Meningitis Bakteri
Oleh:
Arini Dwi Ayu L 21904101063
Evilya Fitra I 21904101062
Ilham Rial Ali 21904101077
Dosen Pembimbing:
dr. Zainal Abidin, Sp.S
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menuntun kita menuju jalan kebenaran sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat
memilah antara yang baik dan buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing pada Laboratorium Ilmu Penyakit Syaraf yang memberikan bimbingan dalam
menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
sehingga dalam penyusunan referat ini dapat terselesaikan.
Referat ini membahas terkait definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, dan manajemen penatalaksanaannya.
Kami menyadari dalam laporan ini belum sempurna secara keseluruhan oleh karena itu kami
dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang membangun sehingga dapat
membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan penyelesaian referat selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................1
Kata pengantar..................................................................................2
Daftar isi...........................................................................................3
Daftar Tabel......................................................................................4
Daftar Gambar..................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN................................................................6
1.1 Latar belakang............................................................................6
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................7
1.3 Tujuan.........................................................................................7
1.4 Manfaat.......................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................8
2.1 Definisi........................................................................................8
2.2 Etiologi........................................................................................8
2.3 Patofisiologi................................................................................9
2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................10
2.5 Diagnosis....................................................................................12
2.6 Tatalaksana.................................................................................17
2.7 Diagnosa Banding.......................................................................18
2.8 Komplikasi..................................................................................19
2.9 Prognosis.....................................................................................19
BAB III PENUTUP.........................................................................20
3.1 Kesimpulan.................................................................................20
3.2 Saran...........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................21
DAFTAR TABEL
Meningitis bakterial (MB) adalah inflamasi meningen, terutama araknoid dan piamater,
yang terjadi karena invasi bakteri ke dalam ruang subaraknoid. Pada MB, terjadi rekrutmen
leukosit ke dalam cairan serebrospinal (CSS). Biasanya proses inflamasi tidak terbatas hanya
(ventrikulitis), bahkan bisa menyebar ke medula spinalis. Kerusakan neuron, terutama pada
lebih banyak terjadi di musim dingin dan awal musim semi. MB lebih banyak terjadi pada
pria. Insiden MB adalah 2-6/100.000 per tahun dengan puncak kejadian pada kelompok bayi,
remaja, dan lansia. MB sesuai patogennya adalah sebagai berikut: Streptococcus pneumonia,
Untuk lebih memahami tentang hipertensi, cara mendiagnosis, dan mengetahui prinsip
1.4 Manfaat
2.1 Definisi
Meningitis bakteri merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan
piamater dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CSS)
2.2 Etiologi
patogen utama penyebab MB, karena kedua bakteri tersebut memiliki kemampuan kolonisasi
nasofaring dan menembus sawar darah otak (SDO). Basil gram negatif seperti Escherichia coli,
biasanya merupakan penyebab MB nosokomial, yang lebih mudah terjadi pada pasien
kraniotomi, kateterisasi ventrikel internal ataupun eksternal, dan trauma kepala. Penyebab MB
berdasarkan usia dan faktor risiko dapat dilihat pada tabel 1 (Meisadona et al, 2015).
2.3 Patofisiologi
Infeksi bakteri mencapai sistem saraf pusat melalui invasi langsung, penyebaran
hematogen, atau embolisasi trombus yang terinfeksi. Infeksi juga dapat terjadi melalui perluasan
langsung dari struktur yang terinfeksi melalui v.diploica, erosi fokus osteomyelitis, atau secara
iatrogenik (pasca ventriculoperitoneal shunt atau prosedur bedah otak lainnya) (Ropper et al,
2005).
Transmisi bakteri patogen umumnya melalui droplet respirasi atau kontak langsung
dengan karier. Proses masuknya bakteri ke dalam sistem saraf pusat merupakan mekanisme yang
kompleks. Awalnya, bakteri melakukan kolonisasi nasofaring dengan berikatan pada sel epitel
menggunakan villi adhesive dan membran protein. Risiko kolonisasi epitel nasofaring meningkat
pada individu yang mengalami infeksi virus pada sistem pernapasan atau pada perokok (Ropper
et al, 2005).
melewati sel epitel ke dalam ruang intravaskuler di mana bakteri relatif terlindungi dari respons
humoral komplemen karena kapsul polisakarida yang dimilikinya (Ropper et al, 2005).
Bakteri memasuki ruang subaraknoid dan cairan serebrospinal (CSS) melalui pleksus
koroid atau kapiler serebral. Perpindahan bakteri terjadi melalui kerusakan endotel yang
disebabkannya. Seluruh area ruang subaraknoid yang meliputi otak, medula spinalis, dan nervus
optikus dapat dimasuki oleh bakteri dan akan menyebar dengan cepat. Hal ini menunjukkan
meningitis hampir pasti selalu melibatkan struktur serebrospinal. Infeksi juga mengenai
ventrikel, baik secara langsung melalui pleksus koroid maupun melalui refluks lewat foramina
komplemen CSS. Komponen dinding bakteri atau toksin bakteri akan menginduksi proses
inflamasi di meningen dan parenkim otak. Akibatnya, permeabilitas sawar darah otak (SDO)
meningkat dan menyebabkan kebocoran protein plasma ke dalam CSS yang akan memicu
inflamasi dan menghasilkan eksudat purulen di dalam ruang subaraknoid. Eksudat akan
menumpuk dengan cepat dan akan terakumulasi di bagian basal otak serta meluas ke selubung
saraf-saraf kranial dan spinal. Selain itu, eksudat akan menginfiltrasi dinding arteri dan
menyebabkan penebalan tunika intima serta vasokonstriksi, yang dapat mengakibatkan iskemia
serebral. Tunika adventisia arteriola dan venula subaraknoid sejatinya terbentuk sebagai bagian
dari membran araknoid. Dinding vasa bagian luar sebenarnya sejak awal sudah mengalami
proses inflamasi bersamaan dengan proses meningitis (vaskulitis infeksius) (Ropper et al, 2005).
Selanjutnya, dapat terjadi syok yang mereduksi tekanan darah sistemik, sehingga dapat
mengeksaserbasi iskemia serebral. Selain itu, MB dapat menyebabkan trombosis sekunder pada
sinus venosus mayor dan tromboflebitis pada vena-vena kortikal. Eksudat purulen yang
terbentuk dapat menyumbat resorpsi CSS oleh villi araknoid atau menyumbat aliran pada sistem
ventrikel yang menyebabkan hidrosefalus obstruktif atau komunikans yang disertai edema
serebral interstisial. Eksudat tersebut juga dapat mengelilingi saraf-saraf kranial dan
MB akut memiliki trias klinik, yaitu demam, nyeri kepala hebat, dan kaku kuduk; tidak
jarang disertai kejang umum dan gangguan kesadaran (Meisadona et al, 2015).
o Demam
o Sakit kepala hebat
o Leher kaku
o Muntah
o Kejang
o Kadang dijumpai infeksi saluran pernapasan bagian atas (misalnya, pilek, sakit
tenggorokan)
o Demam tinggi
o Sakit kepala
o Kejang
o Leher kaku
Jika penyebabnya berupa meningitis tuberkulosa, maka keluhan yang timbul terdiri dari
tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan
dan nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, sering tanpa demam, muntah-muntah,
nafsu makan berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola
tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis, pada orang dewasa terdapat panas yang
hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung,
halusinasi, dan sangat gelisah. Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu
dengan gejala ditandai dengan nyeri kepala yang hebat dan kadang disertai kejang terutama pada
bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat
menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah
lebih hebat. Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Awitan gejala akut (<24 jam) disertai trias meningitis yaitu demam, nyeri kepala hebat
dan kaku kuduk. Gejala lain yaitu mual, muntah, fotofobia, kejang fokal atau umum, gangguan
kesadaran. Mungkin dapat ditemukan riwayat infeksi paru-paru, telinga, sinus, ataupun katup
jantung. Pada bayi atau neonatus, gejala bersifat nonspesifik seperti demam, iritabilitas, letargi,
1. Pemeriksaan Kaku Kuduk. Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif
berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan
dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak
dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
2. Pemeriksaan Tanda Kernig. Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa
nyeri. Tanda kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki
tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa
nyeri.
terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan tangan kanan
diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan kearah dada sejauh
mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi kedua
Pasien berbaring terlentang, salah satu tungkainya diangkat dalam sikap lurus di sendi
lutut dan ditekukkan di sendi panggul. Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi reflektorik pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
5. Pemeriksaan Tanda Pipi Menurut Brudzinski ( Brudzinski III). Penekanan pada kedua
pipi atau tepat di bawah os zigomatikum. Tanda ini positif (+) jika terjadi gerakan fleksi
6. Pemeriksaan Tanda Simfisis Pubis Menurut Brudzinski (Brudzisnki IV). Penekanan pada
simfisis pubis. Tanda ini positif (+) jika terjadi gerakan fleksi reflektorik pada ekstremitas
dan biakan CSS. Pada prinsipnya, pungsi lumbal harus dikerjakan pada setiap kecurigaan
inflamasi, dan kadang disertai hipokalsemia, hiponatremia, serta gangguan fungsi ginjal
hidrosefalus, atau edema serebri yang merupakan kontraindikasi relatif pungsi lumbal.
Jika pencitraan tidak dapat dilakukan, pungsi lumbal harus dihindari pada pasien dengan
transplantasi), riwayat penyakit sistem saraf pusat (lesi massa, stroke, infeksi fokal),
defisit neurologik fokal, bangkitan awitan baru, atau papil edema yang memperlihatkan
CSS biasanya keruh, tergantung dari kadar leukosit, bakteri, dan protein.
Pewarnaan Gram CSS memberi hasil meningokokus positif pada sekitar 50% pasien
dengan meningitis meningokokal akut. Kultur darah dapat membantu, namun tak selalu
bisa diandalkan. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) bersifat sensitif terhadap
Pemeriksaan radiologis meliputi pemeriksaan foto thorax, foto kepala, CT-Scan dan
MRI. Foto thorax untuk melihat adanya infeksi sebelumnya pada paru-paru misalnya pada
pneumonia dan tuberkulosis, foto kepala kemungkinan adanya penyakit pada mastoid dan sinus
paranasal. Pemeriksaan CT-Scan dan MRI tidak dapat dijadikan pemeriksaan diagnosis pasti
meningitis. Beberapa pasien dapat ditemukan adanya enhancemen meningeal, namun jika tidak
Berdasarkan pedoman pada Infectious Diseases Sosiety of America (IDSA), berikut ini
2) Riwayat penyakit pada sistem syaraf pusat (tumor, stroke, infeksi fokal)
4) Papiledema
5) Gangguan kesadaran
Temuan pada CT-Scan dan MRI dapat normal, penipisan sulcus, enhancement kontras
yang lebih konveks. Pada fase lanjut dapat pula ditemukan infark vena dan hidrosefalus
komunikans.
Gambar 1. CT-Scan pada Meningitis Bakteri. Didapatkan ependimal enhancement dan
ventriculitis
A. Neonatus-1 bulan
1) Usia 0-7 hari, Ampicillin 50 mg/kgBB IV/ 8 jam atau dengan tambahan gentamicin 2.5
2) Usia 8-30 hari, 50-100 mg/kgBB IV/ 6 jam atau dengan tambahan gentamicin 2.5
Alternatif lain diberikan Kloramfenikol (25 mg/kgBB oral atau IV/ 12 jam) ditambah
1) Dosis anak
mg/kgBB IV/ 12 jam atau ampicillin (50 mg/kgBB IV/ 6 jam). Jika dicurigai basil gram
Selain antibiotik, pada infeksi bakteri dapat pula diberikan kortikosteroid (biasanya
digunakan dexamethason 0,25 mg/kgBB/ 6 jam selama 2-4 hari). meskipun pemberian
pneumokokus. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Brouwer dkk., pemberian
kortikosteroid dapat mengurangi gejala gangguan pendengaran dan gejala neurologis sisa
2. Meningismus dapat terjadi iritasi meningeal, nyeri kepala, kejang dan koma. Meningismus
sering terjadi pada bayi dan anak yang lebih besar dengan gejala tiba tiba panas, terdapat
tonsillitis, pneumonia. Tetapi pada pungsi lumbal, CSS tidak ditemukan kuman,
Komplikasi meningitis pada onset akut dapat berupa perubahan status mental, edema
serebri dan peningkatan tekanan intrakranial, kejang, empiema atau efusi subdural, parese
Pada onset lanjut dapat terjadi epilepsi, ataxia, abnormalitas serebrovaskular, intelektual yang
menurun dan lain sebagainya. Komplikasi sistemik dari meningitis adalah syok septik,
2.9 Prognosis
mikroorganisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan
antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang
semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian, penderita yang selamat
3.1 Kesimpulan
Meningitis bakteri merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan
piamater dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal
(CSS) yang disebabkan karena adanya infeksi bakteri. Meningitis bakteri merupakan
suatu kasus kegawadaruratan neurologik dengan angka morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. Oleh karena itu, diperlukan diagnosis dan tatalaksana dan cepat dan tepat untuk
pada meningitis disesuaikan dengan usia pasien. Pemberian tatalaksana yang tepat dapat
3.2 Saran
menegakkan diagnosa dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat sehingga dapat
Dini Nintya, Z. 2009. Prevalesi Meningitis Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati Jakarta Pada Bulan Agustus 2006 Sampai Juli 2009. Jakarta. UIN
Syarif Hidayatullah
Ropper, A. H., Brown, R. H., Adam and Victor’s. Principles of Neurology. 8th ed. New
York:McGraw-Hill; 2005
Tursinawati Yanuarita, Tajally Arif, Kartikadewi Arum. 2015. Sistem Syaraf. Semarang.
UMS