Anda di halaman 1dari 11

A.

Hidrops Fetalis

Definisi :

Hidrops fetalis adalah suatu kondisi patologis dimana terdapat penumpukan

cairan jaringan lunak dan rongga serosa janin. Hidrops fetalis ini merupakan kasus

yang serius yang pada janin dan memiliki prognosis yang buruk. Kelainan ini

dapat dideteksi melalui pemeriksaan ultrasonography (USG), dan ditemukan ≥ 2

akumulasi cairan abnormal pada fetus, meliputi ascites, efusi pleura, efusi

pericardial, dan edema (terdapat penebalan kulit > 5 mm). Penemuan lain sering

ditemukan penebalan plasenta (terdapat penebalan plasenta ≥ 4 cm pada trimester

kedua atau ≥ 6 cm pada trimester ketiga).

Hidrops Fetalis dalam bahasa latin untuk edema pada janin. Ballantybe adalah

orang pertama yang menggambarkan Hidrops Fetalis pada tahun 1892, meskipun

kondisi tersebut telah diketahui selama hampir 200 tahun. Hidrops Fetalis adalah

kondisi janin serius yang didefinisikan sebagai akumulasi abnormal cairan di 2

atau lebih kompartemen, termasuk asites, efusi pleura, efusi perikardial, dan

edema kulit. Pada beberapa pasien, ini mungkin terjadi bersamaan dengan

polihidramnion dan edema plasenta.

Etiologi :

Hidrops fetalis dapat dibagi menjadi 2, yaitu Immune Hydrops Fetalis (IHF)

dengan angka kejadian 12,7% kasus NonImmune Hydrops Fetalis (NIHF) dengan
angka kejadian 87,3 % kasus). Etiologi hidrops fetalis dapat dibagi menjadi 2,

yaitu Immune Hydrops Fetalis (IHF) dan Non-Immune Hydrops Fetalis (NIHF).

Sebelumnya, kasus hidrops fetalis ini didominasi oleh adanya isoimunisasi Rhesus

yang berakibat pada kondisi fetal yang berat. Namun, setelah berkembangnya

pengobatan dan diagnosis pada Rh-isoimunisasi, kebanyakan kasus hidrops

disebabkan oleh kondisi nonimun. Salah satu penyebab hidrops nonimun adalah

kelainan hematologi atau anemia. Anemia ini sendiri memliki beberapa faktor

penyebab, antara lain, kelainan genetik, infeksi, malformasi vaskular, dan

fetomaternal hemoragik.

Gambar : kondisi neonatus hidrops fetalis dengan etiolgi infeksi parvovirus B19

Patofisiologi :
Gambar : Patofisiologi hidrops fetalis imun dan non imun

Terapi :

Hidrops fetalis membutuhkan rujukan cepat ke spesialis untuk mendapatkan

evaluasi karena dalam beberapa kondisi harus dipertimbangkan sebagai

kedaruratan prenatal, terutama usia gestasi 16- 18 minggu. Ultrasonografi

(pemeriksaan arteri umbilikal dan doppler arteri serebral tengah) dapat menuntun

pemilihan tatalaksana yang tepat: transfusi intrauterin, kardioversi janin, atau

pemasangan shunt.

Keputusan manajemen kehamilan pada kasus hidrops fetalis tergantung dari

etiologi yang mendasari. Beberapa etiologi dapat diterapi intrauterin dengan

potensi hasil yang baik. Tidak ada rekomendasi untuk waktu persalinan pada

kasus dengan NIHF. Tidak ada bukti yang mengatakan persalinan elektif pada
kehamilan preterm dapat meningkatkan hasil akhir. Pada satu penelitian

retrospective, kelahiran preterm < 34 minggu merupakan faktor prognosis buruk.

a. Faktor yang sangat berperan dalam proses kelahiran bayi normal :

1. Power : His ibu dan kekuatan dari mengedan

2. Passage : jalan lahir

3. Passanger : kondisi bayi (berat bayi, posisi, presentasi bayi)

b. Indikasi dilakukan Sectio Caesarea

Indikasi ibu Indikasi janin

 Disproporsi sefalopelvik  Janin sangat besar

 Pelvik kecil atau malformasi  Gawat janin

 Riwayat sc  Letak lintang

 Disfungsi uterus  Presentasi bokong pada

 Distosia jaringan lunak primigravida

 Plasenta previa  Double footing breech

Kasus :

IDENTITAS

Nama Pasien : Ny. K

Umur Pasien : 41 th

Pekerjaan Pasien : Ibu rumah tangga


Nama Suami : Tn. D

Pekerjaan Suami : Swasta

Alamat : Buntut Bali

Jalur Transportasi : Darat

Jumlah Kehamilan Sebelumnya : G5

Suku/Bangsa : Jawa

Agama Pasien : Kristen Protestan

Pendidikan Pasien : SD

ANAMNESA

Keluhan Utama : Perut terasa membesar dan kencang

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dengan G5P3A1 usia kehamilan 31-32 minggu rujukan dari rumah sakit

kasongan, dengan keluhan utama perut terasa membesar dan kencang sejak 20

hari sebelum masuk rumah sakit. perut membesar dirasakan perlahan-lahan dan

semakin hari semakin terasa membesar dan terasa kencang. Keluhan tambahan

seperti sesak nafas dan mules-mules juga dirasakan hilang timbul muncul secara

tiba-tiba tanpa ada faktor pencetus, rasa nyeri pada bagian pinggul dirasakan

pasien pada saat perut kontraksi atau terasa kencang. 3 hari sebelum masuk rumah

sakit pasien menceritakan ada riwayat pijat pada bagian perut. keluhan bengkak
pada kaki dan tangan mulai dirasakan 4 hari sebelum masuk rumah sakit. keluhan

keluar air-air, darah, pandangan kabur disangkal. Dari hasil USG yang dilakukan

pasien pada saat datang kerumah sakit kasongan hasil : posisi bayi letang

sungsang, banyak cairan / polihidramnion, dan hidrops fetalis, sehingga diminta

untuk dirujuk kefasilitas yang lebih memadahi.

KELUHAN YANG DIRASAKAN SAAT KEHAMILAN INI

Mual muntah : tidak ada

Rasa lelah : ada

Nyeri perut : ada

Sakit kepala berat / terus menerus : tidak ada

Penglihatan kabur : tidak ada

Perasaan nyeri / panas saat BAK : tidak ada

Rasa gatal pada vulva dan vagina : tidak ada

Nyeri kemerahan pada tungkai : tidak ada

Pengeluaran pervaginam : tidak ada

DIET MAKANAN

Pola makan dalam sehari : 3 kali dalam 1 hari

Jenis makanan : Nasi + ikan/ayam/daging/telur + sayur

Perubahan pola makan : tidak ada


RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat yang pernah di alami : Jantung : -

Hipertensi : -

Hepar : -

DM : -

Anemia : -

HIV : -

Campak : -

Malaria : -

Ggg. mental :-

Operasi : -

Lain-lain : -

RIWAYAT PERILAKU KESEHATAN

Penggunaan alkohol / obat sejenis : -

Obat / jamu yang di konsumsi : -

Merokok : -

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis

Keadaan emosional : Baik

Tanda-tanda vital : Suhu : 36.6 ℃

TD : 104 / 64 mmHg

Nadi : 98 x / menit (kuat angkat,

reguler)

Respirasi : 20 x / menit

Status generalis : Tinggi badan : 148 cm

Berat badan : 65 kg

BB pranatal : 50

STATUS OBSTETRI

Inspeksi : abdomen perut tambang cembung, linea

nigra (+), striae gravidarum (+), bekas SC (-)

Palpasi :

Leopold 1 : 3 jari dibawah proc. Xypoideus. TFU 37

cm, terapa keras

Leopold 2 : teraba keras memanjang disisi kanan

pasien/punggung kanan

Leopold 3 : teraba lunak / presentasi bokong


Leopold 4 : konvergen

His : -

Taksiran Berat Janin : 2100-2200 gram (USG 24 mei 2021)

Tanda rupture uteri : -

Auskultasi : 149 - 156 x/menit

Pemeriksaan Penunjang :

 USG (24 mei 2021) : FHR (+), Janin intrauterin tunggal (+),

TBJ 2100-2200 gram, fetal cardial efusion, fetal asites, plasenta di

corpus anterior gr II, AFL 12,8 cm, usia kehamilan 31-32 minggu,

hidrops fetalis + polihidramnion

 Laboratorium :

WBC : 9.03 (103/uL), RBC : 3.85 (106/uL), HGB : 11.6 (g/dL),

HCT : 34.6 (%), PLT : 194 (103/uL), GDS : 87 mg/dL, ur/cr :

12/0.58 mg/dL, SGOT : 18 u/L, SGPT : 14 u/L, HbsAg : negative,

CT : 500, BT : 300, Urinalisa sedimen urin bakteri : (+)

DIAGNOSIS : G5P3A1 usia kehamilan 31-32 minggu + letak sungsang +

polihidramnion + hidrops fetalis

PLANNING :
Pada kasus ini, setelah adanya keluhan pada pasien, pasien segera dirujuk ke RS.

Doris Sylvanus palangka raya dimana berhasil ditegakkan diagnosis hidrops

fetalis dan polihidramion dengan planning saran menurut kondisi pasien untuk

segera dilakukan terminasi kehamilan. Hal ini dikarenakan kelainan yang diderita

janin dapat membahayakan ibu maupun janin. Prognosis hidrops fetalis

tergantung pada etiologi, usia kehamilan saat terdeteksi. Tidak ada rekomendasi

untuk waktu persalinan pada kasus dengan hidrops fetalis. Tidak ada bukti yang

mengatakan persalinan elektif pada kehamilan preterm dapat meningkatkan hasil

akhir. Pada satu penelitian retrospective, kelahiran preterm < 34 minggu

merupakan faktor prognosis buruk. Berdasarkan pendapat ahli, memburuknya

kondisi NIHF pada kehamilan sekitar 34 minggu merupakan indikasi untuk

dilakukan persalinan, walaupun etiologi dan pemberatnya begitu luas. Pada pasien

ini, dianjurkan untuk melakukan kehamilan diterminasi dengan persetujuan dari

pasien serta memberikan infromasi dan persetujuan dari suami mengenai kondisi

dan kemungkinan buruk dari kehamilan ini jika diteruskan. Kehamilan diterminasi

secara pervaginam karena tidak ada kontraindikasi dan indikasi dilakukan SC.

Sumber :

1. Laterre M, Bernard P, Vikkula M, Sznajer. Improved diagnosis in nonimmune

hydrops fetalis using a standardized algorithm. Prenatal Diagnosis. 2018;

38(5):337-43.
2. Randenberg AL. Nonimmune hydrops fetalis part I: etiology and

pathophysiology. Neonatal Netw. 2010; 29:281-95.

3. Yamamoto H, Sekiguchi K, Takahashi M, Maeda T, Ihara K. Non-immune

hydrops fetalis neonate born to a mother with yellow nail syndrome. P

4. Cunningham FG et al. Fetal Disorder. Dalam C. F. al, William Obstetrics 24rd

Ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc.

Anda mungkin juga menyukai