Anda di halaman 1dari 55

TUGAS MATA KULIAH

“KMB I ASKEP CARDIOVASCULAR”


ASKEP CARDIO DENGAN INFEKSI JANTUNG
Dosen Pengampu
Ns. Rany Agustin W, M.Kep

Disusun Oleh :
ALFIYAH (21.14401.0004)
ANANDA DESAM S.V.S (21.14401.0006)
FAJRUL FALAH AL VINDI (21.14401.0020)
LAILATUL FAJARIAH (21.14401.0030)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB I ASKEP
CARDIOVASCULAR yang menjadi salah satu mata kuliah wajib di Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso;
2. Ibu Ns. Rany Agustin W, M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah KMB I
ASKEP CARDIOVASCULAR;
3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari
Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 27 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penyusunan .....................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infeksi Jantung...........................................................................3
2.2 Klasifikasi Infeksi Jantung...........................................................................3
2.3 Etiologi Infeksi Jantung...............................................................................3
2.4 Tanda dan Gejala Infeksi Jantung................................................................4
2.5 Concept Map Keperawatan..........................................................................6
2.6 Farmakologi.................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................9
2.8 Penatalaksanaan ........................................................................................11
2.9 Asuhan Keperawatan ................................................................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................................18
3.2 Saran...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) merupakan kasus
infeksi yang menyerang pada sistem kardiovaskuler. Jantung merupakan salah satu
organ vital yang sangat penting bagi tubuh.  Jantung berfungsi untuk memompa darah
ke seluruh tubuh. Organ ini sangat penting bagi tubuh, jika terjadi kerusakan
didalamnya akan sangat berbahaya, dan harus dilakukan pengobatan atau
penatalaksanaan lebih lanjut. Ada beberapa penyakit yang menyerang organ vital ini,
diantaranya Endokarditis, Miokarditis dan Perikarditis. Endokarditis yaitu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung.
Sedangkan Miokarditis yaitu radang otot jantung atau miokard. Dan Perikarditis adalah
peradangan perikard parietal, viseral atau keduanya.
Indonesia sehat merupakan suatu tujuan impian dari seluruh masyarakat
Indonesia agar tercapainya masyarakat yang sehat dimana seluruh individu sudah dapat
mempertahankan kualitas hidup dan meningkatkan derajat kesehatan melakukan
tindakan pencegahan terhadap timbulnya penyakit dengan mandiri, mengobati dan
rehabilitasi atau pemulihan dari suatu penyakit. Salah satu dari penyebab tingginya
angka kesakitan dan kematian adalah penyakit dari Gangguan Infeksi System
Cardiovascular yaitu Myocarditis , Perikarditis , Endokarditis .
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada
umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi
alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi
Terdapat perubahan epidemiologi endokarditis infektif pada saat sekarang yang
disebabkan tingkat kesehatan umum yang baik, tingkat kesehatan gigi yang baik,
pengobatan yang lebih dini dan penggunaan antibiotic. Insidens endokarditis 10-60
kasus per 1.000.000 penduduk per tahun diseluruh dunia dan cenderung meningkat
pada usia lanjut. Penyakit ini perlu penanganan dan pengobatan yang tepat dan sesegera
mungkin karena apabila tidak disegerkan akan mengakibatkan dampak yang fatal.
Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal, perikardium viseral atau
kedua- duanya. Terbagi atas perikarditis akut dan kronik. Perikarditis Akut Etiologi
Infeksi virus, infeksi bakteri spesifik atau non-spesifik, uremia, trauma, sindrom pasca
infark miokard, sindrom pasca perikardiotomi, neoplasma dan idiopatik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diangkat untuk di bahas pada makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian Apa yang dimaksud Infeksi Jantung?
2. Apa saja klasifikasi dari Infeksi Jantung ?
3. Bagaimana etiologi Infeksi Jantung?
4. Bagaimana tanda dan gejala Infeksi Jantung ?
5. Bagimanakah konsep map dari Infeksi Jantung ?
6. Bagaimana farmakologi Infeksi Jantung ?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Infeksi Jantung?
8. Bagaimana penatalaksanaan Infeksi Jantung?
9. Bagaimana asuahan keperawatan Infeksi Jantung?

1.3 Tujuan Penyusunan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan makalah kami ini antara lain
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Infeksi Jantung
2. Untuk mengetahui klasifikasi Infeksi Jantung
3. Untuk mengetahui etiologi Infeksi Jantung
4. Untuk mengetahui tanda gejala Infeksi Jantung
5. Untuk mengetahui konsep map Infeksi Jantung
6. Untuk mengetahui farmakologi Infeksi Jantung
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Infeksi Jantung
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Infeksi Jantung
9. ntuk mengetahui asuhan keperawatan Infeksi Jantung
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infeksi Jantung


Infeksi Jantung adalah infeksi yang terjadi pada bagian  lapisan jantung bagian
dalam  dan katup. Infeksi dapat terjadi pada organ jantung seperti halnya organ-organ
lain, dalam hal ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas pasien. Disebabkan oleh bakteri streptokokkus,stapilokokkus,
virus, jamur. 
Infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) merupakan kasus infeksi
yang menyerang pada sistem kardiovaskuler. Ada beberapa penyakit yang menyerang
organ vital ini, diantaranya Endokarditis, Miokarditis dan Perikarditis. Endokarditis
yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub
jantung. Sedangkan Miokarditis yaitu radang otot jantung atau miokard. Dan
Perikarditis adalah peradangan perikard parietal, viseral atau keduanya.
2.2 Klasifikasi Infeksi Jantung
Infeksi pada organ jantung dinamakan sesuai bagian yang terlibat,seperti hal dibawah
ini:
1. Infeksi pada Pericardium disebut Pericarditis .
2. Infeksi pada otot jantung(muscularis) disebut Myocarditis.
3. Infeksi pada endocard disebut Endocarditis
2.3 Etiologi Infeksi Jantung

1. Pericarditis
Penyakit idiopatik (beningna), infeksi non spesifik (virus, bakteri, jamur , TBC,
penyakit kolagen, artritis reumatoid, sistemic lupus eritromatosus, neoplasma
seperti mesotelioma, tumor metastasis, trauma, radiasi, uremia, infark miokard akut,
dressler sindrom, sindrom paska perikardiotomi , dan diseksi aorta). Walaupun
banyak penyebab perikarditis akut, penyebab paling sering dengan urutan adalah :
infeksi virus, infeksi bakteri, uremia, trauma, sindrom paska infark, sindrom paska
perikardiotomi, neoplasma dan idiopatik.

2. Myocarditis
Miokarditis biasanya diakibatkan oleh proses infeksi, terutama oleh virus,
bakteri, jamur, parasit, protozoa, dan spiroseta, atau dapat juga disebabkan oleh
keadaan hipersensitifitas seperti demam rematik. Jadi, miokarditis dapat terjadi pada
pasien dengan infeksi akut, yang menerima terapi imunosupresif, atau yang
menderita endokarditis infeksi.
3. Endocarditis
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu
mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas. Sebelum ditemuklan
antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh streptokokus
viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi
endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi. Penyebab lain dari infeksi
endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureus yang menyebabkan
infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis,
stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida.
Faktor predisposisi adalah kelainan katup jantung, terutama penyakit jantung
reumatik, katup aorta bikuspid, prolaps katup mitral dengan regurgitasi, katup
buatan, katup yang floppy pada sindrom Marfan, tindakan bedah gigi atau orofaring
yang baru, tindakan atau pembedahan pada saluran urogenital atau saluran napas,
pecandu narkotika intravena, kelainan jantung bawaan, luka bakar, hemodialisa,
penggunaan kateter vena sentral, dan pemberian nutrisi parenteral yang lama.
2.4 Tanda dan gejala Infeksi Jantung

1. Pericarditis

Sakit dada sub sternal/para sternal , kadang menjalar ke bahu, lebih ringan
bila duduk. Pemeriksaan klinik ditemukan perikardial friction rub dan
pembesaran jantung. Tanda-tanda penyumbatan ditemukan lewat tekanan vena
meningkat, hematomegali dan udem kaki, bunyi jantung lemah, tetapi dapat
normal bila efusi perikard berada dibelakang. Foto rontgen tampak normal bila
efusi perikar sedikit. Tampak bayangan jantung membesar bila efusi perikard
banyak. EKG memperlihatkan segmen ST tanpa perubahan resiprokal, voltase
QRS rendah. Pemeriksaan Echo: M-mode dua dimensi sangat baik untuk
memastikan adanya efusi dan banyaknya cairan .
2. Myocarditis
Gejala klinis tidak khas, kelainan ECG sepintas, jarang menyebabkan
pembesaran jantung, irama gallop dan dekompensasi jantung. Miokarditis oleh
reuma akut disertai gejala berat .
Gejala yang sering ditemukan:
1. Takikardia : Peningkatan suhu akibat infeksi menyebabkan frekuensi
denyut nadi akan meningkat lebih tinggi .
2. Bunyi jantung melemah, disebabkan penurunan kontraksi otot jantung .
Katub-katub mitral dan trikuspid tidak dapat ditutup dengan keras
3. Auskultasi: gallop, gangguan irama supraventrikular dan ventricular
4. Gagal jantung : Dekompensasi jantung terutama mengenai jantung
sebelah kanan.
3. Endocarditis
Endokarditis infeksi biasanya mendadak. Tanda dan gejala berkembang
akibat efek toksik infeksi, akibat destruksi katup jantung, dan akibat emboli
fragmen vegetatif di jantung. Manifestasi umum, mirip dengan influensa, mencakup
keluhan yang tidak jelas tentang adanya kelemahan, tidak ada nafsu makan, berat
badan menurun, batuk, nyeri sendi dan punggung. Terjadi demam intermitten dan
mungkin tidak ada demam pada pasien yang sudah mendapat antibiotik atau
kortikosteroid atau pada manula, dan pada mereka yang mengalami gagal jantung
kongestif atau gagal ginjal. Perdarahan splinter (garis atau goresan perdarahan) bisa
dilihat di kuku jari tangan atau kaki, dan petekia dapat muncul di konjungtiva dan
membran mukosa. Perdarahan dengan bagian tengah pucat (spot Roth) yang dapat
terlihat di fundus okuli disebabkan oleh emboli di lapisan serabut saraf di mata.
Manifestasi jantung mencakup murmur jantung, yang pada mulanya tidak
ada. Perkembangan murmur yang progressif sesuai perkembangan waktu dapat
terjadi dan menunjukkan adanya kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi
katup atau chordae tendineae. Pembesaran jantung atau adanya bukti gagal jantung
kongestif juga bisa terjadi. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit kepala,
iskemia serebral transien atau sementara, dan stroke, yang mungkin diakibatkan
oleh emboli pada arteri serebral.

2.5 Patofisiologi Infeksi Jantung

1. Pericarditis
Patofisiologi perikarditis bermula dari adanya proses peradangan yang
diakibatkan oleh infeksi virus dan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan
penumpukan cairan efusi dalam rongga perikardium dan dapat menimbulkan
kenaikan tekanan intrakardial. Kenaikan tekanan tersebut akan mempengaruhi daya
kontraksi jantung, sehingga akhirnya dapat menimbulkan proses fibrotik dan
penebalan perikardial, setelah lama kelamaan maka akan terjadi kontriksi
perikardial dengan pembentukan cairan, jika berlangsung secara kronis maka akan
menyebabkan fibrosis (pembentukan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan dalam
suatu organ atau jaringan dalam sebuah proses reparatif atau reaktif).
Menghambat
Reaksi radang Curah jantung
pengisian
(efusi perikard) berkurang
ventrikel

Bila berlanjut perikard mengalami


fibrosis,jaringan parut
Gang.sirkulasi
meluas,penebalan,kalsifikasi,dan
dg pnurunan TD
juga terisi eksudat dan berakhir dg
kongesti sistemik

2. Myocarditis
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga
mekanisme dasar : 1) Invasi langsung ke miokard.
2) Proses immunologis terhadap miokard.
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis viral ada dua tahap, fase pertama (akut) berangsung kira-kira 1
minggu (pada tikus) di mana terjadi invasi virus ke miokardium, replikasi virus dan
lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau
dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem imun
akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibodi terhadap miokardium,
akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung
beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokardium dan
yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan sel-sel
endotel dan terbentuknya antibodi endotel, diduga sebagai penyebab spasme
mikrovaskular. Walaupun etiologi kelainan mikrovaskular belum pasti, tetapi sangat
mungkin berasal dari respon imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses
berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks
miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut
otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini
mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir
dengan payah jantung (Elly Nurachmach, 2009).

3. Endocarditis
Kuman paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu juga
melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit.
Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan
menimbulakan vegetasi yang terdiri atas trombosis dan fibrin. Vaskularisasi
jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme
berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard,
kuman yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi
kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan
abses miokard atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka
dapat terjadi ruptur yang mengakibatkan terjadinya kebocoran katub.
Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari
endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya
emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur biasanya lebih besar,
umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula. Tromboemboli yang
terinfeksi dapat teranggkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung,
anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli menyangkut di ginjal. akan meyebabkan
infark ginjal, glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan menimbulkan rasa sakit
dan nyeri tekan.
Bakteri masuk melalui saluran napas bagisan atas selain itu juga
melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit

Endokard yang rusak terinfeksi dan menimbulkan adanya


vegetasi (penempelan) yang terdiri atas trombosis dan fibrin

Vaskularisasi jaringan tidak berlangsung


dengan baik mikroorganisme berkembang baik

Kerusakan katup dan endokard hingga terjadi


kebocoran

Pembentukan trombus yang mengandung kuman


dan kemudian lepas dari endokard

Tromboemboli yang terinfeksi terangkut sampai ke jaringan otak,


limpa,ginjal,saluran cerna,jantung,anggota gerak,kulit,dan paru.

2.6 Farmakologi Infeksi Jantung

1. Pericarditis
Perikardiektomi merupakan tindakan untuk menghilangkan tahanan
pengisian ventrikel pada fase diastolic. Analgetik dapat diberikan untuk mengurangi
nyeri
2. Myocarditis
Seperti pengobatan gagal jantung :
1. Pengobatan mengatasi infeksi
2. Bedrest
3. Bantuan pacu jantung
4. Untuk miokarditis akibat difteri sering berbahaya karena dapat mengganggu
konduksi jantung sehingga terjadi blokade jantung total dalam hal ini
penderita harus mendapat alat pacu jantung permanen.

3. Endocarditis
Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang
diperkirakan sensitif terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya
streptokokus viridan yang sensitif terhadpa penicillin G , diberikan dosis 2,4 - 6 juta
unit per hari selama 4 minggu, parenteral untuk dua minggu, kemudian dapat
diberikan parenteral / peroral penicillin V karena efek sirnegis dengan streptomicin,
dapat ditambah 0,5 gram tiap 12 jam untuk dua minggu . Kuman streptokokous
fecalis (post operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin sering kambuh dan
resiko emboli lebih besar oleh karena itu digunakan penisilin bersama dengan
gentamisin yang merupakan obat pilihan. Dengan dosis penisilin G 12 - 24 juta
unit/hari,dan gentamisin 3 - 5 mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3 dosis. Ampisilin dapat
dipakai untuk pengganti penisilin G dengan dosis 6 - 12 gr/hari . Lama pengobatan
4 minggu dan dianjurkan sampai 6 minggu. Bila kuman resisten dapat dipakai
sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin 12 gr/hari
atau vankomisin 0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat
adalah 4 minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat golongan
aminoglikosid : gentamisin 5 - 7 mg/kgBB per hari, gentamisin sering
dikombinsaikan dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari , ampisilin dan
karbenisilin. Untuk penyebab jamur dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per
hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per hari peroral dapat dipakai sendiri atua
kombinasi. Infeksi yang terjadi katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa,
biasanya memerlukan tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotik penting
sekali mengobati penyakit lain yang menyertai seperti : gagal Jantung . Juga
keseimbangan elektrolit, dan intake yang cukup .

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pericarditis
A. Electrocardiogram : Electrocardiogram (EKG atau ECG) menunjukan
aktivitas elektrik jantung. Pada pericarditis, seringkali ada kelainan-kelainan
yang adakalanya dapat membantu dengan diagnosis. Sayangnya, banyak varian-
varian yang normal dapat meniru perubahan-perubahan pada pericarditis atau
EKG mungkin adalah normal.
B. X-Ray : X-ray dada mungkin menyarankan pembesaran jaringan jantung dan
dapat digunakan untuk menyampingkan persoalan-persoalan lain didalam dada.
C. Echocardiography : Echocardiography atau ultrasound jantung seringkali
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Cardiologist (ahli jantung) mencari
kehadiran dari cairan dalam kantong pericardial, meskipun pada banyak kasus-
kasus yang ringan dari pericarditis akut, tidak ada cairan pericardial yang
terlihat dengan echocardiography.
D. Pengujian Darah : Pengujian darah dapat digunakan untuk mencari penyebab-
penyebab yang spesifik dari pericarditis seperti infeksi, leukemia, gagal ginjal,
penyakit-penyakit jaringan penghubung atau kelainan-kelainan tiroid.
2. Myocarditis

A. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan etiologi. Biakan darah dapat
menemukan sebagian besar organisme pathogen. Enzim keratin kinase atau
laktat dehidroginase (LDH) dapat meningkat sesuai luasnya nekrosis miokard.
B. Foto thorak
Ukuran jantung sering membesar kadang disertai kongesti paru
C. Elektrocardiograf
Muncul kelainan sinus takikardia, perubahan segmen ST dan gelombang T serta
low voltage. Kadang ditemukan aritmia atrial atau ventrikuler, AV block, dan
QT memanjang.
D. Ekokardiograf
Pada kedua ventrikel sering didapat hipokinetik, bersifat regional terutama di
apeks. Adanya penebalan dinding ventrikel, trombus ventrikel kiri, pengisian
diastolic yang abnormal dan efusi pericardial.

2. Endocarditis
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis (neutrofilia), anemia
normositik normokrom, peningkatan LED, imunoglobulin serum meningkat, uji
fraksi gamaglobulin positif, total hemolitik komplemen dan komplemen C3 dalam
serum menurun, serta kadar bilirubin darah yang sedikit meningkat. Pada
pemeriksaan urin didapatkan proteinuria dan mikrohematuria.
Pembiakan darah dilakukan selama 1-3 minggu untuk mencari
mikroorganisme yang mungkin berkembang biak agak lambat. Darah diambil tiap
hari berturut-turut selama 2-5 hari sebanyak 10 ml, sebelum diberikan antibiotik.
Bila antibiotik telah diberikan, hentikan selama 3-7 hari. Paling kurang dua kali
pembiakan harus memberikan hasil yang sama. Pada hasil yang positif dilakukan uji
resistensi terhadap antibiotik.
Foto toraks dilakukan untuk mencari tanda-tanda gagal jantung kongestif
sebagai komplikasi yang sering, adanya bercak infiltrat kecil multipel pada
penyalahgunaan narkotika intravena, dan klasifikasi katup. EKG diperlukan untuk
mencari infark tersembunyi yang disebabkan emboli atau vegetasi pada arteri
koronaria, dan gangguan hantaran yang disebabkan endokarditis.
Endokardiografi perlu untuk melihat vegetasi pada katup aorta, terutama
vegetasi yang besar (>5 mm), melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel
yang progresif, mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis, dan
melihat penutupan katup mitral yang lebih dini.
2.8 Penatalaksanaan Infeksi jantung
1. Pericarditis
1. Bed rest sampai keadaan membaik
2. Analgetik dapat diberikan untuk mengurangi nyeri
3. Kortikosteroid untuk mengontrol gejala dan mencegah efusi perikard
4. Perikarditis akibat tuberculosis di obati dengan,isomiasid,etambutol
hidroklorid,rifampin,dan streptomisin
5. Bila kondisi pasien sudah membaik aktivitas harus ditingkatkan secara
bertahap. Tetapi bila nyeri ,demam atau friction rub kembali muncul, pasien
harus segera tirah baring.

2. Myocarditis
1. Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasari (penisilin
untuk streptokokus hemolitikus).
2. Pasien dibaringkan (bila sesak posisi semi fowler) ditempat tidur untuk
mengurangi beban jantung. Berbaring juga membantu mengurangi kerusakan
miokardial residual dan komplikasi miokarditis.
3. Fungsi jantung dan suhu tubuh harus selalu dievaluasi.
4. Bila terjadi gagal jantung kongestif harus diberikan obat untuk memperlambat
frekuensi jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi.

Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasarinya,


bila diketahui (mis: penisilin untuk Streptococcus hemolitikus), dan dibaringkan di
tempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Berbaring juga membantu
mengurangi kerusakan miokardial residual dan komplikasi miokarditis.

Fungsi jantung dan suhu tubuh selalu dievaluasi untuk menentukan apakah
penyakit sudah menghilang dan apakah sudah terjadi gagal jantung kongestif. Bila
terjadi disritmia, pasien harus dirawat di unit yang mempunyai sarana pemantauan
jantung berkesinambungan sehingga personel dan peralatan selalu tersedia bila
terjadi disritmia yang mengancam jiwa. Bila telah terjadi gagal jantung kongestif,
harus diberikan obat untuk memperlambat frekuensi jantung dan meningkatkan
kekuatan kontraktilitas. Stoking elastik dan latihan aktif dan pasif harus dilakukan,
karena embolisasi dari trombosis vena dan mural trombi dapat terjadi.

3. Endokarditis
1. Penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena dosis
tinggi selama minimal 2 minggu.
2. memberian antibiotik saja tidak cukup pada infeksi katup buatan.
Mungkin perlu dilakukan pembedahan jantung untuk memperbaiki atau
mengganti katup yang rusak dan membuang vegetasi.
3. Sebagai tindakan pencegahan, kepada penderita kelainan katup jantung, setiap
akan menjalani tindakan gigi maupun pembedahan sebaiknya diberikan
antibiotik.

Pengobatan akan berhasil baik bila dimulai sedini mungkin, obat tepat
(terutama sesuai dengan uji resistensi), dan waktu yang cukup. Pengobatan empiris
untuk endokarditis akut adalah dengan nafsilin 2 g/4 jam, ampisilin 2 g/4 jam dan
gentamisin 1,5 mg/kg/ BB/8 jam. Sedangkan untuk endokarditis subakut, cukup
dengan ampisilin dan gentamisin. Pada orang dewasa atau anak-anak dengan
endokarditis disertai kelainan jantung reumatik dan bawaan dapat diberi penisilin G
2,4-6 juta unit/hari dan diteruskan selama 4 minggu. Penisilin diberi secara
parenteral selama 2 minggu dan selanjutnya diberi secara parenteral atau oral
(penisilin V). Dapat ditambahkan streptomisin 0,5 mg tiap 12 jam selama 2 minggu.

Pada orang tua atau wanita setelah tindakan obstetrik dan ginekologis dapat
diberi penisilin G 1,2-2,4 juta unit/hari parenteral ditambah gentamisin 3-5 mg/kg
BB yang dibagi dalam 2-3 dosis. Ampisilin dapat dipakai dengan dosis 6-12 g
sehari. Lama pengobatan minimal 4-6 minggu. Bila kuman resisten terhadap
penisilin, dapat dipakai sefalotin 1,5 g tiap 3 jam IV atau nafsin 1,5 g tiap 4 jam,
oksasilin 12 g/hari atau vankomisin tiap 6 jam atau eritromisin 0,5 g tiap 8 jam.
Endokarditis yang disebabkan oleh jamur biasanya fatal, diberikan amfoterisin
B0,5-1,2mg/kgBB/hari IV dan flurositosin 150 mg/kgBB per oral. Profilaksis
antibiotik diperlukan pada tindakan yang memungkinkan terjadinya bakteremia,
misalnya operasi atau pencabutan gigi, American Heart Association
merekomendasikan pemberian amoksisilin 3 g secara oral pada 1 jam sebelum
prosedur diikuti 1,5 g pada 6 jam setelah dosis inisial. Bila pasien alergi terhadap
penisilin, dapat diberikan 800 mg eritromisin etilsuksinat atau 1 g eritromisin stearat
2 jam sebelum prosedur, atau 300 mg klindamisin oral 1 jam sebelum prosedur,
diikuti pemberian berikutnya 6 jam setelah dosis inisial.

2.9 Asuhan keperawatan Infeksi Jantung


a) PENGKAJIAN
 Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelelahan, kelemahan.
Tanda: Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
 Sirkulasi
Gejala: Riwayat demam reumatik, penyakit jantung kongenital, IM, bedah
jantung. Palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda: Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction rub
perikardia, murmur aortik/mitral, irama gallop, edema, petekie, hemoragi
splinter, nodus Osler, lesi Janeway.
 Eliminasi
Gejala: Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda: Urine pekat gelap.
 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,
gerakan menelan, berbaring; hilang dengan duduk, bersandar kedepan
(perikarditis), tidak hilang dengan nitrogliserin. Nyeri dada/punggung/ sendi
(endokarditis).
Tanda: Perilaku distraksi, mis: gelisah.
 Pernapasan
Gejala: Napas pendek, napas pendek kronik memburuk pada malam hari
(miokarditis).
Tanda: Dispnea, dispnea nokturnal, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels,
dan ronki, pernapasan dangkal.
 Keamanan
Gejala: Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun, SLE,
atau penyakit kolagen lain.
Tanda: Demam.
 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Terapi IV jangka panjang atau penggunaan kateter indwelling atau
penyalahgunaan obat parenteral.
Pertimbangan rencana pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama
perawatan 4,3 hari (perikarditis), 5,5 hari (miokarditis), 17 hari
(endokarditis). Bantuan dalam penyiapan makanan, berbelanja, transportasi,
kebutuhan perawatan diri, tugas dan pemeliharaan rumah tangga.

b) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek sistemik dari infeksi.
2. Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung.
3. Penurunan curah jantung b/d penurunan kontraktilitas otot jantung.
4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit.

c) INTERVENSI
1. Nyeri akut b/d efek sistemik dari infeksi.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
Intervensi
a) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau
penurun.
R/ Nyeri perikarditis secara khas terletak substernal dan dapat menyebar ke
leher dan punggung, namun ini berbeda dari iskemia miokard/nyeri infark.
Nyeri dada dapat atau mungkin tidak menyertai endokarditis dan miokarditis,
tergantung pada adanya iskemia.
b) Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan, mis: perubahan
posisi, gosokan punggung, penggunaan kompres panas/dingin, dukungan
emosional.
R/ Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
pasien.
c) Berikan aktivitas hiburan yang tepat. R/ Mengarahkan kembali perhatian,
memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu
d) Kolaborasi pemberian obat nonsteroid dan antipiretik sesuai indikasi.
R/ Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi dan
meningkatkan kenyamanan.
2. Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan dalam toleransi aktivitas.
Intervensi :
a) Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dalam
keluhan kelemahan, keletihan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R/ Miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi
sel-sel miokardial akibat GJK. Penurunan pengisian dan curah jantung
menyebabkan pengumpulan cairan dalam kantung perikardial bila ada
perikarditis. Endokarditis dapat terjadi dengan disfungsi katup, secara
negatif mempengaruhi curah jantung
b) Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan
sebelum/setelah aktivitas dan selama diperlukan.R/ Membantu menentukan
derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia,
disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung
terhadap aktivitas.
c) Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut dari perikarditis/
endokarditis.
d) Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.
R/ Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu
pada jantung; meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping
emosional.

3. Penurunan curah jantung b/d penurunan kontraktilitas otot jantung.


Tujuan : Menunjukkan penurunan episode dispnea, angina, dan disritmia.
Intervensi
a) Pantau frekuensi/irama jantung.
R/ Takikardia dan disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya untuk
meningkatkan curahnya berespon pada demam, hipoksia, dan asidosis
karena iskemia.
b) Dorong tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
R/ Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
c) Dorong penggunaan teknik manajemen stress, mis: bimbingan imajinasi,
latihan pernapasan.
R/ Perilaku yang bermanfaat untuk mengontrol ansietas, meningkatkan
relaksasi, menurunkan beban kerja jantung.
d) Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palpitasi, nyeri dada kontinu. Perhatikan
adanya bunyi napas adventisius, demam.
R/ Manifestasi klinik dari GJK yang dapat menyertai endokarditis
(infeksi/disfungsi katup)/miokarditis (disfungsi otot mioard akut).
e) Kolaborasi pemberian, mis: digitalis, diuretik; antibiotik/antimikrobial IV
sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan efek metabolisme
anaerob, yang terjadi sebagai akibat dari hipoksia dan asidosis, antibiotik
mengatasi keterlibatan patogen dan mencegah kerusakan jantung lebih
lanjut.
4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit.
Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan
pengobatan, dan kemungkinan komplikasi.

Intervensi
a. Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien.
Ajarkan untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan
komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada
pemberi perawatan, contoh demam, peningkatan/nyeri dada tak biasanya,
peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
R/ Untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu
memahami penyebab khusus, pengobatan, dan efek jangka panjang yang
diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang
menunjukkan kekambuhan/komplikasi.
b. Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat;
kebutuhan diet/pertimbangan khusus; aktivitas yang diizinkan/dibatasi.
R/ Informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan
keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
c. Kaji ulang perlunya antibiotik jangka panjang/terapi antimikrobial.
R/ Perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotik IV/ antimikrobial
perlu sampai kultur darah negatif/hasil darah lain menunjukkan tak ada
infeksi.
d. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan medis teratur.
R/ Pemahaman alasan untuk pengawasan medis dan rencana untuk/
penerimaan tanggung jawab untuk evaluasi menurunkan risiko
kambuh/komplikasi.
e. Identifikasi faktor risiko pencetus yang dapat dikontrol pasien, contoh
penggunaan obat IV dan penanganan masalah.
R/ Pasien mungkin termotivasi dengan adanya masalah jantung untuk
mencari dukungan untuk menghentikan penyalahgunaan obat/perilaku
merusak.

d. EVALUASI
1. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
2. Menunjukkan peningkatan dalam toleransi aktivitas.
3. Menunjukkan penurunan episode dispnea, angina, dan disritmia.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan, dan
kemungkinan komplikasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme


pada katub jantung. Infeksi pada endokard dapat meneyebabkan robeknya katub.
Ada beberapa gejala diantaranya gejala umum, gejala emboli, dan gejala jantung.
Diagnosis endokarditis infeksi dapat ditegakkan bila ditemukan kelainan katub,
kelainan jantung bawaan. Perlu adanya pencegahan infektif endokarditis dalam
penatalaksanaan infektis endokarditis. Tindakan pembedahan dapat dilakukan
semasa kehamilan.

Sedangkan Miokarditis adalah radang miokard disebabkan penyakit


reumatik akut dan infeksi virus. Kelainannya dapat disebabkan oleh beberapa
mekanisme yang akhirnya akan menyebabkan payah jantung. Gejala yang sering
ditenukan yaitu adanya takikardia, bunyi jantung melemah, gagal jantung. Diagnosa
ditegakkan dengan adanya gejala-gejala tersebut.

Perikarditis adalah peradangan perikard parietal, viseral atau keduanya yang


disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri. Tamponade jantung merupakan
kelainan yang paling fatal. Gejala yang ditemukan yaitu lewat tekanan vena
meningkat, hematomegali dan edema kaki, bunyi jantung lemah. Diagnosa dapat
ditegakkan dengan adanya keluhan pokok, tanda pokok dan laporan laboratorium.

3.2 Saran

Setelah mengetahui tentang gejala-gejala penyakit tersebut, sebaiknya


masyarakat lebih tangggap jika merasakan gejala-gejala tersebut sejak dini sebelum
penyakit tersebut lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA

Diagnosa keperawatan nanda nic noc, 2012, yogyakarta

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika

http://www.klinikherbaldunia.com/tes-diadnostik-perikarditis/
http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/07/pemeriksaan-penunjang-perikarditis.html
http://www.slideshare.net/septianraha/askep-infeksi-jantung-perikarditis-endokarditis-dan-
miokarditis
ASUHAN KEPERAWATAN

1. ASUHAN KEPERAWATAN MIOKRADITIS


A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh.
Keluhan utama, keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan
gangguan jantung miokarditis bervariasi, antara lain :
 Demam
 Nyeri dada mirip angina pectoris dan pericarditis
 Palpitasi
 Sesak napas
a. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)  Sesak nafas.
2. B2 (Blood)  Demam, takikardia, nyeri dada
3. B3 (Brain)  Kesadaran compos mentis, pasien mengalami sakit kepala,
pusing karena suplai O2 dan darah ke otak menurun.
4. B4 (Bladder)  Penurunan jumlah/frekuensi urine. 
5. B5 (Bowel)  Mual muntah, anoreksia, tidak nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
6. B6 (Bone)  Tidak ada kelainan tulang, kelamahan pada otot saat
aktivitas, tidak dapat tidur, kelamahan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari.
b. Tanda Penting
 Takikardi
 Kardomegali (cepat terjadi)
 Bunyi jantung melemah
 Irama gallopTanda-tanda gagal jantung, terutama gagal jantung
kanan.

c. Pengkajian Pola
Pengkajian pola pada pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges,
1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan
aktivitas.
2. Pernapasan
Gejala : napas pendek (napas pendek kronis memburuk pada malam
hari).
Tanda : DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi
mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.

3. Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah
jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal,
kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan
S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi
Janeway. 
    
4. Eliminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/ gagal ginjal ; penurunan frekuensi/
jumlah urine.
Tanda :  urin pekat gelap.  
5. Nyeri
Gejala : nyeri seperti tertimpa beban bert dan terasa terbakar         
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.   
        
6. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis; trauma dada;
penyakit keganasan/ iradiasi thorakal; dalam penanganan gigi;
pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/ GU), penurunan sistem
immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda : demam. 

d. Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan EKG : Tidak khas
 ST-T changes inferior
 Gangguan konduksi jantung

2. Foto Toraks : Tidak khas


Pembesaran jantung dengan efusi perikard atau pleura.
1) Ekokardiografi :
 Pembesaran jantung kiri
 Dapat di bedakan dengan kardiomiopati hipertrofi dan mitral
stenosis.
B. Diagnosa Keperawatan 
1. myocarditis
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari
infeksi, iskemia jaringan.
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penrunan cardiac
output.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel
otot miokard, penurunan curah jantung.

C. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi,
iskemia jaringan

Tujuan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil

Tujuan : Nyeri hilang / Kolaborasi


terkontrol 1. Pemberian obat-obatan Dapat menghilangkan
Kriteria Hasil : Nyeri sesuai indikasi (agen nyeri, menurunkan respons
berkurang atau hilang dan inflamasi, menurunkan
nonsteroid : aspirin,
klien tampak tenang. demam; steroid diberikan
Indocin; antipiretik; steroid). untuk gejala yang lebih
berat.

Memaksimalkan
2. pemberian oksigen ketersediaan oksigen untuk
menurunkan beban kerja
suplemen sesuai indikasi.
jantung

Tindakan ini dapat


menurunkan
3. Berikan lingkungan yang ketidaknyamanan fisik dan
tenang dan tindakan emosional pasien.
kenyamanan misalnya:
perubahan posisi, gosokkan
punggung, penggunaan
kompres hangat/ dingin, Mengarahkan kembali
perhatian, memberikan
dukungan emosional. distraksi dalam tingkat
aktivitas individu.
4. Berikan teknik distraksi
yang tepat.
Pada nyeri ini memburuk
pada inspirasi dalam,
gerakkan atau berbaring
5. Menitoring keluhan nyeri dan hilang dengan duduk
dada dan faktor pemberat tegak/ membungkuk.
atau penurun. Perhatikan
petunjuk nonverbal dari
ketidaknyamanan, misalnya:
berbaring dengan diam/
gelisah, tegangan otot,
menangis.

a. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan kardiak output


Intervensi Rasional

Tujuan : Gangguan perfusi 1. Beri oksigen sesuai Membantu meningkatkan


jaringan teratasi dalam waktu kebutuhan cardiac output
3x24 jam.
Kriteria Hasil : RR 30-60
x/menit, Nadi 120-140 2. Observasi frekuensi dan Frekuensi dan bunyi
x/menit, Suhu 36,5-37oC,
bunyi jantung jantung yang normal
Sianosis (-), Ekstremitas
hangat. mengindikasikan aliran
darah lancar yang berarti
perfusi jaringan kembali
normal.
3. Observasi adanya sianosis.
Adanya sianosis atau
kebiruan menunjukkan
adanya gangguan perfusi
jaringan.

4. Observasi TTV. Memantau perkembangan


kondisi pasien

5. Kolaborasi dengan dokter Meningkatkan cardiac


untuk pemberian terapi. output

b. Intoleransi aktivitas b.d inflamasi dan degenerasi sel-sel otot


miokard, penurunan curah jantung
Tujuan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

Tujuan : pasien memiliki 1. Bantu pasien dalam program Saat inflamasi/ kondisi
cukup energi untuk latihan progresif bertahap dasar teratasi, pasien
beraktivitas. mungkin mampu melakukan
sesegera mungkin untuk
Kriteria hasil : Perilaku aktivitas yang diinginkan,
menampakan kemampuan turun dari tempat tidur, kecuali kerusakan miokard
untuk memenuhi kebutuhan mencatat respons tanda vital permanen/ terjadi
diri, Pasien mengungkapkan komplikasi.
dan toleransi pasien pada
mampu untuk melakukan
beberapa aktivitas tanpa peningkatan aktivitas. Miokarditis menyebabkan
dibantu, Koordinasi otot, inflamasi dan kemungkinan
tulang dan anggota gerak 2. Mengkaji respons pasien kerusakan fungsi sel-sel
lainya baik.. miokardial.
terhadap aktivitas.

Meningkatkan resolusi
inflamasi selama fase akut.

3. Mempertahankan tirah
baring selama periode Memaksimalkan
demam dan sesuai indikasi. ketersediaan oksigen untuk
menmgimbangi konsumsi
oksigen yang terjadi dengan
4. Kolaborasi pemberian aktifitas
oksigen suplemen sesuai
indikasi. Membantu menentukan
derajat dekompensasi
jantung dan pulmonal.
Penurunan TD, takikardia,
disritmia, dan takipnea
5. Memantau frekuensi/ irama adalah indikatif dari
jantung, TD, dan frekuensi kerusakan toleransi jantung
terhadap aktivitas.
pernapasan sebelum dan
setelah aktivitas dan selama
diperlukan.
Diagnosa keperawtan endokarditis
1. gagal jantung b.d fenomena reaksi sensivitas
2. nyeri (abdomen, tenggorokan b.d fenomena emboli)
3. demam b.d respon imonologis terhadap infeksi
4. gagal jantung b.d curah jantung menurun
5. pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan rasa nyaman
6. kerusakan pertukaran gas pola nafas tidak efektif b.d sesak nafas
7. resiko tinggi gangguan perkusi otak b.d aliran tidak adekurat kejaringan dan
otak
8. resiko enjuri b.d curah jantung menurun

Intervensi keperawatan endokaditis


No Keperawatan Noc Nic
1 Nyeri b.d penurunan Kriteria Hasil : Lakukan pengkajian nyeri
suplai darah ke  Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif
miokardium sekunde (tahu penyebab nyeri, mampu termasuk lokasi,
menggunakan tehnik karakteristik, durasi,
nonfarmakologi untuk frekuensi, kualitas dan
mengurangi nyeri, mencari faktor presipitasi
bantuan)  Observasi reaksi
 Melaporkan bahwa nyeri nonverbal dari
berkurang dengan menggunakan ketidaknyamanan
manajemen nyeri  Gunakan teknik
 Mampu mengenali nyeri komunikasi terapeutik untuk
(skala, intensitas, frekuensi dan mengetahui pengalaman
tanda nyeri) nyeri pasien
 Menyatakan rasa nyaman  Kaji kultur yang
setelah nyeri berkurang mempengaruhi respon nyeri
 Tanda vital dala  Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
 Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dankebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
Pemberian analgetik
 Tentukan lokasi
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

No keperawatan Nic Noc


2 Penurunan curah Kriteria Hasil: Cardiac Care
jantung b.d  Tanda Vital dalam rentang  Evaluasi adanya nyeri
perubahan frekuensi normal (Tekanan darah, Nadi, dada ( intensitas,lokasi,
irama jantung respirasi) durasi)
 Dapat mentoleransi  Catat adanya disritmia
aktivitas, tidak ada kelelahan jantung
 Tidak ada edema paru,  Catat adanya tanda dan
perifer, dan tidak ada asites gejala penurunan cardiac
 Tidak ada penurunan kesadara putput
 Monitor status
kardiovaskuler
 Monitor status pernafasan
yang menandakan gagal
jantung
 Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan perfusi
 Monitor balance cairan
 Monitor adanya
perubahan tekanan darah
 Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
 Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
 Monitor toleransi
aktivitas pasien
 Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan
ortopneu
 Anjurkan untuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor adanya pulsus
paradoksus
 Monitor adanya pulsus
alterans
 Monitor jumlah dan irama
jantung
 Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasanabnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
No Keperawatan Nic Noc
3 Gangguan pertukaran Kriteria Hasil : Airway Management
gas b.d
 Mendemonstrasikan  Buka jalan nafas, guanakan
Ketidakseimbanga n
peningkatan ventilasi teknik chin lift atau jaw thrust
perfusi-ventilas
dan oksigenasi yang bila perlu
adekuat
 Posisikan pasien untuk
 Memelihara memaksimalkan ventilasi
kebersihan paru paru
 Identifikasi pasien perlunya
dan bebas dari tanda
pemasangan alat jalan nafas
tanda distress
buatan
pernafasan
 Pasang mayo bila perlu
 Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara  Lakukan fisioterapi dada jika
nafas yang bersih, tidak perlu
ada sianosis dan
dyspneu (mampu  Keluarkan sekret dengan
mengeluarkan sputum, batuk atau suction
mampu bernafas  Auskultasi suara nafas, catat
dengan mudah, tidak adanya suara tambahan
ada pursed lips)
 Lakukan suction pada mayo
 Tanda tanda vital
dalam rentang normal  Berika bronkodilator bial
perlu
 Barikan pelembab udara
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status
O2
Respiratory Monitoring
 Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi
 Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
 Monitor suara nafas, seperti
dengkur
 Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan paradoksis)
 Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
 Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama
 auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
No Keperawata Nic Noc
4 Intoleransi aktivitas b.d Kriteria Hasil :  Energy Management
ketidakseimbanga n Berpartisipasi dalam
 Observasi adanya
antara suplai oksigen aktivitas fisik tanpa disertai
pembatasan klien dalam
miokardium dengan peningkatan tekanan darah,
melakukan aktivitas
kebutuha nadi dan RR.  Mampu
melakukan aktivitas sehari  Dorong anal untuk
hari (ADLs) secara mandiri mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
 Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
 Monitor nutrisi dan
sumber energi tangadekuat
 Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
 Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
 Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
 Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
 Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik,
emoi, social dan spiritual
Woc

Faktor predisposisi : Mikroorganisme : bekteri


(steptokokus,enterokokus,p
- Respon imunologis terhadap
infeksi neumokokus,stapilokokus).
- Perubahan metebolisme akibat Fungi, riketsia, dan
penuaan steptokokus viridians.
- Prosedur diagnostik infasif
- Pengobatan imunosupresif
- Antibiotik jangka panjang

Invasi ke katup dan entotel

jantung

Endokarditis

Fenomena reaksi
Fenomena emboli Respon imunologis
sensitivitas
terhadap infeksi

Penimbunan Factor predisposisi :


leukosit
- Paru (pneumonia Resiko tinggi infeksi
berulang, abses
paru)
Peningkatan - Ginjal (hematuria,
pembentukan modul gagal ginjal) faringitis
dan jaringan parut - Limpa (nyeri
abdomen kuadran
kiri atas)
- Jantung (jantung Demam menggigil , sakit
Katup bilah jntung rusak
infark miokardium) tenggorokan ,
- Otak (stroke) kemerahan pada
tenggorokan

Nyeri ( abdomen, tenggorokan)


Penutupan katup
tidak sempurna diaforesis

Regurgitasi dan Gangguan rasa


stenosis katub mitral nyaman. Gangguan
pola tidur

Curah jantung menurun


Inflamasi sistemin : tidak
nafsu makan, bb menurun

Tekanan intra antrial kiri


meningkat Pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan

Peningkatan tekanan
pulmonary dan tekanan
ventrikel

Hipertrofi ventrikel kiri

Gagal jantung

Peningkatan perfusi
jaringan

Kongesti pulmonalis Aliran tidak adekuat


ke jaringan dan otak

Sesak napas
Sakit kepala iskemia
Woc

Faktor predisposisi : Mikroorganisme : bekteri


(steptokokus,enterokokus,p
- Respon imunologis terhadap
infeksi neumokokus,stapilokokus).
- Perubahan metebolisme akibat Fungi, riketsia, dan
penuaan steptokokus viridians.
- Prosedur diagnostik infasif
- Pengobatan imunosupresif
- Antibiotik jangka panjang

Invasi ke katup dan entotel

jantung

Endokarditis

Fenomena reaksi
Fenomena emboli Respon imunologis
sensitivitas
terhadap infeksi

Penimbunan Factor predisposisi :


leukosit
- Paru (pneumonia Resiko tinggi infeksi
berulang, abses
paru)
Peningkatan - Ginjal (hematuria,
pembentukan modul gagal ginjal) faringitis
dan jaringan parut - Limpa (nyeri
abdomen kuadran
kiri atas)
- Jantung (jantung Demam menggigil , sakit
Katup bilah jntung rusak
infark miokardium) tenggorokan ,
- Otak (stroke) kemerahan pada
tenggorokan

Nyeri ( abdomen, tenggorokan)


ASUHAN KEPERAWATAN

1. ASUHAN KEPERAWATAN PERIKARDITIS


A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafas
3. Riwayat penyakit sekarang

Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema perifer,
gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal
nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk,
bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri dada.

4. Riwayat penyakit dahulu

Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia, ada
trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.

5. Riwayat Psikososial

Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting
untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran
pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

A. Pemeriksaan fisik

 B1               : Breathing (Respiratory System)

                  Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)

 B2               : Blood (Cardiovascular system)

                         takikardi, penurunan TD, aritmia jantung

 B3                   : Brain (Nervous system)

                         Normal

 B4               : Bladder (Genitourinary system)

                           penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap


 B5               : Bowel (Gastrointestinal System)

                      Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi

 B6               : Bone (Bone-Muscle-Integument)

                      Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas

B. Analisa Data

Data Etiologi
Subyektif: pasien mengeluh nyeri     Kemampuan dilatasi jantung
dada
  Kontraktilitas ventrikel kiri
Obyektif: - CRT > 3 detik
         Curah jantung
-   Skala nyeri 7

-   Penurunan TD
                  O2
-   Aritmia  (+)
                 Nyeri
Subyektif: pasien mengeluh nyeri Kemampuan dilatasi jantung
dada

Obyektif: - CRT > 3 detik


Kontraktilitas ventrikel kiri
-   Pengeluaran urine inadekuat

-   Penurunan TD
Curah jantung
-   Aritmia  (+)
DS: Pasien mengeluh lemah Emboli dalam pembuluh darah
karena hipoksia

DO:  Pasien terlihat lemah karena


O2 jaringan menurun. Obstruksi pembuluh darah
Aliran darah ke jaringan terganggu

Perubahan perfusi jaringan


Subyektif: pasien mengeluh Perfusi jaringan
badannya terasa lemah

Obyektif: klien tidak mampu


bermobilisasi di tempat tidur Aliran darah tidak adekuat ke sistemik

Kelemahan fisik
Subyektif: -        kemampuan dilatasi jatung

Obyektif: terjadi akumulasi


cairan di perikardium
akumulasi bakteri di perikardium

resiko tinggi infeksi

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d efusi perikardium


2. Penurunan Curah jantung b.d kompresi perikardial
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d curah jantung menurun
4. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan keletihan fisik
5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi cairan di pericardium

D. Diagnosa,Luaran dan Intervensi Keperawata

1. Nyeri akut b/d Agen Pencedera Fisiologis (D.0077)

Luaran: Tingkat Nyeri menurun (L.08066)

 Keluhan nyeri menurun


 Meringis, sikap protektif, dan gelisah menurun
 Kesulitan tidur menurun
 Anoreksia menurun
 Mual muntah menurun
 Frekuensi nadi dan tekanan darah membaik
 Nafsu makan dan pola tidur membaik

Intervensi: Manajemen Nyeri (I. 08238)

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Hipertemia b/d Proses Penyakit (D.0130)

Luaran: Termoregulasi Membaik (L.14134)

 Menggigil, kulit merah, dan vasokonstriksi perifer menurun


 Suhu tubuh dan suhu kulit membaik
 Pengisian kapiler, ventilasi, dan tekanan darah membaik

Intervensi: Manajemen Hipertermia (I.14134)

 Identifkasi penyebab hipertermi 


 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

3. Risiko Penurunan Curah Jantung b/d Perubahan Kontraktilitas (D.0011)

Luaran: Curah Jantung Meningkat (L.02008)

 Kekuatan nadi perifer meningkat 


 Ejection Fraction (EF), LVSWI, dan Stroke Volume Indeks (SVI)
meningkat
 Palpitasi menurun
 Dispnea, Paroksymal nocturnal dyspnea (PND) menurun
 Lelah, pucat/sianosis menurun
 Suara jantung S3 dan S4 menurun
 Tekanan darah membaik

Intervensi : Perawatan Jantung (I.02075)

 Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispenea,


kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan
CPV)
 Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
 Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapoan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP,
Ntpro-BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah aktifitas
 Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
 Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
 Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung

4. Intoleransi Aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


(D.0056)

Luaran: Toteransi Aktivitas Meningkat (L.05047)

 Saturasi oksigen meningkat


 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari hari meningkat
 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
 Dispnea saat dan setelah aktivitas menurun
 Perasaan lemah menurun
 Aritmia saat dan setelah aktivitas menurun

Intervensi: Manajemen Energi (I.05178)

 Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

5. Ansietas b/d Kurang Terpapar Informasi (D.0080)

Luaran: Tingkat Ansietas menurun (L.09093)

 Verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat kondisi yang dihadapi


menurun
 Perilaku gelisah dan tegang menurun
 Palpitasi, tremor, dan pucat menurun
 Konsentrasi dan pola tidur membaik
 Orientasi membaik

Intervensi: Reduksi ansietas (I.09314)

 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah seperti Kondisi, waktu, dan


stressor.
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas baik verbal dan non verbal
 Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
Referensi:

1. Brian D.Hoit.2020. Pericarditis. Case Western Reserve University. MSD


Manual Professional Version
2. Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis (2011). Menafsirkan Tanda dan
Gejala Penyakit. Jakarta: PT Indeks
3. Dababneh E, Siddique MS.2021. Pericarditis. StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431080/
4. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1
cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
5. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1
cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
6. PPNI, 2019.  Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)edisi 1
cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai