IKTERUS NEONATORUM
Disusun Oleh:
Pembimbing :
PAREPARE
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Menyatakan bahwa, telah menyelesaikan tugas laopran kasus dalam rangka kepanitraan klinik
pada bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia di RSUD
Mengetahui,
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS
Keluhan kuning seluruh badan bagian kepala, badan, lengan atas, dan lengan bawah
Muntah (-)
BAB (+) normal berwarna kuning, BAK (+) lancar berwarna kuning
Selama hamil, ibu rajin mengontrol kehamilan. Riwayat sakit selama kehamilan
Lahir dengan seksio sesarea (SC), ditolong oleh dokter, segera menangis, air
ketuban jernih, berat badan lahir 2770 gram, panjang badan lahir 48 cm, lingkar
kepala 33 cm, lingkar dada 30,5 cm. APGAR score 9/10/10, trauma lahir (-),
kelainan kongenital (-), caput succedanum (-), sefal hematom (-). Riwayat
2. Tanda-tanda Vital :
2
Suhu : 36,5C
Pernapasan : 44 x/menit
3. Kepala-Leher
4. Thorax Jantung
Inspeksi : Dada simetris, bentuk dada normal Inspeksi :Ictus cordis (-) tampak
Rhonki (-/-)
3
5. Abdomen
Perkusi : Tympani
6. Ekstremitas
7. Lain-lain
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIREK
Kesan : Hiperbilirubinemia
4
D. DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis
- Ikterus Neonatorum
- BCB-SMK
E. PENATALAKSANAAN
1. Asi on demand
F. PROGNOSIS
G. FOLLOW UP
O: ASI
5
Sklera ikterus (+/+), mukosa bibir ikterus
bawah, kramer IV
P: Lanjutkan terapi
O: ASI on demand
bawah, kramer IV
P: Lanjutkan terapi
O: ASI on demand
6
bawah, kramer IV
P: Lanjutkan terapi
BAB II
DISKUSI
Ikterus adalah diskolorisasi kulit, membran mukosa dan sklera akibat peningkatan
bilirubin serum total > 5 mg/dl atau bilirubin direk > 2 mg/dl. Ikterus selama usia minggu
pertama terdapat pada sekitar 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi preterm.1 Ikterus
neonatorum dapat bersifat fisiologis atau patologis.2 Ikterus neonatorum merupakan masalah
kesehatan yang sering ditemukan di antara bayi-bayi baru lahir yang jika tidak ditangani
Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65%
menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Di Malaysia, hasil survei pada
tahun 1998 di rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan di bawah Departemen Kesehatan
mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya.1
Di Indonesia, dari survey awal penelitian yang di lakukan di RSUD Raden Mattaher,
kejadian ikterus neonatorum yang tercatat di bagian perinatologi sejak Agustus 2012 sampai
Januari 2013 sebanyak 100 kasus. Faktor resiko yang merupakan penyebab tersering ikterus
neonatorum di wilayah Asia dan Asia Tenggara antara lain, inkompatibilitas ABO,
7
Aktifitas Uridine Difosfat Glukoronil Transferase Hepatik jelas menurun pada bayi
prematur, sehingga kadar bilirubin yang terkonjugasi menurun. Namun pada bayi cukup
bulan dan bayi prematur terjadi peningkatan hemolisis karena umur sel darah merah yang
Etiologi ikterus neonatorum patologis pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: produksi yang berlebihan, gangguan dalam proses uptake dan
sebelumnya, riwayat inkompabilitas darah, dan riwayat keluarga yang menderita anemia,
Faktor risiko yang dianggap sebagai pemicu timbulnya ikterus neonatorum pada
kasus adalah ikterus pada pasien muncul pada hari ke-2 setelah lahir dan menetap hingga 3
hari dengan hasil pemeriksaan kadar bilirubin total 14,2 mg/dl, bilirubin direk 0,5 mg/dl;
Produksi bilirubin yang meningkat pada neonatus disebabkan karena masa hidup
eritrosit neonatus lebih pendek (70-90 hari), peningkatan degradasi heme, turn over
sitokrom yang meningkat dan juga reabsorbsi bilirubin dari usus yang meningkat (siklus
penurunan kadar ligand, adanya patent ductus venosis (PDV), maupun pemberian ASI yang
dapat menghambat proses konjugasi bilirubin. Peningkatan kadar bilirubin serum ini
menyebabkan ikterus yang bersifat fisiologi dan patologis. Ikterus neonatorum patologis
adalah ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama post partum dimana peningkatan dan
8
akumulasi bilirubin indirek > 5 mg/dl/24 jam dan ikterus akan tetap menetap hingga 8 hari
Kadar bilirubin serum total 5-6 mg/d hari atau 0,5 mg/dl/jam) pada bayi
hingga 12 mg/dl dengan bilirubin aterm >12 mg/dl atau 10-14 mg/dl
serum total
Bayi prematur
pemeriksaan penunjang utama yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar bilirubin serum
total dan direk. Hal ini sesuai dengan kasus dimana penentuan ikterus dilakukan berdasarkan
skoring Kramer dengan pemeriksaan kadar bilirubin serum total dan direk dengan hasil yang
9
ditemukan ikterus kramer IV (lengan dan tungkai bawah = 11-18 mg/dl), bilirubin total 14,2
mg/dl.
Kramer
Pemeriksaan penunjang
bilirubin (bilirubin total dan direk) harus dilakukan pada neonatus yang mengalami ikterus
dan pemeriksaan Transcutaneous Bilirubin (TcB) dapat digunakan untuk menentukan kadar
10
serum bilirubin total, tanpa harus mengambil sampel darah. Namun alat ini hanya valid
untuk kadar bilirubin total < 15 mg/dL (< 257 mol/L), dan tidak reliable pada kasus ikterus
Prognosis untuk bayi yang baru lahir dengan ikterus sangat baik jika mereka
menerima pengobatan yang tepat dan sebagian besar bayi dengan ikterus neonatal akan
membaik tanpa efek samping. Namun, profesional perawatan kesehatan perlu tetap waspada
dan orang tua perlu diinformasikan dan dididik tentang potensi bahaya dari
hiperbilirubinemia yang berat dalam rangka untuk mencegah terjadinya kernikterus. Bila
kernikterus dapat dilalui, bayi dapat tumbuh tetapi tidak berkembang, selain bahaya tersebut,
bilirubin direk yang bertumpuk di hati akan merusak sel hati dan menyebabkan sirosis
hepatik.2
Fototerapi
11
Menurut Garry (Pediatric Emergency Medicine), tatalaksana ikterus neonatorum
berupa pemberian ASI, fototerapi atau transfusi tukar dengan memperhatikan nilai bilirubin
serum total, usia neonatus, usia kehamilan serta faktor resiko (penyakit hemolitik, isoimun,
defisiensi G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas suhu, sepsis, asidosis, atau albumin <3 g/dl).
Prinsip dari fototerapi adalah isomerasi bilirubin, yaitu penguraian bilirubin menjadi bentuk
isomer yang mudah larut dalam air, agar dapat disekresikan ke dalam empedu dan urin.
Transfusi tukar direkomendasikan jika kadar bilirubin serum total masih tetap meningkat
walaupun sudah mendapat fototerapi intensif; dan segera dilakukan jika pasien menunjukkan
tanda ensefalopati bilirubin akut (hipertoni, demam, tangisan melengking, opistotonus dan
retrocollis) atau kadar bilirubin total 5 mg/dl di atas garis normal.4 Hal ini sesuai dengan
terapi yang diberikan pada kasus yaitu pemberian ASI dan fototerapi 3x24 jam.
Adapun pencegahan pada kasus ikterus, dibagi menjadi pencegahan primer dan
pencegahan sekunder.
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8-12 kali perhari untuk
Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang
Tentang golongan darah : Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO
dan rhesus serta penyaringan serum antibodi isoimun yang tidak biasa.1
12
Bahaya hiperbilirubinemia adalah kern icterus. Kern icterus atau ensefalopati
bilirubin adalah sindrom neurologis yang disebabkan oleh deposisi bilirubin tidak
terkonjugasi (bilirubin tidak langsung atau bilirubin indirek) di basal ganglia dan nuclei
batang otak. Patogenesis kern icterus bersifat multifaktorial dan melibatkan interaksi antara
kadar bilirubin indirek, pengikatan oleh albumin, kadar bilirubin yang tidak terikat,
kemungkinan melewati sawar darah otak, dan suseptibilitas saraf terhadap cedera.
Kerusakan sawar darah otak, asfiksia, dan perubahan permeabilitas sawar darah otak
Pada bayi sehat yang menyusu kern icterus terjadi saat kadar bilirubin >30 mg/dL
dengan rentang antara 21-50 mg/dL. Onset umumnya pada minggu pertama kelahiran tapi
1. Bentuk akut :
demam.
2. Bentuk kronis :
a. Tahun pertama : hipotoni, active deep tendon reflexes, obligatory tonic neck
gangguan pendengaran.
13
DAFTAR PUSTAKA
5. Hansen TW.
6. Garry R.
14