Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU BEDAH REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2021


UNIVERSITAS HALUOLEO

DIABETIC FOOT

Oleh :
Muh. Resky, S.Ked
K1A1 14 032

Pembimbing :
dr. Ilham Arif Sp.B (K) Vaskular

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Muh.Resky, S.Ked

NIM : K1A1 14 032

Judul Refarat : Diabetic Foot

Telah menyelesaikan Refarat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, November 2021


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Ilham Arif Sp. B (K) Vaskular

2
BAB I
PENDAHULUAN
Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya di masa mendatang adalah diabetes mellitus.1

 Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun


1996 di duniaterdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan
naik dua kali lipat pada tahun2025. Kenaikan ini disebabkan oleh
pertambahan umur, kelebihan berat badan (obesitas), dangaya hidup.1

Salah satu komplikasi menahun dari DM adalah kelainan pada kaki


yang disebutsebagai kaki diabetik. Menurut dr Sapto Adji H SpOT dari
bagian bedah ortopedi RumahSakit Internasional Bintaro (RSIB),
komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetesadalah komplikasi
pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes.1

Di negara berkembang prevalensi kaki diabetik didapatkan jauh


lebih besardibandingkan dengan negara maju yaitu 2-4%, prevalensi yang
tinggi ini disebabkan kurangpengetahuan penderita akan penyakitnya,
kurangnya perhatian dokter terhadap komplikasi iniserta rumitnya cara
pemeriksaan yang ada saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut
secaradini. Pengelolaan kaki diabetes mencakup pengendalian gula
darah,debridemen/membuang jaringan yang rusak, pemberian antibiotik,
dan obat-obat vaskularisasi serta amputasi.1

Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab amputasi ekstremitas


bawah nontraumatik yang paling sering terjadi di dunia industri. Sebagian
besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi yang dimulai
dengan pembentukan ulkus di kulit.1

3
Risiko amputasi ekstremitas bawah 146 kali lebih tinggi pada
penderita diabetik dibandingkan denganorang yang tidak menderita diabetes
mellitus. Lagi pula komplikasi kaki adalah alasantersering rawat inap pasien
dengan diabetes, berjumlah 25% dari seluruh rujukan diabetes diAmerika
Serikat dan Inggris.1

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diabetic Foot Ulcer (DFU) didefinisikan sebagai ulkus yang
mengenai kaki pasien penderita diabetes yang berhubungan dengan
neuropati perifer dan/atau penyakit arteri. Kaki diabetic menjadi komplikasi
diabetes yang kronis dan merusak jaringan.1
Ulkus kaki diabetik (DFU) sering muncul bersamaan dengan
insufisiensi vaskular dan merupakan penyebab utama gangren dan amputasi
pada penderita diabetes. Risiko terjadinya ulkus kaki diabetik sangat
meningkat dengan berkurangnya sensasi dan perfusi darah perifer.2

B. Anatomi
Ossa Metatarsi (Metatarsalia)
Ada lima buah ossa metatarsi, masing-masing mempunyai caput
metatarsale, caput metatarsale dan basis metatarsalis. Basis ossa metatarsalis
I, II dan III mengadakan persendian dengan ossa cuneiformia. Basis ossis
metatarsi IV dan V membentuk persendian dengan os cuboideum. Caput
ossis metatarsalis I, II, III dan IV mengadakan araticulus dengan basis ossis
phalangis proximalis.3
Os metatarsale I mempunyai bentuk yang lebih besar dan lebih kokoh
daripada ossa metatarsi lainnya. Di bagian inferior caput ossis metatarsalis I
terdapat dua buah ossa sesamoidea, yang berada di dalam tendo m.flexor
hallucis brevis.Basis ossis metatarsalis V membentuk tuberositas ossis
metatarsalis V, yang menonjol ke arah lateral.3
Ossa Digitorum (Phalanges)
Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan
caput phalangis. Jari pertama hanya mempunyai dua buah ossa phalanges,
sedangkan jari-jari lainnya mempunyai tiga buah ossa phalanges. Os

5
phalanx jari I lebih besar dari semua ossa phalanges yang ada. Basis ossis
phalanges mengadakan persendian dengan caput ossis metatarsalis.3

Gambar 3. Dorsum Pedis 4

C. Epidemiologi
Insiden DFU terus meningkat di seluruh dunia. Penelitian dari Leone
et al, menunjukkan bahwa 15% penderita DM akan mengalami komplikasi
DFU di kemudian hari. Tampaknya prevalensi DFU tidak diketahui secara
akurat dan perbedaan angka prevalensi di setiap negara, namun diperkirakan
4-27% penderita DFU di seluruh dunia. Prevalensi pasien ulkus diabetikum
di Amerika Serikat adalah 15-20%, risiko amputasi 15-46 lebih banyak
dibandingkan dengan pasien non-DM. Prevalensi risiko dan DFU di
Indonesia diperkirakan tinggi, karena pasien DM yang tidak terdiagnosis
juga tinggi. Menurut Waspadji, kaki diabetik merupakan salah satu infeksi
kronis DM yang paling ditakuti, stadium akhir dengan kecacatan (amputasi)
dan kematian. Di Indonesia, angka kematian dan amputasi masih tinggi
yaitu masing-masing 16% dan 25%.5

D. Etiologi
Studi terbaru telah menunjukkan beberapa faktor risiko yang terkait
dengan kejadian DFU. Faktor risiko tersebut adalah sebagai berikut: jenis
kelamin (laki-laki), durasi diabetes lebih dari 10 tahun, pasien usia lanjut,

6
Indeks Massa Tubuh tinggi, dan penyakit penyerta lainnya seperti retinopati,
neuropati perifer diabetik, penyakit pembuluh darah perifer, kadar
hemoglobin terglikasi (HbA1C), deformitas kaki, tekanan plantar tinggi,
infeksi, dan kebiasaan perawatan kaki yang tidak tepat. 6

Gambar 4. Penyebab ulkus kaki diabetic 6


Meskipun literatur telah mengidentifikasi sejumlah faktor risiko
terkait diabetes yang berkontribusi terhadap ulserasi dan amputasi
ekstremitas bawah, namun hingga saat ini sebagian besar DFU disebabkan
oleh kelainan iskemik, neuropatik, atau gabungan neuroiskemik. Ulkus
iskemik murni mungkin hanya mewakili 10% dari DFU dan 90%
disebabkan oleh neuropati, sendiri atau dengan iskemia. Dalam beberapa
tahun terakhir, kejadian masalah neuroiskemik telah meningkat dan ulkus
neuroiskemik adalah ulkus yang paling umum terlihat di sebagian besar
klinik kaki diabetik Inggris sekarang. 6
Secara total, jalur yang paling sering terjadinya masalah kaki pada
pasien dengan diabetes adalah sensorimotor perifer dan neuropati otonom
yang mengarah pada tekanan kaki yang tinggi, deformitas kaki, dan
ketidakstabilan gaya berjalan, yang meningkatkan risiko terjadinya ulkus.
Saat ini, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan tekanan
plantar berhubungan dengan ulserasi kaki. Selain itu, telah ditunjukkan

7
bahwa deformitas kaki dan ketidakstabilan gaya berjalan meningkatkan
tekanan plantar, yang dapat menyebabkan ulserasi kaki.6

E. Klasifikasi Diabetic Foot Ulcer (DFU)


Klasifikasi yang sesuai pada luka di kaki berdasarkan penilaian yang
seksama. Klasifikasi akan memudahkan rencana terapi dan dapat menilai
prognosis hasil yang diharapkan. Meskipun belum ada satu sistem yang
digunakan secara universal, sistem klasifikasi yang sering digunakan adalah
sistem Wagner.
Tabel 1. Sistem Klasifikasi Wagner

0 Tidak ada lesi terbuka; dapat


berupa deformitas atau selulitis
1 Ulkus superficial
2 Ulkus dalam hingga ke tendon atau
kapsul sendi
3 Ulkus dalam dengan abses,
osteomielitis, atau sepsis sendi
4 Gangren lokal – pada kaki depan
atau tumit
5 Gangren pada semua kaki
Tabel 1. Sistem Klasifikasi Wagner11

Gambar 5 SISTEM KLASIFIKASI WAGNER11

8
Sistem Klasifikasi WIFI

Gambar 5 SISTEM KLASIFIKASI WIFI11

Menurut WIFI :
W (Wound):
0 : No ulcer and no gangrene
1: Small ulcer and no gangrene
2: Deep ulcer or gangrene limited to toes
3: Extensive ulcer or extensive gangrene
I (ISCHEMIA):
0: > or = 60 mmHg
1: 40-59 mmHg
2: 30-39 mmHg
3: <30 mmHg
FI (Foot Infection)
0: Uninfection
1: mild (<=2 cm cellulitis)
2: Moderate (>2cm cellulitis/purulence)

9
3: Severe ( systemic response/sepsis )11

F. Diagnosis
Evaluasi penderita diabetes dengan luka pada kaki terbagi tiga, yakni:
1. Keadaan umum secara keseluruhan (misalnya: fungsi kognitif, metabolik,
status hidrasi, dll); 2. Ekstremitas atau kaki yang terluka (misalnya: adanya
neuropati atau insufisiensi vaskuler); dan 3. Daerah luka yang terinfeksi.7
Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan ditemukannya minimal 2
tanda lokal inflamasi, yaitu eritema, kalor, nyeri, edema, dan sekret purulen.
Tanda lain (sekunder) infeksi meliputi adanya jaringan nekrosis, granulasi,
sekret non-purulen, bau busuk, atau luka yang gagal sembuh dengan
perawatan adekuat. Tanda-tanda ini berguna jika tanda lokal ataupun
sistemik tidak ditemukan akibat neuropati perifer atau iskemi. Semua luka
harus diteliti melalui inspeksi, palpasi, dan pemeriksaan lainnya baik saat
awal maupun follow up. Berbagai pemeriksaan pencitraan dan laboratorium
berguna untuk menilai derajat infeksi. 7

Pemeriksaan Darah
Kadar laju endap darah (LED) terbukti berguna mendukung diagnosis;
peningkatan kadar LEDyang tinggi (LED > 70 mm/jam) menunjukkan
kemungkinan osteomielitis yang menyertai infeksi kaki
diabetik.Peningkatan kadar C-Reactive Protein, prokalsitonin, dan jumlah
leukosit dapat menentukan derajat infeksi sistemik. 7
Pencitraan
Foto polos umumnya merupakan modalitas diagnostik utama untuk
menentukan derajat atau luas infeksi kaki diabetik. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai adanya osteomielitis. Pencitraan lain meliputi
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Bone Scan, dan lainlain umumnya
untuk menyingkirkan diagnosis lain pada keadaan klinis atipikal.7

Mikrobiologi

10
Tujuan pemeriksaan mikrobiologi yakni mengidentifikasi patogen
penyebab serta menentukan antibiotik yang paling tepat sebagai tatalaksana
definitif. Sampel pemeriksaan umumnya didapatkan saat kontak pertama,
baik berupa aspirasi sekret maupun spesimen jaringan luka.7

G. Penatalaksanaan
Tujuan menyeluruh dari profesional kesehatan yang terlibat dalam
pengelolaan orang dengan DM adalah untuk berhasil mengintervensi jalur
kausal yang mengarah ke ulkus kaki diabetik dan akhirnya amputasi.
Penatalaksanaan kaki diabetik dapat dilihat dalam 4 fase: pencegahan,
akomodasi atau adaptasi, penyembuhan dan rehabilitasi yang sayangnya
sering berputar-putar menjadi pencegahan lagi dalam upaya mencegah
ulserasi kembali. Data uji klinis menunjukkan kontrol glikemik yang lebih
baik mengurangi komplikasi mikrovaskular penyakit termasuk neuropati
perifer. Mencegah atau menunda timbulnya neuropati perifer dan gejala sisa
sensorik, motorik, dan otonom yang menyertainya sangat penting untuk
pencegahan ulkus kaki diabetik. Polineuropati perifer dan perubahan
jaringan yang ditimbulkannya: hilangnya sensasi protektif; ketidakmampuan
untuk merasakan trauma; perubahan struktural yang menyebabkan
deformitas dan area yang rentan terhadap tekanan berlebihan; gangguan
fungsi kelenjar keringat yang menghasilkan kulit kering dan atrofi,
semuanya menyebabkan kaki rentan terhadap cedera. 8
1. Pengobatan ulkus kaki diabetik
Penyembuhan DFU tergantung seberapa baik etiologi yang
mendasari neuropati dan iskemia dan konsekuensinya ditangani. Secara
tradisional, lima elemen dianggap penting untuk pengobatan yang
memadai dari penyakit kaki diabetik: off-loading atau pengurangan
tekanan, revaskularisasi bila perlu, debridement, manajemen infeksi, dan
perawatan luka. Karena besarnya penyakit kaki diabetik terus
berkembang seiring dengan pemahaman kita tentang penyembuhan luka
secara umum dan patofisiologi DM pada khususnya, strategi perawatan

11
luka juga mengalami kemajuan dan semakin banyak produk dan terapi
perawatan luka canggih yang tersedia. Beberapa yang lebih banyak
tersedia termasuk operasi pencegahan, terapi luka tekanan negatif
(NPWT), terapi oksigen hiperbarik (HBO), dan produk perawatan luka
canggih seperti faktor pertumbuhan dan setara kulit hidup.8
2. Off-loading
Ulkus kaki diabetik pada area yang menahan beban atau tekanan
pada kaki yang tidak memiliki sensasi protektif harus diturunkan atau
dibebaskan dari tekanan untuk memfasilitasi penyembuhan. Sebuah
tinjauan baru-baru ini tentang teknik off-loading untuk kaki diabetik oleh
Cavenagh dan Bus mencatat total contact casting (TCC) tetap menjadi
standar emas untuk off-loading meskipun alat bantu jalan yang dapat
dilepas juga telah terbukti memberikan tingkat pengurangan tekanan
yang serupa. Penurunan tekanan puncak di kaki depan dilaporkan hingga
87% dengan TCC tetapi hanya 44% hingga 64% dengan sepatu cor dan
sepatu offloading kaki depan.8
Off-loading telah digunakan untuk mengobati neuroiskemik atau
luka yang terinfeksi tetapi tingkat keberhasilannya jauh lebih rendah
daripada ulkus neuropatik murni. TCC tidak digunakan secara lebih luas
karena potensi reaksi merugikan yang mencakup penurunan tingkat
aktivitas, masalah tidur atau mengemudi mobil dan ulkus iatrogenik dari
gips yang dipasang dengan buruk. 8
3. Revaskularisasi
Penyakit makrovaskular secara morfologis sama pada penderita
diabetes dan non-diabetes hanya berbeda di lokasi dengan arteri tibialis
anterior dan posterior dan peroneal betis yang paling terpengaruh pada
orang dengan DM. Pilihan pembedahan tergantung pada apakah
penyakit vaskular adalah supra-inguinal (aorto-iliac) atau infra-inguinal
(femoro-popliteal-crural) atau keduanya.Angioplasti, endoarterektomi,
pencangkokan, dan by- beberapa intervensi bedah yang tersedia. Operasi
vaskular mungkin dapat membantu dalam revaskularisasi suatu area

12
melalui pemulihan aliran melalui pembuluh darah yang lebih besar tetapi
tidak akan sepenuhnya mengembalikan aliran mikrovaskular yang
terganggu oleh perubahan struktural pada membran basal atau gangguan
fungsional dalam mikrosirkulasi yang disebabkan oleh penyakit.8
4. Debridemen
Debridement diperlukan untuk menghilangkan jaringan yang
rusak untuk menciptakan dasar luka yang lebih sehat. Penghapusan
jaringan nonviable memungkinkan visualisasi yang lebih baik dari dasar
luka, menghilangkan media pertumbuhan untuk bakteri dan merangsang
pelepasan faktor pertumbuhan. Debridement tajam adalah standar emas
untuk ulkus kaki diabetik dan merupakan metode yang paling efisien
untuk menghilangkan sejumlah besar jaringan dengan cepat. Jenis lain
dari debridement termasuk autolitik, enzimatik, dan biologis.8
5. Manajemen infeksi
Tanda-tanda sistemik infeksi seperti demam dan leukositosis
biasanya tidak terlihat pada ulkus kaki diabetik tetapi bila ada,
menandakan infeksi kemungkinan parah. Hampir semua luka
terkolonisasi sehingga spesimen jaringan yang diperoleh melalui biopsi,
kuretase, atau aspirasi lebih disukai daripada swab luka karena hasilnya
lebih spesifik dan sensitif. Patogen terpenting yang terlibat dalam infeksi
DFU adalah kokus gram positif aerobik terutama Staph. Aureus tetapi
juga hemolitik streptokokus dan stafilokokus koagulase-negatif.
Pengobatan infeksi pada tulang yang mendasari ulkus kaki diabetik
menghadirkan tantangan khusus. Osteomielitis harus dicurigai jika
tulang terlihat pada luka atau teraba dengan probe. 8
6. Perawatan luka
Perawatan luka pada kaki diabetik tidak berbeda dengan
perawatan luka lainnya karena prinsip dasar perawatan luka berlaku.
Lingkungan luka yang sehat harus diciptakan dengan membuang
jaringan nekrotik, mengelola jumlah bakteri dan menjaga keseimbangan
kelembapan yang sesuai. Penggunaan pembalut luka yang efektif

13
menyediakan lingkungan luka yang mendorong angiogenesis, mencegah
dehidrasi jaringan, mendorong migrasi sel dan interaksi faktor
pertumbuhan dengan sel target.8
7. Operasi pencegahan
Pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki kesalahan
biomekanik dan/atau mendistribusikan tekanan untuk meningkatkan
penyembuhan ulkus kaki diabetik atau mencegah ulserasi ulang.
Osteotomi metatarsal dan reseksi kepala metatarsal telah dianjurkan oleh
beberapa orang tetapi prosedur ini menimbulkan risiko ulserasi sekunder
atau pembentukan kaki Charcot. RCT yang membandingkan manajemen
bedah dan non-bedah DFU sangat langka. Akhirnya, setiap operasi
menghasilkan luka yang membawa risiko non-penyembuhan dan
infeksi.8
8. Terapi luka tekanan negatif
Terapi luka tekanan negatif menggunakan pompa vakum untuk
menciptakan lingkungan luka subatmosfer. Pembalut luka, biasanya busa
sel terbuka atau kasa yang dibasahi garam ditempatkan di rongga luka
untuk mendistribusikan tekanan. Sebuah tabung menghubungkan rongga
ke pompa vakum dan area tersebut disegel dengan film perekat. Pompa
vakum portabel memberikan dan mempertahankan tekanan negatif
dalam kisaran sekitar 50 hingga 125 mmHg. Kekuatan mekanik yang
diberikan oleh vakum pada permukaan luka menciptakan
mikrodeformasi yang diinduksi regangan mikro dari jaringan luka yang
pada gilirannya mendorong peregangan dan proliferasi seluler. Kekuatan
mikromekanik yang dihasilkan dari tekanan negatif mendorong
proliferasi dan migrasi sel, deposisi matriks ekstraseluler dan ekspresi
gen. Tekanan subatmosfer juga mendorong angiogenesis dan
pengurangan edema lokal, kelebihan cairan interstisial, peningkatan
aliran limfatik, dan pembuangan produk sampingan.8

9. Terapi oksigen hiperbarik

14
Terapi oksigen hiperbarik memerlukan pernapasan oksigen 100%
bertekanan biasanya antara 2,0 dan 2,5 atmosfer absolut atau ATA (1
ATA = tekanan atmosfer di permukaan laut) dengan tujuan
meningkatkan tekanan parsial oksigen menjadi sekitar 1500 mmHg.
Pengiriman oksigen ke luka selanjutnya ditingkatkan dengan
peningkatan konsentrasi oksigen darah yang diberikan oleh HBO. Selain
itu, HBO telah terbukti merangsang angiogenesis, meningkatkan
kemampuan membunuh neutrofil, dan merangsang aktivitas fibroblas
dan sintesis kolagen.8
10. Amputasi
Amputasi bersifat mendesak atau kuratif. Indikasi untuk amputasi
termasuk pengangkatan jaringan yang terinfeksi atau gangren,
mengendalikan infeksi dan membuat kaki fungsional atau tunggul yang
dapat menampung alas kaki atau prostesis.Pelestarian panjang kaki
membantu ambulasi dan mengurangi pengeluaran energi. Namun lokasi
bedah harus sembuh terutama. Sebuah kaki tertutup dan amputasi
metatarsal biasanya meninggalkan pasien dengan kaki fungsional untuk
berjalan. 9
Jika penyembuhan jari kaki diragukan, amputasi metatarsal harus
digunakan secara bebas setelah revaskularisasi. Amputasi sedikit demi
sedikit harus dihindari. Dalam situasi yang melibatkan kehilangan
jaringan yang luas dan menghalangi kaki fungsional, serta ketika ada
luka yang tidak sembuh-sembuh meskipun revaskularisasi paten dan
untuk mengendalikan sepsis, amputasi di bawah lutut diperlukan.9
Pasien yang terbaring di tempat tidur, ambulasi yang buruk yang
tidak diperparah dengan amputasi, harapan hidup kurang dari 1 tahun,
dan kaki yang tidak dapat direvaskularisasi merupakan indikasi untuk
melakukan amputasi besar, bahkan di atas lutut bila diperlukan.9
H. Pencegahan
Mendidik pasien diabetes dan keluarga tentang manajemen mandiri
kaki dianggap sebagai dasar untuk mencegah DFU dan mengurangi

15
kemungkinan kekambuhan. Hingga 50% DFU dapat dicegah dengan
pendidikan yang efektif. Pasien diabetes dengan/tanpa DFU harus dididik
tentang faktor risiko dan pentingnya perawatan kaki, termasuk inspeksi diri,
pemeriksaan suhu kaki, perawatan kebersihan kaki harian yang tepat,
penggunaan alas kaki yang sesuai, dan kontrol gula darah. Beberapa sesi
pendidikan dari waktu ke waktu, menggunakan campuran metode, harus
disediakan. Apakah pasien diabetes telah memahami pesan, termotivasi
untuk bertindak, dan memiliki keterampilan perawatan diri yang memadai
sangat penting untuk dievaluasi. 1
I. Prognosis
Pada orang dengan diabetes, ulkus kaki sering muncul bersamaan
dengan insufisiensi vaskular (walaupun ulkus kaki dapat terjadi pada orang
tanpa insufisiensi vaskular) dan mungkin diperumit oleh infeksi. Amputasi
diindikasikan jika penyakitnya parah atau tidak membaik dengan
pengobatan konservatif. Selain mempengaruhi kualitas hidup, komplikasi
diabetes ini menyebabkan sebagian besar biaya perawatan kesehatan untuk
menangani diabetes. Untuk orang dengan ulkus kaki diabetik yang sembuh,
tingkat kumulatif 5 tahun kekambuhan ulkus adalah 66%, dan amputasi
adalah 12%. Ulkus kaki yang terinfeksi parah dikaitkan dengan peningkatan
risiko kematian.10

BAB III

16
KESIMPULAN

1. Ulkus kaki diabetik adalah cedera pada seluruh lapisan kulit, nekrosis atau
gangren yang biasanya terjadi pada telapak kaki, sebagai akibat dari neuropati
perifer atau penyakit arteri perifer pada pasien diabetes mellitus (DM).
2. Ada beberapa komponen yang menyebabkan timbulnya ulkus kaki diabetik
pada pasien diabetes, yaitu neuropati perifer (sensorik, motorik, otonom),
tekanan plantar kaki yang tinggi, trauma, aterosklerosis, dan diabetes.
3. Diagnosis ulkus kaki diabetik dapat ditegakan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
4. Penatalaksanaan ulkus kaki diabetic meliputi debridemen, offloading,
penanganan infeksi, perawatan luka dan amputasi

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Wijaya, L., Budiyanto, A., Astuti, I., Mustofa. Pathogenesis, evaluation, and
recent management of diabetic foot ulcer. J Med Sci, 2019; 51(1): 82-97
2. Shaw, G.B., Diabetic foot ulcers – prevention and treatment. A Coloplast
quick guide. 2012
3. Djayalangkara, H., dkk. Buku Ajar Anatomi Biomedik I Edisi 2. Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. 2012.
4. Netter, F.H. 2013. Atlas Anatomi Manusia Jilid 5. Sagung seto. Jakarta
5. Rosyid, F.N. Etiology, pathophysiology, diagnosis and management of
diabetics’ foot ulcer. Int J Res Med Sci. 2017;5(10):4206-4213
6. Yazdanpanah, L., Nasiri, M., Adarvishi, S. Literature review on the
management of diabetic foot ulcer. World J Diabetes 2015; 6(1): 37-53
7. Hutagalung, M.B.Z., dkk. Diabetic Foot Infection (Infeksi Kaki Diabetik):
Diagnosis dan Tatalaksana. CDK-277, 2019; 46(6): 414-418
8. Burns, S., Jan, Y.K. Diabetic Foot Ulceration and Amputation in
Rehabilitation Medicine (by Chong Tae Kim). Intech Open. 2012
9. Lepantalo, M., dkk. Chapter V: Diabetic Foot. European Journal of Vascular
and Endovascular Surgery 2011; 42(2): 60–74
10. Hunt, D.L. Diabetes: foot ulcers and amputations. Clinical Evidence
2011;08:602

18

Anda mungkin juga menyukai