OLEH :
NAMA : ISNAWATI
NIM : P201601109
2019
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Sumbatan serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat
penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang
mengganggu.Sumbatan Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea,
kelenjar seruminosa yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel
kulit yang terlepas dan pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding
liang telinga dan mencegah masuknya serangga kecil kedalam liang telinga.
Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar liang telinga karena
kelenjar tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan keluar dengan sendirinya dari
liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membrane
timpani menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
B. Etiologi
Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran telinga
(serumen). Saluran telinga memiliki kelenjar yang menghasilkan serumen untuk
melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri, dan partikel asing yang dapat
menyebabkan kerusakan pada telinga. Normalnya serumen ini akan perlahan-
lahan keluar dari telinga atau bisa dikeluarkan dengan membersihkan telinga.
Jumlah serumen yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa orang
memiliki produksi serumen yang lebih banyak dibanding orang lain. Pada
beberapa kasus, serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan
menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen)
terdorong masuk saat membersihkan telinga.
Pada anak-anak, sumbatan juga bisa disebabkan oleh benda asing. Anak-
anak bisa memasukkan benda-benda kecil ke dalam telinganya, misalnya manik-
manik, anting, penghapus karet, mainan, kancing, atau kacang-kacangan.
Serangga juga kadang bisa ditemukan di dalam liang telinga. Biasanya benda-
benda tersebut bisa tersangkut dan tidak dapat keluar.
C. Patofisiologi
Dermatitis kronik pada telinga luar, Liang telinga sempit, Produksi serumen
terlalu banyak dan kental, Kebiasaan membersihkan telinga yang salah yang
menjadikan terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis dapat
terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan
atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada
populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan
kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa
berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga
tersumbat, sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri dapat timbul apabila
serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga. Telinga berdengung
(tinitus) dan pusing dapat timbul apabila serumen telah menekan membran
timpani, terkadang dapat disertai batuk, oleh karena rangsangan nervus vagus
melalui cabang aurikuler.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Mekanisme :
Bersihkan serumen
Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
Kemungkinan gendang mengalami robekan.
2. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
Lepaskan semua alat bantu dengar
Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
Berdirilah dengan jarak 30 cm
Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
3. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber
Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
2.Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi:
otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.
Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.
Uji Rine
Membandingkan konduksi udara dan tulang
Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak
terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
Normal: terdengar terus suara garpu tala.
Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui
konduksi tulang (Rinne negatif).
F. Pencegahan
Usaha pencegahan
1. Kebiasaan terlalu sering memakai cotton bud untuk membersihkan telinga
sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping seperti
kulit telinga kita yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna untuk
membuat gerakan menyapu kotoran di telinga kita akan rusak, sehingga
mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika kulit kita lecet dapat
terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman dan kemungkinan lain
bila terlalu dalam mendorong Cottonbud, maka dapat melukai atau
menembus gendang telinga. Sebaiknya bersihkan telinga 2-3 kali dalam
seminggu.
2. Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadi
bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan
nafas (obstruksi jalan nafas).
E. Penatalaksanaan Terapi
b. Serumen yang sudah agak mengeras dikait dan dibersihkan dengan alat
pengait.
c. Serumen yang lembek dan letaknya terlalu dalam, sehingga mendekati
mebran timpani, dapat dikeluarkan dengan mengirigasi liang telinga (spooling).d.
Serumen yang telah keras membatu, harus dilembekkan terlebih dahulu dengan
karbol gliserin 10 %,3 kali 3 tetes sehari, selama 2-5 hari (tergantung keperluan),
setelah itu dibersihkan dengan alat pengait atau diirigasi (spooling).
Dalam melakukan tindakan irigasi liang telinga (spooling) ada beberapa hal
yang harus diketahui dan diperhatikan oleh tenaga medis sebelum melakukan
tindakan tersebut, antara lain :
F. Komplikasi
a. Penyumbatan
b. Otitis eksterna
Tujuan
c. Mencuci tangan
2. Fase Orientasi
f. Mempersiapkan alat
3. Fase kerja
4. Fase Terminasi
b. Merapikan alat/pasien
d. Mencuci tangan
e. Mendokumentasikan kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pendengaran dan Wicara. Editor : Dr. Mutia Ayu., Sp THT-KL., M.Kes.
UNPAD Bandung