SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Nila Mahmudah
NIM : 108052000003
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan nikmat-Nya serta bimbingan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Antar Individu
Dengan Individu Yang Lain Di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya
II Ceger-Cipayung”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah ikhlas dan sabar dalam membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini terutama orang tua, kakak, dan adik penulis, serta teman-teman penulis
baik yang berbentuk moril maupun materil, khususnya kepada :
1. Terima kasih kepada Dr. H. Arief Subhan M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Dra. Rini Laili Prihatini M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam sekaligus sebagai Dosen Pembimbing. Terima kasih atas
kesabaran dan keikhlasan ibu yang telah banyak memberikan arahan serta
waktunya dalam membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Drs. Sugiharto M.A selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam. Terima kasih atas dukungan dan bimbingannya selama ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmunya kepada penulis.
5. Dr. Suhaimi M.A. selaku Dosen Penasihat Akademik, yang telah
membimbing penulis dalam seminar proposal, sehingga proposalnya dapat di
terima dengan baik.
6. Pimpinan dan staf karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu serta memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi
dalam penulisan skripsi ini.
7. Abdul Khair, S.Ag.M.Si selaku pamong di lembaga beserta staf dan
jajarannya yang telah meluangkan waktunya, serta membantu penulis dalam
ii
melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya
hingga pada waktunya, penulis tidak bisa membalas dengan apa-apa hanya
do’a yang penulis berikan.
8. Trima kasih kepada Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si dan Amirudin. M.Si yang
telah membantu dalam mengerjakan statiskik sehingga penulis dapat
terselesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Terima kasih kepada beasiswa BUMN yang telah memberi tunjangan dalam
akademis dan bimbingan selama di asrama, sehingga penulis dapat
terselesaikan dengan baik.
10. Special thanks to Try Prasetyo Aprianto terimakasih atas cinta, kasih sayang,
waktu, omelan, dan motivasinya yang telah kau berikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. I Will Always Love You
Forever.
11. Terima kasih untuk sahabatku Eka Camalia N dan Siti Sofia M yang selalu
memotivasi penulis hingga terselesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan di kos-kosan & TIM MANGEMENT
KEPOMPONG (Try Prasetyo Aprianto, Oki Rakhmat P, M Boy Kusoon
Capah, Abd. Rasyid, Enan Nurzaman), serta adik-adik kosan (Siti Nurlaila
Awaliyah, Elva Restiawan, Millaty Hanifah) merekalah yang mengisi hari-
hari hingga berwarna sehingga timbul solidaritas kekeluargaan,
13. Terima kasih teman-teman kamarku di asrama yaitu Masruroh, Fitrian Eka
Paramita, Rini Khairani, Anisa Rahmayanti, Hanifaah Zarfan, Iftah Baridah,
kemudian teman-teman seperjuangan anak-anak BUMN dan BIDIK MISI
yang selalu menemani dalam kegiatan pembinaan serta musyrif-muyrif
ASRAMA PUTRI UIN SYARIF HIDAYATULLAH.
14. Kawan-kawan senior 2002 hingga 2007 serta adik-adik BPI 2009, 2010,
2011, dan 2012 serta BEM FIDKOM, HMI KOMFAKDA, HMI Cabang
Ciputat, BEMJ BPI, BEMJ KPI, BMJ MD, BEMJ PMI, BEMK Jurnalistik,
BEMK Kessos terima kasih atas doa, dukungan dan motivasinya yang
diberikan kepada penulis.
iii
15. Teman-teman kos-kosan Salsabila Dua, upeh, iam, ria, yang selalu
menceriakan hari-hari penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
16.
Saudara, kerabat, teman, sahabat yang namanya tidak dapat disebutkan satu
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................. i
v
I. Komunikasi Verbal ............................... 38
D. Desain Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
vi
4. Uji T-test Sederhana ............................ 75
C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 27. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator
Identifikasi Melalui Metode TAKS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 106
Tabel 28. PRE TEST Indikator Simpati Melalu Metode TAKS . . . . . . . . . . . . . 107
Tabel 29. POST TEST Indikator Simpati Melalui Metode . . . . . . . . . . . . . . . . . 108
Tabel 30. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator Simpati
Melalui Metode TAKS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109
Tabel 31. Hasil Rata-rata Growth Dari Setiap Indikator-Indikator
Variabel X . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 110
Tabel 32. Hasil Rata-rata Growth Dari Setiap Indikator-Indikator
Variabel Y. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 110
Tabel 33. Hasil Persamaan Regresi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 112
Tabel 34. Hasil Uji Koefesien Kolerasi dan Determinasi . . . . . . . . . . . . . . . 113
ix
LAMPIRAN- LAMPIRAN
x
DAFTAR ISTILAH
Istilah Pengertian
Adaptif yaitu sifat yang mudah menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan sekitar
Aloplastis Usaha seseorang untuk mengubah lingkungannya
sesuai dengan keadaan (keinginannya)
Autoplastis Usaha seseorang untuk mengubah diri sesuai
dengan lingkungannya
GOR Gangguan Orientasi Realita
Kompetitif yaitu berhubungan dengan kompetisi (persaingan),
yang bersifat kompetisi (persaingan)
Oral Communication Komunikasi lisan
Pemimpin Sebutan dalam kegiatan Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi (TAKS)
PMKS Sebutan seseorang atau kelompok masyarakat
yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau
gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi
sosialnya sehingga tidak terpenuhi kebutuhan
hidupnya baik jasmani maupun rohaninya
1 Per Mil adalah 1 per 1.000 penduduk
SDL Sumber Daya Lingkungan
TAKS Metode yang digunakan dengan menggunakan
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
WBS Sebutan warga binaan yang di karantina
Written Communication Komunikasi tulisan
xi
BAB I
PENDAHULUAN
sosial, seorang merasa miskin bukan karena kurang makan, pakaian atau
perumahan akan tetapi harta miliknya dianggap kurang cukup untuk memenuhi
mempercepat proses pembangunan yang selama ini sedang dilakukan. Salah satu
Berikut adalah data Warga Binaan Sosial (WBS) tahun 2011 hinggan 2012
yang telah didapat dari Dinas Sosial Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya II
Ceger-Cipayung:
1
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 18.
2
Ibid, h. 3.
1
2
Tabel.1. Data Warga Bina Sosial di Panti PSBI Bangun Daya II Ceger-Cipayung3
bahwa tantangan yang dihadapi pada tahun yang akan mendatang adalah upaya
serta masih lemahnya jaringan tenaga kerja sosial masyarakat yang masih
menjadi kendala. Hal itu disebabkan oleh lemahnya pembinaan koordinator kerja
antar instansi dan belum tertatanya sistem dan standar pelayanan minimal bidang
kesejahteraan sosial.
masyarakat.4
Tidak mungkin masyarakat itu sejahtera apabila hanya dikuasai oleh sekelompok
secara gotong-royong dan tolong-menolong dari golongan orang kaya dan orang
miskin.
ْ وَﺧَﯿْﺮُ اﻟﺼﱠﺪَ ﻗَﺔِ ﻣَﺎ ﻛَﺎنَ ﻋَﻦ,ُوَاﺑْﺪَا ﺑِ َﻤﻦْ ﺗَ ُﻌﻮْل,اﻟْﻌُﻠْﯿَﺎ ﺧَﯿْﺮٌﻣِﻦَ اﻟَْﯿﺪِ اﻟﺴﱡﻔْﻠَﻰ
()رواه اﻟﺒﺨﺎرى.ُ وَﻣَﻦْ ﯾَﺴْ َﺘﻐْﻦِ ُﯾﻐْﻨِﮫِ اﷲ,ُﻇَﮭْﺮِ ﻏِﻨًﻰ وَ َﻣﻦْ ﯾَﺴْﺘَﻌْﻔِﻒْ ُﯾﻌِﻔﱡﮫُ اﷲ
Artinya: “ Dari Abi Hurairah r.a,dari Nabi SAW, beliau bersbda: “Tangan
yang di atas (pemberi) itu lebih baik daripada tangan yang di bawah (diberi) dan
dahulukan orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik shadakah adalah
shadakah yang diberikan oleh orang yang mempunyai kelebihan. Barangsiapa
yang berusaha untuk menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan menjaga
kehormatan dirinya, dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka Allah
akan mencukupkannya”. (Riwayat Bukhari).5
pemurah dan berbudi pekerti yang luhur, orang yang pemurah yaitu orang yang
suka memberi bukan menerima atau meminta, pemberian itu dapat berupa infak,
bekerja dan berusaha mencari rizki, meraih harta karunia Allah yang halal. Hanya
Untuk melaksanakan shalat diperlukan pakaian, alat-alat, dan tempat ibadah yang
hanya dapat dipenuhi dengan harta. Untuk dapat melaksanakan zakat dan zakat
fitrah, terlebih dahulu kita selaku manusia harus menjadi orang yang mampu, dan
seterusnya.6
Orang Islam harus berusaha menjadi orang yang mampu, orang yang kaya
baik yang ditujukan kepada Allah maupun yang ditujukan untuk kesejahteraan
masyarakat. Jika kaum muslim hidup melarat dan miskin, bukan saja dipandang
rendah oleh golongan lain, akan tetapi juga tidak akan dapat merealisir tugas-
Oleh karena itu bagi kaum muslimin tidak ada alasan untuk bermalas-
malasan dan bekerja seenaknya saja, akan tetapi mereka dituntut untuk giat
yang akan membawa kita pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Seperti di dalam
َﻣَﻦْ ﺟَ ﱠﺪ وَﺟَﺪ
6
Chatibul Umam, Fiqh, (Jakarta: Menara kudus, 1994), h. 194.
7
Bait-bait Hikmah, Nasihat-nasihat Ulama, dan Para Pujangga, Mahfuzhat Bunga Sampai
Pribahasa Arab, (Jakarta: Turos, 2011), h. 170.
5
subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri,
mental, psikologis, jiwa yang minimal adalah individu tidak merasa tertekan atau
depresi.8
Menurut WHO sehat diartikan sebagai suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.9
eksternal
1. Sehat Jasmani
berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut
8
Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, (Jakarta: Graha Ilmu,
2009). h. 1.
9
Yahmin Setiawan, Memahami Definisi Sehat, diakses pada 29 November 2012, jam
19:07, http: // kesehatan. kompasiana. Com/ medis/ 2012/11/29/ memahami-definisi-sehat-
512845.html,
6
tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan
baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.10
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam
pepatah kuno “Dalam jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “Men
Sana In Corpore Sano”. Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah
b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut,
3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit
diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran
masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah
suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan,
10
Yahmin Setiawan, Memahami Definisi Sehat, diakses pada 29 November 2012, jam
19:07, dari http: // kesehatan. kompasiana. Com/ medis/ 2012/11/29/ memahami-definisi-sehat-
512845.html,
11
Ibid.
7
hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat
umum.12
4. Sehat Spiritual
berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah
agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak
monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai
“Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang
kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa
globalisasi ini, Kecenderungan ini tampak dari data Departemen Kesehatan tahun
2007, mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan
11,6 persen dari populasi dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat atau 46
12
Yahmin Setiawan, Memahami Definisi Sehat, diakses pada 29 November 2012, jam
19:07, http: // kesehatan. kompasiana. Com/ medis/ 2012/11/29/ memahami-definisi-sehat-
512845.html,
13
Ibid.
14
Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, (Jakarta: Graha Ilmu,
2009). h. 3.
8
per mil15. Sementara untuk prevalensi penderita gangguan jiwa di DKI terbesar
Salah satu faktor meningkatnya gangguan jiwa ini disebabkan oleh stres
yang berlebihan dengan kondisi lingkungan sosial dan ekonomi yang semakin
kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial
sebaliknya melalui kelompok itu pula mereka dapat merasakan kekecewaan dan
suatu hal kekecewaan yang dapat mengakibatkan timbulnya tidak percaya diri,
tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan
orang lain, dan lebih menyukai berdiam diri, serta tidak dapat menyesuaikan diri
15
1 per mil adalah 1 per 1.000 penduduk.
16
Vien Dimyati, Penderita Gangguan Jiwa Meningkat Tiap Tahunnya Sosial Budaya
Kesehatan, diakses pada 05 Oktober 2010, Jam 19 : 17, dari http: // www. jurnas. Com /news /
10188 / Penderita_Gangguan_Jiwa_Meningkat_Tiap_Tahunnya/1/Sosial_Budaya/Kesehatan
17
Nusantara, Penderita Gangguan Jiwa di Kediri Meningkat, diakses pada Rabu, 10
Oktober 2012 06:35:35 WIB, http://www.poskotanews.com/2012/10/10/penderita-gangguan-jiwa-
di-kediri-meningkat.
18
Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, (Jakarta: Graha Ilmu,
2009), h. 195.
19
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 93.
9
kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien
atau Warga Binaan Sosial yang kurang dalam berinteraksi untuk mampu
kemampuan sosialisasi klien. Tiap sesi tahapan tersebut diarahkan kepada tujuan
khusus yaitu TAKS antara lain kemampuan bekerja sama, kemampuan bertukar
kemampuan bersimpati.
metode dinamika kelompok, diskusi atau tanya jawab serta bermain peran atau
stimulasi.
Salah satu gangguan yang diderita di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya
merupakan bagian dari interaksi sosial karena individu yang satu dapat
menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, dimana dirinya
dipengaruhi oleh orang lain atau sebaliknya individu yang satu dapat
menyesuaikan diri secara aloplastis dengan individu yang lain, dimana individu
yang lain itulah yang dipengaruhi oleh dirinya yang pertama. Dengan demikian,
20
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 59-60.
21
Ibid, h. 62.
10
Untuk mengatasi gangguan interaksi pada klien gangguan jiwa. Terapi Aktivitas
kelompok terjadi interaksi yang satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi.
Dalam kelompok akan terbentuk satu sistem sosial yang saling berinteraksi dan
menjadi tempat klien berlatih prilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan dengan tujuan:
orang lain,
pada upaya pencegahan atau mengurangi masalah yang didesain dengan cara
1. Pembatasan Masalah
maladaptif menjadi adaptif antara lain Imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
2. Rumusan Masalah
terhadap interaksi sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya II?
interaksi sosial Warga Bina Sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya II?
12
1. Tujuan Penelitian
Bina Sosial.
2. Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
beberapa skripsi atau karya ilmiah lainnya, agar tidak terjadi spekulasi yang
menyatakan bahwa skripsi ini bukan karya asli atau “plagiat” dari skripsi atau
karyya ilmiah orang lain. Adapun beberapa skripsi tersebut antara lain:
community dari beberapa sumber tentang TC. Dari mulai kegiatan dan
residen saja, akan tetapi mereka dapat mengatasinya. Respon para residen
langsung dari dalam diri residen, kemudian kelemahan dalam skripsi ini
14
yaitu peneliti kurang menggali residen ketika pada tahap sesi intropeksi
diri, padahal tahap ini merupakan sesi teguran kepada para residen yang
rehabilitasi.
yang ditemukan oleh peneliti bahwa dalam penelitian ini peneliti tidak
yang sama. Jadi, perilaku yang di tunjukkan oleh anak laki-laki dan anak
penelitian yang di lakukan oleh Dra. Netty Hartati, dkk (2001) terhadap
berada pada taraf kurang positif. Kelemahan dari penelitian ini yaitu
keluarga tidak hanya terpaku pada satu jenis pola asuh yaitu (demokratis,
yang di miliki oleh anak, untuk itu terkadang satu pola asuh yang berhasil
ditepakan oleh sebuah keluarga belum tentu bisa diterapkan dengan baik
kepada diri anak mulai dari sedini mungkin, karena, hal ini merupakan
masyarkat.
interaksi sosial Warga Bina Sosial (WBS) karena interaksi sosial menuntun kita
16
mengenal lingkungan di sekitar kita serta peran WBS yang tinggi dalam
memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron, kemudian berbeda
dengan bentuk One Group Pretest-Posttest Design. Maka melalui metode terapi
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang masing-masing bab terdiri atas
beberapa sub bab yang saling berkaitan, sehingga menjadi satu kesatuan utuh.
BAB I Pendahuluan. Isi dari Bab Pendahuluan ini berisi latar belakang
yang berisi uji rata-rata, uji validitas, uji regresi linier, uji-t test, uji
koefisien determinasi.
BAB IV Profil Lembaga. Pada bab ini berisi tentang gambaran umum
BAB V Temuan dan Analisis Data. Yang terdiri dari data-data hasil
berdasarkan jenis kelamin, hasil uji analisis skor, hasil uji analisis
LANDASAN TEORI
Sebuah terapi dianggap efektif apabila hal ini memungkinkan seseorang untuk
bebas dari efek-efek negatif gangguan psikologis. Ada banyak potensi hubungan
didiagnosis. Fungsi dari psikoterapi yaitu untuk membantu mengurangi stres dan
individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantungan dan
mempunyai norma yang sama. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai
latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif,
kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
terapi kelompok sama dengan Group Counseling yaitu suatu jenis aktivitas
1
Laura A. King, Psikologi Umum Sebuah Pengantar Appresiatif, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010). h. 392.
2
Kompetitif berhubungan dengan kompetisi (persaingan), yang bersifat kompetisi
(persaingan), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: BALAI PUSTAKA, 2007), h. 584.
3
Budi Anna Keliat dan Akemat, Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok), (Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004), h. 3.
18
19
kelompok, yang berciri proses antar pribadi, dinamis, berfokus pada kesadaran
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif6 untuk memperbaiki perilaku
pembentukan sikap atau perilaku seorang anak seusia dengan perilaku atau
4
Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 148.
5
Budi Anna Keliat dan Akemat, Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok, ,
(Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004) h. 1.
6
Adaptif adalah sifat mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BALAI
PUSTAKA, 2007), h. 6.
7
Budi Anna Keliat dan Akemat, Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok), h.16.
8
Pius A Partanto dan M dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta:
ARKOLA Surabaya, 2001), h. 725.
20
ketika seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
2. Model Komunikasi
balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun. Dengan
9
Sujono Riayadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, (Jakarta: Graha Ilmu,
2009), h. 2003-204
21
dan sosial anggota kelompok. Selain itu, teori komunikasi membantu anggota
3. Model Interpersonal
kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok
ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi
anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang
membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan
4. Model Psikodrama
dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu. Anggota
berhubungan dengan nilai-nilai, menarik diri dari realita, inisiatif atau ide-ide
12
Sujono Riayadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, (Jakarta: Graha Ilmu,
2009), 204.
23
yang negatif, kondisi fisik yang sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif
klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi
stimulus yaitu musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui
sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
sensasi somatik), dan stimulus eksternal berupa iklim, bunyi dan stiuasi alam
sekitar. Klien mampu mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal orang
lain, waktu dan tempat. Karakteristik klien ialah Gangguan Orientasi Realita
(GOR), halusinasi, waham atau menyangka, ilusi, dan depersonalisasi yang sudah
13
Sujono Riayadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, (Jakarta: Graha Ilmu,
2009) h. 205.
14
Budi Anna Keliat dan Akemat, Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok, (Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004), h.14
15
Ibid, h. 204-205
24
sekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal
(satu dan satu), kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi
dalam kelompok.16
beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses
orang lain.17
sosial.18
Tujuan metode ini menghendaki agar setiap anak yang di terapi melakukan
16
Budi Anna Keliat dan Akemat, Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok, (Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004), h.14
17
Ibid, h. 16.
18
Sujono Riayadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, (Jakarta: Graha Ilmu,
2009), h. 203.
25
dengan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama di
sebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis = dibentuk),
sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga di sebut penyesuaian diri yang
aloplastis (alo = yang lain, platis = dibentuk). Jadi, penyesuaian diri bisa di
artikan “pasif”, di mana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan bisa di
klien. Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien dengan gangguan
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, fase-fase dalam
1. Pre kelompok
19
W. A Gerungan DIPL, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Eresco Bandung, 1988), h. 55
20
Lilik Ma’rifatul Azizah, Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik), (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011), h. 231.
26
2. Fase Awal
Pada fase ini terdapat tiga kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
a. Orientasi
anggota.
b. Konflik
anggota, tugas anggota dan yang akan terjadi para anggota akan saling
ketergantungan.
c. Kebersamaan
3. Fase Kerja
Pada tahapan ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama
21
Sujono Riayadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, (Jakarta: Graha Ilmu,
2009), h. 206.
22
Ibid, h. 207.
27
lebih stabil dan realistis, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan
4. Tahap Kerja
b. Pada saat tape dimatikan oleh terapis, salah satu anggota kelompok
nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis
tempel/dipakai.
5. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
23
Sujono Riayadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, (Jakarta: Graha Ilmu,
2009), h. 207.
24
Lilik Ma’rifatul Azizah, Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik), (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011), h. 231-232.
28
harian pasien
kelompok
klien dalam memperkenalkan diri dari segi aspek verbal maupun non-verbal
Woodworth seperti yang dikutip oleh WA. Gerungan, pada dasarnya terdapat
25
Budi Anna Keliat dan Akemat, Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok, (Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004) 18-19.
29
Interaksi sosial adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih,
di mana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain.27 Interaksi
sosial. Secara sederhana interaksi sosial dapat terjadi apabila dua orang saling
bertemu, saling menegur, saling berkenalan, dan mempengaruhi. Pada saat itulah
lain.
26
Autoplastis usaha seseorang untuk mengubah diri sesuai dengan lingkungannya
sedangkan aloplastis usaha seseorang untuk mengubah lingkungannya sesuai dengan keadaan
(keinginanannya). Lihat, WA. Gerungan Psikologi Sosial, h. 54
27
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi dakwah, (Jakarta: PRENADA MEDIA,
2006). h. 130.
28
Ibid, h. 130.
30
berlangsung.29
sebaliknya.30
2. Menurut young, interaksi sosial ialah kontak timbal balik antar dua
pihak individu.31
lainnya yang terjadi karena adannya kontak timbal balik. Dengan demikian,
sederhana, merupakan proses yang kompleks, tetapi dapat kita bedakan dari
29
Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: PUSTAKA JAYA, 1995), h.
48.
30
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 54.
31
M. Bambang Pranowo, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Lembaga Sosiologi
Agama, 2008), h. 57.
32
W. A Gerungan DIPL, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Eresco Bandung, 1988), h. 58
31
yang berlaku. Salah satu faktor imitasi dari segi negatif yaitu, imitasi
pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
fungsi sebagai obyek dan fungsi sebagai subyek. Dengan adanya dua macam
bermasyarakat. Jika manusia ini hanya sebagai obyek semata, maka hidupnya
ini hanya sebagai subyek semata, maka ia tak mungkin bisa hidup bermasyarakat
(tak bisa bergaul dengan manusia lain) sebab pergaulan baru bisa terjadi apabila
ada give and take dari masing-masing anggota masyarakat itu. Jadi jelas bahwa
hidup individu dan masyarakat tidak dapat pisahkan dan selalu berinteraksi antara
Kontak sosial adalah suatu hubungan antara satu pihak dengan pihak lain,
pihak lain. Sehingga masing-masing pihak tersebut dapat mengetahui dan sadar
Maka kontak merupakan tahap pertama dari terjadinya “kontak” atau hubungan
b. Adanya interaksi dari pihak lain atas komunikasi dan kontak sosial.
c. Adanya timbal balik yang saling mempengaruhi antara satu dan yang
lainnya.
37
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1982), h. 65
34
interaksi.38
Di lihat dari sudut subyeknya, ada tiga macam interaksi sosial, yaitu:
menurut RF. Bales dan Stroadtbeck dapat dikategorikan menjadi empat macam:
38
M Bambang Pranowo, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Lembaga Sosiologi
Agama, 2008), h. 59
39
Ibid , h. 59.
35
I. Komunikasi Verbal
simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling
impresif. Saat ini terdapat sekitar 10.000 bahasa dan dialog digunakan umat
membentuk kata.
membentuk kalimat.
tulisan (written).
Pada pengertian komunikasi verbal ini komunikan juga lebih mudah memahami
40
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi dakwah, (Jakarta: PRENADA MEDIA,
2006), h.136.
41
Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2005), Cet ke-8, h. 3.11.
36
juga lisan dan juga menggunakan simbol-simbol, atau kode yang berupa tulisan.
yang jelas, pilihan kata dan tanda baca, yang dapat membantu pihak
(dia).
dan lain-lain.
42
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi (Pendekatan Taksonomi Konseptual),
(Bogor; Ghalia Indonesia, 2004), h. 62.
37
J. Komunikasi Non-Verbal
sesuatu yang sulit dipahami. Hal ini bisa dimengerti, karena komunikasi non-
verbal menyangkut “rasa” atau “emosi”. Disamping itu, jenis dan jumlah
Di lain pihak, Judee K Burgoon dan Thomas J. Saine dalam bukunya “The
seperti tujuannya dan memiliki potensi akan adanya umpan balik (feed back) dari
yang menerimanya.
kata-kata dalam bahasa atau komunikasi verbal. Di dalam buku materi pokok
lambang seperti gestur (gerakan tangan, kaki atau bagian lainnya dari tubuh),
warna, sikap duduk atau berdiri, jarak dan berbagai bentuk lambang yang lain. 44
43
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005),
Cet ke-9, h. 6.3.
44
Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2005), Cet ke-8, h. 3.11.
38
untuk memahami apa-apa yang dirasakan secara nyata oleh orang lain.
Sedangkan, untuk memahami perasaan orang lain adalah sulit. Selain karena
sederhana. Dan dengan cara yang baik untuk memahami perilaku orang lain
mengubah pesan atau menyampaikan pesan yang orang lain tidak tahu di apa
yang dipikirkan dan dirasakan dengan mewujudkan pesan ke dalam satu bentuk
lambang atau kode komunikasi berupa mimik, gerakan tangan, kaki atau bagian
marah.
mimbar. 46
pesan non verbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih banyak
diakibatkan oleh pesan non verbal. Dalam konteks ini juga kita dapat
sebagainya).47
“tidak” dengan lambang verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu
47
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2005), Cet ke- 23, h. 287.
41
juga lebih percaya pada pesan non- verbal dibandingkan pesan verbal.
Ketika pesan non verbal bertentangan dengan pesan verbal orang akan
secara non-verbal.
tersirat).49
48
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2005), Cet ke- 23. h. 288.
49
Ibid, h. 288-289.
42
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau
kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan
mekanisme pasar. Kelompok rentan ini karena hambatan fisiknya (orang cacat),
50
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2005), Cet ke- 23 h. 289.
51
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 5.
43
Saat ini jenis PMKS berkembang menjadi 25 jenis, namun baru terdata
dari Kementerian Sosial RI Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial ada 22
jenis PMKS sesuai dengan kondisi PMKS yang terdapat di daerah, sebagai
berikut:
1. Anak-anak
Anak balita terlantar yaitu, anak berusia 0-4 tahun yang karena
52
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 5.
44
b. Anak Terlantar
disebutkan bahwa yang disebut anak terlantar adalah anak yang karena
Salah
Anak yang berusia 5-18 tahun yang terancam secara fisik dan
53
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 5.
54
Bagong Suyanto, Masalah Anak Sosial, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 212.
45
diperlakukan salah:
d. Anak Nakal
perkelahian.
e. Anak Jalanan
57
Bagong Suyanto, Masalah Anak Sosial, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 186-187.
58
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 6.
47
f. Anak Cacat
1. Cacat Fisik
atau kaki
b. Cacat tulang/persendian
d. Lumpuh
2. Cacat Mata
vision).
59
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 6.
48
2. Wanita
60
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 6.
49
pendidikan dasar).
4. Istri yang ditinggal suami tanpa batas waktu dan tidak dapat
mencari nafkah.
Salah
Diperlakukan Salah adalah wanita yang terancam secara fisik atau non
terdekatnya.61
Diperlakukan Salah:
menikah.
dalam keluarga.
61
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 6.
50
3. Lanjut Usia
3. Makan 2 x perhari
perminggu.
8. Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang
nonfisik.
62
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 6
63
Ibid.
51
menikah.
dalam keluarga.
4. Penyandang Cacat
orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental yang dapat
penyandang cacat mental, dan penyandang cacat fisik dan mental (UU
nonfisik.65
Kriteria:
5. Tuna Sosial
norma agama, sosial atau hukum serta secara sosial cenderung terisolasi
a. Tuna Susila
yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa.66
Kriteria:
b. Pengemis
66
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 7.
53
Kriteria :
c. Gelandangan
Keriteria :
pada umumnya .
67
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 7.
68
Ibid.
69
Ibid.
54
d. Eks Narapidana
Kriteria :
pidana.
masyarakat.
Kriteria :
70
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 7.
55
7. Keluarga
Kriteria :
biaya hidup tidak melebihi Rp. 62.000,- untuk perkotaan, dan Rp.
memiliki MCK
7. kemasyarakatan.
rumbia.
9. Kondisi rusak.
73
Kementeriaan Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial 2011), h. 7.
57
Kriteria:
bencana kebakaran
tidak jelas jenjang karirnya, kurang dihargai, dan umumnya juga tidak
menjanjikan prospek apapun di masa depan. Rentan karena resiko yang harus di
tanggung akibat jam kerja yang sangat panjang benar-benar dari segi kesehatan
Menurut peneliti definisi kelompok marjinal yaitu orang yang tidak dapat
contoh konkret bagaimana sistem dan struktur sosial yang menindas telah
hanya di tangan sekelompok kaum kapitalis pusat, dalam hal ini para pemilik
(IFIs), seperti Bank Dunia (World Bank) dan IMF (International Monetary
kapitalis pinggiran, seperti para konglomerat lokal dan kelompok borjuis lainnya,
terhadap kaum lemah. Oleh karena itu, Islam yang mengatur hubungan Allah
ditampilkan sebagai ideologi pembebas bagi kaum yang lemah dari cengkeraman
kaum penindas dan penguasa yang zalim Dengan demikian, masyarakat Islami
tidak memberikan tempat bagi penindasan dan pemerasan terhadap yang lemah
melawan mereka yang berkuasa dan arogan atau kelompok mustakbirîn, selama
Allah ta’ala telah berfirman: “sebab itu, terhadap anak yatim janganlah
76
Lukman S. Thahir, Islam Ideologi Kaum Tertindas: Counter Hegemony Kaum
Marginal dan Mustad’afîn, di akses pada 3 Maret 2009, jam 11 9:10 PM, dari http: // jurnalhunafa.
multiply. Com / journal/ item/2.
77
Lukman S. Thahir, Islam Ideologi Kaum Tertindas: Counter Hegemony Kaum
Marginal dan Mustad’afîn, di akses pada 3 Maret 2009, jam 11 9:10 PM, dari http: // jurnalhunafa.
multiply. Com / journal/ item/2.
78
Departemen Agama RI, Al-„Aliyy: Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2005), Cet ke-10. halaman 478.
59
orang yang lemah dan miskin. Karena Islam mengajarkan kepada manusia untuk
saling menyayangi terhadap kaum yang lemah dan miskin. Seperti Sabda Nabi
( ) ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ. ُ َو ﻛَﺎﻟﻘَﺎ ِﺋ ِﻢ اﱠﻟﺬِيْ ﻟَﺎ َﯾﻔْﺘُﺮُ َو ﻛَﺎﻟﺼﱠﺎﺋِ ِﻢ اﱠﻟ ِﺬيْ ﻟَﺎ ﯾُﻔْﻄِﺮ: ل
َ ﺴُﺒﮫُ ﻗَﺎ
ِ ْ َو َأﺣ، ﺳﺒِﯿﻞ اﻟﱠﻠ ِﮫ
َ ﻛَﺎﻟْﻤُﺠَﺎھِ ِﺪ ﻓِﻲ
Yang Artinya: dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“orang yang mengurusi janda dan orang miskin adalah bagaikan orang yang
berjuang pada jalan Allah”. Dan kalau tidak salah beliau bersabda pula: “dan
seperti orang yang selalu shalat malam yang tidak pernah letih, serta seperti
orang yang puasa yang tidak pernah berbuka”. (Riwayat Bukharri dan
Muslim).79
79
Muchlis Shabir, tarjamah Riyadlus Shalihin, (Jakarta: CV, Toha Putra Semarang,
1981), h. 256.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Maka peneliti akan
fenomena yang dibuat agar terjadi dalam suatu kondisi yang terkontrol ketat,
dimana satu atau lebih faktor divariasikan dan faktor yang lain dibuat konstan.
antara Variabel Bebas (VB) dan Variabel Terikat (VT). Variabel Bebas
1
Liche Seniati, Aries Yulianto, dan Bernadette N. Setiadi, Psikologi Eksperimen,
(Jakarta: PT Indeks,2005). Cet ke-5, h. 23.
2
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial, (Jakarta:
BUMI AKSARA, 2006), Cet ke-6, h. 6.
60
61
Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei 2012 hingga bulan hingga
Februari 2013 di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya II Ceger -
interaksi sosial di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya II Ceger-
Cipayung.
maka penelti mengambil lokasi di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun
Ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.
Populasi dapat dibedakan pula antara populasi sampling dengan populasi sasaran.
Dalam setiap penelitian populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah
Populasi dalam penelitian ini adalah para WBS yang sedang dalam proses
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah para WBS yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
3
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: Lembaga
Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES), 2011), h. 152.
63
n= N
1 + Ne2
Keterangan:
N = jumlah populasi
berikut:
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kulalitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA
BANDUNG, 2009), cet ke- 8, h. 68.
64
n= 60 = 60
1 + 60 (0,1)2 1 + 0,6
n = 60
1.6
= 37,5 mendekati 38
akan tetapi di dalam tabel tidak ada populasi sebesar 38 responden maka peneliti
D. Desain Penelitian
O1X O2
kelompok diberi pretest sebanyak satu kali, dengan tujuan dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Maka
kontrol.5
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Variabel Pengaruh) yaitu: Terapi Aktivitas
a. Kerjasama
b. Bertukar perasaan
sosial meliputi:
a. Imitasi
b. Sugesti
c. Identifikasi
d. Simpati
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kulalitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA
BANDUNG, 2009), cet ke- 8, h. 78.
66
Tabel. 3
Definisi Oprasional dan Indikator Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Definisi Oprasional
berhubungan
maladaptif mendorong identifikasi,dan
2. Sugesti, seperti
memberi
pandangan atau
sikap, motivasi
dirinya kemudian
diterima oleh
pihak lain.
3. Identifikasi,
seperti keinginan
seseorang untuk
menjadi sama
dengan pihak
lain.
68
4. Simpati, seperti
seseorang
memahami
keadaan di
sekeliling
temannya.
(anecdotal record), catatan berkala, datar catatan (check list), rating scale
elektronik.7
6
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial, (Jakarta:
BUMI AKSARA, 2006), Cet ke-6, h. 54.
7
Ibid, h. 56.
69
pernyataan dan nilai yang di berikan kepada responden mulai dari 1-5
apabila menjawab sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
H. Instrument Penelitian
I. Uji Validitas
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
N = banyaknya responden
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), Edsi Revisi, h. 211.
70
∑XY = jumlah hasil perkalian skor tiap item dengan skor total responden
∑X = jumlah seluruh skor tiap item pertanyaan
responden, maka diperoleh skor sebesar 0, 312 Pada taraf signifikansi sebesar 5%,
yang artinya apabila kolerasi pada butir-butir pertanyaan postif dan besarnya
J. Uji Reliabilitas
tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal. Ada dua cara
Brown dalam mencari realibilitas juga disebut teknik belah dua.9 Dengan rumus:
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), Edsi Revisi, h. 223.
10
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: Lembaga
Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES), 2011), h. 144.
71
mendapatkan skor sebesar 0,60 denga hasil valid dan reliabel, maka instrumen ini
Dalam uji validitas angket terdapat hasil di dalam lampiran 3 dan telah
dengan keseluruhan yang dianggap valid dan reliabell. Selanjutnya pada uji
release.
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.606 40
72
Pada pengujian validitas dan reliabilitas dapat dilihat nilai koefisien alpha
sebesar 0,60 dan jika dibandingkan dengan kolom koefisien reliabilitas maka
dapat diketahui bahwa sudah tidak ada lagi item yang memiliki nilai diatas
koefisien alphanya.
kemampuan interaksi sosial pada awal di karantina (pre test) dengan hasil
kemampuuan interaksi sosial pada saat sekarang (post test). Dimana skor post test
1. Menghitung Rata-rata
Y = a + bX
11
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: ALABETA, 2010), h. 261.
73
Dimana:
variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah
garis turun.
SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R
Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square
berkaisar antara 0 sampai 1. Pada umumnya sampel dengan deret waktu (time
12
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Proesional, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 1999), h. 50-51.
74
diperhatikan, yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan
interaksi sosial
sosial
Jika sig t > 0,1 maka artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig t < 0,1 artinya
dependen.
13
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Proesional, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 1999), h. 54.
BAB IV
melalui keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor: 736 Tahun 1996, menjadi Panti
Tahun 2002, menjadi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 02 Ceger, berfungsi
Pedagang Asongan, Jompo, Anak Jalanan, Joky Tree In One, Parkir Liar,
dan manusiawi”.
2. Misi
a. Menyelenggarakan perawatan penyantunan dan asuhan
1
Company Profile, Panti Sosial Bina Insan bangun daya II Ceger-Cipayung, 2012.
75
76
C. Tujuan
1. Tumbuhnya kesadaran mematuhi peraturan-peraturan tentang ketertiban
D. Dasar Hukum
Kesejahteraan Sosial.
4. Peraturan Daerah Nomor 104 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata
4. Bimbingan Psykologis
2
Company Profile, Panti Sosial Bina Insan bangun daya II Ceger-Cipayung, 2012.
3
Ibid.
77
9. Instansi Lainnya
MENGKLASIFIKASI JENIS-JENIS
PERMASALAHAN WBS DAN
PENDALAMAN PERMASALAHAN WBS
(WARGA BINAAN SOSIAL)
RUJUKAN
1. Kepada Keluarga
2. PSTW Budi Mulia Cengkareng
3. PSBL Harapan Sentosa
4. PS Asuhan Anak Putra Utama
5. PSBD Budi Bhakti Cengkareng
6. PSBG Belaian Kasih Pegadungan
7. BN Cahaya Bathin
8. PSBKW Harapan Mulia Kedoya
9. PSPP Khusnul Khotimah Serpong
10. PSBK Harapan Jaya Balaraja
11. PSBR Taruna Jaya Tebet
12. PSP Bhakti Kasih Kebon Kosong
13. RSUD terdekat
14. Pemulangan ke daerah asal dan orang terlantar oleh Dinas
15. Dan lain-lain.
Sumber: Company Profile, Panti Sosial Bina Insan bangun daya II Ceger-Cipayung, 2012.
78
G. Sarana dan Prasarana Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya II
Ceger-Cipayung
bergantung pada perlengkapan sarana dan prasarana yang ada, PSBI Bangun Daya
a. Ruang kantor
d. Ruang asrama, ruang aula dan musholla, ruang makan, ruang dinas, dan
e. Saran olahraga
yang merupakan Warga Binaan Sosial yang dikarantina dan mengikuti Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi di PSBI Bangun Daya II. Angket tersebut berisi
(post-test).
karakteristik berdasarkan jenis kelamin. Berikut di bawah ini tabel yang akan di
81
82
responden, lalu usia 18 tahun sebanyak 3 responden, dan terakhir usia 19 tahun
sebanyak 1 responden.
duga pada usia remaja merupakan kematangan atau kecukupan dalam mencapai
kemandirian mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Piaget bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
berhubungan dengan masa puber termasuk juga perubahan intelektual yang khas
dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang
1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), Edisi Kelima, h. 206.
83
No
Jenis Kelamin Frekuenssi Persentase
1 Laki-laki 23 57,5%
2 Perempuan 17 42,5%
lingkungan, rasa keinginan tahu tentang sesuatu yang tinggi, sulit mengendalikan
wanita cenderung untuk mencari kontak dan dukungan sosial dengan pihak lain
ketika mereka sedang mengalami stres, yang tentunya merupakan cara yang lebih
menggunakan emosinya.2
2
Artikel Fonny,Terungkap Alasan Wanita Lebih Hebat dari Pria, di posting pada 9 maret
2013 melalui http://luxorgamat.vaganza.web.id/terungkap-alasan-wanita-lebih-hebat-dari-pria-
pid812.html
84
Pengaruh
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan
Interaksi Sosial Antar Individu Dengan Individu Yang Lain Di Panti Sosial Bina
berikut:
1. Kerjasama
Tabel. 7. PRE TEST Indikator Kerjasama Responden Melalui TAKS
MEAN 15,625
Dari analisis tabel 6 peneliti menduga tingginya skor pada butir pernyataan
dengan hasil skor 183 dengan dugaan hasil di lapangan bahwa responden merasa
dari tingkatan yang paling bawah sampai ke tingkatan yang paling tinggi.
85
Kebutuhan pada tingkatan yang lebih tinggi tidak mungkin timbul sebelum
istirahat, dan lain-lain. Kedua kebutuhan rasa aman (safety) setelah mendapatkan
rasa aman. Orang ingin bebas dari rasa takut, dan kecemasan. Ketiga, kebutuhan
akan rasa kasih sayang, yaitu perasaan memiliki dan dimiliki oleh orang lain
atau kelompok masyarakat adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap manusia.
Keempat, kebutuhan akan harga diri. Bila kebutuhan di tingkat ketiga telah
terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan harga diri. Agar harga dirinya di akui
Abraham Maslow, pada tingkatan ini manusia ingin berbuat sesuatu semata-mata
karena dari dorongan dalam. Dia tidak lagi mennuntut atau mengharapkan
penghargaan orang lain atas apa yang diperbuatnya. Sesuatu yang ingin dikejar di
3
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami Solusi Islam Atas
Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2006), Cet ke- IV, h. 49-50.
86
tertinggi adalah pada butir nomor empat dengan pernyataan responden lebih suka
tujuan yang sama yaitu pemimpin telah menyepakati tahapan kerja yang akan di
lakukan reponden, kemudian responden telah menjadi kelompok atau tim, maka
menurun, kelompok menjadi lebih stabil dan realistis, selanjutnya tim dapat
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, serta
kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, kebutuhan untuk memiliki (yang di
Murray dinyatakan sebagai need for offilation atau disingkat n’Aff dan need for
achievement sebagai n’Ach. Carl Roges dan Abrahm Maslow menyebut n’Aff ini
Tabel. 9. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator Kerjasama
Responden Melalui Metode TAKS
1 Saya dapat bergaul atau bermain dengan teman-teman saya. 134 188 40,29%
2 Saya merasa sulit ketika menyesuaikan diri dengan teman saya. 85 161 89,41%
Saya merasa nyaman dengan suasana kekompakan dan 183 184 0,54%
5
kerjasama sekarang.
JUMLAH 242,59
MEAN 48,518%
Dari tabel 8 kita dapat mengetahui perbandingan perolehan Pre Test dan
Post Test dari indikator kerjasama beserta growt percent dengan rumus (pos-test -
pre-test : pre-test = growt percent) dari variabel tersebut. Hasil penelitian ini
89,41 %. Hal ini menunjukan bahwa model yang disampaikan oleh seorang
4
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung:
Pustaka Setia, 2006). h.135.
88
pemimpin responden merasa sudah mengenal satu sama lain serta mampu bekerja
saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan
terbatas sampai pada tingkat yang luas dan kompleks. Semakin dewasa dan
bertambah umur, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi sangat luas
dan kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja
2. Bertukar Perasaan
Tabel. 10. PRE TEST Indikator Bertukar Perasaan Responden
Melalui Metode TAKS
MEAN 11,05
5
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung:
Pustaka Setia, 2006). h. 89.
89
responden selalu ada ketika temannya sedang butuh. Peneliti mendapatkan dari
hasil lapangan bahwa pemimpin memakai modal fokal konflik yaitu pemimpin
konflik.
MEAN 12,625
kemudian tingkat dalam mengenal satu sama lain sudah mulai terjalin dengan
bercerita antar yang satu dengan yang lainnya maka timbulah kepercayaan
masalah yang dihadapinya. Hal ini sejalan dengan teori dengan yang
penyesuaian diri dengan lingkungan dapat mengubah sesuai keadaan diri sendiri. 6
Tabel. 12. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator Bertukar
Perasaan Responden Melalui Metode TAKS
Growth
No Pernyataan Pre Test Post Test
(%)
2 Saya selalu ada ketika teman saya butuh. 159 170 6,91%
JUMLAH 44,17
MEAN 14,72%
Pada tabel 11 menunjukan perbandingan perolehan Pre Test dan Post Test
dari Indikator bertukar perasaan telah mengalami perubahan growt percent pada
butir pernyataan nomor tiga sebesar 22,13 %. Adanya perubahan skor responden
menjadi lebih besar dari pre-test 131 menjadi 160 pos-test dengan selisih 29. Hal
tersebut yang pada akhirnya membuat responden ingin mengenal yang satu
6
W. A Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Eresco Bandung, 1988), h. 55
91
dengan tahapan interpersonal (satu dengan satu), kelompok, dan massa yang
MEAN 15,025
Binaan Sosial pada tabel 12 dalam memahami perilaku temannya diduga model
yang diberikan oleh pemimpin berupa model komunikasi yang mana pemimpin
dan responden harus bertanggung jawab terhadap pesan yang disampaikan dan
dapat dipahami oleh orang lain, sehingga membantu responden dalam memahami
7
Budi Anna Keliat dan Akemat, Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok, (Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004), h. 14.
92
tejadinya interaksi sosial apabila adanya kontak sosial hubungan antara satu
orang tersebut.8
JUMLAH 833
MEAN 20,825
8
Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1982), h. 64-65.
93
diberitahukan bahwa mereka hanya akan mendapat kejutan ringan saja. Schachter
antara subjek pada kelompok kedua hanya 33 persen yang memerlukan sahabat.
bersolidaritas tinggi.9
berinteraksi dengan berbagai pihak yang mempunyai sikap yang sama terhadap
suatu hal. Kedua, pengamatan terhadap sikap lain yang berbeda, seseorang dapat
menentukan sikap pro atau anti terhadap gejala tertentu. Ketiga, pengalaman
(buruk atau baik) yang pernah dialami. Keempat, hasil peniruan terhadap sikap
pihak lain (secara sadar atau tidak sadar). Efektivitas pengendalian sangat
yang bersangkutan. 10
9
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
Edisi Revisi, h. 112.
10
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 363.
94
Tabel. 15. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator
Memperkenalkan Diri dengan Orang lain Melalui Metode TAKS
Growth
Pernyataan Pre Test Post Test
No (%)
1 Saya dapat memahami perilaku teman-teman saya. 144 166 15,27%
4 Saya sulit menghafal nama-nama sebagian teman-teman saya. 114 150 31,57%
JUMLAH 214,6
MEAN 42,92%
Pada tabel 14 menunjukan perbandingan perolehan Pre Test dan Post Test
dari Indikator memperkenalkan diri dengan orang lain dengan hasil growt percent
tertinggi pada butir pernyataan nomor tiga sebesar 94,18 %. Hal ini diduga
siapa diri dia sebenarnya, apa kelebihan dan kekuranganya dan mampu bertindak
objektif sesuai dengan kondisi dan potensi dirinya sehingga responden mampu
memberikan bantuan agar temanya berbicara, berbagi, dan lain-lain. Hal tersebut
dikarenakan sudah terjadinya kontak sosial dan komunikasi yang efektif bila
responden berkumpul dalam satu kelompok yang memiliiki kesamaan maka anda
kelebihan dan kekurangan temanya. Dengan diperkuat hasil pre-test sebesar 86,
95
167 dengan selisih 81. Keadaan tersebut telah dibuktikan oleh Wolosin bahwa
JUMLAH 726
MEAN 18, 15
sering memperhatikan teman dengan skor 158 dan berbanding terbalik dengan
percaya pada teman hal tersebut di duga kurangnya keyakinan pada diri
responden yang tidak tebangun dengan baik sehingga ia tidak memiliki rasa
penyesuaian diri seperti isolasi, supresi, dan membuat sikapnya bertolak belakang
11
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
Edisi Revisi, h. 118.
96
teknik-teknik dasar dalam penyesuaian diri atau bisa di sebut dengan istilah
JUMLAH 1010
MEAN 25,25
Adanya perubahan pada skor pre-test (106) dan pos-test (178) mengenai
responden yang lain sehingga terjadi stimulus dan responden. Pada awal bertemu
terhadap responden yang lain, kemudian setelah di berikan stimulus yaitu berupa
12
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 1 (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 426.
97
karena itu, setiap individu adalah Gestalt tersendiri, dan dari hubungan atau
Tabel 18. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator
Kemampuan Responden Berhubungan dengan Orang Lain Melalui Metode
TAKS
Growth
Pernyataan Pre Test Post Test
No (%)
5 Saya sering menerima informasi dari teman saya. 106 178 67,92%
JUMLAH 274,91
MEAN 45,81%
Pada tabel 17 menunjukan perbandingan perolehan Pre Test dan Post Test
hasil growt percent tertinggi pada butir pernyataan nomor tiga sebesar 102,40 %.
Hal ini diduga responden percaya terhadap temannya untuk bekerjasama, dari
skor pre test responden memproleh nilai sebesar 83, kemudian setelah di berikan
TAKS responden mengalami peningkatan sebesar 168 dengan selisih 85, Gestalt
mengemukakan bahwa setiap kegiatan mempunyai stimulus dan respon. Hal ini
13
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 118).
98
menerima stimulus terlebih dahulu, maka informsai yang didapat akan lebih
5. Imitasi
Tabel. 19. PRE TEST Indikator Imitasi Melalui Metode Interaksi Sosial
dengan kelompok untuk mencari identitas diri dan ingin menjadi sama seperti
tokoh tokoh idolanya yang membuat responden tidak terlihat identitas dirinya.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Erikson tentang pencarian identitas ini
orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh dan mereka selalu siap untuk
14
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 118.
99
identitas akhir.15
5 Saya tidak suka meniru prilaku teman saya yang baik. 19 18 3 - 173 2
6 Saya jarang melihat prilaku teman saya yang baik. 12 28 - - 172 3
JUMLAH 987
MEAN 24,675
sendiri sebagai individu atau ingin di akui dan dipandang sebagai indivu akan
keberadaannya dengan mencapai hubungan baru, serta pada saat yang sama
kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan
terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistis ini tidak hanya bagi
15
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), Edisi Kelima, h. 208.
100
meningginya emosi yang merupakan ciri-ciri dari awal masa remaja. Semakin
tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit dan
Tabel. 21. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator Imitasi
Melalui Metode Interaksi Sosial
Growth
Pernyataan Pre Test Post Test
(%)
Saya meniru gaya tokoh yang saya kagumi. Seperti pemain 178 128 -28,08%
1 sepak bola atau artis-artis.
2 Saya selalu mendengarkan teman saya yang sedang berbicara. 85 167 96,47%
3 Saya selalu memperhatikan teman saya yang sedang berbicara. 107 166 55,14%
5 Saya tidak suka meniru perilaku teman saya yang baik. 142 173 21,83%
6 Saya jarang melihat perilaku teman saya yang baik. 101 172 70,29%
JUMLAH 308,2
MEAN 51,37
Pada tabel 20 menunjukan perbandingan perolehan Pre Test dan Post Test
dari Indikator imitasi tentang interaksi sosial dengan hasil growt percent. Disini
dapat kita lihat bahwa hampir semua butir pernyataan mengalami kenaikan skor.
Namun pada butir pernyataan nomor 1 yang mengalamu penurunan. Pada hasil
pre test butir penyataan nomor 1 memperoleh skor berjumlah 178 dan pada hasil
post test berjumlah 128 dengan selisih -50. Hal ini diduga responden ingin
menjadi diri sendiri, tidak ingin meniru seperti gaya tokoh yang dikagumin
responden. Karena responden telah terbentuk konsep diri atau telah menjadi jati
16
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), Edisi Kelima, h. 208-209.
101
diri (identity), orang lain dapat mempengaruhi konsep diri seseorang yang
Pudjijogyanti bahwa konsep diri terbentuk atas dua komponen, yaitu komponen
“siapa saya” yang memberikan tentang gambaran diri saya (self-picture) dan akan
6. Sugesti
Tabel. 22. PRE TEST Indikator Sugesti Melalui Metode Interaksi Sosial
MEAN 15,55
faktor imitasi, dikarenakan pada awal dugaan responden mengalami masa transisi
dalam mencari identitas diri untuk menjadi sama seperti tokoh idola yang
dikaguminya. Perubahan sikap pada indvidu ada yang terjadi dengan mudah, dan
17
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 511.
102
ada yang sukar. Hal ini bergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima atau
menolak rangsangan yang datang kepadanya. Selain itu, perubahan sikap tidak
hanya menyebabkan perubahan yang terjadi pada diri seseorang, tetapi juga
attittude system, and the personality and group affiliations of the individual”
Tabel. 23. POST TEST Indikator Sugesti Melalui Metode Interaksi Sosial
MEAN 22,025
telah mempunyai identitas diri (jati diri), responden telah mengetahui siapa
dirinya. Dengan membuka diri, sehingga konsep diri akan menjadi lebih terbuka
18
Alex Subur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 365.
103
cenderung menghindar sikap defensif, dan lebih ceermat dalam memandang diri
Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan
tingkat kesadaran tentang diri kita untuk menunjukan aspek diri kita yang
Tabel. 24. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator Sugesti
Melalui Metode TAKS
Growth
Pernyataan Pre Test Post Test
No (%)
Sikap optimis saya dalam menjalankan hidup membuat teman 162 179 10,49%
2 saya lebih bersemangat.
Saya sangat bersemangat menjalani hidup karena dukungan 151 186 23,17%
3 teman-teman saya.
Nasihat yang di berikan dari ketua kelompok saya, diterima oleh 92 176 91,30%
4 teman teman saya.
Saya tidak mau menjalankan nasihat yang di berikan oleh 119 164 37,81%
5 teman saya.
JUMLAH 242,36
MEAN 48,47%
Pada tabel 23 menunjukan perbandingan perolehan Pre Test dan Post Test
dari Indikator sugesti tentang interaksi sosial dengan hasil growt percent. Disini
dapat kita lihat bahwa hampir semua butir pernyataan mengalami kenaikan skor.
Skor tertinggi diperoleh pada butir pernyataan 91,30 %. Hal ini mungkin di duga
pada awal responden masih ingin menjadi sama seperti tokoh yang di kagumkan
diterima atau diikuti begitu saja tanpa memilah-milih atau menolak pesan yang
19
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
Edisi Revisi, h.107.
104
Heider bahwa manusia selalu berusaha untuk mencapai konsistensi dalam sikap
dan perilakunya. Kata Heider “kita cenderung menyukai orang, kita ingin mereka
memilih sikap yang sama dengan kita,” kita ingin memiliki sikap yang sama
dengan orang yang kita sukai, supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. 20
sikap orang lain dengan kita memperteguh kemampuan kita dalam menafsirkan
realitas sosial.21
7. Identifikasi
Tabel. 25. PRE TEST Indikator Identifikasi Melalui Metode TAKS
MEAN 18,925
identitas tokoh yang dimaksud. Identitas itu dapat diperoleh dari berbagai macam
20
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
Edisi Revisi, h. 111.
21
Ibid, 1h. 112.
105
sumber. Selain itu, responden juga bisa mengetahui keunggulan apa yang dimiliki
tokoh idola tersebut, mungkin dari segi keahliannya dalam bernyanyi, sifatnya
yang baik hati, wajah yang menarik, dan lain sebagainya. Maka perilaku
Seperti yang dikemukakan oleh Albert Bandura bahwa perilaku anak terbentuk
pembelajaran social anak mulai menemukan idialitas lain yang lebih sesuai
idialitasnya melalui televisi, bacaan, iklan, internet, sinetron, film yang belum
tentu sesuai dengan nilai cultural, agama dan konsep pendidikan kita. Jika hal ini
telah mulai terjadi pada anak-anak, maka hak orang tua adalah
anak tidak terperosok pada pemilihan idola yang salah. Namun demikian orang
tua tidak berhak untuk mencegah atau melarang anak menemukan idialitas dan
5 10 24 6 - 158 2
Kegagalan teman saya membuat teman saya
22
Lenterak, Teori Belajar Sosial Menurut Bandura, di posting dari http:// lenterakecil.
com /teori-belajar-sosial-menurut-bandura/, pada tanggal 17 April 2012
106
memperhatikan saya.
JUMLAH 686
MEAN 17,15
menjadi sama seperti temannya. Menurut Bandura seorang individu untuk belajar
Tabel. 27. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator
Identifikasi Melalui Metode TAKS
Growth
Pernyataan Pre Test Post Test
No (%)
1 Saya ingin menjadi seperti tokoh idola saya. 183 133 -27,32%
3 Saya selalu memperhatikan keadaan di sekeliling teman saya. 126 169 34,12%
4 Saya tidak suka berdandan seperti tokoh idola saya. 150 133 -11,33%
Kegagalan teman saya membuat teman saya memperhatikan 128 158 23,43%
5 saya.
JUMLAH 26,39
MEAN 5,278
Pada tabel 26 menunjukan perbandingan perolehan Pre Test dan Post Test
dari Indikator identifikasi tentang interaksi sosial dengan hasil growt percent.
Disini dapat kita lihat bahwa hampir semua pernyataan terjadi penurunan.
23
Lenterak, Teori Belajar Sosial Menurut Bandura, di posting dari http: // lenterakecil.
com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/, pada tanggal 17 April 2012.
107
menemukan identitas dirinya untuk tidak ingin menjadi sama seperti idolanya.
mengenal diri sendiri dan responden mampu mengenal orang lain. Dugaan
tersebut sesuai dengan teori di atas pada tabel 21 menurut Krech, Crutchfield, dan
characteristic of the attittude system, and the personality and group affiliations of
8. Simpati
Tabel. 28. PRE TEST Indikator Simpati Melalu Metode TAKS
Ketika saya melihat teman saya yang sedang sakit, saya 16 11 12 1 149 2
1 merasa sedih.
Ketika teman saya mendapat masalah, saya 4 10 24 2 110 5
2 menolongnya.
JUMLAH 701
MEAN 17,525
hal-hal yang meningkatkan harga diri responden. Kita akan menyukai orang yang
24
Alex Subur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 365.
108
menyukai kita, kita akan menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori
transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interkasi bila laba lebih banyak dari
biaya. Atraksi demikian timbul pada interaksi yang banyak mendatangkan laba.
dari segi psikologis atau ekonomis, kita akan saling menyenangi (lihat, Thibault
Ketika saya melihat teman saya yang sedang sakit, saya 14 25 1 - 172 3
1 merasa sedih.
Ketika teman saya mendapat masalah, saya 2 8 21 9 184 2
2 menolongnya.
JUMLAH 865
MEAN 21,625
yang tinggi sehingga responden telah mampu memilih tindakan yang tepat serta
pengendaliaan diri secara tepat. Dugaan tersebut seperti yang di ungkapkan oleh
Sigmud Freud bahwa hati nurani (super ego), akan berusaha mengendalikan
kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola
25
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
Edisi Revisi, h. 115.
109
perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi
Tabel. 30. Perbandingan Perolehan Pre Test dan Post Test Indikator Simpati
Melalui Metode TAKS
Growth
Pernyataan Pre Test Post Test
No (%)
Ketika saya melihat teman saya yang sedang sakit, saya merasa 149 172 15,43%
1 sedih.
2 Ketika teman saya mendapat masalah, saya menolongnya. 110 184 67,27%
4 Saya senang apabila dapat membantu teman saya. 183 196 7,10%
JUMLAH 132,86
MEAN 26,572
Pada tabel 29 menunjukan perbandingan perolehan Pre Test dan Post Test
dari Indikator simpati tentang interaksi sosial dengan hasil growt percent. Disini
dapat kita lihat bahwa semua pernyataan mengalami kenaikan skor dengan nilai
tertinggi 67,27% pada buitr pernyataan nomor 2 dan nilai terendah dengan
perolehan skor terjadi pada butir pernyataan nomor 5 dengan skor 12,23%. Hal
ini di duga responden seseorang merasa sedih melihat penderitaan orang lain
perasaan pihak lain berupa rasa iba atau rasa sayang dan diperlukan adanya saling
pengertian antara kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan
pikiran ataupun isi hatinya. Sedangkan pihak yang lain mau menerimanya. Itulah
26
Enung Fatimah, M.M, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik),
(Bandung: Pustaka Setia, 2006). h. 208.
110
dengan yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto bahwa simpati akan dapat
keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa
yaitu pada variabel X (kerjasama) sebesar 48,518% dengan hasil sebagai berikut:
dengan hasil rata-rata dari indikator identifikasi sebesar rata-rata sebesar 5,278%
Y 1 Imitasi 51,37% 1
2 Sugesti 48,47% 2
3 Identfikasi 5,278% 4
4 Simpati 26,572% 3
27
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h. 64.
111
Hal ini di duga responden mampu bekerja sama dengan baik melalui
anggota atau responden dengan mendiskusikan perasaan mereka. Namun hal ini
tidak terjadi pada responden, dikarenakan imitasi responden yang sangat tinggi
waktu yang cukup singkat dalam jangka waktu 5 bulan sehingga terapi yang
apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang
di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau golongan orang. Kerjasama dapat
bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami
bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut dapat menjadi lebih tajam
112
software SPSS 16,00 for windows release, maka dapat di lihat pada tabel berikut
ini:
Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan dengan Nilai Sig < 0,05 pada variabel
diperoleh nilai Sig = 46,3 yang berarti < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa Ho
ditolak atau dengan kata lain variabel tidak signifikan sehingga variabel Terapi
Dari model tersebut diatas hasilnya adalah model signifikan dengan nilai
28
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h. 73.
113
konstanta sebesar 156,575 dan nilai koefisien beta untuk TAKS = 0,082 yang
artinya setiap ada upaya peningkatan kemampuan interaksi sosial maka akan
tertutup, pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh orang lain, sehingga
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .179 a .032 -.025 11.02926
a. Predictors: (Constant), Y
Hasil dari tabel 34 yaitu keofesien determinasi yang terletak pada tabel
Model Summary dan diketahui dengan nilai R Square adalah 0,179 yang
Sosial) dan Variabel Dependen (Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi). Nilai ini
29
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Proesional, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 1999), h. 50-51.
114
responden dengan waktu yang cukup singkat dalam jangka waktu 5 bulan
gambarannya lebih mendekati mutu model dalam populasi yang bernilai - 0,25.
Std. Error of the Estimate merupakan kesalahan standar dari penaksiran, bernilai
11,02926.
115
BAB VI
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan di Panti Sosial Bina Insan Bangun
sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya II meskipun tidak signifikan
0,032 atau 3,2%. Sehingga hipotesis peneliti yaitu terdapat pengaruh yang
kemampuan interaksi sosial pada pengaruh imitasi dengan nilai skor 51,37%,
analisis peneliti yaitu faktor imitasi responden yang sangat tinggi maka
waktu yang cukup singkat dalam jangka waktu 5 bulan sehingga terapi yang
berasal dari dalam dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
Selanjutnya responden mempunyai rasa simpati terhadap pihak lain yang telah
yang meningkatkan harga diri responden yang pada akhirnya timbul dorongan
A. Saran
1. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya II agar meningkatkan program
2. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya II agar terus melakukan kerjasama
2. Surat Penelitian/wawancara
1. Hasil Pre-Test
2. Hasil Post-Test
6. Foto-foto Kegiatan
STRUKTUR ORGANISASI PANTI SOSIAL BINA INSAN (PSBI) BANGUN DAYA II CEGER-CIPAYUNG
KEPALA PANTI
Reliability
[DataSet0]
Warnings
The determinant of the covariance matrix is zero or approximately zero. Statistics based on its inverse
matrix cannot be computed and they are displayed as system missing values.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.606 .659 40
HASIL UJI REGRESI LINIER SEDERHANA
Regression
[DataSet0]
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
a
1 Y . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: X
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .179a .032 -.025 11.02926
a. Predictors: (Constant), Y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 68.567 1 68.567 .564 .463
Residual 2067.960 17 121.645
Total 2136.526 18
a. Predictors: (Constant), Y
b. Dependent Variable: X
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 156.575 17.851 8.771 .000
Y .082 .109 .179 .751 .463
a. Dependent Variable: X
HASIL UJI VALIDITTAS r – HITUNG 0,312 (5%)
MENUNGGU RUJUKAN
Gambar. 3 dan 4 Menunjukan WBS Sedang Menunggu Rujukan Pada Pukul 13.00
KENDARAAN OPRASIONAL
Gambar .5. Meunjukan kendaraan oprasional milik Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
Gamabr .6. menunjukan WBS sedang melakukan kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (TAKS) pada pukul 09.00 WIB.
PEMBINAAN AGAMA
Dengan ini saya bermaksud memberikan kuesioner kepada saudara/i dengan tujuan
untuk melengkapi data skripsi saya. Saya harap saudara/i berkenan meluangkan waktunya
untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tanpa paksaan.
Adapun manfaat dari pemberian kuesioner ini adalah untuk mengetahui seberapa
seberapa besar validitas angket yang diberikan kepada panti. Sekaligus sebagai
pengembangan disiplin ilmu pengetahuan dan menambah wawasan peneliti khususnya dan
responden pada umumnya.
Demikian surat permohonan ini saya buat, atas perhatian dan kerjasama saudara/i saya
ucapkan terimakasih.
No. Responden :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Petunjuk Pengisian
NO PERNYATAAN SS S TS STS
Saya dapat bergaul atau bermain dengan teman-teman
1 saya.
Saya merasa sulit ketika menyesuaikan diri dengan
2 teman saya.
Saya selalu curhat tentang masalah saya dengan teman
3 dekat saya di sini.
Saya merasa sulit dalam membangun hubungan
4 pertemanan.
33 Saya
ingin memahami teman saya.