Anda di halaman 1dari 145

POLA HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA

ORANG TUA DENGAN ANAK TERHADAP MOTIVASI


BERPRESTASI PADA ANAK
(STUDI PADA SDN 01 PAGI CIPULIR KEBAYORAN LAMA JAKARTA)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom I)

Disusun Oleh

Nama : Herdiansyah Pratama


NIM : 105051001930

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H. / 2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skirpsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 Agustus 2011

Herdiansyah Pratama
NIM. 105051001930
ABSTRAK

HERDIANSYAH PRATAMA
Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Orangtua Dengan Anak
Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa (Studi Pada SDN 01 Pagi Cipulir
Kebayoran Lama Jakarta Selatan)

Komunikasi interpersonal yang terjalin dalam sebuah keluarga melibatkan


komunikasi antara anak dan orang tua. Anak membutuhkan orang lain untuk
berkembang. Dalam hal ini, orang yang mempunyai peranan yang besar dalam
pembentukan kepribadian anak dan pertama bertanggung jawab adalah orang tua.
Orang tua bertanggung jawab dalam membimbing anak, agar proses belajar tetap
berlangsung dengan terarah. Untuk mencapai prestasi yang diharapkan, seorang
anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan menyayangi apa
yang dipelajarinya. Di sini orang tua sangat berperan dalam menciptakan suasana
yang dapat mendorong anak senang belajar sehingga prestasi anak tersebut
meningkat. Orang tua dapat mendampingi anak dengan menciptakan suasana
belajar di rumah yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk
mengetahui dan menganalisis pola hubungan komunikasi interpersonal antara
orang tua dengan anak terhadap peningkatan motivasi berprestasi SDN 01 Pagi
Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kuantitiatif.
Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) adalah komunikasi
yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain, antara dua
orang atau lebih. Motivasi berprestasi adalah dorongan yang ada dalam diri
individu untuk mencapai suatu keberhasilan yang sebenar-benarnya ingin dicapai
oleh individu tersebut.
Populasi dalam penelitian ini yakni siswa SDN 01 Cipulir Pagi Kebayoran
Lama Jakarta Selatan yang berjumlah 42 siswa. Adapun karakteristik populasi
dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama
Jakarta Selatan.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 18 diperoleh korelasi komunikasi interpersonal orang tua terhadap
komunikasi interpersonal anak sebesar 0.483 dengan nilai signifikansi 0.001
(p<0.005). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara komunikasi interpersonal orang tua terhadap komunikasi interpersonal
anak. Sedangkan korelasi komunikasi interpersonal orang tua terhadap motivasi
berprestasi siswa sebesar 0.347 dengan nilai signifikansi 0.025 (p<0.005). Maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi
interpersonal orang tua terhadap motivasi berprestasi siswa.

Kata kunci: Komunikasi Interpersonal, Motivasi Berprestasi, Orangtua dan Anak

i
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia, hidayah, kekuatan dan pencerahan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pola Hubungan

Komunikasi Interpersonal Antara Orangtua Dengan Anak Terhadap Motivasi

Berprestasi Siswa (Studi Pada Siswa SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama

Jakarta Selatan) sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi

Islam (S. Kom I) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tidak lupa penulis

hanturkan kepada Rasul kita yaitu Muhammad SAW beserta keluarganya dan para

sahabatnya.

Penulis sadar benar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kesempurnaan. Namun demikian penulis selalu berusaha sesuai dengan

kemampuan dan dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembacanya.

Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari berbagai dukungan yang

diberikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Dan dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektorat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi beserta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ii
3. Kepada Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Program

Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Kepada Ibu Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

5. Terima kasih juga kepada Dosen Pembimbing saya yaitu Dra. Rini

Laili Prihatini, M.Si yang selalu tanpa henti memberikan motivasinya

dalam proses pembuatan skripsi ini hingga akhir. Dan atas kesabaran

yang beliau berikan, dan tentunya juga untuk ide-ide dan ilmu-ilmu

yang beliau berikan kepada penulis.

6. Kepada Ibundaku Sri Uniarsih yang darah dagingnya mangalir dalam

raga ini. Dan Ayahanda Sulaiman yang dengan keringatnya yang keras

hingga beliau dapat melihatku kini tengah dewasa. Tak kan kuat

ucapan terima kasih ku ini menandingi kasih dan sayang kalian yang

kalian siran dari (berawal) seorang manusia ini belum mempunyai

nama hingga sampai saat ini. Hanya senantiasa doaku untuk kalian

yang dapat kulakukan. Aku menyayangimu Bu Aku mencintaimu

Yah.

Akhirnya penulis sekali ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada

semua pihak yang telah membantu dan mendukung sampai selesainya skripsi ini

karena tanpa dukungan dari kalian semua, skripsi ini tidak dapat berjalan dengan

baik dan andaikan selesai pun mungkin skripsi ini tidak sempurna. Dan mudah-

mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 22 Juni 2011

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR GRAFIK.......................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9
D. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan..................................................................... 12

BAB II KERANGKA TEORI


A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi..............................................................14
2. Pengertian komunikasi interpesonal ..........................................16
3. Jenis Komunikasi Interpersonal .................................................18
4. Fungsi Komunikasi Interpersonal ..............................................20
5. Tujuan Komunikasi Interpersonal.............................................. 22
6. Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal DalamPerspektif
Humanistik. 23
7. Hambatan Komunikasi Interpersonal. 28
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi Berprestasi ................................................34
2. Macam-macam Motivasi ...........................................................39
3. Fungsi Motivasi .........................................................................45
4. Hal-hal Yang Mempengaruhi Motivasi .....................................46

iv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian. 49
B. Model dan Desain Penelitian.. 49
C. Identifikasi Variabel Penelitian......................................................50
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian.......51
E. Kerangka Pemikiran...56
F. Populasi dan Sampel Penelitian... 57
G. Metode Pengumpulan Data.. 58
H. Metode Analisis Instrumen.. 59
I. Metode Analisis Data. 62

BAB IV LAPORAN PENELITIAN


A. Data-Data Hasil Penelitian Lapangan....... 65
B. Deskripsi Hasil Penelitian..... 70
C. Kategorisasi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan
Anak Terhadap Motivasi Berprestasi
Siswa. 92
D. Korelasi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan
Anak Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa. 97

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................100
B. Saran-Saran. 100

DAFTAR PUSTAKA.. 102

LAMPIRAN 106

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Cara Pemberian Skor Pada Instrument Penelitian......................59


Tabel 3.2 Indeks Reliabilitas .....................................................................61
Tabel 4.1 Aspek Keterbukaan Dalam Komunikasi Interpersonal Siswa70
Tabel 4.2 Aspek Empati Dalam Komunikasi Interpersonal Siswa 72
Tabel 4.3 Aspek Sikap Mendukung Dalam Komunikasi
Interpersonal Siswa ....................................................................74
Tabel 4.4 Aspek Sikap Positif Dalam Komunikasi Interpersonal ..............75
Tabel 4.5 Apek Kesetaraan Dalam Komunikasi Interpersonal ..................76
Tabel 4.6 Aspek Motivasi Intrinsik Dalam Motivasi Berprestasi Siswa78
Tabel 4.7 Aspek Motivasi Ekstrinsik Dalam Motivasi
Berprestasi Siswa... 79
Tabel 4.8 Aspek Prestasi Akademik Dalam Motivasi
Berprestasi Siswa... 81
Tabel 4.9 Aspek Prestasi Non-Akademik Dalam Motivasi
Berprestasi Siswa5. 83
Tabel 4.1 Aspek Keterbukaan Dalam Komunikasi Interpersonal Siswa.85
Tabel 4.2 Aspek Empati Dalam Komunikasi Interpersonal Siswa. 87
Tabel 4.3 Aspek Sikap Mendukung Dalam Komunikasi
Interpersonal Siswa 89
Tabel 4.4 Aspek Sikap Positif Dalam Komunikasi Interpersonal ..............90
Tabel 4.5 Apek Kesetaraan Dalam Komunikasi Interpersonal ..................91

vi
DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin siswa 66


Grafik 4.2. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
orang tua (Ayah). 67
Grafik 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
orang tua (Ibu) 68
Grafik 4.4. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan
yang diperoleh orang tua 69

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari proses komunikasi. Hal ini

disebabkan selain karena manusia tercipta sebagai makhluk sosial yang senantiasa

membutuhkan orang lain dalam hidupnya, tetapi juga karena melalui komunikasi

peradaban manusia dapat berkembang hingga sampai saat ini. Mengingat

komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi manusia, maka kuantitas

kegiatan berkomunikasi yang dilakukan manusia-pun lebih dominan

dibandingkan dengan kegiatan lainnya.

Jalaludin Rakhmat menyatakan bahwa suatu jalinan dapat menentukan

harmonisasi1. Salah satu bentuk yang dapat menentukan keharmonisan antar

manusia tersebut adalah komunikasi interpersonal. Menurut Littlejohn komunikasi

interpersonal adalah komunikasi antara individu-individu2. Bentuk khusus dari

komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang melibatkan hanya dua orang

secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi

orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Sedangkan

menurut Joseph A. Devito komunikasi interpersonal merupakan komunikasi

1
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.13
2
Littlejohn, Theories of Human Communication, (Belmont, California: Wadsworth
Publishing Company, 1999), h. 115

1
2

antara dua orang yang bertujuan untuk mengenal, berhubungan, mempengaruhi,

bermain dan membantu3.

Bentuk komunikasi interpersonal dapat juga terjalin dalam sebuah keluarga

yang melibatkan komunikasi antara anak dan orang tua. Anak membutuhkan

orang lain untuk berkembang. Dalam hal ini, orang yang mempunyai peranan

yang besar dalam pembentukan kepribadian anak dan pertama bertanggung jawab

adalah orang tua. Perbedaan umur antara orang tua dan anak yang cukup besar,

berarti pula perbedaan masa yang dialami oleh kedua belah pihak. Perbedaan

masa yang dialami akan memberikan jejak-jejak yang berbeda pula dalam bentuk

perbedaan sikap dan pandangan-pandangan antara orang tua dan anak. Yang

menarik dari status sebagai orang tua adalah bahwa apa pun yang diperbuat orang

tua, tujuan mereka semata-mata adalah mengasuh, melindungi, dan mendidik

anak-anak. Termasuk tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan si

anak, baik dari sudut organis maupun psikologis, antara lain sandang-pangan-

papan; maupun kebutuhan-kebutuhan psikis, salah satunya adalah kebutuhan akan

perkembangan intelektual seorang anak melalui pendidikan.4

Pendidikan merupakan peranan penting bagi kehidupan seseorang. Melalui

pendidikan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan. Inti dari kegiatan

pendidikan dicapai melalui proses belajar. Belajar selalu mempunyai hubungan

dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku maupun yang

hanya terjadi pada aspek kepribadian. Sebagai orang tua, mereka harus berbuat

sesuatu untuk mengembangkan diri si anak ke arah yang lebih baik secara
3
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia. (Jakarta: Profesional Books, 1996), edisi
kelima, h. 250
4
Gunarsa, Singgih, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), h. 6
3

keseluruhan meliputi tingkah laku yang diharapkan. Banyak orang tua yang terlalu

memaksakan kehendaknya, atau ambisinya kepada anak, terlebih lagi dalam hal

prestasi.5 Orang tua menuntut prestasi tinggi kepada anak, tanpa di barengi sikap

demokratis dan pendekatan komunikasi yang kurang sehingga perkembangan

anak terabaikan; yang pada akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar anak

tersebut.6 Orang tua merasa tindakannya benar karena semua itu dilakukan

semata-mata demi kebaikan anak. Adalah salah berpendapat bila anak harus

berprestasi demi harga diri orang tua, sehingga bila anak tidak mencapai prestasi

seperti yang diharapkan orang tua, orang tua menjadi frustasi dan anaklah yang

menjadi korban.7

Orang tua bertanggung jawab dalam membimbing anak, agar proses belajar

tetap berlangsung dengan terarah. Untuk mencapai prestasi yang diharapkan,

seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan

menyayangi apa yang dipelajarinya. Di sini orang tua sangat berperan dalam

menciptakan suasana yang dapat mendorong anak senang belajar sehingga

prestasi anak tersebut meningkat. Orang tua dapat mendampingi anak dengan

menciptakan suasana belajar di rumah yang menyenangkan. Dunia anak adalah

dunia yang khas, bukan miniatur dunia orang dewasa, maka semangat

berkomunikasi kepada anak adalah bukan memberitahukan sesuatu yang dianggap

baik dari sudut pandang orang dewasa, melainkan duduk sejajar bersama anak,

5
Ekomadyo, Ike Junita, 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Anak, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005), h. 4
6
Sutedja, Heryanto, Mengapa Anak Anda Malas Belajar?. (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991), h. 34
7
Ratnawati, shinta, Keluarga, Kunci Sukses Anak. Jakarta: Kompas, 2000
4

berempati, dan menemani anak.8 Bimbingan adalah proses pemberian bantuan

terhadap anak untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan

untuk melakukan penyesuaian diri terhadap sekolah, keluarga, serta masyarakat.

Arti pentingnya sebuah keluarga bagi diri seorang anak dikemukakan pula

oleh Susan Urmston Philips.9 Dalam buku The Invisible Culture, ditemukan

bahwa anak orang Indian (penduduk asli Amerika) selalu kalah cerdas dengan

anak kulit putih. Ini terjadi karena keluarga orang Indian sangat pendiam. Ocehan

anak Indian tidak direspon oleh keluarganya, sebagaimana anak orang kulit putih.

Akhirnya, anak orang Indian tidak memiliki kemampuan berkomunikasi pada

waktu mereka bermain dan belajar di kelas. Sebaliknya, karena anak orang kulit

putih sejak kecil dibiasakan memiliki komunikasi interaktif dengan keluarganya,

maka mereka berhasil memberikan respon terhadap lingkungan, baik pada waktu

bermain maupun pada waktu belajar disekolah.

Individu harus lah memiliki motivasi untuk mencapai suatu keberhasilan,

karena tanpa adanya motivasi individu akan sangat sulit bahkan mustahil untuk

menjadi seseorang yang berhasil. Dorongan yang terjadi pada diri seseorang

disebut dengan motivasi. Menurut David McClelland et al., dalam Hamzah B.

Uno, A motive is the reditegration by a cue of a change in an affective situation,

yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah

dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif.

Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulus) perbedaan

situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan


8
Ekomadyo, Ike Junita. 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Anak, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 6
9
Ratnawati, shinta. Keluarga, Kunci Sukses Anak. (Jakarta: Kompas, 2000).
5

tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat

usaha pencapaian yang diharapkan10. Oleh sebab itu motivasi dan keberhasilan

(prestasi) merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar

adalah Motivasi berprestasi yaitu dorongan yang ada dalam diri individu yang

berasal dari dalam maupun luar individu untuk mencapai suatu keberhasilan baik

keberhasilan akademik maupun non akademik yang ingin dicapai oleh individu

tersebut.

Semua anak yang dilahirkan mempunyai motivasi untuk belajar. Hal ini

merupakan sebuah karakter spesies manusia. Secara alamiah anak-anak

merupakan penjelajah yang serba ingin tahu. Namun, ketika datang masa

bersekolah seringkali motivasi anak untuk belajar menjadi berkurang. Hal ini

dikarenakan nasehat-nasehat orang tua menjadi ancaman dan menghasilkan rasa

sakit bagi anak-anak yang buku rapornya tidak memenuhi harapan-harapan orang

tua. Di banyak rumah, topik pembelajaran menjadi sebuah hal yang keras, berada

di tepi sebuah zona serangan dimana orang tua berusaha keras memaksa anak

untuk belajar. Kemudian anak membalas dengan the guerilla warfare perang

dingin, berupa pembangkangan dengan cemberut.

Mempunyai motivasi diri merupakan permasalahan kritis bagi keberhasilan

anak-anak di masa depan anak, seperti di sekolah, kerja, dan kehidupan pada

umumya. Bahwa, anak-anak yang memiliki motivasi dengan rasa senang secara

murni, berpeluang sangat besar di berbagai pelajaran yang diikutinya. Mereka

akan memiliki sarana untuk mengatasi rintangan yang ada dan mendorong diri

10
Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis DibidangPendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.9
6

sendiri untuk mengoptimalkan potensi yang terbaik yang mereka punyai, sehingga

berpeluang mengubah kegagalan menjadi sebuah keberhasilan. Dan hal ini

merupakan salah satu tanggung jawab orang tua untuk bisa menghantarkan anak-

anak mereka menuju gerbang keberhasilan.

Adapun pembahasan tentang tanggung jawab orang tua terhadap anak juga

terdapat dalam ajaran Islam. Islam memerintahkan orang tua untuk mendidik anak

dan memikul tanggung jawab itu di pundak mereka. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT, surat At-Tahrim ayat 6:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dijelaskan dalam firman-Nya, bahwa kita harus memelihara keluarga dari

urusan dunia dan akhirat berlandaskan ajaran Al-Quran dan As-Sunnah. Tidak

hanya orang tua yang bertanggung jawab atas pemeliharaan keluarga terhadap

anak, tetapi juga anak memegang tanggung jawab terhadap orang tua dan saudara-

saudaranya. Karena mengingat anak mempunyai kewajiban untuk tidak


7

mendurhakai orang tua.Rasulullah juga mengajarkan betapa besarnya tanggung

jawab orang tua dalam pendidikan anak. Sabdanya SAW: Tidak lah seorang anak

yang lahir itu kecuali dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya menjadikan ia

Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhori)11.

Dijelaskan dalam riwayat tersebut, orang tua mempunyai peranan dalam

mendidik anak. Pendidikan dalam keluargalah yang amat penting dalam

pembentukan kepribadian anak. Ketika anak mendapat tauladan yang baik dalam

keluarga, maka kemungkinan besar anak akan melakukan apa yang diajarkan

orang tua kepada anak baik itu melalui verbal maupun non verbal. Seorang ahli

(Dorothy Law Nolte) berujar: Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan

persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan. Bila orang tua gagal

mengungkapkan rasa sayang pada anak-anaknya, maka anak-anak tersebut tak

akan mampu menyatakan sayangnya kepada orang lain12. Beberapa contoh kasus

yang terjadi akibat kurangnya kemampuan komunikasi interpersonal orang tua

kepada anaknya yakni dapat dilihat dari kasus kaburnya artis Arumi Bachsin dari

rumah, dalam kasus ini Arumi tidak sepaham dengan ibundanya, Maria Lilian

Pesch, yang sering memaksa syuting kejar tayang (stripping). Maria kerap

membuat jadwal kerja tanpa berembuk dulu dengan Arumi13.

11
Muhammad Rasyid Dimas. Memengaruhi Jiwa dan Akal Anak. (Bandung: Arkan
Publishing, 2008) H. vi
12

http://images.herususetyo.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R58BaQoKCh8AADvNbIo
1/Pres.%20PENDIDIKAN%20ANAK%20DALAM%20ISLAM.ppt?nmid=79733819. (26 April
2010)
13
http://oktavita.com/arumi-bachsin-kabur-dari-rumah.htm (12 November 2010)
8

Kasus lain yang menunjukkan dampak kurangnya komunikasi interpersonal

orang tua dan anak yaitu kasus penganiayaan yang dilakukan siswa kelas tiga SD

Negeri 12 Cipinang, Jakarta Timur, kepada lima temannya. Komunikasi yang

buruk akan memberikan tekanan psikologis kepada anak. Seorang anak usia SD,

menurut Kak Seto, membutuhkan perhatian ekstra dari orang tua. Kecerdasan

emosi anak sangat labil. Ketika dia merasa terkekan apa saja bisa masuk dalam

dirinya seperti kekerasan, narkoba, bahkan seks bebas14.

Dilatar belakangi kondisi seperti di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengenal, dan memahami pengaruh komunikasi interpersonal yang terjadi antara

orang tua dan anak dalam meningkatkan motivasi berprestasi anak. Untuk itu

peneliti mengambil judul Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara

Orang Tua dan Anak Terhadap Peningkatan Motivasi Berprestasi Pada

Anak di SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

Tujuan dari pembatasan masalah adalah untuk menghindari tinjauan yang

terlalu luas dan agar penelitian ini tidak terpengaruh oleh banyaknya masalah

komunikasi yang ada, maka penelitian ini memiliki batasan penelitian sebagai

berikut :

1. Komunikasi interpersonal yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu

komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak baik yang berlansung

14
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2010/02/09/brk,20100209-224476,id.html (12
November 2010)
9

melalui tatap muka maupun melalui media yang mendapat umpan balik atau

efek secara langsung.

2. Motivasi berprestasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dorongan yang

ada dalam diri individu baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri

individu untuk mencapai suatu keberhasilan baik keberhasilan dalam bidang

akademik maupun non akademik yang ingin dicapai oleh individu tersebut.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu "Apakah ada hubungan

antara komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anak terhadap

peningkatan motivasi berprestasi anak ?".

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan menganalisis pola hubungan komunikasi interpersonal

antara orang tua dengan anak terhadap peningkatan motivasi berprestasi SDN 01

Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

a. Memberikan informasi dan pengetahuan di bidang komunikasi, khususnya

yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal.

b. Untuk menambah wawasan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah khususnya

Fakultas Dawah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tentang hubungan

komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anak terhadap peningkatan

motivasi berprestasi di SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta

Selatan. Dan juga sebagai bahan masukan maupun bahan diskusi dalam mata

kuliah Psikologi Komunikasi.


10

c. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait yaitu SDN 01 Pagi Cipulir

Kebayoran Lama Jakarta Selatan dan bagi para orang tua dalam membina

hubungan komunikasi yang baik kepada anak agar anak dapat termotivasi

untuk berprestasi di sekolah.

D. Penelitian Terdahulu

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti

Komunikasi dalam keluarga, yaitu komunikasi interpersonal orang tua dan anak

terhadap motivasi berprestasi.

Penulis juga sudah mengadakan tinjauan pustaka di perpustakaan yang

terdapat di Perpustakaan Utama UIN. Menurut pengamatan penulis dari hasil

observasi yang dilakukan menemukan skripsi tahun 2009 yang berjudul

Hubungan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dengan

Altruisme Pada Remaja, yang diteliti oleh Heru Wibowo, Fakultas Psikologi

UIN Jakarta. Dalam penelitiannya dia menyimpulkan terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua dan anak dengan

Altruisme pada remaja. Hubungan dari keduanya menjelaskan bahwa semakin

tinggi tingkat komunikasi interpersonal seseorang maka semakin baik Altruisme

seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Skripsi tahun 2009 dengan judul Hubungan Persepsi Tentang Perilaku

Komunikasi Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Fajar

Kedaung, Ciputat, yang diteliti oleh Nursiah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, UIN Jakarta. Dalam penelitiannya dia menyimpulkan, terdapat


11

hubungan positif yang signifikan antara persepsi tentang perilaku komunikasi

guru dengan motivasi belajar siswa. Yang artinya semakin positif persepsi tentang

perilaku komunikasi guru siswa semakin mempunyai motivasi untuk belajar.

Skripsi tahun 2007 dengan judul Pengaruh Kemiskinan Orang Tua

Terhadap Motivasi Belajar Siswa (studi KasusSMP AL Amanah Cisauk

Tanggrang Banten), yang diteliti oleh Yunita, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, UIN Jakarta. Dalam penelitiannya dia menjelaskan tinggi rendahnya

tingkat ekonomi orang tua ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

motivasi belajar anak. Terdapat perbedaan dan pengaruh motivasi belajar antara

siswa yang berokonomi tinggi dengan siswa yang berekonomi rendah.

Skripsi tahun 2009 dengan judul Korelasi Antara Pemenuhan Kebutuhan

Belajar dengan Motivasi Belajar IPS Siswa (SMP Muhammadiyah 44

Pamulang), yang diteliti oleh Ratnengsih, dia menyimpulkan pada tingkat

pemenuhan kebutuhan belajar siswa telah berjalan dengan baik, karena sekolah

sudah dapat memenuhi kebutuhan belajar anak didiknya sehingga proses

pembelajaran berjalan dengan baik. Pada tingkat motivasi belajar IPS siswa

berjalan dengan baik, karena hampir semua guru dapat memberikan motivasi

belajar kepada anak didik. Hasil pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pemenuhan kebutuhan belajar

dengan motivasi belajar IPS siswa.

Dari hasil tinjauan pustaka yang dilakukan penulis, maka penulis belum

menemukan adanya permasalahan yang serupa dengan permasalahan yang penulis

angkat, yaitu permasalahan dari sudut pandang komunikasi interpersonal antara


12

orang tua dan anak terhadap munculnya motivasi berprestasi pada anak. Selain itu

judul penelitian terdahulu tidak membahas peran orang tua dalam membantu

memotivasi anak untuk berprestasi di sekolah. Sehingga dapat dikatakan

penelitian dalam skripsi ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya.

E. Sistematika penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan penelitian laporan ini, maka penulis

mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab yang saling berhubungan,

sehingga tampak adanya gambaran yang terarah. Adapun sistematika

penulisannya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian

terdahulu dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini mengemukakan teori-teori yang melandasi dan mendukung

penelitian. Di dalam bab ini akan di bahas tentang pengertian,

fungsi dan model komunikasi interpersonal. Pengertian motivasi ,

macam-macam motivasi, fungsi dan teori-teori motivasi.

Bab III Metodologi penelitian


13

Bab ini menjelaskan pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, teknik pemilihan subjek,sumber data, teknik

pengumpulan data dan alat data, teknik analisis data.

Bab IV Hasil penelitian

Bab ini memaparkan gambaran umum SDN 01 PAGI CIPULIR

KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN. Dan analisis data

yang telah diperoleh dari lapangan, yang kemudian dibandingkan

dengan teori yang digunakan.

Bab V Penutup

Bab ini terdiri dari kesimpulandan saran, serta diakhiri dengan

daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


BAB II

KERANGKA TEORI

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologi, komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu cum, sebuah kata

depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata

bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communion,

yang dalam bahasa Inggris disebut dengan communion, yang berarti kebersamaan,

persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan atau hubungan. Karena untuk ber-

communion diperlukan adanya usaha dan kerja, maka dari itu dibuat kerja

communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar-menukar,

membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang.

Jadi komunikasi berarti pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran

pikiran atau hubungan.1

Menurut terminologi, istilah komunikasi sangat dipengaruhi oleh cakupan

dan konteksitasnya sehingga banyak memunculkan definisi-definisi mengenai

komunikasi, sebagai catatan saja dalam bukunya Human Communication Theory,

Frank E.X Dance paling tidak telah mencatat sebanyak 126 buah definisi tentang

komunikasi yang diberikan oleh para pakar dan ahli komunikasi.2

1
Endang Lestari dan MA. Maliki, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara, 2003), edisi revisi ke-1, h.4
2
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet IX,
h. 1.10
14
15

Berikut ini beberapa definsi komunikasi menurut para ahli antara lain:

a. Menurut Hovland, Janis dan Kelley, komunikasi adalah suatu proses melalui

mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam

bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah, membentuk prilaku orang lain

(komunikan/Khalayak).

b. Menurut Laswell, komunikasi adalah suatu proses menjelaskan siapa,

mengatakan apa dengan saluran apa, kepada siapa? Dan dengan akibat atau

hasil apa (who?, Says what?, In wich channel?, To whom?, With what

effect?).3

c. Menurut Everest M. rogers dan D. Lawrence Kincaid, komunikasi adalah

suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan

pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan

tiba pada saling pengertian yang mendalam.

d. Menurut para sarjana komunikasi antar manusia (human communication),

komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-

orang mengatur lingkungannya dengan : membangun hubungan antar sesama

manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah

laku orang lain, serta berusaha mengubah tingkah laku tersebut.4

3
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet IX,
h. 1.10-1.11
4
Hafied cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),
edisi revisi, h. 19-20
16

e. Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi adalah penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.5

Dari berbagai definisi komunikasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

komunikasi memiliki keyword sekaligus karakteristik sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah suatu proses.

2. Komunikasi adalah upaya sengaja dan bertujuan.

3. Komunikasi terjadi akibat kerja sama, partisipasi dari perilaku yang terlibat.

4. Komunikasi bersifat simbolis.

5. Komunikasi bersifat transaksional.

6. Komunikasi bersifat bebas ruang dan waktu.6

2. Pengertian komunikasi interpesonal

Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) adalah komunikasi

yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain, antara dua

orang atau lebih. Seperti yang dikatakan oleh R. Wayne Pace (dalam Hafied

Cangara), Interpersonal Communication is Communication involving two or

more people in a face to face setting.7

Pengertian ini menimbulkan interaksi secara langsung antara komunikator

dengan komunikan saling berhadapan dan saling menatap, sehingga terjadi kontak

pribadi: hal ini ditegaskan oleh Effendi, dalam bukunya Ilmu Komunikasi,

5
OnongUchjana Effendy, Dinamika komunikasi, (Bandung: PT. remaja Rosdakarya, 2004),
cet VI, h3
6
Roudhonah, M.A., Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Press, 2007), Cet I, h. 22-24
7
Hafied cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),
edisi revisi, h. 32
17

mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang

dan dapat berlangsung dengan 2 cara:

a. Komunikasi tatap muka (face to face communication)

b. Komunikasi bermedia (Mediated communication)8

Komunikasi personal atau tatap muka berlangsung secara dialogis sambil

saling menetap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact), sedangkan

komunikasi personal bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat,

maka antara kedua orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi, seperti interview

di telepon.

Menurut Ruesch dan Bateson dalam Litle John yang diterjemahkan oleh Alo

Liliweri mengungkapkan sebagai berikut: Tingkatan yang paling penting dalam

komunikasi manusia adalah komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi

(Interpersonal Communication) yang diartikan sebagai relasi individu dengan

orang lain dalam konteks sosialnya. Melalui proses ini individu menyesuaikan

dirinya dengan orang lain lewat peran yang disebut transmitting dan receiving.9

Melalui transmitting terjadilah suatu proses komunikasi yakni penyampaian

pesan (baik verbal maupun non verbal). Sedangkan melalui receiving terjadi suatu

proses penerimaan pesan-pesan tersebut. Proses tersebut dalam model komunikasi

antar pribadi dikenal sebagai model linear (satu arah tanpa umpan balik); model

interaksi (dengan umpan balik) dan model transaksional yang meliputi penyertaan

sikap, kepercayaan, konsep diri, nilai, kemampuan berkomunikasi.

8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: teori dan praktek, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1984) cet. Ke-1, h. 125
9
Alo Liliweri, Prespekti Teoritis Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1994), h. 3.
18

Selain itu Devito berpendapat dalam bukunya The Interpersonal

Communication Book yang dikutip oleh Prof. Onong Uchana Effendy

menyebutkan definisi komunikasi interpersonal: The process of sending and

receiving messages between two person, or among a small group of persons, with

some effect and some immediate feedback. Yaitu proses pengiriman dan

penerimaan pesan-pesan dua orang atau diantara sekelompok kecil orang dengan

berberapa efek dan umpan balik seketika.10

Jadi komunikasi interpersonal secara umum adalah proses pengiriman dan

penerimaan pesan antara pribadi yang dapat berlangsung dengan sedikitnya 2

orang atau group kecil melalui tatap muka maupun dengan menggunakan media

yang mendapat umpan balik atau efek secara langsung.

3. Jenis Komunikasi Interpersonal

Secara teoritis komunikasi interpersonal dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Komunikasi diadik

Komunikasi diadik adalah komunikasi interpersonal yang berlangsung antara

dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan

seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Karena perilaku komunikasinya

dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung intens. Contoh komunikasi

diadik yaitu suami-istri, dua sahabat dekat, guru-murid, ibu-anak dan sebagainya.

Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak

10
Onong Uhjana effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2000), cet II, h. 60
19

dekat, mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik verbal

maupun non verbal.

b. Komunikasi triadik

Komunikasi triadik adalah komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri

dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila

dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif,

karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan,

sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga

umpan balik yang berlangsung. Walaupun begitu komunikasi triadik masih lebih

efektif dari komunikasi kelompok. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

komunikasi interpersonal merupakan komunikasi diadik yaitu berlangsung antara

dua orang dan dialog diantara keduanya. Pentingnya situasi komunikasi

interpersonal ialah prosesnya yang memungkinkan berlangsung secara dialogis.

Menurut Onong, dengan adanya dialog dalam komunikasi interpersonal memiliki

fungsi ganda, secara bergantian mereka menjadi pembicara dan pendengar

sehingga tujuan untuk mencapai pengertian bersama tercapai. Dan keuntungan

dari komunikasi interpersonal adalah terjadi konkat pribadi, umpan balik

berlangsung seketika sehingga kita dapat mengetahui tanggapan orang lain

terhadap pesan yang kita sampaikan dari ekspressi wajah dan gaya bicara

pendengar.
20

4. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Menurut Alo Liliweri fungsi-fungsi komunikasi antar pribadi terdiri atas

fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan.11 Berikut uraian tersebut:

a. Fungsi Sosial

Komunikasi antar pribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial, karena

proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya

berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian maka fungsi sosial

komunikasi antar pribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis dan

psikologis.

Para psikologis memandang bahwa setiap orang secara alamiah merupakan

makhluk sosial. Tanpa mengadakan interaksi sosial maka seseorang gagal

dalam hidupnya. Melalui komunikasi antar pribadi setiap manusia berusaha

mencari dan melengkapi kebutuhannya.

2. Manusia berkomunikasi memenuhi kewajiban sosial.

Setiap orang terikat dalam suatu sistem nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat seperti, ia wajib secara sosial berhubungan dengan orang lain.

Norma dan nilai-nilai telah mengatur kewajiban-kewajiban tertentu secara

sosial dalam berkomunikasi sebagai suatu keharusan yang tak dapat dielakan.

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal-balik.

Salah satu aspek fungsi sosial dari komunikasi dalam pengembangan

hubungan timbal balik. Seperti dalam kehidupan sosial di sekolah terdapat

11
Alo Liliweri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung, Citra Aditya Bakti,
1994), h. 27-31
21

berbagai tingkat perbedaan interaksi, relasi, transaksional seperti, antara

kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan rekan kerjanya, antara guru

dengan muridnya. Hal demikian terjadi karena kebutuhan timbal balik

diantara pergaulan itu tidak sama.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.

Dalam pergaulan orang juga membina relasi, dan menghasilkan transaksi

yang saling menguntungkan pihak-pihak yang berkomunikasi. Jadi adanya

peningkatan mutu hubungan ke arah yang lebih tinggi dan mengadakan

perbaikan pada tahap sebelumnya. Ternyata bahwa hanya melalui komunikasi

antar pribadi setiap orang akan mendapatkan penilaian dari orang lain.

Seseorang yang terus menerus berkomunikasi dengan lugas, segar, terbuka,

saling tukar pikiran dan perasaan sampai pada tahap psikologis maka keadaan

kesehatan jiwa orang lain yang berkomunikasi dengannya.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

Pertentangan antar manusia, terutama antar pribadi merupakan kenyataan

hidup yang tak dapat di hindari. Konflik tidak bisa terelakan karena ia datang

tidak direncanakan yang mungkin hanya kesalahan kecil sekali. Melalui

komunikasi antar pribadi konflik dapat dihindari karena telah terjadi

pertukaran pesan dan kesamaan makna tentang sesuatu makna tertentu.

b. Fungsi Pengambilan keputusan

Banyak dari keputusan yang sering diambil manusia dilakukan dengan

berkomunikasi, karena mendengar pendapat, saran, pengalaman, gagasan, pikiran,


22

maupun perasaan orang lain. Pengambilan keputusan meliputi penggunaan

informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi

pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi, yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi.

Informasi merupakan kunci utama dalam pengambilan keputusan yang

efektif. Banyak kegiatan komunikasi antar pribadi dilakukan bertujuan untuk

mendapatkan informasi. Jika informasi itu benar dan dapat dibagi lalu

diterima karena kesamaan makna, maka akan menguntungkan pengambilan

keputusan.

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain.

Karena informasi sangat menentukan sukses tidak pengambilan keputusan,

maka komunikasi pada awalnya bertujuan untuk mendapatkan persetujuan

dan kerjasama dengan orang lain. Tujuan pengambilan keputusan antara lain

mempengaruhi orang lain terutama sikap serta perilakunya.

5. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Dalam pelaksanaannya komunikasi interpersonal memiliki berbagai tujuan

diantarannya sebagai berikut12:

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Maksudnya dengan membicarakan diri kita sendiri pada orang lain, maka kita

akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri. Dan dengan

12
Sasa Djuarsa Sendjaja, Dkk., Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005)
Cet IX, h. 5.13-5.15
23

komunikasi interpersonal pula kita dapat membuka diri pada orang lain yang

pada kelanjutannya kita juga akan mengenal orang lain lebih mendalam.

b. Mengetahui dunia luar

Dengan komunikasi interpersonal memungkinkan kita untuk memahami apa-

apa yang ada disekitar kita dengan baik.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Manusia hidup sebagai makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari interaksi

dengan yang lain. Komunikasi interpersonal mengarahkan kita untuk mencari

perhatian dan diperhatikan oleh orang lain.

d. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi interpersonal sering terjadi upaya mempengaruhi,

merubah sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin seseorang mengikuti cara

dan pola yang kita miliki.

e. Bermain dan menjadi hiburan

Komunikasi interpersonal dapat memberikan hiburan, rasa tenang, santai dari

berbagai kesibukan dan tekanan.

6. Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dalam Perspektif

Humanistik

Dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia, Joseph DeVito13 menyebutkan

bahwa efektivitas komunikasi interpersonal memiliki karakteristik-karakteristik

yang ditinjau dari perspektif humanistik.

13
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 259 - 270
24

Dalam perspektif ini ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan:

keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness),

sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

1. Keterbukaan (Openness)

Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi

interpersonal yang efektif. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga

aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator antarpribadi yang

efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah

berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.

Harus ada kesediaan membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya di

sembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang

kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap

stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan

pikiran (Bochner & Kelly)14. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui

bahwa perasaan dan pkiiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda

dan anda bertanggung jawab atasnya. Orang tua seyogyanya dapat memfasilitasi

kondisi munculnya keterbukaan15. Kondisi keterbukaan dapat diwujudkan bila

orang tua maupun anak dapat berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang

datang. Terjadi komunikasi secara tatap muka antara orang tua dan anak.

Komunikasi tatap muka penting karena orang tua dapat mengetahui tanggapan

dari anak secara langsung. Komunikasi tatap muka penting untuk mengubah

14
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 259
15

http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&group_id=7
082&discussion_id=71 (14 November 2010)
25

sikap, pendapat dan perilaku seseorang. Orang tua perlu bersikap tanggap

terhadap apa yang disampaikan anak agar komunikasi dapat berhasil. Perlu

diciptakan suasana dialogis. Keterbukaan mengisyaratkan orang tua bersedia

menerima kritikkritik dan saran yang disampaikan anak. Dengan sikap bersdia

menerima kritik dan saran, berarti orang tua dapat mengakui perasaan dan pikiran

yang dilontarkan oleh anak.

2. Empati (empathy)

Henry Backrack16 mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang

untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu,

dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Orang yang

empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan

sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.

Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan

komunikasinya. C.B. Truax17 memasukkan si empati. Empati yang akurat,

menurut Truax, melibatkan baik kepekaan terhadap perasaan yang ada maupun

fasilitas verbal untuk mengkomunikasikan pengertian ini. Empati komunikasi

interpersonal yang efektif perlu didukung oleh sikap empati dari pihakpihak

yang berkomunikasi. Dalam komunikasi antara orang tua dan anak perlu

ditumbuhkan sikap empati. Kondisi empati dapat terwujud bila orang tua bersedia

memberikan perhatian kepada anak dan dapat mengetahui apa yang sedang

dialami anak berkaitan dengan pekerjaannya. Orang tua dapat mengenal anak,

16
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 260
17
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 260
26

baik keinginan, kemampuan dan pengalamannya sehingga orang tua dapat

mengetahui apa yang dirasakan oleh anak tersebut. Selain itu, orang tua dapat

menghindari evaluasi, kritik atau menilai anak menurut pandangan dan

pendapatnya sendiri serta dapat menyelesaikan konflikkonflik secara damai18.

3. Perilaku Suportif (supportiveness)

Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap

mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat

berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap suportif merupakan

sikap yang mengurangi sikap defensif. Sikap ini muncul bila individu tidak dapat

menerima, tidak jujur dan tidak empatik. Sikap defensif mengakibatkan

komunikasi interpersonal menjadi tidak efektif, karena orang yang defensif akan

lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi

komunikasi daripada memahami komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi

karena faktorfaktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah) atau

faktorfaktor situasional yang berupa perilaku komunikasi orang lain. Dalam

komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak, sikap mendukung berperan

dalam menumbuhkan motivasi anak. Sikap mendukung dapat terwujud, bila orang

tua bersedia menghargai ideide atau pendapat anak dan memberikan perhatian

18

http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&group_id=7
082&discussion_id=71 (14 November 2010)
27

yang sungguhsungguh ketika berkomunikasi dengan anak. Sikap mendukung

dapat diperlihatkan bersikap deskriptif bukan evaluatif19.

4. Perilaku positif (positiveness)

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek komunikasi interpersonal.

Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika orang memiliki sikap positif

terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif terhadap diri sendiri

mengisyaratkan perasaan tersebut kepada orang lain dan merefleksikannya.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi sangat penting untuk interaksi

yang efektif. Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking

(dorongan). Dorongan merupakan istilah yang berasal dari kosakata umum yang

dipandang penting dalam analisis transaksional dan interaksi antara manusia.

Dorongan positif dapat berbentuk pujian atau penghargaan. Dorongan positif akan

mendukung citra pribadi dan membuat merasa lebih baik. Sikap positif dalam

menunjang komunikasi interpersonal yang efektif antara orang tua dan anak dapat

terwujud bila orang tua dapat berpandangan positif terhadap dirinya sendiri.

Orang tua dapat menunjukkan perasaan senang ketika berkomunikasi dengan anak

dan dapat memberikan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan oleh anak20.

5. Kesetaraan (Equality)

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,

harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai

19

http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&group_id=7
082&discussion_id=71 (14 November 2010)
20

http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&group_id=7
082&discussion_id=71 (14 November 2010)
28

dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting

untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh

kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk

memahami perbedaan yang pasti ada ketimbang sebagai kesempatan untuk

menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan

menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.

Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau, menurut istilah Carl Rogers,

kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat

kepada orang lain.

7. Hambatan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi dapat macet atau menjumpai hambatan pada sebarang titik

dalam proses dari pengirim ke penerima. Hambatan-hambatan ini, adakalanya

dinamakan distorsi kognitif (Beck & Burns)21, dapat muncul dalam komunikasi

interpersonal. Tujuh hambatan yang mungkin terjadi dalam komunikasi

interpersonal yaitu:

1. Polarisasi (polarization)

Polarisasi adalah kecenderugan untuk melihat dunia dalam betuk lawan kata

dan menguraikanya dalam bentuk ekstrim baik atau buruk, positif atau negatif,

sehat atau sakit, pandai atau bodoh. Kita mempuyai kecenderungan kuat untuk

hanya melihat titik-titik ekstrim dan mengelompokkan manusia, obyek, dan

kejadian dalam bentuk lawan-kata yang ekstrim ini. Perhatikanlah bagaimana,

21
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 266
29

pada kurva bentuk lonceng, sedikit saja orang yang berada pada kedua ujung

ekstrim. Tetapi, semakin kita mendekati titik tengah, semakin banyak orang yang

termasuk di situ. Ini terjadi pada sebaran percontoh (sample) acak. Jika kita

menyeleksi sejumlah besar orang secara acak kita akan melihat bahwa tingkat

kecerdasan, tinggi badan, berat badan, penghasilan, usia, kesehatan, dan

sebagainya dari mereka akan, jika dipetakan, membentuk distribusi normal atau

sebaran berbentuk lonceng. Namun demikian, tetap saja kita mempunyai

kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada ujung-ujung ekstrim dari kurva

ini dan mengabaikan bagian tengah, yang mengandung kelompok mayoritas.

2. Orientasi intensional (intensional orientation)

Orientasi intensional (intensional orientation) mengacu pada kecenderungan

kita untuk melihat manusia, obyek, dan kejadian sesuia dengan ciri yang melekat

pada mereka. sebagai contoh, jika Sally dicirikan sebagai orang yang tidak

menarik, kita akan, secara intensional, menilainya sebagai tidak menarik sebelum

mendengarkan apa yang dikatakannya. Kita cenderung memandang Sally melalui

penyaring yang ditimbulkan oleh ciri tidak menarik ini. Sebaliknya, orientasi

ekstensional (extensional orientation), adalah kecenderungan untuk terlebih dulu

memandang manusia, obyek, dan kejadian baru setelah itu memperhatikan cirinya

(labelnya): sebagai contoh, kita melihat Sally tanpa memperhatikan ciri yang

melekat pada dirinya. Dengan menggunakan orientasi seperti ini, kita akan

cenderung diarahkan oleh apa yang kita lihat memang terjadi dan bukan oleh label

orang yang bersangkutan. Orientasi intensional terjadi bila kita bertindak seakan-

akan label adalah lebih penting daripada orangnya sendiri seperti peta lebih
30

penting dari wilayah yang digambarkannya. Bentuk ekstrim dari orientasi

intensional terlihat pada diri orang yang, begitu takutnya pada anjing, sudah

berkeringat dingin bila melihat gambar anjing atau bila mendengar orang lain

membicarakan anjing. Di sini orang itu bereaksi terhadap label (gambar atau uraia

verbal) seakan-akan itu merupakan benda (anjing) sebenarnya.

3. Kekacauan karena menyimpulkan fakta (fact-inference confusion)

Kita dapat membuat pernyataan tentang dunia yang kita amati, dan kita dapat

membuat pernyataan tentang apa yang belum pernah kita lihat. Dari segi bentuk

atau struktur, pernyataan pernyataan ini sama saja dan kita tidak dapat

membedakan mereka dengan analisis gramatika. Sebagai contoh, kita dapat

mengatakan, Ia mengenakan jaket biru, seperti juga kita dapat mengatakan Ia

melontarkan tatapan yang penuh kebencian. Dari segi struktur, kedua kalimat ini

serupa. Tetapi kita tahu bahwa keduanya merupakan jenis pernyataan yang sangat

berbeda. Kita dapat melihat jaket dan warnanya yang biru, tetapi bagaimana kita

melihat tatapan yang penuh kebencian? Jelas, ini bukanlah pernyataan

deskriptif, melainkan pernyataan inferensial (penyimpulan). Tidak ada salahnya

pernyataan inferensial seperti itu. Kita harus membuatnya untuk membicarakan

sesuatu yang bermakna bagi kita. Masalah baru timbul bila kita berlaku seakan-

akan pernyataan inferensial itu adalah pernyataan faktual.


31

4. Potong kompas (bypassing)

Potong kompas adalah pola kesalahan evaluasi dimana orang gagal

mengkomunikasikan makna yang mereka maksudkan. Wiliam Haney22

mendefinisikannya sebagai pola salah komunikasi yang terjadi bila pengirim

pesan (pembicara, penulis, dan sebagainya) dan penerima (pendengar, pembaca,

dan sebagainya) saling menyalah artikan makna pesan mereka. Potong kompas

dapat mempunyai dua bentuk. Dalam bentuk pertama, dua orang menggunakan

kata-kata yang berbeda tetapi memberikan makna yang sama bagi kata-kata ini.

Di permukaan tampaknya ada ketidaksepakatan padahal pada tingkat makna

terjadi kesepakatan. Jenis kedua lebih lazim lagi. Bentuk potong kompas ini

terjadi bila dua orang menggunakan kata yang sama tetapi maknanya berbeda. Di

permukaan tampaknya kedua orang ingin sependapat (karena mereka

menggunakan kata-kata yang sama). Tetapi, jika kita mengamati lebih cermat kita

akan melihat bahwa sebenarnya ada ketidaksependapatan yang nyata. Asumsi

yang mendasari potong kompas adalah bahwa kata-kata yang mempunyai makna

intrinsik. Kita secara keliru menganggap bahwa bila dua orang menggunakan kata

yang sama mereka maksudkan hal yang sama pula, dan bila mereka menggunakan

kata yang berbeda mereka maksudkan hal yang berbeda. Tetapi, kata tidak

mempunyai makna; maka ada dalam diri manusia.

5. Kesemuaan (allness)

Kita tidak pernah melihat sesuatu secara keseluruhan atau mengalami sesuatu

secara lengkap. Kita melihat bagian dari suatu obyek, kejadian, atau orang, dan
22
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 235
32

atas dasar yang terbatas itu kemudian kita menyimpulkan bagaimana rupa

keseluruhan. Tentu saja kita tidak mempunyai pilihan lain untuk menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang tidak memadai karena kita selalu

memiliki bukti yang memang tidak memadai. Tetapi kita perlu menyadari bahwa

bila kita membuat penilaian atas dasar itu, kita sebenarnya membuat kesimpulan

(inference) yang mungkin saja di kemudian hari terbukti keliru. Disraeli pernah

mengatakan bahwa menyadari bahwa anda tidak tahu merupakan langkah besar

menuju pengetahuan. Pengamatan itu merupakan contoh bagus mengenai sikap

ketidak semuaan (non-allness). Jika anda menyadari bahwa masih banyak yang

perlu anda ketahui, anda akan membuat diri anda terbuka untuk menemukan

informasi tambahan.

6. Evaluasi statis (static evaluation)

Bila kita membuat abstraksi (rigkasan) tentang sesuatu atau seseorang, atau

kita merumuskan pernyataan verbal tentang suatu kejadian atau seseorang,

pernyataan ringkas itu bersifat statis dan tidak berubah. Tetapi sadarilah bahwa

obyek atau orang yang kita bicarakan itu dapat sangat berubah. Meskipun kita

semua barangkali sependapat bahwa semua hal selalu berubah, pertanyaan yang

relevan adalah apakah tindakan atau perilaku kita menunjukkan bahwa kita

memang mengetahuinya. Dengan kata lain, apakah kita bertindak sesuai dengan

irama perubahan, dan bukan sekedar menerimanya secara intelektual. Apakah

anda memperlakuakan adik perempuan anda seakan-akan ia masih berusia 10

tahun, atau apakah anda memperlakukannya sesuai dengan usianya yang sudah 20

tahun. Evaluasi anda atas diri sendiri dan atas orang lain haruslah mengikuti derap
33

perubahan dunia nyata yang begitu cepat, jika tidak, anda akan terbenam dalam

sikap dan keyakinan tentang dunia yang tidak lagi berlaku.

7. Indiskriminasi (indiscrimination)

Indiskriminasi terjadi bila kita memusatkan perhatian pada kelompok orang,

benda, atau kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat

unik atau khas dan perlu diamati secara individual. Salah evaluasi ini merupakan

inti adanya stereotipe tentang kelompok-kelompok bangsa, ras, dan agama.

Stereotipe adalah gambaran mental yang menetap tentang kelompok tertentu yang

kita anggap berlaku untuk setiap orang (anggota) dalam kelompok tersebut tanpa

memperhatikan adanya kekhasan orang yang bersangkutan. Terlepas dari apakah

stereotipe kita positif atau negatif, masalah yang ditimbulkannya tetap sama.

Sikap ini membuat kita mengambil jalan pintas yang seringkali tidak tepat.

Sebagai contoh, bila anda bertemu dengan seseorang, reaksi pertama anda

barangkali memasukkannya ke dalam kategori tertentu barangkali menurut

kebangsaan, agama, atau disiplin ilmu. Apa pun macam kategori yang anda

gunakan, anda lupa memberikan perhatian yang cukup terhadap karakteristik khas

orang di hadapan anda. Walaupun dua orang menganut agama yang sama,

misalnya, masing-masing orang ini berbeda satu sama lain. Indiskriminasi

merupakan pengingkaran dari kekhasan orang lain.


34

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

Sebelum mengacu kepada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menelaah

pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif berasal dari kata Moverre

yang berarti menggerakkan23. Sehingga Winkel mengartikan motif sebagai daya

penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi

mencapai tujuan tertentu.24 Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang

terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku

yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Menurut beberapa ahli psikologi, pada diri seseorang terdapat penentuan

tingkah laku, yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu

tersebut adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya,

seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapan

penghargaan atas prestasinya.25 Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan

dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin di capainya.

Pernyataan ahli tersebut dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah

sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah

karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.26

David McClelland et al, berpendapat bahwa a motive is the redintegration

by a cue of a change in an affective situation, yang berarti motif merupakan

implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration) dengan di

23
Suciati Prasetya Irawan, Teori Belajar dan Motivasi, (Jakarta: PAU-PPAI UT, 2001) h. 52
24
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta, Grafindo, 1996), h. 151
25
Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis DibidangPendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 8
26
Wahosumidjo, Kepemimpinan Dan Motivasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992), h. 177
35

tandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif

adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang

diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan

afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.27

Motivasi dari pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari

dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada

keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan.

Sedangkan Silverstone menganggap motif merupakan tahap awal dari proses

motivasi sebab motif-motif tidak selamanya aktif. Motif-motif hanya aktif pada

saat-saat tertentu saja, yaitu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan mendesak. Motif atau daya penggerak yang telah menjadi aktif inilah

yang disebut motivasi.28

Menurut Nurdin Ibrahim, motivasi merupakan Dorongan, hasrat, atau

kebutuhan seseorang29. Sedangkan menurut French yang dikutip oleh Veithzal

Rivai, motivasi yaitu keinginan, hasrat dan sekaligus tenaga penggerak yang

berasal dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu30. Pendapat Crawl

Kaminsky dan Padell yang dikutip oleh Veithzal Rivai mengatakan bahwa

motivasi merupakan suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam

27
David C McCleland, John W. Atkinson, Russel A. Clark, Edgar L. Lowel, The Achievement
Motive, (New York: Irvington, 1976) h. 28
28
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta Pedoman Ilmu Jaya,
1993)h. 129
29
Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang Jawa
Barat, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002), h. 288
30
Veithzal Rivai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta Diklat
SPAMA: Survey di Diklat Departemen Kesehatan, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
2002), h. 131
36

diri manusia yang mengatur tindakan dengan cara tertentu31. Dengan demikian

motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga

mengakibatkan seseorang mengalami ketidakseimbangan dan untuk mengurangi

tekanan tersebut mereka melakukan usaha konkrit dalam memenuhi kebutuhan

tersebut, sehingga keseimbangan tercapai kembali32.

Mc Donald (dalam Wasty)33 memberikan definisi motivasi, yaitu: suatu

perubahan tenaga di dalam diri / pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan

afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi ini berisikan tiga

hal, yaitu:

1. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang. Setiap

perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga di dalam

sistem neurofisiologis daripada organisme manusia. Banyak motive yang

kepastian hakikat organisme daripada keinginan untuk dihargai dan diakui

adalah tidak dapat diterangkan, tetapi dapat diasumsikan.

2. Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif. Dorongan afektif sering nyata

dalam tingkah laku. Di lain pihak ada pula dorongan afektif yang sulit untuk

diamati. Misalnya anak yang tenang-tenang duduk bekerja di mejanya,

nampak kurang nyata dorongan afektifnya, padahal ia mempunyai dorongan

afektif yang kuat berupa manifestasi perubahan psikologis yang terjadi di

dalam dirinya.

31
Veithzal Rivai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta Diklat
SPAMA: Survey di Diklat Departemen Kesehatan, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
2002), h. 131
32
Veithzal Rivai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta Diklat
SPAMA: Survey di Diklat Departemen Kesehatan, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
2002), h. 131
33
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2001), h. 192
37

3. Motivasi ditandai oleh rekasi-rekasi mencapai tujuan. Motivasi memimpin ke

arah rekasi-reaksi mencapai tujuan. Misalnya untuk dapat dihargai dan diakui

oleh orang lain.

Dengan demikian masalah motivasi ini sangat berkaitan erat dengan status

fisik, emosi, kebiasaan sikap dan nilai serta insentif seseorang. Tanpa adanya

aspek-aspek ini motivasi tidak akan muncul. Motivasi akan muncul jika individu

memiliki target tentang sesuatu, misalnya ingin berprestasi di sekolah.

Oleh sebab itu motivasi memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Hal

ini dikarenakan motivasi dapat menentukan keberhasilan seseorang. Hal ini sesuai

dengan pendapat Davies yang dikutip oleh Nurdin Ibrahim yang menyatakan

bahwa motivasi memiliki empat pengaruh penting di dalam pembelajaran, tiga

diantaranya:

1. Motivasi memberi semangat, sehingga siswa menjadi aktif, sibuk dan tertarik,

motivasi menopang upaya dan menjaga belajar siswa agar tetap berjalan.

2. Motivasi mengarahkan dan mengendalikan tujuan siswa sehingga dapat

melengkapi suatu tugas, mencapai tujuan khusus yang diinginkan.

3. Motivasi adalah selektif, agar siswa dapat menentukan kegiatan apa yang

akan dilakukan dan bagaimana tugas-tugas itu dapat dikerjakan34.

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu "prestatie". Kemudian dalam

bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti "hasil usaha". Dalam etimologi

bahasa Indonesia dikatakan bahwa prestasi adalah a. pencapaian b. penampilan c.

34
Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang Jawa
Barat, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002), h. 489
38

kemampuan.35 Sedangkan kamus umum bahasa Indonesia mengemukakan bahwa

kata "prestasi" berarti hal yang telah dicapai36. Prestasi adalah hasil yang dicapai

atau hasil yang sebenar-benarnya dicapai.

Winkel mengartikan kata "prestasi" sebagai buku keberhasilan usaha yang

dicapai. Jadi prestasi adalah istilah oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha

tertentu. Dalam kaitannya dengan usaha belajar berarti prestasi menunjuk pada

tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar

dalam suatu penggalan waktu tertentu.37

J.P. Chaplin mengatakan bahwa prestasi adalah tingkah laku yang

membuahkan hasil, khususnya tingkah laku yang dapat mengubah lingkungan

dengan cara-cara tertentu.38 Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto prestasi

adalah merupakan sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang

diberikan kepada siswa-siswanya atau dosen kepada mahasiswanya dalam waktu

tertentu.39Jadi motivasi berprestasi adalah dorongan yang ada dalam diri individu

untuk mencapai suatu keberhasilan yang sebenar-benarnya ingin dicapai oleh

individu tersebut.

35
M. Ngajenan, Kamus etimologi bahasa indonesia (semarang:dahara Prize, 1990) cet ke-II
h.143
36
WJS. Purwadarminta, Kamus UMum Bahasa Indonesia, (Jakarta:BAlai pustaka, 1995),
h.768
37
Munawaroh. Hubungan antara perhatian orangtua dengan prestasi belajar agama islam
siswa SMEA budi mulia ciledug. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2006. H. 30
38
J.P. Chaplin, kamus lengkap psikologi, (jakarta:raja grafindo persada, 1981), cet. Ke VII,
h,360
39
M.Ngalim Purwanto, Teknik-teknik evaluasi pendidikan, (jakarta: Nasco, 1997), h.6
39

2. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat

bervariasi.

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a. Motif-motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak

lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya:

dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja,

untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut

motif-motif yang disyaratkan secara biologis. Relevan dengan ini, maka

Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological Drives.

b. Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh:

dorongan untuk belajar suatu cabang bidang ilmu pengetahuan, dorongan

untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. motif-motif mengajar

sesuatu di dalam masyarakat. motif-motif ini seringkali disebut dengan

motif-motif yang disyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam

lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu

terbentuk. Frandsen, mengistilahkan dengan affiliattive needs. Sebab justru

dengan kemampuan berhubungan, kerjasama di dalam masyarakat

tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan

sifat-sifat ramah, kooperatif, membina hubungan baik dengan sesama,


40

apalagi orang tua dan guru. Hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai

prestasi.

Disamping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif ini:

a. Coginitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan

individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan

biasanya berwujud proses dan produk mental.

b. Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting

kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu

terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk itu memang

diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang itu ada

keinginan untuk aktualisasi diri.

c. Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan

kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu

keinginan bagi setiap individu.

2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum,

makan bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini

sesuai dengan jenis Physiological drives dari Frandsen.

b. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain:

dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk


41

berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena

rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk

melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia

luar secara efektif.

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis

yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi

jasmaniah seperti misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang

termasuk motivasi rohaniah, yaitu kemauan.

4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang

memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik,

yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Dorongan yang

menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan

keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang

motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial,

bukan sekedar simbol dan seremonial. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan

motivasi intrinsik menurut Oemar Hamalik adalah:


42

1. Keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu

2. Memperoleh informasi dan pengertian

3. Mengembangkan sikap untuk berhasil

4. Menyenangi kehidupan

5. Menyadari sumbangan terhadap usaha kelompok

6. Keinginan diterima oleh orang lain40

Untuk lebih memahami hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik

tersebut, maka akan dijabarkan secara terperinci sebagai berikut:

a. Adanya kebutuhan

Misalnya seseorang anak yang ingin mengetahui isi cerita dari komik,

keinginan untuk mengetahui isi cerita itu dapat mendorong anak untuk belajar

membaca, jika ia telah dapat membaca maka kebutuhan untuk mengetahui isi

cerita bisa terpenuhi.

b. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri

Kemajuan dan kemunduran bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat.

Misalnya anak yang mendapat angka kurang, akan terdorong lebih giat lagi

dalam belajar agar mendapat angka yang lebih baik.

c. Adanya cita-cita atau aspirasi

Cita-cita yang menjadi tujuan hidup seseorang akan menjadi pendorong bagi

seluruh kegiatannya. Misalnya ingin menjadi guru, dokter, polisi, dan

sebagainya. Cita-cita yang menjadi tujuan hidup ini akan merupakan

pendorong bagi kegiatan anak terutama dalam hal belajar.

40
Oemar Hamalik, Proses belajar mengajar, (jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet ke-I, h.162
43

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan fungsinya karena

adanya rangsangan dari luar.41 Hal ini sejalan dengan pendapat Alisuf sabri,

motivasi eksrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar individu, atau

motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan individu.42Ada beberapa cara yang

dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik yaitu:

a. Ganjaran

Menurut M. Ngalim Purwanto, ganjaran adalah alat untuk mendidik anak-

anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatannya mendapat

penghargaan.43 Ada beberapa bentuk ganjaran, diantaranya adalah:

1. Pujian

Semua orang senang dipuji atau hasil pekerjaan yang telah

diselesaikannya. Demikian juga dengan siswa, akan lebih bersemangat bila

hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan. Kondisi ini harus dimanfaatkan

guru dan orang tua untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar.

Namun pujian yang diberikan harus tepat dan jangan terlalu berlebihan.

2. Hadiah

Dalam dunia pendidikan, hadiah biasa dijadikan sebagai alat motivasi.

Misalnya hadiah dapat diberikan kepada siswa yang berprestasi tinggi

seperti ranking satu, dua dan tiga dari siswa lainnya. Hadiah ini diberikan

41
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006), Cet I, h. 89
42
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet . I, h. 85
43
M.Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) cet
ke-20, h.64
44

agar senantiasa siswa termotivasi dalam memperhatikan prestasi belajar

mereka.

3. Teguran

Teguran digunakan untuk memperbaiki siswa yang membuat kesalahan

atau berkelakuan tidak baik, namun harus digunakan dengan hati-hati agar

jangan merusak harga diri siswa.

b. Hukuman

Hukuman merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan tepat dan bijak.

Sesuatu yang dilakukan siswa harus diberikan hukuman dengan pendekatan

edukatif. Pendekatan edukatif di sini dikonotasikan sebagai hukuman yang

sifatnya mendidik dan bertujuan untuk memperbaiki sifat dan perbuatan

untuk terus belajar.

c. Saingan atau kompetensi

Saingan dapat mendorong siswa untuk giat belajar. Persaingan baik dalam

bentuk individu atau kelompok. Dalam hal ini guru dan orang tua memegang

peranan penting dalam strategi mengajar, agar suasana proses belajar

mengajar interaktif dan konduktif.


45

3. Fungsi Motivasi

Motivasi memiliki empat fungsi menurut Sardiman44, yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. seorang

siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan

melakukan kegiatan belajar dan tidak akan mengahabiskan waktunya untuk

bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang dikerjakan.

4. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha

karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan

menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha

yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang

belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi

44
Sardiman A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada) h: 85
46

seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi

belajarnya.

4. Hal-hal Yang Mempengaruhi Motivasi

Terdapat empat hal utama yang mempengaruhi motivasi anak: budaya,

keluarga, sekolah dan anak itu sendiri45. Tiap hal tersebut mempresentasikan

sebuah sistem.

1. Budaya

Setiap kelompok etnis melaksanakan dan menjalankan nilai-nilai

pembelajaran dalam arti akademis maupun tradisinal. Nilai-nilai

ditransmisikan melalui jalur-jalur utama sebagai agama dominan, mitos atau

dongeng-dongeng, legislasi politis atas pendidikan, status dan gaji guru, dan

harapan-harapan para orang tua atas usaha mempersiapkan anak-anak mereka

untuk sekolah serta peran mereka dalam hubungannya dengan sekolah.

Budaya juga banyak berbicara mengenai penghargaan bagi murid-murid yang

belajar sehingga berhasil, seperti yang diharapkan. Contohnya yaitu budaya

Jepang memberikan penghargaan tinggi atas keberhasilan edukasional, dan

prestasi di sekolah dipandang sebagai hal yang sangat terkait dengan

kesalehan kepribadian. Pandangan ini terjalin dalam tenunan kuat nilai-nilai

budaya Jepang.

45
Raymond J. Wlodkowski & Judith H. Jaynes. Motivasi Belajar. Cerdas Pustaka. 2004.
Jakarta H. 19-28
47

2. Keluarga

Berdasarkan penelitian, para orang tua hendaknya tampil sebagai faktor

pemberi pengaruh utama bagi motivasi anak. Efek membangun motivasi anak

memiliki pengaruh mendalam pada setiap tingkat perkembangan anak yang

bertahan hingga tahun-tahun sekolah tinggi dan di luar setelahnya. Penelitian

Benjamin Bloom memberikan fakta yang nyata atas jenis pengaruh ini. Tim

penelitiannya melakukan wawancara secara mendalam dengan para

profesional muda yang berbakat dan sangat berhasil berusia antara 28 hingga

35 tahun, yang sangat diakui berada dalam bidang-bidang sulit dan

kompetitif. Yang mencakup penelitian matematika, neourologi, piano klasik,

dan tenis. Bloom menemukan bahwa karakter paling umum dalam pendidikan

umum, pelatihan yang dikhususkan, dan prestasi mereka setelahnya,

merupakan akibat keterlibatan orang tua secara penuh antusias. Bahkan ketika

prestasi dan kecakapan orang-orang muda ini bebas dari keterlibatan langsung

orang tua, mereka memandang dukungan orang tua sebagai titik referensi

utama yang mengokohkan tujuan-tujuan mereka sebagai faktor yang

bermanfaat dan berada dalam jangkauan mereka.

3. Sekolah

Ketika muncul motivasi dalam diri siswa, para guru membuat diferensi. Pada

kebanyakan kasus, mereka tidak sekuat orang tua, akan tetapi mampu

membuat kehidupan sekolah menyenangkan atau tidak menarik. Dari hasil

riset maupun pengalaman klinis, memberikan testimoni bahwa para guru

yang meningkatkan motivasi para murid, mereka adalah orang yang setiap
48

hari membagi tindakan perilaku profesional yang diajarkan. Mereka memiliki

karakter yang secara luas berada dalam kendali sendiri. Salah satu ciri guru

yang mampu memberikan motivasi adalah antusiasme. Mereka peduli

mengenai apa yang mereka ajarkan dan mengkomunikasikan kepada murid-

murid, bahwa apa yang mereka ajarkan adalah penting. Para guru seperti itu

mengupayakan bukti nyata ini dan memilih model-model tepat yang

intensitasnya mengisyaratkan identifikasi dan inspirasi.

4. Anak

Setiap individu memiliki kehendak atau keinginan dalam dirinya sendiri,

perbuatan individu yang benar-benar didasari oleh suatu dorongan yang tidak

diketahui secara jelas, tetapi bukan karena insting, artinya bersumber pada

suatu motif yang tidak dipengaruhi dari lingkungan perilaku yang disebabkan

oleh motif semacam itu muncul tanpa perlu adanya ganjaran atas perbuatan,

dan tidak perlu hukuman untuk tidak melakukannya46.Hal itu terjadi pula

dalam kehendak untuk berhasil pada umumnya. Oleh karena itu, motif

semacam itu disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam

melakukan suatu tugas atau pekerjaan, motif untuk memperoleh

kesempurnaan. Motif semacam itu merupakan unsur kepribadian dan perilaku

manusia, sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang

bersangkutan.47

46
Hamzah B. Uno. Teori motivasi & pengukurannya: analisis di bidang pendidikan. Jakarta:
Bumi aksara, 2008 h. 33
47
Hamzah B. Uno. Teori motivasi & pengukurannya: analisis di bidang pendidikan. Jakarta:
Bumi aksara, 2008 h. 30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menggali kebenaran pengetahuan. Adapun tujuan dari penggunaan metodologi

penelitian yaitu untuk memberikan peluang sebesar-besarnya bagi penemuan

kebenaran yang obyektif dan juga untuk menjaga agar pengetahuan dan

pengembangannya memiliki nilai ilmiah yang tinggi1.

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta

Selatan. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari - Maret 2011.

Adapun alasan pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan sebagai

berikut:

1. Lokasi penelitian sangat mudah dijangkau oleh peneliti

2. Adanya keterbatasan biaya, waktu dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti

B. Model dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

1
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2005), h.24

49
50

kuantitatif (statistik), dengan menggunakan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan2. Adapun desain penelitian adalah deskriptif korelasional, hal ini

sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui apakah ada hubungan antara

komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anak terhadap peningkatan

motivasi berprestasi SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

C. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yaitu seluruh objek yang akan menjadi pengamatan dalam penelitian

yang memiliki konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variable

atau variabel X) dan variabel terikat (dependent variable atau variabel Y).

Variabel bebas yakni sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan

atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain.

Sedangkan variabel terikat yakni sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada

atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Hadari

Nawawi, 2005)3. Dalam penelitian ini, ada dua variabel penelitian, yaitu variabel

komunikasi interpersonal sebagai variabel bebas dan variabel motivasi berprestasi

sebagai variabel terikat.

2
Prof.Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kauntitatif dan R & D). (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 8
3
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.
56-57
51

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah meletakkan arti pada suatu konstruk atau variabel

dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu

untuk mengukur konstruk atau variabel itu (Kerlinger, 2004:51)4. Definisi

operasional variabel-variabel dalam penelitian ini yakni:

1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal secara umum adalah proses pengiriman dan

penerimaan pesan antara pribadi yang dapat berlangsung dengan sedikitnya 2

orang atau group kecil melalui tatap muka maupun dengan menggunakan media

yang mendapat umpan balik atau efek secara langsung. Komunikasi interpersonal

ini diukur dengan skala komunikasi interpersonal yang terdiri dari aspek-aspek:

a. Keterbukaan

1) Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak berlangsung tanpa ada

hambatan. Anak dan orang tua dapat menyampaikan apapun yang mereka

ingin sampaikan.

2) Indikator

Indikator yang ditujukan untuk anak:

a) Adanya pengungkapan diri antara anak kepada orang tua

b) Adanya kejujuran terhadap apa yang diungkapkan anak kepada orang

tua

4
Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behavioral. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2004), h. 51
52

Indikator yang ditujukan untuk orang tua:

a) Adanya pengungkapan diri antara orang tua kepada anak

b) Adanya kejujuran terhadap apa yang diungkapkan orang tua kepada

anak

b. Empati

1) Empati yakni dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam

hal ini, orang tua dapat merasakan apa yang sedang anak rasakan,

begitupun sebaliknya. Dengan begitu orang tua dapat memahami dan

mengerti keadaan anak begitupun sebaliknya.

2) Indikator

Indikator yang ditujukan kepada anak:

a) Anak dapat merasakan harapan orang tua terhadap dirinya

b) Anak mampu menyikapi dengan baik situasi yang dihadapi orang tua

Indikator yang ditujukan kepada orang tua:

a) Orang tua dapat merasakan kesulitan belajar yang dihadapi anak

b) Orang tua dapat menyikapi dengan baik situasi yang dihadapi anak

c. Sikap mendukung

1) Dukungan yang diberikan keluarga merupakan suatu hal yang penting bagi

masing-masing anggota keluarga. Dengan adanya sikap saling mendukung

antar anggota keluarga maka akan menciptakan energi positif dalam diri

masing-masing anggota keluarga. Sehingga setiap anggota keluarga

menghadapi suatu permasalahan mereka akan tetap semangat dan optimis

menghadapinya.
53

2) Indikator:

Indikator yang ditujukan kepada anak:

a) Orang tua menghargai pendapat dan ide yang diungkapkan anak

b) Kehadiran orang tua dalam event penting anak

Indikator yang ditujukan kepada orang tua:

a) Anak meghargai pendapat dan ide yang diungkapkan orang tua

b) Kehadiran orang tua dalam event penting anak

d. Sikap positif

1) Orang tua dan anak saling memberikan reaksi positif ketika masing-masing

pihak melakukan suatu hal yang diharapkan. Reaksi positif yang diberikan

yakni berupa pujian dan penghargaan. Misalnya ketika anak memperoleh

prestasi di sekolahnya, maka orang tua memberikan anak pujian dan hadiah

untuk anaknya tersebut.

2) Indikator

Indikator yang ditujukan kepada anak:

a) Orang tua memberikan penghargaan bila anak mencapai prestasi

b) Orang tua memberikan pujian yang bersifat mendukung kepada anak

Indikator yang ditujukan kepada orang tua:

a) Anak memberikan penghargaan bila orang tua menunjukkan sikap

positif terhadap anak

b) Anak memberikan pujian yang bersifat mendukung terhadap orang tua


54

e. Kesetaraan

1) Dalam hal ini, orang tua dan anak memiliki kedudukan dan posisi yang

sama atau sejajar. Sehingga baik orang tua maupun anak dapat menerima

pendapat dan pandangan dari masing-masing pihak.

2) Indikator:

Indikator yang ditujukan kepada anak:

a) Adanya kerjasama dalam memecahkan masalah yang dihadapi

b) Orang tua bersedia meminta saran kepada anak

Indikator yang ditujukan kepada orang tua:

a) Adanya kerjasama dalam memecahkan masalah yang dihadapi

b) Anak bersedia meminta saran kepada orang tua

2. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi yaitu dorongan yang ada dalam diri individu yang

berasal dari dalam maupun luar individu untuk mencapai suatu keberhasilan baik

keberhasilan akademik maupun non akademik yang ingin dicapai oleh individu

tersebut. motivasi berprestasi ini diukur dengan skala motivasi berprestasi yang

terdiri dari aspek-aspek:

a. Motivasi intrinsik

1) Motivasi intrinsik yaitu melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri

(tujuan itu sendiri)5

2) Indikator:

a) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi yang tinggi

5
John W. Santrock. Psikologi Pendidikan, edisi kedua. (Jakarta: Kencana, 2008). H. 514
55

b) Adanya keinginan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan

b. Motivasi ekstrinsik

1) Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu

yang lain (cara untuk mencapai tujuan)6

2) Indikator:

a) Adanya ganjaran

b) Adanya saingan atau kompetensi

c. Prestasi akademik

1) Prestasi yang dicapai individu dalam suatu kegiatan belajar mengajar di

kelas.

2) Indikator:

a) Keinginan mendapat nilai yang baik di kelas atau sekolah

b) Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sebaik mungkin

d. Prestasi non akademik

1) Prestasi yang diraih siswa di luar kegiatan belajar mengajar di dalam

kelas.

2) Indikator:

a) Adanya keterlibatan dalam kegiatan di luar kegiatan belajar

mengajar

b) Merasa bersemangat dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

6
John W. Santrock. Psikologi Pendidikan, edisi kedua. (Jakarta: Kencana, 2008). H. 514
56

E. Kerangka Pemikiran

Motivasi penting untuk dimiliki oleh setiap orang, karena dengan motivasi,

individu akan mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu guna mencapai

tujuan dalam hidupnya. Begitu pula dengan anak-anak, mereka juga perlu untuk

memiliki motivasi agar dapat berprestasi di sekolahnya. Anak yang tidak memiliki

motivasi tidak akan memiliki keinginan memperoleh nilai yang baik di

sekolahnya. Namun, tidak semua anak memiliki motivasi yang berasal dari diri

mereka sendiri, mereka membutuhkan orang lain atau faktor-faktor eksternal yang

dapat membantu mereka untuk memiliki motivasi tersebut.

Salah satu pihak yang dapat membantu anak memperoleh motivasi mereka

yaitu orang tua, mengingat intensitas anak untuk berinteraksi dengan orang tua

sangat intens karena mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka. Untuk itu

keterampilan komunikasi interpersonal-lah yang dibutuhkan oleh para orangtua.

Sayangnya, tidak semua orangtua memiliki keterampilan komunikasi

interpersonal yang baik dengan anaknya sehingga tidak sedikit anak yang

memiliki masalah dalam nilai dan prestasinya di sekolah.

Fenomena yang terjadi saat ini, sebagian orang tua hanya dapat menuntut

anak untuk berprestasi di sekolahnya tanpa membantu anak untuk meningkatkan

prestasi mereka. Orang tua juga tidak jarang memarahi anaknya dengan kata-kata

yang tidak layak di dengar. Hal tersebut tidak jarang terjadi, justru sebaliknya

tindakan yang orang tua lakukan tersebut membuat motivasi anak menjadi pudar

atau tidak ada sama sekali untuk berprestasi di sekolah. Oleh karena keterampilan

komunikasi interpersonal begitu penting dalam membina sebuah hubungan seperti


57

halnya yang sudah dipaparkan di atas, maka banyak para peneliti ingin meniliti

yang memusatkan perhatian mereka pada komunikasi interpersonal.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Nurul Zuriah (2006)7, populasi adalah seluruh data yang menjadi

perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi

dalam penelitian ini yakni siswa SDN 01 Cipulir Pagi Kebayoran Lama Jakarta

Selatan yang berjumlah 42 siswa. Adapun karakteristik populasi dalam penelitian

ini yaitu siswa kelas V SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya

dalam suatu penelitian atau dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi

untuk mewakili seluruh populasi (Hadari Nawawi, 2005)8. Winarno mengatakan

bahwa bila populasi cukup homogen terhadap populasi dibawah 100 dapat

dipergunakan sampel sebesar 50%. Untuk jaminan ada baiknya sampel selalu

ditambah sedikit lagi dari jumlah matematis tadi9. Dalam penelitian ini jumlah

sampel yang diambil adalah sebanyak 42 orang.

7
Nurul, Zuriah. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori Aplikasi). (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), h. 116
8
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.
144
9
Winarno Surachmad. Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah. (Bandung:
Tarsito, 1975), h.
58

G. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dalam bentuk

model skala Likert, yang terdiri dari skala komunikasi interpersonal yang disusun

berdasarkan pembahasan Joseph A. Devito dan skala motivasi berprestasi yang

telah dimodifikasi oleh peneliti.

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik komunikasi tidak

lansung sebagai teknik pengumpulan data. Teknik komunikasi tidak langsung

adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan hubungan

tidak langsung atau dengan perantaraan alat, baik berupa alat yang sudah tersedia

maupun alat khusus yang dibuat untuk keperluan itu (Hadari Nawawi, 2005:95)10.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah lembar

skala. Skala adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan

sejumlah pernyataan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.

Dalam skala pernyataan yang disampaikan adalah untuk memperoleh informasi

dari responden tentang dirinya sendiri. Skala yang digunakan adalah skala dengan

pernyataan terikat. Jawaban responden dalam skala bentuk ini pada setiap

pernyataan terikat pada sejumlah alternatif yang disediakan sebagai kemungkin

jawaban yang dapat dipilih. Dengan kata lain jawaban responden terikat pada

sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan, dengan maksud

10
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.
95
59

mempermudah dalam mengklasifikasikan data yang terkumpul (Hadari Nawawi,

2005:117-118)11

Tabel 3.1

Tabel Cara Pemberian Skor Pada Instrument Penelitian

Aitem Komitmen Organisasi


Pilihan Jawaban
Favorable Unfavorable

STS 1 5

TS 2 4

S 4 2

SS 5 1

H. Metode Analisis Instrumen

1. Validitas Skala

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Artinya dapat mengukur secara tepat dan mempunyai

kemampuan yang cermat untuk dapat menunjukkan bagian gejala yang hendak

diukur (Saifuddin Azwar, 2007:5)12.

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu

daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Sebuah kuesioner

dikatakan valid jika setiap butir pernyataan yang menyusun kuesioner tersebut

11
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.
117-118
12
Saiffudin, Azwar. Reliabiltas dan Validitas.( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 5
60

memiliki keterkaitan yang tinggi (Wahyu Agung, 2010:89)13. Validitas suatu butir

pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-

masing butir pernyataan pada hasil output SPSS (Statistical Package for Social

Science) versi 18.00 for Windows, ataupun dengan metode korelasi Pearson

Product Moment yang selanjutnya diinterpretasikan dengan mengacu pada tabel

koefisien korelasi. Adapun formula untuk uji validitas yaitu (Wahyu Agung,

2010:90)14:

N XY ( X)( Y)
=
N X ( X) (N Y ( Y) )

di mana :

rxy : koefisien korelasi;

N : ukuran sampel;

X dan Y : nilai dalam variabel X dan Y;

X2 dan Y2 : perkalian nilai dalam variabel X dan Y;

XY : perkalian dari skor dalam variabel X dan Y.

2. Reliabilitas

13
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.89
14
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.90
61

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata-kata reliability yang berasal dari

kata rely dan ability. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi disebut

pengukuran yang reliabel. Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif

sama (Saifudin Azwar, 2007:4)15.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur (kuesioner).

Besarnya reliabilitas alat ukur yang telah diujikan menunjukkan sejauh mana

tingkat keterpercayaan atau keandalan alat ukur dalam mengukur subjek

penelitian (Wahyu Agung, 2010:95)16. Pada perhitungan reliabilitas penelitian ini

menggunakan formulasi alpha cronbach dengan menggunakan program SPSS

(Statistical Package for Social Science) versi 18.00 for Windows. Reliabilitas

yang diperoleh berdasarkan perhitungan kemudian dibandingkan dengan indeks

reliabilitas untuk menemukan status reliabilitas.

Tabel 3.2

Tabel Indeks Reliabilitas

No Interval Kriteria

1 < 0.200 Sangat rendah

2 0.200 - 0.399 Rendah

3 0.400 - 0.599 Cukup

4 0.600 - 0.799 Tinggi

5 0.800 - 1.00 Sangat tinggi

15
Saiffudin, Azwar. Reliabiltas dan Validitas.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 4
16
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.95
62

Ari Kunto (Wahyu Agung, 2010:95)17

Menghitung reliabilitas dengan menggunakan analisa Cronbachs Alpha

(Saifuddin Azwar, 2007:46)18 yakni dengan menggunakan rumus:


=
1

= reliabilitas alpha

k = jumlah belahan tes

x2 = varians

I. METODE ANALISIS DATA

Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu langkah penting dan

mutlak dilaksanakan agar data yang diperoleh memiliki arti, sehingga penelitian

yang dilakukan memberikan kesimpulan yang benar. Analisa data yang digunakan

adalah analisa data statistika sebagai cara untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas (variabel X), yaitu komunikasi interpersonal dengan variabel

terikat (variabel Y) yaitu motivasi berprestasi. Dalam penelitian ini, data yang

diperoleh dianalisa dengan metode statistik untuk mengetahui signifikansi korelasi

antara komunikasi interpersonal dengan motivasi berprestasi.

17
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.95
18
Saifuddin, Azwar. Dasar-Dasar Psikometri. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 46
63

Pengolahan data dalam penelitian ini akan menggunakan analisa statistik,

yaitu:

1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif bertujuan mendeskripsikan angka-angka untuk

menjelaskan data. Statistik deskriptif menyajikan data dalam bentuk tabel dan

grafik. Dengan demikian, pembaca menjadi lebih mudah dalam memahami data

(Wahyu Agung, 2010: 99)19.

2. Menghitung rata-rata (MEAN)

MEAN adalah nilai tengah atau kecenderungan tengah yang memberikan

gambaran umum dari suatu pengamatan.

.
Rumus: =

Keterangan

= rata-rata

= pengamatan

= jumlah pengamatan

19
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.99
64

3. Standard deviasi

Rumus: S = ( )

Keterangan

s = standard deviasi

n = jumlah sampel

= Rata-rata hitung

4. Kategorisasi nilai

Nilai tinggi ( + 2 x SD) atau hasil yang didapat berada diatas standard

deviasi

Nilai sedang = atau hasil yang didapat berada diantara nilai tinggi dan

rendah dari standard deviasi

Nilai rendah ( - 2 x SD) atau hasil yang didapat berada dibawah standard

deviasi
BAB IV

LAPORAN PENELITIAN

A. Data-Data Hasil Penelitian Lapangan

1. Klasifikasi Responden

Dalam penelitian yang dilakukan di SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama

Jakarta tentang pola komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak terhadap

motivasi berprestasi siswa, peneliti menemukan data-data yang relevan dengan

penelitian tersebut. Banyak siswa dan orang tua yang memiliki komunikasi

interpersonal yang baik, selain itu siswa juga memiliki motivasi berprestasi yang baik

juga. Hal ini dapat terlihat dari jawaban-jawaban yang diberikan responden pada

kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

Penelitian tentang pola komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak

terhadap motivasi berprestasi siswa di SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta

ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011. Pada penelitian

ini responden adalah siswa kelas 5 sejumlah 42 orang dan juga orang tua dari siswa

tersebut yang juga berjumlah 42 orang. Selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk

tabel serta uraian dari masing-masing variabel.

Dari 42 angket yang terkumpul, penulis mendapatkan data mengenai identitas

responden dan penulis akan mengklasifikasikan tiga bagian yaitu, identitas responden

berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan dan jumlah pendapatan perbulan.

65
66

Adapun frekuensi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin siswa

25
20 Laki-Laki
15 Perempuan
10
5
0

Berdasarkan grafik 1, diketahui bahwa identitas responden berdasarkan jenis

kelamin siswa adalah perempuan dengan persentase 60% disusul dengan laki-laki

40% sedangkan dari segi jumlah, perempuan 25 orang dan laki-laki 17 orang.

Dengan data tersebut maka dapat diketahui siswa kelas 5 SDN 01 Pagi Cipulir

Kebayoran Lama Jakarta lebih banyak siswa perempuan daripada laki-laki.


67

Grafik 4.2. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua (Ayah)

20
PNS
15 Pedagang/Wiraswasta
Pedagang Swasta
10
Buruh

5 Lain-lain

Berdasarkan grafik 2, terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan Ayah yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 3 responden atau 8 %,

disusul dengan pedagang atau wiraswasta 20 responden atau 53 %, lalu pegawai

swasta sebanyak 6 responden atau 16 % kemudian disusul dengan buruh 7 responden

atau 18 % dan pekerjaan lain-lain sebanyak 2 responden atu 5 % sedangkan sisanya

sebanyak 4 responden sudah tidak memiliki Ayah dikarenakan sudah meninggal

dunia.

Berdasarkan grafik di atas perolehan responden terbanyak dengan klasifikasi

pekerjaan pedagang atau wiraswasta, dapat dikarenakan hunian tempat tinggal

mereka dekat dengan pasar sehingga banyak dari orang tua siswa yang memilih

pekerjaan untuk berdagang atau berwiraswasta.


68

Grafik 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua (Ibu)

30

25
Pedagang/Wiraswasta
20 Pegawai Swasta
15 Buruh

10 Ibu Rumah Tangga

Berdasarkan grafik 2, terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan Ibu yaitu pedagang atau wiraswasta sebanyak 8 responden atau 20 %,

disusul dengan pegawai swasta 2 responden atau 5 %, lalu buruh sebanyak 1

responden atau 2 % kemudian disusul dengan Ibu rumah tangga 30 responden atau 73

% sedangkan sisanya sebanyak 1 responden sudah tidak memiliki Ibu dikarenakan

sudah meninggal dunia.

Berdasarkan grafik di atas perolehan responden terbanyak dengan klasifikasi

pekerjaan ibu rumah tangga sehingga Ibu sebagian besar menghabiskan waktunya

bersama-sama dengan anak-anak mereka di rumah.


69

Grafik 4.4. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan yang diperoleh orang tua

14
12 < 500 ribu

10 500 ribu - 1 juta

8 1 juta - 3 juta
6 3 juta - 5 juta
4 > 5 juta
2
0

Berdasarkan grafik 4, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendapatan

< 500 ribu sebanyak 13 responden atau 32 %, disusul dengan 500 ribu 1 juta

sebanyak 12 responden atau 29 %, kemudian 1 juta 3 juta sebanyak 14 responden

atau 34 %, disusul dengan tingkat pendapatan 3 juta 5 juta sebanyak 1 responden

atau 3 % dan terakhir >5 juta sebanyak 1 responden atau 2 % sedangkan sisanya

sebanyak 1 responden sudah tidak memiliki Ayah dan Ibu dikarenakan sudah

meninggal dunia. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perekonomian responden

berada pada level menengah ke bawah.


70

2. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Komunikasi Interpersonal Siswa

Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada 42 siswa SDN 01 Pagi Cipulir

Kebayoran Lama tentang komunikasi interpersonal antara siswa terhadap orangtua,

maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1

Aspek Keterbukaan Dalam Komunikasi Interpersonal Siswa

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Saya merasa nyaman mengungkapkan
1 apa yang saya rasakan kepada orang tua 14 23 3 2 170
saya
Saya selalu menunjukkan hasil ulangan
2 saya kepada orang tua meskipun hasilnya 16 17 6 3 163
tidak baik
Saya lebih memilih menceritakan
3 kesulitan yang saya hadapi kepada teman 5 7 16 14 153
saya dibandingkan kepada orang tua saya
Saya sering mengakui ketidakmampuan
4 saya dalam beberapa mata pelajaran 10 18 8 6 144
kepada orang tua saya
Saya tidak akan menceritakan kesulitan
5 yang saya hadapi di sekolah kepada 5 11 16 10 141
orang tua saya
Saya tidak pernah menceritakan
6 ketidakmampuan saya dalam mata 6 11 16 9 137
pelajaran kepada siapapun
Saya selalu menceritakan kesulitan yang
7 saya hadapi di sekolah kepada orang tua 8 15 15 4 134
saya
x = 148.86 1042

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa banyak siswa yang memiliki komunikasi

interpersonal dengan orang tua dalam hal keterbukaan sudah cukup baik. Baik dalam
71

hal pengungkapan diri dan kejujuran terhadap apa yang diungkapkan. Hal tersebut

terlihat dari besarnya skor total yang diperoleh siswa yakni sebesar 170 dalam hal

merasa nyaman mengungkapkan apa yang mereka rasakan kepada orang tua mereka..

Begitupun dengan perihal bahwa siswa selalu menunjukkan hasil ulangan mereka

kepada orang tua meskipun hasilnya tidak baik. Ada sebesar 163 skor total yang

diperoleh siswa dalan hal tersebut.

Selain itu, siswa lebih memilih menceritakan kesulitan yang mereka hadapi

kepada orang tua dibandingkan kepada teman mereka. Skor total yang diperoleh

untuk hal ini yakni sebesar 153. Sementara itu, mengenai pengakuan siswa terhadap

ketidakmampuannya dalam beberapa mata pelajaran, siswa mengaku sering

mengakui ketidakmampuan mereka tersebut kepada orang tua mereka. Hal ini terlihat

dari skor total yang mereka peroleh yakni sebesar 144.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenyamanan yang dirasakan siswa

kepada orang tua mereka dapat membuat anak menjadi terbuka dalam segala hal.

Anak tidak merasa takut atau malu untuk menceritakan kesulitan yang mereka hadapi

disekolah dan ketidakmampuan mereka dalam mata pelajaran kepada orang tua.

Dengan begitu orang tua dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak, dan

dapat membantu anak untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.


72

Tabel 4.2

Aspek Empati Dalam Komunikasi Interpersonal Siswa

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Saya dapat merasakan apa yang orang
1 19 19 2 2 177
tua saya harapkan dari diri saya

Harapan orang tua saya terhadap saya


2 membuat saya merasa bersemangat 20 14 6 2 170
dalam mencapai prestasi di sekolah

Saya tidak memperdulikan apa yang


3 3 9 15 15 156
orang tua harapkan dari saya

Saya merasa orang tua saya selalu


4 2 9 25 6 150
memaksakan kehendaknya kepada saya

Harapan orang tua terhadap saya


5 4 11 19 8 142
membuat saya tertekan

Saya seringkali merasa orang tua saya


6 tidak memahami masalah yang saya 5 15 18 4 127
hadapi
x = 153.67 922

Tabel 4.2 menunjukkan banyak dari siswa yang dapat merasakan apa yang

orang tua mereka harapkan terhadap diri mereka. Hal ini terbukti dari skor total yang

diperoleh yakni sebesar 177. Selanjutnya siswa menyatakan bahwa harapan orang tua

terhadap mereka membuat mereka merasa bersemangat dalam mencapai prestasi di

sekolah. Hal ini terlihat dari skor total dari pernyataan tersebut yakni sebesar 170.

Selain itu, banyak siswa menyatakan bahwa mereka mempedulikan apa yang orang

tua harapkan, yakni ada sebesar 156 jumlah skor total yang diperoleh.
73

Siswa banyak berpendapat bahwa orang tua tidak memaksakan kehendaknya

kepada mereka. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar 150.

Mengenai harapan orang tua yang dapat membuat siswa tertekan, banyak siswa

menyatakan bahwa harapan orang tua terhadap mereja tidak membuat mereka

tertekan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor total yakni sebesar 142. Selain itu,

siswa menyatakan bahwa mereka seringkali merasa orang tua memahami masalah

yang mereka hadapi. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni 127.

Berkenaan dengan temuan penelitian diatas, menurut Henry Backrack (1976)

empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami

orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui

kacamata orang lain itu. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan

pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan

mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang

lebih mampu menyesuaikan komunikasinya1.

1
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta H. 259 -
260
74

Tabel 4.3

Aspek Sikap Mendukung Dalam Komunikasi Interpersonal Siswa

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor

Orang tua saya mendukung segala


1 12 24 2 4 164
keputusan yang telah saya ambil

Kehadiran orang tua saya ketika saya


2 mengikuti suatu perlombaan membuat 15 17 4 6 157
saya lebih bersemangat

Orang tua saya selalu hadir setiap saya


3 10 19 10 3 149
mengikuti perlombaan

Orang tua saya jarang menanyakan


4 3 9 22 8 149
pendapat kepada saya

Segala keputusan menyangkut diri saya


5 3 10 20 9 148
tidak pernah dikompromikan kepada saya

Orang tua saya jarang hadir ketika saya


6 5 14 14 9 134
mengikuti perlombaan

x = 149.5 897

Tabel 4.3 banyak siswa menyatakan bahwa orang tua mendukung segala

keputusan yang telah mereka ambil. Hal ini terlihat dari skor total yang diperoleh

yakni sebesar 164. Sementara itu, mengenai kehadiran orang tua ketika mereka

mengikuti perlombaan membuat mereka lebih bersemangat. Ada sebesar 157 jumlah

dari skor total yang diperoleh siswa. Selanjutnya, siswa menyatakan bahwa orang tua

selalu hadir setiap mereka mengikuti perlombaan yakni ada sebesar 149 jumlah skor

total yang diperoleh.


75

Selain itu siswa menyatakan bahwa orang tua seringkali menanyakan

pendapat kepada mereka. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar

149. Mengenai keputusan yang dikompromikan, banyak siswa menyatakan bahwa

segala keputusan menyangkut diri mereka selalu dikompromikan terlebih dahulu

bersama-sama. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor total yakni sebesar 148.

Menurut Devito hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana

terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik

tidak akan berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung2. Oleh karena itu sikap

mendukung juga diperlukan agar komunikasi interpersonal bias berjalan dengan baik.

Tabel 4.4

Aspek Sikap Positif Dalam Komunikasi Interpersonal

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Pujian yang diberikan orang tua saya
1 membuat saya menjadi lebih bersemangat 22 13 5 2 174
dalam mencapai prestasi berikutnya
Orang tua saya seringkali memberikan
2 ucapan selamat kepada saya jika saya 24 10 4 4 172
mendapatkan nilai yang baik di sekolah
Orang tua saya selalu memberikan hadiah
3 jika saya mendapatkan prestasi yang baik di 14 21 2 5 163
sekolah
Orang tua saya sering menceritakan
4 3 13 15 11 144
kegagalan yang saya alami kepada orang lain
Orang tua saya selalu memuji prestasi yang
5 6 16 18 2 132
saya raih meskipun di depan orang banyak
Orang tua saya jarang sekali memberikan
6 hadiah atas prestasi yang telah saya raih di 4 15 20 3 129
sekolah
x = 152.33 914

2
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Proffesional Books. Jakarta. H. 265
76

Tabel 4.4 menunjukkan siswa merasa pujian yang diberikan orang tua

membuat mereka menjadi lebih bersemangat dalam mencapai prestasi berikutnya

yakni sebesar 174 jumlah skor total yang diperoleh. Selanjutnya, mengenai seringnya

orang tua memberikan ucapan selamat kepada siswa, siswa menyatakan bahwa orang

tua seringkali memberikan ucapan selamat jika mereka mendapatkan nilai yang baik

di sekolah. Hal ini terlihat dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 172.

Sementara itu, siswa juga menyatakan bahwa orang tua selalu memberikan hadiah

jika mereka mendapatkan prestasi yang baik di sekolah. Dalam hal ini ada sebesar

163 skor total yang diperoleh.

Siswa banyak berpendapat bahwa orang tua tidak menceritakan kegagalan

yang mereka alami kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total

yakni sebesar 144. Mengenai pujian yang diberikan orang tua, banyak siswa yang

menyatakan bahwa orang tua selalu memuni prestasi yang mereka raih meskipun di

depan orang banyak. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor total yakni sebesar 132.

Tabel 4.5

Apek Kesetaraan Dalam Komunikasi Interpersonal

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Saran yang diberikan orang tua saya
1 kebanyakan adalah saran-saran yang baik 20 17 2 3 175
untuk saya

Saya selalu menyelesaikan masalah pelajaran


2 3 1 22 16 173
sendiri

x = 174 348
77

Tabel 4.5 menunjukkan banyak dari siswa yang menyatakan bahwa saran

yang diberikan orang tua sebagian besar adalah saran-saran yang baik untuk mereka.

Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 175. Selanjutnya siswa

menyatakan bahwa mereka tidak menyelesaikan masalah pelajaran mereka seorang

diri. Hal ini terlihat dari skor total dari pernyataan tersebut yakni sebesar 173.

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,

harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan

berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk

disumbangkan. Kesetaan tidak mengharuskan kita menerima pihak lain, atau menurut

istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif

tak bersyarat kepada orang lain3.

2. Motivasi Beprestasi Siswa

Selain data diatas dari hasil penyebaran angket kepada 42 siswa SDN 01 Pagi

Cipulir Kebayoran Lama tentang pola hubungan komunikasi interpersonal antara

orang tua dengan anak terhadap motivasi berperstasi siswa, maka diperoleh data

sebagai berikut:

33
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Proffesional Books. Jakarta. H. 264
78

Tabel 4.6

Aspek Motivasi Intrinsik Dalam Motivasi Berprestasi Siswa

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Saya akan berusaha semaksimal mungkin
1 untuk mencapai prestasi yang baik di 29 7 0 6 179
sekolah
Saya tidak peduli pada pelajaran yang
2 2 3 19 18 174
diberikan guru saya
Bagi saya prestasi di sekolah tidaklah
3 3 4 19 16 167
penting
x = 173.33 520

Tabel 4.6 menunjukkan banyak dari siswa yang menyatakan bahwa mereka

akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi yang baik di sekolah.

Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 179. Keinginan untuk

berusaha itu diperkuat dengan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa mereka

peduli terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru dan merasa bahwa bisa berprestasi

di sekolah merupakan sesuatu hal yang penting. Hal ini terlihat dari kedua skor total

dari pernyataan tersebut yakni 174 untuk sikap peduli dan 167 untuk prestasi yang

dianggap penting oleh siswa.

Berkenaan dengan temuan penelitian diatas, menurut Oemar Hamalik

motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu
79

kebutuhan4. Hal ini pula yang ditunjukkan oleh siswa kelas V SDN 01 Pagi Cipulir,

pada pernyataan yang mereka berikan terlihat adanya kebutuhan untuk mencapai

prestasi yang baik di sekolah.

Tabel 4.7

Aspek Motivasi Ekstrinsik Dalam Motivasi Berprestasi Siswa

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Saya tetap saja merasa malas belajar
meskipun orang tua saya menjanjikan
1 3 4 19 16 167
memberikan hadiah kepada saya jika
saya belajar
Saya akan berusaha mendapatkan nilai
2 yang baik di sekolah jika orang tua 23 10 2 7 166
saya memberikan hadiah

Saya selalu ingin mendapatkan nilai


3 22 11 0 9 163
yang lebih baik dari teman saya

Lingkungan yang penuh dengan


persaingan membuat saya menjadi
4 9 18 10 5 142
bersemangat menjadi yang terbaik di
sekolah
Saya tidak peduli ketika teman saya
5 mendapatkan nilai yang lebih baik dari 5 15 15 7 130
saya
x = 153.6 768

Tabel 4.7 menunjukkan banyak dari siswa yang menyatakan tidak lagi merasa

malas untuk belajar setelah orang tua mereka menjanjikan akan memberikan hadiah

jika mereka mau belajar. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar

4
Oemar Hamalik, Proses belajar mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet ke-I, h. 162
80

167. Selanjutnya siswa menyatakan bahwa mereka akan berusaha untuk mendapatkan

nilai yang baik di sekolah jika orang tua memberikan hadiah kepada mereka. Hal ini

terlihat dari skor total dari pernyataan tersebut yakni sebesar 166.

Siswa banyak berpendapat bahwa mereka ingin mendapatkan nilai yang lebih

baik dari teman mereka. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar 163.

Mengenai lingkungan yang penuh dengan persaingan, banyak siswa menyatakan

bahwa lingkungan yang penuh dengan persaingan membuat mereka menjadi

bersemangat menjadi yang terbaik di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan

skor total yakni sebesar 142. Selain itu, siswa menyatakan bahwa mereka peduli jika

ada salah satu dari teman mereka yang mendapatkan nilai yang lebih baik dari

mereka. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni 130.

Hasil penelitian memberikan indikasi bahwa ternyata siswa juga memerlukan

motivasi yang berasal dari luar diri mereka atau ekstrinsik selain motivasi intrinsik

yang telah mereka miliki. Faktor reward berupa hadiah dan lingkungan yang

mendukung menjadi faktor yang berpengaruh untuk meningkatkan motivasi

berprestasi siswa.

Penelitian pada dampak terhadap pemberian ganjaran atau reward

menganjurkan supaya berhati-hati dalam penggunaan hadiah yang berupa materi

untuk tugas sekolah yang siswa terima. Walaupun beberapa jenis ganjaran atau

reward seperti pujian dan hadiah pada umumnya dibutuhkan untuk memotivasi siswa

agar melakukan sebagian besar tugas sekolah dengan hasil yang terbaik, akan jauh

lebih baik jika orang tua menghindari membagi-bagikan hadiah yang berupa materi
81

dimana siswa tidak memerlukan tetapi mereka harus tidak mengulang dari

penggunaan hadiah ketika siswa membutuhkan5.

Tabel 4.8

Aspek Prestasi Akademik Dalam Motivasi Berprestasi Siswa

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor

Banyak tugas-tugas sekolah yang tidak saya


1 1 2 19 20 181
kerjakan

Bagi saya mendapatkan nilai tinggi itu


2 26 10 0 6 176
penting

Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk


3 memperbaiki nilai ulangan saya yang tidak 23 10 2 7 166
baik

Saya ingin semua tugas yang diberikan


4 21 11 1 9 160
dapat saya selesaikan sebaik mungkin

x = 170.75 683

Tabel 4.8 banyak siswa menyatakan bahwa mereka mengerjakan tugas-tugas

yang diberikan dan mereka menginginkan semua tugas yang diberikan tersebut dapat

mereka selesaikan sebaik mungkin. Hal ini terlihat dari skor total yang diperoleh

yakni sebesar 181 dan 160. Sementara itu siswa juga berpendapat bahwa

mendapatkan nilai yang tinggi itu penting. Ada sebesar 176 jumlah dari skor total

5
Sri Esti Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Gramedia, 2006) h.358
82

yang diperoleh siswa. Oleh karena siswa merasa nilai yang tinggi itu penting maka

siswa berusaha sekuat tenaga untuk dapat memperbaiki nilai ulangan yang tidak atau

belum baik yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan

jumlah skor total sebesar 166.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki keinginan untuk

memiliki prestasi akademik yang baik di sekolah. Walaupun ada beberapa siswa yang

tidak terlalu memperdulikan prestasi akademik mereka. Menurut Page yang dikutip

Sri Esti siswa yang diberi nilai dan juga mendapat komentar tentang jawaban yang

salah mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang hanya diberi nilai

dengan angka atau huruf saja. Dengan diberikan komentar, siswa akan mengerti apa

yang harus dilakukan. Demikian juga menurut Cross dan Cross yang dikutip Sri Esti

siswa yang ulangan mereka hanya dinilai saja tanpa komentar, merasa bahwa nilai

yang mereka dapat hanya karena keberuntungan, atau karena faktor-faktor dari luar,

bukan karena usaha mereka, dan semua ini mempengaruhi kesuksesan mereka di

sekolah6.

6
Sri Esti Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Gramedia, 2006) h.401 - 402
83

Tabel 4.9

Aspek Prestasi Non-Akademik Dalam Motivasi Berprestasi Siswa

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor

Bagi saya, kegiatan ekskul hanyalah


1 2 0 19 21 183
buang-buang waktu saja

Saya bangga bisa bergabung dalam


salah satu kelompok ekskul di sekolah
2 25 13 0 4 181
saya karena saya dapat menyalurkan
minat dan bakat saya

Saya tidak tertarik untuk mengikuti


3 3 3 17 19 172
kegiatan ekskul di sekolah

Saya merasa malas untuk datang dalam


4 2 3 22 15 171
kegiatan ekskul di sekolah

Bagi saya, kegiatan ekskul tidaklah


5 2 6 20 14 164
penting

Saya selalu hadir dalam kegiatan


6 16 18 1 7 161
ekskul di sekolah

Saya selalu berusaha agar saya dapat


7 16 17 0 9 157
mendapatkan prestasi di ekskul saya

Saya tidak ingin datang terlambat


8 10 20 2 10 144
ketika kegiatan ekskul berlangsung

x = 166.62 1333

Tabel 4.9 menunjukkan banyak dari siswa yang terlibat dalam kegiatan di luar

kegiatan belajar mengajar (ekstrakurikuler). Hal ini dapat terlihat dari jawaban

kuesioner yang diberikan peneliti. Banyak siswa yang tidak sependapat dengan
84

pernyataan yang menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler hanyalah buang-buang

waktu saja. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 183.

Selanjutnya siswa menyatakan bahwa mereka merasa bangga bisa bergabung dalam

salah satu kelompok ekstrakurikuler di sekolah karena mereka dapat menyalurkan

minat dan bakat yang dimiliki. Hal ini terlihat dari skor total dari pernyataan tersebut

yakni sebesar 181. Selain itu, banyak siswa tidak setuju dengan pernyataan yang

menyatakan bahwa mereka tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,

yakni ada sebesar 172 jumlah skor total yang diperoleh. Dan banyak siswa yang

menyatakan bahwa mereka selalu berusaha untuk mendapatkan prestasi yang baik

pada ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Hal ini terlihat dari jumlah skor total dari

pernyataan tersebut yakni 157.

Selain itu dalam tabel 9 juga menunjukkan bahwa siswa merasa bersemangat

dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini terbukti dari pernyataan siswa yang

tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa mereka merasa malas untuk

datang dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total

yakni sebesar 171. Sebaliknya banyak siswa yang setuju dengan pernyataan yang

menyatakan bahwa mereka selalu hadir dan tidak ingin datang terlambat ketika

kegiatan ekstrakurikuler berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor total

yakni sebesar 161 dan 144. Sementara itu, banyak siswa tidak setuju dengan

pernyataan yang menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler tidaklah penting. Hal ini

terbukti dari skor total yang diperoleh yakni 164.


85

3. Komunikasi Interpersonal Orang Tua

Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada 42 orang tua siswa SDN 01 Pagi

Cipulir Kebayoran Lama tentang pola hubungan komunikasi interpersonal antara

orang tua dengan anak terhadap motivasi berprestasi siswa, maka diperoleh data

sebagai berikut.

Tabel 4.10

Aspek Keterbukaan Dalam Komunikasi Interpersonal Orangtua

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Saya selalu mengungkapkan kepada
1 anak saya untuk menyampaikan 10 30 2 0 174
pendapatnya
Saya lebih memilih mengutarakan
ketidakmampuan saya dalam membantu
2 anak saya kepada teman-teman 1 8 27 6 155
dibandingkan langsung kepada anak
saya
Saya tidak pernah mengutarakan
kekecewaan saya kepada anak saya jika
3 1 12 24 5 146
anak saya mendapatkan nilai yang tidak
baik
Saya sering mengungkapkan
4 kekecewaan dan ketidaksukaan atas apa 3 22 15 2 135
yang anak saya lakukan
Saya seringkali mengakui kepada anak
saya ketidakmampuan saya dalam
5 1 18 22 1 122
membantu anak saya untuk
menyelesaikan kesulitan belajar
x = 146.4 732
86

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa orang tua memiliki komunikasi interpersonal

dengan anak dalam hal keterbukaan sudah cukup baik. Baik dalam hal pengungkapan

diri dan kejujuran terhadap apa yang diungkapkan. Hal tersebut terlihat dari besarnya

skor total yang diperoleh orang tua yakni sebesar 174 dalam hal selalu

mengungkapkan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya kepada mereka.

Begitupun dengan perihal bahwa orang tua sering mengungkapkan kekecewaan dan

ketidaksukaan atas apa yang anak lakukan. Ada sebesar 135 skor total yang diperoleh

siswa dalan hal tersebut.

Selain itu, orang tua seringkali mengakui kepada anak mengenai

ketidakmampuannya dalam membantu anak mereka untuk menyelesaikan kesulitan

belajar. Skor total yang diperoleh untuk hal ini yakni sebesar 122. Sementara itu,

mengenai pengungkapan orang tua terhadap kekecewaan kepada anak jika anak

mendapatkan nilai yang tidak baik, banyak orang tua yang tidak setuju dengan

pernyataan yang menyatakan tidak pernah mengutarakan kekecewaan kepada anak

mereka jika anak mendapatkan nilai yang tidak baik. Hal ini terlihat dari skor total

yang mereka peroleh yakni sebesar 146. Banyak orang tua pula yang tidak setuju

dengan pernyataan yang menyatakan bahwa orang tua lebih memilih mengutarakan

ketidakmampuan dalam membantu anak kepada teman-teman mereka dibandingkan

langsung kepada anak. Terbukti dari jumlah skor total yang diperoleh dalam hal ini

yakni sebesar 155.

Berkenaan dengan temuan penelitian diatas, menurut Muhammad Rasyid

Dimas berbicara secara langsung dan tidak bertele-tele, dalam memberikan


87

pemahaman kepada anak tentang kebenaran, akan menjadikan anak lebih siap dan

kuat untuk menerimanya. Sementara itu cara yang bertele-tele dan berbelit-belit tidak

akan memperoleh tempat dalam berinteraksi dengan anak7.

Tabel 4.11

Aspek Empati Dalam Komunikasi Interpersonal Orangtua

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor

Saya jarang menanyakan kendala yang


1 0 2 34 6 170
dihadapi anak saya di sekolah

Saya dapat merasakan kesulitan yang


2 5 31 5 1 160
dihadapi anak saya dalam belajar

Saya dapat memahami kejenuhan anak


3 4 32 6 0 160
dalam kegiatan belajar di sekolah

Yang terpenting bagi saya adalah


prestasi yang diraih anak saya di
4 5 10 21 6 139
sekolah tanpa memikirkan kesulitan
yang dihadapi anak saya dalam belajar
x = 157.25 629

Tabel 4.11 menunjukkan banyak orang tua yang tidak sependapat dengan

pernyataan yang menyatakan orang tua jarang menanyakan kendala yang dihadapi

anak di sekolah. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 170.

Selanjutnya orang tua menyatakan bahwa mereka dapat memahami kejenuhan anak

dalam kegiatan belajar di sekolah dan dapat merasakan kesulitan yang dihadapi anak

7
Muhammad Rasyid Dimas. 25 Kiat Memengaruhi Jiwa dan Akal Anak. (Bandung: Arkan Publishing,
2008) h. 61
88

dalam belajar. Hal ini terlihat dari skor total dari kedua pernyataan tersebut yakni

sebesar 160. Selain itu, banyak orang tua yang juga tidak setuju dengan pernyataan

yang menyatakan bahwa prestasi yang diraih anak di sekolah merupakan hal yang

penting tanpa memikirkan kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar, yakni ada

sebesar 139 jumlah skor total yang diperoleh.

Menurut Muhammad Rasyid Dimas, memahami dan berempati kepada anak

akan menanamkan sikap positif saat anak menghadapi kehidupannya. Dengan

memahami dan berempati, anak akan belajar bahwa dalam kehidupan ada saat

memberi dan ada saat menerima; anak akan berlatih untuk tunduk kepada kebenaran

sebab anak melihat teladan yang baik di hadapannya; anak akan membiasakan diri

bersikap adil dalam menerima kebenaran. Dengan begitu akan tumbuhlah

kemampuan untuk memilih cara mengungkapkan perasaan yang ada di dalam

jiwanya dan cara menuntut hak-haknya. Sementara itu, sikap sebaliknya akan

memasung, membunuh dan mengubur kemampuan itu8.

8
Muhammad Rasyid Dimas. 25 Kiat Memengaruhi Jiwa dan Akal Anak. (Bandung: Arkan Publishing,
2008) h. 14 - 15
89

Tabel 4.12

Aspek Sikap Mendukung Dalam Komunikasi Interpersonal Orang Tua

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Saya selalu memberikan kesempatan
1 kepada anak saya untuk menyampaikan 13 29 0 0 181
pendapatnya
Saya mendukung keputusan yang anak
2 saya ambil selama itu keputusan yang 19 20 3 0 181
terbaik untuk dirinya
Saya merasa kehadiran saya pada event
3 penting anak saya sangat berarti bagi 15 23 3 1 174
anak saya
Saya seringkali memutuskan hal-hal
4 apapun untuk anak saya tanpa saya 0 4 26 12 172
kompromikan terlebih dahulu
x = 177 708

Pada tabel 4.12 orang tua menyatakan bahwa mereka selalu memberikan

kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya dan mendukung

keputusan yang anak ambil selama itu keputusan yang terbaik untuk dirinya . Hal ini

terlihat dari kedua skor total yang diperoleh yakni sebesar 181. Sementara itu,

mengenai kehadiran orang tua pada event penting anak, banyak orang tua yang

merasa kehadiran mereka sangat berarti bagi anak. Ada sebesar 174 jumlah dari skor

total yang diperoleh orang tua. Sementara itu, orang tua tidak setuju dengan

pernyataan yang menyatakan bahwa orang tua seringkali memutuskan hal-hal apapun

untuk anak tanpa di kompromikan terlebih dahulu yakni ada sebesar 172 jumlah skor

total yang diperoleh.


90

Tabel 4.13

Aspek Sikap Positif Dalam Komunikasi Interpersonal Orangtua

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Saya memberikan ucapan selamat
1 kepada anak saya jika prestasi di 18 23 1 0 184
sekolahnya baik
Saya selalu memberikan pujian kecil
2 kepada anak saya jika ia memang 13 29 0 0 181
pantas mendapatkannya
Saya merasa pujian yang saya berikan
3 dapat membangkitkan semangat anak 16 23 1 2 176
saya
Saya selalu memberikan hadiah jika
4 anak saya mendapatkan prestasi yang 7 24 11 0 153
baik di sekolahnya
x = 173.5 694

Tabel 4.13 menunjukkan orang tua memberikan ucapan selamat kepada anak

jika prestasi di sekolahnya baik. yakni sebesar 184 jumlah skor total yang diperoleh.

Selanjutnya, mengenai pemberian pujian kecil kepada anak, orang tua menyatakan

bahwa mereka selalu memberikan pujian kecil kepada anak jika anak memang pantas

mendapatkannya. Hal ini terlihat dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 181.

Sementara itu, orang tua juga merasa jika pujian yang mereka berikan dapat

membangkitkan semangat anak. Dalam hal ini ada sebesar 176 skor total yang

diperoleh. Orang tua banyak yang menyatakan mereka selalu memberikan hadiah jika

anak mendapatkan prestasi yang baik di sekolah. Hal ini sesuai dengan perolehan

skor total yakni sebesar 153.


91

Tabel 4.14

Apek Kesetaraan Dalam Komunikasi Interpersonal Orangtua

No. Daftar Pernyataan SS S TS STS Skor


Saya merasa senang dapat memecahkan
1 permasalahan yang dihadapi anak saya 9 30 3 0 171
dalam pelajaran
Saya mau meluangkan waktu saya
untuk membantu menyelesaikan
2 9 30 3 0 171
permasalahan yang dihadapi anak saya
dalam pelajaran
Saya selalu dimintai saran oleh anak
3 saya atas kesulitan yang saya hadapi di 6 32 3 1 165
sekolah
Saya terlalu sibuk untuk membantu
4 menyelesaikan permasalahan yang 0 4 34 4 164
dihadapi anak saya dalam pelajaran
Saya merasa anak saya dapat
5 memecahkan permasalahan yang 1 15 22 4 139
dihadapi dalam pelajaran seorang diri
x = 162 810

Tabel 4.14 menunjukkan banyak dari orang tua yang merasa senang dapat

memecahkan permasalahan yang dihadapi anak dalam pelajaran dan mau meluangkan

waktu untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak dalam

pelajaran. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh dari kedua pernyataan

tersebut yakni sebesar 171. Sebaliknya orang tua tidak setuju dengan pernyataan yang

menyatakan bahwa orang tua terlalu sibuk untuk membantu menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi anak dalam pelajaran. Hal ini terlihat dari skor total dari

pernyataan tersebut yakni sebesar 164.


92

Orang tua juga tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa

mereka merasa anak dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelajaran

seorang diri. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar 139. Oleh

karena itu, banyak orang tua yang mau meluangkan waktu mereka untuk membantu

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak di sekolah. Selanjutnya orang tua

menyatakan bahwa mereka selalu dimintai saran oleh anak atas kesulitan yang

dihadapi di sekolah. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar 165.

B. Kategorisasi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Terhadap

Motivasi Berprestasi Siswa

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS

versi 18 diperoleh sebagai berikut:

1. Komunikasi Interpersonal Anak

DescriptiveStatistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SkorTotal 42 65.00 125.00 98.2619 13.75404

Valid N (listwise) 42

Rentangan penyebaran skor skala Komunikasi Interpersonal Anak adalah 27

135, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu

skor terendah 1 x 27 = 27 dan skor tertinggi 5 x 27 = 135, mean dari skala


93

komunikasi interpersonal anak sebesar 98.26 dengan standard deviasi 13.75, dan nilai

maksimum 125, nilai minimum 65.

Untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal anak, peneliti membagi

ke dalam tiga kategori tingkat komunikasi interpersonal yaitu tingkat tinggi, sedang,

dan rendah. Skala ini terdiri dari 27 aitem, dengan setiap aitem favorable diberi skor 1

untuk jawaban STS, 2 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban S dan 5 untuk jawaban SS

sedangkan setiap aitem unfavorable diberi skor 1 untuk jawaban SS, 2 untuk jawaban

S, 4 untuk jawaban TS dan 5 untuk jawaban STS. Dengan luas jarak sebenarnya

adalah 135 27 = 108.

Tabel 4.15

Klasifikasi skor skala komunikasi interpersonal anak

Kategori Nilai Angka

Tinggi x > (M+SD) x > 135

Sedang (M+SD) < x < (M+SD) 108 < x < 135

Rendah x < (M-1 SD) x < 108

Sesuai dengan keterangan diatas, maka data yang diperoleh berdasarkan mean

temuan sebesar 98.26 maka dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang positif dengan tingkat rendah.

Tingkat komunikasi interpersonal pada anak yang berada pada tingkat rendah dapat
94

dipengaruhi oleh berbagai macam aitem keterbukaan, empati, sikap mendukung,

sikap positif dan kesetaraan.

2. Komunikasi Interpersonal Orang tua

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SkorTotal 42 76.00 96.00 85.0714 4.51228

Valid N (listwise) 42

Rentangan penyebaran skor skala Komunikasi Interpersonal orang tua adalah

25 125, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan empat pilihan jawaban,

yaitu skor terendah 1 x 25 = 25 dan skor tertinggi 5 x 25 = 125, mean dari skala

komunikasi interpersonal orang tua sebesar 85.07 dengan standard deviasi 4.51, dan

nilai maksimum 96, nilai minimum 76.

Untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal anak, peneliti membagi

ke dalam tiga kategori tingkat komunikasi interpersonal yaitu tingkat tinggi, sedang,

dan rendah. Skala ini terdiri dari 25 aitem, dengan setiap aitem favorable diberi skor 1

untuk jawaban STS, 2 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban S dan 5 untuk jawaban SS

sedangkan setiap aitem unfavorable diberi skor 1 untuk jawaban SS, 2 untuk jawaban

S, 4 untuk jawaban TS dan 5 untuk jawaban STS. Dengan luas jarak sebenarnya

adalah 125 25 = 100.


95

Tabel 4.16

Klasifikasi skor skala komunikasi interpersonal orang tua

Kategori Nilai Angka

Tinggi x > (M+SD) x > 125

Sedang (M+SD) < x < (M+SD) 100 < x < 125

Rendah x < (M-1 SD) x < 100

Sesuai dengan keterangan diatas, maka data yang diperoleh berdasarkan mean

temuan sebesar 85.07 maka dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang positif dengan tingkat rendah.

Tingkat komunikasi interpersonal pada orang tua yang berada pada tingkat rendah

dapat dipengaruhi oleh berbagai macam aitem keterbukaan, empati, sikap

mendukung, sikap positif dan kesetaraan.

3. Motivasi Berprestasi Siswa

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SkorTotal 42 38.00 95.00 77.6905 14.23580

Valid N (listwise) 42
96

Rentangan penyebaran skor skala Motivasi berprestasi siswa adalah 20 100,

karena dalam penelitian ini penulis menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu skor

terendah 1 x 20 = 20 dan skor tertinggi 5 x 20 = 100, mean dari skala motivasi

berprestasi siswa sebesar 77.69 dengan standard deviasi 14.23, dan nilai maksimum

95, nilai minimum 38.

Untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi siswa, peneliti membagi ke

dalam tiga kategori tingkat motivasi berprestasi yaitu tingkat tinggi, sedang, dan

rendah. Skala ini terdiri dari 20 aitem, dengan setiap aitem favorable diberi skor 1

untuk jawaban STS, 2 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban S dan 5 untuk jawaban SS

sedangkan setiap aitem unfavorable diberi skor 1 untuk jawaban SS, 2 untuk jawaban

S, 4 untuk jawaban TS dan 5 untuk jawaban STS. Dengan luas jarak sebenarnya

adalah 100 20 = 80.

Tabel 4.17

Klasifikasi skor skala motivasi berprestasi siswa

Kategori Nilai Angka

Tinggi x > (M+SD) x > 100

Sedang (M+SD) < x < (M+SD) 80 < x < 100

Rendah x < (M-1 SD) x < 80


97

Sesuai dengan keterangan diatas, maka data yang diperoleh berdasarkan mean

temuan sebesar 77.69 maka dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat motivasi berprestasi yang positif dengan tingkat rendah. Tingkat

motivasi berprestasi pada siswa yang berada pada tingkat rendah dapat dipengaruhi

oleh berbagai macam aitem motivasi intrinsic, motivasi ekstrinsik, prestasi akademik

dan prestasi non akademik.

C. Korelasi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Terhadap

Motivasi Berprestasi Siswa

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS

versi 18 diperoleh korelasi komunikasi interpersonal orang tua terhadap komunikasi

interpersonal anak sebesar 0.483 dengan nilai signifikansi 0.001 (p<0.005). Maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi

interpersonal orang tua terhadap komunikasi interpersonal anak.


98

Correlations

KomunikasiInterpersonalOrt KomunikasiInterpersonalAn

u ak

**
KomunikasiInterpersonalOrt Pearson 1 .483

u Correlatio

Sig. (2- .001

tailed)

N 42 42
**
KomunikasiInterpersonalAna Pearson .483 1

k Correlatio

Sig. (2- .001

tailed)

N 42 42

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sedangkan korelasi komunikasi interpersonal orang tua terhadap motivasi

berprestasi siswa sebesar 0.347 dengan nilai signifikansi 0.025 (p<0.005). Maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi

interpersonal orang tua terhadap motivasi berprestasi siswa.


99

Correlations

KomunikasiInterpersonalOrtu MotivasiBerprestasiAnak

*
KomunikasiInterpersonalOrtu Pearson 1 .347

Correlation

Sig. (2- .025

tailed)

N 42 42
*
MotivasiBerprestasiAnak Pearson .347 1

Correlation

Sig. (2- .025

tailed)

N 42 42

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan di SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta

Selatan tentang pola hubungan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak terhadap

motivasi berprestasi pada anak, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua terhadap motivasi berprestasi pada

anak. Hal ini dapat terlihat dari korelasi komunikasi interpersonal orang tua terhadap komunikasi

interpersonal anak sebesar 0.347 dengan nilai signifikansi 0.025 (p<0.005).

B. Saran

Berdasarkan hasil analisa yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang mungkin dapat

dipertimbangkan, antara lain:

1. Saran teoritis

Untuk para calon peneliti yang tertarik dalam melakukan penelitian mengenai motivasi

berprestasi, diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan tentang variabel lain yang

belum diteliti selain komunikasi interpersonal. Para calon peneliti juga diharapkan dapat

melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan objek penelitian yang berbeda agar

mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

100
101

2. Saran praktis

a. Saran untuk SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan agar dapat

memberikan penyuluhan atau seminar-seminar mengenai pentingnya komunikasi

interpersonal yang efektif antara orang tua dan anak dalam meningkatkan motivasi

berprestasi anak.

b. Saran untuk para orang tua khususnya orang tua dari siswa SDN 01 Pagi Cipulir

Kebayoran Lama Jakarta Selatan agar dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

interpersonal yang baik dan efektif dengan anak, karena dengan memiliki komunikasi

interpersonal yang baik dengan anak maka anak akan merasa nyaman berkomunikasi

dengan orang tua dan mereka pun dapat menceritakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi

di sekolah sehingga orang tua dapat membantu dan dapat meningkatkan motivasi anak

dalam berprestasi di sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

Agung, Wahyu. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif.


Yogyakarta: Gerailmu, 2010

Azwar, Saiffudin. Reliabiltas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007

Azwar, Saifuddin. Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007

B. Uno, Hamzah. Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis Dibidang Pendidikan.


Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,


2007, edisi revisi

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1981, cet.
Ke VII

Devito, Joseph A. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Profesional Books, 1996 ,


edisi ke-5

Djuarsa Sendjaja, Sasa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005,


Cet IX

Ekomadyo, Ike Junita. 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat


Belajar Anak. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005

Esti Wuryani Djiwandono, Sri. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia, 2006

Fred N, Kerlinger. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press, 2004

102
103

Gunarsa, Singgih. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2001, cet ke-I

Ibrahim, Nurdin. Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang
Jawa Barat. Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002

J. Wlodkowski, Raymond & Judith H. Jaynes. Motivasi Belajar. Jakarta: Cerdas


Pustaka, 2004

Jalaludin, Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Lestari, Endang dan MA. Maliki. Komunikasi yang Efektif. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara, 2003, edisi revisi ke-1

Liliweri, Alo. Prespektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1994

Littlejohn. Theories of Human Communication. Belmont California: Wadsworth


Publishing Company, 1999

McCleland. David, John W. Atkinson, Russel A. Clark, Edgar L. Lowel. The


Achievement Motive. New York: Irvington, 1976

Munawaroh. Hubungan Antara Perhatian Orangtua Dengan Prestasi Belajar Agama


Islam Siswa SMEA Budi Mulia Ciledug. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 2005

Ngajenan, M. Kamus Etimologi Bahasa Indonesia. Semarang: Dahara Prize, 1990,


cet ke-II

Prasetya Irawan, Suciati. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: PAU-PPAI UT, 2001
104

Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kauntitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,
2007

Purwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka, 1995

Purwanto, M. Ngalim. Psikologi pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2004, cet ke-20

Purwanto, M.Ngalim. Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Nasco, 1997

Rasyid Dimas, Muhammad. 25 Kiat Memengaruhi Jiwa dan Akal Anak. Bandung:
Arkan Publishing, 2008

Ratnawati, Shinta. Keluarga, Kunci Sukses Anak. Jakarta: Kompas, 2000

Rivai. Veithzal. Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta


Diklat SPAMA: Survey di Diklat Departemen Kesehatan. Jakarta: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 2002

Roudhonah, M.A. Ilmu Komunikasi. Jakarta : UIN Press, 2007, Cet I

Sabri, Alisuf. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman


Ilmu Jaya, 1993

Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet . I

Sadirman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006, Cet I

Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2008, edisi kedua

Sumanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001

Surachmad, Winarno. Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah.


Bandung: Tarsito, 1975
105

Sutedja, Heryanto. Mengapa Anak Anda Malas Belajar?. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991

Uchjana Effendy, Onong. Dinamika komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2004, cet VI

Uchjana Effendy, Onong. Ilmu Komunikasi: teori dan praktek. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1984, cet. Ke-1

Uchjana effendy, Onong. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2000, cet I

W.S. Winkel. Psikologi Pengajaran. Jakarta, Grafindo, 1996

Wahosumidjo. Kepemimpinan Dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori Aplikasi).


Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006

Referensi Internet:

http://images.herususetyo.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R58BaQoKCh
8AADvNbIo1/Pres.%20PENDIDIKAN%20ANAK%20DALAM%20ISLAM.
ppt?nmid=79733819. (26 April 2010)

http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&
group_id=7082&discussion_id=71 (14 November 2010)
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan Hormat,

Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, saya bermaksud untuk mengadakan

penelitian. Untuk itu saya harapkan kesediaan Adik-adik untuk memberikan jawaban

Ibu/Bapak sendiri sejujur-jujurnya. Segala jawaban yang Adik-adik berikan akan dijamin

kerahasiaannya dan akan hanya dipergunakan untuk penelitian ini saja.

Kerjasama Adik-adik dalam menjawab setiap pertanyaan dalam kuesioner ini

merupakan bantuan yang besar sekali artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Saya

mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasinya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Hormat Saya,
Herdiansyah Pratama

(NIM: 105051001930)
IDENTITAS
Nama : ______________________________________
Respondent : o Laki-laki o Perempuan

Petunjuk Cara Mengerjakan

1. Pilih salah satu dari pilihanyang tersedia.


(SS S TS dan STS)
2. Mohon dapat menjawab dengan jujur apa yang Ibu /Bapak alami demi tercapainya
keobjektifitasan data.
3. Mohon diperiksa Kembali lembar kuesioner sehingga tidak ada jawaban yang
terlewati.

Contoh pengisian:

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1 Saya senang membaca v

SELAMAT MENGISI
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan Hormat,

Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, saya bermaksud untuk mengadakan

penelitian. Untuk itu saya harapkan kesediaan Ibu/Bapak untuk memberikan jawaban

Ibu/Bapak sendiri sejujur-jujurnya. Segala jawaban yang Ibu/Bapak berikan akan dijamin

kerahasiaannya dan akan hanya dipergunakan untuk penelitian ini saja.

Kerjasama Ibu/Bapak dalam menjawab setiap pertanyaan dalam kuesioner ini

merupakan bantuan yang besar sekali artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Saya

mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasinya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Hormat Saya,
Herdiansyah Pratama

(NIM: 105051001930)
IDENTITAS
Nama : ______________________________________
Orang Tua
Dari Siswa/Siswi : ______________________________________
Respondent : o Bapak o Ibu

Petunjuk Cara Mengerjakan

1. Pilih salah satu dari pilihanyang tersedia.


(SS S TS dan STS)
2. Mohon dapat menjawab dengan jujur apa yang Ibu /Bapak alami demi tercapainya
keobjektifitasan data.
3. Mohon diperiksa Kembali lembar kuesioner sehingga tidak ada jawaban yang
terlewati.

Contoh pengisian:

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1 Saya senang membaca v

SELAMAT MENGISI

Anda mungkin juga menyukai