Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 3

Dosen Pengampu : Devy Setya Putri,.S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 6

1. Kholisa Larasati (2019012182)


2. Krisjayanti (2019012183)
3. Linda Nur M.A (2019012184)
4. Maftukhah Imma U. (2019012185)

PSIK 5A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA


KUDUS

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Meningitis” secara tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan tugas mata kuliah KMB
3 oleh dosen Pengampu Devy Setya Putri,.S.Kep.,Ns.,M.Kep. Kami menyadari
bahwa dalam Makalah ini masih terdapat banyak sekali hambatan yang
disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana, serta keterbatasan kami sendiri.
Makalah ini dapat terselesaikan karena beberapa pihak yang telah membantu
dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, terutama kepada:

1. Ilham Setyo Budi, S.Kp., M.Kes. selaku kepala STIKES Cendekia Utama
Kudus.
2. Heriyanti Widyaningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua prodi S1 Ilmu
Keperawatan dan Ners STIKES Cendekia Utama Kudus.
3. Devy Setya Putri.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.selaku dosen pengampu mata kuliah
KMB 3.
4. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat,
dukungan, dan doa.
5. Teman-teman seperjuangan, atas perhatiannya semoga kita tetap menjalin
serta menjaga silaturrokhim diantara kita semua, amin.
Kami menyadari bahwasannya banyak sekali kekurangan dan kelemahan
dalam pembuatan makalah ini, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran agar karya tulis ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi
pembaca secara sempurna.

Kudus, Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Meningitis...............................................................................
B. Etiologi Meningitis...............................................................................
C. Patofisiogi Meningitis...........................................................................
D. Pathway Meningitis..............................................................................
E. Manifestasi Meningitis.........................................................................
F. Pencegahan Meningitis.........................................................................
G. Penatalaksanaan Meningitis..................................................................

BAB III ASKEP

A. Askep Meningitis……………………………………………………..

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di negara maju banyak penyakit menular yang telah mampu diatas,
bahkan ada yang telah dapat dibasmi Namun, masalah penyakit menular
masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang,
salah satunya adalah penyakit meningitis Meningitis merupakan infeksi
cairan otak yang disertai radang selaput otak dan medulla spinalis yang
superfisial Lebih dan 70% kasus meningitis terjadi pada anak usia bawah
lima tahun.
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang
mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam
derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang
superfisial/suatu peradangan selaput otak yang biasanya diikuti pula oleh
peradangan otak/peradangan pada selaput meninges yang menyelubungi
otak yang disebabkan oleh bakteri atau virus Meningitis dibagi menjadi
dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yatu
meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang
meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih Penyebab yang paling
sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus Meningitis purulenta
atau meningitis bakten adalah meningitis yang bersifatakut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh
bakterispesifik maupun virus Meningitis Meningococcus merupakan
meningitis purulenta yang paling sering terjadi. Penularan kuman dapat
terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu
terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok
penderita.
Saluran nafas merupakan port d'entrée utama pada penularan
penyakit ini Bakten-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui
pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang
masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan
serebrospinal dan memperbanyak din didalamnya sehingga menimbulkan
peradangan pada selaput otak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi meningitis?
2. Apa saja etiologi meningitis?
3. Bagaimana patofisiologi meningitis?
4. Bagaimana pathway meningitis?
5. Apa saja pencegahan meningitis?
6. Apa saja penatalaksanaan meningitis?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan meningitis?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3
semester V , dan diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep
dasar penyakit meningitis dan dapat membuat asuhan keperawatan
meningitis.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat mengetahui dan memahami definisi meningitis
2. Dapat mengetahui dan memahami etiologi meningitis
3. Dapat mengetahui dan memahami patofisiologi meningitis
4. Dapat mengetahui dan memahami pathway meningitis
5. Dapat mengetahui dan memahami pencegahan meningitis
6. Dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan meningitis
7. Dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
meningitis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Meningitis
Meningitis adalah peradangan akut pada selaput otak dan sumsum
tulang belakang. Dapat berupa virus dan bakteri.Meningitis virus (aseptik)
biasanya dalam kondisi yang ringan dan terbatas, yang dapat segera
membaik dengan pengobatan gejala dasar. Meningitis bakteri merupakan
kondisi yang lebih parah dan dapat menyebabkan komplikasi serius jika
tidak diobati dengan tepat .penyebab umum untuk meningitis bakteri
adalah streptococcus pncumoniae,Haemopilus influenza, dan neiseeria
meningitis.
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (suriadi & yuliani, 2010). Meningitis adalah inflamasi
pada meningen atau membrane (selaput) yang mengelilingi otak dan
medulla spinalis penyebab meningitis meliputi bakteri, piogenik yang
disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama meningokokos,
peneumokokos, dan bazil influenza. Kedua yaitu virus yang disebabkan
agen-agen virus yang sangat berarias, yang ketiga adalah organisme jamur
( muttaqin,2008)
Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi
pada meningen otak dan medulla spinalis, gangguan ini biasanya
merupakan komplikasi bakteri (infeksi skunder) seperti pneumonia,
endocarditis, atau osteomyelitis.
Infeksi meningitis biasanya muncul melalui aliran darah akibat
infeksi lain (selulitis) atau melalui perluasan langsung (setelah cedera
traumatic pada tulang wajah). Penyakit meningitis dapat menyerang
kelompok umur manapun, meskipun pada kenyataan, kelompok umur
yang rawan terkena penyakit meningitis selain dilihat melalui kelompok
umur juga bias disebabkan oleh hal berikut:
1. Seseorang yang memiliki pleuroperitonel CFS dalam otak/ patologi
lain
2. Seseorang yang menggunakan prosedur tulang belakang seperti
halnya anestesi tulang belakang
3. Seseorang dengan cacat dural, penderita penyakit diabetes
4. Seseorang yang terinfeksi bakteri endocarditis
5. Para pecandu alcohol
6. Pecandu narkotika jenis suntik
B. Etiologi meningitis
Penyakit meningitis bukan merupakan jenis virus begitu
berbahaya, namun jika parah dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
yang serius seperti kerusakan otak, kurangnya daya ingat, kurangnya
kemampuan pendengaran dan bahkan menyebabkan kematian jika tidak
ditangani secara serius. karena bakteri tersebut memiliki kemampuan
kolonisasi nasofaring dan menembus sawar darah otak (SDO). Basil gram
negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella spp, Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas spp biasanya merupakan
penyebab MB nosokomial, yang lebih mudah terjadi pada pasien
kraniotomi, kateterisasi ventrikel internal ataupun eksternal, dan trauma
kepala. Penyebab MB berdasarkan usia dan faktor risiko dapat dilihat
pada.

Tabel penyebab umum meningitis berdasarkan usia dan factor risiko

Neonatus (usia 3 bulan) Escherichia coli; Streptococcus grup B; Listeria


monocytogenes
Bayi dan anak (usia >3 bulan) S. pneumonia; N. meningitidis; H. infl uenzae
Dewasa usia S. pneumonia; N. meningitides
Dewasa usia >50 tahun S. pneumonia; N. meningitidis; Listeria
monocytogenes
Fraktur kranium/pasca-bedah saraf Staphylococcus epidermidis; Staphylococcus aureus;
bakteri gram negatif (Klebsiella, Proteus,
Pseudomonas, E. coli); Streptococcus grup A dan D;
S. pneumonia; H. infl uenzae
Kebocoran CSS Bakteri gram negatif; S. pneumonia
Kehamilan Listeria monocytogenes
Imunodefi siensi Listeria monocytogenes; bakteri gram negatif; S.
pneumonia; Pseudomonas aeruginosa; Streptococcus
grup B; Staphylococcus aureus

C. Patofisiologi meningitis
Infeksi bakteri mencapai sistem saraf pusat melalui invasi
langsung, penyebaran hematogen, atau embolisasi trombus yang
terinfeksi.Infeksi juga dapat terjadi melalui perluasan langsung dari
struktur yang terinfeksi melalui vv. diploica, erosi fokus osteomyelitis,
atau secara iatrogenik (pascaventriculoperitoneal shunt atau prosedur
bedah otak lainnya).
Transmisi bakteri patogen umumnya melalui droplet respirasi atau
kontak langsung dengan karier. Proses masuknya bakteri ke dalam sistem
saraf pusat merupakan mekanisme yang kompleks. Awalnya, bakteri
melakukan kolonisasi nasofaring dengan berikatan pada sel epitel
menggunakan villi adhesive dan membran protein.Risiko kolonisasi epitel
nasofaring meningkat pada individu yang mengalami infeksi virus pada
sistem pernapasan atau pada perokok.
Komponen polisakarida pada kapsul bakteri membantu bakteri
tersebut mengatasi mekanisme pertahanan immunoglobulin A (IgA) pada
mukosa inang.Bakteri kemudian melewati sel epitel ke dalam ruang
intravaskuler di mana bakteri relatif terlindungi dari respons humoral
komplemen karena kapsul polisakarida yang dimilikinya.1 Bakteri
memasuki ruang subaraknoid dan cairan serebrospinal (CSS) melalui
pleksus koroid atau kapiler serebral.Perpindahan bakteri terjadi melalui
kerusakan endotel yang disebabkannya. Seluruh area ruang subaraknoid
yang meliputi otak, medula spinalis, dan nervus optikus dapat dimasuki
oleh bakteri dan akan menyebar dengan cepat. Hal ini menunjukkan
meningitis hampir pasti selalu melibatkan struktur serebrospinal.Infeksi
juga mengenai ventrikel, baik secara langsung melalui pleksus koroid
maupun melalui refl uks lewat foramina Magendie dan Luschka.
Bakteri akan bermultiplikasi dengan mudah karena minimnya
respons humoral komplemen CSS. Komponen dinding bakteri atau toksin
bakteri akan menginduksi proses inflamasi di meningen dan parenkim
otak. Akibatnya, permeabilitas SDO meningkat dan menyebabkan
kebocoran protein plasma ke dalam CSS yang akan memicu infl amasi dan
menghasilkan eksudat purulen di dalam ruang subaraknoid. Eksudat akan
menumpuk dengan cepat dan akan terakumulasi di bagian basal otak serta
meluas ke selubung saraf-saraf kranial dan spinal. Selain itu, eksudat akan
menginfi ltrasi dinding arteri dan menyebabkan penebalan tunika intima
serta vasokonstriksi, yang dapat mengakibatkan iskemia serebral. Tunika
adventisia arteriola dan venula subaraknoid sejatinya terbentuk sebagai
bagian dari membran araknoid. Dinding vasa bagian luar sebenarnya sejak
awal sudah mengalami proses infl amasi bersamaan dengan proses
meningitis (vaskulitis infeksius). Selanjutnya, dapat terjadi syok yang
mereduksi tekanan darah sistemik, sehingga dapat mengeksaserbasi
iskemia serebral.Selain itu, MB dapat menyebabkan trombosis sekunder
pada sinus venosus mayor dan tromboflebitis pada vena-vena
kortikal.Eksudat purulen yang terbentuk dapat menyumbat resorpsi CSS
oleh villi araknoid atau menyumbat aliran pada sistem ventrikel yang
menyebabkan hidrosefalus obstruktif atau komunikans yang disertai
edema serebral interstisial.Eksudat tersebut juga dapat mengelilingi saraf-
saraf kranial dan menyebabkan neuropati kranial fokal.
D. Pathway Miningitis

E. Menifestasi meningitis
Masa inkubasi penyakit meningitis selama 1-10 hari, pada umumnya< 4
hari. Gejala penyakit :
1) Sakit kepala hebat
2) Demam
3) Mual
4) Muntah
5) Fotofobia
6) Kaku kunduk.
7) Tanda gangguan neurologis seperti letargi, delirum, koma, dapat
disertai kejang.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda sebagai berikut:

a) Tanda meningeal: kaku kuduk, tanda Kernig atau Brudzinski


b) Tanda neurologis seperti kesadaran menurun
c) Adanya purpura yang biasanya terlokalisir di ekstremitas atau tersebar
di seluruh tubuh (generalisata), kulit atau mukosa (konjungtiva),
sering dikaitkan dengan penyakit meningokokus. Purpura merupakan
gejala dasar yang paling sering pada meningitis septikemia.
d) Tekanan darah menurun disertai dengan gejala syok.
e) Infeksi fokal seperti radang sendi, pleuritis atau pneumonia,
perikarditis, episkleritis.

Gejala timbul secara mendadak, demam dan syok, ruam petekia atau
purpura mungkin awalnya tidak jelas dan tanda meningeal biasanya tidak
timbul. Pada 5-20% kasus, pasien dapat mengalami sepsis meningokokal
fulminan dalam beberapa jam tanpa gejala meningitis. Penyakit ini dapat
memburuk dengan cepat menjadi syok sepsis, perdarahan adrenal akut
(sindrom Waterhouse Friderichsen), dan berakhir dengan kegagalan
multiorgan.Pada 10-30% kasus yang sembuh dapat mengalami gejala sisa
seperti gangguan kognitif, tuli, kejang, kebutaan, defisit motorik,
gangguan motorik, gangguan perilaku, nyeri kronis.

F. Pencegahan meningitis
Pencegahan miningirtis dapat dilakukan dengan mengurangi
kemungkinan penyebaran infeksi dan mengubah gaya hidup menjadi lebih
sehat, beberapa upaya dibawah ini dapat dilakukan dalam mencegah
meningitis :
1. Mengikuti tindakan pencegahan standar, seperti
a. mencuci tangan dengan benar tiap kali beraktivitas
b. jaga jarak dengan orang terinfeksi
c. gunakan masker jiks sedang sakit
d. rutin berolahraga
e. menghindari asap rokok
f. istirahat yang cukup
g. pilih makanan yang telah dipasteurisasi
2. Kontak secara dekat dengan pasien yang terjangkit N. meningitis
harus menerima antibiotik profilaksis.
3. Telah terjadi vaksin untuk N meningitides dan H. influenzae (vaksin
Hib).
4. Meskipun imunisasi terhadap H. influenzae efektif,vaksin N
,meningitides memberikan kekebalan pada pathogen serotype tertentu.

G. Penatalaksanaan meningitis
Meningitis adalah kondisi kegawatdaruratan medic. Adapun untuk
penatalaksanaan meningitis adalah pemilihan antibiotik yang tepat.
Pemilihan antibiotik yang tepat adalah langkah yang krusial, karena harus
bersifat bakterisidal pada organisme yang dicurigai dan dapat masuk ke
CSS dengan jumlah yang efektif. Pemberian antibiotik harus segera
dimulai sambil menunggu hasil tes diagnostik dan nantinya dapat diubah
setelah ada temuan laboratorik. Pada suatu studi, didapatkan hasil jika
pemberian antibiotic ditunda lebih dari 3 jam sejak pasien masuk rumah
sakit, maka mortalitas akan meningkat. Pilihan antibiotik empiric pada
pasien MB harus berdasarkan epidemiologi lokal, usia pasien, dan adanya
penyakit yang mendasari atau faktor risiko penyerta. Antibiotic harus
segera diberikan bila ada syok sepsis.Jika terjadi syok sepsis, pasien harus
diterapi dengan cairan dan mungkin memerlukan dukungan obat
inotropik.Jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial, pertimbangkan
pemberian manitol.

 Terapi empirik pada meningitis bakterialis

Karakter pasien Etiologi tersering Pilihan


antibiotik
Neonates Streptococcus grup B, L. Ampicillin plus
monocytogenes, E. coli cefotaxime
Usia 2 bulan- 18 tahun N. meningitidis, S. pneumonia, eftriaxone atau
H. influenzae cefotaxime, dapat
ditambahkan
vancomycin
Usia 18-50 tahun S. pneumonia, N. meningitidis Ceftriaxone,
dapat
ditambahkan
vancomycin
Usia >50 tahun S. pneumonia, L. Vancomycin plus
monocytogenes, bakteri gram ampicillin plus
negatif ceftriaxone
Kondisi S. pneumonia, N. meningitidis, Vancomycin plus
immunocompromised L. monocytogenes, S. aureus, ampicillin plus
Salmonella spp, basil gram cefepime atau
negatif aerob (termasuk P. meropenem
aeruginosa)
Fraktur basis kranium S. pneumonia, H. infl uenza, Vancomycin plus
group A beta-hemolytic cefotaxime atau
streptococci ceftriaxone
Cedera kepala; pascabedah Stafi lococcus, basil gram Vancomycin plus
otak negatif aerob (termasuk P. ceftazidime,
aeruginosa) cefepime, atau
meropenem

 Terapi antibiotik spesifik pada meningitis bakterial

Mikroorganisme Terapi standad Terapi alternative


Influenza B-laktamase Ampisilin Sefalosporin generasi
negative III;kloramfenikol
H. infl uenza B- Sefalosporin generasi III Kloramfenikol; sefepim
laktamase positif
N. meningitidis Penisilin G atau ampisilin Sefalosporin generasi
III; kloramfenikol
S. pneumoniae Sefalosporin generasi III Vankomisin;
meropenem
Enterobacteriaceace Sefalosporin generasi III Meropenem atau
sefepim
P. aeruginosa Seftazinim atau sefepim Meropenem; piperisilin
L. monocytogenes Ampisilin atau penisilin G Trimetoprim/sulfametok
sazol
S. agalactiae Ampisilin atau penisilin G Sefalosporin generasi
III; vankomisin
S. aureus sensitif Nafsilin atau oksasilin Vankomisin
metisilin
S. aureus resisten Vankomisin Linezolid; daptomisin
metisilin
S. epidermidis Vankomisin
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS

PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 4 Juni 2021

Jam masuk : 15. 15 WIB

No. RM : 504**

Tanggal pengkajian : 5 Juni 2021

Diagnosa medis : Meningitis

A. Biodata
1. Identitas pasien
Nama : Nn. E
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Jawa
Alamat : Undaan Kidul gang 3B 1/1 Undaan Kudus
Pekerjaan : Pelajar

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. K
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Undaan Kidul gang 3b 1/1 undaan kudus
Hubungan dengan pasien : Ayah
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien masuk RS Mardirahayu Kudus dari rujukan RS Mardisantoso
Kudus pada tanggal 3 Juni 2021 jam 22.00 WIB dengan keluhan
penurunan kesadaran disertai kejang 2x, demam, nyeri kepala, batuk,
mual muntah.
2. Keluhan penyakit sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 Juni 2021 pukul 09.05
WIB, hari rawatan yang ke 2. Keluarga mengatakan pasien mengalami
pennurunan kesadaran dan pasien mengalami demam.
3. Riwayat penyakit dahulu
±2 bulan yang lalu pasien merasakan sakit kepala, batuk, demam, dan
keluhan yang dirasakan semakin bertambah, pada ± 2 minggu pasien
sempat kejang sebanyak 2x, kejang pertama pasien masih sadar, kejang
yang kedua pasien mulai penurunan kesadaran, dari pemeriksaan BTA
terdapat negatif hasil pemeriksaan laboratorium.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit genetik atau alergi.

Genogram
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal serumah

5. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit : tidak ada

C. Pola Kesehatan Fungsional Gordon


1. Pola persepsi dan management kesehatan
a) Pasien peduli dan sadar akan kesehatan dirinya sendiri dan segera
pergi memeriksakan dirinya ke dokter jika merasakan gejala-gejala
sakit.
b) Pasien sadar akan sakit yang dideritanya saat ini, namun pasien
kurang pengetahuan akan penyakitnya.
c) Bila pasien sakit biasanya pasien berobat ke dokter, puskesmas, atau
mantri terdekat.
2. Pola nutrisi metabolik
a) Sebelum sakit
 Pasien makan 3x sehari dengan nasi + lauk + sayur, namun
jarang makan buah, dan minum air putih sebanyak 8-9 gelas
(1800-2000 cc/hari).
b) Selama sakit
 Pasien diit MC 5×300 cc/hari melalui NGT, infus NaCl 0,9%
20 tpm.
3. Pola eliminasi
a) Sebelum sakit
 Pasien BAB lancar 1-2x/hari, konsistensi lembek, tidak ada
keluhan.
 Pasien BAK lancar ± 7-8 x/hari, tidak ada keluhan.
b) Selama sakit
 Pasien terpasang kateter, input = 1500cc/hr, urine 24 jam
200cc/hr, warna kuning pekat dan BAB 1x lembek,
menggunakan pempers.
4. Pola istirahat dan tidur
a) Sebelum sakit
 Tidur malam ±8 jam.hr, tidur siang ±3 jam /hr.
b) Selama sakit
 Pola tidur dan istirahat pasien tidak dapat dinilai karena pasien
penurunan kesadaran.
5. Pola aktifitas dan latihan
a) Sebelum sakit
Keluarga mengatakan pasien seorang mahasiswa dan dapat
melakukan kegiatan serta aktivitas sendiri.
b) Selama sakit
Pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga pemenuhan ADL
pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
6. Pola konsep diri
a) Harapan keluarga pasien setelah menjalani perawatan pasien bisa
sadar kembali.
b) Keadaan sakitnya pasien saat ini sangat mempengaruhi kebiasaan
hidup pasien, karena pasien mengalami penurunan kesadaran jadi
pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur dengan alat-alat yang
terpasang pada tubuhnya.
7. Pola persepsi sensori dan kognitif
a) Pola persepsi sensori dan kognitif pasien tidak dapat dinilai
dikarenakan pasien mengalami penurunan kesadaran.
8. Pola hubungan dengan orang lain
a) Sebelum sakit
 Pasien dapat berkomunikasi dengan relevan, jelas, dan mampu
mengekspresikan dan memahami orang lain.
 Pasien dekat dengan anggota keluarga dan merekalah yang paling
berpengaruh dalam hidup pasien dan pasien meminta bantuan
pada keluarga terdekatnya jika memiliki masalah.
b) Selama sakit
 Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga, kerabat,
teman, dan orang lain karena pasien mengalami penurunan
kesadaran.
9. Pola produksi seksual
Pasien tidak memiliki masalah reproduksi dan seksual, dan pasien saat ini
mengalami penurunan kesadaran.
10. Pola mekanisme koping
Dalam pengambilan keputusan, pasien selalu bermusyawarah dan
meminta pendapat dengan anggota keluarganya. Pasien menyelesaikan
masalahnya dengan berbicara kepada anggota keluarganya.
11. Pola nilai kepercayaan atau keyakinan
Selama keadaan sakit pasien tidak dapat melaksanakan ibadahnya
sebagai seorang muslim dengan baik, karena pasien mengalami
penurunan kesadaran.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah, GCS E2 V2 M5
2. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 128/84 mmHg
b) Nadi : 81x/mnt
c) RR : 26x/mnt
d) Suhu : 38,4℃
3. Kepala : tampak simetris, rambut tidak mudah rontok, tidak ada lesi, dan
oedema.
4. Wajah : tidak pucat, pemeriksaan nerfus VII (fasial) tidak dapat dinilai.
5. Mata : tampak simetris, konjungtiva tidak simetris, sclera tidak ikhterik,
pemeriksaan nerfus II (opticus) tidak dapat dinilai, N. III
(occulommotorius) reflek pupil isokor dengan diameter 2/2mm, N.IV
(trochlearis) dan N.VI (abdusen) tidak dapat dinilai.
6. Hidung : simetris, tampak bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung,
lesi tidak ada, terpasang NGT, pemeriksaan N. I (olfactorius) tidak dapat
dinilai.
7. Mulut : tidak pucat, tidak terdapat lesi, pemeriksaan N. VII (fasial), N.
IX (glassofaringeus), dan N. X (vagus) tidak dapat dinilai.
8. Leher : tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, adanya kaku kuduk, pemeriksaan N. X (vagus), N.
XII (aksesorius) tidak dapat dinilai.
9. Dada : simetris, pergerakan dinding dada kiri sama dengan kanan,
retraksi dinding dada (+), perkusi sonor.
10. Pemeriksaan kardiovaskuler
Ictus kordis tidak terlihat dan ictus cordis teraba, perkusi pekak, irama
teratur.
11. Ekstermitas atas dan bawah
CRT kembali < 2 detik, tidak ada oedema, tangan kanan terpasang infus
NaCl 0,9%.
12. Pemeriksaan rangsangan meningeal
Kaku kuduk (+), tanda kernig (+), tanda brudzinski (+).

E. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan pada pemeriksaan tanggal 4 Juni
2021 :

Pemeriksaan
Hasil Flag Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,1 12-16 g/dl
Leukosit 13.680 High 5.000-10.000 /mm
Trombosit 284.000 150.000-400.000 /mm
GDS 96 <200 Mg/dl
Ureum darah 26 10,0 – 50.0 Mg/dl
Kreatinin darah 0,5 Low 0,6 – 1,1 Mg/dl
Natrium 127 Low 136 – 145 Mmol/L
Klorida serum 97
Lumbal pungsi
Volume ±4cc
Kekeruhan : negatif
Warna : bening
Jumlah sel : 47/mm (high, <5 limfosit)
PH : 7,47 mmHg
pCO2 :31 mmHg (low, 38-42)
Po2 : 199 mmHg (high, 75 – 100)

F. Terapi
Pasien saat ini mendapatkan terapi pada tanggal 4 Juni 2021 :
1. Dexametason : 4x
2. Draprazol : 400 gr 2x
3. Ceftriaxon : 2 gr 2x
4. Pct : 75 gr 3x

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan berupa
data subjektif dan data objektif, sebagai berikut.
1. Hipertermi b.d laju metabolisme
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d status sirkulasi
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan Kriteria Hasil


No Dx. Kep Intervensi (NIC)
(NOC)
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
keperawatan 3x24 jam, 2. Pemberian terapi
diharapkan didapat kriteria cairan intravena
hasil : sesuai advis
1. Suhu tubuh menurun dokter.
Hipertermi b.d laju dalam batas normal. 3. Pemberian terapi
1.
metabolisme 2. Kebutuhan input dan obat IV sesuai
output pasien seimbang. advis dokter.
3. Pasien tidak mengalami
dehidrasi akibat
hipertermi.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa mulut,


perfusi jaringan keperawatan 3x24 jam, hidung, dan
otak b.d status diharapkan didapat kriteria sekret trakea.
sirkulasi hasil : 2. Pertahankan jalan
1. Tidak ada tanda-tanda nafas yang paten.
peningkatan intrakranial. 3. Atur peralatan
2. Mempertahankan oksigen.
tekanan intrakranial. 4. Monitor aliran
3. Tidak ada nyeri kepala.. oksigen.
4. Tidak ada muntah. 5. Pertahankan
posisi pasien.
6. Catat respon
pasien terhadap
stimulus.
7. Monitor intake
dan output
pasien.
8. Kolaborasi dalam
pemberian cairan
dan terapi obat.
9. Monitor ttv.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulam
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur,
cacing dan protozoa.Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal
dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan
gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih
berat. Jenis penyakit ini biasanya timbul akibat adanya infeksi virus,
namun bias juga karena infeksi bakteri yang dianggap paling serius dan
dapat mengancam jiwa, biasanya infeksi tersebut dapat menular dari satu
orang ke orang lain.

B. Saran
Disarankan kepada penderita peunomia untuk menghindari factor
pecentus dan resiko yang bias mengakibatkan penyakit bertambah parah.
Penderita meningitis disarankan untuk menghindari merokok, menjaga
kesehatan, dan pola makan, dan rutin dalam olahraga
DAFTAR PUSTAKA

Kurnoiati, Amelia. 2018. “Gawat Darurat dan Bencana Sheehy”.Singapura.211-212.

Meisadona,Gogor, dkk. 2015. Jakarta. “Diagnosa dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis”.


(42).15-18

Pemula,Giok, dkk. 2016. Lampung. “Penatalkasanaan yang Tepat pada Meningitis


Turbekolus”. (6)

Sugihantono, Anung .“Panduan Deteksi dan respon Penyakit Meningitis Meningkokus”.


Jakarta. 9-10.

tiagana, a. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. padang: poltekkes


kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai