Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku Saku ini dengan judul Sanitasi
Kapal.
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui sanitasi pada transportasi laut yaitu
Kapal antar pulau.
Dalam penyelesaian Buku Saku ini penulis juga menerima kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dalam penyempurnaan Buku Saku ini sehingga dapat
membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. Akhirnya penulis berharap, semmoga
Buku Saku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
penulis
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. FORMULIR 2 ........................................................................................ 14
2. FORMULIR 3 ........................................................................................ 18
3. FORMULIR 4 ........................................................................................ 20
4. FORMULIR 5 ........................................................................................ 22
5. FORMULIR 6 ........................................................................................ 26
6. FORMULIR 7 ........................................................................................ 28
7. FORMULIR 8 ........................................................................................ 31
8. FORMULIR 9 ........................................................................................ 33
DOKUMENTASI ............................................................................................. 35
ii
PENDAHULUAN
Transportasi, pariwisata dan matra perlu diupayakan sanitasinya agar tidak menjadi
tempat berkembangnya dan menularnya suatu penyakit serta tidak menimbulkan terjadinya
kecelakaan kerja. Anda sebagai seorang sanitarian, akan menjalankan tugas sebagai
pengawas sanitasi di transportasi, pariwisata dan matra. Untuk mampu bertugas sesuai
dengan jabatan Anda, tentu saja Anda harus terlebih dahulu memiliki pengetahuan tentang
sanitasi itu sendiri. Selanjutnya, Anda juga harus memiliki pengetahuan tentang apakah yang
dimaksud dengan transportasi, pariwisata dan matra. Berikut ini, kita akan bahas mengenai
pengertian sanitasi, transportasi, pariwisata dan matra.
Kapal merupakan alat transportasi yang besar dan beroperasi dalam jangka
waktu yang lama sehingga diperlukan fasilitas pendukung seperti toilet , dapur ,
kamar dan lain sebagai. Kesehatan Awak kapal menjadi hal yang utama agar kinerja
menjadi optimal maka sanitasi atau kebersihan harus dijaga.
A. PENGERTIAN SANITASI
1. Menurut Ehler & Steel (1958), pengertian sanitasi adalah “sanitation is the
prevention od diseases by eliminating or controlling the environmental factor which
from links in the chain of tansmission”.
1
2. Menurut Soemirat (2004), mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha
kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada
usahausaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
B. TRANSPORTASI
1. Pengertian Transportasi
2. Jenis Transportasi
a. Transportasi darat
Masyarakat pengguna memilih jenis trasnportasi antara lain berdasarkan
beberapa faktor seperti jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan,
ketersediaan alat transportasi, ukuran kota dan kerapatan pemukiman, serta faktor
sosial ekonomi. Sebagai contoh, bila seseorang harus pergi ke Surabaya untuk
mudik, maka pilihannya menjadi bervariasi, tergantung pada faktor-faktor yang
telah disebutkan di atas. Contoh transportasi darat adalah kendaraan bermotor
(mobil atau bus dan sepeda motor), kereta api, gerobak yang ditarik hewan baik itu
kuda maupun sapi.
2
b. Transportasi air, seperti sungai, danau, dan laut Alat
Transportasi ini hanya dapat digunakan dalam wilayah perairan, contohnya
seperti kapal, ferry, tongkang, perahu, dan rakit. Sarana untuk menurunkan dan
menaikkan penumpang transportasi laut adalah pelabuhan.
c. Transportasi udara
Transportasi udara merupakan moda transportasi yang dapat menjangkau
tempat-tempat yang jauh atau sulit dijangkau ditempuh menggunakan alat
transportasi darat maupun alat transportasi air. Alat transportasi ini mampu
bergerak lebih cepat dan lintasannya lurus, sehingga sangat memangkas jumlah
waktu seseorang melakukan perjalanan. Alat transportasi udara ini juga praktis dan
bebas hambatan. Contohnya adalah pesawat terbang, helikopter, dan balon udara.
3
MATERI I
LANDASAN HUKUM
Tujuan dari pemeriksaan sanitasi kapal adalah untuk menilai kondisi sanitasi
kapal terkait ada atau tidak adanya faktor risiko kesehatan masyarakat. Faktor risiko
tersebut dapat berupa bukti infeksi atau kontaminasi termasuk setiap stadium
pertumbuhan vektor, binatang pembawa penyakit yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, mikrobiologi, kimia, risiko lainnya pada kesehatan
manusia, tanda dari tindakkan sanitasi yang tidak mencukupi dan atau informasi
mengenai setiap kasus paa manusia sebagaimana dimaksudkan dalam Maritim
Declaration of Health (MDH).
4
MATERI II :
SANITASI KAPAL
Sanitasi kapal merupakan salah satu usaha yang ditujukan terhadap faktor risiko
lingkungan dikapal untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi kapal mencakup seluruh aspek penilaian
kompartemen kapal antara lain: dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar
anak buah kapal, penyediaan air bersih, dan penyajian makanan serta pengendalian vektor
penular penyakit atau rodent.
Air layak minum disimpan disatu atau lebih tangki yang dikonstruksi, ditempatkan
dan dilindungi sedemikian rupa, sehingga aman dari segala pencemar yang berasal dari luar
tangki. Tangki dibuat dari metal, harus tersendiri, tidak bersekatan dengan tangki yang
memuat air bukan untuk minum. Tangki bukan merupakan bagian dari kulit kapal, penutup
tangki tidak boleh ada paku sumbat, tidak boleh ada toilet dan kakus yang dipasang
berdampingan dengan tangki tersebut.
Bagian dasar dari tangki air minum pada bagian bawah kapal memiliki ketinggian
lebih dari 45 cm diatas tangki dasar dalam, diberi tanda air layak minum di lembaran
berukuran minimal 1,25 cm. Dilengkapi dengan lubang periksa air minum yang tingginya
1,25 cm di atas permukaan atas tangki yang menempel pada bagian tepi terluar yang
dilengkapi dengan packing yang ketat, dilengkapi dengan ventilasi sehingga mencegah
terjadinya benda-benda pengkontaminasi yang terbuat dari pipa dengan diameter 3,8 cm.
Dilengkapi dengan saluran luapan dan dapat dikombinasikan dengan ventilasi, mempunyai
5
alat pelampung pengukur air, mempunyai bukaan pengeringan dengan diameter 3,8 cm,
Tangki air minum dan bagian lainnya didesfeksi dengan klorin.
Dinding dan atap memiliki permukaan yang lembut, rapi, dan bercat terang. Filter
udara berserabut tidak boleh dipasang di atap atau melintasi peralatan pemrosesan makanan.
Penerangan tidak kurang dari 20 lilin atau sekitar 200 lux. Diberikan ventilasi yang cukup
untuk menghilangkan hawa busuk dan kondensasi, ventilasi alam ditambah sesuai
kebutuhan, lubang hawa di unit ventilasi mudah di lepas untuk keprluan pembersihan. Rak
penyimpanan perkakas dan perabot tidak boleh diletakkan di bawah ventilasi. Peralatan dan
perkakas dapur yang terkena kontak langsung dengan makanan dan minuman dibuat dari
bahan yang halus anti karat, tidak mengandung racun, kedap air dan mudah dibersihkan.
a. Penyimpanan perkakas dan makanan yang tidak mudah busuk Bahan makanan
kering, perkakas yang sering tidak digunakan, disimpan di ruang khusus. Tempat
penyimpanan dibuat dari bahan yng berkualitas, demikian juga wadah-wadah
dibuat dari metal atau materi lain yang tahan terhadap vektor tikus dan kecoa dan
dilengkapi dengan tutup yang rapat. Makanan disimpan ditempat yang rapi di rak
atau papan penyimpanan bagian tertentu guna melindungi benda-benda yang ada
pada tempat tersebut dari percikan dan pencemaran. Suhu yang disarankan untuk
penyimpanan jenis ini 10-15º C.
6
sehingga mudah dbersihkan, bebas dari hawa busuk. Benda-benda berpendinginan
seperti lemari es tersebut hendaknya diletakkan ditempat yang paling hangat dalam
ruangan. Papan rak dalam jumlah yang mencukupi hendaknya disediakan di
seluruh unit pendingin untuk mencegah penumpukan bahan dan memungkinkan
ventilasi dan pembersihan. Pastikan termometer tidak rusak, sehingga bisa
menunjukkan ketepatan jangkau. Suhu yang disarankan untuk penyimpanan
bahan bakar yang mudah busuk:
Toilet / kamar mandi yang mencukupi disiapkan dekat ruang penyiapan makanan,
tidak menghadap langsung ke ruang tempat makanan disiapkan, disimpan dan dihidangkan.
Pintu toilet / kamar mandi berengsel kuat dan secara otomatis menutup sendiri, ada ventilasi
dan penerangan yang cukup. Fasilitas cuci tangan disediakan oleh toilet / kamar mandi,
dilengkapi dengan air panas dan dingin, tissu, sabun, kain/handuk. Air cuci pada wastafel
disarankan dengan suhu 77ºC. Pada dinding yang dekat pintu toilet diberi tanda dengan
tulisan yang berbunyi “CUCI TANGAN SETELAH MENGGUNAKAN TOILET”.
5. Sampah (waste)
7
6. Ruangan awak kapal (Quarters crew)
Ruang tidur awak kapal mempunyai luas 1,67 sampai 2,78 m² dengan mempunyai
ruang utama yang bersih dengan ukuran minimal 1,90 m². tidak boleh lebih dari 4 orang yang
mendiami satu tempat tidur, memiliki ventilasi yang cukup. Sebaiknya ada 1 toilet dan 1
pancuran atau bak mandi untuk tiap 8 orang atau satu wastapel untuk tiap 6 orang. Setiap
orang yang berada di kapal harus menjaga sanitasi dan kesehatan kapal seperti sarana sanitasi,
suplai makanan, dan kebersihan lingkungan di kapal. Sanitasi kapal tidak mungkin terwujud
tanpa kerja sama setiap Anak Buah Kapal (ABK).
Nahkoda berkewajiban menjaga kondisi sanitasi setiap saat dan secara berkala
memeriksa kondisi sanitasi di atas kapal Sanitasi kapal merupakan salah satu bagian integral
dari perilaku kesehatan terhadap sanitasi. Mengacu pada dasar tersebut determinan perilaku
sanitasi kapal dapat mengacu pada konsep determinan perilaku kesehatan yang dikemukakan
oleh Green (1980) dan Blum (1979) bahwa derajat kesehatan masyarakat salah satunya
dipengaruhi oleh faktor perilaku dan lingkungan selain pelayanan kesehatan dan keturunan,
sedangkan konsep Green (1980) mengemukakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi
oleh faktor predisposisi, enabling dan reinforcing(Notoatmodjo, 2003).
Adapun faktor-faktor yang dinilai berkaitan dengan sanitasi kapal antara lain faktor
eksternal seperti kebijakan dan pengawasan dari KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan),
sedangkan faktor internal seperti kepemimpinan nakhoda, adanya Standard Operational
Procedure (SOP) sanitasi kapal dan perilaku Anak Buah Kapal (ABK). Tujuan pemeriksaan
sanitasi kapal dimaksudkan agar kapal bebas dari ancaman penyakit yang berpotensi wabah,
mencegah penularan penyakit menular, serta menciptakan suasana nyaman dan aman bagi
penumpang, Anak Buah Kapal (ABK) maupun nakhoda kapal (WHO, 2007) Sanitasi kapal
berlaku untuk semua jenis kapal baik kapal penumpang, maupun kapal barang.
8
Sanitation Exemption Control Certificate (SSCEC), dan pemeriksaan dilakukan dalam masa
waktu enam bulan sekali (Nurdin, 2010) Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab
pemilik kapal melalui nakhoda kapal dan Anak Buah Kapal (ABK). Anak Buah Kapal
(ABK) bertanggung jawab terhadap kebersihan kapal dan sarana lainnya yang mendukung
sanitasi kapal. Sedangkan fungsi nahkoda kapal adalah sebagai pemimpin dan pengendali
keseluruhan dari pelaksanaan sanitasi kapal.
Ada beberapa lokasi yang perliu diperiksa dan dinilai dalam pemeriksaan sanitasi
kapal. Kondisi sanitasi kapal dapat mempengaruhi risiko penularan. Lokasi yang diperiksa
adalah:
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya
b. Pertukaran udara bagus, asap dapur dibuang melalui cerobong asap, ventilasi biasa.
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran
d. Cara pencucian bagus dilengkapi dengan saluran air panas dan bahan pembersih
khusus e. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang
pengganggu lainnya.
2. Ruang tempat penyiapan makanan Kondisi sanitasi dalam pemeriksaan ruang tempat
penyiapan makanan harus selalu:
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya
9
b. Pertukaran udara bagus, pertukaran udara memakian exhauster, AC atau ventilasi,
kelembaban 65%-95%
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran
d. Cara penyimpanan makanan bagus makanan kering dan basah disimpan tersendiri
di lemari es / freezer / rak-rak.
e. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang
pengganggu lainnya.
3. Gudang Kondisi sanitasi dalam ruang tempat penyiapan makanan harus selalu:
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran
d. Cara penyimpanan makanan bagus makanan kering dan basah disimpan tersendiri
di lemari es / freezer / rak-rak.
e. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang
pengganggu lainnya.
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya
b. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang
pengganggu lainnya
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya
10
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran
d. Cara penyimpanan makanan bagus makanan kering dan basah disimpan tersendiri
di lemari es / freezer / rak-rak.
e. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang
pengganggu lainnya.
a. Tersedia air minum/tersedia air yang langsung dapat diminum melalui proses
pengolahan terlebih dahulu
b. Indikasi kualitas air memenuhi syarat secara fisik jernih, pH 6,5- 8,5, dan sisa chlor
0,2-0,4 ppm.
c. Saluran dan alat pengambil air serta tempat penyimpanannya bersih, tidak nampak
kotoran pada kran pengambilan air dan alat pengambilnya.
11
a. Indikasi kualitas air dalam tangki ballas memenuhi syarat, secara fisik jernih, pH
6,5-8,5, dan sisa chlor 0,2-0,4 ppm.
b. Dilakukan pengolahan air tangki ballas sebelum air tangki ballas dibuang ke
lingkungan, dilakukan pengolahan terlebih dahulu
b. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang
pengganggu lainnya
a. Bersih,tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya
c. Pencahayaan bagus, pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran
d. Bebas serangga dan tikus, tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang
pengganggu lainnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Menkes RI. 2011. Permenkes No. 2348 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta. Kemenkes RI
13
FORMULIR 2
(Date of arrival)
(Date of Berthed )
(Date Of Examination)
14
C. Hasil Pemeriksaan (Examination Results)
15
- Catatan perjalanan (Voyage Memo)
- Data umum Kapal (Ship Particular)
6 Fasilitas Medik (medical facilities)
- Ruang Pemeriksaan (examination room)
- Tenaga Kesehatan (medic / paramedic)
- Obat-obatan (medicines)
7 Dilakukan tindakan penyehatan (measure)
8 Jenis Tindakan Penyehatan yang dilakukan
(measure’s type)
- Hapus tikus (Deratitation)
- Hapus serangga (Desincection)
- Hapus kuman (Desinfection)
16
D. REKOMENDASI
1 ...........................................................
NIP.( )
2 ..........................................................
NIP.( )
17
FORMULIR 3
Kondisi *
No Lokasi yang diperiksa Memenuhi Tidak Memenuhi Rekomendasi
Syarat Syarat
18
- Penumpang/Passenger
- Geladak/Deck
Keterangan :
*Beri tanda (V) pada kolom sesuai
………………………………………………………………………………………
……………………………………..
…………………………………………………………………………....................
……………………………………..
Mengetahui,
Supervisor, Pemeriksa
19
FORMULIR 4
20
- ABK/Crew
- Perwira/Officer
- Penumpang/Passenger
- Geladak/Deck
Keterangan :
*Beri tanda (V) pada kolom sesuai dengan kondisi
Catatan pemeriksa :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………..
Mengetahui,
Supervisor/Pengawas, Pemeriksa
21
FORMULIR 5
B. TINDAKAN PENGENDALIAN
Tindakan pengendalian : fumigasi
Pada hari/tanggal :
Supervisor :
No Prosedur Tindakan Kondisi Rekomendasi
Pengendalian
Sesuai Tidak Sesuai
22
1. Persiapan:
1. Surat Perintah Kerja (SPK) untuk
penyelenggara
2. SPK untuk pengawas KKP yang
akan mengawasi pelaksanaan hapus
tikus.
3. Penunjukan pengawas penyelenggara
dan petugas lain.
4. Pengawas KKP mene-ntukan jumlah
fumigator, peralatandan tenaga.
2. Pelaksanaan:
1. Kelengkapan administrasi.
2. Pemeriksaankelengkapan fumigasi
3. Penempelan seluru lubang ventilasi
oleh tenaga penempel
4. Pembuatan strategi pelepasan gas
5. Menghitung volume Kapal dan
jumlah fumigan
6. Pemeriksaan seluruh bagian Kapal
7. Peletakan fumigan
8. Penandatanganan surat pernyataan oleh
nahkoda/perrwira jaga
9. Kapal di Black out
10.Hapus tikus dilaksanakan
dibawah pimpinan pengawas
penyelenggara
3. Penggasan:
1. Strategipelepasan gas
2. Pemeriksaan ulang tentang
a. Pasangan fumigator/perator,
b. Penggunaan APD
c. Penggunaan antidot.
d. Kesiagaan saat melepas gas
3. Pengawas KKP dan Penyelenggara
melakukan pengawasan adanya
kebocoran gas dan kemungkinan
adanya orang naik ke Kapal
23
4. Pembebasan gas:
1. Penentuan jam pelepasan gas
2. Pengawas KKP mengamati
pembebasan gas, melalui tahapan
:
a.Pengawas penyelenggara dan
fumigator dengan memakai masker
dan canester membuka pintu utama,
cerebong dan lubang ventilasi (dari
luar)
b. Membiarkan keadaan Kapal
sedikitnya 1 jam setelah semua
pintu dibuka.
c. Pengawas penyelenggara dan
fumigator dengan memakai masker
dan canester membuka ventilasi
lain yang tidak dapat dibuka dari
luar.
3. Bila ruangan mesin sudah aman dari gas,
Pengawas KKP dan Pengawas
Penyelenggara meminta perwira mesin
dan stafnya dengan memakai
masker/canester
menghidupkan mesin untuk
menghidupkan blower.
4. Setelah blower hidup semua orang turun
dari Kapal.
5. Satu jam kemudian, Pengawas KKP,
Pengawas Penyelenggara dan
nahkoda/perwira jaga dengan memakai
masker melakukan pengukuran
konsentrasi gas dengan tube
detector/lakmus yang menyatakan
ruangan bebas gas.
6. Bila sudah diyakini seluruh ruangan
bebas gas tanpa masker/canester,
dibuat
pernyataan sudah bebas gas
yangditandatangani oleh Pengawas
KKP, Pengawas Penyelenggara
dannahkoda/perwira jaga.
7. Pengawas Penyelenggara membuat
laporan hasil hapus tikus kepada Kepala
KKP yang ditandatangani oleh
Pengawas KKP dan nahkoda
24
5. Penilaian:
Pengawas KKP dan Pengawas
Penyelenggara melakukan penilaian hasil
hapus tikus, sebagai berikut:
1. Melakukan penghitungan
pemakaian gas dengan jumlah gas yang
dipersiapkan.
2. Menghitung jumlah tikus yang
ditemukan mati dibandingkan dengan
jumlah perkiraan tikus di atas Kapal
sebelum hapus tikus.
3. Melakukan identifikasi tikus.
4. Memeriksa apakah ada hewan
peliharaan serta serangga yang mati.
5. Menilai apakah ada peristiwa kejadian
keracunan, kebocoran gas, orang tidak
berkepentingan naik ke Kapal, ketaatan
dan
kepatuhan semua pihak.
6. Pelaporan
Pengawas KKP membuat laporan kepada
Kepala KKP tentangpelaksanaan hapus
tikus di Kapal meliputi: persiapan,
pelaksanaan,
pembebasan gas, penilaian dan
kesimpulan/saran
Keterangan :
Catatan supervisor:
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Mengetahui,
Supervisor
Menyetujui
25
FORMULIR 6
AIR MINUM
B. TINDAKAN PENYEHATAN
Tindakan Penyehatan
: Air Minum Pada hari/tanggal :
Supervisor :
26
Kondisi
No. Prosedur Tindakan Penyehatan Rekomendasi
Sesuai Tidak Sesuai
persiapan
1. Persiapan petugas
1. 2. Persiapan bahan
3. Persiapan alat bantu
(supervise shecklist)
Pelaksanaan
1. pengawasan kualitas air
a. pemeriksaan fisik
b. pemeriksaan biologi
c. pemeriksaan kimia
2. 2. perlindungan kualitas air
a. Desinfeksi
b. Dekontaminasi
c. Uji laboraturium
3. peningkatan kualitas air
a. Hasil uji laboraturium
3. Penilaian (sesuai / tidak sesuai
SOP)
4. Pelaporan
Keterangan : *Beri tanda (V) sesuai pada kolom sesuai dengan kondisi
Catatan supervisor:
………………………………………………………….………………
Mengetahui
Supervisor,
Menyetujui,
27
FORMULIR 7
B. TINDAKAN PENGAMANAN
Tindakan
Pengamanan : Pangan Pada hari/tanggal :
Supervisor :
1. Persiapan
1) Persiapan petugas
28
2) Persiapan bahan
3) Persiapan alat bantu
(supervise checklist)
2. Pelaksanaan
1) Pengawasan structu dan
sanitasi
a) Pemeriksaan
bahan
b) Pemeriksaan alat
c) Pemeriksaan
tempat
2) Pelindungan structu dan
sanitasi
a) Pemeriksaan fisik
penjamah
b) Uji sampel
(biomarker dan pangan)
3) Peningkatan kualitas
structu dan sanitasi
a) Pemeriksaan pengolahan
pangan
b) Pemeriksaan
penyimpanan
c) Pemeriksaan
penyajian
d) Uji organoleptik
3. Penilaian (sesuai/tidak
sesuai SOP)
4. Pelaporan
Keterangan :
*Beri tanda (V) sesuai pada kolom sesuai dengan kondisi
29
Catatan supervisor:
………………………………………………………………………………………
……
……………………………………………..………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………..
Mengetahui
Supervisor
Menyetujui,
……………… ………………………
(pihak Kapal) (pejabat struktural)
30
FORMULIR 8
B. TINDAKAN PENGAMANAN
Tindakan Pengamanan : Pengolahan limbah
Pada hari/tanggal :
Supervisor :
1. Persiapan
1) Persiapan petugas
2) Persiapan bahan
31
3) Persiapan alat bantu (supervise
checklist)
2. Pelaksanaan
1) Pengawasan pengolahan
a) Pemeriksaan tempat
penampungan (TPS)
b) Pemeriksaan peralatan
pengolahan
c) Pemeriksaan tempat
penyimpanan
2) Pelindungan
a) Pemeriksaan vector
dan BPP
3) Peningkatan kualitas
a) Uji kebauan
b) Keberadaan (indeks)
vector dan BPP
3. Penilaian
4. Pelaporan
Keterangan :
*Beri tanda (V) sesuai pada kolom sesuai dengan kondisi
Catatan supervisor:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Megetahui,
Supervisor
Menyetujui,
(pihak Kapal) (pejabat struktural)
32
FORMULIR 9
B. TINDAKAN PENYEHATAN
Tindakan Pengamanan : Radiasi
Pada hari/tanggal :
Supervisor :
No Prosedur Tindakan Pengamanan Kondisi Rekomendasi
Sesuai Tidak
Sesuai
1. Persiapan
33
1) Persiapan petugas
2) Persiapan bahan
2. Pelaksanaan
1) Pengawasan pajanan
b) Pemeriksaan kontaminan
2) Pelindungan
a) Dekontaminan
3. Penilaian
4. Pelaporan
Keterangan :
*Beri tanda (V) sesuai pada kolom sesuai dengan kondisi
Catatan supervisor:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………....................................
............
Mengetahui
Supervisor
Menyetujui,
34
DOKUMENTASI
35