Anda di halaman 1dari 31

REFLEKSI KASUS

OD HIFEMA GRADE III


e.cTRAUMA TUMPUL
SHUTTLECOCK

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU
2017
PENDAHULUAN

Trauma tumpul okuli = Benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung
tumpul mengenai mata dengan kencang atau lambat terjadi kerusakan pada
jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.e.c aktivitas sehari-hari ataupun karena
olah raga.
Perdarahan di dalam Camera Oculi Anterior (COA)yang disebut dengan hifema
33% Hifema, di Amerika utara adalah 17-20 /100.000 populasi pertahun
Komplikasi hifema ; Perdarahan sekunder, glaukoma dan hemosiderosis
disamping komplikasi traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio
retina, katarak, dan iridodialysis.
Bila tajam penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih rendah maka prognosisny
a penderita adalah buruk kerena dapat menyebabkan kebutaan.
STATUS PASIEN

Nama : Tn. SYM


Usia : 50 Tahun
Alamat : Krajan 07/03Ngolodono karang
dowo Klaten
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 210813
ANAMNESE

Keluhan utama : Pandangan kabur


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli mata RSU PKU Muhammadiyah Delanggu


dengan keluhan pandangan kabur pada mata kanan, keluhan dirasa
kan sesaat setelah mata pasien terkena cock bulutangkis, setelah
di smash oleh lawan bermain pada hari senin malam, pandangan
kabur dirasakan mendadak, lama kelamaan hanya melihat berwar
na hitam.
Pasien memeriksakan diri ke puskesmas di beri obat tetes mata, na
mun tidak mengetahui obat yang diberikan, keluhan disertai kemera
han pada mata, pusing, sekitar mata kanan terasa nyeri, dan terasa
mengganjal. Keluhan blobok (-) , nerocos (-), cekot cekot (-), mual
(-), muntah (-).
ANAMNESE

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sakit serupa: disangkal
Riwayat trauma : diakui terkena Shuttlec
ock bulu tangkis
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat tekanan darah tinggi: disangkal
Riwayat sakit serupa: disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit gula: disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit gula: disangkal
Riwayat hipertensi: disangkal
Riwayat mata merah: disangkal
Riwayat benjolan dimata: disangkal
Riwayat mata kabur : diakui
Riwayat operasi mata : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK (13 Juni 2017 pada pukul 16.00 )

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis
TANDA VITAL
Tekanan darah : 130/80
Nadi : 78 x/menit
Respiratory rate: 20 x/menit
Suhu : 36,6 C
STATUS GIZI
Berat badan :-
Tinggi badan : -
PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS
Kepala : kesan mesosefal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Extremitas : dalam batas normal
Status optalmologi

OD OS
1/~ Visus 6/60
P
E Tidak dilakukan Visus koreksi Tidak dilakukan
M
E Tidak dilakukan Sensus Coloris Tidak dilakukan
R
Bebas segala arah Pergerakan bola Bebas segala arah
I
K mata
S
Ortoforia Kedudukan bola Ortoforia
A
A mata
N
Entropion (-) Silia Entropion (-)
F
I Ektropion (-) Ektropion (-)
S
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
I
K Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Oedem (-) Palpebra superior Oedem (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
P
Sekret (-) Sekret (-)
E
Ulkus (-) Ulkus (-)
M
Krusta (-) Krusta (-)
E
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
R
I Nyeri tekan (-) Palpebra inferior Nyeri tekan (-)

K Hiperemis (-) Hiperemis (-)


S Spasme (+) Spasme (-)
A Massa (-) Massa (-)
A Sekret (-) Konjungtiva palpebra s Sekret (-)
N Hiperemis (-) uperior Hiperemis (-)
F Cobble stone (-) Cobble stone (-)
I Giant papil (-) Giant papil (-)
S
Udem (-) Udem (-)
I
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
K
Status Optalmologi
Sekret (-) Konjungtiva pal Sekret (-)
Hiperemis (-) pebra Hiperemis (-)
Cobble stone (-) inferior Cobble stone (-)
Giant papil (-) Giant papil (-)
Udem (-) Udem (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Injeksi konjungtiv Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-
a (+) forniks )
Injeksi silier (+) dan bulbi Injeksi silier (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Pterygium (-) Pterygium (-)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)
Jernih (-) Keruh 100 Kornea Jernih (+)
% Infilrat (-)
Infilrat (-) Ulkus (-)
Ulkus (-) Sensibilitas kornea (+)
Sensibilitas kornea (+) Udem (-)
Udem (+) Neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi (-) Sikatrik (-)
Sikatrik (-)
Hifema (+) COA Jernih
Hipopion (-) Tindal efek (-)
Tindal efek tidak apat d Kedalaman bagian ba
inilai yangan pada iris
Kedalaman tidak dapat
dinilai
Tidak dapat dinilai Iris Kripte tidak melebar
Neovaskularisasi (-)
Sinekia anterior (-)
Udem (-)

Tidak dapat dinilai Pupil Bulat, Sentral, Reguler


Isokor
Diameter 3 mm
Refleks direk/indirek (+/+) N

Tidak dapat dinilai Lensa Kekeruhan (+)sebagian


Shadow test (-)

Tidak dilakukan Fundus Refleks Tidak dilakukan

- Lapang pandang -

T dig N+1 Tekanan bolamat T dig N


a digital
Tidak dilakukan Tes Fluorescein Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Darahrutin (WB EDTA)
Hemoglobin 14,3g/dL 14.0 18.0 g/dL
Laboratorium Hematologi
Leukosit 11,43/ul 4,0- 12 003/ul
Eritrosit 4,966/uL 4,50 -5.506/uL
Trombosit 266,0 103/uL 150 400 103/uL
Hematokrit 42,4% 40-48%
Hitung jenis
Granulosit 76.7% 50.0-80.0%
Limfosit 20.0% 20.5-51.1%
Monosit 3% 2-9%
MCH,MCV,MCHC
MCV 85,5 fl 78.60-102 fl
MCH 28,8 pg 25,2-34.7 pg
MCHC 33,4 g/dl 31.3-35.4 g/dl
RESUME

Pasien datang dengan keluhan pandangan kabur pada mata kan


an sejak senin malam, keluhan dirasakan sesaat setelah mata pasien terk
ena cock bulutangkis, pandangan kabur dirasakan mendadak, lama kela
maan hanya melihat berwarna hitam. Keluhan disertai kemerahan pada
mata, pusing, sekitar mata kanan terasa nyeri, dan terasa mengganjal.
Pasien memeriksakan diri ke puskesmas di beri obat tetes mata, namun
tidak mengetahui obat yang diberikan, Keluhan blobok (-) , nerocos (-),
cekot cekot (-), mual (-), muntah (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan spasme pada palpebra superio
r dan inferior, terdapat mixed injection pada konjungtiva bulbi, kornea oed
em, keruh, kekeruhan 100%, COA terdapat Hifema. Iris , pupil, lensa tidak
dapat dinilai.
DAFTAR MASALAH
Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Penunjang:
1. Penglihatan kabur pada mata ka 1. Visus OD 1/~ -
nan, hanya melihat warna hitam 2. Spasme palpebra
2. Mata merah superior dan inferior
3. Pusing 3. Mixed injection pada
4. Nyeri disekitar mata kanan konjungtiva bulbi
5. Terasa mengganjal 4. Kornea oedem
6. Riwayat trauma shuttlecock 5. Kornea keruh
6. COA terdapat Hifema
7. Iris tidak dapat dinilai
8. Pupil tidak dapat
dinilai
9. Lensa tidak dapat
dinilai
DIAGNOSIS

Diagnosis Banding :
OD Hifema Grade IV e.c trauma tumpul (shuttlecock)
Glaukoma
Uveitis

Diagnosis kerja:
OD Hifema Grade IV e.c Trauma Tumpul (shuttlecock)
OS katarak insipien
INISIAL PLAN
Diagnosis :
OD Hifema Grade III e.c Trauma Tumpul (shuttlecock)
Tata laksana farmakoterapi dan non farmakoterapi :
Bed rest total
Elevasi kepala 450 Monitoring:
Infus Ringer Laktat + Transamin Monitoring visus dan tekanan
R/ Cendo Xytrol bola mata, dan klinis pasien
S 4 dd gtt II OD Edukasi :
R/ Cendo Tropin 0,5% Bed rest total dengan posisi k
S 2 dd gtt 1 OD epala lebih tinggi (450)
R/ Metil Prednisolon 4 mg Menjelaskan kepada pasien k
S 2-2-0 emungkinan tindakan operatif
R/ Glaukon 250 mg (dikeluarkan darahnya)
S 2 dd tab I
R/ Transamin 500mg
S 3 dd I tab
PROGNOSIS

OD OS
Quo ad visam Dubia Ad sanam Ad bonam

Quo ad vitam Dubia Ad bonam Ad bonam

Quo ad cosmeticam Dubia Ad bonam Ad bonam

Quo ad fungsionam Dubia Ad sanam Ad bonam

Quo ad visam Dubia Ad sanam Ad bonam


FOLLOW UP Tgl
S
14 Juni 2017
Pusing (+), mata kanan sakit (+), mengganjal (+)
O KU : Lemah
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 77 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 oC

OD : Visus OD 1/~, Visus OD 1/~, Palpebra spaseme(+), mix injektion (+), kornea keruh dan u
dem, COA hifema (+) 90%. Tdig N+1
OS : visus 6/60, lensa keruh (+)
OD Hifema Grade IV e.c Trauma Tumpul (Shuttlecock)
A
1. Bed rest total
P
2. Elevasi kepala 450
3. Infus Ringer laktat + Transamin
4. Cendo xytrol 4 dd gtt II OD
5. Cendo tropin 0,5% 2 dd gtt I OD
6. Metil prednisolon 4 mg tab 2-2-0
7. Glaukon 2 dd tab I
8. Transamin 3 dd tab I
9. Pro parasintesis lokal
Tgl 15 Juni 2017
FOLLOW UP S Pusing (+), mata kanan sakit (+), mengganjal (+)
O KU : Lemah
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 77 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 oC

OD: Visus OD 1/~, Palpebra spaseme(+), mix injektion (+), kornea keruh dan u
dem, COA hifema (+) 90%. Tdig N+1
OS : visus OS 6/60, lensa keruh (+)
A
OD Hifema Grade IV e.c Trauma Tumpul (Shuttlecock)

P 1. Bed rest total


2. Elevasi kepala 450
3. Infus Ringer laktat + Transamin
4. Cendo xytrol 4 dd gtt II OD
5. Cendo tropin 0,5% 2 dd gtt I OD
6. Metil prednisolon 4 mg tab 2-2-0
7. Glaukon 2 dd tab I
8. Transamin 3 dd tab I
9. Pro parasintesis lokal
Tgl 14 Juni 2017
S mata kanan sakit (+), cekot cekit (+), pusing (+)
O KU : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,3 oC

Followup Post OD : Visus OD 1/300, Palpebra spaseme(+), edem palpebra (+), njektion (-), kornea keruh dan u
dem, COA hifema (-) . Diameter pupi 4mm TdigN+2
parasintesis OS : visus 6/60, lensa keruh (+)
OD post parasintesis Hifema Grade IV e.c Trauma Tumpul
A
1. Bed rest total
P
2. Elevasi kepala 450
3. Infus Ringer laktat + Transamin 20tpm
4. Cendo xytrol 4 dd gtt II OD
5. Cendo tropin 0,5% 2 dd gtt II OD
6. Metil prednisolon 4 mg tab 2-2-0
7. Glaukon 2 dd tab I
8. Transamin 3 dd tab I
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis di dapatkan penderita dengan keluhan pandanga


n kabur pada mata kanan, keluhan dirasakan sesaat setelah mata pasien terkena
cock bulutangkis. Berdasarkan kepustakaan, gambaran klinik pada penderita ini
sesuai dengan gambaran klinik pada hifema dimana pasien akan mengeluh nyeri
pada mata disertai merah. Penglihatan pasien kabur dan akan sangat menurun.
Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya
cukup banyak
Berdasarkan pemeriksaan objektif didapatkan pada inspeksi okuli dextra
: pada COA tampak adanya darah dalam 100% bilik mata depan. berdasarkan
kepustakaan pasien ini tergolong dalam hifema grade IV dimana perdarahan
mengisi 100% bilik mata depan.
PEMBAHASAN

Berdasarkan kepustakaan, gambaran klinik pada penderita ini sesuai


dengan gambaran klinik pada hifema dimana pasien akan mengeluh nyeri pad
a mata disertai dengan epifora. Penglihatan pasien kabur dan akan sangat men
urun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila
jumlahnya cukup banyak.
Hifema biasanya debabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terk
ena bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain. Hifema yang terjadi karena
trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian da
lam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris
dan koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga
akan menimbulkan perdarahan.
PEMBAHASAN

Berdasarkan waktu terjadinya pasien ini termasuk dalam hi


fema primer dimana hifema primer adalah perdarahan yang langsun
g terjadi setelah trauma. Perdarah primer dapat sedikit dapat pula ba
nyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari kelima setelah
trauma.
Perdarahan sekunder dapat terjadi akibat reabsorbsi dari be
kuan darah yang terlalu cepat, sehingga pembuluh darah tidak mend
apat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali, misalnya pada
proses keradangan iris dan badan siliaris yang menyebabkan dilatasi
pembuluh darah sehingga memungkinkan fibrin yang telah menutup
terlepas lagi.
PEMBAHASAN

Pada pasien ini dilakukan rawat inap untuk mengamati jika


terjadi perdarahan sekunder.
penyerapan darah melalui trabekula dan kanal schlemm ber
jalan lancar artinya tidak terdapat bekuan darah atau epitel yang men
yumbat saluran tersebut. Darah pada hifema dikeluarkan dari kamera
okuli anterior dalam bentuk sel darah merah melalui sudut kamera
okuli anterior menuju kanal sclemm dan juga melalui permukaan
depan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim
fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai
dalam bentuk hemosiderin.
PEMBAHASAN

Penatalaksanaan hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2


golongan besar yaitu perawatan dengan cara konservatif/tanpa
operasi, dan perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.
Tindakan ini bertujuan untuk :menghentikan perdarahan,menghin
darkan timbulnya perdarahan sekunder, mengeliminasi darah
dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi, me
ngontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang
lain, dan berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.
PEMBAHASAN

Penanganan pada pasien ini dilakukan secara konservatif


Tirah baring total dengan posisi kepala dielevasi 30 45
melokalisir darah di bilik mata depan bawah, supaya pupil tidak
terhalang oleh darah dan memperkecil lokasi hemosiderosis.
Pemberian antifibrinolitik agent seperti asam traneksamat
untuk mencegah terjadinya dialisis mempertahankan trombus-
trombus sehingga dapat mencegah terjadinya hifema sekunder.
sulfat atropin merupakan suatu antikolinergik yang menghasilkn
dilatasi pupil dan paralisis.
Glaukon (asetazolamide) untuk mengurangi tekanan intraokuler.
Cendo xytrol merupakan preparat antibiotik dan kortikosteroid
sebagai antibiotik dan antiperadangan
PEMBAHASAN

Pada pasien dilakukan tindakan operatif yaiyu parasintesis.


Parasintesis dikerjakan bilamana ditemukan glaukoma sekunder, tan
da imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea Dan tidak ada pengur
angan dari tingginya hifema dengan perawatan non-operasi selama
3 - 5 hari .Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya sin
ekia anterior perifer bila hifema total bertahan selama 5 hari atau hife
ma difus bertahan selama 9 hari.
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan me
ngeluarkan cairan/darah dari bilik depan bola mata dengan teknik se
bagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea
yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan peneka
nan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan akan kelua
r. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas d
engan garam fisiologis
PEMBAHASAN

Sebelum Parasentesis Setelah Parasentesis


TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai