Anda di halaman 1dari 20

0

REFERAT
KANDIDIASIS ORAL

Disusun Oleh:
Aditha Fitrina Andiani
112011101017

Dokter Pembimbing :
dr. Ahmad Nuri, Sp. A
dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp. A
dr. Saraswati Dewi, Sp.A
dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. Ali Shodikin, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2016

REFERAT
KANDIDIASIS ORAL

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr. Soebandi Jember-Fakultas Kedokteran
Universitas Jember

Disusun Oleh:
Aditha Fitrina Andiani
112011101017

Dokter Pembimbing :
dr. Ahmad Nuri, Sp. A
dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp. A
dr. Saraswati Dewi, Sp.A
dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. Ali Shodikin, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2016

DAFTAR ISI
Halaman
HALAM SAMPUL................................................................................ 1
DAFTAR ISI ......................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 5
2.1 Definisi ............................................................................... 5
2.2 Epidemiologi ...................................................................... 5
2.3 Etiologi ............................................................................... 6
2.4 Faktor Predisposisi ............................................................. 6
2.5 Patofisiologi ....................................................................... 7
2.6 Klasifikasi .......................................................................... 10
2.7 Manifestasi Klinis .............................................................. 15
2.8 Pemeriksaan Penunjang ..................................................... 15
2.9 Penatalaksanaan ................................................................. 16
2.10 Penyulit............................................................................. 16
2.11 Pencegahan ....................................................................... 16
2.12 Diagnosis Banding............................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19

BAB 1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki kelembaban
tinggi sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya berbagai tanaman dan
mikroorganisme dengan baik. Salah satu mikroorganisme yang dapat tumbuh
dengan baik di Indonesia adalah jamur (Siregar,2005). Namun sayangnya, tidak
semua jamur bermanfaat bagi manusia. Terdapat beberapa jenis jamur yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Infeksi jamur superfisial yang menyerang
kulit dan selaput mukosa antara lain pityriasis versicolor (panu), pityriasis capitis
(ketombe), dermatophytosis, dan superficial candidosis (kandidiasis).
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur kandida, yang
sebelumnya disebut monilia. Penyebab infeksi oportunistik yang disebut
kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Salah satu penyakit
yang muncul karena jamur kandida adalah kandidiasis oral. Kandidiasis oral
merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi
putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican
merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. C. albicans sebenarnya
merupakan flora normal pada manusia, biasanya dijumpai pada kulit, selaput
lendir saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita. Namun
demikian, pada kondisi tertentu, jamur ini dapat berubah menjadi patogen dan
menyebabkan infeksi oral, genital, bahkan infeksi sistemik yang dapat
mengancam jiwa (Siregar, 2005)
Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu
infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan
prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Penyakit ini dapat
menyerang semua usia, baik laki-laki dan perempuan. Penyakit candidiasis ini
sangat rentan terhadap orang-orang yang memiliki sistem imun yang lemah
termasuk pada penderita AIDS, steroid berlebihan, kontrasepsi hormone, diabetes,
kanker, depresi, orang tua dan orang-orang dengan kondisi medis yang kronis
paling beresiko. Mengkonsumsi obat tertentu dalam jangka lama dapat

mempercepat pertumbuhan jamur candidia ini. Pada bayi dan anak-anak infeksi
ini bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Oleh karena itu, Oral kandidiasis dapat menyerang siapa saja yang
memiliki oral hygent yang buruk , system imun yang buruk ataupun hal hal lain
yang dapat menyebabkan terjadinya oral kandidiasis (Mourent ,2010).
.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi
Kandidiasis oral merupakan salah satu manifestasi dari penyakit mulut
berupa infeksi oportunistik pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan abnormal dari jamur candida albicans (Prasanna, 2012).
Candida albicans ini sebenarnya merupakan flora normal rongga mulut.
Namun berbagai faktor penyakit ini sangat sering ditemukan pada orang yang
memiliki imunitas yang rendah atau terjadi penurunan kekebalan tubuh seperti
orang yang terkena HIV dan orang yang menjalani pengobatan kanker dengan
kemoterapi. Sebenarnya penyakit ini dapat dicegah apabila kesehatan mulut kita
dijaga dengan baik dan mengonsumsi makanan yang baik. Selain itu, apabila
kandidiasis oral tidak cepat dilakukan perawatan akan berbahaya dan
menyebabkan ketidaknyamanan pada mulut (Greenberg et al, 2008).
2.2 Epidemiologi
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita.
Kejadiannya juga dihubungkan dengan faktor-faktor predisposisi seperti usia,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, penggunaan antibiotik oral, dan pengobatan
antirertoviral. Secara epidemiologi menurut laporan World Health Organization
(WHO) tahun 2001 frekuensi kandidiasis oral antara 5,8% sampai 98,3%.
Terdapat sekitar 30-40% Candida albicans pada rongga mulut orang dewasa
sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien
yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obatobatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani
kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS (Repentigny,2004).
Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans ini dihubungkan
dengan kelompok penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani transplantasi
dan kemoterapi maligna. Odds dkk ( 1990 ) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah penderita
kandidiasis (Mourent, 2010).

2.3 Etiologi
Penyebab utama kandidiasis ialah Candida albicans. Spesies lain seperti
Candida

krusei,

Candida

stellatoidea,

Candida

tropicalis,

Candida

pseudotropicalis, dan Candida parapsilosis, umumnya bersifat apatogen (Siregar,


2005).
Kandida dapat dengan mudah tumbuh di dalam media Sabauroud dengan
membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni: menonjol dari permukaan
medium, permukaan koloni halus, licin, bewarna putih kekuning-kuningan, dan
berbau ragi. Jamur kandida dapat hidup di dalam tubuh manusia, hidup sebagai
parasit atau saprofit, yaitu di dalam alat percernaan, alat pernapasan, vagina orang
sehat (Siregar, 2005).
Pada bayi bisa mendapatkan jamur candida dengan beberapa cara, antara
lain, vagina ibu ketika persalinan, alat-alat seperti dot, mulut bayi tidak bersih
karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan
jamur tumbuh semakin cepat.
2.4 Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya candida pada seseorang
digolongkan dalam dua kelompok (Gandrahusada, 2006) :
1.Faktor endogen
a

Perubahan fisiologi tubuh yang terjadi pada :


i. Kehamilan, terjadi perubahan di dalam vagina.

ii

Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
imunologinya.

b. Perubahan non fisiologik :


i. Trauma, terjadinya kerusakan kulit karena pekerjaan, misalnya maserasi
kulit pada tukang cuci, kerusakan mukosa mulut (karena tekanan gigi
palsu)
ii. Malnutrisi (defisiensi riboflavin).
iii. Obesitas, kegemukan menyebabkan banyak keringat, mudah terjadi
maserasi kulit, memudahkan infestasi candida.

iv. Endokrinopati, gangguan konsentrasi gula dalam darah, yang pada


kulitakan menyuburkan pertumbuhan candida.
v. Penyakit menahun, seperti tuberculosis, lupus eritematosus, karsinomadan
leukemia.
vi. Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotic, kortikosteroid, dan
sitostatik.
vii. Pemakaian alat-alat di dalam tubuh, seperti gigi palsu, infus dan kateter.
viii. Gangguan imunologis, keadaan umum yang kurang baik, penyakit infeksi
lain atau penyakit menahun dan defisiensi imun (AIDS).
2. Faktor eksogen
a

Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat terutama pada


lipatan kulit, menyebabkan kulit maserasi, dan ini mempermudah invasi
candida.

Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air


mempermudah invasi candida.

Kebersihan dan kontak dengan penderita.


Kedua faktor eksogen dan endogen ini dapat berperan menyuburkan

pertumbuhan candida atau dapat mempermudah terjadinya invasi candida ke


dalam jaringan tubuh.
2.5 Patofisiologi
Kandidiasis oral sering disebabkan oleh candida albicans. Umumnya
memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi
perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal
dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Pada keadaan ini jamur akan
berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga
mulut yang paling sering ditemukan.
Tidak

terkontrolnya

pertumbuhan

candida

karena

faktor-faktor

predisposisi yang telah disebutkan, di antaranya, penggunaan kortikosteroid dalam


jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun

serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency


Sindrome (AIDS). Bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme
dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang
tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan
lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan
reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem
imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral
atau moniliasis.
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi
yang komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan host. Faktor
penentu patogenitas kandida adalah (Mourent, 2010) :
1

Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan


dapat menyebabkan proses pathogen pada manusia. C. albicans adalah
kandida yang paling tinggi patogenitasnya.

Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube,
sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting
untuk melekat adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein.
Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh


dalam` kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme
terlibat dalam patogenitas kandida.Bentuk blastospora diperlukan untuk
memulai suatu lesi pada jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik
yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk hifa yang
melakukan invasi.

Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen


toksik. Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion
dalam kolonisasi jamur. Adhesion merupakan proses melekatnya sel
Kandida ke dinding sel epitel host.

Kanditoksin sebagai protein

intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara mekanik.


5

Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan


oleh C.albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.

Mekanisme pertahanan Host (Mourent, 2010) :


1

Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi


kandida. Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor
predisposisi terjadinya kandidiasis.

Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan


cairan dalam mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non
spesifik menghambat atau membunuh mikroba.

Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag


jaringan untuk memakan dan membunuh spesies kandida merupakan
mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan atau memusnahkan
sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida yang siapdifagosit oleh
granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah difagosit.
Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida. Makrofag
berperan dalam melawan kandida melalui pembunuhan intraseluler
melalui system mieloperoksidase (MPO).

Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam


pertahanan melawan infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek
spesifik imunitas seluler pada penderita kandidiasi mukokutan kronik,
pengobatan

imunosupresif,

dan

penderita

dengan

infeksi

HIV.

Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel host menjadi syarat


mutlak untuk berkembangnya infeksi.Secara umum diketahui bahwa interaksi
antara mikroorganisme dan sel host diperantarai oleh komponen spesifik dari
dinding sel mikroorganisme, adhesindan reseptor. Manan dan manoprotein
merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif.
Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candidaalbicans juga
berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada dalam
tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor
predisposisi pada tubuh host.
2.6 Klasifikasi

10

Oral Kandidiasis dikelompokkan menjadi 3 yaitu (Morent, 2010) :


1

Oral kandidiasis akut


a

Kandidiasis Pseudomembranosus Akut


Kandidiasis pseudomembranosus akut (thrush), tampak sebagai
plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti beludru, terdiri dari
sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus meninggalkan
permukaan merah dan kasar. Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi,
lidah, dan palatum lunak. Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan
rasa terbakar pada mulut. Sering terjadi pada pasien dengan sistem imun
rendah, seperti HIV/AIDS, pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan
menerima kemoterapi. Diagnosa dapat ditentukan dengan pemeriksaan
klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari
kerokan jaringan.

Kandidiasis Pseudomembranous Akut

Kandidiasis Atropik Akut


Kandidiasis jenis ini biasa disebut sebagai antibiotic sore tongue
atau kandidiasis eritematus biasa dijumpai pada mukosa bukal, palatum,
dan bagian dorsal lidah dengan daerah permukaan mukosa oral
mengelupas dan tampak sebagai bercak-bercak merah difus yang rata.
Infeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik spektrum luas,
terutama Tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus dan

11

Kandida

albikan.

Pasien

yang

menderita

Kandidiasis

ini

akan

mengeluhkan sakit seperti terbakar.

Kandidiasis Atropik Akut

2.Oral kandidiasis kronik


a

Kandidiasis atropik kronik


Disebut juga denture stomatitis atau alergi gigi tiruan
merupakan bentuk kandidiasis yang paling umum ditemukan pada 24-60%
pengguna gigi tiruan. Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup
basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai
bentuk dari infeksi Kandida. Gigi tiruan yang menutup mukosa dari saliva
menyebabkan daerah tersebut mudah terinfeksi jamur.

Kandidiasis Atropik Akut


Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang terinflamasi
di bawah gigi tiruan rahang atas, denture stomatitis ini dapat
diklasifikasikan atas tiga yaitu :

Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir

12

Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi
tiruan

Tipe III : tipe granular (inflammatory papillary hyperplasia) yang biasanya


tampak pada bagian tengah palatum keras.

Kandidiasis Hiperplastik Kronik


Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah
berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa
daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau

13

keganasan, dan kadang disebut sebagai Kandida leukoplakia. Bintik-bintik


putih tersebut tidak dapat dihapus, sehingga diagnosa harus ditentukan
dengan biopsi. Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.

Kandidiasis hiperplastik kronik

Median Rhomboid Glositis


Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronisyang
terdapat bercak merah di anterior lidah ke papila sirkumvalata, tepatnya
terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga posterior lidah.

Median Rhomboid Glossitis

3.Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut
mulut, dapat bilateral maupun unilateral. Sudut mulut yang terkena infeksi
tampak merah dan pecah-pecah, dan terasa sakit ketika membuka mulut.
Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita defisiensi vitamin B12
dan anemia defisiensi besi.

14

Keilitis Angularis

2.7 Manifestasi Klinis


a. Masa bayi ( untuk diagnosis )
1

Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.

Ekimosis subkutan diatas tonjolan tonjolan tulang (saat berumur 3 4


bulan ).

Hematoma besar setelah infeksi.

Perdarahan dari mukosa oral.

Perdarahan jaringan lunak.

Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.

Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu.

Mukosa mulut mengelupas.

Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan
kemudian berdarah.

10

Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil)


menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.

11

Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 400C.

15

12

Tidak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan
ASI, dan gelisah terus.

13

Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1

Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab


mukosa.

Pemeriksaan endoskopi : hanya di indikasikan jika tidak terdapat perbaikan


dengan pemberian flukonazol.

Diagnosa pasti dengan biopsi.

2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan antijamur topikal untuk oral Kandidiasis meliputi penggunaan
nistatin oral pastilles atau clotrimazole troches, dosis kedua obat topikal antijamur
ini yaitu 10 mg dikulum di dalam mulut 2-5 kali sehari. Pada bayi dan balita,
diobati dengan mengoleskan daerah terinfeksi dengan nistatin/gentian violet atau
suspensi nistatin (100.000 U/ml) 1-2 ml empat kali sehari (Ilmu penyakit kulit dan
kelamin, 2006). Untuk kandidiasis yang lebih berat (kandidiasis esofageal ) yang
dapat menyebar sampai keluar rongga mulut, terapi supresif anti jamur meliputi
ketokonazole sistemik (10 mg/kg/hari), amphotericin B, atau fluconazole 1 kali
sehari. Topikal fluorida harus digunakan jika obat ini diberikan untuk jangka
waktu yang panjang (Gelbier 2000).
2.10 Penyulit
1

Jika candida masuk ke esofagus(pada kasus yg berat) maka akan menjadi


candida esophagitisjika sudah terjadi pasien akan mengalami kesulitan menelan

Jika dibiarkan dan tidak di obati akan tertelan dan masuk keusus,maka akan
menimbulkan difteri dan lebih parahnya akan infeksi usus (Bagian ilmu
penyakit kulit & kelamin, 2009) .

2.11 Pencegahan

16

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya oral


kandidiasis menurut (Lamont et al ,2006) :

Cuci tangan sebelum memberi makanan/ minuman kepada bayi

Memelihara kesehatan rongga mulut

Mengonsumsi makanan yang sehat

Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah
minum susu.

2.12 Diagnosis Banding


1. Leukoedema

Leukoedema tampak sebagai diskolorasi (perubahan warna) mukosa


menjadi tampak keputihan (white

to

slate

gray discoloration/ milky

surface), diffuse, dan filmy (seperti lapisan film), dengan banyak lipatanlipatan

permukaan

yang

diakibatkan

mengkerutnya

mukosa.Lesi

asimptomatik, simetris pada permukaan mukosa bukal, dan tidak dapat


dikelupas, dapat menghilang atau memudar saat mukosa diregangkan.

Leukoedema paling sering terjadi di mukosa bukal (pipi bagian dalam)


secara bilateral (kanan dan kiri), dan kadang-kadang dapat ditemui pada
mukosa labial (jaringan lunak bibir), palatum (langit-langit) lunak, dan dasar
mulut.

Penyebabnya masih belum pasti. Faktor pemicu penyebab

leukoedema

adalah merokok, menyirih (chewing tobacco), alkohol, infeksi bakteri &


kondisi saliva.

Insidensinya meningkat sesuai bertambahnya umur,Sex =

Prevalensinya lebih banyak pada ras African (50% anak kulit hitam,
90% dewasa kulit hitam), pada ras Caucasia hanya 50%.

Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan mikroskopis memperlihatkan


penebalan epitel, dengan edema intraseluler yang signifikan pada stratum

17

spinosum. Permukaan epitel dapat menunjukkan penebalan lapisan


parakeratin.

Diagnosis: terjadi penebalan

epitel parakeratosis,

adanya

edema

intraseluler pada stratum spinosum. Warna putih menghilang pada saat


dilakukan peregangan mukosa bukal.

Leukoedema

2.White Sponge Nevus

Suatu kondisi autosomal-dominant karena adanya mutasi gen keratin 4


dan atau 13 .

Lesi asimptomatik pada mukosa rongga mulut bilateral, peninggian


dengan permukaan irregular (spongy texture) berbentuk plak dan fisur
yang menyebar dan tidak dapat dikerok.Muncul pada waktu lahir
(khususnya sebelum pubertas), dan menetap seumur hidup.

Penebalan epitel adanya edema intraselular dengan kondensasi


perinuklear pada lapisan keratin.

18

Warna putih tetap tampak (does not disappear) ketika dilakukan


peregangan.

Tidak diperlukan perawatan, selama asimptomatik dan jinak (benign).

White Sponge Nevus


DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar. Kedokteran Gigi Klinis. Quantum Sinergia Media : Yogyakarta,
Indonesia. 2012.
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. 2009.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
FKUI : Jakarta.
Egusa H, Soysa N.S, Ellepola.AN, Yatani H, Samaranayake LP. Oral candidiasis
in HIV infected patients. Curr HIV research 2008;6:485-99.
Gelbier M, Lucas VS, Zervou NE, Robert GJ, Novelli V. A Preliminary
Investigation of Dental Disease in Children with HIV Infection.
International Journal of Pediatric Dentistry. 2000; 10: 13-18.
Greenberg, M.S. Burkets Oral Medicine 8th ed. BC Pecker
Ontario. 2008. p:94-8.

Inc, Hamilton

Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. 2006.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI :
Jakarta.
Mourent Miftahul Laila. Kandidiasis Oral Pada Penderita Leukemia Akut Yang
Menjalani Kemoterapi Di Rsup H Adam Malik Medan (Laporan Kasus).
FKG Universitas Sumatera Utara. 2010.

19

Prasanna Kumar Rao. Oral Kandidiasis : A


International. 2012; 2(2): 26.

Review. Scholarly Journals

R.A. Cawson, Oral Patology and Oral Medicine. 2008. Churchill Livingstone.
Immunodeficiencies and HIV disease. page 350-507
Repentigny L, Lewandowski D, Jolicouer P. Imunopathogenesis of oropharyngeal
candidiasis in human immunodeficiency virus Infection. Clin Microbiol
rev. 2004;17:729-59.
Siregar,R.S. 2005. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai