Oleh :
dr. Dhea Farisky
Pembimbing :
dr. Zulfito Marendra, Sp.A
LAPORAN KASUS
2022
Kwandang, 2022
Pembimbing
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................2
2.1. Tinjauan Kejang Demam..............................................................................2
2.1.1 Definisi...................................................................................................2
2.1.2 Epidemiologi..........................................................................................2
2.1.3 Klasifikasi .............................................................................................3
2.1.4 Etiologi dan faktor risiko.......................................................................4
2.1.5 Patofisiologi...........................................................................................8
2.1.6 Penegakan diagnosis.............................................................................13
2.1.7 Penatalaksanaan....................................................................................15
2.1.8 Diagnosa Banding.................................................................................19
2.1.9 Edukasi Orang Tua................................................................................19
2.1.10 Kriteria Rujukan..................................................................................19
2.1.11 Prognosis.............................................................................................19
2.2. Tinjauan Faringitis......................................................................................20
2.2.1 Definisi.................................................................................................20
2.1.2 Epidemiologi........................................................................................20
2.1.3 Etiologi dan faktor risiko.....................................................................20
2.1.4 Patofisiologi.........................................................................................21
2.1.5 Manifestasi Klinis................................................................................21
2.1.6 Penegakan Diagnosis...........................................................................24
2.1.7 Penatalaksanaan...................................................................................26
2.1.7 Komplikasi...........................................................................................26
2.1.8 Diagnosa Banding................................................................................27
2.1.9 Konseling dan Edukasi.........................................................................27
ii
2.1.10 Kriteria Rujukan..................................................................................27
2.1.11 Prognosis.............................................................................................27
BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................28
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................37
BAB V PENUTUP...............................................................................................39
BAB VI DAFTAR PUSTAKA............................................................................40
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Patofisiologi Kejang demam……………………………….......... 11
Gambar 2.2 Tataalaksana Kejang demam……………………………….......... 16
Gambar 2.3 Mekanisme Kerja Obat Antikonvulsan…………………………...18
Gambar 2.4 Patofisiologi Faringitis ……………………………………….......22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
tidak ditangani dengan baik oleh orang tua, seperti tidak
segera memberikan kompres pada anak ketika terjadi
demam, tidak memberikan obat penurun demam, dan
sebagian orang tua justru membawa anaknya ke dukun
sehingga sering terjadi keterlambatan bagi petugas
dalam menangani kejang demam.2
Secara umum kejang demam memiliki prognosis
yang baik, namun sekitar 30-35% anak dengan kejang
demam pertama akan mengalami kejang berulang.2
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1.2 Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berusia 6 bulan-5 tahun.
Kejadian terbanyak adalah pada usia 17-23 bulan. Pada penelitian kohort
prospektif yang besar, 2-7% kejang demam mengalami kejang tanpa
demam atau epilepsy di kemudian hari. Kejadian kejang demam ada
kaitannya dengan faktor genetik. Anak dengan kejang demam 25-40%
mempunyai riwayat keluarga dengan kejang demam.1,3
3
3
2.1.3 Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang Fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
Berulang lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.1,5
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15
menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan
kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang
demam.1
Kejang Fokal adalah kejang parsial atau satu sisi, atau kejang
umum yang didahului kejang parsial.1
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari
dan diantara 2 bangkitan kejang anak sadar, Kejang berulang terjadi
pada 16% anak yang mengalami kejang demam.1
b. Faktor Usia
Tahap perkembangan otak dibagi 6 Fase yaitu : 1) neurulasi, 2)
perkembangan prosensefali, 3) Proliferasi neuron, 4) migrasi neural,
5)organisasi dan 6)mielinisasi. Tahapan perekembangan otak
intrauteri dimulai dari fase neurulasi sampai migrasi neural. Fase
perkembangan organisasi dan mielinisasi masih berlanjut sampai
bertahun-bertahun pertama pascanatal. Pembentukan reseptor untuk
eksitator lebih awal dibandingkan dengan inhibitor. Pada keadaan otak
belum matang reseptor untuk asam glutamate sebagai reseptor
eksitator yang aktif sedangkan GABA sebagai inhibitor yang kurang
aktif, sehingga eksitasi lebih dominan dibandingkan inhibisi.
Corticotropin releasing hormone (CRH) merupakan neuropeptide
eksitator, berpotensi sebagai prokonvulsan. Pada otak belum matang
kadar CRH di hipokampus tinggi sehingga berpotensi untuk terjadinya
bangkitan kejang apabila terpicu oleh demam.4
c. Faktor riwayat keluarga
Belum dapat dipastikan cara pewarisan sifat genetik terkait
dengan kejang demam. Namun pewarisan gen secara autosomal
dominan paling banyak ditemukan, Penetrasi autosomal dominan
diperkirakan 60-80%. Apabila salah satu orang tua penderita dengan
riwayat pernah kejang demam mempunyai resiko untuk terjadi
bangkitan kejang demam sebesar 20%-22%. Dan apabila kedua orang
tua tersebut mempunyai riwayat pernah menderita kejang demam
menungkat menjadi 59%-64%, tetapi sebaliknya apabila kedua orang
tua penderita tidak pernah mempunyai riwayat kejang demam maka
resiko terjainya kejang demam hanya 9%.4
d. Usia saat ibu hamil
Usia ibu pada saat hamil sangat menentukan status kesehatan
bayi yang akan dilahirkan. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun dapat mengakibatkan berbagai komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan. Komplikasi kehamilan dan persalinan dapat
6
b. Pemeriksaan Fisik.7
1. Tanda-tanda vital
2. Pemeriksaan umum ditujukan untuk untuk menentukan peyakit
yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas, otitis
media, gastroenteritis)
3. Pemeriksaan neurologis meliputi kepala, ubun-ubun besar, tanda
14
c. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin
pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi
sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium yang
dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit, dan
gula darah.1
b. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.
Berdasarkan bukti-bukti terbaru, saat ini pemeriksaan pungsi
lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia <12 bulan
yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan umum
baik.1
Indikasi pungsi lumbal :
1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan klinis.1
3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang
sebelumnya telah mendapat antibiotk dan pemberian antibiotik
tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis. 1
d. Elektroensefalografi (EEG)
Indikasi pemeriksaan EEG :
Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, kecuali
apabila ada bangkitan yang bersifat fokal.1
Keterangan :
EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya
fokus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.1
15
e. Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak
rutin dilakukan pada anak dengan kejang demam sederhana.
Pemeriksaan tersebut dilakukan apabila terdapat indikasi, seperti
kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau
paresis nervus kranialis.1
2.1.11 Prognosis1
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian
kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
20
2.2 Faringitis
2.2.1 Definisi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan
oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%,alergi, trauma, iritan, dan lain-lain.
Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus
pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya.
2.2.2 Epiemiologi
Infeksi saluran pernapasan atas virus terjadi paling sering pada
musim dingin dan musim semi dan ditularkan melaluin kontak langsung
yang dekat. Faringitis streptokokus jarang terjadi sebelum usia 2-3
tahun. Insiden meningkat di kalangan anak-anak dan kemudian
menurun pada akhir masa remaja dan dewasa. Penyakit ini terjadi
sepanjang tahun tetapi dilaporkan paling serig selama musim semi.
Penyakit ini sering membayar pada saudara kandung dan teman sekelas.
Faringitis dari group Streptococcus C dan A. haemolyticum paling
sering terjadi di kalangan remaja dan orang dewasa.7
Infeksi saluran pernafasan atas termasuk Faringitis merupakan
bagian dari 10 penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kejang
demam. Berdasarkan penelitian menyebutkan bahwa infeksi saluran
pernafasan menjadi salah faktor utama menyebabkan kejang demam
mencapai 40%. Penyebab penyerta kejang demam dikarenakan oleh
karena infeksi bakteri pada saluran pernafasan atas dapat digunakan
21
2.3.4 Patofisiologi
Kolonisasi GABHS pada faring dapat mengakibatkan keadaan
asimptomatik maupun infeksi akut. Protein M adalah faktor virulensi
utama dari polimorfonuklear. Imunitas tipe spesifik berkembang selama
infeksi dan memberikan kekebalan protektif terhadap infeksi berikutnya
dengan serotip M tertentu. Demam yang disebabkan oleh GABHS
mengakibatkan salah satu dari tiga eksotoksin pirogenik sterptokokus
(SPE) A,B, dan C dapat menyebabkan ruam popular. SPE-A tampaknya
paling kuat terkait dengan demam scarlet. Paparan SPE hanya
menghasilkan kekebalan khusus untuk toksin tersebut, dan karenanya
demam scarlet dapat terjadi sampai tiga kali. 7
23
darah yang kebiruan. Mungkin bisa terdapat peteki atau lesi “donat”
pada palatum mole dan faring posterior, dan uvula mungkin memerah
dan membengkak. Kelenjar getah bening leher anterior membesr dan
lunak. Beberapa pasien menunjukan stigma tambahan demam, berupa:
pucat circumoral, lidah berwarna ‘stroberi’, dan ruam papilar halus
berwarna merah yang terasa seperti amplas dan menyerupai kulit
terbakar.7
Onset faringitis virus mungkin lebih bertahap, dan gejala yang lebih
sering terjadi berupa rhinorrhea, batuk, dan diare. Pada faringitis
Adenovirus dapat terdapat gejala konjungtivitis dan demam yang
bersamaan (fever pharyngoconjunctival). Faringitis coxsackievirus
dapat menyebabkan timbulnya vesikel abu-abu kecil (1-2mm) dan
ulkus yang menekan pada faring posterior(heroangina), atau nodul putih
kekuningan kecil (3-6mm) pada faring posterior (faringitis
lymphonodular akut). Pada faringitis akibat virus Epstein-Bar (EBV),
mungkin ada pembesaran tonsil yang menonjol dengan eksudat serviks,
limfadenitis, hepatosplenomegaly, ruam, dan terjadinya kelelahan
umum pada anak sebagai bagian dari sindrom mononucleosis infeksius.
Herpes simpleks infeksi virus primer pada anak-anak sering
menyebabkan demam tinggi dan gingivostomatitis.7
Penyakit faringitis yang dikaitkan dengan streptococcus
haemolyticum kelompok C dan A umumnya mirip dengan yang
disebabkan oleh GABHS infeksi akibat A. Haemolyticum kadang-
kadang disertai dengan ruam maculopapular eritematosa. Infeksi faring
gonokokal biasanya tanpa gejala tetapi dapat menyebabkan faringitis
akut dengan demam dan limfadenitis servikal.7
Demam
Sekret dari hidung
Dapat disertai atau tanpa batuk
Nyeri kepala
Mual
Muntah
Rasa lemah pada seluruh tubuh
Nafsu makan berkurang
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu :
Faringitis viral (umumnya oeh Rhonovirus): diawali dengan gejala
rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain
demam disertai rhinorrhea dan mual.
Faringitis bacterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang demam
dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk, dan seringkali
terdapat pembesaran KGB
Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan
Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal
dan akhirnya batuk berdahak
Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal
serta mulut berbau
Faringitis tuberculosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon
dengan pengobatan bacterial non spesifik
Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis leutika, ditanyakan
riwayat hubungan seksual terutama seks oral.
b. Pemeriksaan Fisik7
Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis,eksudat(virusinfluenza,coxsachievirus,cytomegalovir
us tidak menghasilkan eksudat).Pada coxsachievirus dapat
26
2.2.6 Komplikasi
Tonsilitis, abses peritonsilar, abses retrofaringeal, gangguan
fungsi tuba Eustachius, otitis media akut, sinusistis, laryngitis,
epiglottis, meningitis, glomerulonefrtis akut, demam remati akutt,
septicemia.
2.2.7 Penatalaksanaan
1) Istirahat cukup
2) Minum air putih yang cukup
3) Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur
antiseptic untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal
diberikan Nistatin 100.000-400.000 IU 2x/hari untuk faringitis
hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan
memakai zat kimia larutan nifas argetin 25%
4) Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus Isoprinosine dengan
dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4 -6x/hari pada orang dewasa
dan pada anak <5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam
4-6x/hari.
5) Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
streptococcus group A, diberikan antibiotik amoksisilin 50mg/kgBB
dosis dibagi 3x/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg
selama 6-10hari atau eritromisin 4x500mg/hari.
6) Pada fatingitis gonorrhea dapat diberikan sefalosporin generasi ke 3
seperti ceftriakson 2gr IV/IM
7) Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik 1x/hari selama
3-5hari
8) Jika diperlukan diberikan obat batuk antitusif atau ekspetoran
9) Selain antibiotic, kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi
inflamasi sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang
28
2.2.11 Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad Functionam : Bonam
3. Ad Sanationam : Bonam
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : An. A.F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 3 tahun
BB : 14kg
Agama : Islam
Alamat : Bualemo
No. RM : 03.39.xx
Tanggal Masuk : 2 Juli 2022
Tanggal Keluar :4 Juli 2022
Pekerjaan Orang Tua: Petani
Jumlah Saudara : Anak Tunggal
2. Anamnesis
Heteroanamnesis dengan Ibu pasien pada tanggal 2 Juli 2022 si IGD RSUD dr.
Zainal Umar Sidiki
a. Keluhan Utama : Kejang
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak laki-laki datang ke IGD RSUD Zainal Umar Sidiki pada
tanggal 2 Juli 2022 dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan kejang.
Kejang yang di alami sebanyak 1 kali dari rumah dan sampai di IGD kejang
belum berhenti dengan durasi 15-20 menit. Kejang yang dialami pada
seluruh tubuh, mata mendelik ke atas, mulut mengeluarkan air liur. Setelah
kejang pasien langsng menangis. Kejang di dahului dengan demam sejak
tadi pagi. Mual (-), muntah(-), batuk (-), Flu (-), sesak (-), BAB dan BAK
biasa. Riwayat Trauma (-). Pasien belum minum obat apapun.
30
3. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 97x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 38C
SpO2 : 98%
Status gizi : Baik
a. Kulit :
Warna : Sawo matang, sianosis (-)
Efloresensi : Petechiae tidak tampak
Turgor : Segera kembali
Kelembaban : Cukup
31
b. Kepala
Rambut : Hitam, sukar dicabut, tebal
Wajah : Simetris, edema (-),deformitas (-)
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
kornea (+/+)
Pupil : Bulat isokor 2,5mm/2,5mm, reflex cahaya (+/+)
Telinga : Serumen (-/-), secret (-/-)
Hidung : Pernafasan cuping hidung(-), epistaksis (-), Rhinorrhea (-)
Bibir : Pucat (-), mukosa basah (-), sianosis (-)
Lidah : Lidah kotor (-)
Tonsil : T1/T1, Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (+)
c. Leher
Inspeksi : Simertirs
Palpasi : Kaku kuduk (-)
Perbesaran KGB : Tidak ada
d. Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Fremitus normal (+/+)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikule normal (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial line
midclavicular sinistra
Perkusi : Batas atas: SIC II linea midclavicularis dextra et
parasternalis sinistra
Batas kiri: SIC V linea midclavicularis Sinistra
32
e. Abdomen:
Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Distensi (-)
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal: Tidak teraba
f. Ekstremitas:
a. Ekstremitas superior :Akral Hangat (+/+),edema (-/-)
b. Ekstremitas inferior : Akral Hangat (+/+),edema (-/-)
g. Genitalia : DBN
i. Refleks +¿
: Fisiologis ++¿+ ++¿++ ¿ −¿− ¿ ¿
¿ ¿ , Patologis −¿−¿ ¿
j. Pemeriksaan Tambahan :
4. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-3
Neutrofil 66 % 50-70
Limfosit 31 % 20-40
Monosit 3 % 2-38
Kimia Darah
Imunoserologi
Widal
5. Resume
Pasien anak laki-laki datang ke IGD RSUD Zainal Umar Sidiki pada
tanggal 2 Juli 2022 dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan kejang. Kejang
yang di alami sebanyak 1 kali dari rumah dan sampai di IGD kejang belum
berhenti dengan durasi 15-20 menit. Kejang yang dialami pada seluruh tubuh,
mata mendelik ke atas, mulut mengeluarkan air liur. Setelah kejang pasien
langsung menangis. Febris (+) sejak tadi pagi.
Pada pemeriksan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran
compos mentis setelah kejang berhenti, gizi baik. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan nadi 97x/menit, respirasi 24x/menit, suhu 38C. Faring hiperemis.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan : WBC: 14.3
x103/l, RBC: 4.74 x106/l, HGB: 13.1g/dl, PLT:324 x103/l, HCT : 32.8%.
6. Diagnosa Kerja
Kejang demam kompleks e.c Faringitis akut
7. Penatalaksanaan
Medikamentosa
O2 Nasal kanul 2 Lpm
Paracetamol drips 200mg/ 8 jam
Stesolid supp 10 mg saat kejang (telah diberikan sebanyak 2 kali
dengan jarak pemberian 5 menit)
Inj ceftriaxone 2x700mg/IV
Inj Dexamethasone 3x1,5mg
35
Non Medikamentosa
Melanjutkan pemberian makan dan minum
Lakukan kompres air hangat bila anak demam
8. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
9. Perjalanan Penyakit
03 Juli 2022 (Ranap Anak)
S Keluhan (-), Kejang (-), Demam (-)
Non Medikamentosa
Melanjutkan pemberian makan dan minum
Lakukan kompres air hangat bila anak demam
Non Medikamentosa
Melanjutkan pemberian makan dan minum
Lakukan kompres air hangat bila anak demam
BAB IV
PEMBAHASAN
sesuai dengan teori tatalaksana akut kejang demam. Pasien juga diberikan
antibiotik cextriaxone 2x700mg intravena yang berfungsi untuk membunuh dan
menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi dalm tubuh. Injeksi
Dexamethason diberikan 3x1,5mg diberikan untuk menekan reaksi inflamasi.
Pasien juga diberikan antipiretik berupa paracetamol drips untuk menurunkan
demam. Prognosis pada kasus ini baik setelah kejang pasien langsung sadar tidak
ada defisit neurologis dan setelah 3 hari di rawat di RS kondisi klinis pasien
membaik, tidak ada kejang berulang dan pasien bisa rawat jalan.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh
(suhu diatas 38C, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak
disebabkan oleh proses intrakranial.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang maka pasien diiagnosa dengan kejang demam kompleks e.c
faringitis akut. Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan teori. Pada kasus
ini prognosis pasien baik setelah kejang pasien langsung sadar tidak ada
defisit neurologis dan setelah 3 hari di rawat di RS kondisi klinis pasien
membaik, tidak ada kejang berulang dan pasien boleh pulang.
5.2 Saran
Setelah melakukan pemaparan laporan kasus yang dilaksanakan pada
Senin, 26 September 2022 telah dibacakan di depan dokter internship,
komite medik RSUD dr.Zainal Umar Sidiki, laporan kasus, maka terdapat
beberapa rekomendasi untuk perbenahan dilingkup rumah sakit :
1. Penyediaan obat, diazepam rectal, diazepam injeksi, fenitoin injeksi,
fenobarbital injeksi, sebagai obat antikonvulsan untuk tatalaksaksana
kejang sesuai dengan alogaritme tatalaksana kejang demam.
2. Penyediaan obat asam valproat dan fenobarbital oral sebagai obat
rumatan kejang demam
3. Penyediaan ruangan PICU sebagai ruang perawatan intensif anak, sesuai
dengan alogaritma tatalaksana kejang demam.
4. Pembuatan Paduan praktik klinis (PPK) Kejang demam oleh dokter
internship.
DAFTAR PUSTAKA
42