MASTOIDITIS AKUT
Oleh:
Jaya Saraswati
030.13.102
Pembimbing:
dr. Budhy Parmono, Sp.THT-KL, M.Kes
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME, karena berkat rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian
Telinga Hidung Tenggorokan Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah
Sakit Umum Daerah Cilegon.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, terutama :
1. dr. Budhy Parmono, Sp. THT-KL, M.Kes selaku pembimbing dalam
penyusunan makalah,
2. dr. Puji Sulastri, Sp. THT-KL yang telah memberi masukan dan dukungan
dalam penyusunan makalah,
3. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian makalah ini,
4. Serta pihak-pihak lain yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
saya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... 1
PERSETUJUAN REFERAT ....................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 4
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 7
2.1 Anatomi Telinga ........................................................................................... 7
2.2 Etiologi Mastoiditis ....................................................................................... 11
2.3 Patogenesis Mastoiditis ................................................................................. 12
2.4 Manifestasi Klinis ......................................................................................... 13
2.5 Diagnosis ....................................................................................................... 14
2.6 Gambaran Radiologik Mastoiditis ................................................................ 14
2.6.1. Rontgen .............................................................................................. 14
2.6.2. CT Scan .............................................................................................. 17
2.7 Tatalaksana Mastoiditis................................................................................. 19
2.9 Komplikasi Mastoiditis ................................................................................. 21
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 23
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi telinga ............................................................................................ 7
Gambar 2. Anatomi telinga dalam.................................................................................. 8
Gambar 3. Gambaran potongan melintang koklea ......................................................... 9
Gambar 4. Anatomi telinga dan tulang mastoid ............................................................. 10
Gambar 5. Mastoiditis .................................................................................................... 13
Gambar 6. Posisi Shuller ................................................................................................ 14
Gambar 7. Mastoid normal posisi Schuller .................................................................... 14
Gambar 8. Foto radiografi polos posisi owen ................................................................ 16
Gambar 9. Foto radiografi polos posisi Chause II .......................................................... 16
Gambar 10. Mastoiditis akut posisi Schuller .................................................................. 16
Gambar 11. Mastoiditis akut posisi Schuller disertai perselubungan difus.................... 17
Gambar 12. CT Scan Mastoiditis akut ........................................................................... 18
Gambar 13. Mastoidektomi ............................................................................................ 20
5
BAB 1
PENDAHULUAN
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam.
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2,5 – 3 cm.
7
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada duapertiga
bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. 1
8
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli. 1,2
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media
(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di
perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana cairan perilimfe tinggi akan
natrium dan rendah kalium, sedangkan endolimfe tinggi akan kalium dan rendah
natrium. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
membran vestibuli (Reissner’s Membrane) sedangkan skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung
organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti
terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000) dan tiga baris sel rambut luar
(12000). Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal dari
suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen
dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel
rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang
cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai membrane
tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang
terletak di medial disebut sebagai limbus. 3,4
9
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang diebut
membrane tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ
Corti.
10
fosa media dan fosa posterior otak dengan sinus lateral di posterior. Sudut ini
ditemukan dengan membuang sebersih-bersihnya sel-sel pneumatisasi mastoid di
bagia posterior inferior lempeng dura dan postero superior lepeng sinus. Sudut
keras/ solid angel / hard angel adalah penulangan yang keras sekali yang dibentuk
oleh pertemuan 3 kanalis semisirkularis. Segitiga trautmann adalah daerah yang
terletak di balik antrum yang dibatasi oleh sinus sigmoid, sinus lateral ( sinus
petrosus superior), dan tulang labirin. Batas medialnya adalah lempeng dura fosa
posterior. 4,5,6
2.2. Etiologi
Mastoiditis merupakan hasil infeksi yang disebabkan dari telinga
tengah, oleh karena itu bakteri penyebab mastoiditis sama pada bakteri yang
menginfeksi telinga tengah. Berikut beberapa bakteri penyebab mastoiditis:
• Streptococcus pneumoniae
• Haemophilus influenzae
• Moraxella catarrhalis
• Staphylococcus aureus
• Pseuodomonas aeruginosa
• Klebsiella
• Escherichia coli
• Proteus
• Prevotella
• Fusobacterium
• Porphyromonas
• Bacteroides
• Mycobacterium species
2.3. Patogenesis
Peradangan mukosa cavum timpani pada otitis media supuratif akut
maupun kronik yang sifatnya maligna (atikoantral) atau disebut juga tipe tulang
(kolesteatom) maka dapat menyebabkan komplikasi intra temporal berupa
mastoiditis, karena kolesteatom mampu mendestruksi tulang disekitarnya. Oleh
11
karena letak dari antrum mastoid pada dinding anteriornya berbatasan dengan
telinga tengah dan aditus ad antrum.
Mastoiditis merupakan komplikasi intratemporal dari otitis media yang paling
sering dijumpai. Otitis media, khususnya yang kronik (otitis media supuratif kronik)
adalah infeksi telinga tengah yang ditandai dengan sekret telinga tengah aktif atau
berulang pada telinga tengah yang keluar melalui perforasi membran timpani yang
kronik. OMSK sukar disembuhkan dan menyebabkan komplikasi yang luas.
Umumnya penyebaran bakteri merusak struktur sekitar telinga dan telinga tengah itu
sendiri. Komplikasi intratemporal yaitu mastoiditis, labirintis, petrositis, paralisis n.
facialis; dan ekstratemporal meliputi komplikasi intrakranial (abses subperiosteal,
abses bezold’s) dan intrakranial (meningitis, abses otak, sinus trombosis).1 Infeksi
akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan osteoitis, yang
menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel mastoid. Oleh karena itu
istilah mastoiditis coalescent digunakan. Mastoiditis coalescent pada dasarnya
merupakan empiema tulang temporal yang akan menyebabkan komplikasi lebih
lanjut, kecuali bila progresifitasnya dihambat, baik dengan mengalir melalui antrum
secara alami yang akan menyebabkan resolusi spontan atau mengalir ke permukaan
mastoid secara tidak wajar, apeks petrosus, atau ruang intrakranial. Tulang temporal
lain atau struktur didekatnya seperti nervus fasiais, labirin, sinus venosus dapat
terlibat. Mastoidtis dapat berlangsung dalam 5 tahapan :
• Tahap 1 : hiperemia dari lapisan mukosa sel udara mastoid
• Tahap 2 : trasudasi dan eksudasi cairan dan atau nanah dalam sel-sel
• Tahap 3 : nekrosis tulang yang disebabkan hilangnya vaskularitas septa
• Tahap 4 : hilangnya dinding sel dengan proses peleburan (coalescence)
menjadi rongga abses
• Tahap 5 : proses inflamasi berlanjut ke struktur yang berdekatan.
12
Tonjolan nipple like dari membran timpani sentral mungkin ada, ini biasanya
disertai rembesan nanah. Infeksi ringan persisten ( mastoiditis tersembunyi) dapat
terjadi pada pasien dengan otitis media rekuren atau efusi telinga persisten. Kondisi
ini dapat menyebabkan demam, sakit telinga, dan komplikasi lain
Gambar 5. Mastoiditis
2.4. Diagnosis
13
2.5. Gambaran radiologik mastoiditis
2.5.1 Rontgen
Pemeriksaan konvensional pada tulang temporal dapat menilai pneumatisasi
dan piramid tulang petrosus sehingga mampu menilai lebih jauh besar dan luas
nya suatu lesi dari tulang temporal atau struktur sekitarnya. Ada tiga proyeksi
yang lazim digunakan untuk menilai tulang temporal yaitu:
1. Posisi Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid, proyeksi foto
dibuat dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan
berkas sinar x ditujukan dengan sudut 30o cephalo-cauda.
14
2. Posisi Owen
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi dibuat
dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan lalu wajah diputar 30o
menjauhi film dan berkas sinar x ditujukan dengan sudut 30-40o cephalo-
cauda. Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius
eksternus, epitimpanikum, tulang pendengaran dan sel udara mastoid.
Mastoiditis akut
Gambaran dini mastoiditis akut pada radiologis adalah adanya perselubungan di
ruang telinga tengah dan sel-sel mastoid, pada masa permulaan infeksi biasanya
15
struktur trabekula dan sel udara mastoid masih utuh. Bersamaan progresifitas
infeksi maka akan terjadi demineralisasi diikuti destruksi trabekula, Biasanya
pada mastoiditis akut tidak terjadi pada mastoid yang acellulair.
Gambar 11. Mastoiditis akut pada posisi schuller nampak perselubungan difus serta
sedikit destruksi trabekula posterior
2.5.2 CT-Scan
Computed Tomograpghy (CT) dapat berperan dalam penegakan
diagnosa mastoidtis, terutama jika terjadi komplikasi intrakranial atau pada
pasien yang diduga menderita mastoiditis terselubung. Gambaran yang dapat
ditemui pada CT-scan antara lain :
1. Rusak atau kaburnya outline mastoid
2. Berkurang atau menghilangnya ketajaman septum tulang yang semakin
memperluas air cells. Terkadang lesi litik pada tulang temporal dan abses
jaringan lunak juga dapat terlihat.perselubungan di daerah yang secara
16
normal mengalami pneumatisasi (yang juga terlihat pada OMA tanpa
komplikasi) tidak memiliki nilai diagnostik. Gambaran destruksi tulang
akan tampak secara radiograf bila demineralisasi tulang mencapai 30-50%.
Jika pada CT scan hanya nampak perselubungan, maka bone scan dengan
technetium 99 akan sangat bermanfaat karena metode ini sensitif terhadap perubahan
osteolitik.
Dengan CT scan bisa dilihat bahwa sel-sel udara dalam prosesus mastoideus
terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan melebar.
Jika terjadi komplikasi intrakranial pada daerah fossa kranii posterior atau
media maka pemeriksaan CT Scan merupakan pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi
hal tersebut yakni dapat ditemuinnya defek tulang dengan lesi intrakranial.
CT Scan pada tulang temporal merupakan standar pada pemeriksaan
mastoiditis. Sensitivitas CT scan pada mastoiditis adalah 87-100%. CT scan
menggambarkan dimanapun di intrakranial Komplikasi atau perluasan. Bukti dari
mastoiditis adalah gambaran destruksi mastoid dan kehilangan ketajaman sel udara
mastoid.
Plain radiografi kurang dapat dipercaya dan penemuan gejala klini sering
terlambat. Pada daerah yang tidak memiliki CT Scan, plain radiografi
menggambarkan destruksi sel udara tulang yang berkabut pada acute mastoiditis.
Pada kebanyakan kasus, radiografi cukup kuat menegakkan diagnosis namnu kurang
sensitif dalam membedakan staging dari penyakit dan tidak bisa membedakan detail-
detailnya.
Temuan lainnya yang digunakan untuk membedakan acute otitis media dan acute
mastoiditis tanpa osteoitis dan chronic mastoiditis :
• Tampak gambaran berawan atau berkabut dari sel udara mastoid dan telinga
tengah. Ini disebabkan oleh inflamasi pembengkakan mukosa dan
terkumpulnya cairan.
• Kehilangan ketajaman atau visibility dari sel mastoid karena demineralisasi,
atrofi, atau nekrosis dari tulang septa.
• Kekaburan atau distorsi dari mastoid, kemungkinan dengan defek yang
tampak dari segmen atau korteks mastoid
• Peningkatan dari pembentukan area abses
• Peningkatan periosteum karena proses mastoid atau fossa kranial posterior
17
• Aktivitas osteoblastik pada mastoiditis kronik8
2.6. Tatalaksana
Terapi stadium supurasi pada saat didapatkan sekret perlu dilakukan
pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas untuk menentukan antibiotik yang paling tepat.
Karena pemeriksaan ini memerlukan waktu 24-48 jam maka terapi segera diberikan
dengan antibiotik spektrum luas yang dapat diganti bila terdapat kuman yang tidak
sesuai, dengan adanya sekret antibiotik topikal dapat diberikan untuk mengobati
mukosa telinga tengah dan melindungi kulit liang telinga dari otitis eskterna sekunder.
Perwatan umum seperti istirahat baring, pemberian dekongestan dapat diberikan.9
Pengobatan berupa antibiotika sistemik dan operasi mastoidektomi. meliputi dua hal
penting :
• Pembersihan telinga (menyedot/mengeluarkan debris telinga dan sekret)
• Antibiotika baik peroral, sistemik ataupun topikal berdasarkan pengalaman
empirik dari hasil kultur mikrobiologi. Pemilihan antibiotika umumnya
18
berdasarkan efektifitas kemampuan mengeliminasi kuman, resistensi,
keamanan, risiko toksisitas dan harga. Pengetahuan dasar tentang pola
mikroorganisme pada infeksi telinga dan uji kepekaan antibiotikanya sangat
penting.
Terapi stadium komplikasi yaitu mastoiditis bila sebelumnya sudah diobati maka
penderita harus dirawat untuk pengawasan yang ketat karena keadaan ini stadium
lanjut dan tindakan pembedahan sangat diperlukan. Pada stadium ini dilakukan
tindakan mastoid untuk draenase abses.
Pengobatan awal berupa miringotomi yang cukup lebar, biakan dan antibiotik
yang sesuai diberikan intravena. Jika dalam 48 jam tidak didapatkan perbaikan atau
keadaan umum pasien bertambah buruk, maka disarankan untuk dilakukan
mastoidektomi sederhana. Bila gambaran radiologis memperlihatkan hilangnya pola
trabekular atau adanya progresi penyakit, maka harus dilakukan mastoidektomi
lengkap dengan segera untuk mencegah komplikasi serius seperti petrosis, labirintis,
meningitis dan abses otak. 5,6
Modalitas Terapi yang bisa dilakukan apabila perlu terapi pembedahan adalah :
1. Mastoidektomi sederhana/ simple mastoidektomi (operasi Schwartze).
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh, dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan
ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannnya ialah supaya infeksi tenang
dan telinga tidak berair lagi, pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
2. Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma
yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga
luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan sehingga ketiga
daerah tersebut menjadi satu ruanggan. Tujuan operasi ini untuk membuang
semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial, fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.
3. Mastoidektomi Radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
19
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma didaerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dari
dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ini ialah
membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.
2.7. Komplikasi
20
BAB III
KESIMPULAN
1. Mastoiditis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang
menonjol dibelakang telinga). Mastoiditis merupakan hasil dari infeksi yang lama
pada telinga tengah, bakteri penyebab yang paling banyak ditemukan adalah
bakteri gram negative dan Streptococcus aureus. Mastoiditis dapat terjadi pada
pasien-pasien muda dengan imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis
media akut yang dideritanya.
2. Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto polos
mastoid Schuller maupun CT scan mastoid.
3. Tatalaksana mastoiditis dapat berupa antibiotik, miringotomi, mastoidektomi
sederhana sesuai dengan kondisi pasien dan indikasi.
4. Komplikasi penyakit mastoiditis (akut dan kronik) dapat melibatkan perubahan-
perubahan langsung dalam telinga tengah dan mastoid, atau infeksi sekunder pada
struktur di sekitarnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
5. Widodo P dkk. Pola Sebaran Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotika Sekret
8. Ogle, J.W., Lauer, B.A. Acute mastoiditis. Am. J. Dis. Child. 2000.
10. Mygind, H. Subperiosteal abscess of the mastoid region. Ann. Otol. Rhinol.
Laryngol. 2000.
22