BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai Negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.504 buah dan
panjang pantai yang mencapai 95.181 km, Indonesia memiliki peluang dan potensi
budidaya komoditi laut yang sangat besar untuk dikembangkan. Luas potensi
budidaya laut diperkirakan mencapai 26 juta ha, dan kurang lebih dua juta ha
produksi rumput laut kering rata-rata 18 ton per Ha. Berdasarkan data DKP
(Departemen Kelautan dan Perikanan) RI tahun 2015, apabila seluruh lahan dapat
dimanfaatkan maka akan diperoleh kurang lebih 35 juta ton per tahun. Apabila harga
harga rumput laut sebesar Rp. 4.5 juta per ton, maka penerimaan yang diperoleh
berkisar Rp. 144 triliun per tahun. Potensi rumput laut Indonesia dapat menjadi salah
satu sumber pemasukan devisa negara, dan juga mampu menjadikan Indonesia
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat produktif jika ditinjau dari
sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi sumberdaya hayati, sumber daya
2
dari berbagai jenis ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut
lain, sumberdaya nir-hayati meliputi pasir, air laut mineral dasar laut, sumberdaya
buatan meliputi infratruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, jasa-
jasa linkungan berupa keindahan alam, permukaan dasr laut tempat instalasi bawah
air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energy gelombang laut yang
2007).
Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa
bagi Negara dan budidayanya merupakan sumber pendapatan petani dapat menyerap
rumput laut di Indonesia dapat dilakukan secara luas oleh para petani. Sebagai dasar
hukum dalam mendorong kegiatan usaha budidaya laut maka pemerintah telah
perairan Indonesia.
Budidaya rumput laut (Euchema cottoni) dilakukan sejak tahun 2000 dengan
alasan : (1) Perairan Nusa Tenggara Barat mempunyai potensi yang sangat cocok
untuk budidaya rumput laut, (2) Usaha budidaya rumput laut tidak terlalu sulit
pemeliharaanya sehingga dapat dilakukan oleh setiap petani, (3) Usaha budidaya
rumput laut membuka peluang lapangan kerja masyarakat, (4) Komoditas rumput laut
3
mempunyai peluang pasar yang sangat bagus di pasar luar negeri sebagai bahan baku
industri pengolahan,
Potensi Lokal, maka salah satu strategi untuk mencapai misi tersebut dilaksanakan
bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih tergolong miskin. Pelaksanaan
Pengembangan Komoditas Unggulan Sapi, Jagung, dan Rumput Laut (PIJAR) pada
program kegiatan Kelautan Perikanan tahun 2015-2016 yang dalam hal ini
Pembudidaya Rumput Laut. Kelompok ini adalah badan usaha non badan hukum
ataupun yang sudah berbadan hukum yang berupa kelompok yang dibentuk oleh
sosial tersebut sangat berarti dan strategis bagi rumah tangga (Kusnadi,2010)
Kelompok ini nantinya menjadi wadah atau tempat untuk mengembangkan tujuan
dari adanya program ini. Kelompok seperti inipun sudah ada sejak adanya Program
TERPIJAR Kelautan dan Perikanan, sehingga dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari
hidupnya secara mandiri. Kondisi masyarakat nelayan didaerah ini memang perlu
penghasilan perikanan.
ekonomi nasional diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan dan cita-cita luhur
bangsa Indonesia dan mewujudkan masyarakat yang adil dan merata, meterial dan
komuditas tersebut adalah udang, rumput laut, ikan lele dumbo, ikan kerapu, nila,
Desa Kwangko merupakan salah satu Desa yang mempunyai potensi yang
belakang pembudidaya rumput laut sebanyak 10 orang, dan sampai sekarang masih
di Dusun Kampung Baru, Desa Kwangko. Dusun Kampung Baru yang merupakan
oleh keamanan wilayahnya, juga tempat strategis untuk budidaya rumput laut,
Tabel 1. Data Kelompok Permata Bahari penerima bantuan PIJAR tahun 2015 Desa
Kwangko Kecamatan Manggelewa Kabupaten Dompu
LUAS LAHAN
NO NAMA JABATAN ALAMAT
Tali Ris Induk/Petakan
KABUPATEN DOMPU.
B. Rumusan Masalah
7
Berapa besar pengaruh modal, hari orang kerja, pengalaman kerja, dan luas
C. Tujuan Penelitian
untuk mengukur dan menganalisa berapa besar pengaruh modal kerja, hari orang
kerja, pengalaman kerja, dan luas lahan terhadap produksi petani rumput laut di
Kecamatan Manggelewa.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis
sesungguhnya.
b. Bagi pengusaha
Bagi para petani dapat memberikan informasi dan wawasan serta dapat
serta dapat memasarkan hasil pertaniannya secara tepat di masa yang akan
datang.
sehingga dapat tumbuh dan berkembang di masa yang akan dating. Kedua,
kegiatan pengolaha rumput laut agar menjadi basis yang dapat diandalkan
BAB II
Tinjauan Pustaka
a. Modal Kerja
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), modal adalah salah satu dari tiga
factor produksi yang utama. Dua lainnya, tanah dan tenaga kerja, sering disebut
factor-faktor non ekonomi seperti tingkat kesuburan dan geografi Negara dalam
merupakan peralatan modal) waktu menangkap ikan menjadi lebih produktif dalam
sebagai bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk
menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu
produksi dan pendapatan usaha tani. Menurut Suadi (2006), peningkatan efisiensi
penggunaan modal dan pengelolaan yang efektif pada sumber daya, dapat
akumulasi investasi meliputi aktivitas pendidikan, job training dan migrasi. Lebih
jauh, Smith dan Enchenberg (1994), melihat bahwa pekerja dengan separuh waktu
akan memperoleh sedikit human capital. Hal ini disebabkan oleh sedikit jam kerja
dan pengalaman kerja. Kemudian ditambahkan oleh Jacobsen (1998) bahwa dengan
akan datang.
Menurut Wetik yang dikutip oleh Nur Istiqomah (2004) jam hari kerja
meliputi : Lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada umumnya 6
Jadi satu minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 sampai 50
jam. Selebihnya bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak efisien. Akhirnya
produktifitas akan menurun, serta cenderung timbul kelelahan dan keselamatan kerja
c. Pengalaman Kerja
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), input tenaga kerja terdiri dari
kuantitas tenaga kerja dan keterampilan angkatan kerja. Kualitas input tenaga kerja,
dan dirawat secara efektif hanya oleh tenaga-tenaga kerja yang terampil dan
terlatih.
merupakan factor produksi yang intangible (tak dapat diraba), tetapi sekalipun
atau skill ini adalah amat penting peranannya sehubungan dengan hasil yang akan
dihasilkannya dan juga merupakan factor produksi yang justru paling menentukan
menurunkan rata-rata ongkos per satuan barang. Hal ini adalah logis karena dengan
akan diperoleh pelajaran untuk melakukannya dengan lebih baik serta lebih efisien.
Kekeliruan yang yang telah diperbuatnya dapat diketahui dan untuk selanjutnya
tidak diulang lagi terhadap kesalahan yang sama. Jadi, apabila pengalaman kerja
12
meningkat dan mencapai dua kali lipat dari semua maka akan terdapat suatu
tenaga kerja ahli dan terlatih; b) tenaga kerja ahli tetapi belum terlatih; c) tenaga
kerja tidak ahli tetapi terlatih; d) tenaga kerja tidak ahli dan tidak terlatih.
Dimaksudkan dengan tenaga kerja ahli merupakan tenaga kerja dengan bekal
pendidikan formal tertentu atau pendidikan ahli yang lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan tenaga kerja terlatih merupakan tenaga kerja yang mempunyai
pengalaman kerja tertentu dengan jangka waktu tertentu pula (misalnya lima tahun).
d. Luas Lahan
dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga dari segi lain, misalnya aspek
kesuburan tanah, macam penggunaan lahan dan topografi. Masih menurut Daniel
(2002), luas penguasaan lahan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses
produksi ataupun usaha tani maupun usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya
pemilikan dan penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan
yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang
dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi
yang baik serta tehnologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada
penerapan tehnologi. Karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan teknologi
13
cenderung berlebihan (hal ini erat hubunganya dengan konversi luas lahan ke hektar)
Menurut Rosyidi (2002), yang dimaksud dengan tanah bukan sekedar untuk
ditanami atau untuk ditinggali saja, tetapi termasuk pula didalamnya sumber daya
alam. Istilah tanah maksunya adalah segala sesuatu yang bias menjadi factor
produksi, yang antara lain meliputi: a) tenaga penumbuhan dari pada tanah, baik
untuk pertanian, perikanan dan pertambangan; b) ikan dan mineral, baik ikan mineral
darat (sungai, danau, tambak, kuala dan sebagainya) maupun ikan dan mineral laut.
a. Teori produksi
tingkat produksi dijelaskan untuk memberikan definisi tentang produk menurut para
pakar ekonomi. Secara umum produksi diartikan sebagai aktivitas untuk menciptakan
atau menambah utility suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
bahan atau komponen (produksi) menjadi barang jadi. I Gusti Ngurah (1994:19)
dengan manfaat sumberdaya yang tersedia serta memiliki potensi sebagai faktor
produksi.
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu produksi merupakan tindakan
manusia untuk menciptakan atau menambah nilai guna barang sesuai dengan yang
dikehendaki.
yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya faktor produksi tanah, modal, tenaga kerja
simultan.
maksimal. Cara berfikir yang demikian adalah wajar, mengingat petani melakukan
Kuantitas dan kualitas hasil (output) tersebut tergantung pada keadaan input yang
telah diberikan. Jadi antara input dan output terdapat kaitan yang jelas.
Dalam bidang pertanian istilah yang dimaksud yaitu hasil pekerjaan beberapa
factor produksi secara sekaligus. Moebyarto (1996:30) oleh karena itu faktor-faktor
15
ekonomi yang berpengaruh terhadap produksi khususnya lahan, dan modal kerja,
tingkat kesuburan, dan factor-faktor lain yang melekat dalam factor lahan itu sendiri.
(cabang usahatani) oleh produksi total usaha tani adalah kualitas hasil yang
Modal adalah salah satu factor produksi yang menyumbang pada hasil
produksi, hasil produksi dapat naik karena digunakannya alat-alat mesin produksi
yang efisien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan
dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku
meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal
produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan
outputdi masa mendatang (Todaro,1998). Modal adalah barang atau uang yang secara
bersama-sama factor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang yang
baru.
16
produk. Modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya
suatu usaha produksi yang didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut : Modal
Tetap : adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka
waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi.
Modal Lancar : Adalah modal memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi,
bisa dalam bentuk bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha
pengertian sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut.
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang bisa digunakan langsung atau
tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Irawan dan
Suparmoko, (1981). Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang
bersama-sama dengan factor produksi lainya dan tenaga kerja serta pengelolaan
Hari orang kerja atau HOK merupakan factor yang dapat mempengaruhi
produksi dan pendapatan hal ini dikarenakan petani yang memiliki banyak jam hari
tanaman dari tikus dan burung pemakan padi, akan lebih banyak menghasilkan
produksi ketimbang petani yang memiliki sedikit jam kerja untuk memotoring
lahannya. Becker (1993) mendefinisikan bahwan human capital sebagai hasil dari
akumulasi investasi meliputi aktivitas pendidikan, job training dan migrasi. Lebih
jauh, Smith dan Echrenberg (1994), melihat bahwa pekerja dengan separuh waktu
akan memperoleh lebih sedikit human capital. Hal ini disebabkan oleh sedikit jam
kerja dan pengalaman kerja. Kemudian ditambahkan oleh Jacobsen ( 1998) bahwa
Menurut Wetik (1982) jam hari kerja meliputi : Lamanya seseorang mampu
bekerja secara baik, hubungan antara waktu kerja dengan waktu istrahat, jam kerja
sehari meliputi pagi, siang, sore dan malam. Lamanya seseorang mampu bekerja
sehari secara baik pada umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam
digunakan untuk keluarga, masyarakat, untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu
minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 sampai 50 jam. Selebihnya
bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak efisien. Akhirnya produktifitas akan
akan menunjang kemajuan dan mendorong kelancaran produksi usaha baik individu
maupun kelompok.
akan membuat petani itu lebih dinamis dalam memproduksi hasil pertanian untuk
dengan tingkat pelatihan yang dimiliki secara langsung maupun tidak, memberikan
kerja semakin besar hasil dari produksi dan pendapatan yang diperoleh.
dalam proses produksi atau usaha tanidan usaha pertnian. Dalam usaha tani misalnya
pemilikan atau penguasaan lahan sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani
yang dilakukan. Luas pemilikan atau penguasaan berhubungan dengan efisiensi usaha
tani. Penggunaan masukan akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai
semakin besar.
Di dalam kegiatan usaha tani, sumber daya lahan merupakan salah satu
masukan penting di antara jenis masukan lainnya yang diikutsertakan dalam proses
19
produksi. Namun, semakin luas lahan garapan maka semakin meningkat pula
D. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai tingkat produksi petani rumput
digunakan factor-faktor produksi yaitu : jumlah modal kerja, hari orang kerja, dan
luas lahan. Faktor-faktor produksi tersebut dalam penelitian ini dijadikan sebagai
variabel input, sedangkan variabel output adalah tingkat produksi yang dihasilkan.
Dengan demikian kerangka pikiran hubungan antara modal kerja, hari orang kerja,
pengalaman kerja dan luas lahan terhadap produksi petani rumput laut dapat
Luas Lahan
(X4)
Dalam membangun sector kelautan dan perikanan yang maju, tidak hanya
maupun kualitas, tetapi yang lebih pentng adalah membangun sumber daya manusia
agar mampu melakukan usaha tani yang produktif dan efisien serta
pada penciptaan system kelautan dan perikanan yang mampu memanfaatkan seluruh
sumber daya yang tersedia secara optimal. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan
E. Hipotesis
pedoman dalam melakukan penelitian. Hipotesis yang diginakan dalam penelitian ini
adalah :
Diduga bahwa, modal kerja, hari orang kerja, pengalaman kerja, dan luas
lahan berpengaruh positif (+) terhadap tingkat produksi petani Rumput Laut di
Kecamatan Manggelewa.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Corbin, 2009).
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit atau obyek analisa yang ciri-
berjumlah 212 petani rumput laut yang berada di Desa Kwangko (Dinas
jumlah populasi yang ada pada penelitian ini. Penentuan sampel dilakukan
n= N
1 + N (e)2
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat kelonggaran
22
Tingkat kelonggaran 10% digunakan dari dasar jumlah populasi yang ada.
n= 212
1 + 212 (10%)2
n= 212
1 + 212 (0,01)
n= 212
1 + 212 (0,01)
n= 9,63 = 10
1. Jenis Data
Jenis data yang diambil adalah data kuantitatif yang merupakan data-data yang
kerja, hari orang kerja, pengalaman kerja, luas lahan petani rumput laut.
2. Sumber Data
a. Data Primer yaitu data mentah yang diperoleh dan bersumber dari hasil
hari orang kerja, pengalaman kerja, dan luas lahan petani rumput laut.
23
b. Data Sekunder yaitu data yang sudah diolah dan data yang bersumber dari
2. Studi pustaka yaitu berdasarkan buku sebagai literature dan landasan teori yang
diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variable independen. Keberadaan variable ini
sebagai variable yang dijelaskan dalam focus atau topic penelitian (Bambang
Prasetyo dan Line Miftahul Jannah, 2005). Dalam hal ini yang menjadi variable
dependen antara lain modal kerja, hari orang kerja, pengalaman kerja, dan luas lahan
Pengaruh modal kerja, hari orang kerja, pengalaman kerja, dan luas lahan
terhadap produksi petani rumput laut di Desa Kwangko dirumuskan sebagai berikut :
24
Y= f (X1,X2,X3,X4)......(1)
Y = 0 X11X22X33X44e...(2)
Keterangan :
seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi
sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang
berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara
pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan,
per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang
mengojek, dll.
a) Pendapatan Usahatani
pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh
petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga
per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh
pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi
selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil
sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau
biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang
dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena
masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai
pendapatan usahatani:
(a) Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata,
pertanaman,
menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya
yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan
dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya
pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus
2010:137). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan
beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling
atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi
tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau
air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah
tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu
28
untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang
Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan
d. Pendapatan Keluarga
sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian
dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,
menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non
dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan terdorong
bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam
berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.
c. Pendapatan
barang dan jasa yang dijual, dan merupakan unsur yang paling penting dalam
Pendapatan pada dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa
yang diberikan.
d. Jenis-jenis Pendapatan
a) Pendapatan operasi.
Pendapatan Operasi
potongan penjualan.
kotor dan penjualan bersih, pendapatan non operasi diperoleh dari pendapatan
e. Konsep Pendapatan
pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan (revenue) yaitu
dan transfer dari barang dan jasa kepada konsumen atau produsen lain.
ditimbulkan, dan harus dipusatkan kepada pencapaian barang dan jasa oleh
perusahaan.
f. Pengukuran Pendapatan
33
c) Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
pendapatan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima, jumlah pendapatan
yang diperoleh dari suatu transaksi ditentukan oleh persetujuan antara kedua
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3. Jenis Penelitian
yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sehingga data yang dikumpulkan
35
adalah data yang berupa kata/ kalimat maupun gambar (bukan angka-angka).
Data-data ini bisa berupa naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video,
salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan-
4. Kehadiran Peneliti
kehadiran peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrument kunci yang
langsung melibatkan diri dalam kehidupan subyek dalam waktu penelitian yang
5. Lokasi Penelitian
6. Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
penyebaran kuesioner dan observasi lapangan. Sumber data primer berasal dari
36
tidak langsung, yaitu KUB, UPR, Kelompok Budidaya Rumput Laut dan Dinas
badan, kantor dalam lingkup pemerintah daerah Dompu), laporan hasil penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya, dan berbagai informasi lainnya yang relevan
a. Wawancara
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau
wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media
memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang
informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
b. Observasi
pertanyaan penelitian.
1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi
keseharian informan.
c. Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat
fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini
bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu
pendapatan atas biaya total dimana semua input milik keluarga juga
39
Y Tunai = TR - Bt
TR = PxQ
Keterangan :
Bt = Biaya tunai
berikut:
Y Total = TR - TC
40
TC = Bt+Bd
Keterangan:
(Nb Ns)
Biaya Penyusutan =
N
Keterangan
Nb = Nilai pembelian
Ns = Nilai sisa
N = Umur ekonomis
Analisis Rasio (R/C Ratio) Analisis R/C rasio merupakan perbandingan antar
penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. R/C rasio terbagi menjadi dua,
R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Analisis R/C rasio
41
R TR
Rasio atas biaya tunai =
C Bt
R TR
Rasio atas biaya total =
C ( Bt Bd )
Keterangan:
Bt = Biaya tunai
Terdapat beberapa kriteria yang dapat ditunjukan dari hasil analisis R/C rasio,
dilakukan, diantaranya:
satu rupiah.
satu rupiah.
42
BAB IV
Desa Bara memiliki luas wilayah sebesar 52,05 Km2. Secara geografis
meliputi areal daratan seluas 48,25 Km2, terletak pada bagian barat
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mumbu dan Desa Baka Jaya.
Secara administratif Desa Bara terdiri dari tujuh dusun, yaitu: Dusun
Bara, Dusun Langan, Dusun Mekar Baru, Dusun Kabuntu, Dusun Sipon dan
Jumlah penduduk Desa Bara tahun 2013 berjumlah 7.125 Jiwa. Jumlah
penggarap dan buruh harian, namun karena masih adanya lahan yang
potensial yang belum tergarap dan atas arahan dari Dinas Kelautan,
budidaya ikan dengan kegiatan pembesaran lele dalam kolam tanah dan
kolam terpal. Hal tersebut selain untuk memanfaatkan lahan juga untuk
b) Tujuan Kelompok
Kecamatan Woja
c) Aktifitas Kelompok
dalam 1 bulan dengan tujuan untuk membahas berbagai aspek yaitu aspek
hamparan kolam tanah dan kolam terpal dengan luas lahan 144 m2 dengan
jumlah kolam 24 unit. Selain itu Kelompok juga memiliki sarana berupa
menyisihkan hasil dari panen sebesar 1,5 % dari hasil usaha. Selain itu
e) Pendampingan
serta demonstrasi contoh, seperti cara menentukan berat pakan ikan dan
Secara umum input yang digunakan dalam budidaya ikan lele di Desa Bara
47
Tabel II. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Per Siklus Usaha Tani Budidaya
Ikan Lele Di Desa Bara Kecamatan Woja Tahun 2013.
Harga Rata-rata
Input Produksi Jumlah Satuan Satuan
Kolam Tanah 2 Unit 1.150.000
Pakan Hiprovit
M4 2 Botol 20.000
Bara Kecamatan Woja dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu input variabel
(a) Kolam Tanah, jumlah kolam tanah yang digunakan rata-rata berjumlah 2
unit dengan ukuran 3 x 4 M2, harga rata-rata untuk setiap kolam tanah
(b) Tarpal, jumlah tarpal yang digunakan rata-rata berjumlah 24 buah dengan
pemeliharaan dan pembesaran ikan lele. Ikan lele berada di dalam kolam
(c) Kayu Laut, jumlah kayu laut yang digunakan rata-rata berjumlah 5
(e) Ember Bak, jumlah ember bak yang digunakan rata-rata berjumlah 2
buah, harga rata-rata ember bak Rp. 50.000. Sehingga untuk investasi
ember bak diperlukan uang sebesar Rp. 1.200.000. alat ini berfungsi
pasarkan.
(f) Hapa, jumlah hapa yang digunakan rata-rata berjumlah dua buah, Harga
pembelian hapa adalah Rp 2.400.000. alat ini befungsi sebagai alat untuk
(g) Seser, jumlah seser yang digunakan rata-rata berjumlah 2 buah, Harga
total investasi untuk pembelian serokan adalah Rp. 1.200.000 Alat ini
50
duduk adalah Rp. 2.400.000 Alat ini berfungsi sebagai alat timbangan
Bibit Ikan Lele yang digunakan rata-rata 2.000 ekor dengan ukran
5-8 Cm. Harga rata-rata untuk bibit ikan lele yaitu Rp. 1.000 / ekor.
pemilihan bibit ikan lele yang ditebar pada kolam pembesaran harus
sehat dan lincah, sehingga benih ikan lele dapat hidup dalam kondisi
sehat.
pemberian pakan PS-C pada ikan lele yang masih berumur 4-6 minggu,
rata-rata jumlah ikan lele yang dimiliki oleh pembudidaya adalah 2.000
pakan diberikan kepada ikan lele dengan cara ditabur, dan ditinggal.
51
Pakan yang dihabiskan pembudidaya dalam tiga bulan atau satu siklus
satu siklus diperlukan uang sebesar Rp. 1.200.000 untuk pembelian pakan
PS-C.
pemberian pakan Hiprovit 999 pada ikan lele yang sudah berumur 6-8
minggu, rata-rata jumlah ikan lele yang dimiliki oleh pembudidaya adalah
2.000 ekor. Pakan yang dihabiskan pembudidaya dalam tiga bulan atau
Sehingga dalam satu siklus diperlukan uang sebesar Rp. 4.800.000 untuk
tenggelam, pemberian pakan Bintang 888 pada ikan lele yang sudah
berumur 8-12 minggu, rata-rata jumlah ikan lele yang dimiliki oleh
dalam tiga bulan atau satu siklus adalah 100 kg dengan harga per
dipasarkan.
(g) M4
C. Penerimaan Usahatani
diterima oleh petani dalam bentuk uang tunai dari hasil penjualan ikan lele.
tidak dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk seperti konsumsi atau
stock ikan lele, namun dalam usahatani ini penerimaan tidak tunai hanya
bersumber dari stock ikan lele. Penerimaan usahatani didapatkan dari hasil
penjualan jumlah ikan lele yang dihasilkan dikalikan dengan harga ikan lele.
dengan harga ikan lele per kilogramnya Rp. 27.000, sehingga penerimaan rata-
rata per siklus panen ikan lele adalah Rp. 81.000.000. Sehingga apabila dalam
satu tahun terdapat 3 kali siklus panen, maka penerimaan pembudidaya ikan lele
D. Pengeluaran Usahatani
usahatani dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pengeluaran atas biaya tunai
dan dan biaya diperhitungkan. Pengeluaran atas biaya tunai adalah biaya yang
dikeluarkan petani secara tunai dari kegiatan usahatani sampai penjualan produk
usahatani dalam hal ini adalah ikan lele berukuran 7 9 ekor/Kg. Sedangkan
biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani secara tidak
54
tunai, misalnya tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa lahan, dan penyusutan
membayar Bibit ikan lelel, pakan PS-C, pakan hiprovit 999, pakan bintang 888,
Kantong plasyik, karet gelang, M4. Besar biaya tunai yang dibutuhkan oleh
pembudidaya ikan lele di Desa Bara Kecamatan Woja adalah Rp. 42.840.000.
Sedangkan biaya yang diperhitungkan yaitu Rp. 11.000.000 terdiri dari biaya
penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya sewa lahan. Sehingga
total biaya yang dikeluarkan pembudidaya dalam satu siklus adalah jumlah biaya
tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan yaitu Rp. 53.840.000. Berikut
ini Tabel mengenai pengeluaran usahatani budidaya ikan lele di Desa Bara
Kecamatan Woja.
Tabel III. Pengeluaran Usaha Tani Budidaya Ikan Lele di Desa Bara Kecamatan
Woja Tahun 2013
No Input Produksi Jumlah Biaya
A Biaya Tunai
1 Bibit Lele 24.000.000
7 M4 480.000
55
C Biaya Diperhitungkan
1 Penyusutan Alat 4.500.000
E. Pendapatan Usahatani
yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan
atas biaya tunai yang diperoleh oleh pembudidaya ikan lele setiap siklusnya
Tabel IV. Rata-rata Penerimaan, Biaya Dan Pendapatan Usahatani Budidaya Ikan
lele di Desa Bara Kecamatan Woja Tahun 2013
No Komponen Nilai (Rp)
56
A Penerimaan 81.000.000
usahatani. R/C rasio dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu R/C rasio
atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Dalam usahatani budidaya ikan
Tabel V. Rata-rata Penerimaan, Biaya Dan R/C Rasio Usahatani Budidaya Ikan
lele Di Desa Bara Kecamatan Woja Tahun 2013
No Komponen Nilai
E
R/C Atas Biaya Tunai 2
F
R/C Atas Biaya Total 3
Sumber: Data Primer (2014)
Berdasarkan Tabel di atas, nilai R/C rasio atas biaya tunai dari usahatani
57
budidaya ikan lele adalah 2, artinya setiap satu rupiah pengeluaran atas biaya tunai
akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 2. Sedangkan nilai R/C rasio atas biaya
total adalah 3, artinya setiap satu rupiah pengeluaran atas biaya total akan
Nilai R/C rasio yang dihasilkan atas biaya tunai dan biaya total adalah 2 dan
3 hal ini menunjukan bahwa usahatani budidaya ikan lele ini menguntungkan untuk
diusahakan karena memiliki R/C rasio yang bernilai lebih dari satu.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Masih rendahnya produksi ikan lele di Kabupaten Dompu dikaji dari sudut
budidaya ikan lele di Kabupaten Dompu sebesar 79,00 persen. Artinya usahatani
budidaya ikan lele di Kabupaten Dompu sudah cukup efisien secara teknis, dan
dalam jangka pendek produksi ikan lele di Kabupaten Dompu masih dapat
Dilihat dari tingkat pendapatan, usahatani budidaya ikan lele ini dapat
dikatakan menguntungkan, hal ini dapat dilihat dari pendapatan pembudidaya atas
biaya tunai dan biaya diperhitngkan dari usahatani budidaya ikan lele untuk setiap
siklusnya adalah Rp 38.160.000 dan Rp 27.160.000. Nilai R/C rasio atas biaya
tunai dan biaya diperhitungkan adalah 2 dan 3, hal ini menunjukan bahwa
usahatani budidaya ikan lele di Desa Bara Kecamatan Woja menguntungkan bagi
59
para pembudidaya.
B. Saran
budidaya ikan lele dalam penerapan teknologi baru dalam budidaya ikan lele,
dan merangsang munculnya pembudidaya ikan lele yang handal di Desa Bara
Kecamatan Woja agar produksi ikan lele di Desa Bara Kecamatan Woja dapat
bertambah.
60
DAFTAR PUSTAKA
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Bogdan, R.C dan Taylor. 2011. Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif Suatu
Nasional.
Jakarta.
Rosdakarya.
61
Sadono Sukirno. 2010. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajagrafindo Persada
Soekartawi. 2010. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Pustaka Pelajar.