Anda di halaman 1dari 144

UNIVERSITAS PROF. DR.

MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM


SEBAGAI EKSISTENSI DIRI REMAJA PUTRI JAKARTA
(Studi Kasus: Akun Instagram @Alfielail dan @WulanHM)

Diajukan Oleh :

NAMA : LASTRI APRILLIYANI


NIM : 2012 – 41 – 064
KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai


Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2018
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : Lastri Aprilliyani


NIM : 2012 41 064
PROGRAM STUDI : Ilmu Komunikasi
KONSENTRASI : Hubungan Masyarakat

Telah menyelesaikan penulisan skripsi :


JUDUL SKRIPSI :
Penggunaan Media Sosial Instagram Sebagai Eksistensi Diri Remaja Putri Jakarta
(Studi Kasus: Akun Instagram @Alfielail dan @WulanHM).

Telah memenuhi persyaratan untuk diuji baik dari segi isi maupun segi teknis.

PANITIA PEMBIMBING SKRIPSI

Dr. Rajab Ritonga, M.Si. Dwi Ajeng Widarini, S.Sos, M.Ikom.


Pembimbing I; Pembimbing II;
Tanggal : ……………………… Tanggal : ……………………..

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPDM (B)

Dr. Wahyudi M. Pratopo, S.Ip, M.Si

i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : Lastri Aprilliyani


NIM : 2012 41 064
PROGRAM STUDI : Ilmu Komunikasi
KONSENTRASI : Hubungan Masyarakat
JUDUL SKRIPSI : Penggunaan Media Sosial Instagram Sebagai Eksistensi
Diri Remaja Putri Jakarta (Studi Kasus: Akun Instagram
@Alfielail dan @WulanHM).

Telah dipertahankan di hadapan penguji yang diadakan pada hari Selasa


13 Februari 2018 dan dinyatakan Lulus

PANITIA PENGUJI

Dr. Hendri Prasetya, S.Sos, M.Si Drs. Sunu Budiharjo


Penguji I; Penguji II;
Tanggal : …………………………. Tanggal : …………………

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM(B)

Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Lastri Aprilliyani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Pemalang, 30 April 1993
Alamat : Pamulang Permai 2 Jl. Benda Timur 13 Blok E 32/14
Telepon/HP : 087780135792
Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
NIM : 2012 41 064
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi :


Judul Skripsi : Pengguna Media Sosial Instagram Sebagai Eksistensi
Diri Remaja Putri Jakarta (Studi Kasus: Akun Instagram
@Alfielail Dan @Wulanhm)
Pembimbing I : Dr. Rajab Ritonga, M.Si.
Pembimbing II : Dwi Ajeng Widarini, S.Sos, M.Ikom.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat merupakan


hasil asli (orisinil) dan bukan duplikasi dari skripsi orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup untuk dikenakan
sanksi akademis sesuai dengan peraturan yang berlaku di Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

Jakarta, Februari 2018


Yang menyatakan,

(Lastri Aprilliyani)

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengguna Media Sosial Instagram Sebagai
Eksistensi Diri Remaja Putri Jakarta (Studi Kasus: Akun Instagram @Alfielail
dan @WulanHm)” tepat pada waktunya.
Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi sebagian syarat guna
mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta.
Dalam skripsi ini penulis menggambarkan bagaimana remaja putri
menggunakan media sosial Instagram untuk mendukung eksistensi diri, yang
digambarkan melalui kesan-kesan yang ditampilkan.
Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan,
oleh karena itu penulis menghargai setiap saran dan kritik yang diberikan untuk
mencapai kesempurnaan dan kelengkapan skripsi ini.
Akhir kata semoga kiranya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi yang berkaitan dengan Hubungan Masyarakat.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2018

Penulis

(Lastri Aprilliyani)

iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya berupa kekuatan dan kesabaran kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari

berbagai pihak, baik moril maupun materik. Penulis ingin mengucapkan terima kasi

yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya Kepada:

1. Ayah tercinta dan Ibu tercinta serta adik penulis, yang selalu mendukung dan

mendoakan agar dapat segera menyelesaikan penelitian ini dengan tepat waktu.

2. Bapak Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta.

3. Bapak Dr. Rajab Ritonga, M.Si., selaku pembimbing I, yang telah memberikan

bimbingannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dwi Ajeng Wadarini, S.Sos., M.Ikom selaku pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingannya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama) Jakarta, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya.

6. Teman-temanku yang selalu menghibur dan memberikan support agar skripsi ini

segera selesai: wulan, rittah dan silvi.

7. Kepada kedua informan yang telah sangat membantu untuk menyelesaikan dan

melengkapkan penelitian ini, terima kasih atas waktunya.

v
Semoga segala bantuan, dukungan, doa dan bimbingan yang telah mereka

berikan mendapat balasan yang sebesar-besarnya dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, Februari 2018

Penulis

(Lastri Aprilliyani)

vi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.............................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
ABSTRACT .................................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian................................................................... 8
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................... 9
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 10
1.5 Signifikansi Penelitian ......................................................... 10
1.5.1 Signifikansi Teoritis ................................................. 10
1.5.2 Signifikansi Praktis .................................................. 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI


2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis ..................................... 12
2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori.................. 17
2.2.1 Komunikasi .............................................................. 17
1. Definisi Komunikasi ......................................... 17
2. Unsur-Unsur Komunikasi ................................. 19
3. Proses Komunikasi ........................................... 21
4. Tujuan Komunikasi........................................... 21
5. Fungsi Komunikasi ........................................... 23

vii
2.2.2 Computer Mediated Communication (CMC) .......... 29
2.2.3 New Media ............................................................... 33
2.2.4 Media Sosial............................................................. 35
2.2.4.1. Instagram..................................................... 38
2.2.5 Konsep Diri .............................................................. 41
2.2.6 Psikologi Eksistensial .............................................. 42
2.3 Teori ..................................................................................... 44
2.3.1 Interpersonal Deception Theory ............................. 44
2.3.2 Teori Dramaturgi ..................................................... 46
1. Panggung Depan (Front Stage) ........................ 47
2. Panggung Belakang (Back Stage) ..................... 48
2.4 Bagan Alur Pikir .................................................................. 50
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian ........................................................... 51
3.2 Pendekatan Penelitian .......................................................... 55
3.3 Metode Penelitian ................................................................ 56
3.4 Objek dan Subjek Penelitian ................................................ 58
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................... 59
3.6 Teknik Keabsahan Data ....................................................... 61
3.7 Teknik Analisis Data ........................................................... 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Obyek .................................................................. 67
4.1.1 Gambaran Umum Instagram .................................... 67
4.1.2 Fitur-Fitur Instagram ................................................ 69
4.2 Deskripsi Subyek Penelitian ................................................ 73
1. Informan Pertama ......................................................... 74
2. Informan Kedua ............................................................ 74
3. Pengamat Media Sosial ............................................... 75
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian.................................................... 76
4.3.1 Pengguna Instagram ................................................. 76

viii
1. Manfaat Instagram ............................................ 76
2. Perbedaan Instagram Dengan Media Sosial
Lainnya ............................................................. 78
a. Alasan Menggunakan Instagram ............... 79
b. Frekuensi Mengakses Instagram ................ 81
3. Instagram Sebagai Media Untuk
Berkomunikasi .............................................. 83
4. Pertimbangan Konfirmasi Pertemanan Di
Instagram .......................................................... 87
5. Hal-Hal Yang Ditampilkan Di Instagram ......... 88
6. Hal-Hal Yang Tidak Ditampilkan Di
Instagram ...................................................... 89
7. Kesan-Kesan Yang Ditampilkan Pengguna
Instagram .......................................................... 90
8. Swafoto Di Instagram ....................................... 92
9. Eksistensi Dalam Instagram .............................. 93
10. Perbandingan Antara Swafoto Dan Foto
Lainnya ......................................................... 95
11. Tujuan Mengunggah Foto Di Instagram ........... 96
12. Menghasilkan Sebuah Foto Yang Menarik ...... 98
4.4 Pembahasan ......................................................................... 102
4.4.1 Interpersonal Deception Theory ............................. 102
4.4.2 Teori Dramaturgi ..................................................... 104
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
2.3 Kesimpulan .......................................................................... 109
2.4 Saran .................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Sejenis ...................................................................... 15

Tabel 3.1 Paradigma Ilmu Sosial ................................................................ 53

Tabel 3.2 Kriteria Informan ........................................................................ 59

Tabel 4.1 Pembahasan ............................................................................... 108

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Pengguna Internet Berdasarkan Usia .................................... 2


Gambar 1.2 Pengguna Internet Berdasarkan Konten ................................ 3
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Konsep Diri .......................................... 24
Gambar 2.2 Bagan Alur Pikir .................................................................... 50
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data ...................................................... 63
Gambar 4.1 Logo Instagram ...................................................................... 67
Gambar 4.2 Informan Pertama ................................................................... 74
Gambar 4.3 Informan Kedua ..................................................................... 74
Gambar 4.4 Nerisa Pitrasari (Pengamat Media Sosial dan Pakar Humas) 75
Gambar 4.5 Manfaat Instagram ................................................................. 77
Gambar 4.6 Contoh Berkomunikasi 1........................................................ 84
Gambar 4.7 Contoh Berkomunikasi 2........................................................ 85
Gambar 4.8 Menghasilkan Foto Yang Menarik 1...................................... 99
Gambar 4.9 Menghasilkan Foto Yang Menarik 2...................................... 100

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Transkrip Wawancara

xii
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI HUBUNGAN MASYARAKAT

ABSTRAK

Nama : Lastri Aprilliyani


Nim : 2012 – 41 - 064
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Judul : Penggunaan Media Sosial Instagram Sebagai Eksistensi Diri
Remaja Putri Jakarta (Studi Kasus: Akun Instagram
@Alfielai dan @WulanHM)
Jumlah Bab & Hal : V Bab / 110 halaman
Bibliografi : 29 Buku + 9 sumber internet + 2 skripsi
Pembimbing I : Dr. Rajab Ritonga, MSi.
Pembimbing II : Dwi Ajeng Widarini, S.Sos, M.Ikom.

Instagram digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain penyebaran


berbagai kegiatan rutin masyarakat. Instagram juga menjadikan komunitas atau
individu semakin dikenal. Para remaja saat ini banyak menggunakan Instagram untuk
mengenalkan diri mereka.
Rumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimana remaja putri
menggunakan media sosial Instagram untuk mendukung eksistensi diri?”, sedangkan
tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana remaja putri mendukung eksistensi
diri dalam media sosial Instagram dan untuk mengetahui bagaimana remaja putri
menggunakan media sosial Instagram untuk berinteraksi guna mendukung eksistensi
diri di Instagram. Penelitian ini menggunakan teori Dramaturgi dan Interpersonal
Deception Theory. Jenis penelitian ini menggunakan Paradigma kontruktivisme,
pendekatan kualitatif serta metode studi kasus. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data wawancara mendalam terhadap kedua informan yang
menggunakan media sosial Instagram.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa remaja putri yang
melakukan eksistensi diri bertujuan untuk menampilkan kesan yang berbeda antara
dunia maya dan dunia nyata.

Kata kunci: Eksistensi, Remaja Putri Jakarta, Instagram

xiii
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI HUBUNGAN MASYARAKAT

ABSTRACT

Name : Lastri Aprilliyani


Nim : 2012 – 41 – 064
Concentration : Public Relations
Tiltle : Penggunaan Media Sosial Instagram Sebagai Eksistensi
Diri Remaja Putri Jakarta (Studi Kasus: Akun Instagram
@Alfielail dan @WulanHM)
Total Chapter & Page : Chapter V / 110 page
Bibliography : 29 Books + 9 internet + 2 thesis
Supervisor I : Dr. Rajab Ritonga, MSi.
Supervisor II : Dwi Ajeng Widarini, S.Sos, M.Ikom.

Instagram used to different interests, another distribution various of the


routine activities of the community. Instagram also makes communities or
individuals was known. Now many teenagers use their lives ro introduce Instagram.
How young women use social media to support the exixtence of self in
Instagram? The aim for this research is to find out. How young women to support the
exixtence of social media in Instagram and to know how young women use social
media to interact in order to support he exixtence of the self in Instagram. The
research using Interpersonal Deception Theory and Dramaturgi.
The kind of research is provided by way of kontruktivisme paradigm, a
qualitative approach and a method of case study. This research using a technique
data collection in depth interviews with two informants who uses social media
Instagram.
Of the result of this research can be concluded that adolescent girls who
performs self existence aimed at to display the impression that differed between the
virtual world and the real world.

Key words: Exixtence, Teenage Girls of Jakarta, Instagram

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di era globalisasi seperti sekarang ini, sangat banyak sekali berbagai

pengaruh trend gaya hidup yang semakin berkembang khususnya di kalangan

remaja. Perkembangan teknologi yang semakin hari semakin canggih dengan

berbagai macam hal yang menarik di dalamnya membuat remaja antusias dan

tertarik. Memang bukan hanya remaja saja, tetapi hampir semua kalangan dari

usia muda, tua, anak, dewasa pun turut menikmati kecanggihan teknologi.

Namun pada penelitian ini peneliti hanya akan membahas pada kalangan

remaja khususnya.

Seiring perkembangan zaman, proses modernisasi hampir merambah

semua bidang kehidupan. Sebagai produk modernisasi, globalisasi telah

menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia, diantaranya adalah kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai contoh kemajuan teknologi yaitu

untuk mengakses internet tidak harus menggunakan computer tetapi dapat

menggunakan internet yang sekarang sudah dapat diakses melalui handphone

yang berbasis smartphone. Tuntutan kehidupan, akses untuk mendapatkan

informasi yang lebih cepat serta adanya tuntutan dari lingkungan sekitar

merupakan salah satu faktor penyebab banyaknya orang-orang beralih untuk

menggunakan smartphone.

1
2

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),

Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2013 terdapat 71,19 juta dengan

penetrasi internet di Indonesia tahun 2013 yaitu 28%. Berdasarkan usia

pengguna, mayoritas pengguna internet di Indonesia berusia 18-25 tahun, yaitu

hampir setengah dari total pengguna internet di Indonesia (49%).

Survey pada tahun 2014 menunjukkan bahwa pengguna internet yang

berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada pengguna internet yang

berjenis kelamin laki-laki. Ada 49% pengguna internet berjenis kelamin laki-

laki dan 51% berjenis kelamin perempuan. Untuk tingkat pendidikan 64,7% di

tingkat SMU/SMA sederajat dan 16,9% untuk tingkat Sarjana/S1. 87,4%

menggunakan jejaring sosial ketika mengakses internet.

Survey terbaru dari APJII pada tahun 2016 pengguna internet mulai

meningkat. Berdasarkan usia mayoritas pengguna internet 25-34 tahun sekitar

75,8%, menyusul usia 10-24 tahun 75,5%.

Gambar 1.1 Pengguna Internet Berdasarkan Usia


3

Berdasarkan pekerjaan, mahasiswa menempati posisi teratas yaitu

89,7% dan karyawan 58,4%. Jenis konten yang sering diakses oleh pengguna

internet di Indonesia adalah media sosial 97,4% atau sekitar 129,2 juta

penggunanya. Setengah dari penduduk Indonesia mengakses media sosial1.

Gambar 1.2 Pengguna Internet Berdasarkan Konten

Kementrian Komunikasi dan Informatika (KemKominfo) menyatakan,

pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang.

Dari jumlah pengguna internet tersebut, 80% diantarannya adalah remaja

berusia 15-19 tahun2.

Menurut Dian Budiargo dalam buku Net Generation, Remaja adalah

mereka yang berusia antara 16-22 tahun dan mengakses internet minimal 20

jam setiap minggunya (Budiargo 2015:10). Bagi para remaja saat ini,

kehadiran/akses ke internet memberikan banyak kemudahan bagi mereka untuk

mendapatkan berbagai macam informasi yang sangat berguna, baik bagi

1
(https://www.apjii.or.id/survei2016/diakses pada hari minggu, 23 oktober 2016, pada pukul 15:56
wib)
2
(https://www.kominfo.go.id/content/detail/6861/program-prioritas-tata-kelola-internet/diakses pada
hari minggu, 23 oktober 2016, pada pukul 16:00 wib)
4

pengembangan intelektual mereka maupun bagi eksistensi mereka dalam

pergaulan.

Internet adalah bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting

terdahulu, seperti computer (dengan berbagai varian manfaat), televisi, radio

dan telepon. Pada tahun 1990-an melahirkan teknologi internet. Internet begitu

memukau dan begitu cepat berkembang dengan varian-varian programnya

yang menjadikan bumi ini dalam cengkraman teknologi (Bungin, 2006:136).

Terciptanya era globalisasi telah menjadikan kehidupan manusia berada

pada dua dimensi yang berbeda, intekasi, komunikasi, sosialisasi, relasi, dan

lain-lain. Kini kemajuan teknologi telah menciptakan dunia baru. Dunia non

material namun memiliki jangkauan yang tak terbatas yang disebut dengan

“Dunia Maya (Cyberspace)”. Dunia Maya adalah media elektronik dalam

media computer yang banyak dipakai untuk keperluan komunikasi satu arah

maupun timbal balik secara online (terhubung langsung).

Salah satu dunia maya dalam kebutuhan primer manusia adalah Media

Sosial. Media Sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya

bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,

jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Andreas Kaplan dan Michael

Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “Sebuah kelompok aplikasi

berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web

2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated

content.
5

Adapun dampak negatif dan positif yang ditimbulkan oleh media sosial

ini. Bentuk negatif dari media sosial yaitu (a). membuat interaksi secara tatap

muka cenderung menurun karena mudahnya berinteraksi melalui sosial media,

maka seseorang akan semakin malas untuk bertemu secara langsung dengan

orang lain (b). menjauhkan orang-orang yang sudah dekat di kehidupan sehari-

hari serta lebih beresiko mengabaikan orang-orang di kehidupan sehari-hari (c).

rentannya terhadap pengaruh buruk orang lain (d). membuat orang menjadi

kecanduan internet (e). masalah privasi. Karena dengan media sosial, apapun

yang kita unggah dapat dilihat oleh banyak orang. Sedangkan dampak positif

yang ditimbulkan oleh media sosial yaitu (a). memperluas pergaulan (b).

menghemat biaya (c). memudahkan berinteraksi dengan banyak orang (d).

tidak terbatas oleh jarak dan waktu (e). penyebaran informasi secara cepat, dan

(f). lebih mudah mengekspresikan diri.

Pada tahun 2010 baru munculah sebuah aplikasi media sosial bernama

Instagram, aplikasi media sosial ini diciptakan oleh Kevin Systrom dan Mike

Krieger. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan

pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke

berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Pada

tanggal 9 April 2012, diumunkan bahwa Facebook setuju mengambil alih

Instagram. Pada tanggal 11 Mei 2016, Instagram memperkenalkan tampilan

baru sekaligus ikon baru dan desain aplikasi baru. Terinspirasi oleh ikon

aplikasi sebelumnya, ikon baru merupakan kamera sederhana dan pelangi

hidup dalam bentuk gradient.


6

Sejak peluncurannya, pertumbuhan aplikasi ini semakin pesat, pada

tahun 2013 pengguna aktif Instagram melonjak 23 persen dari 130 juta

pengguna pada Juni 2013 menjadi 150 juta per bulan pada kuartal keempat

tahun lalu. Angka ini muncul berdasarkan survei lembaga Global Web Index

terhadap 170 ribu pengguna media sosial di 32 negara (Tempo, 2014).

Instagram aplikasi bisa digunakan melalui dan juga perangkat berbasis

android dengan kecepatan 2.2 atau lebih melalui Google Play. Hamper sama

dengan facebook, yang intinya perlu izin untuk bergabung (follow) atau

memberi tanggapan dengan klik “like” maka kita bisa melihat dan memberikan

komentar pada foto tersebut . Instagram merupakan salah satu dari media baru,

mengunggah dan berbagi foto-foto kepada pengguna lainnya. Instagram adalah

jejaring sosial yang paling menyedihkan. Menurut majalah Amerika, Instagram

dianggap sebagai ajang kesombongan3.

Dalam kehidupan sosial, Instagram digunakan untuk berbagai

kepentingan, antara lain penyebaran berbagai kegiatan rutin masyarakat

(Gumgum Gumilar, 2017). Instagram juga menjadikan komunitas atau

individu semakin dikenal. Para remaja saat ini banyak menggunakan Instagram

untuk mengenalkan diri mereka.

Banyaknya media sosial yang ada berdampak pada pola kehidupan

sosial salah satunya adalah remaja pada saat ini. Remaja menurut Sri Rumini,

Zakiah Darajat dan Santrock menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia 12-22

3
(https://jurnal.usu.ac.id diakses pada hari kamis, 30 november 2017, pada pukul 10.00 wib)
7

tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu

pematangan fisik, maupun psikologis. Remaja seringkali diartikan sebagai

masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Anak remaja tidak

termasuk golongan anak, tapi tidak pula termasuk golongan orang dewasa.

Remaja belum mampu menguasai fungsi fisik maupun psikisnya. Remaja

berada dalam status interim sebagai akibat posisi yang sebagian diberikan oleh

orang tua dan sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya

memberikan prestise tertentu padanya. Status interim berhubungan dengan

masa peralihan yang timbul sesudah pemaksakan seksual. Masa peralihan

tersebut diperlukan remaja untuk belajar memukul tanggung jawab di masa

dewasa (Monks, dkk, 1999).

Media sosial juga membawa perubahan terhadap pola kehidupan sosial

manusia, membawa perubahan besar dalam bentuk komunikasi salah satunya.

Manusia yang menggunakan media sosial sebagai tempat melakukan kegiatan

komunikasi sekaligus sebagai tempat untuk bersosialisasi eksistensi dirinya,

William I. Gordenyang menyebutkan bahwa komunikasi berfungsi sebagai

komunikasi sosial yang bertujuan untuk menyatakan eksistensi diri (Mulyana,

2005:5-30). Artinya, para manusia berkomunikasi dengan orang lain untuk

menunjukkan keberadaan dirinya pada lingkungan masyarakat.

Dalam penggunaan media sosial, tentu seseorang memiliki berbagai

tujuan. Untuk sekedar berkomunikasi dengan orang lain, untuk mencari tahu

perkembangan sesuatu, untuk berbagi informasi maupun salah satu menjadi

trend saat ini adalah penggunaan media sebagai bentuk eksistensi diri.
8

Dalam kajian ilmu psikologi, eksistensi termasuk dalam psikologi

eksistensialisme. Eksistensialisme merupakan suatu pendekatan filosofis

terhadap realitas manusia yang berusaha memahami kondisi manusia dalam

menginfestasikan dirinya di dalam situasi-situasi kongkret. kondisi manusia

yang dimaksud bukanlah hanya berupa ciri-ciri fisiknya seperti tubuh dan

tempat tinggalnya, tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu seperti

perasaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan lainnya (Abidin 2007:

62).

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan teori

dramaturgi dan teori Interpersonal Deception. Melalui pendekatan deskriptif

kualitatif dan paradigma konstruktivis serta menggunakan wawancara yang

mendalam dengan kedua Infoman remaja putri jakarta. Kedua informan yang

telah dipilih peneliti merupakan perwakilan dari remaja putri jakarta yang aktif

menggunakan media sosial Instagram.

1.2 Fokus Penelitian

Dalam penulisan dan penelitian, penulis hanya melihat dan

memfokuskan pada “Penggunaan Media Sosial Instagram sebagai

Eksistensi Diri Remaja Putri (Studi kasus: di Kalangan Remaja Putri

Jkarta)”. Peneliti mencoba melihat fenomena ini menggunakan metode studi

kasus, sehingga dapat diamati secara langsung eksistensi sosial pengguna

media sosial Instagram remaja putri pada akun @Alfielail dan @WulanHm.
9

1.3 Pertanyaan Penelitian

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian “Bagaimana remaja putri

menggunakan media sosial Instagram untuk mendukung eksistensi diri?”

Pembatasan materi terdiri dari :

Dalam penelitian ini, penulis memilih judul “Pengguna Media Sosial

Instagram sebagai Eksistensi Diri Remaja Putri Jakarta (Studi Kasus:

Akun Instagram @Alfielail dan @WulanHM)”. Untuk sebuah penelitian

memerlukan pembatasan materi untuk menghasilkan uraian yang terfokus,

maka penulis memusatkan penelitian tentang remaja putri yang menggunakan

media sosial Instagram untuk mendukung eksistensi diri. Berikut

pengertiannya:

a. Studi Kasus

Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai

aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas),

suatu program, suatu situasi sosial.

b. Media Sosial

Media sosial merupakan fase perubahan dimana orang dapat menemukan,

membaca, dan membagi berita, informasi dan konten kepada orang lain.

Media sosial adalah perpaduan sosiologi dan teknologi yang mengubah

monolog (one to many) menjadi dialog (many to many) dan demokrasi

informasi yang mengubah orang-orang dari membaca konten menjadi

penerbit konten. Media sosial terhubung online dalam bentuk hubungan

personal, politik dan kegiatan bisnis.


10

c. Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan para

pengguna untuk mengambil foto, menerapkan filter digital, dan

membagikannya ke berbagai jejaring sosial, termasuk milik Instagram

sendiri. Salah satu fitur yang unik di Instagram adalah memotong foto

menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat seperti hasil kamera Kodak

Instamatic dan polaroid.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana remaja putri mendukung eksistensi diri

dalam media sosial Instagram

2. Untuk mengetahui bagaimana remaja putri menggunakan media sosial

untuk berinteraksi guna mendukung eksistensi diri di Instagram

1.5 Signifikansi Penelitian

1.5.1 Signifikansi Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat memperluas

bahan referensi bahan penelitian khususnya dalam bidang ilmu

komunikasi, selain itu diharapkan dapat mengetahui kajian teori

mengenai eksistensi sosial di kalangan remaja khususnya pada media

sosial Instagram.
11

1.5.2 Signifikansi Praktis

Hasil penelitian ini berharap agar karya ilmiah dapat bermanfaat

sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya serta dapat bermanfaat

sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya serta dapat dikembangkan

dengan menggunakan metode yang lain.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Kajian literatur adalah daftar referensi dari beberapa jenis referensi

sebagai kajian litelatur penelitian. Penelitian yang dipilih oleh penulis ialah

penelitian yang memiliki relevansi dengan apa yang sedang diteliti oleh

penulis. Penelitian pertama yaitu berjudul “Fenomena Penggunaan Situs

Jejaring Sosial Facebook Sebagai Ajang Penampilan Diri” yang ditulis oleh

Astri Riyanti, dari Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik Universitas

Diponegoro Semarang, 2010. Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang

jejaring sosial Facebook. Berbicara mengenai internet sebagai media

berkomunikasi tidak terlepas dari maraknya penggunaan situs jejaring sosial

yang ramai melanda para pengguna internet. Saat ini Facebook begitu populer,

melalui Facebook seseorang bisa menandakan eksistensi dirinya di dunia

maya. Ia dapat menampilkan aktivitas dan suasana hatinya. Eksistensi diri yang

dilakukan Facebookers melalui update status maupun pengunggahan foto-foto

pribadi jika diperhatikan lebih dalam juga merupakan bagian dari aktivitas

yang dilakukan Facebookers untuk menampilkan dirinya di mata pengguna

yang lain di Facebook.

Penelitian kedua yaitu dengan judul “Pola Perilaku Penggunaan

Facebook (Studi deksriptif kualitatif tentang motivasi pengguna Facebook dan

dampaknya bagi kepribadian pengguna facebook dikalangan pelajar Sekolah

12
13

Menengah Atas dalam Komunitas Facebook Tawangmangu Adem)”. Yang

ditulis oleh Dian Fatima Niranti, dari Universitas Sebelas Maret 2013. Dalam

penelitian tersebut penulis dilatar belakangi oleh Di era global sekarang ini,

manusia sudah sangat bergantung pada teknologi. Untuk itu manusia harus

mengenal kemajuan teknologi dengan baik dan dapat menggunakannya.

Teknologi berkembang pesat seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia

hidup. Tanpa ada informasi, maka tidak akan ada perkembangan dalam diri dan

kehidupannya. Demam facebook ini menggejala di Indonesia, sebagaimana

yang diberitakan Koran Tempo Interaktif tanggal 9 Februari 2009,

berkembangnya Facebook dimulai pada pertengahan tahun 2007 Facebook

nyaris tidak dilirik oleh pengguna internet. Lunjakan pengguna Facebook pada

pertengahan tahun 2008 dibuktikan dengan statistik Facebook sebagai situs

pertemanan ranking lima yang paling banyak sukses di Indonesia. Luar

biasanya lagi, Indonesia tercatat dalam sepuluh besar negara pemakai situs

pertemanan Facebook yang mulai dibuka umum tahun 2006. Itu sedikit

gambaran bagaimana Facebook begitu digemari di Indonesia. Di

Tawangmangu sendiri, Facebook mulai berkembang sekitar pertengahan tahun

2009. Melihat perkembangan Facebook yang semakin familiar dan

digandrungi oleh pelajar Sekolah Menengah Atas di Tawangmangu, membuat

peneliti ini bertanya-tanya, sebenarnya apakah motivasi para pelajar Sekolah

Menengah Atas ini menggunakan Facebook yang membuat mereka betah

berjam-jam di depan komputer atau handphone hanya untuk membuka akun

Facebook miliknya, dan apakah penggunaan Facebook oleh pelajar Sekolah


14

Menengah Atas menimbulkan dampak pada kepribadian mereka. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu teori aksi dari Max Weber. Penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam menggunakan Facebook dari

masing-masing individu pastilah berbeda-beda, mereka memiliki dorongan

berbeda dalam mengambil keputusan menggunakan Facebook. Dampak yang

ditimbulkan dalam pengguna facebook sangatlah beragam ada yang positif dan

negatif.
Tabel 2.1. Penelitian Sejenis

Nama Peneliti Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3


Astri Riyanti, 2010 – Universitas Dian Fatima Niranti, 2013 – Universitas Lastri Aprilliyani, 2012 – Universitas
Diponegoro Sebelas Maret Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Judul Penelitian Fenomena Pengguna Situs Jejaring Pola Perilaku Pengguna Facebook (Studi Penggunaan Media Sosial Instagram
Sosial Facebook Sebagai Ajang Deskriptif Kualitatif Tentang Motivasi Sebagai Eksistensi Diri Remaja Putri
Penampilan Diri Pengguna Facebook dan Dampak Bagi (Studi Kasus: di Kalangan Remaja Putri
Kepribadian Pengguna Facebook Jakata)
Tawanmangu Adem)
Permasalahan 1. Bagaimana seseorang 1. Bagaimana motivasi pengguna 1. Bagaimana remaja putri
menggunakan Facebook dalam facebook dikalangan pelajar Sekolah menggunakan media sosial Instagram
eksistensi dirinya? Menengah Atas di dalam komunitas untuk mendukung eksistensi diri?
2. Bagaimana fenomena yang terjadi facebook Tawanmangu Adem?
dalam maraknya penggunaan 2. Bagaimana dampak kepribadian
Facebook? pengguna facebook di kalangan pelajar
Sekolah Menengah Atas didalam
komunitas Facebook Tawanmangu
Adem?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk Tujuan penelitian untuk mengetahui: Tujuan penelitian ini adalah sebagai
mengungkapkan gagasan-gagasan 1. Motivasi pengguna facebook di berikut:
yang mendasari facebookers kalangan pelajar Sekolah Menengah 1. Untuk mengetahui bagaimana remaja
menggunakan situs jejaring sosial Atas dalam komunitas facebook putri mendukung eksistensi diri dalam
Facebook sebagai ajang penampilan Tawanmangu Adem media sosial
diri 2. Dampak bagi kepribadian pengguna 2. Untuk mengetahui bagaimana remaja
facebook dikalangan Sekolah putri menggunakan media sosial
Menengah Atas di dalam komunitas untuk berinteraksi guna mendukung
facebook Tawanmangu Adem eksistensi diri di Instagram
Teori Penelitian ini menggunakan Teori Penelitian ini menggunakan Teori aksi dari Penelitian ini menggunakan
dramaturgi karya Erving Goffman Max Weber Interpersonal Deception Theory dan
Teori Dramaturgi

15
1
2

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan ini Metode penelitian yang digunakan ini ialah Metode penelitian yang digunakan ini
ialah kualitatif, dengan pendekatan kualitatif, dengan pendekatan deskriptif. ialah studi kasus dengan pendekatan
deskriptif. penelitian kualitatif
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menggambarkan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa Facebook layaknya sebuah bahwa motivasi dalam menggunakan
panggung sandiwara, setiap individu facebook dari masing-masing individu
berlomba-lomba menampilkan dirinya pastilah berbeda, mereka memiliki
sebaik mungkin. Ini dapat dilihat dari dorongan berbeda dalam mengambil
aktivitas update status dan aktivitas keputusan menggunakan facebook.
memasang foto profil terbaik Dampak yang ditimbulkan dalam
dilakukan facebookers untuk pengguna facebook sangatlah beragam ada
menciptakan citra diri yang positif. yang positif dan negatif, seperti tidak dapat
Semua yang ditampilkan facebookers bersosialisasi dengan baik dan menambah
di Facebook adalah selalu yang teman
terbaik, karena menurut facebookers.
Facebook sebagai ajang penampilan
dirinya di mata orang lain. Ketika
facebookers menunjukkan foto maka
ia ingin menunjukkan penampilannya
di Facebook, sedangkan ketika
facebookers menampilkan status maka
ia ingin menunjukkan jati dirinya di
Facebook, dan semua itu mengarah
kepada ajang penampilan dirinya di
Facebook

16
17

2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori

2.2.1 Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin

berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan

sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya.

Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup

bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang

lain niscaya akan terisolasi dari masyarakat. Pengaruh terisolasi ini akan

menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang

kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu, menurut Everett Kleinjan

dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian

kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang

manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi adalah suatu

kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup

bermasyarakat (Cangara, 2006:1).

Yang mendorong manusia untuk ingin berkomunikasi dengan

manusia lainnya, yaitu teori dasar biologi menyebut adanya dua

kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Selain dua kebutuhan dasar manusia tadi, masih terdapat

berbagai dasar yang melandasi alasan “mengapa manusia

berkomunikasi”, yaitu untuk menyatakan identitas diri, membangun


18

kontak sosial dengan orang disekitarnya, dan untuk mempengaruhi orang

lain, berfikir atau berperilaku sebagaimana yang diinginkan (Santoso dan

Setianah, 2009:3).

Secara etismologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi

(communication) dalam Bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis

yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare

yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama

(communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul

kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang

mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau

suatu pesan dipahami secara sama (Mulyana, 2005:41).

Theordornson (1996) memberi batasan lingkup communication

berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari

seorang atau kelompok kepada yang lain (atau lain-lainnya) terutama

melalui simbol-simbol.

Onong Uchjana mengatakan komunikasi sebagai proses


komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran,
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini,
dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, kekhawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendy,
2002:11).

Definisi komunikasi menurut Harold D. Laswell, bahwa cara

yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan

cara menjawab pertanyaan: siapa yang menyampaikan (komunikator),

apa yang disampaikan (pesan), melalui salurang apa (media), kepada


19

siapa (komunikan), dan apa pengaruhnya (efek). Sedangkan menurut

Carl l. Hovland pada tahun 1953 komunikasi adalah proses yang dimana

seseorang (komunikator) menyampaikan rangsang (biasanya lambang-

lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang

lain (komunikan) (Purba dkk, 2006:29-30).

Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan

manusi, baik kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Karena komunikasilah yang mengatur aturan-aturan dan norma-norma

pergaulan antara manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan

memberikan pengaruh langsung dalam masyarakat. Sebagai sebuah

proses, komunkasi bersifat terus-menerus, berkesinambungan dan tidak

memiliki akhir.

2. Unsur-unsur Komunikasi

Dalam suatu proses komunikasi terdapat tujuh komponen atau

unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur tersebut antara

lain (Cangara, 2006:23) antara lain:

a. Sumber (Source)
Sumber yaitu sebagai pembuat atau pengirim informasi.
Sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi juga dalam bentuk
kelompok misalnya partai, organisasi, atau lembaga. Sumber
disebut pengirim (sender), komunikator (encoder).
b. Pesan (Message)
Pesan adalah hal-hal yang dikomunikasikan oleh sumber
kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol
verbal maupun simbol non verbal yang berisi ide, sikap, dan
nilai dari pengirim (sender). Pesan memiliki ketiga
komponen, yaitu:
20

1) Makna
2) Simbol yang digunakan dalam penyampaian makna,
serta
3) Bentuk atau organisasi pesan
c. Saluran (Channel)
Saluran adalah alat atau wahana yang digunakan sumber
atau sender untuk menyampaikan pesan kepada
penerima atau receiver.
d. Penerima (Receiver)
Yaitu pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses
komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi.
e. Hambatan (Barries)
Hambatan adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam pemaksaan pesan yang pengirim (sender)
sampaikan kepada penerima (receiver). Hambatan ini berasal
dari kata pesan, saluran, dan pendengar. Ada beberapa teori
yang menggunakan istilah derau atau noise untuk menyebut
elemen penganggu. External noise meliputi latar belakang
pembicaraan, lingkungan dan teknis saluran, sedangkan
internal noise meliputi aspek psikologi peserta komunikasi
maupun aspek semantic, misalnya sebuah kata yang
mengandung ambiguitas. Hambatan komunikasi meliputi
perbedan persepsi, permasalahan Bahasa, kurang
mendengarkan, perbedaan emosional, dan perbedaan latar
belakang.
f. Tanggapan (feedback)
Tanggapan adalah reaksi atau respons pendengar atas
komunikasi yang sender lakukan. Tanggapan bisa dalam
bentuk komentar langsung, tertulis atau polling. Tanggapan
mengatur aksi komunikasi kita. Tanggapan negative bisa
berupa kritik penolakan, sedangkan tanggapan positif
biasanya berupa pujian.
g. Lingkungan
Lingkungan yaitu faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat
digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik,
lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi
waktu.
21

3. Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian

pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

(komunikan). proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua

bagian (Effendy, 2003:11-12), yaitu:

a. Proses komunikasi secara primer


Proses komunikasi secara primer yaitu proses penyampaian
pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan suatu lambang (simbol) sebagai media atau
saluran. lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan”
pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.
b. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder yaitu proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang
komunikatormenggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasaran berada
ditempat yang relative jauh dan berjumlah banyak. Seperti
surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film,
internet, media sosial dan banyak lagi yang merupakan
media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
Dalam hal ini bahasa juga dianggap sebagai media
komunikasi. Hal ini disebabkan karena bahasa sebagai
lambang (symbol) beserta isi (content) yaitu pikiran dana
atau perasaan yang dibawahnya menjadi totalitas pesan
(message) yang tampak tidak dapat dipisahkan, seolah-olah
tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi.

4. Tujuan Komunikasi

Berdasarkan tujuannya komunikasi terbagi dalam empat bagian

(Bungin, 2006:35) yakni sebagai berikut:


22

a. Perubahan sikap (attitude change)


Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat
dengan tujuan supaya masyarakat berubah sikapnya.
Misalnya dengan memberikan informasi mengenai hidup
sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola
hidup sehat dan sikap masyarakat akan positif terhadap pola
hidup sehat.
b. Perubahan pendapat (opinion change)
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan
akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan
persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan,
misalnya dalam informasi mengenai pemilu. Terutama
informasi mengenai kebijakan pemerintah yang biasanya
selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus
disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya
pendapat masyarakat dapat dibentuk untuk mendukung
kebijakan tersebut.
c. Perubahan perilaku (behavior change)
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat
dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah
perilakunya. Misalnya dengan memberikan informasi
mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya masyarakat
mengikuti pola hidup dan sikap masyarakat akan positif
terhadap pola hidup sehat.
d. Perubahan sosial (social change)
Komunikasi memberikan berbagai informasi pada
masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau
mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu
disampaikan. Misalnya supaya masyarakat ikut serta dalam
pemilihan suara pada pemilu atau ikut serta dalam
berperilaku sehat dan sebagainya.

Menurut Widjaja (2000:109), tujuan komunikasi dapat dilihat


dari dua perspektif kepentingan, yakni:
a. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber, yaitu:
1) Memberikan informasi
2) Mendidik
3) Menyenangkan / menghibur
4) Mengajukan suatu tindakan
b. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima yaitu:
1) Memahami informasi
2) Mempelajari
3) Menikmati
4) Menerima atau menolak anjuran
23

5. Fungsi Komunikasi

William I. Gorden (Mulyana, 2005:5-30) mengategorikan fungsi

komunikasi menjadi empat bagian, yaitu:

a. Sebagai komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun

konsep-konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup,

untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan

ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,

dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita

bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok

belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan Negara secara

keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan

tahu bagaimana makan, minum, berbicara, sebagai manusia dan

memperlakukan manusia secara beradab, karena cara-cara berperilaku

tesebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan

dengan orang yang ininya adlaha komunikasi.

Implisit dalam fungsi komunikasi sosial adalah fungsi

komunikasi kultural. Para ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan

komunikasi itu mempunyai hubungan timbal baik, seperti dua sisi dari

satu mata uang. Benar kata Edward T. Hall bahwa “budaya adalah

komunikasi” dan “komunikasi adalah budaya”.


24

Oleh karena fakta yang sama atau rangsangan komunikasi yang

sama mungkin dipersepsi secara berbeda oleh kelompok –kelompok

yang berbeda kultur atau sub-kultur tersebut, kesalah pahaman hampir

tidak dapat dihindarkan.

b. Pembentukan konsep diri

Konsep diri adalah pandangan diri mengenai siapa diri kita dan

itu hanya bisa diperoleh melalui informasi yang diberikan orang lain

terhadap kita. Seseorang yang tidak pernah berkomunikasi dengan

orang lain tidak memiliki kesadaran bahwa dirinya manusia.

Seseorang menyadari bahwa dirinya baik secara verbal dan non-

verbal, sebagai manusia. Jadi proses pembentukan konsep diri dapat

digambarkan sebagai berikut:

UMPAN BALIK
ORANG LAIN

PERILAKU KONSEP
DIRI DIRI

Gambar 2.1 Proses Pembentukan Konsep Diri


(Sumber: Mulyana, 2005:5-30).
25

Menurut Charles Horton Cooley, kita melakukannya dengan

membayangkan diri kita sebagai orang lain, dalam benak kita. Cooley

menyebut gejala ini looking glass self (diri cermin), dalam hal ini seakan

menaruh cermin kita. Pertama, membayangkan bagaimana individu

tampak pada orang lain, individu melihat sekilas dirinya seperti dalam

cermin. Kedua, individu membayangkan bagaimana orang lain menilai

penampilannya. Ketiga, individu merasakan perasaan bangga atau

kecewa, misalnya pada kasus Rina, Rina merasa sedih atau malu

(Rakhmat, 2009:98).

Lalu yang dimaksud dengan konsep diri menurut Willian D.

Brooks adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya. Persepsi

mengenai diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis (Rakhmat,

2009:98). Konsep diri tidak hanyak sekedar gambaran deskriptif, tetapi

juga penilaian tentang dirinya sendiri. Jadi, konsep diri meliputi yang

individu pikirkan dan apa yang individu rasakan mengenai dirinya.

Konsep diri dipengaruhi oleh dua faktor, berikut merupakan faktor-faktor

yang mempengaruhi konsep diri :

a. Orang lain
Tidak semua orang bisa mempunyai pengaruh yang sama
terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-
orang yang paling dekat dengan diri kita. Goorge Herbert
Mead menyebutnya dengan significant outhers, seperti orang
tua, saudara, orang-orang yang tinggal dekat rumah.
Sedangkan Richard Dewey dan W.J Humber menamainya
dengan affective others yaitu orang lain yang mempunyai
ikatan emosional dengan kita. Dari sanalah, secara perlahan-
lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyumnya, pujian,
penghargaan, pelukan, menyebabkan seorang individu dapat
menilai dirinya secara positif. Ejekan, cemohoan dan
hardikan, membuat individu memandang dirinya secara
negatif.
26

b. Kelompok rujukan
Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota
berbagai kelompok. Setiap kelompok mempunyai norma-
norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional
mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri. Ini disebut dengan kelompok rujukan. Dengan
melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan
menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya
(Rakhmat, 2009:98).
c. Eksistensi diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis.
Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi
pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai
pernyataan eksistensi diri dapat terlihat dalam contoh seorang
yang bertanya dalam sebuah seminar. Meskipun moderator
telah mengingatkan untuk bertanya dalam sebuah seminar.
Meskipun moderator telah mengingatkan untuk bertanya
secara singkat dan jelas, namun ada kalanya si penanya
berbicara panjang lebar, mengkualihi hadirin, dengan
pendapatnya yang kadang-kadang tidak relevan.

Eksistensialisme merupakan suatu pendekatan filosofis terhadap

realitas manusia yang berusaha memahami kondisi manusia dalam

menginfestasikan dirinya dalam situasi-situasi kongkret. Kondisi manusia

yang dimaksud bukanlah hanya beberapa ciri-ciri fisiknya seperti tubuh

dan tempat tinggalnya, tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat

itu seperti perasaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan

lainnya (Abidin, 2007:54).

Hierarki kebutuhan Maslow merupakan salah satu teori motivasi

paling terkenal. Dalam bukunya yang berjudul “Motivation and

personality (1954)”, Maslow menggolongkan kebutuhan manusia itu

pada lima tingkat kebutuhan, yaitu:


27

a. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis


Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (phsysiological needs)
adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak
pemuasannya karena berkaitan langsung dengan
pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Yang paling
dasar, paling kuat, dan paling jelas diantara segala kebutuhan
manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya
secara fisik, yaitu kebutuhan makan, minum, tempat
berteduh, oksigen, dan sebagainya. Maslow berpendapat,
keyakinan kaum behavioris bahwa kebutuhan-kebutuhan
fisiologis memiliki pengaruh yang besar pada tingkah laku
manusia hanya dapat dibenarkan sejauh kebutuhan-kebutuhan
itu tidak terpuaskan, Selanjutnya, jika pada gilirannya
kebutuhan-kebutuhan ini telah pula dipuaskan, lagi-lagi
muncul kebutuhan-kebutuhan baru (lebih tinggi lagi), dan
begitu seterusnya. Menurut Maslow, selama hidupnya,
praktis manusia selalu mendambakan sesuatu.
b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
Apabila kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan, maka
dalam diri individu akan muncul satu kebutuhan lain sebagai
kebutuhan yang dominan dan menuntut pemuasan, yakni
kebutuhan akan rasa aman (need for self-security). Yang
dimaksud oleh Maslow dengan kebutuhan akan rasa aman ini
adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk
memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari
keadaan lingkungannya. Maslow mengemukakan bahwa
kebutuhan akan rasa aman ini sangat nyata dan bisa diamati
pada bayi dan anak-anak karena ketidakberdayaan mereka.
Pada dasarnya, kebutuhan rasa aman ini mengarah kepada 2
bentuk, yaitu: Kebutuhan keamanan jiwa dan Kebutuhan
keamanan harta. Kebutuhan rasa aman muncul sebagai
kebutuhan yang paling penting kalau kebutuhan psikologis
telah terpenuhi. Ini membutuhkan kebutuhan perlindungan,
keamanan, hukum, kebebasan dari rasa takut dan cemas.
Karena adanya kebutuhan inilah maka manusia menciptakan
peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan dan
sebagainya.
c. Kebutuhan cinta memiliki-dimiliki
Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (need for love and
belongingness) ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong
individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan
emosional dengan individu lain, baik dengan sesame jenis
maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga
ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Bagi
individu-individu, keanggotaan dalam kelompok sering
menjadi tujuan yang dominan, dan mereka bisa menderita
28

kesepian, terasing dan tak berdaya apabila keluarga, pasangan


hidup, atau teman-teman meninggalkannya. Kebutuhan untuk
memiliki dan mencintai, muncul ketika kebutuhan
sebelumnya telah dipenuhi secara rutin. Orang butuh dicintai
dan pada gilirannya butuh menyatakan cintanya. Cinta disini
berarti rasa saying dan rasa terikat antara orang satu dan
lainnya, lebih-lebih dalam keluarga sendiri. Diluar keluarga,
misalnya teman sekerja, teman sekelas, dan lain-lain.
Seseorang ingin agar dirinya disetujui dan diterima.
d. Kebutuhan penghargaan
Pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus pada
kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga.
Kebutuhan akan sering kali diliputi frustasi dan konflik
pribadi karena yang diinginkan orang bukan saja perhatian
dan pengakuan dari kelompoknya, melainkan juga
kehormatan dan status yang membutuhkan standar sosial,
moral dan agama. Seseorang yang memiliki cukup harga diri
akan lebih percaya diri serta lebih mampu dan selanjutnya
lebih produktif.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri atau mengungkapkan diri
merupakan kebutuhan manusia yang paling tingga dalam
teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-
kebutuhan dibawahnya sudah terpuaskan dengan baik.
Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai
hasrat individu untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan
keinginan dan potensi yang dimilikinya (Mulyana, 2005:5-
30).
f. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan
memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup
sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus
berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi
kebutuhan utama kita seperti makan dan minum, dan
memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama
kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat
secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial
yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina
hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Maslow
menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar:
kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial,
penghargaan diri dan aktualisasi diri (Mulyana, 2005:5-30).
g. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-
perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan non-verbal. Perasaan
29

saying, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin,


marah, dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun
bisa disampaikan secara lebih ekspresif lewat perilaku non-
verbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayang dengan
membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan
kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan
seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan
penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan
demonstrasi.
h. Sebagai komunikasi ritual
Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu
komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan
sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para
antropolog sebagai riset of passage, mulai dari upacara
kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi Happy Birthday dan
pemotongan kue), pertunangan (melamar, tukar cincin),
siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkeman kepada orang
tua, sawer, dan sebagainya). Ritus-ritus lain seperti berdoa
(salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji,
upacara bendera (termasuk, menyanyikan lagu kebangsaan),
upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga
adalah komunikasi ritual. Mereka berpartisipasi dalam bentuk
komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen
mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, Negara,
ideologi, atau agama mereka.
i. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,
yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap, menggerakkan tindakan dan juga menghibur.

2.2.2 Computer Mediated Communication (CMC)

Penggunaan media internet, baik sebagai media komunikasi personal

atau lebih organisasi bahkan antar organisasi menemukan berbagai konsep,

seperti “Computer Mediated Communication (CMC)”, on line learning, new

media violence, CMC in Organization, CMC in education, e-bank, e-

education dan lain sebagainya. Computer Mediatedd Communication (CMC)

adalah istilah yang digunakan untuk melakukan komunikasi antar dua orang
30

atau lebih yang dapat saling berinteraksi melalui computer yang berbeda. Hal

yang dimaksud di sini bukanlah bagaimana dua mesin atau lebih saling

berinteraksi, namun bagaimana dua orang atau lebih dapat berkomunikasi

satu dengan lainnya dengan menggunakan alat bantu computer melalui

program aplikasi yang ada pada computer tersebut.hal yang diperlukan

partisipan CMC dalam menjalankan komunikasinya harus melibatkan dua

komponen, yaitu computer atau handphone dua jaringan internet (Thurlow, et

all, 2004:15).

Kini internet telah menjadi salah satu mediator manusia untuk saling

berkomunikasi dan berhubungan atau yang biasa disebut dengan computer

mediated communication (CMC). Pengertian mengenai computer mediated

communication menurut John December (1997) adalah suatu proses

komunikasi yang dilakukan menggunakan computer, yang melibatkan

manusia menjadi konteks tertentu, dimana didalamnya melibatkan proses

pembentukan media untun berbagai tujuan (Thurkow, et all, 2004:15). Dari

penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa computer mediated

communication merupakan studi yang mempelajari mengenai bagaimana

perilaku manusia yang dijaga serta diubah dengan pertukaran informasi

melalui mesin, dalam hal ini mesin tersebut adalah computer.

Peneliti menggunakan computer mediated communication karena

konsep ini dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan yang dimediasi oleh

computer atau handphone. Dalam penelitian ini pengalaman hubungan antar

personal dimediasi oleh computer atau handphone, melalui Instagram


31

karakteristik yang dimiliki oleh media sosial berbedda dengan media

tradisional, sehingga membuat hubungan antarpersonal yang dimediasi

menggunakan media sosial memiliki karakter yang berbeda pula dengan

komunikasi tatap muka (face to face).

Menurut pakar Computer Mediated Communication yaitu Joseph

Walther dan Malcolan Parks dalam buku Computer Mediated

Communication (Thurlow, et all, 2003:31), berikut merupakan bentuk

teknologi internet yang cenderung menarik di Computer Mediated

Communication: (a). Email, listserver dan mailing list, (b). Newsgroup,

bulletinboard dan blog, (c). Internet relay chat dan instant messaging, (d).

Metaworld dan visual chat, (e). Personal homepage dan webcam. Saat ini

banyak sekali perusahaan-perusahaan media online yang membuka sarana

atau wadah untuk menggalakan trend CMC ini kepada khalayak luas,

diantarannya Yahoo, Google, Hotmail, MSN, Friendster, MySpace,

Facebook, Kaskus, Detik, Gmail, MIRC, Wikipedia, Twitter, Path, Ask.fm,

Instagram, Dll.

Dalam CMC terdapat dua bentuk komunikasi yaitu synchronous (real-

time) dan asynchronous (delay). Bentuk komunikasi synchronous ditemui

pada individu yang melakukan pembicaraan tatap muka, berbicara di telepon

atau diskusi tatap muka dimana partisipannya dapat memberikan timbal balik

secara langsung. Dalam CMC komunikasi yang bersifat synchronous dapat

ditemui pada chat room dan video message. Sedangkan komunikasi yang

bersifat asynchronous dapat ditemui pada bentuk-bentuk komunikasi dimana


32

balesannya memerlukan waktu, seperti saat mengirim surat atau fax. Dalam

CMC bentuk komunikasi asynchronous dapat ditemui saat mengirimkan surat

elektronik (email).

CMC memiliki sistem yang dapat mendukung operasional

komunikasi, seperti halnya komunikasi tatap muka, dimana pesannya dapat

disampaikan secara verbal dan non verbal, demikian pula komunikasi yang

dilakukan diinternet pun dapat dilakukan secara verbal dan non verbal.

Terdapat lima jenis sistem media ini digunakan untuk menddukung aktifitas

komunikasi melalui internet yang disampaikan secara verbal maupun non

verbal dan akan memberikan efek psikologis tertentu sesuai dengan keinginan

dan ekspresi yang ingin ditampilkan pengguna internet.

CMC memungkinkan semua orang dapat memberikan umpan balik

dengan mudah. Namun, pada kenyataannya hanya beberapa orang dari

seluruh anggota forum yang memberikan komentarnya dan berperan aktif.

Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai kebanyakan individu yang justru

menjadi pasif dalam CMC. Namun, dasar keaktifan individu tidak hanya

ditandai oleh banyaknya jumlah individu yang berkomentar. Keaktifan juga

dapat ditandai oleh individu membaca artikel, menuliskan status-status,

pengunggah foto, dll. Sehingga bukan berarti individu yang tidak

memberikan komentar itu pasif.


33

2.2.3 New Media

Pengaruh perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat

telah memunculkan suatu bentuk teknologi baru yang berbasis computerized

system, yang memandai lahirnya teknologi media komunikasi internet.

Teknologi komunikasi ini berupa peralatan-peralatan perangkat keras,

struktur-struktur organisasional dan nilai-nilai dalam masyarakat yang

melingkupi kesatuan individu-individu serta proses dan perubahan dengan

individu-individu lainnya.

Tepatnya sejak 1980-an, teknologi komunikasi baru atau new media

menjadi begitu penting disamping kemampuannya menyediakan perubahan

informasi secara radikal dan universal. Dengan jaringan kerja yang begitu

luas dan kemampuan akses yang cepat, dengan jarak yang lebih luas melalui

saluran-saluran alternatif, informasi ditransformasikan dan diproses.

Teknologi ini menawarkan yang “mendunia”.

New media adalah suatu konsep yang muncul sejalan dengan


perkembangan media istilah “new media” ini tidak menggantikan
keberadaan old media. Marshall McLuhan (1964) menyatakan bahwa
media yang lebih lama (older media) sering kali menjadi isi dari
media yang lebih baru (Lievrouw dan Livingstone, 2006:1)

Denis McQuail dalam bukunya Mass Communication Theory

mencatat media baru atau new media adalah sebuah set berbeda dari

teknologi komunikasi yang memiliki fitur tertentu yang terbaru, dibuat

dengan cara digital dan banyak tersedia untuk digunakan oleh personal

sebagai alat komunikasi. Secara sederhana, media baru dapat diartikan

perkembangan atau kemajuan teknologi media massa. Pemikiran dasar dari


34

new media itu sendiri adalah untuk menggabungkan keunikan dari digital

media dengan pemakaian media tradisional untuk mengadopsi dan

mengadapsi teknologi media baru (Heryanto dan Rumaru, 2013:162).

Pengertian new media menurut danaher dan Davis (2003:462) adalah sebuah

media yang memfasilitasi interaksi antara pengirim dan penerima. Salah satu

jenis new media yang sedang berkembang dan banyak diminati oleh orang-

orang yaitu media sosial.

Salah satu definisi lain dari new media adalah teknologi-teknologi

informasi dan komunikasi dan konteks-konteks sosial yang terkait, serta

infrastruktur yang terdiri dari tiga komponen, yakni: alat-alat yang akan

digunakan untuk berkomunikasi atau menyampaikan informasi, aktivitas-

aktivitas dimana orang-orang terlibat untuk berkomunikasi atau membagikan

informasi dan pengaturan sosial atau bentuk-bentuk organisasional yang

berkembang melalui alat-alat dan aktivitas-aktivitas tersebut (Lievrouw dan

Livingstone, 2006:2).

Media baru memberikan gambaran-gambaran baru terciptanya

komunikasi dunia cyber. Media baru ini memberikan ruang dalam dinamika

sosial masyarakat termasuk komunikasi, telematika, ilmu pengetahuan,

budaya, sosiologi dan lain sebagainya, dengan perkembangan berbagai

macam varian, gambaran umum realitas media baru memberikan konsep pola

komunikasi ruang media baru tersebut lebih mudah memberikan asas timbal

balik. Secara dasar media baru internet hampir memiliki semua kebutuhan

sosial masyarakat mulai informasim media teks, radio, televisi dan segala

jenis media tergabung didalamnya.


35

Teori komunikasi dunia maya atau yang sering dikenal teori

cybercommunity merupakan teori paling akhir dalam perkembangan ilmu

komunikasi atau sosiologi komunikasi. Kajian-kajian mengenai

perkembangan teknologi telematika menjadi sangat penting terutama yang

berhubungan dengan media baru. Media baru banyak menekankan bagaimana

kontruksi sosial media memberikan kontribusi terhadap kehidupan manusia

secara keseluruhan. Personal cyber seperti perumpamaan “ruang waktu”

bahwa manusia memiliki kehidupan baru diatas dunia nyata.

Sarverin dan Tankard (2005) dalam bukunya teori komunikasi

menjelaskan tentang teori komunikasi dunia maya, meliputi aspek-aspek

penting teori komunikasi dunia maya, yaitu:

a. Konsep dasar digital, cyber space, virtual reality (VR), komunitas


maya, chat room, multy user domain (MUD), inter aktifitas,
hypertext, multimedia, Youtube.
b. Gagasan McLuhan tentang perkembangan media baru melahirkan
kesenjangan pengetahuan kreadibilitas media pengetahuan agenda
manfaat dari gratifikasi, pembauran inovasi dan lain-lain.
c. Riset-riset baru pada komunikasi dunia maya yaitu media
morfosis, riset tentang hypertext, riset multimedia, riset desain
antar muka (komunikasi dua arah), riset eross digital atau cinta
online, riset kecanduan internet dan depresi.

2.2.4 Media Sosial

Media sosial merupakan fase perubahan dimana orang dapat

menemukan, membaca, dan membagi berita, informasi dan konten kepada

orang lain. Media sosial adalah perpaduan sosiologi dan teknologi yang

mengubah monolog (one to many) menjadi dialog (many to many) dan

demokrasi informasi yang mengubah orang-orang dari membaca konten


36

menjadi penerbit konten. Media sosial terhubung online dalam bentuk

hubungan personal, politik dan kegiatan bisnis.

Media sosial memiliki beberapa sifat yang membuatnya menjadi jauh

lebih kuat jika dibandingkan dengan media tradisional, seperti :

a. Aksesibilitas: media sosial sangat mudah untuk diakses dan tidak


membutuhkan biaya untuk menggunakannya. Media sosial juga
mudah digunakan dan tidak membutuhkan keahlian khusus
menggunakannya. Siapapun yang mempunyai akses online atau
internet dapat menggunakan media sosial untuk memulai
percakapan.
b. Kecepatan : konten yang dibuat di media sosial dapat langsung
diterima atau dilihat semua orang dalam jaringan kerja, forum
serta komunitas dan juga melalui media sosial dapat secara cepat
mendapatkan tanggapan (feed back). Orang-orang dapat
berkomunikasi dengan audience tanpa terpengaruh oleh faktor
eksternal.

c. Interaktivitas: media sosial menghasilkan komunikasi dua arah


atau berbagai saluran komunikasi. Bentuk interaksi pengguna
media sosial seperti mengajukan pertanyaan, mendiskusikan
produk atau jasa, berbagi pendapat, dll.
d. Panjang umur dan volatilitas : konten media sosial tetap dapat
diakses untuk jangka waktu yang lama atau mungkin untuk
selamanya. Selain itu konten ini dapat diedit atau diperbaharui
kapan saja.
e. Jangkauan : internet mempunyai akses jangkauan yang tidak
terbatas. Siapapun dapat mengaksesnya dari mana saja dan kapan
saja bisa mencapainya. Begitu pula dengan media sosial, media
sosial menawrkan fasilitas jangkauan yang sama untuk semua
penggunanya, sehingga pengguna dapat berbagi segala hal dengan
siapapun yang mereka sukai (Taprial dan Kanwar, 2012:28-29).

Pengguna media sosial biasanya menggunakan media sosial sebagai

sarana untuk tetap terhubung dengan teman atau keluarga, mencari orang

yang memiliki ketertarikan yang sama, mendiskusikan isu-isu dengan

pengguna lain, bertanya dan menjawab pertanyaan, membaca ulasan

pengguna lain, dll.


37

Media sosial dapat dikaitkan sebagai salah satu new media atau media

baru berdasarkan pada satu hal yang merupakan unsur terpenting dari

teknologi dari media baru yaitu internet. Media sosial membuat beberapa

produk-produk tertentu yang memberikan komunikator dan komunikan dapat

bertemu satu sama lain. Produk tersebut seperti Blogs, Forum diskusi dan

Situs jejaring sosial.

Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haelein, mendefinisikan media

sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun

di atas dasar ideology dan teknologi web 2.0, dan yang memungkinkan

penciptaan dan pertukaran “user-generated content”.

Kaplan dan Haelein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai

jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka diterbitkan dalam

2010. Menurut Kaplan dan Haelein ada enam jenis media sosial, yaitu:

1. Proyek Kolaborasi (collaborative Projects)


Suatu media sosial yang dapat membuat konten dan dalam
pembuatannya dapat diakses oleh khalayak secara global. Ada
dua sub kategori yang termasuk ke dalam collaborative project
dalam media sosial, yakni:
a. Wiki
Wiki adalah situs yang memungkinkan penggunanya untuk
menambahkan, menghapus, dan mengubah konten berbasis
teks. Contoh: Wikipedia, Wiki Ubuntu-ID, Wakakapedia, dll.
b. Aplikasi Bookmark Sosial
Aplikasi bookmark sosial, yang dimana memungkinkan
adanya pengumpulan berbasis kelompok dan rating dari link
internet atau konten media. Contoh : Social Bookmark:
Del.icio.us, StumbleUpon, Digg, Reddit, Technorati, Lintas
Berita, Infogue.

2. Blog dan microblog (Blogs and microblogs)


Blog dan microblog merupakan aplikasi yang dapat membantu
penggunanya untuk tetap posting mengenai pernyataan apapun
sampai seseorang mengerti. Blog sendiri ialah sebuah website
38

yang menyampaikan mengenai penulis atau kelompok penulis


baik itu sebuah opini, pengalaman, atau kegiatan sehari-hari.
Contoh: Blog: Blogspot (Blogger), WordPress, Multiply,
LiveJournal, Tumblr, Dagdigdug, dll. Microblog: Twitter,
Instagram, bb,indowebster.web.id, forumddetik, Q/A
(Question?Answer): Yahoo!, TanyaLinux, formspring.me.
3. Konten (Content)
Content communities atau konten masyarakat merupakan sebuah
aplikasi yang bertujuan untuk saling berbagi dengan seseorang
baik itu secara harak jauh maupun dekat, berbagi seperti video,
ebook, gambar, dan lain-lain. Contoh: Flickr, Photobucket,
DeviantArt, YouTUBE, Vimeo, Mediafire, Imeem, Last.fm,
sharemusic, multiply.
4. Situs jejaring sosial (Social networking sites)
Situs jejaring sosial merupakan situs yang dapat membantu
seseorang untuk membuat sebuah profil dan kemudia dapat
menghubungkan dengan pengguna lainnya. Situs jejaring sosial
adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk terhubung
menggunakan profil pribadi atau akun pribadinya. Contoh:
Friendster, Facebook, LinkedIn, Foursquare, Myspace, Path dll.
5. Virtual game world
Dunia virtual, dimana mengreplokasikan lingkungan 3D, dimana
user bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan
serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata.
Contohnya: Game online.
6. Virtual social worlds
Virtual social worlds merupakan aplikasi yang mensimulasikan
kehidupan nyata melalui internet. Virtual sosial worlds adalah
situs yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dalam
platform tiga dimensi dengan menggunakan avatar yang mirip
dengan kehidupan nyata. Contoh : Map: wikimapia, GoogleEarth,
e-commerce: ebay, alibaba, juale.com, dll.

2.2.4.1 Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan

para pengguna untuk mengambil foto, menerapkan filter digital, dan

membagikannya ke berbagai jejaring sosial, termasuk milik Instagram

sendiri. Salah satu fitur yang unik di Instagram adalah memotong foto

menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat seperti hasil kamera Kodak

Instamatic dan Polaroid. Hal ini berbeda dengan rasio aspek 4:3 yang umum
39

digunakan di iPhone, iPad atau iPod Touch versi apapun dengan system

operasi iOs 3.1.2 atau yang terbaru, dan telepon genggam Android apapun

dengan system operasi versi 2.2 (Froyo) ke atas. Aplikasi ini dapat diunggah

melalui Apple App Store dan Google Play.

Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini.

Kata “insta” berasal dari kaya “instan”, seperti kamera polaroid yang pada

masanya lebih dikenal dengan sebuah “foto instan”. Instagram juga dapat

menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya.

Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata “telegram” yang cara

kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cara cepat.

Sama dengan halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan

menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan

dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan

gabungan dari kata instan dan telegram.

Fungsi komunikasi praktis dan signifikansi foto dalam Instagram

berpengaruh besar pada posisinya sebagai media komunikasi. Pada saat ini

ketika anda hidup dalam mitos, sebenarnya anda sedang di hagemoni terus

menerus. Anda didominasi secara ideologi. Bahwa ideology anda sekarang

ketika mendokumentasikan sesuatu yang ideal adalah melalui Instagram,

dengan foto vintage, dan anda akan mengikuti sebuah platform bahwa untuk

diterima disebuah komunitas dan menjadi eksis anda ber Instagram, sehingga

Instagram sebagai tempat untuk melakukan broadcast platform lewat foto.


40

Instagram sebagai media sosial yang menspesifikasikan hanya berisi

foto dan video yang dapat di unggah oleh para pengguna akun. Instagram

dilengkapi beberapa efek yang dapat digunakan pengguna untuk

memperindah tampilan foto ataupun video yang ingin mereka unggah.

Dengan tampilan foto berukuran rasio 3:2 seperti tampilan kamera polaroid

menjadi daya tarik media sosial Instagram. Para pengguna akun memilih

Instagram sebagai salah satu media untuk membagi foto dan video kepada

teman-temannya serta informasi-informasi yang disampaikan para pengguna

melalui foto atau video yang mereka unggah. Seperti informasi mengenai

kuliner, hiburan keluarga, acara-acara music atau bazzar, hal tersebut

membuat para pengguna mengelola kesan untuk mengeksistensikan dirinya

melalui tampilan yang mereka unggah di media Instagram.

Impression management (manajemen kesan) merupakan sebuah

konsep dramaturgi, diperkenalkan oleh Erving Goffman, salah seorang

sosiologi yang paling berpengaruh pada abad 20. Dalam bukunya The

Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan pada tahun 1959. Ini

menyoroti cara dimana seseorang yang ingin dilihat orang lain dan berusaha

untuk menyajikan citra dirinya dalam cara-cara tertentu.

Dalam melakukan manajemen kesan, manusia kerap kali

menggunakan topeng (yang bagus) dalam berkomunikasi. Topeng diperlukan

untuk citra positif komunikator, sehingga dapat memikat atau meyakinkan

komunikan. Individu melakukan suatu proses dimana dia akan menseleksi

dan mengontrol perilaku mereka sesuai dengan situasi dimana perilaku itu
41

dihadirkan serta memproyeksikan pada orang lain suatu image yang

diinginkannya.

2.2.5 Konsep Diri

Dalam melakukan manajemen kesan ternyata individu tidak hanya

menanggapi orang lain, individu juga mempersepsikan dirinya, bagaimana

hal tersebut dapat terjadi. Menurut Charles Horton Cooley, kita

melakukannya dengan membayangkan diri kita sebagai orang lain, dalam

benak kita. Cooley menyebut gejala ini looking glass self (diri cermin), dalam

hal ini seakan menaruh cermin kita. Pertama, membayangkan bagaimana

individu tampak pada orang lain, individu melihat sekilas dirinya seperti

dalam cermin. Kedua, individu membayangkan bagaimana orang lain menilai

penampilannya. Ketiga, individu merasakan perasaan bangga atau kecewa,

misalnya pada kasus Rina, Rina merasa sedih atau malu (Rakhmat, 2009:98).

Lalu yang dimaksud dengan konsep diri menurut William D. Brooks

adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya. Persepsi mengenai

diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis (Rakhmat, 2009:98). Konsep

diri tidak hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian tentang

dirinya sendiri. Jadi, konsep diri meliputi yang individu pikirkan dan apa

yang individu rasakan mengenai dirinya. Konsep diri dipengaruhi oleh dua

faktor, berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri:


42

a. Orang lain

Tidak semua orang bisa mempunyai pengaruh yang sama

terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang

paling dekat dengan diri kita. Goorge Herbert Mead menyebutnya

dengan significant outhers, seperti orang tua, saudara, orang-orang yang

tinggal dekat rumah. Sedangkan Richard Dewey dan W.J Humber

menamainya dengan affective others yaitu orang lain yang mempunyai

ikatan emosional dengan kita. Dari sanalah, secara perlahan-lahan kita

membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan,

menyebabkan seorang individu dapat menilai dirinya memandang dirinya

secara negatif.

b. Kelompok rujukan

Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota

berbagai kelompok. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu.

Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh

terhadap pembentukan konsep diri. Ini disebut dengan kelompok rujukan.

Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan

menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.

2.2.6 Psikologi Eksistensial

Para tokoh eksistensialisme menolak sebutan eksistensialisme sebagai

suatu aliran atau sistem di dalam filsafat. Sebaliknya, mereka lebih suka

menyebut eksistensialisme sebagai suatu pendekatan filosofis terhadap

realitas, khususnya realitas manusia sikap mereka anti sistem. Menurut


43

Kierkegaard, untuk memahami manusia, kita harus mengamatinya dalam

kenyataan sehari-hari, mengamati manusia sebagaimana dia tampak dan

menampakkan diri sebagai fenomena dan bukan dengan mereduksinya

kedalam abstraksi-abstraksi. Secara lengkap eksistensi memiliki makna

manusia berdiri sebagai dirinya dengan keluar dari diri sendiri. Maksudnya

ialah manusia sadar bahwa dirinya ada. Dalam pemikiran ini jelas bahwa

manusia dapat memastikan diri bahwa dirinya ada.

Eksistensialisme merupakan suatu pendekatan filosofis terhadap

realitas manusia yang berusaha memahami kondisi manusia dalam

menginfestasikan dirinya di dalam situasi-situasi kongkret. Kondisi manusia

yang dimaksud bukanlah hanya beberapa ciri-ciri fisiknya seperti tubuh dan

tempat tinggalnya, tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu seperti

perasaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan lainnya (Abidin,

2007:54).

Banyak orang yang saat ini memanfaatkan Instagram sebagai ajang

untuk menunjukkan keberadaan dirinya kepada dunia luar. Setiap orang

berlomba-lomba untuk menampilkan dan membuat branding tentang dirinya

kepada dunia luar. Melalui foto, video, pernyataan yang ada di media sosial,

seseorang ingin mengungkapkan kepada orang lain. seseorang ingin

mengungkapkan kepada orang lain bahwa inilah dirinya. Tidak jarang pula

bahkan seseorang bisa bertindak berlebihan untuk sekedar menunjukkan

eksistensi dirinya kepada orang lain.


44

2.3 Teori

2.3.1. Interpersonal Deception Theory

Anonimitas yang tinggi pada aktivitas CMC memberikan kesempatan

penggunanya mengelola presentasi diri dan memungkinkannya membentuk

citra diri melalui berbagai penggambaran dan informasi yang di tampilkan.

Karakteristik CMC yang anonim ini memberikan kesempatan rekayasa diri

lewat kontrol informasi yang akan dilihat oleh orang lain. dengan demikian

proses manajemen kesan impresi diri semakin terbentuk dengan baik.

Pada media sosial Instagram, penggunanya mengontrol apa yang akan

diunggah melalui fitur-fitur yang ada di Instagram, seperti memilih foto,

pemilihan caption, dan lokasi baru kemudian pengguna Instagram

mengunggah foto atau video.

Dengan demikian, Instagram dapat menjadi „ruang persemaian‟

pengelolaan identitas yang lebih cair dan terkontrol. Pengelolaan identitas ini

menjadi fenomena sosial yang sarat dengan rekayasa baik dalam bentuk

pemilahan informasi ataupun informasi yang salah atau kebohongan (lying

behavior). Tseiner mengungkapkan, “online world identity can be ambigious,

the internet users can be anonymous or to pretend to be something they are

not, such as a men presenting a woman ets...it can be a great equaliser,

because oh the internet no body knows you’re a dog” (Steiner, 1993 dalam

Absolom, 2011: 4). Kajian perilaku berbohong pada komunikasi bermedia

adalah fokus amatan yang telah banyak dikaji oleh para peneliti yang antara

lain terjelaskan dalam teori Interpersonal Deception Theory.


45

Teori Interpersonal Deception Theory-IDT (Judee K. Burgoon dan

David Buller), memandang “deception” sebagai perilaku kebohongan yang

sengaja dan terarah (intentional and goal directed) dengan memberikan

keterangan atau informasi yang tidak benar dalam prose komunikasi. Teori

memiliki beberapa aspek dalam perilaku kebohongan. Pertama, Stategic,

tindakan yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan keuntungan oribadi atau

yang menguntungkan pihak lain. Kedua, Information Management, yakni

proses pengelolaan dan pemilahan informasi yang akan disampaikan pada

orang lain. Ketiga, Behavior Management, terkait dengan pengelolaan pesan

non-verbal dan aspek tingkah laku lainnya yang dapat menciptakan makna

tertentu. Keempat, Image Management, adalah proses pengelolaan kesan diri

yang secara umum akan membentuk penilaian orang lain pada pelakunya

(Burgoon dan Keller, dalam Littlejohn dan Foss, 2009:550).

Aktivitas komunikasi bermedia komputer (CMC) ini sangat

berpotensi munculnya fenomena kebohongan komunikasi dalam kaitannya

dengan proses pengelolaan kesan diri individu. Kondisi “bermedia” dengan

anonimitas yang tinggi dan ketiadaan petunjuk non verbal yang jelas

membuat aktivitas CMC menjadi ruang yang subur bagi munculnya perilaku

deception. Kenyataan tersebut didukung oleh Hipotesis Jarak Sosial (Social

distance hypothesis) yang berasumsi bahwa individu cenderung akan

melakukan kebohongan pada media komunikasi yang tidak kaya dalam

kaitannya dengan perasaan aman akan petunjuk non verbal yang akan

memperlihatkan kontradiksi. Kajian ini melihat bagaimana proses


46

pengelolaan diri (impression management) berlangsung dalam interaksi CMC

yang dapat diteropong melalui teori ini.

2.3.2. Teori Dramaturgi

Dramaturgi dari Erving Goffman, sebenarnya merupakan salah satu

model pendekatan interaksi simbolik selain teori penjulukan dan

etnometodologi (Mulyana, 2001:68). Menurut Mead “Cara manusia

mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya.

Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku

manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang lain”. Bahkan menurut

Mead: “Sebelum seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi

orang lain dengan harapan-harapan orang lain dan mencoba memahami apa

yang diharapkan orang itu”.

Karena itulah lewat pendekatannya terhadap interaksi sosial, Goffman

sering dianggap sebagai salah satu penafsir “teori diri” dari Mead dengan

menekankan sifat simbolik dari manusia (Mulyana, 2001:106). Goffman

sering dianggap ahli teori yang sangat memperhatikan analisis interaksi

manusia. Untuk menjelaskan tindakan manusia, Goffman memakai analogi

drama dan teater. Hal itulah yang menjadikannya sebagai seorang dramatugis.

Melalui karyanya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday life

(1959) Goffman menyediakan dasar teori mengenai bagaimana individu

tampil di dunia sosial.

Menurut Goffman: “Biasanya terdapat suatu arena kegiatan yang

terdiri dari serangkaian kegiatan individu-individu yang saling mempengaruhi


47

tindakan mereka satu sama lain ketika masing-masing berhadapan secara

fisik”. Para aktor adalah mereka yang melakukan tindakan-tindakan atau

penampilan rutin (1959:15). Goffman menyaksikan bahwa individu dapat

menyajikan suatu pertunjukkan (show) bagi orang lain, tetapi kesan

(impression) yang diperoleh khalayak terhadap pertunjukkan itu bisa

berbeda-beda. Seseorang bisa sangat yakin terhadap tindakan yang

diperlihatkan kepadanya, tetapi dapat pula bersikap sinis terhadap

pertunjukkan itu.

Dalam drama kehidupan terdapat perbedaan acting yang dimainkan

oleh seorang aktor saat berada di panggung depan (front stage) dan panggung

belakang (back stage), pernyataan tersebut diutarakan oleh Goffman. Kondisi

acting di panggung depan adalah adanya penonton (yang melihat aktor) dan

sedang berada dalam bagian pertunjukkan. Saat itu sang aktor berusaha

memainkan perannya sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari

perilaku yang ditunjukkan.

Menggunakan metafor teater, Goffman (1959) membagi kehidupan

sosial ke dalam dua wilayah, yaitu:

1. Panggung Depan (Front Stage)


Basis konsep Goffman ada pada font stage, yang akan dilihat oleh
orang lain. Goffman (Ritzer dkk, 2009:400) berbicara mengenai
panggung depan (front stage). Panggung depan yakni perilaku
tertentu yang diekspresikan secara khusus agar orang lain
mengetahui dengan jelas peran si pelaku (aktor). Di panggung
inilah aktor akan membangun dan menunjukkan sosok ideal dan
identitas yang akan di tampilkan dalam interaksi sosialnya.
Manajemen kesan yang ditampilkan merupakan gambaran aktor
mengenai konsep ideal dirinya yang sekiranya bisa diterima
penonton.
48

Dalam panggung depan ini terdiri atas dua aspek (unsur)


peralatan lengkap yang aktor gunakan dalam menampilkan diri,
dua aspek tersebut adalah:

a. Appearance (penampilan)
b. Manner (sikap)

Dalam front stage Goffman membedakan antara setting dan


front personal. Setting mengacu pada rangkaian peralatan ruang
dan benda yang aktor gunakan dalam melakukan perannya, tanpa
itu aktor tidak dapat memainkan prannya. Sedangkan pada front
personal terdiri atas penampilan atau appearance dan gaya atau
manner. Keduanya berfungsi untuk menunjukkan status sosial
seseorang berdasarkan tampilan dirinya. Selain itu appearance
dan manner digunakan untuk memaksimalkan peran yang
dimainkan dalam situasi tertentu menjadi bagian dari manajemen
kesan.

2. Panggung Belakang (Back Stage)


Merupakan panggung penampilan individu dimana ia
dapat menyesuaikan diri dengan situasi penontonnya (Ritzer dkk,
2009:407). Di panggung inilah segala persiapan aktor disesuaikan
dengan apa yang akan dihadapi di lapangan, untuk menutupi
identitas aslinya. Panggung ini disebut juga panggung pribadi,
yang tidak boleh diketahui oleh orang lain.
Lebih jauh, panggung ini juga yang menjadi tempat bagi
aktor untuk mempersiapkan segala sesuatu atribut pendukung
pertunjukkannya. Baik itu make up (tata rias), peran, pakaian,
sikap, perilaku, bahasa tubuh, mimik wajah, isi pesan, cara
bertutur dan gaya bahasa. Di panggung inilah, aktor boleh
bertindak dengan cara yang berbeda di hadapan penonton, jauh
dari peran publik.
Disini bisa terlihat perbandingan antara penampilan
“palsu” dengan kenyataan diri seorang aktor. Mala melalui kajian
mengenai presentasi diri yang dikemukakan oleh Goffman
dengan memperhatikan aspek front stage dan back stage, supaya
untuk menganalisa manajemen kesan yang dilakukan oleh
seorang pemimpin dapat semakin mudah untuk dikaji. Karena
walau bagaimana, manusia tidak pernah lepas dalam penggunaan
simbol-simbol tertentu dalam hidupnya.

Berkaitan dengan penggunaan media sosial Instagram sampai pada

batasan front stage atau back stage seseorang yang menampilkan kesannya

melalui kegiatan mengunggah foto, video serta memberikan caption dan tag
49

location. Melalui apa yang ditampilkan dalam Instagram merupakan front

stage seorang pengguna Instagram. Hal inilah yang memicu seseorang secara

terus-menerus memanajemen kesannya dalam Instagram melalui cara-cara

yang tentunya berbeda dengan yang lain untuk meninggalkan kesan yang

baik kepada pengguna yang lainnya dan memuluskan jalan mencapai tujuan.

Lebih jaug lagi dengan mengelola informasi yang kita berikan kepada orang

lain, kita akan mengendalikan pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal

itu digunakan untuk memberitahu kepada orang lain mengenai siapa kita.

Dramaturgi memperlakukan self sebagai produk yang ditentukan oleh

situasi sosial, paling tidak ini mirip dengan apa yang disebut skenario yang

telah dipersiapkan oleh sutradara bagi para pemainna diatas panggungnya

sendiri. Karena itu menurut Goffman (1959): “Selama pertunjukkan

berlangsung tugas utama aktor ini adalah mengendalikan kesan yang

disajikan selama pertunjukkan”.

Seseorang dalam kehidupannya menginginkan penggambaran citra

dirinya di khalayak luas sesuai dengan yang dia inginkan, keinginan

mendapatkan kesan diri sesuai dengan yang kita inginkan hanya daoat

dikelola dan diciptakan oleh orang tersebut. Mempengaruhi dan merubah

persepsi seorang tentang diri kita bisa kita lakukan dengan mengatur dan

mengendalikan informasi dalam interaksi sosial yang kita lakukan, mengelola

kesan diri dihadapan khalayak dikenal dengan manajemen kesan. Manajemen

kesan juga dapat didefinisikan sebagai teknik-teknik yang digunakan aktor

untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai

tujuan tertentu. Manajemen kesan pertama kali diperkenalkan oleh Erving


50

Goffman berpendapat bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin

menyajikan suatu gambaran diri atau presentasi diri yang akan diterima oleh

orang lain. Busana, cara berjalan dan berbicara dapat digunakan untuk

presentasi diri (Mulyana, 2003:112).

2.4 Bagan Alur Pikir

Media Sosial

 Teori CMC
(Computer
Instagram Mediated
Communication)
 Teori Dramaturgi

Eksistensi Diri

Remaja Putri Yang Mendukung


Eksistensi Diri

Gambar 2.2 Bagan Alur Pikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan

masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada

praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan atai epistemologis

yang panjang (Mulyana, 2003:9).

Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan

peneliti di dalam mencari fakta-fakta melalui kegiatan penelitian yang

dilakukannya (Arifin, 2012:146). Sedangkan menurut Deddy Mulyana dalam

(Tahir, 2011:59) mendefinisikan paradigma sebagai suatu kerangka berpikir

yang mendasar dari suatu kelompok saintis (ilmuwan) yang menganut suatu

pandangan yang dijadikan landasan untuk mengungkapkan suatu fenomena

dalam rangka mencari fakta. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

paradigma merupakan acuan yang menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk

mengungkapkan fakta-fakta melalui kegiatan yang dilakukannya. Paradigma

pada penelitian kualitatif dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Positivisme
Paradigma positivisme dinyatakan bahwa objek ilmu pengetahuan
dan pernyataan-pernyataan ilmu pengetahuan (scientific
propositions) harus memenuhi beberapa syarat (Kerlinger, 1973),
yakni dapat diamata (observable); dapat diulang (repeatable);
dapat diukur (measurable); dapat diuji (testable); dan dapat
diramalkan (predictable). Tiga syarat pertama merupakan syarat
yang diberlakukan atas objek ilmu pengetahuan, sedangkan dua
syarat terakhir diberlakukan atas proposisi-proposisi ilmiah. Karena
syarat-syarat inilah maka paradigm positivism ini menjadi bersifat
behavioral, operasional dan kuantitatif (Sugiyono, 2011:82).

51
52

2. Post positivism
Paradigma post positivism lahir sebagai paradigma yang ingin
memodifikasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada paradigma
positivisme. Paradigma post positivisme berpendapat bahwa
peneliti tidak bisa mendapatkan fakta dari suatu kenyataan apabila
si peneliti membuat jarak dengan kenyataan yang ada. Post
positivisme memandang bahwa secara epistemologis hubungan
antara priset dan objek yang diteliti tidak dapat dipisahkan. Namun
aliran ini menambahkan pendapatnya bahwa suatu kebenaran tidak
mungkin bisa ditangkap apabila priset berada dibalik layar, tanpa
terlibatnya dengan objeknya secara langsung. Aliran ini
menegaskan arti penting dari hubungan interaktif antara priset dan
objek yang diteliti, sepanjang dalam hubungan tersebut riset bisa
bersifat netral (Salim, edisi kedua: 70).
3. Konstruktivisme
Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil kontruksi
atau bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan ini bersifat
ganda, dapat dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan
ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang.
Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi
berkembang terus. Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma
konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan
hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga
merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti.
Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek
dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan
bukan hasil pengalaman semata, tetapi juga merupakan hasil
konstruksi oleh pemikiran (Arifin, 2012:140).
4. Teori Kritis (Critical Theory)
Teori kritis memandang bahwa kenyataan itu sangat berhubungan
dengan pengamatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain
serta nilai-nilai yang dianut oleh pengamat tersebut turut
mempengaruhi fakta dari kenyataan tersebut. Paradigma teori kritis
ini sama dengan paradigma post positivisme yang menilai realitas
secara kritis (Tahir, 2011:58).

Dari uraian diatas dapat dilihat perbedaan dari ketiga jenis paradigma
pada penelitian kualitatif seperti dalam tabel berikut (Salim, edisi kedua:72):
53

Tabel 3.1
Paradigma Ilmu Sosial
Post-
Positivisme Konstruktivisme Teori Kritis
Positivisme
Menyatakan Menempatkan Memandang ilmu Mentafsirkan ilmu
objek ilmu ilmu sosial sosial sebagai sosial sebagai
pengetahuan seperti ilmu analisis sistematis proses kritis
dan alam, yaitu atas “socially mengungkapkan
pernyataan- metode meaningful action” “the real
pernyataan terorganisir melalui pengamatan structure” dibalik
harus dengan untuk langsung terhadap ilusi dan
beberapa mengkombinasi aktor sosial dalam kebutuhan palsu
syarat: dapat kan “deductive setting yang yang ditampakkan
diamati, dapat logic” melalui alamiah, agar dapat dunia materi, guna
diulang, dapat pengamatan memahami dan mengembangkan
diukur, dapat empiris, agar menafsirkan kesadaran sosial
diuji dan dapat mendapatkan bagaimana aktor untuk
diramalkan. konfirmasi sosial mencipta dan memperbaiki
Karena syarat- tentang hukum memelihara dunia kondisi kehidupan
syarat inilah kausalitas yang sosial subjek penelitian
maka dapat
paradigma digunakan
bersifat mempresiksi
behavioral, pola umum
operasional dan gejala sosial
kuantitatif tertentu

Sumber: Teori dan Paradigma Penelitian. Salim, Agus.

Dalam penulisan penelitian ini paradigma yang digunakan penulis

adalah paradigma konstruktivis, paradigma ini merupakan antithesis terhadap

paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam

menemukan suatu realitas ilmu pengetahuan. Secara ontologism, aliran ini

menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk kontruksi mental

yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik, serta

tergantung kepada pihak yang melakukannya.


54

Paradigma merujuk pada seperangkat pranata kepercayaan bersama


metode-metode yang menyertainnya. Paradigma berperan sebagai
rujukan dan sudut pandang, selain itu juga berperan sebagai pembatas
ruang dan gerak peneliti (Alwasilah, 2002:78).

Paradigma konstruktivis memandang ilmu sosial, sebagai analisis

sistematis terhadap “socially meaningful action” melalui pengamatan langsung

dan terperinci terhadap pelaku sosial dalam kehidupan sehari-hari yang wajar

atau alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku

sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara/mengelola dunia sosial

mereka.

Paradigma konstruktivis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti

yang diutarakan oleh Deddy N Hidayat sebagai berikut:

1. Ontologis: Relativism, realitas merupakan konstruksi sosial.


Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sosial sesuai
konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
2. Epistemologi: Subjectivist, pemahaman tentang suatu realitas atau
temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti
dengan yang diteliti.
3. Axiologis: Nilai etika dan pilihan moral merupakan bagian tak
terpisahkan dari suatu penelitian. Peneliti sebagai fasilitator yang
menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial. Tujuan
penelitian: rekontruksi realitas sosial secara diakletis antara peneliti
dengan pelaku sosial yang diteliti.
4. Metodologis: interaksi dialektis antara peneliti responden untuk
merekontruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode
kualitatif seperti participant observation (Indiwan, 2006:201).

Kontruktivisme mengembangkan sejumlah indikator sebagai pijakan

dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu. Beberapa indikator

tersebut antara lain adalah (Salim, 2001:89):

1. Lebih mengedepankan penggunaan metode kualitatif, dalam proses


pengumpulan dan analisis data.
2. Mencari relevansi dari indikator kualitatif.
3. Teori yang dikembangkan harus lebih membumi.
55

Menurut Jesse G. Delia dan Ruth Nne Clark, yang dikutip oleh Sasa

Sjuarsa Sendjaja dalam bukunya Teori Komunikasi, “Paradigma

Konstruktivisme menaruh perhatian kepada proses berpikir yang terjadi

sebelum pesan dikemukakan dalam suatu tindakan komunikasi, mereka

menyebutnya dengan istilah kognisi sosial”. (Sendjaja, 2002:44).

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena data dan

informasi yang dibutuhkan bukan mementingkan jumlah dalam satuan tertentu,

tapi lebih kepada data secara mendalam dapat menjelaskan permasalahan yang

akan dibahas.

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Data diperoleh secara langsung dari lapangan dan bukan dari


laboratorium atau penelitian yang terkontrol,
2. Penggaliat data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan
pada situasi-situasi alamiah subyek, dan
3. Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori
jawaban, periset wajib mengembangkan situasi dialogis sebagai
situasi alamiah.
4. Validitas data (Salim, 2006:4).

Penelitian kualitatif memiliki waktu yang cukup lama, karena tujuan

penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan, dan bukan sekedar pembuktian

hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2003:25).

Penelitian kualitatif memiliki hasil akhir yang bukan hanya sekedar

menghasilkan data atau informasi, tetapi mampu menghasilkan informasi yang

bermakna bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia (Sugiyono,

2005:18).
56

Penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian

mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang diamati oleh suatu

individu, kelompok, masyarakat atau organisasi dalam suatu konteks tertentu

yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic.

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang penulis gunakan dalam penelitian

adalah metode studi kasus, studi kasus adalah uraian dan penjelasan

komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok,

suatu organisasi (komunitas), suatu program, suatu situasi sosial. Peneliti studi

kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subyek yang

diteliti. Studi kasus menggunakan berbagai metode seperti wawancara,

pengamatan, penelaahan dokumen, survei, dan data apa pun untuk

menguraikan suatu kasus secara terinci. Jadi alih-alih menelaah sejumlah kecil

variable dan memilih sampel besar yang mewakili populasi secara seksama dan

dengan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variable mengenai suatu kasus

khusus. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu

kelompok, atau suatu kejadiam, peneliti bertujuan memberikan pandangan

yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Studi kasus

menggunakan berbagai metode seperti wawancara, pengamatan, penelaahan

dokumen, survei, dan data apa pun untuk menguraikan suatu kasus secara

terinci. Jadi alih-alih menelaah sejumlah kecil variable dan memilih sampel

besar yang mewakili populasi secara seksama dan dengan berbagai cara

mengkaji sejumlah besar variable mengenai suatu kasus khusus. Dengan


57

mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau

suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan

mendalam mengenai subjek yang diteliti.

Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa

keuntungan, (Licoln dan Guba, 1995:76) mengemukakan bahwa keistimewaan

studi kasus meliputi hal-hal seperti berikut ini:

1. Studi kasus merupakan saran utama penelitian emik, yakni


mengyajikan pandangan subyek yang diteliti.
2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa
yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan
hubungan antara peneliti dan responden.
4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan
konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya
dan konsistensi faktual tetapi juga kepercayaan.
5. Studi kasus memberikan uraian yang diperlukan bagi penilaian atau
transferabilitas.
6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan
bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Setiap analisa kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data

berdasarkan pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain

mengenai kasus tersebut. Khusus mengenai individu, datanya dapat mencakup

catatan klinis, data statistik mengenai orang yang bersangkutan, informasi

mengenai latar belakangnya, profil riwayat hidupnya, catatan hariannya. Akan

tetapi semua informasi itu harus disunting, sementara bagian-bagian yang

relevan dipadukan baik secara kronologis ataupun tematik, sehingga siap

dianalisis. Sering pula langsung menggunakan data mentah yang masih

tercecer itu untuk menuliskannya langsung dalam laporan penelitian.


58

Pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan

prinsip umum terhadap situasi-situasi spesifik atau contoh-contoh yang disebut

kasus-kasus. Contoh-contoh dikemukakan berdasarkan isu-isu penting, sering

diwujudkan dalam pertanyaan penelitian (Frey Et Al, 2001:189). Dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan, analisis studi kasus menunjukkan kombinasi

pandangan, pengetahuan, kreatifitas dalam mengidentifikasi dan membahas

isu-isu relevan dalam kasus yang dianalisisnya, dalam menganalisis isu-isu ini

dari sudut pandang teori dan riset yang relevan, dan dalam merancang strategi

yang realistik dan layak untuk mengatasi situasi problematic yang

teridentifikasi dalam kasus.

3.4 Objek dan Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah pengguna yang memiliki akun

media sosial Instagram sebagai informan yang memberikan data penelitian

melalui wawancara dan salah satunya adalah pengamat dari media sosial.

Sementara objek penelitian ini adalah media sosial Instagram.

Dan penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling

untuk menentukan informan. Purposive sampling yaitu cara penentuan

informan yang ditetapkan secara sengaja atas dasar kriteria atau pertimbangan

tertentu dalam penelitian ini, pemilihan informan berdasarkan kriteria sebagai

berikut:
59

Tabel 3.2
Kriteria Informan
No KRITERIA
1. Informan adalah pengguna aktif media sosial khususnya dikalangan
remaja. Terlihat dari 5 like dalam sehari.
2. Informan harus yang mengalami langsung dan berkaitan dengan topik
penelitian.
3. Informan mampu menggambarkan kembali fenomena yang telah
dialaminya, terutama sifat alamiah dan maknanya.
4. Informan eksis di media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data perlu dilakukan dengan tujuan agar

mendapat data-data yang valid dalam penelitian. Penelitian menggunakan

metode sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh

subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Sebagian besar data

yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata,

laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas

pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk

mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan

kuesioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan


60

orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi obyek-obyek alam

yang lain.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono,

2011:145).

3. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)

Wawancara merupakan percakapan yang diarahkan kepada suatu

masalah tertentu. Yang merupakan proses tanya jawab dengan dua orang

atau lebih. Wawancara mendalam adalah :

“A dept interview is an open-ended interview in which an

individual is an encourage to discus an issue, problem or question

in or his or her terms”. (Broom&Dozier, 1990:145)

Wawancara mendalam berusaha menggali informasi yang detail

dari informan mengenai suatu hal. Wawancara mendalam merupakan

wawancara yang lingkupnya tidak terbatas, dimana informan dapat

didorong untuk mendiskusikan suatu hal, masalah dan pertanyaan menurut

kondisi dan pandangan orang tersebut. Setiap pertanyaan ditujukan untuk

mendapatkan data yang utuh dan valid.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti melalui percakapan

langsung dengan target subjek, peneliti akan mengajukan beberapa

pertanyaan yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti, sebagai acuan dan
61

sifatnya tidak mengikat sehingga banyak pertanyaan baru yang muncul

pada saat wawancara.

1. Informan Penelitian

Informan merupakan sumber data yang utama selain pengamatannya

sendiri, karena informan inilah diperoleh model asli bagaimana pola

perilaku yang diteliti. Jumlah indorman yang diambil tidak menjadi

masalah dan berbeda sekali dengan responden penelitian kuantitatif,

karena disini yang diperlukan untuk mencapai tujuan akhir ialah

kelengkapan dan keakuratan data yang dapat diberikan informan

sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Penulis melakukan triangulation analysis, yaitu menganalisis jawaban

subjek penelitian dengan meneliti autensitasnya berdasarkan data empiris yang

ada. Peneliti menjadi fasilitator untuk menguji keabsahan setiap jawaban

berdasarkan dokumen atau data lain, serta alasan yang logis. Tahapan

berikutnya adalah melakukan intersubjectivity analysis, artinya semua

pandangan, pendapat ataupun data dari suatu subjek penelitian, didialogkan

dengan pendapat, pandangan, ataupun data dari subjek lainnya. Hasil

wawancara ini kemudia dianalisis dan diinterprestasikan.

Analisis triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu (Sugiyono, 2009:273). Menurut Dwidjowinoto ada beberapa macam


62

triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi waktu, triangulasi teori,

triangulasi periset, dan triangulasi metode.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis pengecekkan

keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber menurut

Dwidjowinoto dimaksudkan untuk membandingkan atau mengecek ulang

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda

(Kriyantonno, 2007:71).

Lima hal yang harus dibandingkan di dalam triangulasi sumber adalah

sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil


wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Kriyantono, 2007:71).

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi

melalui cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, mengklasifikasikan hal-

hal penting yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan, sehingga mudah

dipahami oleh peneliti dan oleh pembaca.

Berdasarkan gambar terlihat bahwa, setelah peneliti melakukan

pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory sebelum melakukan


63

reduksi data. Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada

gambar dibawah ini :

Komponen analisis data (interactive model)

Data Data
Collection Display

Data
Reduction Conclusions
Drawing/
Verifying

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data


(Sumber: Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, CV. Alfabeta,
Bandung, 2005)

Aktivitas dalam analisis data :

a. Data Reduction

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,

semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin

banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis

data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksikan akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk


64

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti

komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Data Display

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah

menjabarkan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini

dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie card, pictogram dan

sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Dalam hal ini, Miles dan Hubernam menyatakan “the most frequent form

if display data for qualitative data in the past has been nerrative text”.

Yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks bersifat naratif.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa saja yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Setelah peneliti mampu mereduksi data ke dalam huruf besar, huruf

kecil, dan angka, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay-kan data.

Dalam mendisplay-kan data, huruf besar, huruf kecil dan angka disusun ke

dalam urutan sehingga struktirnya dapat dipahami. Selanjutnya setelah


65

dilakukan analisis secara mendalam, ternyata ada hubungan interaktif

antara tiga kelompok tersebut.

Dalam prakteknya tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena

fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis, sehingga apa yang

ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsungnya agak

lama dilapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu maka

peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat

memasuki lapangan yang masih bersifat hipotek itu berkembang atau

tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang

dirumuskan selalu di dukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan,

maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang

grounded. Teori yang grounded adalah teori yang ditemukan dilapangan,

dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus.

Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selam

penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku, yang tidak

dapat lagi dirubah. Pola tersebut kemudian didisplaykan pada saat laporan

terakhir penelitian.

c. Conclusion drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huuberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikut. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan


66

pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang nyata dan konsisten saat

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mengkin

dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan akana berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

ataupun gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang

atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan

kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori. Data display yang dikemukakan

pada gambar telah didukung oleh data-data yang mantap, maka dapat

dijadikan kesimpulan yang kredibel.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek

4.1.1. Gambaran Umum Instagram

Gambar 4.1
Logo Instagram
Instagram merupakan sebuah aplikasi fotografi yang memungkinkan

pengguna untuk mengambil foto, melakukan penerapan filter digital dan

membagikannya kepada berbagai jaringan sosial, termasuk Instagram.

Instagram berdiri pada tahun 2010 oleh Burbbn, Inc. Yang merupakan sebuah

teknologi startup berfokus pada pengembangan aplikasi untuk telepon selular.

Kevin Systrom dan Mike Krieger merupakan pencipta Instagram, dimana

mereka menciptakan Instagram karena ingin berfokus terhadap satu hal saja

67
68

yaitu memfokuskan pada bagian foto, komentar dan juga kemampuan untuk

menyukai sebuah foto, dan hal tersebut yang menjadi dasar terciptanya

Instagram. Nama Instagram berasal dari pengertian keseluruhan fungsi

aplikasi fotografi ini.

Perusahaan Burbn, Inc. berdiri pada tahun 2010, perusahaan teknologi

startup yang hanya berfokus kepada pengembangan aplikasi untuk telepon

genggam. Pada awalnya Burbn Inc sendiri memiliki fokus yang terlalu

banyak di dalam HTML5 peranti bergerak, namun kedua CEO, Kevin

Systrom dan Mike Krieger memutuskan untuk lebih fokus pada satu hal saja.

Setelah satu minggu mereka mencoba untuk membuat sebuah ide yang bagus,

pada akhirnya mereka membuat sebuah versi pertama dari Burbn, namun di

dalamnya masih ada beberapa hal yang belum sempurna. Versi Burbn yang

sudah final, aplikasi yang sudah dapat digunakan iPhone yang isinya terlalu

banyak dengan fitur-fitur yang ada, dan memulai lagi dari awal, namun

akhirnya mereka hanya memfokuskan pada bagian foto, komentar, dan juga

kemampuan untuk menyukai sebuah foto. Itulah yang akhirnya menjadi

Instagram. Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi

ini. Kata “Insta” berasal dari kata “Instan”, seperti kamera polaroid yang

pada masanya lebih dikenal dengan sebutan “foto instan”. Instagram juga

dapat menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam

tampilannya. Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata “telegram”

yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan

cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan
69

menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan

dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan dari

kata instan dan telegram. Pada tanggal 9 April 2012, diumumkan bahwa

Instagram diambil alih oleh Facebook senilai hampir $ 1 miliar dalam bentuk

tunai dan saham.4

4.1.2. Fitur – fitur Instagram

Fitur-fitur yang ditawarkan Instagram agar bisa bersaing dengan

beragam aplikasi media sosial lainnya adalah sebagai berikut:

a. Pengikut

Sistem sosial di dalam Instagram adalah dengan menjadi

mengikuti akun pengguna lainnya, atau memiliki pengikut Instagram.

Dengan demikian komunikasi antara sesama pengguna Instagram

sendiri dapat terjalin dengan memberikan tanda suka dan juga

mengomentari foto-foto yang telah diunggah oleh pengguna lainnya.

b. Mengunggah Foto

Kegunaan utama dari Instagram adalah sebagai tempat untuk

mengunggah dan berbagi foto-foto kepada pengguna lainnya. Foto

yang ingin diunggah dapat diperoleh melalui iDevice ataupun foto-

foto yang ada di album foto di iDevice tersebut.

c. Kamera

Foto yang telah diambil melalui aplikasi Instagram dapat

disimpan di dalam iDevice tersebut. Penggunaan kamera melalui

4
http://e-journal.uajy.ac.id/4454/3/2KOM03387.pdf (diakses pada hari kamis tanggal 12 oktober
2017, jam 09:42)
70

Instagram juga dapat langsung menggunakan efek-efek yang ada,

untuk mengatur pewarnaan dari foto yang dikehendaki oleh sang

pengguna.

d. Efek foto

Pada versi awalnya, Instagram memiliki 15 efek foto yang dapat

digunakan oleh para pengguna pada saat mereka hendak menyunting

fotonya.

e. Judul foto

Setelah foto tersebut disunting, maka foto akan dibawa ke halaman

selanjutnya, dan foto tersebut akan diunggah ke dalam Instagram

ataupun ke jejaringan sosial lainnya. Di dalamnya tidak hanya ada

pilihan untuk mengunggah pada jejaring sosial atau tidak, tetapi juga

untuk memasukkan judul foto, dan menambahkan lokasi foto tersebut.

f. Publikasi Kegiatan Sosial

Sebagaimana kegunaan media sosial lainnya, Instagram menjadi

sebuah media untuk memberitahukan suatu kegiatan sosial dalam

cakupan lokal ataupun mancanegara. Cara yang digunakan untuk

mengikuti hal ini adalah dengan menggunakan label Instagram.

Dengan demikian Instagram menjadi salah satu alat promosi yang

baik dalam menyampaikan sebuah kegiatan itu. Contohnya seperti

pada label #thisisJapan yang dapat menarik perhatian para masyarakat

internasional untuk membantu bencana alam yang terjadi di Jepang

pada awal tahun lalu.


71

g. Publikasi organisasi

Di dalam Instagram juga banyak organisasi-organisasi yang

mempublikasikan produk mereka. Contohnya saja seperti Starbucks,

Red Bull, Burberry, ataupun Levi‟s. Banyak dari produk-produk

tersebut yang sudah menggunakan media sosial untuk

memperkenalkan produk-produk terbarunya kepada masyarakat, hal

ini dikarenakan agar mereka tidak harus mengeluarkan biaya sepeser

pun untuk melakukan promosi tersebut. Tidak hanya itu saja,

produsen tersebut dapat berinteraksi secara langsung dengan para

konsumen mereka melalui Instagram.

h. Geotagging

Setelah memasukkan judul foto tersebut, bagian selanjutnya

adalah bagian Geotag. Bagian ini akan muncul ketika para pengguna

iDevice mengaktifkan GPS mereka di dalam iDevice mereka. Dengan

demikian iDevice tersebut dapat mendeteksi lokasi para pengguna

Instagram tersebut berada. Geotagging sendiri adalah identifikasi

metadata geografis dalam situs web ataupun foto. Dengan Geotag,

para pengguna dapat terdeteksi lokasi mereka telah mengambil foto

tersebut atau tempat foto tersebut telah diunggah.

i. Jejaring sosial

Dalam berbagi foto, para pengguna juga tidak hanya dapat

membaginya di dalam Instagram saja, melainkan foto tersebut dapat

dibagi juga melalui jejaring sosial lainnya seperti Facebook, Twitter,


72

Foursquare, Tumblr, dan Flickr yang tersedia di halaman Instagram

untuk membagi foto tersebut.

j. Tanda suka

Instagram juga memiliki sebuah fitur tanda suka yang

fungsinya memiliki kesamaan dengan yang disediakan Facebook,

yaitu sebagai penanda bahwa pengguna yang lain menyukai foto yang

telah diunggah. Berdasarkan dengan durasi waktu dan jumlah suka

pada sebuah foto di dalam Instagram, hal itulah yang menjadi faktor

khusus yang mempengaruhi foto tersebut terkenal atau tidak.

k. Popular

Bila sebuah foto masuk ke dalam halaman popular, yang

merupakan tempat kumpulan dari foto-foto popular dari seluruh dunia

pada saat itu. Secara tidak langsung foto tersebut akan menjadi suatu

hal yang dikenal oleh masyarakat mancanegara, sehingga jumlah

pengikut juga dapat bertambah lebih banyak. Foto-foto yang berada di

halaman popular tersebut tidak akan seterusnya berada di halaman

tersebut, melainkan dengan berjalannya waktu akan ada foto-foto

popular baru lain yang masuk ke dalam daftar halaman dan menggeser

posisi kepopuleran foto tersebut.

l. Peraturan Instagram

Sebagai tempat untuk mengunggah foto-foto dari masyarakat

umum, ada beberapa peraturan tersendiri dari Instagram, agar para

pengguna tidak mengunggah foto-foto yang tidak sesuai dengan


73

peraturan. Peraturan yang paling penting di dalam Instagram adalah

pelarangan keras untuk foto-foto pornografi, dan juga mengunggah

foto pengguna lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. Bila ada salah

satu foto dari akun yang terlihat sama oleh pengguna lainnya, maka

pengguna tersebut memiliki hak untuk menandai foto tersebut dengan

bendera atau melaporkannya langsung kepada Instagram.

m. Penandaan foto dengan bendera

Menandai foto dengan sebuah bendera berfungsi bila pengguna

ingin melakukan pengaduan terhadap penggunaan Instagram lainnya.

Hal ini dilakukan bila sebuah foto mengandung unsur pornografi,

ancaman, foto curian ataupun foto yang memiliki hak cipta. Dalam

menandai sebuah foto dengan bendera (flagging), informasi mengenai

pihak yang telah menandainya akan tetap dijaga kerahasiaannya. 5

4.2 Deskripsi Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua remaja putri usia 22 dan

juga 23 tahun yang dijadikan informan dengan karakteristik yang sesuai atau

mendekati dari tema dan permasalahan penelitian yang diambil oleh peneliti.

Karakteristik tersebut ialah para remaja putri yang aktif mengunggah foto atau

video di Instagram sebagai salah satu media komunikasi yang mereka pilih

untuk mendukung eksistensi diri di media sosial Instagram.

5
(https://dailysocial.id/post/apa-itu-instagram diakses pada hari senin, 08 Januari 2018, pada pukul
23.30 wib)
74

1. Informan Pertama

Gambar 4.2 Informan Pertama.

Informan pertama bernama Alfi Lailatul Qodriyah berusia 22

Tahun dan dia merupakan mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan di UIN Syarifhidayatullah Jakarta. Mahasiswi semester 7 ini

biasa di panggil Alfi. ia selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu

mengakses internet serta mengikuti perkembangan media sosial. Selain

untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi, media sosial juga ia

gunakan untuk mengunggah foto yang menarik untuk ditunjukkin di depan

teman-temannya dan media sosial yang ia gunakan yaitu Instagram dan

sudah digunakan sejak 2013 lalu. Terhitung sejak 2013 hingga sekarang

alfi sudah memiliki sekitar 1,111 followers.

2. Informan Kedua

Gambar 4.3 Informan Kedua


75

Wulan Apriani atau yang biasa dipanggil Wulan berusia 23 tahun

merupakan informan kedua. Wulan salah satu mahasiswi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan semester akhir di UIN Syarifhidayatullah Jakarta.

Disela-sela kesibukannya Wulan selalu menyempatkan dirinya untuk

mengakses media sosial yang salah satunya ialah Instagram. Wulan

menggunakan Instagram sebagai salah satu media untuk mengekspresikan

dan mencari informasi serta berkomunikasi. Terhitung sejak 2011 hingga

sekarang, kini wulan memiliki 900 lebih followers.

3. Pengamat Media Sosial

Gambar 4.4
Nerisa Pitrasari (Pengamat media sosial dan pakar humas)

Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pengamat media

sosial dan pakar hubungan masyarakat, sekaligus External Communication

Professional PT. Pertamina (Persero), bernama Nerisa Pitrasari.


76

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1 Penggunaan Instagram

Bagian ini akan menjabarkan penemuan penelitian terkait dengan

penggunaan Instagram informan yang meliputi manfaat dari Instagram,

alasan menggunakan Instagram, frekuensi mengakses Instagram,

pertimbangan konfirmassi teman, dan perbedaan Instagram dengan media

sosial lainnya.

1. Manfaat Instagram

Instagram merupakan media sosial yang berisikan foto dan video

yang diunggah oleh penggunanya. Instagram dapat dikatakan media baru

(new media), media baru dapat dikatakan “media kedua” adalah

perkembangan dari bentuk media-media yang telah ada sebelumnya.

Media baru didasarkan pada sistem komputerisasi dan pola jaringan yang

terintegrasi secara global.

Instagram pun memiliki manfaat sebagai media sosial yang

memberikan informasi serta inspirasi dalam berfoto, seperti yang

disampaikan kedua informan berikut:

Informan 1
“Saya dapat berbagi inspirasi dan motivasi tentang berbagai hal,
mulai dari edukasi hingga dapat berinteraksi dengan orang lain.
Selain itu juga bisa dijadikan sebagai album digital. inspirasi yang
saya bagikan kepada followers dengan membagikan kata-kata bijak
dan memberikan caption pada beberapa foto dengan kata-kata yang
memberikan semangat”.
77

Gambar 4.5
Manfaat Instagram

Informan 2

“Saya bisa dapetin banyak informasi dari Instagram dan juga bisa
menunjukkan eksistensi lewat foto yang saya unggah. Misalnya
tempat makan yang enak dan bagus untuk berfoto serta tempat
liburan yang pemandangannya bagus. Bahkan banyak orang yang
awalnya tidak tahu tempat tersebut dan mengetahuinnya pun saat
mengakses aplikasi Instagram”.

Manfaat Instagram sama seperti media sosial lainnya, namun

Instagram hanya fokus pada foto, video atau pengeditan foto. Manfaat

positif dari Instagram ialah menuangkan ide kreatif melalui foto atau

mungkin sebagai media promosi dan informasi. Seperti yang disampaikan

oleh kedua informan, melalui Instagram mereka mendapatkan banyak

informasi mengenai tempat yang lagi trend saat ini dan juga dapat

menunjukkan eksistensi diri melalui foto yang diunggahnya.


78

2. Perbedaan Instagram dengan Media Sosial Lainnya

Media sosial sebagai sebuah situs internet yang begitu

menghipnotis penggunanya. Hal ini terbukti bahwa media sosial sebagai

ruang alternatif baru dalam mengekspresikan diri kepada lingkungannya

melalui apa yang akan diunggah. Media sosial menjadi bentukan baru

interaksi manusia dengan beragam kepentingan. Bahkan dikatakan bahwa

hal yang paling cepat berkembang dalam internet adalah munculnya

fenomena media sosial. menurut pengamat media sosial

“Setiap media sosial itu memiliki keunggulan tersendiri. Instagram


sebagai layanan media sosial berbasis foto/video, Instagram
menjadi jawaban tren visual marketing yang semakin berkembang
pesat. Soal urusan visual marketing Instagram disaingi dengan
Youtube, tetapi keunggulan Instagram adalah bisa menyajikan
konten video dan juga foto dengan kualitas setara, mudah
digunakan, dan cenderung lebih gampang ditelusuri lewat
perangkat mobile, khususnya smartphone”.

Setiap media sosial mempunyai karakteristik dan kegunaannya

yang berbeda-beda. Perbedaan Instagram dengan media sosial lainnya

yaitu, Instagram account sangat tepat untuk mengekspresikan diri melalui

foto dan video yang diunggah penggunanya. Melalui apa yang diunggah

dapat pula menggambarkan seperti apa diri kita saat berada di media

sosial. Seperti yang disampaikan kedua Informan sebagai berikut:

Informan 1

“Instagram: menggambarkan kepribadian kita dengan apa yang


kita unggah ke orang lain melalui foto. Twitter: memberikan
informasi dan update sekali dengan isu yang sedang berkembang.
Facebook: memberikan informasi yang terkadang benar dan tidak,
facebook juga banyak iklan dan gambar-gambar yang tidak pantas,
tetapi selain itu facebook juga memberikan kemudahan kepada
penggunanya untuk berkenalan dengan banyak orang. Path:
79

menunjukan hebatnya dunia maya, dengan path saya bisa update


lokasi saat hang out, foto, video dan kata-kata yang menarik, akan
tetapi pertemanan di path dibatasi jadi hanya orang-orang dikenal
lah yang bisa saling berteman. Email: berisikan data pribadi yang
sangat penting jadi tidak semua orang bisa mengetahui email orang
lain”.

Informan kedua memiliki akun Instagram sejak 2011 dan informan

kedua menyatakan bahwa media sosial lain yang dimilikinya pun umum

digunakan oleh orang banyak. Berikut penjelasan informan kedua

mengenai perbedaan media sosial Instagram dengan media sosial lainnya.

Informan 2

“Menurut saya, Instagram: untuk mengekspresikan diri lewat foto


dan video yang diunggah karena Instagram sepenuhnya memang
untuk itu. Twitter dan Facebook itu memberikan informasi dan juga
update sekali dengan berita yang lagi berkembang. Path digunakan
untuk update location, foto dan juga caption. Tapi banyak orang
menggunakan location dari path untuk memberitahu kepada
temannya bahwa mereka berada di tempat yang lagi ngetrend atau
tempat yang memberikan pemandangan yang bagus dan menarik.
Sedangkan email lebih ke urusan pribadi sih misalnya urusan kerja,
bahkan disetiap media sosial harus berhubungan dengan email”.

a. Alasan Menggunakan Instagram

Mendokumentasikan kehidupan dengan kamera dapat menjadi

pengalaman yang bertentangan. Di satu sisi, foto membuat kenang-

kenangan yang luar biasa. Di sisi lain, ada sesuatu yang dikatakan

sebagai cara menikmati teknologi. Sebuah studi baru-baru ini

diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology


80

menemukan bahwa berhenti pada saat berjalan untuk mengambil

gambar dapat meningkatkan pengalaman tertentu. 6

Namun kedua informan memiliki alasan tersendiri mengapa

menggunakan media sosial Instagram. Berikut pernyataan dari

masing-masing informan:

Informan 1

“Ingin mengabadikan momen-momen dengan gambar atau


video dan berbagi inspirasi dan motivasi di dalamnya serta
mencari informasi yang up to date. Dari mulai tempat untuk
berlibur, tempat untuk makan, online shop, tutorial make up,
pokoknya yang berhubungan dengan apa yang diinginkan
wanita mudah untuk ditemukan dalam Instagram. Bahkan di
Instagram untuk mempermudah pencarian bisa melalui
#Hastags. Saya pun memfollow salah satu selebgram yaitu
@bahjatina, sebenernya salah cukup banyak memfollow
selebgram tapi saya tertarik dengannya terutapa cara
berakaiannya yang unik”.

Informan 2

“Untuk membagikan momen-momen yang menurut saya


menarik di sebuah aplikasi yang dapat dilihat oleh orang
banyak. Jika sewaktu-waktu foto atau video di handphone
hilang, saya bisa cek Instagram saya untuk melihat foto atau
video tersebut bahkan bisa disave lagi di handphone tanpa
harus pusing. Saya pun juga memfollow akun Instagram
selebgram untuk melihat gaya berfoto yang menarik, cara
berpakaian agar terlihat up to date dan tidak norak. Menurut
saya untu mengetahui hal tersebut penting. Karena Instagram
seutuhnya menampilkan foto, seakan-akan dalam Instagram
berlomba-lomba menampilkan foto yang menarik perhatian
pengguna lainnya, mendapatkan banyak like, mendapatkan
banyak followers dan menadapatkan pujian dalam komentar”.

Kedua informan menggunakan Instagram ingin mengabadikan

momen yang menurutnya berharga kemudian diunggah ke Instagram.

6
(https://cnnIndonesia.com/gaya-hidup/diakses pada hari senin 09 januari 2017, pada pukul 12:00
wib).
81

Selain untuk mengabadikan momen, Instagram juga membuat

penggunannya berlomba-lomba mendapatkan banyak like, banyak

followers dan komentar yang isinya pujian.

b. Frekuensi Mengakses Instagram

Untuk mengetahui seberapa sering kedua informan mengakses

Instagram miliknya. Berikut pernyataanya:

Informan 1

“Saya menggunakan media sosial Instagram aktif tetapi tidak


terlalu sering mengaksesnya. Karena saya memiliki kegiatan
lain selain harus update di Instagram. Palingan ketika ingin
unggah foto saja baru aktif. Tidak terlalu ingin tahu berapa yang
nge like foto yang saya unggah. Palingan hanya ingin tahu
komentar yang diberikan sama temen. Karena kesibukkan saya
dan juga saya tidak media sosial addicted. Setiap hari pasti buka
Instagram hanya untuk lihat timeline nya dan untuk
mendapatkan informasi”.

Informan 2
“saya menggunakan media sosial terutama Instagram cukup
aktif. Ya kalau lagi bosan atau sedang menunggu di sebuah
tempat pasti yang dibuka aplikasi Instagram. Karena Instagram,
saya bisa lihat foto atau video semua orang tanpa harus di
follow. Tinggal lihat saja di explore. Bahkan ada beberapa akun
yang menghibur. Saya pun suka melihat akun Instagram tentang
tutorial make up, referensi cara berpakaian agar terlihat menarik,
akun Instagram yang menghibur dan akun Instagram yang ada
video anak kecilnya”.

Kedua informan memiliki pendapat yang berbeda-beda.

Informan pertama yang tidak sering mengakses Instagram dikarenakan

kesibukkan yang dijalaninnya, tetapi informan pertama masih sempat

meluangkan waktunya untuk melihat apa yang diunggah oleh para

teman-teman Instagram. Informan kedua sangat memperdulikan

Instagram dikarenakan ingin update apa yang sedang trend.


82

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hanya dengan melihat

unggahan orang lain di media sosial Instagram, tidak memberikan like

atau mengunggah di akun Instagram diri sendiri berdampak nyata

bagaimana pengguna memandang diri sendiri. studi yang diterbitkan

Journal of Telematics and Informatics ini dapat meningkatkan

kesadaran dikalangan pengguna Instagram.

Menurut penelitian yang dilansir di The Huffington Post, jam 2

dini hari dan jam 5 sore (selepas kerja) termasuk salah satu waktu yang

paling ideal untuk mengunggah foto di Instagram. Pasalnya jam-jam ini

orang cenderung membuka Instagram untuk mengecek linimasa. Tak

banyak yang mengunggah foto pada jam-jam ini. Jadi kemungkinan

foto yang diunggah akan dilihat lebih banyak orang. Menurut sebuah

studi yang dilakukan oleh Marvck terbaru yang dianalisis, sebagian

besar pengguna Instagram aktif antara jam 6 pagi sampai jam 12 siang.

Jadi pada jam-jam ini foto yang diunggah harus berpotensi menarik

perhatian followers. Menurut laporan data yang dikumpulkan oleh

TrackMaven, sebagian besar akun dengan followers ribuan,

mengunggah foto di jam-jam tak tentu. Namun dalam hal ini teori

efektivitas jam posting tidak berlaku. Pasalnya postingan mereka selalu

dilihat dan di beri like oleh sebagian besar followers.7

7
(https://merdeka.com/gaya/diakses pada hari senin 09 januari 2017, pada pukul 12:00 wib).
83

3. Instagram sebagai Media untuk Berkomunikasi

Secara umum, media diartikan sebagai wadah atau sarana. Media

merujuk pada saluran komunikasi melalui pesan yang akan disampaikan

dari satu pihak pada pihak lain. media komunikasi menjadi elemen penting

dalam proses komunikasi karena akan menentukan kapasitas dan kualitas

pesan yang disampaikan.

Komentar ataupun direct message merupakan salah satu bentuk

interaksi pada Instagram. Pengguna Instagram dapat berkomunikasi

melalui apa yang diunggahnya, selain itu pengguna nya pun dapat

berkomunikasi melalui direct message dan juga komentar untuk saling

memberikan pujian. Seperti pernyataan berikut:

Informan 1

“Dengan komentar, via direct message dan juga dengan unggah


foto kemudian di tag kepada orang yang bersangkutan yang ada di
foto tersebut. Direct message sangat privasi dan komentar dapat
dilihat oleh banyak orang. Dengan adanya direct message dan
komentar sangan membantu. Karena untuk berkomunikasi juga
dengan pengguna Instagram lainnya. Terutama jika ada foto saya
yang menarik bagi mereka pasti mereka akan memberikan
komentar”.
84

Gambar 4.6 Contoh Berkomunikasi 1

Informan 2

“Untuk berkomunikasi dengan teman palingan dengan kolom


komentar atau direct message. Tapi kadang juga dengan cara
nyampein lewat foto, itu kan salah satu bentuk komunikasi juga
dengan memberi caption pada foto atau memberikan tag location
pada sebuah foto. Direct message hanya saya saja yang bisa
melihat chatnya dan bersifat privasi tetapi jika komentar dapat
dilihat banyak orang dan bahkan bisa menjadi perbincangan orang
banyak jika komentarnya tidak baik. Saya sering memberikan
caption curhatan gitu jadi suka banyak aja komentar dari teman
dekat. Saya memberikan tag location untuk memberitahukan
kepada followers saya dimana saya mengambil gambar tersebut
dan juga untuk menunjukkan keberadaan saya”.
85

Gambar 4.7 Contoh Berkomunikasi 2

Dari apa yang disampaikan oleh informan diatas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa para pengguna Instagram berinteraksi atau

berkomunikasi melalui foto atau video yang mereka unggah atau

memberikan caption disetiap postingannya dan saling memberikan

komentar satu sama lain di foto tersebut.

“Menurut saya sangat membantu, seperti contoh saya berteman


dengan teman saya di Instagram, lalu saya chat dia melalui
whatsapp belum tentu dia membaca chat saya. Tetapi kalau saya
comment fotonya di Instagram ataupun mengirim pesan pada saat
dia megunggah Instastory dia malah cepat meresponnya. Karena
kebanyakan orang lebih suka lihat aplikasi media sosial
dibandingkan dengan aplikasi pengirim pesan. Di media sosial
banyak yang bisa dilihat sedangkan untuk aplikasi pengirim pesan
hanya orang yang ada di kontak HP saja yang saya bisa lihat”.
86

Dari pernyataan pakar media sosial, dengan adanya komunikasi

yang terjalin antara pengguna Instagram sangat efektif dan membantu.

Dalam media sosial, umpan balik, respon atau perhatian itu merupakan

nyawa layanan yang menjelma ke dalam bentuk fitur respon, seperti ruang

komentar (comment), tanda suka (like), atau pilihan menyebarkan konten

(share). Interaksi media sosial dapat dikategorikan. Konversasi

(conversation) aktivitas percakapan diantara pengguna, Amplifikasi

(amplification) aktivitas penyebaran atau perluasan pesan, Aplau

(applause) aktivitas respon singkat dengan ikon tertentu. Ketiga kategori

tersebut dapat memandu kita untuk mengukur nilai dalam kegiatan media

sosial. Poros utama dalam fitur media sosial Instagram adalah comment,

send to (share) dan like. Mengukur elemen tersebut lebih penting dari

sekedar pertumbuhan jumlah pengikut (followers).

Peneliti mencoba mencari tahu apakah kedua informan pernah

menghapus komentar yang menurutnya akan menjatuhkan citra diri yang

telah dibangun diInstagram. Informan pertama “menyatakan bahwa ia

tidak pernah menghapus komentar yang tidak baik, cukup diabaikan saja

atau diberikan balasan yang secukupnya”. Lain lagi dengan informan

kedua “yang memilih untuk mematikan kolom komentar untuk tidak ada

lagi perkataan yang dapat menjatuhkan citra diri nya yang sudah dibangun

di Instagram”.

Pada fungsi inilah bahasa dipandang sebagai pembangun realitas

melalui makna yang dilekatkan padanya. Instagram menjadi arena sosial


87

baru dengan segala atribut pencitraan yang tersedia didalamnya.

Kesadaran pengguna akan keterlibatannya di ruang maya ini memberikan

mereka pemahaman mengenai bagaimana diri dibentuk melalui permainan

peran dan pencitraan.

4. Pertimbangan Konfirmasi Pertemanan di Instagram

Kenyamanan dalam komunikasi, keterbukaan diri dan perasaan

percaya merupakan aspek penting dalam proses hubungan di media sosial.

Kedekatan sosial dan aspek familiarity kerap menjadi patokan individu

dalam memulai hubungan dengan individu lain. Ketika individu terlibat di

media sosial mereka seperti berada di ruang kaca. Dalam kondisi

demikian, pengelolaan privacy menjadi hal penting untuk membentuk

perlakuannya pada informasi yang mereka letakkan di ruang maya.

Masing-masing informan memiliki followers yang berbeda-beda di

Instagram. Setiap informan mempunyai pertimbangan sendiri dalam

memfollow back pertemanan di Instagram. Untuk mengetahui apakah

informan sangat selektif dalam mem followback dan apa saja yang menjadi

pertimbangannya, berikut pernyataannya:

Informan 1

“Iya! Karena terlihat sedikit tidak nyaman jika terlalu banyak orang
yang tidak dikenal dan juga menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan terkait dengan maraknya kriminalitas di media sosial.
Followers penting bagi saya, untuk mendapatkan like sehingga
dapat dikenal oleh orang banyak”.
88

Informan 2

“Tentunya, terlebih orang-orang yang memang dikenal pasti di


followback tapi untuk orang asing ya di diemin aja palingan. Saya
pun mem protect akun Instagram karena pengen terlihat privasi aja.
Tapi sewaktu-waktu saya unprotect kok ya untuk biar lebih banyak
orang yang dapat melihat foto yang saya unggah”.

Informan pertama memilih untuk tidak mem followback orang yang

tidak dikenal, untuk menghindari dari kriminalitas di media sosial. Seperti

yang dijelaskan undang-undang informasi dan transaksi elektronik (UU

ITE), undang undang nomor 11 tahun 2008 yang mengatur tentang

informasi serta transaksi elektronik atau teknologi informasi secara umum.

Kontennya perbuatan yang dilarang (cybercrimes).

Privacy pada Instagram memberikan sebuah batasan antara

keluasan ekspresi dan ancaman keamanan akan informasi diri,

sebagaimana juga dunia maya yang memberikan ruang pelepasan

ekspresivitas yang jujur sekaligus arena yang riuh untuk membangun

identitas palsu.

5. Hal-Hal yang Ditampilkan di Instagram

Halaman-halaman pada Instagram kerap menjadi panggung depan

yang banyak “dikelola” melalui tampilan informasi tentang diri yang

bersifat personal, namun sekaligus menjadi ruang terbuka yang segera

dapat diakses oleh publik dalam media sosial nya.

Tampilan dalam Instagram sangatlah penting bagi kedua informan.

Untuk menunjukkan diri terbaik mereka dan membuat citra yang baik

dihadapan pengguna Instagram lainnya. Untuk mengetahui hal-hal apa


89

saja yang ditampilkan oleh para informan di Instagram miliknya, berikut

pernyataannya:

Informan 1

“Foto dan video yang menarik, natural serta jujur tanpa


dimanipulasi dengan editan yang sekarang ini sudah banyak
menipu”.

Informan 2

“Foto dan video yang bagus, menarik untuk dilihat dan tidak
memalukan untuk diri sendiri tentunya”.

Dari hasil wawancara menyatakan bahwa kedua informan memiliki

alasan yang sama untuk menampilkan sesuatu yang menarik di Instagram

miliknya. Informan memberikan tampilan yang terbaik pada setiap foto

atau video yang akan diunggahnya, sehingga dapat memberi perhatian

kepada pengguna Instagram lainnya serta membangun citra diri yang baik.

Disinilah pengguna dituntut memiliki kemampuan mengelola

Instagram sebagai panggung depan dengan informasi panggung belakang

sebagai bentuk pelepasan diri dari dunia nyata.

Seperti yang diutarakan pengamat media sosial sebagai berikut:

“Karena lewat Instagram kita bisa menceritakan siapa diri kita


melalui foto/video. kita dapat menunjukkan kegiatan sehari-hari,
mulai dari hal yang kita kerjakan, teman-teman atau lingkungan
pergaulan. Semua hal yang bisa dilakukan itupun bisa dibilang
bukan hanya soal pamer, tetapi memang salah satu kebutuhan dasar
manusia untuk menunjukkan eksistensi dirinya dan keperluan
untuk merasa dirinya penting”.
6. Hal-Hal yang Tidak Ditampilkan di Instagram

Sesuatu yang tidak ditampilkan di Instagram memiliki pertimbangan

yang sangat matang bagi kedua informan, dikarenakan akan kesan


90

pengguna lainnya. Kesan yang diberikan kepada followers sangat

berdampak bagi informan. Jika menampilkan sesuatu yang tidak menarik

tentu komentar yang diterimanya akan kurang baik serta like yang

diberikan menjadi sedikit, serta berdampak terhadap citra diri yang akan

disampaikannya. Informan memilih tidak menampilkan hal sebagai

berikut:

Informan 1
“Hal-hal yang foto saya nya lagi jelek haha soalnya itu penting.
Bisa-bisa yang komentar isinya kata-kata yang kurang enak untuk
dilihat. Karena saya tidak mau di Instagram pribadi saya terlihat
kurang bagus”.

Informan 2

“Hal memalukan misalnya foto atau video saya tidak menarik


untuk dilihat, kelakuan yang norak dan juga hal yang tidak pantas
untuk diunggah di Instagram. Apalagi kan Instagram itu umum ya,
siapa saja bisa akses tanpa ada batasan umur jadi lebih hati-hati aja
untuk unggah hal yang tidak baik”.

Hal yang tidak ditampilkan oleh informan kepada followersnya

merupakan panggung belakang (back stage) di panggung inilah para aktor

identitas asli para aktor yang tidak boleh diketahui oleh orang banyak.

7. Kesan-Kesan yang Ditampilkan Pengguna Instagram

Manajemen kesan (Impression management) menyoroti dimana

seseorang yang ingin dilihat orang lain dan berusaha untuk menyajikan

citra dirinya dalam cara-cara tertentu. Individu melakukan proses ini

dimana akan menseleksi dan mengontrol perilaku mereka sesuai dengan

situasi dimana perilaku itu dihadirkan serta memproyeksikan pada orang

lain dengan membangun citra yang diinginkannya. Setiap individu


91

mempunyai langkah-langkah khusus yang berbeda dengan individu lain,

sehingga mengarah pada proses manajemen kesan berdasarkan apa yang

ditampilkan mereka di media sosial Instagram. Seorang pengguna

Instagram yang berinteraksi dengan sesama teman di Instagram tidak

terlepas dengan kesan yang sebenarnya ingin ditampilkan.

Untuk mengetahui kesan apa saja yang ingin ditampilkan oleh para

informan, berikut pernyataan dari informan.

Informan 1
“Kesan yang bahagia, senang saat bareng orang terdekat. Saat
liburan bareng atau jalan bareng temen trus saya unggah foto
dengan caption yang bahagia saat bersama mereka untuk
menggambarkan perasaan di foto itu. Dengan menampilkan kesan
yang apa adanya jujur tanpa dibuat-buat agar terlihat natural saat di
foto”.

Informan 2
“Tentunya yang menyenangkan. Kalau unggah foto sedih atau
cemberut tidak enak juga dilihat sama orang. Jadi, saya unggah foto
atau video yang menunjukkan bahwa saya bahagia. Biasanya sih
kalau lagi hang out ngeshare foto yang menunjukkan momen-
momen bahagia saat bareng temen dan tag location juga biar jelas
lagi dimana. Menurut saya dengan saya unggah foto yang
menunjukkan kesan bahagia, senang, ceria dan tidak unggah hal
yang aneh-aneh pasti followers saya pun menilai bahwa saya bukan
wanita sembarangan mengunggah hal yang tidak baik. Adanya
media sosial kan untuk mempermudah penggunanya berkenalan
dengan banyak orang bukan untuk memberikan informasi yang
tidak baik”.

Bahasa, cara bicara, pakaian, perilaku non-verbal dan beragam

perilaku simbolik merupakan atribut yang digunakan individu pada

panggung depan. Perangkat ini didukung oleh setting yang disiapkan dan

dibentuk sedemikian rupa hingga mendukung kesan yang akan

dibentuknya. Pada proses ini kedua informan mengelola kesan yang


92

diinginkan melalui apa yang akan diunggahnya serta foto seperti apa yang

menggambarkan kesan yang ingin disampaikan. Pengelolaan kesan

merupakan cara dimana individu mengarahkan kesan tertentu pada situasi

tertentu sehingga pihak lain dapat membentuk pandangan sebagaimana

yang kita inginkan. Kesan yang mereka bangun sejalan dengan penilaian

yang akan mereka berikan pada orang lain dengan kesan yang sama,

demikianlah kesan diri tidak dapat terbangun tanpa kehadiran orang lain

sebagaimana individu menempatkan dirinya sebagai orang lain untuk

menilai dirinya sendiri, sehingga mereka membangun pemaknaan atas

orang lain yang ada pada Instagram mereka.

8. Swafoto di Instagram

Swafoto merupakan suatu media untuk mengekspresikan diri dan

berkomunikasi. Swafoto baik bagi para remaja putri karena secara umum

dapat mendorong seseorang untuk menerima dan menghargai diri sendiri

apa adanya. Jika dilakukan dengan benar dan tidak berlebihan. Swafoto

dapat bermanfaat sebagai media eksplorasi diri karena memungkinkan

seseorang untuk melihat gambaran diri sendiri sebagaimana orang lain

melihat dirinya sendiri (Rutledge, 2013).8

Swafoto telah menjadi fenomena di media sosial bahkan tidak ada

batasan usia untuk melakukan swafoto. Informan kedua yang cukup sering

8
( http://eprints.unm.ac.id/4114/ diakses pada hari selasa, 09 Januari 2018, pada pukul 08.00 wib)
93

melakukan swafoto kemudian diunggah ke Instagram. Seperti pernyataan

berikut:

Informan 1

“Tidak sering. Saya juga orang yang tidak terlalu suka swafoto.
Entah alesannya apa tapi kayaknya terlalu males aja foto sendiri
dan dengan wajah full gitu”.

Informan 2
“Dibilang sering sih tidak. Cuman untuk foto diri sendiri ya
lumayan banyak, kalau terlalu banyak swafoto kayaknya aneh
banget sih”.

Kegemaran mengunggah swafoto ke media sosial akan

mengarahkan seseorang ke arah narsisme. (Buffardi dan Campbel, 2010:

1303-1314) memaparkan terdapat hubungan positif antara narsisme dan

pengguna media sosial. Karena narsisme sangan memedulikan penampilan

fisik seseorang. Media sosial Instagram merupakan media sosial yang

memungkinkan penggunanya mengunggah foto dan video untuk

dipublikasikan ke teman atau orang lain.

9. Eksistensi dalam Instagram

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, eksistensi

memiliki arti sebagai keberadaan. Eksistensi diri dalam media sosial

sangatlah penting untuk menunjukkan keberadaanya dalam dunia maya.

Foto dimaknai tidak hanya sebagai identitas penampakkan untuk

mengenali seseorang, tapi juga dimaknai sebagai atribut yang membangun

identitas sosial individu, status, gaya hidup, kelas sosial, dan ajang

eksistensi diri. Foto membangun realitas diri melalui tampilan gambar


94

yang ada dalam foto tersebut, cara pengambilan gambar, latar belakang

(setting), event ketika foto tersebut diambil hingga pose yang membangun

pencitraan tertentu pemiliknya.

Kedua informan berusaha menunjukkan keberadaannya melalui

pernyataan sebagai berikut:

Informan 1
“Menurut saya swafoto merupakan salah satu dari eksistensi dalam
Instagram. Karena ingin menunjukkan sesuatu pada swafoto
tersebut. Entah dari apa yang dia pakai di area wajah atau tidak ada
orang lain yang akan mengambil gambarnya jadi melakukan
swafoto ingin menunjukkan sesuatu yang bagus. Foto yang cantik,
bagus serta menarik jufa foto yang banyak di like dapat
memberikan dampak pada perhatian pengguna Instagram. Karena
jarang melakukan swafoto dan juga kebiasaan ketika abis
mengunggah langsung di logout akunnya jadi kurang
memperhatikan like yang diberikan kepada pengguna lainnya oleh
apa yang saya unggah”.

Informan 2
“Menurut saya swafoto menunjukkan eksistensi diri. Karena
didalam swafoto ada sesuatu lebih yang ingin ditunjukkan. Seperti
memakai make up dengan brand mahal, bahkan ada yang
melakukan swafoto untuk menunjukkan bahwa dia menggunakan
jasa make up artist. Foto yang menunjukkan akan eksistensi dirinya
yaitu foto dengan teknik pengambilan gambarnya sempurna, tidak
menunjukkan kekurangan apapun, banyak di like sama pengguna
Instagram lainnya, mendapatkan pujian melalui komentar dan
menunjukkan sisi kemewahannya seperti memakai jasa
photographer dan menunjukkan apa yang dikenakannya”.

Agar tetap menarik perhatian pengguna Instagram maka

dibutuhkan kreatifitas dari setiap pelaku dalam mengunggah foto dan

video pada akun miliknya. Jika semakin banyak orang yang menyukai foto

dan video miliknya maka akan semakin diingat. Kreatifitas bisa muncul

karena pemikiran sendiri atau melihat dari orang lain lalu diinovasikan.
95

Informan kedua pun memiliki teknik tersendiri untuk menampilkan hasil

foto yang baik tanpa memperlihatkan kekurangannya.

Dari jawaban kedua informan dapat disimpulkan bahwa foto yang

menggambarkan eksistensi diri di dalam media sosial Instagram adalah

foto yang sempurna, memiliki tingkat kreatifitas dan juga tidak

menunjukkan kekurangannya. Jadi kedua informan membutuhkan teknik

untuk memposisikan tubuhnya supaya tetap terlihat sempurna.

10. Perbandingan Antara Swafoto dan Foto Lainnya

Studi baru menemukan swafoto tidak hanyak memberi dampak

psikologis untuk pelakunya tetapi juga terhadap teman-teman di media

sosial. Menurut peneliti dari Penn State University, melihat swafoto

keseringan berhubungan dengan penghargaan diri dan kepuasan hidup

lebih rendah. Sedangkan foto yang memperlihatkan pemandangan atau

foto dengan banyak orang tampaknya kurang diminati oleh pengguna

media sosial dikarenakan penghargaan yang didapatkan bukan untuk diri

sendiri.9

Peneliti mencoba mencari tahu perbandingan antara swafoto dan

foto lainnya. Adanya trend swafoto pada media sosial apakah berpengaruh

terhadap like yang diberikan kepada foto lainnya. Swafoto merupakan

sebuah fenomena di media sosial dimana pengguna media sosial seakan

berlomba-lomba melakukan swafoto dengan hasil yang terbaik. Bahkan

swafoto dapat dianggap sebagai salah satu cara untuk melakukan

eksistensi diri melalui apa yang ditampilkan pada swafoto, mulai dari apa
9
( https://Lifestyle.kompas.com/diakses pada hari rabu 27 Desember 2017, pada pukul 10.11 wib)
96

yang dikenakan atau make up apa yang dipakai sehingga wajahnya terlihat

sempurna. Berikut pernyataan dari kedua informan mengenai

perbandingan antara swafoto dengan foto lainnya:

Informan 1
“Karena jarang melakukan swafoto dan juga kebiasaan ketika abis
mengunggah langsung di logout akunnya jadi kurang
memperhatikan like yang diberikan pengguna lainnya oleh apa
yang saya unggah. Followers saya banyak yang lebih suka foto
pemandangan dan foto full body. Karena memang jarang sekali
unggah swafoto dan kurang percaya diri juga dengan hasil ketika
melakukan swafoto”.
Informan 2

“Tentunya like untuk swafoto terkadang lebih banyak


dibandingkan dengan foto pemandangan atau foto tempat hang out.
Karena swafoto kan seperti nunjukkin diri sendiri dengan gambar
yang lebih dekat dan bukan full body. Entah kenapa banyak orang
yang tertarik untuk swafoto dan swafoto itu bikin nagih gitu ketika
hasil swafotonya bagus. Like yang saya dapatkan untuk hasil
swafoto sekitar 100 lebih”.
Jawaban kedua informan sangatlah berbeda. Informan pertama

tidak percaya diri dengan swafoto akan tetapi followersnya lebih menyukai

foto dirinya yang full body dan foto pemandangan. Sementara informan

kedua sangat menyukai swafoto dikarenakan banyak yang memberikan

like sehingga membuatnya semakin percaya diri.

11. Tujuan Mengunggah Foto di Instagram

Setiap media sosial terutama Instagram pasti memiliki tujuan serta

pertimbangan dalam mengunggah sebuah foto atau video. untuk

menunjukkan kepada followersnya kedua informan rela mengambil

gambar sebanyak mungkin kemudian dipilih yang terbaik guna

mendapatkan kesan yang diinginkannya. Mengunggah foto bukanlah hal


97

yang mudah. Informan pertama memilih tidak mengunggah sesuatu yang

berhubungan dengan kehidupan pribadinya akan tetapi informan pertama

sangat selektif untuk memilih gambar yang akan diunggahnya. Informan

kedua yang memilih tidak mengunggah sesuatu yang tidak menarik akan

tetapi motif informan kedua mengunggah sebuah foto di Instagram untuk

dikenal orang banyak. Berikut pernyataannya:

Informan 1

“Untuk menunjukkan sesuatu yang menurut saya indah untuk


ditunjukkan kepada followers saya. Misalnya foto pemandangan
dan foto yang menarik tentunya. Saya mengambil gambar cukup
banyak kemudian saya memilih yang terbaik untuk diunggah. Jika
saya memiliki foto yang menarik pasti diunggah dan saya juga
tidak akan mengunggah foto yang saya nya jelek, karena
penampilan dalam Instagram penting juga ya untuk memberikan
kesan pertama yang baik. Akan tetapi saya tidak akan mengunggah
sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan pribadi saya”.

Informan 2
“Tentunya untuk dikenal orang banyak apalagi bisa dapetin teman
baru melalui Instagram. Followers penting untuk saya, Instagram
kan tempat untuk mendapatkan followers yang banyak , banyak
followers pun dapat menguntungkan saya juga. Jika ada foto yang
menarik pasti saya mengunggah tetapi kalau lagi tidak ada foto
yang menarik pasti tidak saya unggah palingan cukup lihat atau
memberikan like di Instagram saja. saya sangat sering mengakses
Instagram, untuk sehari pun tidak dapat dihitung. Saya tidak akan
mengunggah sesuatu yang sangat privacy. Bagi saya tidak semua
hal bisa saya unggah di Instagram. Terutama dengan adanya story
gram pasti saya sangat hati-hati untuk mengunggah kegiatan
sehari-hari”.

Peneliti menyimpulkan, bahwa kedua informan selalu berhati-hati

dengan apa yang diunggahnya. akan tetapi, kedua informan sangat peduli
98

dengan banyak teman dan bahkan sangat senang dengan adanya followers

yang banyak.

12. Menghasilkan Sebuah Foto yang Menarik

Instagram merupakan sebuah platform media sosial dalam bidang

fotografi, jadi sudah sangat jelas bahwa foto memegang peranan penting.

Ketika ingin mengunggah foto apapun pada Instagram, pastikan

kualitasnya bagus, baik dari segi pencahayaan, proposisi, warna dan lain

sebagainnya. Apabila perlu, gunakan kamera professional untuk

mengambil foto agar hasilnya benar-benar jernih.

Dalam kerangka persentasi diri, foto memainkan beberapa fungsi

dengan tingkatan yang berbeda, sebagai artefak yang tidak hanya

mengkomunikasikan karakteristik fisik individu namun juga aspek konsep

diri dimana kebanggaan atas diri tertanam dalam foto yang dipilih

pemiliknya, selain itu foto juga sebagai pembuktian atas apa yang

dibanggakannya. Seperti pernyataan berikut ini:

Informan 1

“iya saya memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan sebuah foto


yang menarik dan artistik. Biasanya melalui editan foto lewat
aplikasi di smartphone. Terkadang saya pergi ke suatu tempat yang
terlihat instagrammable banget untuk saya unggah di Instagram.
menurut saya menunjukkan tempat yang menarik dan artistik
menambah like pada foto saya. Itu tujuan saya mengunggah sebuah
foto”.
99

Gambar 4.8 Menghasilkan Foto Yang Menarik

Informan 2

“pasti semua orang yang memiliki media sosial apalagi Instagram


memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan sebuah foto yang
menarik. Kalau saya pastinya sebelum diunggah harus diedit
dahulu. Untuk membuat foto lebih kelihatan hidup dan berwarna.
Terkadang foto yang saya potret dari kamera HP masih kurang
bagus. Entah kenapa saya lebih suka jika kesuatu tempat terutama
tempat makan, setelah makanannya datang saya sempatkan untuk
mengambil gambar dahulu kemudian saya unggah di Instagram.
mungkin itu sudah kebiasaan”.
100

Gambar 4.9 Menghasilkan Foto Yang Menarik 2

Berbeda dengan informan pertama, informan kedua sangat

mementingkan penampilan dirinya saat berada di Instagram karena tidak

ingin kelihatan kekurangan dirinya di hadapan para followers dan tentunya

ingin mendapatkan like yang banyak.

Ketika pengguna Instagram mengunjungi akun profil anda dan

melakukan scroll, kemungkinan besar mereka tidak akan meluangkan

waktu untuk menganalisis setiap foto dan membaca caption yang anda

tulis. Tetapi, jika foto anda berhasil menangkap perhatian mereka, tanpa

diminta pun mereka akan membuka foto-foto tersebut dan melakukan

interaksi. Gunakan warna-warna terang, pengaturan kontras yang tinggi,


101

teks berukuran besar, atau elemen apapun yang akan menimbulkan kesan

eye-catching pada foto yang diunggah.

Dalam penelitian ini pengguna media sosial Instagram

menimbulkan perilaku untuk mengeksistensi diri dapat dilihat dari

jawaban yang diberikan kedua informan kepada peneliti. Pengguna

mengunggah foto atau video saat berada di tempat-tempat yang memiliki

makna tersendiri bagi kedua informan seperti saat liburan dan saat hang

out bersama teman dan keluarga serta sangat peduli dengan apa yang

kedua informan unggah seperti tidak akan mengunggah jika di foto mereka

tidak menarik atau tidak terlihat bagus. Hal ini muncul karena jaringan

internet yang telah menguasai dunia. Internet melahirkan media sosial,

yang semua kalangan terutama para remaja putri sudah pasti tentu

menggunakannya dikehidupan sehari-hari mereka dengan fasilitas

handphone canggih yang saat ini dikenal dengan sebutan smartphone.

Dari media sosial lahir sebuah aplikasi yang bernama Instagram.

Instagram memiliki karakteristik yang berbeda dari yang lain sehingga

mempunyai ketertarikan sendiri oleh para pengguna. Dengan cara

berkomunikasi yang ditampilkan melalui sebuah foto dan video dengan

berbagai macam ekspresi, pengambilan gambar dan objek gambar yang

lebih menjelaskan informasi yang dimaksudkan dalam foto dan video

tersebut.
102

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1. Interpersonal Deception Theory

Teori Interpersonal Deception Theory-IDT (Judee K. Burgoon dan

David Buller), memandang “deception” sebagai perilaku kebohongan yang

sengaja dan terarah dengan memberikan keterangan atau informasi yang tidak

benar dalam proses komunikasi. Teori memiliki beberapa aspek dalam

perilaku kebohongan. Pertama, Strategic, tindakan yang sengaja dilakukan

untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau yang menguntungkan pihak lain.

Kedua, Information Management, yakni proses pengelolaan dan pemilihan

informasi yang akan disampaikan pada orang lain. Ketiga, Behavior

Management, terkait dengan pengelolaan pesan non-verbal dan aspek tingkah

laku lainnya yang dapat menciptakan makna tertentu. Keempat, Image

Management, adalah proses pengelolaan kesan diri yang secara umum akan

membentuk penilaian orang lain pada pelakunya (Burgoon dan Keller, dalam

Littlejohn dan Foss, 2009:550).

Dari pengertian tersebut dapat dikaitkan dengan hasil yang diperoleh

peneliti, bahwa kedua informan melakukan perilaku kebohongan publik

dengan memanfaatkan Instagram untuk melakukan eksistensi diri , seperti

yang utarakan oleh kedua informan:

Informan 1

“iya saya mengunggah foto yang menarik, bagus serta cantik


tanpa ada kekurangan. Akan tetapi saya mengunggah foto
tidak memakai editan jadi hasil kamera saja agar tetap terlihat
natural dan tidak berlebihan dan saya sering mengunggah foto
yang menampilkan pakaian yang saya kenakan”.
103

Informan 2

“menurut saya foto yang teknik pengambilan gambarnya


sempurna, tidak menunjukkan kekurangan apapun, banyak di
like sama pengguna Instagram lainnya, mendapatkan pujian
melalui komentar dan menunjukkan sisi kemewahannya
seperti memakai jasa fotografer dan menunjukkan apa yang
dikenakannya”.

Aktivitas komunikasi bermedia komputer (CMC) ini sangat

berpotensi munculnya fenomena kebohongan komunikasi dalam kaitannya

dengan proses pengelolaan kesan diri individu. Alat-alat yang digunakan

dalam berkomunikasi adalah dengan memanfaatkan semua fitur-fitur yang

disediakan Instagram seperti unggah foto, video, komentar dan Direct

Message. Aktivitas yang dilakukan pengguna Instagram adalah

mengkomunikasikan moment-moment yang dilakukan dengan mengunggah

foto atau video serta memberikan tag location, tag person dan memberikan

caption untuk menjelaskan perasaan yang ada dalam foto atau video tersebut.

Seperti pernyataan kedua informan, yaitu:

Informan 1

“Dengan komentar, via direct message dan juga dengan


unggah foto kemudian di tag kepada orang yang bersangkutan
yang ada di foto tersebut. Direct message sangat privasi dan
komentar dapat dilihat oleh banyak orang. Dengan adanya
direct message dan komentar sangan membantu. Karena untuk
berkomunikasi juga dengan pengguna Instagram lainnya.
Terutama jika ada foto saya yang menarik bagi mereka pasti
mereka akan memberikan komentar”.
Informan 2

“Untuk berkomunikasi dengan teman palingan dengan kolom


komentar atau direct message. Tapi kadang juga dengan cara
nyampein lewat foto, itu kan salah satu bentuk komunikasi
juga dengan memberi caption pada foto atau memberikan tag
104

location pada sebuah foto. Direct message hanya saya saja


yang bisa melihat chatnya dan bersifat privasi tetapi jika
komentar dapat dilihat banyak orang dan bahkan bisa menjadi
perbincangan orang banyak jika komentarnya tidak baik. Saya
sering memberikan caption curhatan gitu jadi suka banyak aja
komentar dari teman dekat. Saya memberikan tag location
untuk memberitahukan kepada followers saya dimana saya
mengambil gambar tersebut dan juga untuk menunjukkan
keberadaan saya”.

Kondisi “bermedia” dengan anonimitas yang tinggi dan ketiadaan

petunjuk non-verbal yang jelas membuat aktivitas CMC menjadi ruang yang

subur bagi munculnya perilaku deception. Kenyataan tersebut didukung oleh

Hipotesis Jarak Sosial (Social Distance Hypothesis) yang berasumsi bahwa

individu cenderung akan melakukan kebohongan pada media komunikasi

yang tidak kaya dalam kaitannya dengan perasaan aman akan petunjuk non

verbal yang akan memperlihatkan kontradiksi. Kajian ini melihat bagaimana

proses pengelolaan diri (impression management) berlangsung dalam

interaksi CMC yang dapat diteropong melalui teori Interpersonal Deception

Theory.

4.4.2. Teori Dramaturgi

Menurut Goffman suatu arena kegiatan yang terdiri dari serangkaian

kegiatan individu-individu yang saling mempengaruhi tindakan mereka satu

sama lain, ketika masing-masing berhadapan secara fisik. Para aktor adalah

mereka yang melakukan tindakan-tindakan atau penampilan rutin (1959:15).

Goffman menyaksikan bahwa individu dapat menyajikan suatu pertunjukkan

(show) bagi orang lain, tetapi kesan (impression) yang diperoleh khalayak

terhadap pertunjukkan itu bisa berbeda-beda. Dalam drama kehidupan


105

terdapat acting yang dimainkan oleh seorang aktor saat berada di panggung

depan (front stage) dan panggung belakang (back stage).

Dalam media sosial ternyata sangat penting untuk menunjukkan kesan

pertama yang baik dan tentunya dapat menarik perhatian pengguna

Instagram. Dramaturgi mengungkapkan bahwa penampilan saat berada di

panggung depan sangat berpengaruh, sedangkan panggung belakang hanyalah

rahasia dan jangan sampai ada yang tahu. Karena dapat merusak kesan yang

sudah ditampilkan dalam panggung depan.

Panggung depan (front stage) yakni perilaku tertentu yang

diekspresikan secara khusus agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si

pelaku (aktor), seperti yang diutarakan oleh kedua informan, sebagai berikut:

Informan 1

“Foto dan video yang menarik, natural serta jujur tanpa dimanipulasi
dengan editan yang sekarang ini sudah banyak menipu. Kesan yang
bahagia, senang saat bareng orang terdekat. Saat liburan bareng teman
atau jalan bareng temen kemudian saya unggah fotonya dengan
caption yang bahagia saat bersama mereka untuk menggambarkan
perasaan. Dengan menampilkan kesan yang apa adanya dan jujur
tanpa dibuat-buat agar terlihat natural saat difoto. Saya tidak memiliki
cara untuk menghasilkan foto yang menarik cukup natural gambar
yang dihasilkan saja tapi balik lagi jika saya nya jelek ya lebih baik di
foto ulang. Saya tidak terlalu suka mengedit foto intinya apa adanya”.

Informan 2

“Foto dan video yang bagus, menarik untuk dilihat dan tidak
memalukan untuk diri sendiri tentunya. Kesan yang
menyenangkan. Kalau unggah foto sedih atau cemberut tidak
enak juga dilihat sama orang. Jadi, saya unggah foto atau video
yang menunjukkan bahwa saya bahagia. Biasanya sih kalau lagi
hang out suka ngeshare foto yang menunjukkan moment bahagia
saat bareng temen dan tag location supaya jelas lagi dimana.
Menurut saya, dengan saya unggah foto yang menunjukkan kesan
106

bahagia, senang, ceria dan tidak mengunggah hal yang aneh-aneh


pasti followers saya pun menilai bahwa saya bukan wanita yang
sembarangan mengunggah hal yang tidak baik. Adanya media
sosial kan untuk mempermudah penggunanya berkenalan dengan
banyak orang bukan untuk memberikan informasi yang tidak
baik”.

Dalam panggung depan terdiri atas dua aspek peralatan lengkap

yang para aktor gunakan dalam menampilkan diri, appearance

(penampilan) dan manner (gaya) keduanya berfungsi untuk menunjukkan

status sosial seseorang berdasarkan apa yang ditampilkannya. Serta

appearance dan manner digunakan untuk memaksimalkan peran yang

dimainkan dalam situasi tertentu menjadi bagian dari manajemen kesan.

Panggung belakang inilah segala persiapan aktor disesuai kan

dengan apa yang akan dihadapi di lapangan, untuk menutupi identitas

aslinya. Panggung ini disebut juga panggung pribadi, yang tidak boleh

diketahui oleh orang lain, sesuai dengan pertanyaan yang diberikan

peneliti kepada kedua informan “hal apa saja yang tidak anda tampilkan

di Instagram?”, berikut jawabannya:

Informan 1
“Yang tidak saya tampilkan foto yang saya nya tidak cantik.
Karena itu penting bisa-bisa yang komentar isinya kata-kata yang
kurang enak untuk dilihat. Saya tidak mau di Instagram pribadi
saya terlihat kurang bagus”.
Informan 2

“Yang tidak saya tampilkan sesuatu yang memalukan misalnya


foto atau video saya tidak menarik untuk dilihat, kelakuan yang
norak dan juga hal yang tidak pantas untuk diunggah di
Instagram. Apalagi kan Instagram itu umum ya siapa saja bisa
akses tanpa ada batasan umur. Jadi, lebih hati-hati saja untuk
unggah hal yang tidak baik”.
107

Pernyataan kedua informan dapat disimpulkan bahwa

perbandingan antara penampilan di Instagram dengan penampilan sehari-

hari nya sangatlah berbeda dengan kenyataan. Seseorang dalam

kehidupannya menginginkan penggambaran citra dirinya di khalayak

luas sesuai dengan yang dia inginkan, keinginan mendapatkan kesan diri

sesuai dengan yang diinginkannya hanya dapat dikelola dan diciptakan

oleh orang tersebut. Mempengaruhi dan merubah persepsi seorang

tentang diri kita bisa dilakukan dengan mengatur dan mengendalikan apa

yang diunggah melalui Instagram. Erving Goffman berpendapat bahwa

ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu

gambaran diri atau presentasi diri yang akan diterima oleh orang lain

seperti busana, cara berjalan dan berbicara dapat digunakan untuk

presentasi diri (Mulyana, 2003:112).


108

Tabel 4.1
Pembahasan
Informan Setting Tujuan

 Lokasi pengambilan  Pemilihan lokasi foto untuk


gambar mendukung hasil gambar
dan menambahkan like
1
 Pemilihan Caption pada foto yang akan
diunggah.
 Untuk berbagi inspirasi dan
motivasi melalui pemilihan
caption
 Tag location  Untuk menunjukkan lokasi
 Swafoto pengambilan gambar.
2  Fitur editing foto pada  Untuk menunjukkan bahwa
aplikasi Instagram saya memakai make up
 Untuk menambahkan efek
foto yang bagus
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan dan analisis yang telah

dilakukan, yaitu remaja putri yang melakukan eksistensi diri dalam

mengunggah foto dan video di Instagram. Bertujuan untuk menampilkan kesan

yang berbeda antara dunia maya dan dunia nyata. Untuk meyakinkan kesan-

kesan yang ditampilkan mereka mengunggah foto dan video yang telah dipilih,

kemudian mereka memutuskan untuk mengunggah ke dalam Instagram guna

mendapatkan pujian melalui komentar dan like oleh para followers. Tampilan

foto merupakan atribut penting dalam presentasi diri pengguna Instagram. Foto

tidak hanya memainkan peran sebagai visualisasi diri secara ikonik, tapi

menjadi sebuah simbol dengan beragam makna yang membangun pencitraan.

Foto menjadi bagian dari eksistensi, ruang ekspresi dan pengakuan atas diri

dengan citra tertentu. Aktivitas, lokasi, setting dan teknik fotografi yang

ditampilkan dalam sebuah foto menjadi objek pemaknaan status dan identitas

seseorang terbangun.

Instagram sebagai arena pemaknaan sosial bukan tidak disadari oleh

pengguna, keberadaan dirinya di panggung depan (front stage) ini disikapi

melalui pengelolaan kesan. Pengguna mengakui melakukan pengelolaan kesan

melalui apa yang akan diunggahnya, pemilihan foto atau video dan pemilihan

caption. Setiap individu pada kenyataannya melakukan kontruksi atas diri

109
110

mereka dengan cara menampilkan diri (self performance). Namun, penampilan

diri tersebut pada dasarnya dibentuk untuk memenuhi keinginan audiens atau

lingkungan sosial, bukan berasal dari diri dan bukan pula diciptakan oleh

individu itu sendiri, sehingga identitas yang muncul adalah penggambaran apa

yang sebenarnya menjadi keinginan dan guna memenuhi kebutuhan pengakuan

sosial.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pengguna Instagram lebih bijak ketika mengunggah foto/video.

Sehingga tidak menciptakan terlalu besar perbedaan antara dirinya di

media sosial Instagram dengan dirinya dikehidupan sehari-hari, karena hal

tersebut dapat menciptakan pembohongan publik mengenai sosok dirinya

akan mendapat pandangan negatif dari teman-temannya.

2. Instagram merupakan media sosial yang mudah digunakan oleh siapapun

dan tidak ada batasnya, mengingat hal tersebut kita harus pandai-pandai

dalam menggunakannya. Kita harus mengertindan mengetahui apa saja

yang harus dan tidak untuk di unggah ke dalam media sosial.


111

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abidin, Zainal. 2007. Analisis Eksistensial: Sebuah Pendekatan Alternatif Untuk


Psikologi Dan Psikiatri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ardianto, E. L. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa


Rekatama Media.

Budiargo, Dian. 2015. Berkomunikasi Ala Net – Generation. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Buffardi, LE. 2010. Narcissism and Social Networking Web Sites. Personality and
Social Psychology Bulletin. Vol 34. Hal: 1303-1314.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencama Predana Media


Group.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi: Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Gumilar, Gumgum. 2017. Jurnal Komunikasi. Instagram Usage by Bastard


Community in Bandung City – West Java. Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia, Vol 2 (2) 2017. Hal: 57-64

Heryanto, Gun Gun dan Shulhan Rumaru. 2013. Komunikasi Politik Sebuah
Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hurlock, B. Elisabeth. 1999. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga

Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi: Konsepsi, Pedoman Dan Contoh


Penelitian. Bandung: Widya Padjajaran.

Lievrouw, Leah dan Sonia Livingstone. 2006. The Handbook of New Media: Update
Student Edition. London: Sage Publications Ltd.

Littlejohn, W Stephen & Foss, A. Karen. 2009. Teori Komunikasi (Theories Of


Human Communication). Edisi ke Sembilan. Jakarta: Salemba Humanika.

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.


112

Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

……………...2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

…………...2008. Komunikasi Massa (Kontroversi, Teori Dan Aplikasi), Bandung:


Widya Padjajaran.

Nurudin, 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada.

Purba, Amir, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: Raja
Grafindo Pustaka.

Tahir, Muh. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Makasar:


Universitas Muhammadiyah.

Taprial, Varinder dan Priya Kanwar. 2012. Understanding Social Media. Varinder
Taprial & Priya Kanwar & Ventus Publishin ApS.

Thurlow. Christin, Laura Lengel and Elice Tomic. 2004. Computer Mediated
Communication, London: Sage Publications.

Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana.

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi. Edisi Ke lima. Terjemahan Maria Natalia & Damayanti Maer.
Jakarta: Salemba Humanika.

Widjaja, A. W. 2000. Ilmu Komunikasi. Bina Aksara. Jakarta.


113

SKRIPSI

Astri Riyanti. 2010. Fenomena Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook Sebagai
Ajang Penampilan Diri. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.
Skripsi Tidak Diterbitkan.

Dian Fatima Niranti. 2013. Pola Perilaku Penggunaan Facebook (studi deskriptif
kualitatif tentang motivasi pengguna facebook dan dampaknya bagi
kepribadian pengguna Facebook dikalangan pelajar Sekolah Menengah Atas
dalam Komunitas Facebook Tawangmangu Adem. Solo: Universitas Sebelas
Maret. Skripsi Tidak Diterbitkan.

WEBSITE

https://www.apjii.or.id/survei2016/

https://www.kominfo.go.id/content/detail/6861/program-prioritas-tata-kelola-
internet/

https://jurnal.usu.ac.id

https://dailysocial.id/post/apa-itu-instagram

https://e-journal.uajy.ac.id

https://merdeka.com/gaya/

https://cnnIndonesia.com/gaya-hidup/

https://Lifestyle.kompas.com/

http://eprints.unm.ac.id/4114/
Nama : Alfi Lailatul Qodriyah
Usia : 22 Tahun
Status Pendidikan : Mahasiswi
Waktu Wawancara : 12 November 2016
Tempat Wawancara : Djournal Coffee, Citos

Informan Pertama

Wawancara

1. Sejak kapan anda menggunakan media sosial Instagram?


Sejak 2013, sudah 3 tahun lah ya. Download aplikasi Instagram juga pertama
lihat temen trus nanya cara pakainya gimana ehh lama-lama jadi ikutan.
Awalnya sih ngerasa kurang tertarik sama Instagram itu karna menunjukkan
banget foto-foto yang tentang keseharian tapi lama-kelamaan anggapan itu
berubah karna gak semua foto bisa saya unggah.
2. Foto yang seperti apa yang tidak anda unggah?
foto yang menunjukkan diri saya secara pribadi misalnya unggah foto
aktivitas keseharian yang menurut saya itu tidak penting untuk jadi konsumsi
publik.
3. Apakah anda memiliki media sosial selain Instagram? Seperti facebook,
twitter, path, dan sebagainya?
Tentunya punya, ya saya sih ikutin perkembangan teknologi saja. biar tidak
dianggap ketinggalan zaman gitu.
4. Apa alasan anda menggunakan media sosial Instagram?
Ingin mengabadikan moment-moment dengan gambar atau video dan berbagi
inspirasi dan motivasi di dalamnya serta mencari informasi yang up to date.
5. Informasi yang seperti apa yang telah anda dapatkan melalui
Instagram?
Banyak sekali. Dari mulai tempat untuk berlibur, tempat untuk makan, online
shop, tutorial make up ya pokoknya yang berhubungan dengan apa yang
diinginkan wanita mudah ditemukan dalam Instagram. Bahkan di Instagram
untuk mempermudah pencarian bisa melalui #Hastags.
6. Apakah anda memfollow salah satu selebgram untuk mendapatkan
referensi dalam mengunggah foto atau memilih gaya ketika berfoto?
Iya. Salah satunya bahjatina. Sebenernya masih banyak lagi tapi saya tertarik
aja dengan cara berpakaiannya yang unik.

7. Apakah persiapan anda untuk menghasilkan foto yang menarik?

Pastinya penampilan, cara berpakaian serta make up ya. Karena pasti akan
diunggah ke Instagram jadi saya menunjukkan penampilan yang menarik.
Untuk gaya fotonya saya sering lihat pada selebgram jadi tinggal ikutin aja
gayanya.

8. Mengapa media sosial Instagram lebih aktif (tidak aktif) dibanding


media sosial lainnya?

Saya menggunakan media sosial Instagram aktif tetapi tidak terlalu sering
mengaksesnya. Karna saya memiliki kegiatan lain selain harus update trus di
Instagram. Ketika ingin unggah foto saja baru aktif.

9. Apakah anda tidak ingin mengetahui berapa like atau komentar yang
anda dapatkan ketika mengunggah foto atau video?

Tidak terlalu ingin tahu sih. Palingan hanya ingin tahu komentar yang
diberikan sama temen.

10. Mengapa anda tidak terlalu sering mengakses Instagram?

Karena kesibukkan saya dan juga saya tidak media sosial addicted.

11. Seberapa sering anda mengakses Instagram?

Setiap hari pasti buka Instagram hanya untuk lihat timeline nya dan untuk
mendapatkan informasi.

12. Apa bedanya Instagram dengan media sosial lain? Seperti Twitter,
facebook, path dan Email?

Instagram: ngegambarin kepribadian kita dengan apa yang kita unggah ke


orang lain melalui foto. Twitter: memberikan informasi dan update sekali
dengan isu yang sedang berkembang. Facebook: memberikan informasi yang
terkadang benar dan terkadang palsu juga, facebook juga banyak iklan dan
gambar-gambar yang tidak pantas, tetapi selain itu facebook juga
memberikan kemudahan kepada penggunanya untuk berkenalan dengan
banyak orang. Path: lebih menunjuk hebatnya dunia maya, dengan path saya
bisa update lokasi saat hang out, foto, video dan kata-kata yang menarik, akan
tetapi pertemanan di path dibatasi jadi hanya orang-orang dikenal lah yang
bisa saling berteman. Email: berisikan data pribadi yang sangat penting jadi
tidak semua orang bisa mengetahui email orang lain.

13. Apakah anda masih sering mengakses media sosial lainnya?

Masih kok. Karena untuk berkomunikasi dengan teman yang sudah lama gak
ketemu dan tidak memiliki nomer hp nya pasti saya langsung
menghubunginya melalui facebook atau twitter. Kalau path palingan untuk
melihat kegiatan temen-temen trus mencari tahu keberadaannya aja.

14. Apakah media sosial sangat penting bagi anda?

Penting banget. supaya tidak ketinggalan zaman dan juga untuk ikut eksis
dalam setiap media sosial.

15. Apa manfaat media sosial Instagram bagi anda?

Saya bisa berbagi inspirasi dan motivasi tentang berbagai hal, mulai dari
edukasi hingga dapat berinteraksi dengan orang lain. Selain itu juga bisa
dijadikan sebagai album digital.

16. Inspirasi seperti apa yang anda bagikan kepada followers?

Mengunggah beberapa kata-kata bijak dan memberikan caption pada


beberapa foto dengan kata-kata yang memberikan semangat serta motivasi.

17. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan teman-teman anda di


media sosial Instagram?

Dengan komentar, via direct message dan juga dengan posting foto kemudian
di tag kepada orang yang bersangkutan yang ada di foto tersebut.
18. Apa perbedaan direct message dengan komentar?

Direct message sangat privasi dan komentar dapat dilihat oleh banyak orang.

19. Apakah berinteraksi melalui direct message dan komentar sangat


membantu anda?

Sangat membantu. Karena untuk berkomunikasi juga dengan pengguna


Instagram lainnya. Terutama jika ada foto saya yang menarik bagi mereka
pasti mereka akan memberikan komentar.

20. Apa saja yang anda tampilkan di Instagram?

Foto dan video yang menarik, natural serta jujur tanpa dimanipulasi dengan
editan yang sekarang ini sudah banyak menipu.

21. Hal apa saja yang tidak anda tampilkan di Instagram?

Hal-hal yang foto saya nya lagi jelek haha soalnya itu penting. Bisa-bisa yang
komentar isinya kata-kata yang kurang enak untuk dilihat. Karna saya tidak
mau di instagram pribadi saya terlihat kurang bagus.

22. Apakah foto yang anda unggah mempengaruhi eksistensi diri anda
dalam Instagram?

Iya. Makanya saya mengunggah foto yang menarik, bagus serta cantik tanpa
ada kekurangan. Akan tetapi saya mengunggah foto tidak memakai editan
jadi hasil kamera saja agar tetap terlihat natural dan tidak berlebihan.

23. Foto yang seperti apa yang sering anda unggah?

Foto yang ootd (outfit of the day) menampilkan pakaian yang saya kenakan
dan saya suka itu.

24. Kesan apa saja yang ingin anda tampilkan di media sosial Instagram?

Kesan yang bahagia, senang saat bareng orang terdekat.


25. Bagaimana cara anda dalam menunjukkan kesan saat bersama teman-
teman di Instagram?

Saat bareng liburan atau jalan bareng temen trus saya unggah fotonya dengan
caption yang bahagia saat bersama mereka untuk menggambarkan perasaan
di foto itu.

26. Bagaimana cara meyakinkan teman-teman Instagram anda akan kesan


yang ingin di tampilkan?

Dengan menampilkan kesan yang apa adanya dan jujur tanpa dibuat-buat
agar terlihat natural saat di foto.

27. Apakah anda selektif dalam berteman di Instagram?

iya! Karena terlihat sedikit tidak nyaman jika terlalu banyak orang yang tidak
dikenal dan juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan
maraknya kriminalitas di media sosial.

28. Apakah followers penting bagi anda?

Penting. Untuk mendapatkan banyak like sehingga dapat dikenal oleh orang
banyak.

29. Berapa sering anda mengunggah swafoto (selfie) anda?

Tidak sering. Saya juga orang yang tidak terlalu suka swafoto. Entah
alesannya apa tapi kayaknya terlalu males aja foto sendiri dan dengan wajah
full gitu.

30. Apakah swafoto salah satu cara eksistensi dalam Instagram?

menurut saya swafoto merupakan salah satu dari eksistensi dalam Instagram.
Karena ingin menunjukkan sesuatu pada swafoto tersebut. Entah dari apa
yang dia pakai di area wajah atau tidak ada orang lain yang akan mengambil
gambarnya jadi melakukan swafoto ingin menunjukkan sesuatu yang bagus.
31. Foto yang seperti apa yang anda anggap sebagai eksistensi di dalam
Instagram?

Foto yang cantik, bagus serta menarik dan juga foto yang banyak di like yang
dapat memberikan dampak pada perhatian pengguna Instagram.

32. Berapa like yang anda dapatkan saat melakukan swafoto dan
postingannya?

Karena jarang melakukan swafoto dan juga kebiasaan ketika abis


mengunggah langsung di logout akunnya jadi kurang memperhatikan like
yang diberikan kepada pengguna lainnya oleh apa yang saya unggah.

33. Jika dibuat rating, itensitas swafoto dan foto lain apa?

Banyak yang lebih suka foto pemandangan dan foto full body. Karena
memang jarang sekali unggah swafoto dan kurang pede juga dengan hasil
ketika melakukan swafoto.

34. Motif anda dalam mengunggah foto di Instagram?

Untuk menunjukkan sesuatu yang menurut saya indah untuk ditunjukkan


kepada followers saya. Misalnya foto pemandangan dan foto yang menarik
tentunya.

35. Berapa kali anda mengambil gambar hingga memutuskan untuk


mengunggahnya?

Saya mengambil gambar cukup banyak kemudian saya memilih yang terbaik
untuk diunggah.

36. Hal apa yang membuat anda, mengunggah atau tidak mengunggah foto
tersebut?

Jika memiliki foto yang menarik pasti diunggah dan saya juga tidak akan
mengunggah foto yang saya nya jelek karna penampilan dalam instagram
penting juga ya untuk memberikan kesan pertama yang baik.
37. Hal apa yang menurut anda, merupakan suatu hal yang privasi?

Hal yang berhubungan dengan kehidupan pribadi saya.

38. Apakah anda mempunyai cara tersendiri untuk menghasilkan foto yang
menarik?

iya saya memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan sebuah foto yang
menarik dan artistik. Biasanya melalui editan foto lewat aplikasi di
smartphone. Terkadang saya pergi ke suatu tempat yang terlihat
instagrammable banget untuk saya unggah di Instagram. menurut saya
menunjukkan tempat yang menarik dan artistik menambah like pada foto
saya. Itu tujuan saya mengunggah sebuah foto.

39. Apakah anda membutuhkan persiapan untuk mengunggah sebuah foto?

Tidak. Sehasilnya dari kamera saja. saya tidak terlalu suka mengedit foto
intinya apa adanya dari kamera yang dihasilkan.

40. Apakah ada yang memberikan komentar ke foto atau video yang anda
unggah?

Sometimes ada. Terkadang menanyakan dimana saya foto, baju yang saya
kenakan di foto tersebut serta mengkomentarin isi caption.
Nama : Wulan Apriani

Usia : 23 Tahun

Status Pendidikan : Mahasiswi

Waktu Wawancara : 12 November 2016

Tempat Wawancara : Djournal Coffee, Citos

Informan Kedua

Wawancara

1. Sejak kapan anda menggunakan media sosial Instagram?

Kalo saya sih sejak tahun 2011 sudah menggunakan Instagram. Di zaman
yang skrng ini kan teknologi lagi berkembang banget apalagi udah ada
smartphone yang memudahkan saya untuk terus update dengan aplikasi yang
lagi ngetren di zamannya. Ya saya sih gak mau di anggap ketinggalan zaman
lah untuk masalah media sosial.

2. Apakah anda memiliki media sosial selain Instagram? Seperti facebook,


twitter, path, dan sebagainya?

Saya memiliki facebook, path, twitter, email dan sebagainya. Media sosial
yang saya miliki pun yang banyak orang gunakan juga.

3. Apakah media sosial yang anda miliki aktif semua?

Ya, apalagi facebook karena teman lama saya mudah ditemukan jika di
facebook.

4. Apa alasan anda menggunakan media sosial Instagram?

Untuk membagikan moment-moment yang menurut saya menarik di sebuah


aplikasi yang dapat dilihat oleh orang banyak. Jika sewaktu-waktu foto atau
video dihandphone hilang, saya bisa cek instagram saya untuk melihat foto
atau video tersebut bahkan bisa disave lagi di handphone tanpa harus pusing.
5. Mengapa media sosial Instagram lebih aktif (tidak aktif) dibanding
media sosial lainnya?

Saya menggunakan media sosial terutama instagram cukup aktif. Ya kalo lagi
bosen atau sedang menunggu di sebuah tempat pasti yang dibuka aplikasi
instagram. Karna instagram, saya bisa lihat foto atau video semua orang tanpa
harus di follow. Tinggal liat di explore saja. bahkan ada beberapa akun yang
menghibur.

6. Akun Instagram seperti apa yang sering anda lihat?

Tutorial make up, referensi cara berpakaian agar terlihat menarik, akun
Instagram yang menghibur dan akun Instagram yang ada video anak kecil
nya.

7. Apakah anda memfollow akun Instagram selebgram?

Ya, sonyasams, shellaalaztha dan masih banyak lagi.

8. Apa motif anda memfollow akun Instagram selebgram?

Tentunya untuk melihat gaya berfoto yang menarik, cara berpakaian agar
terlihat up to date dan tidak norak.

9. Apa hal seperti itu sangat penting dalam Instagram?

Menurut saya penting. Karena Instagram seutuhnya menampilkan foto,


seakan-akan dalam Instagram berlomba-lomba menampilkan foto yang
menarik perhatian pengguna lainnya, mendapatkan banyak like, mendapatkan
banyak followers dan mendapatkan pujian dalam komentar.

10. Apa bedanya Instagram dengan media sosial lain? Seperti twitter,
facebook, path dan email?

Menurut saya, Instagram: untuk mengekspresikan diri lewat foto dan video
yang diunggah karena Instagram sepenuhnya memang untuk itu. Twitter dan
Facebook itu memberikan informasi dan juga update sekali dengan berita
yang lagi berkembang. Path digunakan untuk update location, foto dan juga
kata-kata. Tapi banyak orang menggunakan location dari path untuk
memberitahu kepada temannya bahwa mereka berada di tempat yang lagi
ngetrend atau tempat yang memberikan pemandangan yang bagus dan
menarik. Sedangkan email lebih ke urusan pribadi sih misalnya urusan kerja,
bahkan disetiap media sosial harus berhubungan dengan email.

11. Apa manfaat media sosial Instagram bagi anda?

Saya bisa dapetin banyak informasi dari Instagram dan juga bisa nunjukkin
eksis lewat foto yang saya unggah. Misalnya tempat makan yang enak dan
bagus untuk berfoto serta tempat liburan yang pemandangannya bagus.
Bahkan banyak orang yang awalnya tidak tahu tempat tersebut dan tahunya
pun saat mengakses aplikasi instagram.

12. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan teman-teman anda di


media sosial Instagram?

Untuk berkomunikasi dengan teman palingan dengan kolom komentar atau


direct message. Tapi kadang juga dengan cara nyampein lewat foto itu kan
salah satu bentuk komunikasi juga dengan memberi caption pada foto atau
memberikan tag location pada sebuah foto.

13. Apa bedanya komentar dan direct message?

Direct message hanya saya saja yang bisa melihat chatnya dan bersifat privasi
tetapi jika komentar dapat dilihat banyak orang dan bahkan bisa menjadi
perbincangan orang banyak jika komentarnya tidak baik.

14. Caption yang seperti apa yang anda berikan saat akan mengunggah
foto?

Lebih banyak sih isi caption nya curhatan gitu hahaha jadi suka banyak
komentar dari teman dekat.

15. Mengapa anda memberikan tag location?

Untuk memberitahukan kepada followers saya dimana saya mengambil


gambar tersebut dan juga untuk menunjukkan keberadaan saya.
16. Apa saja yang anda tampilkan di Instagram?

Foto dan video yang bagus, menarik untuk dilihat dan tidak memalukan
untuk diri sendiri tentunya.

17. Hal apa saja yang tidak anda tampilkan di Instagram?

Hal memalukan misalnya foto atau video saya gak menarik untuk dilihat,
kelakuan yang norak dan juga hal yang gak pantas untuk di unggah di
instagram. Apalagi kan instagram itu umum ya siapa aja bisa akses tanpa ada
batasan umur jadi lebih hati-hati aja untuk unggah hal yang tidak baik.

18. Kesan apa saja yang ingin anda tampilkan di media sosial Instagram?

Tentunya yang menyenangkan. Kalo unggah foto seding atau cemberut gak
enak juga diliat sama orang. Jadi saya sih unggah foto atau video yang
nunjukkin bahwa saya bahagia.

19. Bagaimana cara anda dalam menunjukkan kesan saat bersama teman-
teman di Instagram?

Biasanya sih kalo lagi hang out suka ngeshare foto yang nunjukkin moment-
moment bahagia saat bareng temen sih dan tag location juga biar jelas lagi
dimananya.

20. Bagaimana cara meyakinkan teman-teman Instagram anda akan kesan


yang ingin di tampilkan?

Menurut saya, dengan saya unggah foto yang nunjukkin kesan bahagia,
senang, ceria dan tidak unggah hal yang aneh-aneh pasti followers saya pun
menilai bahwa saya bukan wanita yang sembarangan mengunggah hal yang
tidak baik. Adanya media sosial kan untuk mempermudah penggunanya
berkenalan dengan banyak orang bukan untuk memberikan informasi yang
tidak baik.

21. Apakah anda selektif dalam berteman di Instagram?

Tentunya, terlebih orang-orang yang memang dikenal pasti di follow back


tapi untuk orang asing ya didiemin aja palingan.
22. Apakan anda memprotect akun Instagram?

Iya, karena pengen terlihat privasi aja haha tapi sewaktu-waktu saya
unprotect kok ya untuk biar lebih banyak orang yang dapat melihat foto yang
saya unggah.

23. Berapa sering anda mengunggah swafoto (selfie) anda?

Dibilang sering sih gak cuman untuk foto diri sendiri ya lumayan banyak.
Kalo terlalu banyak swafoto dilihat orang juga bosen kali ya.

24. Apa alasan anda melakukan swafoto?

Untuk menunjukkan sesuatu yang terlihat menarik di wajah saya. Misalnya


make up yang saya pakai.

25. Apakah swafoto salah satu cara eksistensi dalam Instagram?

menurut saya swafoto menunjukkan eksistensi diri. Karena didalam swafoto


ada sesuatu lebih yang ingin ditunjukkan. Seperti memakai make up dengan
brand mahal, bahkan ada yang melakukan swafoto untuk menunjukkan
bahwa dia menggunakan jasa make up artist.

26. Foto yang seperti apa yang anda anggap sebagai eksistensi di dalam
Instagram?

Menurut saya, foto teknik pengambilan gambarnya sempurna, tidak


menunjukkan kekurangan apapun, banyak di like sama pengguna Instagram
lainnya, mendapatkan pujian melalui komentar, dan menunjukkan sisi
kemewahannya seperti memakai jasa fotografer dan menunjukkan apa yang
dikenakannya.

27. Berapa like yang anda dapatkan saat melakukan swafoto dan
postingannya?

Sekitar lebih dari 100 like.

28. Jika dibuat rating, itensitas swafoto dan foto lain apa?

Tentunya like untuk swafoto terkadang lebih banyak dibandingkan dengan


foto pemandangan atau foto tempat hang out. Karna swafoto kan seperti
nunjukkin diri sendiri dengan gambar lebih dekat dan bukan full body. Entah
kenapa banyak orang yang tertarik untuk swafoto dan swafoto itu bikin nagih
gitu ketika hasil swafotonya bagus.

29. Berapa kali anda mengambil gambar untuk diunggah di Instagram?

Lebih dari 5 kali. Karena saya ingin maksimal dalam mengunggah foto.

30. Motif anda dalam mengunggah foto di Instagram?

Tentunya untuk dikenal orang banyak apalagi bisa dapetin teman baru
melalui instagram.

31. Apakah followers sangat penting untuk anda?

Followers penting untuk saya, Instagram kan tempat untuk mendapatkan


followers yang banyak, banyak followers pun dapat menguntungkan saya
juga.

32. Hal apa yang membuat anda, mengunggah atau tidak mengunggah foto
tersebut?

Jika ada foto yang menarik pasti saya mengunggah foto tapi kalo lagi gak ada
foto yang menarik pasti tidak saya unggah palingan cukup liatin atau
memberikan like di Instagram aja.

33. Seberapa sering anda mengakses Instagram?

Sangat sering. Untuk sehari pun tidak dapat dihitung.

34. Hal apa yang menurut anda, merupakan suatu hal yang privasi?

Tentang kehidupan yang sangat privasi. Bagi saya gak semua hal bisa saya
unggah di instagram. Terutama dengan adanya story gram (fitur dari
Instagram yang baru) pasti saya sangat hati-hati untuk mengunggah kegiatan
sehari-hari.

35. Apakah anda mempunyai cara tersendiri untuk menghasilkan foto yang
menarik?

pasti semua orang yang memiliki media sosial apalagi Instagram memiliki
cara tersendiri untuk menghasilkan sebuah foto yang menarik. Kalau saya
pastinya sebelum diunggah harus diedit dahulu. Untuk membuat foto lebih
kelihatan hidup dan berwarna. Terkadang foto yang saya potret dari kamera
HP masih kurang bagus. Entah kenapa saya lebih suka jika kesuatu tempat
terutama tempat makan, setelah makanannya datang saya sempatkan untuk
mengambil gambar dahulu kemudian saya unggah di Instagram. mungkin itu
sudah kebiasaan.

36. Apakah anda perlu persiapan untuk menghasilkan foto yang menarik?

Ya. Jika berada di coffe shop saya ingin menunjukkan sesuatu yang berada di
meja tersebut. Jadi saya harus rapi-rapi untuk menghasilkan gambar yang
bermakna dan menarik.

37. Apakah anda membutuhkan persiapan untuk mengunggah sebuah foto?

Biasanya saya memberikan efek gambar lebih terang serta di edit sedikit-
sedikit biar kelihatan menarik dan tidak monoton aja hasil fotonya. Karna di
instagram banyak orang-orang yang memperhatikan detail foto sehingga saya
peduli dengan persepsi orang-orang tentang hasil foto saya. Jika di edit trus
bagus kan pas ada yang nanya di edit pake apa dan bla bla bla pasti saya juga
senang bahwa ada orang lain yang memperhatikan unggahan foto saya.

38. Apakah ada yang memberikan komentar ke foto atau video yang anda
unggah?

Pasti ada. Teman dekat yang memberikan komentar entah dengan foto
dimana, diedit pake aplikasi apa dan memberikan sebuah pujian.
Nama : Nerisa Pitrasari
Pekerjaan : External Communication PT. Pertamina
Selaku Pengamat Media dan Pakar Humas
1. Bagaimana Instagram menurut pengamat media?
Isi Instagram yang dilihat lebih banyak unggahan seseorang saat sedang
swafoto, menunjukkan keberadaannya dimana, pergi dengan siapa saja,
barang apa saja yang mereka punya dan sebagainya. Dan itu biasanya paling
utama digunakan oleh pengguna Instagram. orang paling banyak posting
keseharian melalui fitur Insta Story.
2. Apakah dengan adanya Instagram komunikasi dapat efektif?
Menurut saya sangat membantu, seperti contoh saya berteman dengan teman
saya di Instagram, lalu saya chat dia melalui whatsapp belum tentu dia
membaca chat saya. Tetapi kalau saya comment fotonya di Instagram ataupun
mengirim pesan pada saat dia megunggah Instastory dia malah cepat
meresponnya. Karena kebanyakan orang lebih suka lihat aplikasi media sosial
dibandingkan dengan aplikasi pengirim pesan. Di media sosial banyak yang
bisa dilihat sedangkan untuk aplikasi pengirim pesan hanya orang yang ada di
kontak HP saja yang saya bisa lihat.
3. Apa keunggulan Instagram dibandingkan media sosial pada umumnya?
Menurut saya setiap media sosial itu memiliki keunggulan tersendiri.
Instagram sebagai layanan media sosial berbasis foto/video, Instagram
menjadi jawaban tren visual marketing yang semakin berkembang pesat. Soal
urusan visual marketing Instagram disaingi dengan youtube, tetapi
keunggulan Instagram adalah bisa menyajikan konten video dan juga foto
dengan kualitas setara, mudah digunakan, dan cenderung lebih gampang
ditelusuri lewat perangkat mobile, khususnya smartphone.
4. Mengapa Instagram sering dikaitkan sebagai ajang eksistensi diri?
Karena lewat Instagram kita bisa menceritakan siapa diri kita melalui
foto/video. kita dapat menunjukkan kegiatan sehari-hari, mulai dari hal yang
kita kerjakan, teman-teman atau lingkungan pergaulan. Semua hal yang bisa
dilakukan itupun bisa dibilang bukan hanya soal pamer, tetapi memang salah
satu kebutuhan dasar manusia untuk menunjukkan eksistensi dirinya dan
keperluan untuk merasa dirinya penting.
5. Mengapa eksistensi di Instagram kerap dikaitkan dengan banyaknya
like dan followers?
Karena semakin banyak followers dan semakin banyak likes yang diberikan
followers mempengaruhi ketenaran didalam Instagram.
6. Faktor apa saja yang membuat sebuah akun Instagram banyak di follow
atau mendapatkan likes?
Tidak ada komposisi faktor yang pasti sebagai alasan sebuah akun Instagram
banyak di follow atau mendapatkan banyak likes. Karena bisa juga faktor
popularitas si pengguna di luar Instagram atau faktor eksternal seperti kasus
atau peristiwa yang terjadi di luar Instagram.
7. Kenapa Instagram efektif untuk melakukan eksistensi diri?
Karena fitur-fitur yang ada di Instagram membuat penggunanya melakukan
eksistensi diri. Dengan cara memikirkan matang-matang apa yang akan
diunggahnya, sebaiknya foto yang bagaimana yang akan diunggah, dan
memikirkan editan yang bagaimana supaya banyak yang nge like foto. Hal
tersebut yang sudah dianggap sebagai eksistensi diri bahwa pengguna
Instagram memikirkan baik-baik apa yang akan diunggahnya sehingga tidak
menimbulkan sesuatu yang buruk bagi citra dirinya.

Anda mungkin juga menyukai