SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom I)
Disusun Oleh
1. Skirpsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
Herdiansyah Pratama
NIM. 105051001930
ABSTRAK
HERDIANSYAH PRATAMA
Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Orangtua Dengan Anak
Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa (Studi Pada SDN 01 Pagi Cipulir
Kebayoran Lama Jakarta Selatan)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Berprestasi Siswa (Studi Pada Siswa SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama
Islam (S. Kom I) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tidak lupa penulis
hanturkan kepada Rasul kita yaitu Muhammad SAW beserta keluarganya dan para
sahabatnya.
Penulis sadar benar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
kemampuan dan dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari berbagai dukungan yang
diberikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Dan dalam kesempatan ini
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi beserta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu
ii
3. Kepada Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Program
5. Terima kasih juga kepada Dosen Pembimbing saya yaitu Dra. Rini
dalam proses pembuatan skripsi ini hingga akhir. Dan atas kesabaran
yang beliau berikan, dan tentunya juga untuk ide-ide dan ilmu-ilmu
raga ini. Dan Ayahanda Sulaiman yang dengan keringatnya yang keras
hingga beliau dapat melihatku kini tengah dewasa. Tak kan kuat
ucapan terima kasih ku ini menandingi kasih dan sayang kalian yang
nama hingga sampai saat ini. Hanya senantiasa doaku untuk kalian
Yah.
semua pihak yang telah membantu dan mendukung sampai selesainya skripsi ini
karena tanpa dukungan dari kalian semua, skripsi ini tidak dapat berjalan dengan
baik dan andaikan selesai pun mungkin skripsi ini tidak sempurna. Dan mudah-
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR GRAFIK.......................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9
D. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan..................................................................... 12
iv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian. 49
B. Model dan Desain Penelitian.. 49
C. Identifikasi Variabel Penelitian......................................................50
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian.......51
E. Kerangka Pemikiran...56
F. Populasi dan Sampel Penelitian... 57
G. Metode Pengumpulan Data.. 58
H. Metode Analisis Instrumen.. 59
I. Metode Analisis Data. 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................100
B. Saran-Saran. 100
LAMPIRAN 106
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GRAFIK
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari proses komunikasi. Hal ini
disebabkan selain karena manusia tercipta sebagai makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain dalam hidupnya, tetapi juga karena melalui komunikasi
komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi manusia, maka kuantitas
komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang melibatkan hanya dua orang
orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Sedangkan
1
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.13
2
Littlejohn, Theories of Human Communication, (Belmont, California: Wadsworth
Publishing Company, 1999), h. 115
1
2
yang melibatkan komunikasi antara anak dan orang tua. Anak membutuhkan
orang lain untuk berkembang. Dalam hal ini, orang yang mempunyai peranan
yang besar dalam pembentukan kepribadian anak dan pertama bertanggung jawab
adalah orang tua. Perbedaan umur antara orang tua dan anak yang cukup besar,
berarti pula perbedaan masa yang dialami oleh kedua belah pihak. Perbedaan
masa yang dialami akan memberikan jejak-jejak yang berbeda pula dalam bentuk
perbedaan sikap dan pandangan-pandangan antara orang tua dan anak. Yang
menarik dari status sebagai orang tua adalah bahwa apa pun yang diperbuat orang
anak, baik dari sudut organis maupun psikologis, antara lain sandang-pangan-
dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku maupun yang
hanya terjadi pada aspek kepribadian. Sebagai orang tua, mereka harus berbuat
sesuatu untuk mengembangkan diri si anak ke arah yang lebih baik secara
3
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia. (Jakarta: Profesional Books, 1996), edisi
kelima, h. 250
4
Gunarsa, Singgih, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), h. 6
3
keseluruhan meliputi tingkah laku yang diharapkan. Banyak orang tua yang terlalu
memaksakan kehendaknya, atau ambisinya kepada anak, terlebih lagi dalam hal
prestasi.5 Orang tua menuntut prestasi tinggi kepada anak, tanpa di barengi sikap
anak terabaikan; yang pada akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar anak
tersebut.6 Orang tua merasa tindakannya benar karena semua itu dilakukan
semata-mata demi kebaikan anak. Adalah salah berpendapat bila anak harus
berprestasi demi harga diri orang tua, sehingga bila anak tidak mencapai prestasi
seperti yang diharapkan orang tua, orang tua menjadi frustasi dan anaklah yang
menjadi korban.7
Orang tua bertanggung jawab dalam membimbing anak, agar proses belajar
menyayangi apa yang dipelajarinya. Di sini orang tua sangat berperan dalam
prestasi anak tersebut meningkat. Orang tua dapat mendampingi anak dengan
dunia yang khas, bukan miniatur dunia orang dewasa, maka semangat
baik dari sudut pandang orang dewasa, melainkan duduk sejajar bersama anak,
5
Ekomadyo, Ike Junita, 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Anak, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005), h. 4
6
Sutedja, Heryanto, Mengapa Anak Anda Malas Belajar?. (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991), h. 34
7
Ratnawati, shinta, Keluarga, Kunci Sukses Anak. Jakarta: Kompas, 2000
4
terhadap anak untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan
Arti pentingnya sebuah keluarga bagi diri seorang anak dikemukakan pula
oleh Susan Urmston Philips.9 Dalam buku The Invisible Culture, ditemukan
bahwa anak orang Indian (penduduk asli Amerika) selalu kalah cerdas dengan
anak kulit putih. Ini terjadi karena keluarga orang Indian sangat pendiam. Ocehan
anak Indian tidak direspon oleh keluarganya, sebagaimana anak orang kulit putih.
waktu mereka bermain dan belajar di kelas. Sebaliknya, karena anak orang kulit
maka mereka berhasil memberikan respon terhadap lingkungan, baik pada waktu
karena tanpa adanya motivasi individu akan sangat sulit bahkan mustahil untuk
menjadi seseorang yang berhasil. Dorongan yang terjadi pada diri seseorang
yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah
tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat
usaha pencapaian yang diharapkan10. Oleh sebab itu motivasi dan keberhasilan
(prestasi) merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar
adalah Motivasi berprestasi yaitu dorongan yang ada dalam diri individu yang
berasal dari dalam maupun luar individu untuk mencapai suatu keberhasilan baik
keberhasilan akademik maupun non akademik yang ingin dicapai oleh individu
tersebut.
Semua anak yang dilahirkan mempunyai motivasi untuk belajar. Hal ini
merupakan penjelajah yang serba ingin tahu. Namun, ketika datang masa
bersekolah seringkali motivasi anak untuk belajar menjadi berkurang. Hal ini
sakit bagi anak-anak yang buku rapornya tidak memenuhi harapan-harapan orang
tua. Di banyak rumah, topik pembelajaran menjadi sebuah hal yang keras, berada
di tepi sebuah zona serangan dimana orang tua berusaha keras memaksa anak
untuk belajar. Kemudian anak membalas dengan the guerilla warfare perang
anak-anak di masa depan anak, seperti di sekolah, kerja, dan kehidupan pada
umumya. Bahwa, anak-anak yang memiliki motivasi dengan rasa senang secara
akan memiliki sarana untuk mengatasi rintangan yang ada dan mendorong diri
10
Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis DibidangPendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.9
6
sendiri untuk mengoptimalkan potensi yang terbaik yang mereka punyai, sehingga
merupakan salah satu tanggung jawab orang tua untuk bisa menghantarkan anak-
Adapun pembahasan tentang tanggung jawab orang tua terhadap anak juga
terdapat dalam ajaran Islam. Islam memerintahkan orang tua untuk mendidik anak
dan memikul tanggung jawab itu di pundak mereka. Hal ini sesuai dengan firman
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
urusan dunia dan akhirat berlandaskan ajaran Al-Quran dan As-Sunnah. Tidak
hanya orang tua yang bertanggung jawab atas pemeliharaan keluarga terhadap
anak, tetapi juga anak memegang tanggung jawab terhadap orang tua dan saudara-
jawab orang tua dalam pendidikan anak. Sabdanya SAW: Tidak lah seorang anak
yang lahir itu kecuali dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya menjadikan ia
pembentukan kepribadian anak. Ketika anak mendapat tauladan yang baik dalam
keluarga, maka kemungkinan besar anak akan melakukan apa yang diajarkan
orang tua kepada anak baik itu melalui verbal maupun non verbal. Seorang ahli
(Dorothy Law Nolte) berujar: Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan. Bila orang tua gagal
akan mampu menyatakan sayangnya kepada orang lain12. Beberapa contoh kasus
kepada anaknya yakni dapat dilihat dari kasus kaburnya artis Arumi Bachsin dari
rumah, dalam kasus ini Arumi tidak sepaham dengan ibundanya, Maria Lilian
Pesch, yang sering memaksa syuting kejar tayang (stripping). Maria kerap
11
Muhammad Rasyid Dimas. Memengaruhi Jiwa dan Akal Anak. (Bandung: Arkan
Publishing, 2008) H. vi
12
http://images.herususetyo.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R58BaQoKCh8AADvNbIo
1/Pres.%20PENDIDIKAN%20ANAK%20DALAM%20ISLAM.ppt?nmid=79733819. (26 April
2010)
13
http://oktavita.com/arumi-bachsin-kabur-dari-rumah.htm (12 November 2010)
8
orang tua dan anak yaitu kasus penganiayaan yang dilakukan siswa kelas tiga SD
buruk akan memberikan tekanan psikologis kepada anak. Seorang anak usia SD,
menurut Kak Seto, membutuhkan perhatian ekstra dari orang tua. Kecerdasan
emosi anak sangat labil. Ketika dia merasa terkekan apa saja bisa masuk dalam
orang tua dan anak dalam meningkatkan motivasi berprestasi anak. Untuk itu
terlalu luas dan agar penelitian ini tidak terpengaruh oleh banyaknya masalah
komunikasi yang ada, maka penelitian ini memiliki batasan penelitian sebagai
berikut :
komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak baik yang berlansung
14
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2010/02/09/brk,20100209-224476,id.html (12
November 2010)
9
melalui tatap muka maupun melalui media yang mendapat umpan balik atau
2. Motivasi berprestasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dorongan yang
ada dalam diri individu baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri
akademik maupun non akademik yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu "Apakah ada hubungan
Tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah
antara orang tua dengan anak terhadap peningkatan motivasi berprestasi SDN 01
Selatan. Dan juga sebagai bahan masukan maupun bahan diskusi dalam mata
c. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait yaitu SDN 01 Pagi Cipulir
Kebayoran Lama Jakarta Selatan dan bagi para orang tua dalam membina
hubungan komunikasi yang baik kepada anak agar anak dapat termotivasi
D. Penelitian Terdahulu
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti
Komunikasi dalam keluarga, yaitu komunikasi interpersonal orang tua dan anak
Altruisme Pada Remaja, yang diteliti oleh Heru Wibowo, Fakultas Psikologi
positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua dan anak dengan
Kedaung, Ciputat, yang diteliti oleh Nursiah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
guru dengan motivasi belajar siswa. Yang artinya semakin positif persepsi tentang
Tanggrang Banten), yang diteliti oleh Yunita, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
tingkat ekonomi orang tua ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi belajar anak. Terdapat perbedaan dan pengaruh motivasi belajar antara
pemenuhan kebutuhan belajar siswa telah berjalan dengan baik, karena sekolah
pembelajaran berjalan dengan baik. Pada tingkat motivasi belajar IPS siswa
berjalan dengan baik, karena hampir semua guru dapat memberikan motivasi
belajar kepada anak didik. Hasil pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pemenuhan kebutuhan belajar
Dari hasil tinjauan pustaka yang dilakukan penulis, maka penulis belum
orang tua dan anak terhadap munculnya motivasi berprestasi pada anak. Selain itu
judul penelitian terdahulu tidak membahas peran orang tua dalam membantu
dilakukan sebelumnya.
E. Sistematika penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab V Penutup
KERANGKA TEORI
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi, komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu cum, sebuah kata
depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata
bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communion,
yang dalam bahasa Inggris disebut dengan communion, yang berarti kebersamaan,
communion diperlukan adanya usaha dan kerja, maka dari itu dibuat kerja
Frank E.X Dance paling tidak telah mencatat sebanyak 126 buah definisi tentang
1
Endang Lestari dan MA. Maliki, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara, 2003), edisi revisi ke-1, h.4
2
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet IX,
h. 1.10
14
15
Berikut ini beberapa definsi komunikasi menurut para ahli antara lain:
a. Menurut Hovland, Janis dan Kelley, komunikasi adalah suatu proses melalui
(komunikan/Khalayak).
mengatakan apa dengan saluran apa, kepada siapa? Dan dengan akibat atau
hasil apa (who?, Says what?, In wich channel?, To whom?, With what
effect?).3
suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan
3
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet IX,
h. 1.10-1.11
4
Hafied cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),
edisi revisi, h. 19-20
16
3. Komunikasi terjadi akibat kerja sama, partisipasi dari perilaku yang terlibat.
yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain, antara dua
orang atau lebih. Seperti yang dikatakan oleh R. Wayne Pace (dalam Hafied
dengan komunikan saling berhadapan dan saling menatap, sehingga terjadi kontak
pribadi: hal ini ditegaskan oleh Effendi, dalam bukunya Ilmu Komunikasi,
5
OnongUchjana Effendy, Dinamika komunikasi, (Bandung: PT. remaja Rosdakarya, 2004),
cet VI, h3
6
Roudhonah, M.A., Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Press, 2007), Cet I, h. 22-24
7
Hafied cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),
edisi revisi, h. 32
17
mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang
maka antara kedua orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi, seperti interview
di telepon.
Menurut Ruesch dan Bateson dalam Litle John yang diterjemahkan oleh Alo
orang lain dalam konteks sosialnya. Melalui proses ini individu menyesuaikan
dirinya dengan orang lain lewat peran yang disebut transmitting dan receiving.9
pesan (baik verbal maupun non verbal). Sedangkan melalui receiving terjadi suatu
antar pribadi dikenal sebagai model linear (satu arah tanpa umpan balik); model
interaksi (dengan umpan balik) dan model transaksional yang meliputi penyertaan
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: teori dan praktek, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1984) cet. Ke-1, h. 125
9
Alo Liliweri, Prespekti Teoritis Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1994), h. 3.
18
receiving messages between two person, or among a small group of persons, with
some effect and some immediate feedback. Yaitu proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan dua orang atau diantara sekelompok kecil orang dengan
orang atau group kecil melalui tatap muka maupun dengan menggunakan media
a. Komunikasi diadik
dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan
dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung intens. Contoh komunikasi
diadik yaitu suami-istri, dua sahabat dekat, guru-murid, ibu-anak dan sebagainya.
Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak
10
Onong Uhjana effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2000), cet II, h. 60
19
dekat, mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik verbal
b. Komunikasi triadik
dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila
umpan balik yang berlangsung. Walaupun begitu komunikasi triadik masih lebih
efektif dari komunikasi kelompok. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
terhadap pesan yang kita sampaikan dari ekspressi wajah dan gaya bicara
pendengar.
20
a. Fungsi Sosial
berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian maka fungsi sosial
psikologis.
Setiap orang terikat dalam suatu sistem nilai dan norma yang berlaku dalam
sosial dalam berkomunikasi sebagai suatu keharusan yang tak dapat dielakan.
11
Alo Liliweri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung, Citra Aditya Bakti,
1994), h. 27-31
21
kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan rekan kerjanya, antara guru
antar pribadi setiap orang akan mendapatkan penilaian dari orang lain.
saling tukar pikiran dan perasaan sampai pada tahap psikologis maka keadaan
hidup yang tak dapat di hindari. Konflik tidak bisa terelakan karena ia datang
informasi dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi
mendapatkan informasi. Jika informasi itu benar dan dapat dibagi lalu
keputusan.
dan kerjasama dengan orang lain. Tujuan pengambilan keputusan antara lain
Maksudnya dengan membicarakan diri kita sendiri pada orang lain, maka kita
akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri. Dan dengan
12
Sasa Djuarsa Sendjaja, Dkk., Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005)
Cet IX, h. 5.13-5.15
23
komunikasi interpersonal pula kita dapat membuka diri pada orang lain yang
pada kelanjutannya kita juga akan mengenal orang lain lebih mendalam.
Manusia hidup sebagai makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari interaksi
merubah sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin seseorang mengikuti cara
Humanistik
13
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 259 - 270
24
1. Keterbukaan (Openness)
efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah
berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.
kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
pikiran (Bochner & Kelly)14. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui
bahwa perasaan dan pkiiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda
dan anda bertanggung jawab atasnya. Orang tua seyogyanya dapat memfasilitasi
orang tua maupun anak dapat berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Terjadi komunikasi secara tatap muka antara orang tua dan anak.
Komunikasi tatap muka penting karena orang tua dapat mengetahui tanggapan
dari anak secara langsung. Komunikasi tatap muka penting untuk mengubah
14
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 259
15
http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&group_id=7
082&discussion_id=71 (14 November 2010)
25
sikap, pendapat dan perilaku seseorang. Orang tua perlu bersikap tanggap
terhadap apa yang disampaikan anak agar komunikasi dapat berhasil. Perlu
menerima kritikkritik dan saran yang disampaikan anak. Dengan sikap bersdia
menerima kritik dan saran, berarti orang tua dapat mengakui perasaan dan pikiran
2. Empati (empathy)
untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu,
dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Orang yang
empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan
menurut Truax, melibatkan baik kepekaan terhadap perasaan yang ada maupun
interpersonal yang efektif perlu didukung oleh sikap empati dari pihakpihak
yang berkomunikasi. Dalam komunikasi antara orang tua dan anak perlu
ditumbuhkan sikap empati. Kondisi empati dapat terwujud bila orang tua bersedia
memberikan perhatian kepada anak dan dapat mengetahui apa yang sedang
dialami anak berkaitan dengan pekerjaannya. Orang tua dapat mengenal anak,
16
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 260
17
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 260
26
mengetahui apa yang dirasakan oleh anak tersebut. Selain itu, orang tua dapat
sikap yang mengurangi sikap defensif. Sikap ini muncul bila individu tidak dapat
komunikasi interpersonal menjadi tidak efektif, karena orang yang defensif akan
lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi
karena faktorfaktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah) atau
komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak, sikap mendukung berperan
dalam menumbuhkan motivasi anak. Sikap mendukung dapat terwujud, bila orang
tua bersedia menghargai ideide atau pendapat anak dan memberikan perhatian
18
http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&group_id=7
082&discussion_id=71 (14 November 2010)
27
terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif terhadap diri sendiri
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi sangat penting untuk interaksi
yang efektif. Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking
(dorongan). Dorongan merupakan istilah yang berasal dari kosakata umum yang
Dorongan positif dapat berbentuk pujian atau penghargaan. Dorongan positif akan
mendukung citra pribadi dan membuat merasa lebih baik. Sikap positif dalam
menunjang komunikasi interpersonal yang efektif antara orang tua dan anak dapat
terwujud bila orang tua dapat berpandangan positif terhadap dirinya sendiri.
Orang tua dapat menunjukkan perasaan senang ketika berkomunikasi dengan anak
dan dapat memberikan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan oleh anak20.
5. Kesetaraan (Equality)
harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
19
http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&group_id=7
082&discussion_id=71 (14 November 2010)
20
http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&group_id=7
082&discussion_id=71 (14 November 2010)
28
dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau, menurut istilah Carl Rogers,
dinamakan distorsi kognitif (Beck & Burns)21, dapat muncul dalam komunikasi
interpersonal yaitu:
1. Polarisasi (polarization)
Polarisasi adalah kecenderugan untuk melihat dunia dalam betuk lawan kata
dan menguraikanya dalam bentuk ekstrim baik atau buruk, positif atau negatif,
sehat atau sakit, pandai atau bodoh. Kita mempuyai kecenderungan kuat untuk
21
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 266
29
pada kurva bentuk lonceng, sedikit saja orang yang berada pada kedua ujung
ekstrim. Tetapi, semakin kita mendekati titik tengah, semakin banyak orang yang
termasuk di situ. Ini terjadi pada sebaran percontoh (sample) acak. Jika kita
menyeleksi sejumlah besar orang secara acak kita akan melihat bahwa tingkat
sebagainya dari mereka akan, jika dipetakan, membentuk distribusi normal atau
kita untuk melihat manusia, obyek, dan kejadian sesuia dengan ciri yang melekat
pada mereka. sebagai contoh, jika Sally dicirikan sebagai orang yang tidak
menarik, kita akan, secara intensional, menilainya sebagai tidak menarik sebelum
penyaring yang ditimbulkan oleh ciri tidak menarik ini. Sebaliknya, orientasi
memandang manusia, obyek, dan kejadian baru setelah itu memperhatikan cirinya
(labelnya): sebagai contoh, kita melihat Sally tanpa memperhatikan ciri yang
melekat pada dirinya. Dengan menggunakan orientasi seperti ini, kita akan
cenderung diarahkan oleh apa yang kita lihat memang terjadi dan bukan oleh label
orang yang bersangkutan. Orientasi intensional terjadi bila kita bertindak seakan-
akan label adalah lebih penting daripada orangnya sendiri seperti peta lebih
30
intensional terlihat pada diri orang yang, begitu takutnya pada anjing, sudah
berkeringat dingin bila melihat gambar anjing atau bila mendengar orang lain
membicarakan anjing. Di sini orang itu bereaksi terhadap label (gambar atau uraia
Kita dapat membuat pernyataan tentang dunia yang kita amati, dan kita dapat
membuat pernyataan tentang apa yang belum pernah kita lihat. Dari segi bentuk
atau struktur, pernyataan pernyataan ini sama saja dan kita tidak dapat
melontarkan tatapan yang penuh kebencian. Dari segi struktur, kedua kalimat ini
serupa. Tetapi kita tahu bahwa keduanya merupakan jenis pernyataan yang sangat
berbeda. Kita dapat melihat jaket dan warnanya yang biru, tetapi bagaimana kita
sesuatu yang bermakna bagi kita. Masalah baru timbul bila kita berlaku seakan-
dan sebagainya) saling menyalah artikan makna pesan mereka. Potong kompas
dapat mempunyai dua bentuk. Dalam bentuk pertama, dua orang menggunakan
kata-kata yang berbeda tetapi memberikan makna yang sama bagi kata-kata ini.
terjadi kesepakatan. Jenis kedua lebih lazim lagi. Bentuk potong kompas ini
terjadi bila dua orang menggunakan kata yang sama tetapi maknanya berbeda. Di
menggunakan kata-kata yang sama). Tetapi, jika kita mengamati lebih cermat kita
yang mendasari potong kompas adalah bahwa kata-kata yang mempunyai makna
intrinsik. Kita secara keliru menganggap bahwa bila dua orang menggunakan kata
yang sama mereka maksudkan hal yang sama pula, dan bila mereka menggunakan
kata yang berbeda mereka maksudkan hal yang berbeda. Tetapi, kata tidak
5. Kesemuaan (allness)
Kita tidak pernah melihat sesuatu secara keseluruhan atau mengalami sesuatu
secara lengkap. Kita melihat bagian dari suatu obyek, kejadian, atau orang, dan
22
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta
H. 235
32
atas dasar yang terbatas itu kemudian kita menyimpulkan bagaimana rupa
keseluruhan. Tentu saja kita tidak mempunyai pilihan lain untuk menarik
memiliki bukti yang memang tidak memadai. Tetapi kita perlu menyadari bahwa
bila kita membuat penilaian atas dasar itu, kita sebenarnya membuat kesimpulan
(inference) yang mungkin saja di kemudian hari terbukti keliru. Disraeli pernah
mengatakan bahwa menyadari bahwa anda tidak tahu merupakan langkah besar
ketidak semuaan (non-allness). Jika anda menyadari bahwa masih banyak yang
perlu anda ketahui, anda akan membuat diri anda terbuka untuk menemukan
informasi tambahan.
Bila kita membuat abstraksi (rigkasan) tentang sesuatu atau seseorang, atau
pernyataan ringkas itu bersifat statis dan tidak berubah. Tetapi sadarilah bahwa
obyek atau orang yang kita bicarakan itu dapat sangat berubah. Meskipun kita
semua barangkali sependapat bahwa semua hal selalu berubah, pertanyaan yang
relevan adalah apakah tindakan atau perilaku kita menunjukkan bahwa kita
memang mengetahuinya. Dengan kata lain, apakah kita bertindak sesuai dengan
tahun, atau apakah anda memperlakukannya sesuai dengan usianya yang sudah 20
tahun. Evaluasi anda atas diri sendiri dan atas orang lain haruslah mengikuti derap
33
perubahan dunia nyata yang begitu cepat, jika tidak, anda akan terbenam dalam
7. Indiskriminasi (indiscrimination)
benda, atau kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat
unik atau khas dan perlu diamati secara individual. Salah evaluasi ini merupakan
Stereotipe adalah gambaran mental yang menetap tentang kelompok tertentu yang
kita anggap berlaku untuk setiap orang (anggota) dalam kelompok tersebut tanpa
stereotipe kita positif atau negatif, masalah yang ditimbulkannya tetap sama.
Sikap ini membuat kita mengambil jalan pintas yang seringkali tidak tepat.
Sebagai contoh, bila anda bertemu dengan seseorang, reaksi pertama anda
kebangsaan, agama, atau disiplin ilmu. Apa pun macam kategori yang anda
gunakan, anda lupa memberikan perhatian yang cukup terhadap karakteristik khas
orang di hadapan anda. Walaupun dua orang menganut agama yang sama,
B. Motivasi
pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif berasal dari kata Moverre
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku
tingkah laku, yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu
tersebut adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya,
seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapan
dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin di capainya.
Pernyataan ahli tersebut dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah
sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah
karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.26
23
Suciati Prasetya Irawan, Teori Belajar dan Motivasi, (Jakarta: PAU-PPAI UT, 2001) h. 52
24
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta, Grafindo, 1996), h. 151
25
Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis DibidangPendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 8
26
Wahosumidjo, Kepemimpinan Dan Motivasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992), h. 177
35
tandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif
adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang
afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.27
Motivasi dari pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari
dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada
motivasi sebab motif-motif tidak selamanya aktif. Motif-motif hanya aktif pada
saat-saat tertentu saja, yaitu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan mendesak. Motif atau daya penggerak yang telah menjadi aktif inilah
Rivai, motivasi yaitu keinginan, hasrat dan sekaligus tenaga penggerak yang
Kaminsky dan Padell yang dikutip oleh Veithzal Rivai mengatakan bahwa
motivasi merupakan suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam
27
David C McCleland, John W. Atkinson, Russel A. Clark, Edgar L. Lowel, The Achievement
Motive, (New York: Irvington, 1976) h. 28
28
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta Pedoman Ilmu Jaya,
1993)h. 129
29
Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang Jawa
Barat, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002), h. 288
30
Veithzal Rivai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta Diklat
SPAMA: Survey di Diklat Departemen Kesehatan, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
2002), h. 131
36
diri manusia yang mengatur tindakan dengan cara tertentu31. Dengan demikian
perubahan tenaga di dalam diri / pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan
afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi ini berisikan tiga
hal, yaitu:
1. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang. Setiap
2. Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif. Dorongan afektif sering nyata
dalam tingkah laku. Di lain pihak ada pula dorongan afektif yang sulit untuk
dalam dirinya.
31
Veithzal Rivai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta Diklat
SPAMA: Survey di Diklat Departemen Kesehatan, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
2002), h. 131
32
Veithzal Rivai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta Diklat
SPAMA: Survey di Diklat Departemen Kesehatan, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
2002), h. 131
33
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2001), h. 192
37
arah rekasi-reaksi mencapai tujuan. Misalnya untuk dapat dihargai dan diakui
Dengan demikian masalah motivasi ini sangat berkaitan erat dengan status
fisik, emosi, kebiasaan sikap dan nilai serta insentif seseorang. Tanpa adanya
aspek-aspek ini motivasi tidak akan muncul. Motivasi akan muncul jika individu
Oleh sebab itu motivasi memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Hal
ini dikarenakan motivasi dapat menentukan keberhasilan seseorang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Davies yang dikutip oleh Nurdin Ibrahim yang menyatakan
diantaranya:
1. Motivasi memberi semangat, sehingga siswa menjadi aktif, sibuk dan tertarik,
motivasi menopang upaya dan menjaga belajar siswa agar tetap berjalan.
3. Motivasi adalah selektif, agar siswa dapat menentukan kegiatan apa yang
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu "prestatie". Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti "hasil usaha". Dalam etimologi
34
Nurdin Ibrahim, Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang Jawa
Barat, (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002), h. 489
38
kata "prestasi" berarti hal yang telah dicapai36. Prestasi adalah hasil yang dicapai
dicapai. Jadi prestasi adalah istilah oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha
tertentu. Dalam kaitannya dengan usaha belajar berarti prestasi menunjuk pada
tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar
adalah merupakan sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang
tertentu.39Jadi motivasi berprestasi adalah dorongan yang ada dalam diri individu
individu tersebut.
35
M. Ngajenan, Kamus etimologi bahasa indonesia (semarang:dahara Prize, 1990) cet ke-II
h.143
36
WJS. Purwadarminta, Kamus UMum Bahasa Indonesia, (Jakarta:BAlai pustaka, 1995),
h.768
37
Munawaroh. Hubungan antara perhatian orangtua dengan prestasi belajar agama islam
siswa SMEA budi mulia ciledug. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2006. H. 30
38
J.P. Chaplin, kamus lengkap psikologi, (jakarta:raja grafindo persada, 1981), cet. Ke VII,
h,360
39
M.Ngalim Purwanto, Teknik-teknik evaluasi pendidikan, (jakarta: Nasco, 1997), h.6
39
2. Macam-macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat
bervariasi.
a. Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak
lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya:
lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu
apalagi orang tua dan guru. Hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai
prestasi.
a. Coginitive motives
b. Self-expression
kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu
terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk itu memang
diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang itu ada
c. Self-enhancement
kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu
b. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain:
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis
a. Motivasi intrinsik
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang
memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik,
yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Dorongan yang
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang
motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial,
4. Menyenangi kehidupan
a. Adanya kebutuhan
Misalnya seseorang anak yang ingin mengetahui isi cerita dari komik,
keinginan untuk mengetahui isi cerita itu dapat mendorong anak untuk belajar
membaca, jika ia telah dapat membaca maka kebutuhan untuk mengetahui isi
Kemajuan dan kemunduran bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat.
Misalnya anak yang mendapat angka kurang, akan terdorong lebih giat lagi
Cita-cita yang menjadi tujuan hidup seseorang akan menjadi pendorong bagi
40
Oemar Hamalik, Proses belajar mengajar, (jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet ke-I, h.162
43
b. Motivasi Ekstrinsik
adanya rangsangan dari luar.41 Hal ini sejalan dengan pendapat Alisuf sabri,
motivasi eksrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar individu, atau
motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan individu.42Ada beberapa cara yang
a. Ganjaran
1. Pujian
guru dan orang tua untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Namun pujian yang diberikan harus tepat dan jangan terlalu berlebihan.
2. Hadiah
seperti ranking satu, dua dan tiga dari siswa lainnya. Hadiah ini diberikan
41
Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006), Cet I, h. 89
42
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet . I, h. 85
43
M.Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) cet
ke-20, h.64
44
mereka.
3. Teguran
atau berkelakuan tidak baik, namun harus digunakan dengan hati-hati agar
b. Hukuman
Hukuman merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan tepat dan bijak.
Saingan dapat mendorong siswa untuk giat belajar. Persaingan baik dalam
bentuk individu atau kelompok. Dalam hal ini guru dan orang tua memegang
3. Fungsi Motivasi
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan
bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha
yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
44
Sardiman A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada) h: 85
46
belajarnya.
keluarga, sekolah dan anak itu sendiri45. Tiap hal tersebut mempresentasikan
sebuah sistem.
1. Budaya
dongeng-dongeng, legislasi politis atas pendidikan, status dan gaji guru, dan
budaya Jepang.
45
Raymond J. Wlodkowski & Judith H. Jaynes. Motivasi Belajar. Cerdas Pustaka. 2004.
Jakarta H. 19-28
47
2. Keluarga
pemberi pengaruh utama bagi motivasi anak. Efek membangun motivasi anak
Benjamin Bloom memberikan fakta yang nyata atas jenis pengaruh ini. Tim
profesional muda yang berbakat dan sangat berhasil berusia antara 28 hingga
dan tenis. Bloom menemukan bahwa karakter paling umum dalam pendidikan
merupakan akibat keterlibatan orang tua secara penuh antusias. Bahkan ketika
prestasi dan kecakapan orang-orang muda ini bebas dari keterlibatan langsung
orang tua, mereka memandang dukungan orang tua sebagai titik referensi
3. Sekolah
Ketika muncul motivasi dalam diri siswa, para guru membuat diferensi. Pada
kebanyakan kasus, mereka tidak sekuat orang tua, akan tetapi mampu
yang meningkatkan motivasi para murid, mereka adalah orang yang setiap
48
karakter yang secara luas berada dalam kendali sendiri. Salah satu ciri guru
murid, bahwa apa yang mereka ajarkan adalah penting. Para guru seperti itu
4. Anak
perbuatan individu yang benar-benar didasari oleh suatu dorongan yang tidak
diketahui secara jelas, tetapi bukan karena insting, artinya bersumber pada
suatu motif yang tidak dipengaruhi dari lingkungan perilaku yang disebabkan
oleh motif semacam itu muncul tanpa perlu adanya ganjaran atas perbuatan,
dan tidak perlu hukuman untuk tidak melakukannya46.Hal itu terjadi pula
dalam kehendak untuk berhasil pada umumnya. Oleh karena itu, motif
semacam itu disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam
bersangkutan.47
46
Hamzah B. Uno. Teori motivasi & pengukurannya: analisis di bidang pendidikan. Jakarta:
Bumi aksara, 2008 h. 33
47
Hamzah B. Uno. Teori motivasi & pengukurannya: analisis di bidang pendidikan. Jakarta:
Bumi aksara, 2008 h. 30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kebenaran yang obyektif dan juga untuk menjaga agar pengetahuan dan
berikut:
2. Adanya keterbatasan biaya, waktu dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
1
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2005), h.24
49
50
telah ditetapkan2. Adapun desain penelitian adalah deskriptif korelasional, hal ini
sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui apakah ada hubungan antara
Variabel yaitu seluruh objek yang akan menjadi pengamatan dalam penelitian
yang memiliki konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variable
atau variabel X) dan variabel terikat (dependent variable atau variabel Y).
Variabel bebas yakni sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan
atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain.
Sedangkan variabel terikat yakni sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada
atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Hadari
Nawawi, 2005)3. Dalam penelitian ini, ada dua variabel penelitian, yaitu variabel
2
Prof.Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kauntitatif dan R & D). (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 8
3
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.
56-57
51
Definisi operasional adalah meletakkan arti pada suatu konstruk atau variabel
1. Komunikasi Interpersonal
orang atau group kecil melalui tatap muka maupun dengan menggunakan media
yang mendapat umpan balik atau efek secara langsung. Komunikasi interpersonal
ini diukur dengan skala komunikasi interpersonal yang terdiri dari aspek-aspek:
a. Keterbukaan
1) Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak berlangsung tanpa ada
hambatan. Anak dan orang tua dapat menyampaikan apapun yang mereka
ingin sampaikan.
2) Indikator
tua
4
Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behavioral. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2004), h. 51
52
anak
b. Empati
1) Empati yakni dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam
hal ini, orang tua dapat merasakan apa yang sedang anak rasakan,
2) Indikator
b) Anak mampu menyikapi dengan baik situasi yang dihadapi orang tua
b) Orang tua dapat menyikapi dengan baik situasi yang dihadapi anak
c. Sikap mendukung
1) Dukungan yang diberikan keluarga merupakan suatu hal yang penting bagi
antar anggota keluarga maka akan menciptakan energi positif dalam diri
menghadapinya.
53
2) Indikator:
d. Sikap positif
1) Orang tua dan anak saling memberikan reaksi positif ketika masing-masing
pihak melakukan suatu hal yang diharapkan. Reaksi positif yang diberikan
prestasi di sekolahnya, maka orang tua memberikan anak pujian dan hadiah
2) Indikator
e. Kesetaraan
1) Dalam hal ini, orang tua dan anak memiliki kedudukan dan posisi yang
sama atau sejajar. Sehingga baik orang tua maupun anak dapat menerima
2) Indikator:
2. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi yaitu dorongan yang ada dalam diri individu yang
berasal dari dalam maupun luar individu untuk mencapai suatu keberhasilan baik
keberhasilan akademik maupun non akademik yang ingin dicapai oleh individu
tersebut. motivasi berprestasi ini diukur dengan skala motivasi berprestasi yang
a. Motivasi intrinsik
2) Indikator:
5
John W. Santrock. Psikologi Pendidikan, edisi kedua. (Jakarta: Kencana, 2008). H. 514
55
b. Motivasi ekstrinsik
2) Indikator:
a) Adanya ganjaran
c. Prestasi akademik
kelas.
2) Indikator:
kelas.
2) Indikator:
mengajar
6
John W. Santrock. Psikologi Pendidikan, edisi kedua. (Jakarta: Kencana, 2008). H. 514
56
E. Kerangka Pemikiran
Motivasi penting untuk dimiliki oleh setiap orang, karena dengan motivasi,
tujuan dalam hidupnya. Begitu pula dengan anak-anak, mereka juga perlu untuk
memiliki motivasi agar dapat berprestasi di sekolahnya. Anak yang tidak memiliki
sekolahnya. Namun, tidak semua anak memiliki motivasi yang berasal dari diri
mereka sendiri, mereka membutuhkan orang lain atau faktor-faktor eksternal yang
Salah satu pihak yang dapat membantu anak memperoleh motivasi mereka
yaitu orang tua, mengingat intensitas anak untuk berinteraksi dengan orang tua
sangat intens karena mereka tinggal bersama dengan orang tua mereka. Untuk itu
interpersonal yang baik dengan anaknya sehingga tidak sedikit anak yang
Fenomena yang terjadi saat ini, sebagian orang tua hanya dapat menuntut
prestasi mereka. Orang tua juga tidak jarang memarahi anaknya dengan kata-kata
yang tidak layak di dengar. Hal tersebut tidak jarang terjadi, justru sebaliknya
tindakan yang orang tua lakukan tersebut membuat motivasi anak menjadi pudar
atau tidak ada sama sekali untuk berprestasi di sekolah. Oleh karena keterampilan
halnya yang sudah dipaparkan di atas, maka banyak para peneliti ingin meniliti
1. Populasi
Menurut Nurul Zuriah (2006)7, populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi
dalam penelitian ini yakni siswa SDN 01 Cipulir Pagi Kebayoran Lama Jakarta
ini yaitu siswa kelas V SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya
dalam suatu penelitian atau dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi
bahwa bila populasi cukup homogen terhadap populasi dibawah 100 dapat
dipergunakan sampel sebesar 50%. Untuk jaminan ada baiknya sampel selalu
ditambah sedikit lagi dari jumlah matematis tadi9. Dalam penelitian ini jumlah
7
Nurul, Zuriah. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori Aplikasi). (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), h. 116
8
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.
144
9
Winarno Surachmad. Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah. (Bandung:
Tarsito, 1975), h.
58
model skala Likert, yang terdiri dari skala komunikasi interpersonal yang disusun
tidak langsung atau dengan perantaraan alat, baik berupa alat yang sudah tersedia
maupun alat khusus yang dibuat untuk keperluan itu (Hadari Nawawi, 2005:95)10.
sejumlah pernyataan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.
dari responden tentang dirinya sendiri. Skala yang digunakan adalah skala dengan
pernyataan terikat. Jawaban responden dalam skala bentuk ini pada setiap
jawaban yang dapat dipilih. Dengan kata lain jawaban responden terikat pada
10
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.
95
59
2005:117-118)11
Tabel 3.1
STS 1 5
TS 2 4
S 4 2
SS 5 1
1. Validitas Skala
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Artinya dapat mengukur secara tepat dan mempunyai
kemampuan yang cermat untuk dapat menunjukkan bagian gejala yang hendak
dikatakan valid jika setiap butir pernyataan yang menyusun kuesioner tersebut
11
Hadari Nawawi. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.
117-118
12
Saiffudin, Azwar. Reliabiltas dan Validitas.( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 5
60
memiliki keterkaitan yang tinggi (Wahyu Agung, 2010:89)13. Validitas suatu butir
masing butir pernyataan pada hasil output SPSS (Statistical Package for Social
Science) versi 18.00 for Windows, ataupun dengan metode korelasi Pearson
koefisien korelasi. Adapun formula untuk uji validitas yaitu (Wahyu Agung,
2010:90)14:
N XY ( X)( Y)
=
N X ( X) (N Y ( Y) )
di mana :
N : ukuran sampel;
2. Reliabilitas
13
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.89
14
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.90
61
kata rely dan ability. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi disebut
pengukuran yang reliabel. Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif
Besarnya reliabilitas alat ukur yang telah diujikan menunjukkan sejauh mana
(Statistical Package for Social Science) versi 18.00 for Windows. Reliabilitas
Tabel 3.2
No Interval Kriteria
15
Saiffudin, Azwar. Reliabiltas dan Validitas.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 4
16
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.95
62
=
1
= reliabilitas alpha
x2 = varians
mutlak dilaksanakan agar data yang diperoleh memiliki arti, sehingga penelitian
yang dilakukan memberikan kesimpulan yang benar. Analisa data yang digunakan
adalah analisa data statistika sebagai cara untuk mengetahui hubungan antara
terikat (variabel Y) yaitu motivasi berprestasi. Dalam penelitian ini, data yang
17
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.95
18
Saifuddin, Azwar. Dasar-Dasar Psikometri. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 46
63
yaitu:
1. Statistik deskriptif
menjelaskan data. Statistik deskriptif menyajikan data dalam bentuk tabel dan
grafik. Dengan demikian, pembaca menjadi lebih mudah dalam memahami data
.
Rumus: =
Keterangan
= rata-rata
= pengamatan
= jumlah pengamatan
19
Wahyu, Agung. Panduan SPSS 17.0: Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. (Yogyakarta:
Gerailmu, 2010), h.99
64
3. Standard deviasi
Rumus: S = ( )
Keterangan
s = standard deviasi
n = jumlah sampel
= Rata-rata hitung
4. Kategorisasi nilai
Nilai tinggi ( + 2 x SD) atau hasil yang didapat berada diatas standard
deviasi
Nilai sedang = atau hasil yang didapat berada diantara nilai tinggi dan
Nilai rendah ( - 2 x SD) atau hasil yang didapat berada dibawah standard
deviasi
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
1. Klasifikasi Responden
Jakarta tentang pola komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak terhadap
penelitian tersebut. Banyak siswa dan orang tua yang memiliki komunikasi
interpersonal yang baik, selain itu siswa juga memiliki motivasi berprestasi yang baik
juga. Hal ini dapat terlihat dari jawaban-jawaban yang diberikan responden pada
Penelitian tentang pola komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak
terhadap motivasi berprestasi siswa di SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta
ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011. Pada penelitian
ini responden adalah siswa kelas 5 sejumlah 42 orang dan juga orang tua dari siswa
tersebut yang juga berjumlah 42 orang. Selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk
responden dan penulis akan mengklasifikasikan tiga bagian yaitu, identitas responden
65
66
25
20 Laki-Laki
15 Perempuan
10
5
0
kelamin siswa adalah perempuan dengan persentase 60% disusul dengan laki-laki
40% sedangkan dari segi jumlah, perempuan 25 orang dan laki-laki 17 orang.
Dengan data tersebut maka dapat diketahui siswa kelas 5 SDN 01 Pagi Cipulir
20
PNS
15 Pedagang/Wiraswasta
Pedagang Swasta
10
Buruh
5 Lain-lain
pekerjaan Ayah yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 3 responden atau 8 %,
dunia.
mereka dekat dengan pasar sehingga banyak dari orang tua siswa yang memilih
30
25
Pedagang/Wiraswasta
20 Pegawai Swasta
15 Buruh
responden atau 2 % kemudian disusul dengan Ibu rumah tangga 30 responden atau 73
pekerjaan ibu rumah tangga sehingga Ibu sebagian besar menghabiskan waktunya
Grafik 4.4. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan yang diperoleh orang tua
14
12 < 500 ribu
8 1 juta - 3 juta
6 3 juta - 5 juta
4 > 5 juta
2
0
< 500 ribu sebanyak 13 responden atau 32 %, disusul dengan 500 ribu 1 juta
atau 3 % dan terakhir >5 juta sebanyak 1 responden atau 2 % sedangkan sisanya
sebanyak 1 responden sudah tidak memiliki Ayah dan Ibu dikarenakan sudah
Tabel 4.1
interpersonal dengan orang tua dalam hal keterbukaan sudah cukup baik. Baik dalam
71
hal pengungkapan diri dan kejujuran terhadap apa yang diungkapkan. Hal tersebut
terlihat dari besarnya skor total yang diperoleh siswa yakni sebesar 170 dalam hal
merasa nyaman mengungkapkan apa yang mereka rasakan kepada orang tua mereka..
Begitupun dengan perihal bahwa siswa selalu menunjukkan hasil ulangan mereka
kepada orang tua meskipun hasilnya tidak baik. Ada sebesar 163 skor total yang
Selain itu, siswa lebih memilih menceritakan kesulitan yang mereka hadapi
kepada orang tua dibandingkan kepada teman mereka. Skor total yang diperoleh
untuk hal ini yakni sebesar 153. Sementara itu, mengenai pengakuan siswa terhadap
mengakui ketidakmampuan mereka tersebut kepada orang tua mereka. Hal ini terlihat
kepada orang tua mereka dapat membuat anak menjadi terbuka dalam segala hal.
Anak tidak merasa takut atau malu untuk menceritakan kesulitan yang mereka hadapi
disekolah dan ketidakmampuan mereka dalam mata pelajaran kepada orang tua.
Dengan begitu orang tua dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak, dan
Tabel 4.2
Tabel 4.2 menunjukkan banyak dari siswa yang dapat merasakan apa yang
orang tua mereka harapkan terhadap diri mereka. Hal ini terbukti dari skor total yang
diperoleh yakni sebesar 177. Selanjutnya siswa menyatakan bahwa harapan orang tua
sekolah. Hal ini terlihat dari skor total dari pernyataan tersebut yakni sebesar 170.
Selain itu, banyak siswa menyatakan bahwa mereka mempedulikan apa yang orang
tua harapkan, yakni ada sebesar 156 jumlah skor total yang diperoleh.
73
kepada mereka. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar 150.
Mengenai harapan orang tua yang dapat membuat siswa tertekan, banyak siswa
menyatakan bahwa harapan orang tua terhadap mereja tidak membuat mereka
tertekan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor total yakni sebesar 142. Selain itu,
siswa menyatakan bahwa mereka seringkali merasa orang tua memahami masalah
yang mereka hadapi. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni 127.
empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang
1
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Profesional Books. Jakarta H. 259 -
260
74
Tabel 4.3
x = 149.5 897
Tabel 4.3 banyak siswa menyatakan bahwa orang tua mendukung segala
keputusan yang telah mereka ambil. Hal ini terlihat dari skor total yang diperoleh
yakni sebesar 164. Sementara itu, mengenai kehadiran orang tua ketika mereka
mengikuti perlombaan membuat mereka lebih bersemangat. Ada sebesar 157 jumlah
dari skor total yang diperoleh siswa. Selanjutnya, siswa menyatakan bahwa orang tua
selalu hadir setiap mereka mengikuti perlombaan yakni ada sebesar 149 jumlah skor
pendapat kepada mereka. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar
bersama-sama. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor total yakni sebesar 148.
tidak akan berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung2. Oleh karena itu sikap
mendukung juga diperlukan agar komunikasi interpersonal bias berjalan dengan baik.
Tabel 4.4
2
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Proffesional Books. Jakarta. H. 265
76
Tabel 4.4 menunjukkan siswa merasa pujian yang diberikan orang tua
yakni sebesar 174 jumlah skor total yang diperoleh. Selanjutnya, mengenai seringnya
orang tua memberikan ucapan selamat kepada siswa, siswa menyatakan bahwa orang
tua seringkali memberikan ucapan selamat jika mereka mendapatkan nilai yang baik
di sekolah. Hal ini terlihat dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 172.
Sementara itu, siswa juga menyatakan bahwa orang tua selalu memberikan hadiah
jika mereka mendapatkan prestasi yang baik di sekolah. Dalam hal ini ada sebesar
yang mereka alami kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total
yakni sebesar 144. Mengenai pujian yang diberikan orang tua, banyak siswa yang
menyatakan bahwa orang tua selalu memuni prestasi yang mereka raih meskipun di
depan orang banyak. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor total yakni sebesar 132.
Tabel 4.5
x = 174 348
77
Tabel 4.5 menunjukkan banyak dari siswa yang menyatakan bahwa saran
yang diberikan orang tua sebagian besar adalah saran-saran yang baik untuk mereka.
Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 175. Selanjutnya siswa
diri. Hal ini terlihat dari skor total dari pernyataan tersebut yakni sebesar 173.
harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Kesetaan tidak mengharuskan kita menerima pihak lain, atau menurut
istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif
Selain data diatas dari hasil penyebaran angket kepada 42 siswa SDN 01 Pagi
orang tua dengan anak terhadap motivasi berperstasi siswa, maka diperoleh data
sebagai berikut:
33
Joseph A. Devito. Komunikasi Antarmanusia edisi kelima. 1996. Proffesional Books. Jakarta. H. 264
78
Tabel 4.6
Tabel 4.6 menunjukkan banyak dari siswa yang menyatakan bahwa mereka
akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi yang baik di sekolah.
Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 179. Keinginan untuk
berusaha itu diperkuat dengan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa mereka
peduli terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru dan merasa bahwa bisa berprestasi
di sekolah merupakan sesuatu hal yang penting. Hal ini terlihat dari kedua skor total
dari pernyataan tersebut yakni 174 untuk sikap peduli dan 167 untuk prestasi yang
motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu
79
kebutuhan4. Hal ini pula yang ditunjukkan oleh siswa kelas V SDN 01 Pagi Cipulir,
pada pernyataan yang mereka berikan terlihat adanya kebutuhan untuk mencapai
Tabel 4.7
Tabel 4.7 menunjukkan banyak dari siswa yang menyatakan tidak lagi merasa
malas untuk belajar setelah orang tua mereka menjanjikan akan memberikan hadiah
jika mereka mau belajar. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar
4
Oemar Hamalik, Proses belajar mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet ke-I, h. 162
80
167. Selanjutnya siswa menyatakan bahwa mereka akan berusaha untuk mendapatkan
nilai yang baik di sekolah jika orang tua memberikan hadiah kepada mereka. Hal ini
terlihat dari skor total dari pernyataan tersebut yakni sebesar 166.
Siswa banyak berpendapat bahwa mereka ingin mendapatkan nilai yang lebih
baik dari teman mereka. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar 163.
bersemangat menjadi yang terbaik di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan
skor total yakni sebesar 142. Selain itu, siswa menyatakan bahwa mereka peduli jika
ada salah satu dari teman mereka yang mendapatkan nilai yang lebih baik dari
mereka. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni 130.
motivasi yang berasal dari luar diri mereka atau ekstrinsik selain motivasi intrinsik
yang telah mereka miliki. Faktor reward berupa hadiah dan lingkungan yang
berprestasi siswa.
untuk tugas sekolah yang siswa terima. Walaupun beberapa jenis ganjaran atau
reward seperti pujian dan hadiah pada umumnya dibutuhkan untuk memotivasi siswa
agar melakukan sebagian besar tugas sekolah dengan hasil yang terbaik, akan jauh
lebih baik jika orang tua menghindari membagi-bagikan hadiah yang berupa materi
81
dimana siswa tidak memerlukan tetapi mereka harus tidak mengulang dari
Tabel 4.8
x = 170.75 683
yang diberikan dan mereka menginginkan semua tugas yang diberikan tersebut dapat
mereka selesaikan sebaik mungkin. Hal ini terlihat dari skor total yang diperoleh
yakni sebesar 181 dan 160. Sementara itu siswa juga berpendapat bahwa
mendapatkan nilai yang tinggi itu penting. Ada sebesar 176 jumlah dari skor total
5
Sri Esti Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Gramedia, 2006) h.358
82
yang diperoleh siswa. Oleh karena siswa merasa nilai yang tinggi itu penting maka
siswa berusaha sekuat tenaga untuk dapat memperbaiki nilai ulangan yang tidak atau
belum baik yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan
memiliki prestasi akademik yang baik di sekolah. Walaupun ada beberapa siswa yang
tidak terlalu memperdulikan prestasi akademik mereka. Menurut Page yang dikutip
Sri Esti siswa yang diberi nilai dan juga mendapat komentar tentang jawaban yang
salah mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang hanya diberi nilai
dengan angka atau huruf saja. Dengan diberikan komentar, siswa akan mengerti apa
yang harus dilakukan. Demikian juga menurut Cross dan Cross yang dikutip Sri Esti
siswa yang ulangan mereka hanya dinilai saja tanpa komentar, merasa bahwa nilai
yang mereka dapat hanya karena keberuntungan, atau karena faktor-faktor dari luar,
bukan karena usaha mereka, dan semua ini mempengaruhi kesuksesan mereka di
sekolah6.
6
Sri Esti Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Gramedia, 2006) h.401 - 402
83
Tabel 4.9
x = 166.62 1333
Tabel 4.9 menunjukkan banyak dari siswa yang terlibat dalam kegiatan di luar
kegiatan belajar mengajar (ekstrakurikuler). Hal ini dapat terlihat dari jawaban
kuesioner yang diberikan peneliti. Banyak siswa yang tidak sependapat dengan
84
waktu saja. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 183.
Selanjutnya siswa menyatakan bahwa mereka merasa bangga bisa bergabung dalam
minat dan bakat yang dimiliki. Hal ini terlihat dari skor total dari pernyataan tersebut
yakni sebesar 181. Selain itu, banyak siswa tidak setuju dengan pernyataan yang
yakni ada sebesar 172 jumlah skor total yang diperoleh. Dan banyak siswa yang
menyatakan bahwa mereka selalu berusaha untuk mendapatkan prestasi yang baik
pada ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Hal ini terlihat dari jumlah skor total dari
Selain itu dalam tabel 9 juga menunjukkan bahwa siswa merasa bersemangat
dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini terbukti dari pernyataan siswa yang
tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa mereka merasa malas untuk
datang dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total
yakni sebesar 171. Sebaliknya banyak siswa yang setuju dengan pernyataan yang
menyatakan bahwa mereka selalu hadir dan tidak ingin datang terlambat ketika
kegiatan ekstrakurikuler berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor total
yakni sebesar 161 dan 144. Sementara itu, banyak siswa tidak setuju dengan
pernyataan yang menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler tidaklah penting. Hal ini
Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada 42 orang tua siswa SDN 01 Pagi
orang tua dengan anak terhadap motivasi berprestasi siswa, maka diperoleh data
sebagai berikut.
Tabel 4.10
dengan anak dalam hal keterbukaan sudah cukup baik. Baik dalam hal pengungkapan
diri dan kejujuran terhadap apa yang diungkapkan. Hal tersebut terlihat dari besarnya
skor total yang diperoleh orang tua yakni sebesar 174 dalam hal selalu
Begitupun dengan perihal bahwa orang tua sering mengungkapkan kekecewaan dan
ketidaksukaan atas apa yang anak lakukan. Ada sebesar 135 skor total yang diperoleh
belajar. Skor total yang diperoleh untuk hal ini yakni sebesar 122. Sementara itu,
mengenai pengungkapan orang tua terhadap kekecewaan kepada anak jika anak
mendapatkan nilai yang tidak baik, banyak orang tua yang tidak setuju dengan
mereka jika anak mendapatkan nilai yang tidak baik. Hal ini terlihat dari skor total
yang mereka peroleh yakni sebesar 146. Banyak orang tua pula yang tidak setuju
dengan pernyataan yang menyatakan bahwa orang tua lebih memilih mengutarakan
langsung kepada anak. Terbukti dari jumlah skor total yang diperoleh dalam hal ini
pemahaman kepada anak tentang kebenaran, akan menjadikan anak lebih siap dan
kuat untuk menerimanya. Sementara itu cara yang bertele-tele dan berbelit-belit tidak
Tabel 4.11
Tabel 4.11 menunjukkan banyak orang tua yang tidak sependapat dengan
pernyataan yang menyatakan orang tua jarang menanyakan kendala yang dihadapi
anak di sekolah. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 170.
Selanjutnya orang tua menyatakan bahwa mereka dapat memahami kejenuhan anak
dalam kegiatan belajar di sekolah dan dapat merasakan kesulitan yang dihadapi anak
7
Muhammad Rasyid Dimas. 25 Kiat Memengaruhi Jiwa dan Akal Anak. (Bandung: Arkan Publishing,
2008) h. 61
88
dalam belajar. Hal ini terlihat dari skor total dari kedua pernyataan tersebut yakni
sebesar 160. Selain itu, banyak orang tua yang juga tidak setuju dengan pernyataan
yang menyatakan bahwa prestasi yang diraih anak di sekolah merupakan hal yang
penting tanpa memikirkan kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar, yakni ada
memahami dan berempati, anak akan belajar bahwa dalam kehidupan ada saat
memberi dan ada saat menerima; anak akan berlatih untuk tunduk kepada kebenaran
sebab anak melihat teladan yang baik di hadapannya; anak akan membiasakan diri
jiwanya dan cara menuntut hak-haknya. Sementara itu, sikap sebaliknya akan
8
Muhammad Rasyid Dimas. 25 Kiat Memengaruhi Jiwa dan Akal Anak. (Bandung: Arkan Publishing,
2008) h. 14 - 15
89
Tabel 4.12
Pada tabel 4.12 orang tua menyatakan bahwa mereka selalu memberikan
keputusan yang anak ambil selama itu keputusan yang terbaik untuk dirinya . Hal ini
terlihat dari kedua skor total yang diperoleh yakni sebesar 181. Sementara itu,
mengenai kehadiran orang tua pada event penting anak, banyak orang tua yang
merasa kehadiran mereka sangat berarti bagi anak. Ada sebesar 174 jumlah dari skor
total yang diperoleh orang tua. Sementara itu, orang tua tidak setuju dengan
pernyataan yang menyatakan bahwa orang tua seringkali memutuskan hal-hal apapun
untuk anak tanpa di kompromikan terlebih dahulu yakni ada sebesar 172 jumlah skor
Tabel 4.13
Tabel 4.13 menunjukkan orang tua memberikan ucapan selamat kepada anak
jika prestasi di sekolahnya baik. yakni sebesar 184 jumlah skor total yang diperoleh.
Selanjutnya, mengenai pemberian pujian kecil kepada anak, orang tua menyatakan
bahwa mereka selalu memberikan pujian kecil kepada anak jika anak memang pantas
mendapatkannya. Hal ini terlihat dari skor total yang diperoleh yakni sebesar 181.
Sementara itu, orang tua juga merasa jika pujian yang mereka berikan dapat
membangkitkan semangat anak. Dalam hal ini ada sebesar 176 skor total yang
diperoleh. Orang tua banyak yang menyatakan mereka selalu memberikan hadiah jika
anak mendapatkan prestasi yang baik di sekolah. Hal ini sesuai dengan perolehan
Tabel 4.14
Tabel 4.14 menunjukkan banyak dari orang tua yang merasa senang dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi anak dalam pelajaran dan mau meluangkan
pelajaran. Hal ini terbukti dari skor total yang diperoleh dari kedua pernyataan
tersebut yakni sebesar 171. Sebaliknya orang tua tidak setuju dengan pernyataan yang
permasalahan yang dihadapi anak dalam pelajaran. Hal ini terlihat dari skor total dari
Orang tua juga tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa
mereka merasa anak dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelajaran
seorang diri. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar 139. Oleh
karena itu, banyak orang tua yang mau meluangkan waktu mereka untuk membantu
menyatakan bahwa mereka selalu dimintai saran oleh anak atas kesulitan yang
dihadapi di sekolah. Hal ini sesuai dengan perolehan skor total yakni sebesar 165.
DescriptiveStatistics
Valid N (listwise) 42
135, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu
komunikasi interpersonal anak sebesar 98.26 dengan standard deviasi 13.75, dan nilai
ke dalam tiga kategori tingkat komunikasi interpersonal yaitu tingkat tinggi, sedang,
dan rendah. Skala ini terdiri dari 27 aitem, dengan setiap aitem favorable diberi skor 1
untuk jawaban STS, 2 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban S dan 5 untuk jawaban SS
sedangkan setiap aitem unfavorable diberi skor 1 untuk jawaban SS, 2 untuk jawaban
S, 4 untuk jawaban TS dan 5 untuk jawaban STS. Dengan luas jarak sebenarnya
Tabel 4.15
Sesuai dengan keterangan diatas, maka data yang diperoleh berdasarkan mean
temuan sebesar 98.26 maka dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden
Tingkat komunikasi interpersonal pada anak yang berada pada tingkat rendah dapat
94
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 42
25 125, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan empat pilihan jawaban,
yaitu skor terendah 1 x 25 = 25 dan skor tertinggi 5 x 25 = 125, mean dari skala
komunikasi interpersonal orang tua sebesar 85.07 dengan standard deviasi 4.51, dan
ke dalam tiga kategori tingkat komunikasi interpersonal yaitu tingkat tinggi, sedang,
dan rendah. Skala ini terdiri dari 25 aitem, dengan setiap aitem favorable diberi skor 1
untuk jawaban STS, 2 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban S dan 5 untuk jawaban SS
sedangkan setiap aitem unfavorable diberi skor 1 untuk jawaban SS, 2 untuk jawaban
S, 4 untuk jawaban TS dan 5 untuk jawaban STS. Dengan luas jarak sebenarnya
Tabel 4.16
Sesuai dengan keterangan diatas, maka data yang diperoleh berdasarkan mean
temuan sebesar 85.07 maka dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden
Tingkat komunikasi interpersonal pada orang tua yang berada pada tingkat rendah
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 42
96
karena dalam penelitian ini penulis menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu skor
berprestasi siswa sebesar 77.69 dengan standard deviasi 14.23, dan nilai maksimum
dalam tiga kategori tingkat motivasi berprestasi yaitu tingkat tinggi, sedang, dan
rendah. Skala ini terdiri dari 20 aitem, dengan setiap aitem favorable diberi skor 1
untuk jawaban STS, 2 untuk jawaban TS, 4 untuk jawaban S dan 5 untuk jawaban SS
sedangkan setiap aitem unfavorable diberi skor 1 untuk jawaban SS, 2 untuk jawaban
S, 4 untuk jawaban TS dan 5 untuk jawaban STS. Dengan luas jarak sebenarnya
Tabel 4.17
Sesuai dengan keterangan diatas, maka data yang diperoleh berdasarkan mean
temuan sebesar 77.69 maka dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat motivasi berprestasi yang positif dengan tingkat rendah. Tingkat
motivasi berprestasi pada siswa yang berada pada tingkat rendah dapat dipengaruhi
oleh berbagai macam aitem motivasi intrinsic, motivasi ekstrinsik, prestasi akademik
interpersonal anak sebesar 0.483 dengan nilai signifikansi 0.001 (p<0.005). Maka
Correlations
KomunikasiInterpersonalOrt KomunikasiInterpersonalAn
u ak
**
KomunikasiInterpersonalOrt Pearson 1 .483
u Correlatio
tailed)
N 42 42
**
KomunikasiInterpersonalAna Pearson .483 1
k Correlatio
tailed)
N 42 42
berprestasi siswa sebesar 0.347 dengan nilai signifikansi 0.025 (p<0.005). Maka
Correlations
KomunikasiInterpersonalOrtu MotivasiBerprestasiAnak
*
KomunikasiInterpersonalOrtu Pearson 1 .347
Correlation
tailed)
N 42 42
*
MotivasiBerprestasiAnak Pearson .347 1
Correlation
tailed)
N 42 42
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan di SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta
Selatan tentang pola hubungan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak terhadap
motivasi berprestasi pada anak, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua terhadap motivasi berprestasi pada
anak. Hal ini dapat terlihat dari korelasi komunikasi interpersonal orang tua terhadap komunikasi
B. Saran
Berdasarkan hasil analisa yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang mungkin dapat
1. Saran teoritis
Untuk para calon peneliti yang tertarik dalam melakukan penelitian mengenai motivasi
berprestasi, diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan tentang variabel lain yang
belum diteliti selain komunikasi interpersonal. Para calon peneliti juga diharapkan dapat
melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan objek penelitian yang berbeda agar
100
101
2. Saran praktis
a. Saran untuk SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan agar dapat
interpersonal yang efektif antara orang tua dan anak dalam meningkatkan motivasi
berprestasi anak.
b. Saran untuk para orang tua khususnya orang tua dari siswa SDN 01 Pagi Cipulir
interpersonal yang baik dan efektif dengan anak, karena dengan memiliki komunikasi
interpersonal yang baik dengan anak maka anak akan merasa nyaman berkomunikasi
dengan orang tua dan mereka pun dapat menceritakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
di sekolah sehingga orang tua dapat membantu dan dapat meningkatkan motivasi anak
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1981, cet.
Ke VII
102
103
Gunarsa, Singgih. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2001, cet ke-I
Ibrahim, Nurdin. Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang
Jawa Barat. Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002
Lestari, Endang dan MA. Maliki. Komunikasi yang Efektif. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara, 2003, edisi revisi ke-1
Liliweri, Alo. Prespektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1994
Prasetya Irawan, Suciati. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: PAU-PPAI UT, 2001
104
Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kauntitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,
2007
Purwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka, 1995
Rasyid Dimas, Muhammad. 25 Kiat Memengaruhi Jiwa dan Akal Anak. Bandung:
Arkan Publishing, 2008
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet . I
Sadirman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006, Cet I
Sutedja, Heryanto. Mengapa Anak Anda Malas Belajar?. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991
Uchjana Effendy, Onong. Ilmu Komunikasi: teori dan praktek. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1984, cet. Ke-1
Uchjana effendy, Onong. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2000, cet I
Referensi Internet:
http://images.herususetyo.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R58BaQoKCh
8AADvNbIo1/Pres.%20PENDIDIKAN%20ANAK%20DALAM%20ISLAM.
ppt?nmid=79733819. (26 April 2010)
http://us.friendplay.com/index.php?m=group&c=show_group_discussion_comment&
group_id=7082&discussion_id=71 (14 November 2010)
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan Hormat,
penelitian. Untuk itu saya harapkan kesediaan Adik-adik untuk memberikan jawaban
Ibu/Bapak sendiri sejujur-jujurnya. Segala jawaban yang Adik-adik berikan akan dijamin
merupakan bantuan yang besar sekali artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Saya
Hormat Saya,
Herdiansyah Pratama
(NIM: 105051001930)
IDENTITAS
Nama : ______________________________________
Respondent : o Laki-laki o Perempuan
Contoh pengisian:
NO PERNYATAAN SS S TS STS
SELAMAT MENGISI
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan Hormat,
penelitian. Untuk itu saya harapkan kesediaan Ibu/Bapak untuk memberikan jawaban
Ibu/Bapak sendiri sejujur-jujurnya. Segala jawaban yang Ibu/Bapak berikan akan dijamin
merupakan bantuan yang besar sekali artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Saya
Hormat Saya,
Herdiansyah Pratama
(NIM: 105051001930)
IDENTITAS
Nama : ______________________________________
Orang Tua
Dari Siswa/Siswi : ______________________________________
Respondent : o Bapak o Ibu
Contoh pengisian:
NO PERNYATAAN SS S TS STS
SELAMAT MENGISI