
Cara menghitung/membuat PN
1. Hitung kebutuhan kalori, protein dan cairan.
2. Lipid
Hitung kebutuhan lipid, umumnya 30% dari jumlah kalori total Kalori
dari lipid = total kalori x 0.3. Konversi kalori lipid ke dalam emulsi
lipid (1.1 kkal/ml untuk emulsi 10%, 2 kkal/ml untuk emulsi 20%).
Emulsi lipid (ml) = kalori lipid : 1.1 (2 untuk emulsi 20%).
3. Protein
Hitung kebutuhan kalori, umumnya 15% dari total kalori (untuk
kebutuhan yang tinggi dapat mencapai 20-25%). Tentukan jumlah
asam amino (protein) dengan membagi kalori yang berasal dari protein
yaitu 4 kkal/g. Kalori dari protein = kalori total x 0.15 Gram protein =
kalori protein : 4 Apabila digunakan larutan asam amino yang
mempunyai konsentrasi 5%, maka jumlah larutan asam amino yang
dibutuhkan (ml) adalah: Gram protein : 0.05
4. Dekstrosa
Hitung kebutuhan kalori yang berasal dari KH. Kalori dekstrosa =
kalori total - kalori lipid kalori protein Tentukan konsentrasi larutan

16
dekstrosa yang akan digunakan (misalnya 40%= 40 g/L). Sehingga
jumlah larutan yang dibutuhkan = kalori dekstrosa: 0.04
5. Tambahkan aquades berdasarkan perhitungan kebutuhan cairan
dikurangi dengan jumlah larutan lipid, protein dan KH.
6. Sehingga komposisi akhir larutan PN adalah
............. ml dekstrosa 40%
............. ml asam amino 5%
............. ml emulsi lipid 10% (atau 20%)
............. aquades
Ditambah dengan elektrolit dan trace element.
f) Pemantauan: Harus dilakukan setiap hari terhadap keadaan klinis dan
komplikasi yang mungkin terjadi, serta pemeriksaan laboratorium yang
dimulai pada awal pemberian PN dan selanjutnya secara berkala
tergantung keperluan/keadaan dan jenis pemeriksaan

3.4 Kandungan Nutrisi Dari Produk Parenteral


a) Nutrisi Parenteral Total
1. Clinimix N9G15E Larutan steril, non pirogenik untuk infus
intravena. Dikemas dalam satu kantong dengan dua bagian: satu
berisi larutan asam amino dengan elektrolit, bagian yang lain berisi
glukosa dengan kalsium. Tersedia dalam ukuran 1 liter. Komposisi:
Nitrogen (g) 4,6 asam amino (g) 28 glukosa 75 (g) 75 total kalori
(kkal) 410 kalori glukosa (kkal) 300 natrium (mmol) 35 kalium
(mmol) 30 magnesium (mmol) 2,5 kalsium (mmol) 2,3 asetat
(mmol) 50 klorida (mmol) 40 fosfat dalam HPO4- (mmol)15 pH 6
osmolaritas (mOsm/I) 845
2. Minofusin Paed Larutan asam amino 5% bebas karbohidrat,
mengandung elektrolit dan vitamin, terutama untuk anak-anak dan
bayi. Bagian dari larutan nutrisi parenteral pada prematur dan bayi.
Memberi protein pembangun, elektrolit, vitamin dan air pada kasus
dimana pemberian peroral tidak cukup atau tidak memungkinkan,

17
kasus di mana kebutuhan protein meningkat, defesiensi protein
atau katabolisme protein. Komposisi: 6 Tiap 1000 ml
2. Nutrisi Parenteral Parsial
Adalah preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak
(kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed micelles (glycoholic acid
dan lecithin). Mengingat kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin
berkurang karena berbagai situasi stress (trauma, bedah, lukabakar,
infeksi) yang dapat memperlambat proses penyembuhan. Komposisi :
setiap vial mengandung Retinol palmitat amount corresponding to
retinol 3.500 IU, Cholecalciferol 220 IU, DL alphatocopherol 11.200
mg, Asam askorbat 125.000 mg, cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg,
amount corresponding to thiamine 3.510 mg, riboflavine sodium
phospate dihydrate 5.670 mg, amount dyhidrate 5.670 mg, amount
corresponding to riboflavine 4.114 mg, pyridoksine hydrockorida 5.500
mg, amount corresponding to pryrodxine 4.530 mg, cyanocobalamine
0.006 mg, asam folat 0,414 mg, dexaphentanol 16.150 mg, amount
corresponding to pantothenic acid 17.250 mg, biotin 0.069 mg,
nicotinamide 46.000 mg, glisin 250.000 mg, glycoholic acid 140.000
mg, soya lecithin 112.500 mg, sodium hydroxida q.s. Ph=5,9.

3.5 Dasar Pemberian Parenteral Nutrition


1. Prabedah pada pasien yang mengalami emasiasi, deplesi nutrien yang
berat, atau yang kehilangan berat badan sampai lebih dari 10% berat
badan semula.
2. Pasca bedah pada pasien yang tidak mampu makan secara normal selama
lima hari atau lebih.
3. Keadaan trauma seperti luka bakar atau fraktur multipel dengan
komplikasi lain seperti sepsis yang kebutuhan nutriennya sangat tinggi.
Penyakit kanker, khususnya sebagai terapi penunjangan pada terapi
utama yang terdiri atas pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
4. Malnutrisi protein atau protein-kalori atau kalau berat badan tanpa
edema atau sepsis turun sampai 10% lebih di bawah berat badan
idealnya.

18
5. Penolakan atau ketidak mampuan makan seperti pada keadaan koma,
anoreksia nervosa, atau kelainan neurologis seperti para lisis
pseudobular yang membuat pasien tidak dapat memakan makanan secara
normal.

3.6 Macam-Macam Parenteral Nutrition


a. Nutrisi Parenteral Sentral
1. Diberikan melalui central venous,bila konsentrasi > 10% glukosa.
2. Subclavian atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu
singkat sampai < 4minggu.
3. jika > 4 minggu,diperlukan permanent cateter seperti implanted
vascular access device
b. Nutrisi Parenteral Perifer
1. PPN diberikan melalui peripheral vena.
2. PPN digunakan untuk jangka waktu singkat 5 -7 hari dan ketika
pasien perlu konsentrasi kecil dari karbohidrat dan protein.
3. PPN digunakan untuk mengalirkan isotonic atau mild hypertonic
solution.High hypertonic solution dapat menyebabkan
sclerosis,phlebitis dan bengkak

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

19
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan
kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin.
Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric,
transpilorik, perkutaneus. Sedangkan Nutrisi parenteral (PN) adalah suatu bentuk
nutrisi yang disampaikan melalui pembulu darah. Nutrisi parenteral tidak
menggunakan sistem pencernaan. Nutrisi ini dapat diberikan kepada orang yang
tidak mampu menyerap nutrisi melalui saluran pencernaan karena muntah yang
tidak terhenti, diare berat, atau penyakit usus. Berbagai penelitian terkait
pemberian nutrisi secara enteral dan parenteral pada pasien kritis telah banyak
dilakukan. Dalam perawatan terhadap penderita sakit kritis, nutrisi enteral selalu
menjadi pilihan pertama dan nutrisi parenteral menjadi alternatif berikutnya. Early
EN dan Late PN memiliki risiko komplikasi yang lebih rendah dan clinical
outcome yang lebih baik dibandingkan Late EN dan Early PN. Perlu diperhatikan
bahwa pemberian nutrisi yang kurang atau lebih dari kebutuhan akan merugikan
pasien. Hampir semua pasien kritis mengalami anoreksia atau tidak mampu
makan karena penurunan kesadaran, pemberian sedasi atau terintubasi melalui
saluran nafas bagian atas sehingga menyebabkan malnutrisi. Jika support nutrisi
diberikan secara dini yaitu energi, protein dan nutrisi-nutrisi lain yang diperlukan
mampu mengoptimalkan sistem imun, meningkatkan penyembuhan luka,
mengurangi risiko kematian dan komplikasi serta memperpendek lama rawat,
biaya dan waktu penyembuhan pasien di ICU (Ziegler, 2009; Menerez, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Alberda, Cathy., et al., 2009. The Relationship Between Nutritional Intake


And Clinical Outcomes In Critically Ill Patients: Results Of An
International Multicenter Observational Study. Intensive Care Med

20
(2009) 35:1728–1737 DOI 10.1007/s00134009-1567-4. Diakses tanggal
4 Juli 2014 pukul 12.15 WIB.
http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer.

Casaer, Michael P., et al. 2011. Early versus Late Parenteral Nutrition in
Critically Ill Adults. The New England Journal of Medicine 365; 6
nejm. org August 11, 2011. Diakses tanggal 4 Juli 2014 pukul 11.59
WIB. http://search.proquest.com.

Elson, M. Zamora. 2012. Nutritional Support Response In Critically Ill


Patients; Differences Between Medical And Surgical Patients. Nutr
Hosp. 2012;27(4):1197-1202 ISSN 0212 t6tl CODEN NUHOEQ S.V.R.
318. Diakses tanggal 4 Juli 2014 pukul 12.28 WIB.
http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?
sid=91522d74-fa0d-402d-
9f184f8a9c530626%40sessionmgr4005&vid=1&hid=4206.

21

Anda mungkin juga menyukai