Anda di halaman 1dari 165

PATIN

Komoditas Industri Budidaya Air Tawar

Oleh :

Boyun Handoyo, Irwan, Evi Rahayuni, Dafzel Day, Solaiman,


Catur Setiowibowo, Janu Dwi K, Reni Agustina L, Nofri
Hendra, Tatang Purnama, Solihin, Syofan, Wisnu Adianto

Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam


Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan
PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Penulis :
Boyun Handoyo, Irwan, Evi Rahayuni, Dafzel Day, Solaiman, Catur Setiowibowo,
Janu Dwi K, Reni Agustina L, Nofri Hendra, Tatang Purnama, Solihin, Syofan,
Wisnu Adianto
ISBN : 978-602-73373-1-2
Editor :
Miftahul Jannah, Wahyu Budi Wibowo, Ma’in

Penyunting :
Syu’ib, Defi Angraini Komalasari

Desain Sampul dan Tata Letak


Yudho Adhitomo, M. Dwiki Setiawan

Penerbit :
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi

Redaksi :
Jl. Bumi Perkemahan Sungai Gelam – Muaro Jambi
Tel +62813 15951579
Email : bpbatsungaigelam@gmail.com

Distributor Tunggal :
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi
Jl. Bumi Perkemahan Sungai Gelam – Muaro Jambi
Tel +62813 15951579
Email : bpbatsungaigelam@gmail.com
Cetakan pertama, November 2020
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun
tanpa ijin tertulis dari penerbit.

PATIN
ii
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan
kepada bangsa Indonesia berupa sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Semoga kita
mampu bersyukur dengan cara memanfaatkan sumber daya alam secara bijak untuk kesejahteraan
masyarakat serta senantiasa menjaga kelestariannya.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 telah


mengamanatkan Kementerian Kelautan dan Perikanan, khususnya Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, untuk melaksanakan pembangunan perikanan budidaya melalui kebijakan peningkatan
produksi perikanan budidaya secara berkelanjutan. Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan
untuk peningkatan ketahanan pangan dan penciptaan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan,
menyerap tenaga kerja serta sekaligus mampu sebagai tumpuan pijakan bagi pertumbuhan ekonomi
nasional. Di samping itu, pemanfaatan sumber daya perikanan budidaya dapat dilaksanakan secara
optimal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan berkelanjutan.

Salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan adalah ikan patin. Komoditas andalan air
tawar tersebut memiliki beberapa kelebihan di antaranya dagingnya yang putih, rasanya enak, dan
relatif mudah dalam proses budidayanya. Tidak heran komoditas ikan patin diminati untuk konsumsi
dan bahan baku ekspor. Bahkan akhir-akhir ini ikan patin Indonesia diminati oleh masyarakat di kawasan
Timur Tengah.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
telah mengimplementasikan strategi pemenuhan suplai produk patin salah satunya dengan
mendorong industrialisasi budidaya patin berkelanjutan di sentra-sentra produksi. Hal tersebut
menyusul semakin terbukanya peluang pasar ekspor patin nasional. Semakin terbukanya pasar ekspor
patin, akan secara langsung berdampak positif terhadap geliat usaha budidaya di berbagai daerah.

Tantangan yang dihadapi budidaya patin salah satunya adalah daya saing mutu produk patin
Indonesia harus ditingkatkan. Pelaku usaha budidaya dituntut untuk memproduksi ikan patin dengan
standar internasional dengan biaya produksi yang efisien agar bisa lebih bersaing dengan produk negara
lain. Untuk itu perlu diperkuat integrasi industri patin dari hulu hingga hilir mulai dari proses penyiapan
kawasan, proses pembenihan, pembesaran, pengolahan dan pemasaran.

Buku “Patin Komoditas Industri Budidaya Air Tawar” yang diterbitkan oleh Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi ini merupakan jawaban atas tantangan untuk
meningkatkan mutu dan daya saing produk patin Indonesia agar bisa bersaing di pasar Internasional.

PATIN
iii
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Buku ini tidak hanya memperkaya informasi bagi kalangan pelajar/akademisi, tetapi juga sangat
bermanfaat bagi pelaku usaha dengan memberikan contoh praktis yang sudah teruji di lapangan. Selain
itu buku ini juga sangat direkomendasikan untuk Pemerintah Daerah (Pemda) dan stakeholder terkait
dalam rangka pengembangan potensi kawasan komoditas ikan patin di daerah agar berhasil.

Saya sangat mengapresiasi yang sebesar-besarnya atas penerbitan buku yang luar biasa ini.
Tentu ini merupakan hasil kerja keras dari segenap pegawai BPBAT Sungai Gelam Jambi yang tidak
hanya cakap bekerja di lapangan, namun juga menghasilkan karya tulis yang sangat bermanfaat.

Semoga buku ini memberi kontribusi besar menuju kejayaan akuakultur Indonesia serta
menjadi bagian amal ibadah bagi segenap tim BPBAT Sungai Gelam Jambi. Aamiin.

Jakarta, November 2020


Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,

Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si

PATIN
iv
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami bersyukur atas tersusun buku ini


setelah dimulai menulis sejak tahun 2016. Shalawat
kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W. dan keluarganya.
Buku ini diterbitkan sebagai panduan dan memberi
gambaran yang mendalam mengenai pengelolaan induk,
teknik seleksi induk, metoda penyuntikan, striping
(pengurutan) telur, penetasan telur, pemeliharaan larva,
pendederan, dan pembesaran ikan patin yang kami
lakukan di BPBAT Sungai Gelam - Jambi dan beberapa
informasi teknologi budidaya terkini yang berkembang di
masyarakat Indonesia.

Selain menjelaskan tentang present status usaha patin di Indonesia, kami juga
menampilkan perkembangan patin di negara lain yaitu Vietnam. Pemilihan Vietnam sebagai
pembanding bagi Indonesia, karenan negara sudah berhasil mengekspor patin ke kurang
lebih 130 negara di dunia. Usaha patin juga menjadi salah satu penggerak perekonomian
negara Vietnam, karena mampu menyerap banyak tenaga kerja (PERINGKAT PERTAMA)
dan menghasilkan devisa negara yang besar (PERINGKAT KEDUA). Buku ini menjelaskan
perkembangan teknologi budidaya, pasca panen, sampai pemasaran.

Buku ini dapat dijadikan pedoman bagi UPR, pembudidaya, staf teknis, PPL,
Mahasiswa, Peneliti, Perekayasa, Pengusaha, Produsen Pakan, Pegawai Pemerintah
(Kementerian dan Dinas Perikanan), serta seluruh stakeholder perikanan Indonesia. Dalam
menjalankan kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan patin atau untuk disebarkan dalam
kegiatan pelatihan atau diseminasi. Buku budidaya ikan patin, secara garis besar yaitu
manajemen dan seleksi induk yang baik, teknik pemijahan buatan, pemeliharaan larva,
pendederan benih, pembesaran, dan melihat berbagai hasil olahan ikan patin maupun analisis
ekonomi usaha ikan patin. Penggunaan kata-kata yang sederhana dalam buku ini diharapkan
dapat dengan mudah dipahami dan dipraktekkan di lapangan oleh praktisi perikanan maupun
masyarakat yang bergerak dalam kegiatan budidaya usaha ikan patin.

PATIN
v
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras
dalam membantu pekerjaan kami dalam bidang ikan Patin di BPBAT Sungai Gelam - Jambi,
Bp. Maskur, Bp. Supriyadi, Bp. Dwi, Bp. Mimid, Bp. Jauhari REKAN-REKAN di BPBAT Sungai
Gelam Jambi dan BLUPPB Karawang terimakasih atas ilmu, tenaga, dan nasehat selama ini.
Kepada pengusaha patin di berbagai tempat baik pengusaha kecil, menengah, ataupun besar
semoga tetap setia di patin sampai impian Indonesia bisa menjadi pengekspor patin bisa
terwujud. Kepada seluruh JICA expert khususnya Furusawa SAN dengan foto-foto patin dan
videonya, IRD Expert khususnya MR. Jack Slembrouch atas ilmu patin jambalnya, para
peneliti dan perekayasa atas literaturnya. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan untuk
semua pihak yang sudah membantu penyusunan dan penerbitan buku ini sehingga kami bisa
melaksanakan salah satu sabda Rasulullah Muhammad S.A.W yaitu “ IKATLAH ILMU
DENGAN PENA” .

Semoga buku ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam rangka


menunjang peningkatan produktivitas budidaya ikan khususnya perikanan air tawar serta
menambah pengetahuan dan keterampilan dalam teknik pembenihan ikan patin sehingga
komoditas ikan air tawar bisa memberi kontribusi yang besar dalam menyerap tenaga kerja,
mengentaskan kemiskinan, memperkuat ketahanan pangan didalam negeri dan
menghasilkan devisa negara bagi Indonesia dalam himpitan krisis global.

Kami sadar masih terdapat banyak kekurangan dalam buku ini, dan kami masih harus
terus mencoba, belajar, dan belajar untuk menyempurnakannya. Kritik dan saran akan
menjadi inspirasi dan cambuk semangat bagi kami untuk tulisan yang lebih berkualitas di
masa yang akan datang.

Jambi, November 2020

Kepala Balai

PATIN
vi
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xvii

BAB I PENDAHULUAN 2

BUDIDAYA PATIN SKALA RUMAH TANGGA DAN


BAB II 3
SKALA MENENGAH DI INDONESIA

2.1. KONDISI UMUM PATIN DI INDONESIA 5


2.2. TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PATIN 11
2.2.1. PEMIJAHAN 11
2.2.2. PEMELIHARAAN LARVA 27
2.2.3. PENDEDERAN
2.3. TEKNOLOGI PEMBESARAN PATIN 44
2.3.1. PEMBESARAN DALAM KOLAM DAN KARAMBA 44
2.3.2. MANAGEMEN PEMBERIAN PAKAN 49
2.3.2. PEMANENAN DAN TRANSPORTASI 50
2.4. TEKNOLOGI PASCA PANEN 52
2.5. TAMBAHAN (SEKILAS TENTANG PEMBENIHAN
53
IKAN PATIN JAMBAL DAN HIBRID/PASUPATI)

BAB III BUDIDAYA PATIN TERINTEGRASI DENGAN


PENGOLAHAN DI INDONESIA
3.1. PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI PATIN 62
3.2. PERCONTOHAN PEMBESARAN PATIN KOLAM
62
DALAM
3.3. PERCONTOHAN PENGOLAHAN PATIN DI PT. ADIB
GLOBAL FOOD KERJASAMA DENGAN BLUPPB 68
KARAWANG

PATIN
vii
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
SEKILAS BUDIDAYA PATIN BERSKSLA EKSPOR
BAB IV
(DI VIETNAM)

4.1. KONDISI UMUM 70


4.2. TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PATIN 74
4.3. TEKNOLOGI PEMBESARAN PATIN 77
4.4. TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN PATIN 83
4.5. TEKNOLOGI PASCA PANEN 85
4.6. PENGOLAHAN ‘BY PRODUCTS’ PATIN 91
4.7. PEMASARAN PATIN DI DUNIA 95

BAB V PENYAKIT PADA IKAN PATIN 101

BAB VI ANALISIS USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN

6.1. PRODUKSI LARVA IKAN PATIN SIAM 109


6.2. PRODUKSI BENIH IKAN PATIN SIAM UKURAN ¾ - 1
112
INCHI DI HATCHERY
6.3. PEMBESARAN IKAN PATIN SIAM DI KOLAM 114
6.4. PEMBESARAN IKAN PATIN SIAM DI KARAMBA 116
BAB VII MASA DEPAN PATIN DI INDONESIA
7.1. PENENTUAN JENIS PATIN YANG TEPAT 119
7.2. PEMBENIHAN PATIN KEDEPAN 120
7.3. PEMBESARAN PATIN KEDEPAN 121
7.4. PENGOLAHAN (PROCESSING PLANT) PATIN
122
KEDEPAN
7.5. BUDIDAYA TERINTEGRASI (INTEGRATED
122
FARMING)
7.6. BUDIDAYA IKAN PATIN YANG
BERTANGGUNGJAWAB DAN BERKELANJUTAN
(RESPOSIBLE AND SUSTAINABLE
AQUACULTURE) 127

PATIN
viii
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
7.7. PENERAPAN MODUL STANDARISASI DAN
SERTIFIKASI INTERNASIONAL : GOOD
AQUACULTURE PRACTICE (GAP), BEST
AQUACULTURE PRACTICE (BAP), DAN SAFE
QUALITY FOOD (SQF) 127
7.8. PERLUNYA SOSIALISASI TENTANG
130
PERSYARATAN PRODUK PERIKANAN DALAM
MENEMBUS PASAR EKSPOR

BAB VIII PELUANG BARU USAHA PATIN KEDEPAN


8.1. PRODUKSI INDUK PATIN SIAM 135
8.2 PEMBENIHAN PATIN SIAM DENGAN PENEBARAN
LARVA 7 HARI SECARA LANGSUNG DI KOLAM 135
(TANPA CACING)
8.3. PEMBESARAN IKAN PATIN DI KOLAM DALAM 136
8.4. PRODUKSI PATIN ORGANIK 137
8.5. PABRIK PENGOLAHAN IKAN PATIN 139
8.6. PABRIK PAKAN PATIN 139

DAFTAR PUSTAKA 141

PATIN
ix
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pita gigi maxillary dan palatal pada langit-langit rahang atas dari
kelompok Pangasius : a. P. macronema, b. P. micronema, c. P.
pangasius, d. P. larnaudii, e. P. hypophthalmus, f. P.
pleurotaenia, g. P. krempfi, h. P. sanitwongsei, i. P.
6
polyuranodon, j. P. conchophilus, k. P. myanmar, l. P. nasutus,
m. P. bocourti, n. P. djambal, o. P. humeralis, p. P.
kinabatangenensis, q. P. lithostoma, r. P. niewenhuisii.(Sumber
: Roberts and Vidthayanon, 1991)
Gambar 2. Patin Jambal (Pangasius djambal) salah satu ikan patin asli
7
Indonesia yang telah berhasil dipijahkan di Indonesia
Gambar 3. Peta daerah yang melakukan pengembangan ikan patin di
8
Indonesia
Gambar 4. Ikan patin yang telah dikembangkan di Indonesia (patin
jambal, patin siam dan patin hibrid /pasupati) beserta hasil 9
fillet sehingga dapat dilihat warna dagingnya.
Gambar 5. Ukuran induk yang dipijahkan di Cijengkol, Jawa Barat (kiri)
12
dan di BBAT Jambi (kanan).
Gambar 6. Kegiatan seleksi ikan patin dengan menjaring dan
13
memeriksa kondisi kematangan gonad satu persatu
Gambar 7. Kelamin induk betina (kiri) dan induk jantan (kanan) 13
Gambar 8. Pembiusan induk (kiri) dan cara menyadarkan ikan
(recovery) dengan menyemprotkan air kedalam mulut ikan 14
yang dibius (kanan).
Gambar 9. Pengambilan telur menggunakan kateter 15
Gambar 10. Pergerakan Inti pada Pematangan Akhir Oosit ikan patin
15
siam
Gambar 11. Penggunaan catéter keras dan larutan SERA untuk
mendeteksi kematangan Gonad oleh UPR di Bekasi dan 17
Jawa Barat.
Gambar 12. Penimbangan dan pengukuran induk untuk pendataan
17
sebelum
Gambar 13. Proses pengambilan hormon dan penyuntikan ikan patin
18
siam di bagian punggung (intra muscular)
Gambar 14. Penyuntikan di pangkal sirip dada (intrapheritonial) untuk
19
meminimalisasi luka pada induk
Gambar 15. Kondisi perut induk betina yang siap diovulasikan
20
(dikeluarkan telurnya)
Gambar 16. Proses pengeluaran telur dari induk betina (stripping) 21

PATIN
x
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 17. Pengambilan sperma bisa dilakukan dengan ditampung
menggunakan spuit (kiri) dan di tumpahkan langsung ke 22
wadah telur (kanan).
Gambar 18. Pengadukan telur dan sperma, dan pembuahan dengan 22
mencampurkan air kedalam wadah
Gambar 19. Mencampurkan suspensi tanah merah dalam telur yang telah
23
dibuahi untuk menghilangkan daya rekat telur.
Gambar 20. Corong penetasan standar (kiri) dan corong portable hasil
23
modifikasi (kanan) untuk ikan patin di BBAT Jambi
Gambar 21. Corong penetasan sederhana menggunakan kaca (kiri) dan
24
paralon (kanan) hasil modifikasi UPR di Jambi
Gambar 22. Corong penetasan yang di gunakan di Cijegkol, Jawa Barat 24
Gambar 23. Pembagian telur kedalam corong penetasan menggunakan
gelas ukur (kiri), dan gambar dikanan adalah telur ikan patin
25
siam yang akan menetas (transparan) dan yang mati
(berwarna gelap) (Hamid. M.A., dkk, 2007)
Gambar 24. Perkembangan telur ikan patin siam sampai menetas
27
(Hamid. M.A., dkk, 2007)
Gambar 25. Pemanenan dan penghitungan larva ikan patin siam 27
Gambar 26. Suasana panen dan paking larva patin di salah satu hatchery
28
di Jambi
Gambar 27. Pembersihan wadah pemeliharaan dan pengisian air
29
menggunakan filterbag.
Gambar 28. Contoh tandon penampung air dari sumur dan persiapan
30
pemeliharaan pada hatchery skala rumah di UPR Jambi
Gambar 29. Perkembangan larva ikan patin siam sampai mulut terbuka,
dan saluran pencernaan sempurna sehingga siap menerima 31
makanan dari luar. (Hamid M.A., dkk, 2007.)
Gambar 30. Pakan larva Artemia (kiri) dan Tubifek (kanan) 33
Gambar 31. Sistem penetasan Artemia (kiri) dan cara pemanenannya
34
(kanan)
Gambar 32. Moina beku yang disimpan dalam freezer sebagai alternatif
36
pakan alami larva ikan patin siam
Gambar 33. Penyiponan kotoran di dasar wadah pemeliharaan larva 37
Gambar 34. Sendok yang dapat digunakan untuk sampling kering ikan
patin siam (kiri) dan penghitungan larva patin siam ukuran ¾ 38
inchi (kanan)

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
xi
Gambar 35. Pengolahan dasar kolam untuk ikan patin A) Pengeringan
dan pembersihan dari kompetitor. B) Pengolahan tanah 39
dasar kolam C) Pengapuran D) Kolam siap diisi
Gambar 36. Pakan yang digunakan dalam pendederan patin dalam kolam 41
Gambar 37. Benih ukuran 2-3 inchi yang siap dipanen dari kolam 42
Gambar 38. Benih ukuran 2-3 inchi yang siap dipanen dari pemeliharaan
42
di fiberglass
Gambar 39. Proses pengemasan larva dan benih patin untuk transportasi
42
tertutup (kiri dengan sterofoam dan kanan tanpa sterofoam)
Gambar 40. Beberapa jenis kolam patin dengan berbagai ukuran yang di
45
jumpai di masyarakat
Gambar 41. Tipe karamba kayu berbentuk seperti kapal di Sungai
46
Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
Gambar 42. Tipe karamba kayu (atas) dan karamba besi (bawah) di
47
Sungai Batanghari, Provinsi Jambi
Gambar 43. Karamba kayu dan bambu di Provinsi Sumatera Barat 47
Gambar 44. Karamba Gantung (kiri) dan tancap (kanan) di OKI, Sumatera
47
Selatan
Gambar 45. Model karamba di Kalimantan Selatan 48
Gambar 46. Karamba Jaring Apung (KJA) ikan patin siam di waduk, Jawa
48
Barat
Gambar 47. Karamba polyethylene yang mulai marak digunakan karena
48
ramah lingkungan
Gambar 48. Aklimatisasi benih sebelum ditebar dalam kolam 50
Gambar 49. Pemberian pakan pada pembesaran ikan patin siam
dikolam secara manual menggunakan tangan (kiri) dan 50
menggunakan sekop (kanan).
Gambar 50. Cara pemanenan ikan patin dalam kolam menggunakan
52
jaring dengan pemberat
Gambar 51. Penimbangan ikan patin siam ukuran konsumsi dari kolam 53
Gambar 52. Pengangkutan ikan konsumsi dari kolam kedalam truk 53
Gambar 53. Abon patin produksi pengusaha di Provinsi Jambi 54
Gambar 54. Kegiatan usaha pengolahan ikan patin menjadi salai 54
Gambar 55. Kegiatan persiapan kolam dalam untuk pembesaran patin di
63
BLUPPB Karawang
Gambar 56. Proses penimbangan dan penebaran benih ikan patin untuk
63
pembesaran dikolam dalam
Gambar 57. Pemberian Pakan ikan patin menggunakan Rakit di BLUPPB
64
Karawang, Jawa Barat

PATIN
xii
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 58. Pemberian Pakan ikan patin menggunakan automatic feeder
65
di BLUPPB Karawang, Jawa Barat
Gambar 59. Kegiatan panen ikan patin di kolam dalam BLUPPB
65
Karawang, Jawa Barat
Gambar 60. Proses persiapan ikan patin sebelum dilakukan pemfiletan di
66
UPI BLUPPB Karawang
Gambar 61. Proses filleting, sampai ikan siap dibekukan dalam freezer di
68
BLUPPB Karawang
Gambar 62. Penggunaan mesin IQF untuk pengolahan fillet ikan patin di
PT ADIB GLOBAL FOOD bekerjasama dengan BLUPPB 69
Karawang
Gambar 63. Proses paking dan produk akhir fillet ikan patin di PT ADIB
69
GLOBAL FOOD bekerjasama dengan BLUPPB Karawang.
Gambar 64. Aliran Sungai Mekong di Beberapa Negara di Asia Tenggara 70
Gambar 65. Sungai Mekong di Vietnam sebagai penghasil ikan patin
72
terbesar di dunia
Gambar 66. Ikan patin berukuran besar hasil tangkapan alam di Sungai
73
Mekong, Vietnam.
Gambar 67. Dua jenis ikan patin yang sudah dikembangkan di Sungai
73
mekong, Vietnam.
Gambar 68. Kegiatan pemijahan (A,B) penetasan dalam corong (C) dan
74
pemeliharaan larva di salah satu hatchery di Vietnam (D).
Gambar 69. Siklus Produksi patin siam yang dilakukan di Vietnam 75
Gambar 70. Pembesaran ikan pada kolam di daratan (A) dan di Pulau (B) 78
Gambar 71. Karamba di Sungai Mekong yang sedang dibuat (A) dan
78
yang sudah beroperasi (B)
Gambar 72. Pemberian pakan di kolam dengan ditebar menggunakan
80
sampan supaya ukuran ikan lebih rata
Gambar 73. Pemberian pakan di karamba dengan menggiling pakan
basah berbetuk pasta secara langsung diatas tempat 80
pemberian pakan
Gambar 74. Pemanenan ikan patin untuk dikirim ke pabrik pengolahan 81
Gambar 75. Produksi ikan patin siam dari tahun 1997 sampai tahun 2008
82
di Vietnam (Sumber : AQUA Culture AsiaPasific Magazine
& Catfish 2007 Vietnam Seminar).
Gambar 76. Luas Area budidaya ikan patin siam dari tahun 1997 sampai
tahun 2005 di Vietnam (Sumber : AQUA Culture AsiaPasific 82
Magazine & Catfish 2007 Vietnam Seminar).

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
xiii
Gambar 77. Salah satu pabrik beserta gudang penyimpanan pakan ikan
83
patin di Vietnam
Gambar 78. Pakan basah (berbentuk pasta) dan cara pemberiannya
dengan digiling langsung masuk kedalam wadah 85
pemeliharaan (karamba).
Gambar 79. Daging ikan salmon yang berwarna merah (kiri) dan daging
ikan patin yang berwarna putih (kanan) yang lebih disukai 86
pasar
Gambar 80. Suasana kerja di pabrik pegolahan ikan patin dengan ribuan
86
pekerja di Vietnam
Gambar 81. Beberapa proses pegolahan yang dilewati oleh ikan patin
87
siam sampai siap dipasarkan.
Gambar 82. Berbagai bentuk fillet (skin-on ataupun skinless) merupakan
88
produk standar pabrik pengolahan di vietnam.
Gambar 83. Produk turunan dari fillet ikan patin 88
Gambar 84. Produk patin berupa : Re-fried Vreaded Pangasius Nuggets 88
Gambar 85. Produk patin berupa : Pangasius strips/fingers dan
89
Pangasius skewers
Gambar 86. Produk ikan patin berupa Pangasius Rolls dan Rings 90
Gambar 87. Produk patin berupa : Pangasius Breaded Fillet 90
Gambar 88. Salah satu produk fillet ikan patin Vietnam yang berada di
91
salah satu supermarket di Indonesia.
Gambar 89. Ilustrasi prosentase ikan patin yang digunakan menjadi
92
produk utama dan prosentase sisa buangan pengolahan fillet
Gambar 90. Pemanfaatan kepala ikan patin di Vietnam. 92
Gambar 91. Lemak ikan patin yang siap diolah 93
Gambar 92. Tulang ikan patin yang sudah dipisahkan (kiri) dan setelah
93
ditepungkan (kanan)
Gambar 93. Kulit beku (kiri) dan kerajinan tangan dari kulit ikan patin
94
(kanan)
Gambar 94. Tangki pada proses pembuatan silase skala kecil (kiri) dan
94
skala besar (kanan)
Gambar 95. Daging Sisa dan lemak ikan patin yang telah dibekukan untuk
bahan pembuatan pakan ikan yang berbentuk pasta di 95
Vietnam.
Gambar 96. Grafik Volume ekspor ikan patin siam di Vietnam dari tahun
2001 -2008 (Sumber : Dr. Nguyen Huu Dung dan 96
AQUACULTURE AsiaPasific Mgazine2008)

PATIN
xiv
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 97. Grafik Nilai ekspor ikan patin siam di Vietnam (USD) dari
tahun 2001 -2008 (Sumber : Dr. Nguyen Huu Dung dan 96
AQUACULTURE AsiaPasific Mgazine2008)
Gambar 98. Pembagian Volume (tonase) dan Nilai (USD) Ekspor ikan
patin siam dari Vietnam ke berbagai negara bagian di dunia
97
(Sumber : Dr. Nguyen Huu Dung dan AQUACULTURE
AsiaPasific Mgazine2008)
Gambar 99. Sepuluh negara pengimpor terbesar untuk komoditas ikan
patin dari Vietnam tahun 2007 (Sumber : Dr. Nguyen Huu 98
Dung dan AQUACULTURE AsiaPasific Magazine2008)
Gambar 100. Negara-negara eksportir fillet ikan air tawar ke Uni Eropa
(Sumber : Dr. Nguyen Huu Dung dan AQUACULTURE 98
AsiaPasific Mgazine2008)
Gambar 101. Harga patin di beberapa negara importir di dunia 99
Gambar 102. Parasit dari kiri atas ke kanan bawah Trichodinella (A),
Henegguya (B), Dactylogyrus (C) & Gyrodactylus (D), 101
Epystylis (E) dan Myxobulus (F)
Gambar 103. Jumlah parasit yang ditemukan oleh Marc Campet dari 113
102
ekor ikan patin yang di periksa di Vietnam.
Gambar 104.
Ciri-ciri luar (kiri) dan organ dalam (kanan) ikan patin yang
102
terserang bakteri Edwarsiella ichtaluri.
Gambar 105. Kematian massal ikan patin siam akibat serangan bakteri
103
Edwarsiella di Vietnam
Gambar 106. Ciri-ciri bagian luar tubuh ikan patin siam yang terserang oleh
104
bakteri Aeromonas
Gambar 107. Kematian ikan berukuran kecil akibat serangan bakteri
104
Aeromonas di Indonesia
Gambar 108. Vaksinasi ikan ukuran benih dengan menggunakan metode
105
suntik di Asia (kiri) dan Eropa (kanan)
Gambar 109. Proses produksi massal vaksin 106
Gambar 110. Segmentasi budidaya ikan pati siam yang dilakukan di
109
Indonesia
Gambar 111. Flow chart rencana pengembangan industri per-patinan
terpadu yang dipresentasikan oleh Direktorat Usaha dan
123
Investasi, Dirjen Pengolahan Hasil dan Pemasaran,
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Gambar 112. Pengembangan kelembagaan klaster patin menurut
Direktorat Usaha dan Investasi, Dirjen Pengolahan Hasil dan 125
Pemasaran, Departemen Kelautan dan Perikanan (2012)

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
xv
Gambar 113. Pengembangan ikan patin terintegrasi di Negara Vietnam
126
(Cao Thanh Vân, 2007)
Gambar 114. Contoh bar coding untuk produk pakan (Michael Lin, 2007)
QR (Quick Response) Code gambar di kanan dan AR
129
(Augmented Reality) Code (bawah) yang sekarang lazim
digunakan
Gambar 115. Salah satu produk ikan patin organik yang telah dipasarkan
137
oleh Negara Vietnam di dunia internasional
Gambar 116. Maggot yang masih hidup (kiri) dan maggot kering (kanan)) 138
Gambar 117. Budidaya cacing tanah di Payakumbuh, Sumatera Barat. 138

PATIN
xvi
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Edibel portion (berat ikan setelah disiangi dan berat fillet) ikan
10
patin jambal (n=3) dan ikan patin siam (n=3)
Tabel 2. Perbandingan analisa proksimat dari ikan patin siam (P.
10
hypophthalmus) dan patin jambal (P. djambal) (mean ± SD)
Tabel 3. Hasil uji rasa (organoleptik) perbandingan dari daging ikan
10
patin siam dan patin jambal (30 panelis)
Tabel 4. Fase dan Posisi Germinal Vesicle (inti) Pada Proses
16
Pematangan Akhir Oosit (Hamid, M.A, dkk, 2007)
Tabel 5. Dosis penyuntikan berdasarkan jenis hormon yang berbeda
19
untuk ikan patin siam
Tabel 6. Kualitas air yang sesuai untuk media penetasan telur ikan
25
patin siam (SNI 01-6483.4-2000)
Tabel 7. Pergantian Air, Jumlah Cyste Artemia dan Cacing Tubifex
yang Dibutuhkan untuk Pemeliharan Ikan Patin Siam 35
Sebanyak 100.000 ekor
Tabel 8. Hubungan antara ukuran ikan dan ukuran pakan ikan pada
39
pemeliharaan ikan patin siam
Tabel 9. Jadwal persiapan kolam pendederan 40
Tabel 10. Persentase dan ukuran pakan untuk pendederan benih patin
41
siam
Tabel 11. Pengangkutan ikan patin dengan sistem tertutup dengan
menggunakan plastik paking untuk ukuran benih dan jarak 43
tempuh yang berbeda
Tabel 12. Pengangkutan ikan patin dengan sistem terbuka
44
menggunakan drum 200 liter (tanpa dan dengan aerasi)
Tabel 13. Kepadatan Penebaran Ikan dan Pemberian Pakan Produksi
49
Calon Induk Patin Siam (SNI 01-6483.3-2000)
Tabel 14. Feeding rate patin siam (pada lingkungan dengan kisaran
51
suhu 27 s.d. 32 OC)
Tabel 15. Kapasitas drum pada pengangkutan ikan patin siam ukuran
53
konsumsi (dalam keadaan hidup).
Tabel 16. Jenis hormone dan dosis yang diberikan untuk penyuntikkan
56
ikan patin jambal
Tabel 17. perbedaan karakteristik larva ikan patin jambal dengan ikan
58
patin siam.

PATIN
xvii
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Tabel 18. Pengangkutan benih ikan patin berdasarkan ukuran dan jarak
60
tempuh
Tabel 19 Contoh resume hasil analisis perhitungan usaha pembesaran
67
patin di BLUPPB Karawang tahun 2014
Tabel 20. Kisaran komposisi pada processing ikan patin di PT. ADIB
GOBAL FOOD pada tahun 2015 hasil kerjasama dengan 70
BLUPPB Karawang
Tabel 21. Padat tebar pemeliharaan ikan patin siam pada berbagai
77
sistem pemeliharaan di Vietnam
Tabel 22. Perbedaan karakteristik wadah pada sistem pemeliharaan
79
berbeda
Tabel 23. Perbedaan hasil panen, kualitas daging, Benefit ratio, dan
79
FCR Pakan pada sistem pemeliharaan berbeda
Tabel 24. Komposisi pakan patin untuk berbagai ukuran mulai benih
84
sampai pembesaran (Marc Campet, 2007)
Tabel 25. Feeding Rates (FR) dan Grow Rates (GR) ikan patin siam di
85
Vietnam untuk berbagai ukuran pada kisaran suhu 29 – 30OC
Tabel 26. Biaya Investasi Produksi Larva Ikan Patin siam umur 1 hari
110
untuk kapasitas corong penetasan
Tabel 27. Biaya Operasional Produksi Larva Ikan Patin siam umur 1 hari
110
untuk kapasitas corong penetasan
Tabel 28. Biaya Investasi Produksi Benih Ikan Patin siam 1 inchi untuk
112
kapasitas hatchery
Tabel 29. Biaya Operasional/Produksi Benih Ikan Patin siam 1 inchi
113
untuk kapasitas hatchery
Tabel 30.
Biaya Investasi Pembesaran ikan patin siam dalam kolam 114
Tabel 31. Biaya Operasional/Produksi Pembesaran ikan patin siam
115
dalam kolam
Tabel 32.
Biaya Investasi Pembesaran ikan patin siam dalam karamba 116
Tabel 33. Biaya Operasional/Produksi Pembesaran ikan patin siam
116
dalam karamba
Tabel 34. Manfaat yang akan didapatkan oleh segenap stageholder
124
dengan adanya penerapan sistem klaster.

PATIN
xviii
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
PENDAHULUAN
Oleh :
Boyun Handoyo

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BAB I
PENDAHULUAN

Seluruh penjuru dunia juga sudah sangat familiar


dengan Patin. Vietnam sebagai pengekspor ikan
patin terbesar di dunia sudah mengirimkan ikan
patin ke berbagai negara seperti Uni Eropa,
Rusia, Amerika Serikat, dan pasar terbaru China
dan Hongkong. Demikian juga di seluruh penjuru
tanah air, mulai dari pulau Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan, bahkan sudah mencapai Pulau
Sulawesi. Melihat hal tersebut sebenarnya
pembudidaya patin di Indonesia tidak perlu
bingung dalam hal pemasaran, apabila dapat
menciptakan produk yang bermutu lebih baik,
atau minimal sama dengan Negara Vietnam,
tidak mustahil Indonesia bisa mejadi salah satu
Eksportir ikan patin.

Ikan patin sebagai salah satu yaitu patin siam (Pangasianodon


komoditas andalan air tawar memiliki hypopthalmus) sangat adaptif dalam
beberapa kelebihan, selain dagingnya kondisi lingkungan perairan yang jelek
yang putih, rasanya enak, dan relatif dengan kepadatan yang tinggi (pH
mudah dalam proses budidayanya. rendah maupun Oksigen yang rendah
Bahkan pada spesies tertentu, dapat hidup dan tumbuh).

PATIN
2 Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Pengembangan budidaya ikan patin Indonesia yang memiliki banyak
di Indonesia sebenarnya sudah cukup sungai besar belum mampu
maju, terutama di bagian hulunya, yaitu megembangkan budidaya ikan patin
usaha pembenihan ikan patin. Namun di untuk ekspor. Bahkan lebih tragis lagi, di
sektor hilirnya, yaitu usaha pembesaran, beberapa supermarket di Indonesia
pasca panen dan pemasaran di terdapat produk fillet ikan patin dari
Indonesia masih kalah jauh dengan Vietnam dengan brand ”dori fillet”. Hal
Negara Vietnam. Karena pengembangan inilah yang menjadi alasan kami untuk
usaha di bagian hilirnya bermasalah, menulis buku ini.
maka industri ikan patin di indonesia
berjalan lambat. Bahkan beberapa Untuk menuju indonesia bisa
pembudidaya ikan patin di Jambi pernah memproduksi ikan patin dengan standar
merasa trauma dengan anjloknya harga produksi internasional, maka harus
ikan patin karena produksi di masyarakat memperhatikan beberapa hal, mulai dari
booming dan jenis pakan dan system proses budidaya sampai pasca panen
budidaya lokal tidak bisa menampung sesuai dengan standar. Dengan
dan FCR berkisar antara 1,3 - 1,6 membandingkan kondisi pengembangan
(tergantung ukuran panen) sehingga ikan patin di Indonesia dan Vietnam yang
bayak pembudidaya ikan patin dengan lebih maju di bagian hilir, diharapkan
modal yang pas-pasan gulung tikar. dapat menjadi referensi dan rekomendasi
bagi semua pelaku usaha dan
Seluruh penjuru dunia juga sudah pemerintah dalam menyusun
sangat familiar dengan ikan patin. perencananaan usaha kedepan.
Vietnam sebagai pengekspor ikan patin
terbesar di dunia sudah mengirimkan ikan Dalam buku ini juga ditampilkan
patin ke berbagai negara seperti Uni teknologi budidaya ikan patin terkini di
Eropa, Rusia, Amerika Serikat, dan pasar Indonesia mulai dari skala rumahtangga
terbaru China dan Hongkong. Demikian sampai usaha berskala besar (ekspor).
juga di seluruh penjuru tanah air, mulai Informasi dalam buku ini didapatkan dari
dari pulau Sumatera, Jawa, dan pengalaman langsung yang pernah
Kalimantan, bahkan sudah mencapai dilakukan penulis di BPBAT Sungai
Pulau Sulawesi. Melihat hal tersebut Gelam - Jambi sebagai Pusat Patin
sebenarnya pembudidaya patin di Nasional (PUSTINA) dimana penulis
Indonesia tidak perlu bingung dalam hal sekarang bekerja dan beberapa tempat
pemasaran, apabila dapat menciptakan ajang pernah kami kunjungi di UPR dan
produk yang bermutu lebih baik, atau pembudidaya, serta hasil survei dan studi
minimal sama dengan Negara Vietnam, referensi kondisi di negara lain. Terakhir,
tidak mustahil Indonesia bisa mejadi informasi olahan ikan patin khas
salah satu Eksportir ikan patin. indonesia juga semakin melengkapi
informasi dalam buku ini.
Vietnam dengan Sungai Mekong-nya
(tepatnya di delta mekong) berhasil
menjadi negara pengekspor patin
terbesar di dunia.
PATIN
3
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BUDIDAYA PATIN
SKALA RUMAH
TANGGA DAN
MENENGAH DI
INDONESIA
Oleh :
Boyun Handoyo, Irwan, Dafzel Day, Solaiman, Janu Dwi
Kristianto, Reni AL, Nofri Hendra, Solihin

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BAB II
BUDIDAYA PATIN SKALA RUMAH TANGGA DAN
MENENGAH DI INDONESIA
2.1. KONDISI UMUM IKAN PATIN DI INDONESIA
Ikan patin termasuk ke dalam spesies (Roberts and Vidthayanon, 1991),
kelompok “catfish” yang berukuran besar. diantaranya :
Kelompok Pangasius ini terdapat 19
1. Bentuk Kepala
spesies yang tersebar mulai dari daratan
India, Indocina, Burma, Malaysia dan Kelompok Pangasius mempunyai bentuk
Indonesia (Roberts and Vidthayanon, kepala yang berbeda-beda sehingga dapat
1991). Di Indonesia sendiri daerah digunakan untuk mengidentifikasi spesies.
penyebarannya meliputi Sumatera, Jawa Ada spesies yang mempunyai bentuk
dan Kalimantan (Roberts and kepala membundar dan melebar tanpa
Vidthayanon, 1991). Berdasarkan hasil moncong/hidung, mempunyai moncong
studi identifikasi dan inventarisasi plasma yang meruncing dan
nutfah perikanan Jambi tahun 1992, memanjang/menyempit (Gambar 1.)
keluarga Pangasiidae yang ditemukan di 2. Mulut
perairan umum Jambi ada 4 jenis dari
kelompok Pangasius dan 2 jenis dari Jenis Pangasius dapat dibedakan dari
kelompok Helicophagus (Anonimus, posisi rahang, ukuran dan bentuk mulut,
1992). Sebagai ikan konsumsi ekonomis yaitu tipe terminal, subterminal, dan
penting yang banyak diminati masyarakat, inferior.
maka patin lokal berpotensi dan 3. Pita pada Gigi Maxillary dan Palatal
mempunyai prospek yang cerah untuk
dikembangkan sebagai komoditi budidaya. Kumpulan gigi palatine dan vomerine ada
Dan sebagai komoditas lokal diharapkan yang terpisah-pisah, bertemu di satu titik
keberadaannya dapat mengganti patin atau bertemu dalam bidang mendatar dan
siam (Pangasius hypophthalmus) yang lebar serta membentuk kurva. Sedangkan
telah dikembangbiakkan di masyarakat. ukurannya ada yang kecil, membundar
dan segi empat (Gambar 2).
Secara umum Pangasius mempunyai
ciri-ciri, yaitu bentuk badan sedikit 4. Tapis Insang
memipih, tidak bersisik. Mulutnya kecil Jumlah tapis insang pada lengkung tulang
dengan 2-4 pasang sungut peraba, insang I berkisar antara 12-46 buah.
mempunyai patil pada sirip punggung dan Spesies Pangasius dapat dikategorikan ke
dada. Sedangkan ciri-ciri khusus yang dalam 3 kelompok, yaitu yang mempunyai
dapat digunakan untuk membedakan antar jumlah tapis insang rendah (< 20), sedang
(20-30) dan tinggi (> 30).
PATIN
5
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
x
5. Gelembung renang yang berwarna putih (sama dengan ikan
Pangasius bocourti yang merupakan
Gelembung renang ada yang terletak pada
komoditas ekspor negara di sekitar Sungai
ruang abdomen, di atas pangkal sirip anal
Mekong.
bahkan ada yang sampai ke pangkal sirip
ekor. Jumlah ruang ada yangterdiri dari Habitat ikan patin jambal adalah
satu, dua dan tiga ruang atau rangkaian sungai-sungai besar di daerah tropis. Ikan
dari beberapa ruang. patin jambal di Indonesia tersebar di
sungai-sungai di Pulau Sumatera, Jawa,
Berdasarkan ciri-ciri morfologis di atas,
dan Kalimantan. Namun karena polusi,
maka identifikasi yang telah dilakukan
penangkapan yang berlebihan sehingga
terhadap (bentuk kepala dan pita gigi
berangsur-angsur mulai punah dan susah
maxillary palatal pada langit-langit rahang
didapatkan di perairan di Pulau Jawa.
atas pangasius yang ada di sungai-sungai
Beberapa sungai di Sumatera yang
di Asia Tenggara tersebut adalah sebagai
terdapat ikan patin jambal adalah : Sungai
berikut:
Batanghari, Sungai Inderagiri, dan Sungai
Ikan patin lokal yang sudah Musi. Di Pulau Jawa ada di Sungai Brantas
dikembangkan di Indonesia adalah ikan dan Sungai Bengawan Solo. Sdangkan di
patin jambal (Pangasius djambal) yang Kalimantan terdapat di Sungai Barito,
bisa mencapai ukuran lebih dari 20 kg/ Mendawai, dan Kahayan.
ekor. Ikan ini memiliki kelebihan dagingnya

Gambar 1. Pita gigi maxillary dan palatal pada langit-langit rahang atas dari kelompok Pangasius :
a. P. macronema, b. P. micronema, c. P. pangasius, d. P. larnaudii, e. P. hypophthalmus,
f. P. pleurotaenia, g. P. krempfi, h. P. sanitwongsei, i. P. polyuranodon, j. P. conchophilus,
k. P. myanmar, l. P. nasutus, m. P. bocourti, n. P. djambal, o. P. humeralis, p. P.
kinabatangenensis, q. P. lithostoma, r. P. niewenhuisii. (Sumber : Roberts and
Vidthayanon, 1991)

PATIN
6
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 2. Patin Jambal (Pangasius djambal) salah satu ikan patin asli Indonesia yang telah
berhasil dipijahkan di Indonesia

Ikan patin jambal termasuk ikan yang dilakukan dengan menggunakan


cukup memiliki kisaran toleransi yang perendaman dengan Kalium
lebar terhadap lingkungan dan cocok Permanganat (PK) atau pemberian Oksi
dibudidayakan di daerah tropis, seperti Tetrasiklin (OTC) pada makanan yang
daerah asalnya di Indonesia. Beberapa diberikan, untuk menghindari infeksi
penelitian yang sudah dilakukan sekunder (bakterial). Selain patin jambal,
terhadap toleransi ikan patin jambal ikan patin yang telah dikembangkan di
terhadap lingkungan adalah : Indonesia adalah ikan patin siam. Patin
- Suhu/temperatur 27 s.d. 31 OC siam di introduksi di Indonesia dari
- pH 6 s.d. 8,9 Thailand. Ikan ini lebih dahulu berhasil
- Oksigen untuk telur dan larva lebih besar dibudidayakan di Indonesia dibandingkan
dari 3 ppm jenis patin asli Indonesia.
- Oksigen untuk benih dan induk 0,6 s.d. 9,6 Ikan patin siam memiliki daya toleransi
O C terhadap lingkungan yang lebih baik
- Salinitas (larva) 0 s.d. 4 ppt dibandingkan ikan patin yang lain. Selain
Ikan patin jambal termasuk ikan yang itu ikan patin siam juga memiliki jumlah
cukup rentan terhadap penyakit. Penyakit telur (fekunditas) yang lebih banyak
yang sering menyerang pada induk dibandingkan dengan ikan patin lain di
adalah penyakit borok akibat ikan lecet Indonesia, sehingga memungkinkan untuk
dan lender habis. Penyakit ini biasanya diproduksi dalam jumlah yang banyak..
menyerang karena handling yang kurang Sekarang ikan ini mendominasi budidaya
bagus atau akibat transportasi untuk patin di Indonesia.
waktu yang lama. Pengobatan biasanya

PATIN
7
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 3. Peta daerah yang melakukan pengembangan ikan patin di Indonesia

Pada tahun 2006 ditetapkan sangat jauh jika dibandingkan dengan


“GERTAK ”(Gerakan serentak) Patin ikan patin siam (90 ribu – 120 ribu
Jambal untuk ekspor oleh Pemerintah larva/kg induk). Selain itu ikan patin
Indonesia melalui Dirjen Budidaya, jambal memiliki kondisi tubuh yang
Departemen Kelautan dan Perikanan lemah dan daya toleransi yang kecil
pada tahun 2006. Dipilihnya ikan patin terhadap kondisi lingkungan yang
jambal adalah karena kondisi buruk, sehingga utuk dilakukan
dagingnya yang berwarna putih pengangkutan hidup mengalami
sehingga layak untuk ekspor. Seiring permasalahan.
berjalannya ternyata pemilihan
komoditas patin jambal mendapatkan
kesulitan ditengah jalan karena sulit
untuk memproduksi ikan ini dalam
jumlah yang besar karena fekunditas
ikan patin jambal yang sangat kecil
(hanya menghasilkan 5-10 ribu ekor
benih per-kg induk) dengan rerata
8500 ekor per-kg induk sehingga

PATIN
8
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
PATIN JAMBAL

PATIN SIAM

PATIN HIBRID/PASUPATI

Gambar 4. Ikan patin yang telah dikembangkan di Indonesia (patin jambal, patin siam dan
patin hibrid /pasupati) beserta hasil fillet sehingga dapat dilihat warna dagingnya.

Sebagai solusi untuk mengatasi hal Ikan patin jambal jika dilihat dari
tersebut, maka pada tahun 2007 mulai karakteristik dan komposisi dagingnya,
dikembangkan strain baru, yaitu patin adalah ikan yang cukup digemari
hibrid yang merupakan hasil persilangan masyarakat, dan memiliki nilai gizi yang
antara ikan patin jambal (jantan) dan ikan bagus. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
patin siam (betina) sehingga diharapkan analisa edibel portion, kualitas daging
akan mendapatkan jumlah benih yang komposisi proksimat, dan uji organoleptik
jika dibandingkan dengan ikan patin siam
lebih banyak dan diharapkan dapat
(lihat pada tabel) hasil pengujian di Balai
daging yang berwarna putih. Akan tetapi
Riset Perikanan Air Tawar Sukamandi. Ikan
setelah didapatkan ikan patin hibrid
patin jambal juga diharapkan mampu
permasalahan kembali timbul pada
bersaing sebagai komoditas ekspor, karena
segmen pasca panen (processing) yang dagingnya yang berwarna putih, sehingga
belum siap menampung ikan ini. bisa bersaing dengan ikan P. bocourti dari
Sedangkan ikan patin hibrid ini juga Vietnam yang memiliki daging berwarna
memiliki kelemahan yang mudah sekali putih, dan filletnya sudah di ekspor ke negara
mati dalam proses pengangkutan, dan Asia lain, Eropa dan Amerika.
mengeluarkan lendir yang lebih banyak
sehingga proses pembusukan lebih
cepat.

PATIN
9
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Tabel 1. Edibel portion (berat ikan setelah disiangi dan berat fillet) ikan Patin Jambal (n=3) dan
ikan Patin Siam (n=3).
Berat Berat Dressing Berat fillet Fillet
Ikan badan (gr) Dressed (gr) (%) (gr) (%)

Patin Siam 1272 ± 28 971 ± 18 76,3 ± 0,3 779 ± 15 61,3 ± 0,5


Patin 1853 ± 101 1475 ± 96 79,7 ± 4,5 1143 ± 80 61,7 ± 1,9
Jambal
❖ Dressed yang dimaksud adalah ikan yang sudah disiangi termasuk kepala dan
siripnya. Fillet yang dimaksud adalah daging dari belakang kepala sampai dengan
pangkal sirip ekor, termasuk kulit dan daging bagian perut pada tubuh ikan.

Tabel 2. Perbandingan analisa proksimat dari ikan Patin Siam (P. hypophthalmus)
dan Patin Jambal (P. djambal) (mean ± SD)
Ikan Kadar Protein Kadar Lemak Kadar Abu Kadar Air
(% d.w.) (% d.w.) (% d.w.)

N 3 2 2 2

patin siam 68,7 ± 0,1 3,3 ± 0,1 3,6 ± 0,1 66,9 ± 0,3
patin jambal 68,6 ± 0,1 5,8 ± 0,1 3,5 ± 0,1 59,3 ± 0,1

Tabel 3. Hasil uji rasa (organoleptik) perbandingan dari daging ikan Patin Siam dan
Patin Jambal (30 panelis)
Ikan Warna Odor Tekstur

patin siam 5,0 ± 1,9 5,1 ± 1,0 6,3 ± 1,6

patin jambal 6,1 ± 1,5 5,8 ± 1,0 6,2 ± 1,7

Skor : 1 (rendah/sangat tidak suka) ; 9 (tinggi/sangat suka)

Setelah beberapa kali dilakukan dengan strain daging yang sangat putih (P.
dilakukan kunjungan ke Vietnam, ternyata Bocourti) dilakukan sangat sedikit
ikan patin yang mayoritas dibudidayakan di prosentasenya, karena memang
sana adalah tetap ikan patin siam. Daging fekunditasnya yang rendah dan
putih yang didapatkan adalah dari hasil pemeliharaan memerlukan kualitas air
teknologi budidaya dengan penggunaan yang prima (rentan mati), sehingga tidak
pakan berkualitas dan melalui teknologi cocok untuk komoditas dalam skala
pengolahan (processing) menggunakan industri dan hanya digunakan untuk yang
formula tertentu. Budidaya ikan patin kelas premium saja.

PATIN
10
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
2.2. TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PATIN
2.2.1. PEMIJAHAN

Pemijahan ini merupakan salah satu n. Handuk


langkah dalam memproduksi benih ikan o. Tas pengangkut ikan ukuran 80 x
patin dari mulai pemeliharaan induk, 20 x 40 cm3
menghasilkan telur, penetasan telur, p. Mangkok ukur
sampai menghasilkan larva ikan patin q. Bulu ayam
siam. Dalam melakukan pemijahan harus r. Fiber pembiusan 100 liter
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : s. Pompa air untuk pemulihan induk
t. Kateter
1. Wadah yang dibutuhkan
u. Cawan petri
a. Wadah pemeliharaan induk
v. Gelas ukur 100 ml
Wadah pemeliharaan induk bisa
berupa kolam maupun karamba 3. Bahan yang dibutuhkan
b. Bak pemberokan/penampungan
induk a. Pakan induk berprotein 28-32%
c. Hapa penampung induk b. Hormon ovulasi (GnRh-a +
d. Corong penetasan beserta Domperidone)
sistemnya. c. Bahan anastesi ( minyak cengkeh
e. Fiber pembiusan ukuran volume : 25 ppm)
100 liter. d. Larutan sera (ethanol absolut
f. Hapa penampungan larva (99,5 %, formalin 40 %, dan asam
disesuaikan dengan ukuran asetat glasial dengan
corong. perbandingan dalam larutan =
60%:30%:10%)
2. Alat yang dibutuhkan e. Suspensi tanah merah (disaring
a. Alat suntik volume 3 ml terlebih dahulu dengan serok
b. Baskom plastik halus )
c. Ember plastik f. Sodium khlorida (NaCl 0,9 %)
d. Jaring penangkap induk ukuran g. Kertas tissue untuk
1,5x 2 x 1 m3 mengeringkan wadah dan ikan
e. Serok induk pada waktu pengalinan
f. Timbangan induk 60 kg; ketelitian
0,01g 4. Prosedur kerja yang dilakukan
g. Timbangan telur 2 kg; ketelitian 4.1. Pemeliharaan induk
0,001 g
h. Termometer maksimum-minimum a. Induk dipelihara di kolam dengan
i. Alat tagging kepadatan 0,7-1 kg/m2 pada
j. Microchip kedalaman air 1,5 – 2 m dengan
k. Mikroskop perbandingan jantan betina 1 : 2
l. Handcounter minimal 5 unit
m. Pipet volume 5 ml

PATIN
11
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
b. Pakan yang diberikan berprotein 32 – 34 lebih irit hormon ovulasi, selain itu
% sebanyak 1-2 % dari bobot biomassa mereka berpendapat dengan ukuran
ikan per hari induk yang kecil maka masa pemakaian
c. Frekuensi pemberian pakan 2-3 kali induk menjadi lebih lama. Sedangkan
sehari. UPR di Jambi dan Riau lebih menyukai
d. Ukuran induk ada bermacam versi. Unit induk yang berukuran besar (> 3 kg),
Pembenihan Rakyat (UPR) di Jawa karena akan mendukung kepercayaan
Barat menyukai ikan yang berukuran bahwa benih yang dihasilkan akan
kecil (1,5 – 2 kg), karena lebih mudah memiliki pertumbuhan yang lebih cepat
dalam penanganan (handling), lebih dan bermutu tinggi.
mudah menentukan target produksi,

Gambar 5. Ukuran induk yang dipijahkan di Cijengkol, Jawa Barat (kiri) dan di BPBAT Sungai
Gelam Jambi (kanan).

4.2. Pemilihan induk siap pijah

a. Sebelum dilakukan seleksi sebaiknya c. Induk diserok satu per satu dan
induk sudah dipuasakan minimal 24 jam diamati keadaan bagian perut dan
sebelumnya untuk mempermudah urogenitalnya. Lebih baik
dalam seleksi induk betina. Karena meminimalisasi penggunaan tangan
apabila induk belum dipuasakan dalam menangani induk, dan
terkadang pembudidaya bisa tertipu melepaskan ikan yang berontak
oleh kondisi perut yang gendut akibat apabila ditangkap. Pemaksaan
penuh dengan pakan (bukan berisi terhadap induk dapat menyebabkan
telur). stress pada induk sehingga bisa
menyebabkan kegagalan dalam
b. Seleksi dimulai dengan menangkap
ovulasi, induk terluka, dan kematian
induk dengan cara dijaring.
pada induk.

PATIN
12
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 6. Kegiatan seleksi ikan patin dengan menjaring dan memeriksa kondisi kematangan
gonad satu persatu

Gambar 7. Kelamin induk betina (kiri) dan induk jantan (kanan)

d. Perut induk betina yang matang gonad Terkadang ada induk betina yang
membesar dan urogenitalnya gendut, tetapi ketika dilakukan
berwarna merah, menandakan ada pemijahan akan kempes, karena induk
telur di dalamnya. tersebut sudah kelewat matang atau
e. Induk betina yang matang gonad sering disebut oleh petani sebagai
dimasukkan ke fiber pembiusan untuk induk yang ”masuk angin”. Pembiusan
diambil sampel telurnya dengan dilakukan untuk mengurangi kondisi
menggunakan kateter. Penggunaan stres pada induk ikan patin pada saat
kateter dilakukan untuk lebih dilakukan kanulasi, penyuntikan
memastikan tingkat kematangan hormon dan striping. Pembiusan
gonad induk. menggunakan cairan benzocaine.

PATIN
13
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 8. Pembiusan induk (kiri) dan cara menyadarkan ikan (recovery) dengan
menyemprotkan air kedalam mulut ikan yang dibius (kanan).

Pembuatan benzocaine adalah operasionalnya. Lebih lanjut, jika


dengan melarutkan benzocaine (ethyl penanganan induk tidak baik, hasilnya
aminobenzoate) ke dalam alkohol. tidak bisa diharapkan meskipun
Untuk membuat 100 ml cairan menggunakan obat bius. Teknik
benzocaine adalah dengan melarutkan penanganan adalah lebih penting dari
10 g benzocaine ke dalam 100 ml sekedar penggunaan obat bius.
alcohol, sehingga didapatkan 100.000
ppm. Sebelum melakukan kegiatan f. Sampel telur diamati secara visual dan
pemijahan disarankan untuk mikroskopis dengan direndam dalam
menyiapkan 500 ml cairan benzocaine. larutan sera selama kurang lebih 10
Jumlah benzocaine yang digunakan menit.
untuk pembiusan ikan patin siam
disarankan 100 ppm. g. Pengamatan telur dilakukan untuk
memprediksi induk yang siap pijah.
Namun jumlah tersebut belum Induk yang siap pijah memiliki ciri-ciri :
standar, masih perlu dilakukan - Ukuran seragam
penelitian lebih lanjut untuk - Warna putih kekuningan, tidak
mendapatkan hasil yang tepat. Induk transparan (opaque).
patin siam yang telah dibius dapat - Inti telur berada pada posisi di
disadarkan kembali dengan tengah atau agak ke tepi atau stadia
memberikan air segar pada insangnya, 1 dan stadia 2 (lihat Gambar).
yaitu dengan cara mengalirkan air - Diameter telur 1.0-1.2 mm.
segar ke dalam mulut ikan patin.
Anastesi (pembiusan) efektif untuk
mengurangi stres, meskipun tentunya
penggunaan anastesi akan menambah
biaya produksi dan tambahan kegiatan

PATIN
14
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 9. Pengambilan telur menggunakan kateter

STADIA I - II STADIA III STADIA IV

STADIA IV-V STADIA V STADIA VI

Gambar 10. Pergerakan Inti pada Pematangan Akhir Oosit ikan patin siam (Hamid, M.A, dkk, 2007)

PATIN
15
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Tabel 4. Fase dan Posisi Germinal Vesicle (inti) Pada Proses Pematangan Akhir Oosit
(Hamid, M.A, dkk, 2007)

Kondisi Kecerahan Oosit Germinal vesicle (GV )


Stadia
(Fase) stadia /posisi inti
Inti berbentuk bulat dan
I Semua oosit opaque
berada di tengah oosit
Translucent oosit meningkat
Inti bergerak dari tengah
II sampai 1/3 bagian dari oosit yang
ke arah periphery
diamati
Translucent oosit menempati 1/3 Inti dekat dengan
III
oosit periphery
Semua oosit menjadi translucent
Inti menempel di periphery
IV tetapi granule di dalam oosit tidak
dan menjadi rata
jelas
Semua oosit menjadi translucent
V dan granul di dalam oosit tampak Inti melebur
jelas

Matang,cortical layers
VI Matang, setelah ovulasi
ooplasma melingkupi telur.

Metode penentuan induk matang diatas Untuk petani di Bogor banyak yang tidak
dilakukan oleh BPBAT Sungai Gelam melihat kondisi telur (hanya melihat kondisi
Jambi. Cara ini memang yang paling valid perut yang gendut atau sering disebut
diantara cara yang lain tingkat menggunakan “feeling”). Pembenih di
keberhasilannya diatas 90 % dengan bekasi dan sekitarnya sudah
catatan semua yang dilakukan secara menggunakan kateter, biasanya mereka
teknis memenuhi syarat. Akan tetapi menyukai katéter yang keras untuk
metode perlu pemahaman tentang biologi mengambil telur. Pemeriksaan telur
reproduksi. Cara yang ini dapat dengan melihat tingkat sebaran telur ketika
disederhanakan dengan melihat tingkat pertama kali diberi larutan sperma. Apabila
transparasi telur, yaitu apabila semakin telur diberi larutan sperma langsung
banyak telur yang transparan, berarti induk menyebar berarti telur matang, dan apabila
tersebut kurang bagus, meskipun ukuran telur menggumpal ketika diberi larutan
telur seragam, dan untuk memastikannya sperma, berarti kondisi telur tidak bagus
adalah dengan memberi larutan SERA (banyak lemak) sehingga ada
untuk melihat posisi inti. Pada UPR di kemungkinan gagal ovulasi.
Jawa Barat (Bogor dan Bekasi) memiliki
cara masing-masing dengan tingkat
keberhasilan berbeda juga.

PATIN
16
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 11. Penggunaan catéter keras dan larutan SERA untuk mendeteksi kematangan
Gonad oleh UPR di Bekasi dan Jawa Barat.

matang. Untuk daerah yang sulit


h. Induk jantan matang gonad ditandai
mendapatkan induk matang,
dengan mengurut bagian perut ke arah
disarankan untuk memelihara induk
anal.
jantan pada kolam yang diberi peneduh
i. Bila keluar cairan sperma berwarna
(pohon atau atap).
putih kental maka induk jantan
j. Induk betina yang terpilih diukur
dipindahkan ke bak inkubasi induk
panjang tubuhnya dan ditimbang bobot
untuk pemijahan. Kematangan gonad
tubuhnya untuk menentukan volume
induk jantan di satu daerah dengan
hormon yang akan digunakan,
daerah lain berbeda-beda. Terkadang
kemudian dipindahkan ke bak inkubasi
di statu daerah sangat mudah
induk untuk dipijahkan.
mendapatkan induk jantan yang
k. Induk betina yang terpilih dipindahkan
matang. Akan tetapi ada juga daerah
ke bak inkubasi induk. Induk betina
yang sulit untuk mendapatkan induk
ditampung di hapa dalam bak inkubasi.

Gambar 12. Penimbangan dan pengukuran induk untuk pendataan sebelum dipijahkan

PATIN
17
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
l. Bak inkubasi induk diaerasi dan air hormon jenis apapun dengan dosis
dialirkan terus menerus selama berapapun tidak bisa membawa
proses pemijahan keberhasilan ovulasi.
m. Induk jantan ditampung di bak d. Jenis hormon adalah faktor kedua dan
terpisah dengan induk betina dapat dipilih sesuai kebiasaan
penggunaan.
4.3. Penyuntikan Hormon
e. Ovaprim dapat diperoleh dengan
a. Telur induk betina patin yang siap mudah di Indonesia (tidak dilarang),
pijah berada tahap pematangan akhir. dan penggunaannya sangat mudah;
Namun ovulasi tidak bisa terjadi tanpa dapat digunakan langsung dari
stimulasi hormon pada kondisi buatan. botolnya sesuai kebutuhan pada
Sehingga penyuntikan hormon pada setiap kegiatan pembenihan.
induk betina patin siam harus f. Penyuntikan dengan ovaprim
dilakukan untuk mencapai proses menggunakan dosis 0,5 ml/kg induk,
ovulasi pada pembenihan patin siam. dilakukan 2 kali dengan interval 6 jam.
Bahan untuk merangsang ovulasi g. Induk jantan tidak disuntik hormon.
pada ikan patin yang sudah dikenal h. Induk betina dibius menggunakan
seperti ovaprim, HCG, dan hipofisa anastesi dalam fiber pembiusan.
ikan mas. i. Pembiusan dilakukan sampai induk
b. Dalam buku ini kami akan tidak berontak kuat (setengah sadar).
menjelaskan pembenihan patin Penyuntikan juga bisa
menggunakan hormone ovaprim yang mengkombinasikan 2 jenis hormon yaitu
sudah familiar di masyarakat. HCG dan ovaprim. Induk yang disuntik
c. Faktor yang paling penting yang dengan menggunakan HCG disuntik
mempengaruhi keberhasilan proses pertama biasanya pada pukul 12.00 dan
ovulasi adalah manajemen induk induk yang disuntik dengan ovaprim
sehari-hari untuk mencapai disuntik pertama biasanya pada pukul
kematangan gonad yang cukup. Jika 20.00. Penyuntikan kedua untuk induk
kondisi gonad tidak cukup matang, yang menggunakan HCG dan ovaprim
dilakukan pada pukul 02.00

..

Gambar 13. Proses pengambilan hormon dan penyuntikan ikan patin siam dibagian punggung (intra
muscular)

PATIN
18
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
j. Penyuntikan dilakukan di punggung atas kanan/kiri (intramuscular), dengan sudut
penyuntikan 45º.
Tabel 5. Dosis penyuntikan berdasarkan jenis hormon yang berbeda untuk ikan patin
siam
Jenis Suntik 1 Suntik 2 Pengecekan
Hormon
HCG 500 IU/Kg induk 1500 IU/Kg induk (14 jam (6 jam
setelahnya) setelahnya)
Ovaprim (0,5ml/Kg induk) (0,5ml/Kg induk)x2/3 (6 jam (6 jam
x1/3 setelahnya) setelahnya)
HCG dan 500 IU/Kg induk 0,3 ml/Kg induk (14 jam (6 jam
Ovaprim setelahnya) setelahnya)
Hipofisa (4xBerat (5xBerat induk)x3/4 (6 jam (6 jam
ikan mas induk)x1/4 setelahnya) setelahnya)

k. Penyuntikan pada bagian punggung l. Penyuntikan secara intrapheritonial


kadang-kadang menyebabkan bagian mempunyai konsekuensi keharusan
punggung menjadi bengkak. Hal ini penggunaan obat bius. Sebab dalam
terjadi karena dilakukannya operasionalnya mengharuskan induk
penekanan pada tempat penyuntikan pada posisi bagian abdomen berada
untuk mencegah keluarnya hormon di atas (terbalik). Sedangkan
yang disuntikkan. Oleh karena itu, penyuntikan pada punggung masih
sebagai pilihan bisa dilakukan memungkinkan dilakukan tanpa
penyuntikan di bawah sirip dada pembiusan, karena posisi tubuh induk
(intrapheritonial) untuk menyalurkan dalam keadaan tidak terbalik
hormon langsung ke rongga perut. (normal).

Gambar 14. Penyuntikan di pangkal sirip dada (intrapheritonial) untuk meminimalisasi luka pada
induk

PATIN
19
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
4.4. Pengalinan/stripping dan Pembuahan

a. Setelah 6 jam dari penyuntikan kedua jangan sekali-kali dilakukan pijatan yang
dilakukan pengecekan terhadap induk kuat atau dipaksakan.
betina apakah sudah ovulasi atau d. Apabila induk belum ovulasi maka
belum, langkah pertama yang dilakukan dilakukan penimbangan berat induk dan
adalah pembiusan terhadap induk. Hal kanulasi dengan kateter. Adapun tujuan
itu dilakukan untuk memudahkan dalam dari penimbangan tersebut adalah untuk
proses pengecekan dan mengurangi mengetahui ada tidaknya penambahan
tingkat stres pada ikan. Pembiusan berat pada induk, apabila berat induk
dilakukan dengan menggunakan bertambah maka disinyalir ada
benzocaine dengan dosis 100 ppm. perkembangan pada telur, sedangkan
b. Langkah kedua yang dilakukan adalah tujuan dari kanulasi adalah untuk
pengecekan ovulasi, pengecekan mengambil sampel telur, yang kemudian
dilakukan dengan cara mengurut perut diamati di bawah mikroskop untuk
induk ikan dari arah kepala ke lubang melihat perkembangan oosit.
genital, langkah ini dilakukan dengan Menimbang induk dan kanulasi ini baik
hati-hati. bila dilakukan, namun tidak menjadi
c. Waktu striping yang tepat adalah pada keharusan bila kondisi tidak
saat telur keluar ketika dilakukan pijatan memungkinkan, misalnya karena induk
yang lembut pada bagian abdomen, stres atau tidak adanya timbangan yang
memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.

Gambar 15. Kondisi perut induk betina yang siap diovulasikan (dikeluarkan telurnya)

e. Bila induk belum ovulasi maka kegitan f. Jika telur tidak bisa diovulasikan
pengecekan tersebut dilakukan lagi dengan striping yang lembut dengan
setiap satu jam. Apabila pada saat kata lain membutuhkan pijatan yang
pengecekan ternyata induk sudah kuat pada abdomen, ini artinya bahwa
ovulasi maka segera dilakukan ovulasi belum terjadi, maka proses
pembiusan dan penimbangan induk, striping harus dihentikan dan induk
setelah itu dilakukam striping, namun harus dikembalikan ke wadah inkubasi
sebelum striping semua alat yang akan induk dan ditunggu sekitar satu jam
digunakan harus bersih dan dalam lagi. Striping dengan pijatan yang kuat
keadaan kering termasuk lubang atau dipaksakan menyebabkan telur
genital dan sirip bawah induk ikan. yang diovulasikan tidak total atau

PATIN
20
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
parsial, lebih lanjut menyebabkan ikan singkat dan induk segar kembali
sangat stres dan mati. Jika waktu dengan stres yang minimal.
striping optimum (tepat), maka telur g. Bagian perut induk betina ditekan
keluar dengan lancar sehingga waktu kearah genital dengan lembut.
striping dan handling menjadi lebih

Gambar 16. Proses pengeluaran telur dari induk betina (stripping)

h. Bila telur keluar dengan mudah maka n. Stripping induk jantan yang telah
induk betina siap untuk diovulasikan pingsan spermanya langsung
i. Induk betina dibius total sampai ekor dimasukkan pada baskom
dan penutup insang tidak bergerak penampungan telur. Kalau induk
j. Induk betina ditimbang bobot jantan terbatas, pengambilan sperma
tubuhnya. bisa dilakukan dengan ditampung
k. Air pada tubuh induk betina dalam spuit suntik yang telah diberi
dikeringkan dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% dengan
handuk lembut dan kertas tissu. Induk perbandingan (Sperma dan NaCl = 1
distripping dengan memijat secara : 3), dan disimpan dalam kulkas/ box
lembut bagian perut induk ke arah pendingin (cooler). Hal tersebut
anal. dimaksudkan untuk mempermudah
l. Telur ditampung dalam baskom dalam membagi sperma untuk
palstik atau stainless. Induk betina membuahi telur.
kembali ditimbang setelah stripping
untuk mengetahui jumlah telur.
m. Secara bersamaan induk jantan
ditangkap dan dibius.

PATIN
21
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 17. Pengambilan sperma bisa dilakukan dengan ditampung menggunakan spuit (kiri) dan
di tumpahkan langsung ke wadah telur (kanan).

o. Penambahan NaCl 0,9% pada campuran p. Pembuahan dilakukan dengan


telur-sperma (supaya lebih merata) dan mencampurkan air ke dalam campuran
diaduk dengan bulu ayam sampai sperma telur-sperma dan diaduk sampai merata
meliputi telur secara merata.
selama 2-3 menit.

Gambar 18. Pengadukan telur dan sperma, dan pembuahan dengan mencampurkan air kedalam
wadah.

q. Telur dibilas dengan air bersih sebanyak 3. Saring larutan tanah dengan
3 kali sampai hilang gelembung busa serok halus 2 lapis.
sperma. 4. Tanah merah yang tersaring
r. Penggunaan suspensi tanah liat untuk diendapkan.
menghilangkan daya rekat telur. 5. Lapisan air diatas suspensi tanah
Penyiapan suspensi tanah liat : dibuang sehingga didapatkan suspesi
1. Siapkan tanah liat (berwarna tanah yang kental.
merah/oranye/putih) secukupnya (± 5 6. Simpan suspensi tanah di tempat yang
kg dalam 10 liter air). sejuk ( suhu ruangan)
2. Besihkan tanah dari kerikil, atau 7. Suspensi tanah siap digunakan.
rumput.
PATIN
22
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 19. Mencampurkan suspensi tanah merah dalam telur yang telah dibuahi untuk
menghilangkan daya rekat telur.

s. Pengadukan campuran di atas perintis penggunakan corong penetasan


menggunakan bulu ayam selama 2-3 di Indonesia. Sistem corong penetasan
menit sampai telur terpisah satu sama sudah mengalami modifikasi dan
lain.
perkembangan sampai sekarang.
t. Telur dibilas kembali dengan air bersih
3-4 kali untuk membersihkan suspensi Bahkan pada tahun 2007-2008 BPBAT
tanah merah. Sungai Gelam - Jambi telah berhasil
membuat corong penetasan potrable
4.5. Penetasan pada corong penetasan yang praktis dan mudah dibawa
a. Menyiapkan corong penetasan dan kemana-mana, serta bisa knock down
instalasinya. Corong penetasan atau bisa dilepas dan disusun kembali
merupakan alat yang digunakan dalam dengan mudah. Seiring dengan waktu
penetasan ikan patin. BPBAT Sungai UPR juga mengembangkan corong
Gelam Jambi merupakan salah satu penetasan yang murah dengan bahan-
bahan yang ada.

Gambar 20. Corong penetasan standar (kiri) dan corong portable hasil modifikasi (kanan)
untuk ikan patin di BPBAT Sungai Gelam Jambi.

PATIN
23
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 21. Corong penetasan sederhana menggunakan kaca (kiri) dan paralon (kanan) hasil
modifikasi UPR di Jambi (skala rmah tangga).

Gambar 22. Corong penetasan yang di gunakan di Cijegkol, Jawa Barat

b. Menyiapkan air sesuai persyaratan menentukan penambahan


kualitas air penetasan telur patin siam selanjutnya.
(Tabel 1.). Salah satu yang c. Telur dimaksukkan ke dalam corong
mempengaruhi derajat penetasan penetasan maksimal 500 – 750 ml per
adalah kesadahan air. Apabila corong (untuk corong standar).
kesadahan rendah bisa ditambahkan
kapur, sedangkan apabila kesadahan
tinggi bisa diberikan soda kue.
Biasanya UPR menggunakan 1
sendok teh soda kue untuk 1 ton air,
yang kemudian akan diukur kembali
setelah 2 jam diberi aerasi untuk

PATIN
24
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 23. Pembagian telur kedalam corong penetasan menggunakan gelas ukur (kiri), dan gambar
dikanan adalah telur ikan patin siam yang akan menetas (transparan) dan yang mati
(berwarna gelap) (Hamid. M.A., dkk, 2007)

d. Setelah pembuahan, embrio diduga dengan mudah dan dapat


berkembang melalui beberapa tahap diestimasi derajat pembuahannya
sampai menetas. Derajat pembuahan dengan mata telanjang (lihat Hal. 27).
dihitung pada stadia gastrula, sekitar 6 Telur akan menetas 16 – 26 jam setelah
jam setelah pembuahan. Sekitar 12 jam pembuahan tergantung suhu wadah
setelah pembuahan, telur normal masih penetasan (27 – 30 0C).
transparan, sedangkan telur mati e. Pengamatan dan penghitungan derajat
menjadi opaque (warna putih). Oleh pembuahan dilakukan 6 jam setelah
karena itu telur normal dan mati dapat pembuahan (27 – 30 0C).
Tabel 6. Kualitas air yang sesuai untuk media penetasan telur ikan patin siam (SNI 01-
6483.4-2000)

Parameter Nilai

Suhu 27 0C – 30 0C

Nilai pH 6,5 – 8,5

Oksigen terlarut > 5 mg/l

f. Larva yang menetas pada 4-5 jam pertama biasanya memiliki kualitas yang lebih
bagus.

PATIN
25
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Telur yang dibuahi (0:00) Stadia 2 sel (0:30) Stadia 4 sel (0:40)

Stadia 8 sel (0:50) Stadia 16 sel (1:00) Stadia Morula (2:00)

Stadia Blastula (3:00) Stadia Mid gastrula (6:00) Stadia gastrula akhir (7:00)

Penutupan awal blastopore Pembentukan Myomere


Pembentukan Embrio (10:00)
(8:00) (13:00)

PATIN
26
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Embrio bergerak aktif (18:00) Menetas (24:00) Larva baru menetas

Gambar 24. Perkembangan telur ikan patin siam sampai menetas (Hamid. M.A., dkk, 2007)

g. Larva yang berada di hapa penampungan dipanen dengan serok halus dan ditampung
dalam fiber glass 100 liter.

Gambar 25. Pemanenan dan penghitungan larva ikan patin siam

h. Larva dihitung dengan menggunakan i. Larva yang telah dihitung bisa dipelihara
metode sampling volumetrik yaitu : untuk hatchery sendiri atau langsung
- Larva ditampung pada suatu wadah dijual dengan harga berkisar antara Rp.
yang sudah diketahui volumenya A 6,- sampai dengan Rp. 8,-. Paking larva
(misal : 100 liter) dan diberi aerasi patin siam bisa dilakukan dengan
kuat. menggunakan plastik paking dengan
- Ambil volume sampling secara acak kepadatan 25.000 sampai 50.000 ekor
B (misal : 100 ml) larva per-kantong. Kepadatan larva
- Hitung larva dari volume B dan ulangi tergantung pada besarnya kantong dan
3 kali jarak tempuh larva sampai ke Hatchery
- Hitung rerata jumlah larva ( C ) UPR.
- Jumlah total larva = A x ((1000/B)xC)
ekor
- Larva siap dibagikan ke wadah
pemeliharaan larva (Pendederan 1).

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar 27
Gambar 26. Suasana panen dan paking larva patin di salah satu hatchery di Jambi

2.2.2. PEMELIHARAAN LARVA

Kegiatan ini sering disebut sebagai d. Soda api


Pemeliharaan Larva selama 15 Hari sampai e. Garam, Kapur, soda kue
larva mencapai ukuran ¾ Inchi. f. Potasium permanganat
g. EDTA
1. Alat dan Wadah
3. Prosedur Kerja
a. Peralatan hatchery : pompa, selang,
filter, hi-blow/blower, batu dan a. Pemeliharaan larva patin biasanya
pengatur aerasi, genset, lampu, dan dilakukan dalam ruangan tertutup.
heater Wadah pemeliharaan dapat berupa
b. Sarana pemeliharaan larva: wadah akuarium, fiber glass, bak semen atau
penetasan artemia, wadah tubifek, alat bak kayu. Padat penebaran larva yang
sipon, alat dekapsulasi artemia dan dilakukan di BPBAT Sungai Gelam
alat kebersihan hatchery Jambi dan berdasarkan SNI adalah 40
c. Wadah pemeliharaan benih: ekor/liter. Seiring dengan
fiberglass, bak kayu, akuarium meningkatnya keterampilan pengelola
d. Alat laboratorium : Kertas lakmus, unit-unit pembenihan rakyat di Jambi,
pengukur kesadahan/Hardness (GH) maka mereka mampu memelihara
larva dengan padat tebar yang lebih
2. Bahan tinggi yaitu 60-80 ekor/liter. Padat
a. Larva umur 1 hari tebar larva yang digunakan menjadi
b. Pakan alami: artemia dan cacing sangat tergantung dari kemampuan
Tubifek hidup pengelola dan fasilitas pembenihan
c. Klorin yang dimiliki.

PATIN
28
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
b. Persiapan wadah pemeliharaan, diinginkan. Pemindahan air dari
sterilisasi alat dan wadah, pengecekan tandon ke bak fiber/akuarium,
instalasi air, aerasi dan listrik. sebaiknya menggunakan kantong
c. Pengisian air dilakukan minimal 2 hari saringan air (water filter bag), atau bisa
sebelum larva dimasukkan dan digunakan saringan berupa kanebo
diaerasi dengan kuat untuk (kain untuk mencuci mobil), terutama
meningkatkan oksigen terlarut dan untuk sumber air yang mengandung
menguapkan gas yang tidak zat besi (Fe) dan Mangan (Mn).

Gambar 27. Pembersihan wadah pemeliharaan dan pengisian air menggunakan filterbag (atas)
pada hatchery skala menegah dan model wadah pada hatchery skala rumah
tangga (bawah).

PATIN
29
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
d. Pengecekan kualitas air sumur bisa poin berarti air tersebut baik (kantong
dilakukan dengan memberi aerasi selama Oksigen tinggi) sehingga mampu
24 jam. Apabila terjadi kenaikan pH 1,5 mengikat Oksigen dengan baik.

Gambar 28. Contoh tandon penampung air dari sumur dan persiapan
pemeliharaan pada hatchery skala rumah di UPR Jambi

e. Sebelum larva dimasukan, yakinkan pH f. Penambahan garam 4 – 7 ppt atau 4 – 7


telah mencapai kisaran 7,5 s.d. 8,5. Jika kg untuk tiap ton air dilakukan setelah
tidak dapat dicapai maka perlu larva berumur lebih dari 24 jam.
ditambahkan soda kue atau kapur hingga Pemberian garam pada larva sebelum
mencapai pH yang diharapkan. Untuk berumur 30 – 40 jam dapat menyebabkan
memperoleh kenaikan pH sebanyak 1,5 – terjadinya perut putih (akibat
2 poin, mulailah dengan menambahkan membekunya kuning telur). Pemberian
air kapur/kapur sebanyak 30 gram/m3. garam ini dimaksudkan untuk
Jika belum tercapai atau melebihi pH memperpanjang masa hidup artemia,
yang diharapkan, sesuaikan jumlah soda sehingga media pemeliharaan lebih
kue atau kapur yang ditambahkan. bersih, kanibalisme berkurang (pakan
Setelah pH yang diinginkan tercapai, selalu tersedia).
masukan air kedalam wadah
pemeliharaan.

8 jam setelah menetas 16 jam setelah menetas 24 jam setelah menetas

PATIN
30
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Kuning telur diserap sebagai nutrisi utama dan secara bertahap berubah untuk menggunakan
pakan luar

8 jam setelah menetas 16 jam setelah menetas 24 jam setelah menetas

Mulut terbuka sekitar 16 jam setelah menetas dan gigi terbentuk secara bertahap. Organ
penglihatan (mata) dan organ perasa yang belum berkembang pada waktu menetas, kini
berkembang

16 jam setelah menetas 24 jam setelah menetas 32 jam setealh menetas

Saluran pencernaan juga berkembang, tanda panah menunjukkan banyak lipatan


dibagian dalam saluran pencernaan, untuk merealisasikan kemampuan mencerna dan
pengambilan pakan luar.

Gambar 29. Perkembangan larva ikan patin siam sampai mulut terbuka, dan saluran pencernaan
sempurna sehingga siap menerima makanan dari luar. (Hamid M.A., dkk, 2007.)

g. Larva ikan patin siam mulai makan ketika luar. Larva baru menetas menggunakan
berumur 30 – 40 jam setelah menetas kuning telur, yang terletak di bagian
(tergantung suhu media pemeliharaan). abdomen, sebagai pakan internal untuk
Larva patin siam yang baru menetas mempertahankan hidupnya.
memiliki tubuh yang transparan dan h. Selama proses penyerapan kuning telur
panjang total sekitar 4 mm. Fungsi-fungsi beberapa fungsi mulut untuk menangkap
untuk menangkap makanan, seperti pakan terbentuk, dan saluran
mata, dan sirip belum berkembang. Mulut pencernaan dalam rangka
tidak terbuka dan saluran pencernaan merealisasikan kemampuan
belum berkembang. Oleh karena itu larva menggunakan pakan luar. Jika larva tidak
belum mampu memanfaatkan pakan dari dapat menangkap pakan setelah kuning

PATIN
31
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
telur habis, maka larva tidak bisa tahan ikan lebih bagus, hemat energi,
mengalami pertumbuhan dan dan lebih hemat pakan artemia yang
perkembangan lebih lanjut dan akhirnya cukup mahal.
mati. Pemberian pakan pertama pada - Mahzab penggemar suhu tinggi (31
waktu yang tepat merupakan hal yang – 34 OC) biasanya sering disebut
sangat mendasar pada pemeliharaan sebagai UPR yang “HEBAT” karena
larva. Berdasarkan pengamatan yang pemeliharaan larva menggunakan
telah dilakukan maka pakan pertama suhu tinggi memerlukan kondisi fisik/
harus diberikan sekitar 30 jam setelah daya tahan tubuh yang prima,
menetas. kecermatan, dan ketrampilan yang
i. Pengaturan suhu yang digunakan tinggi. Mereka harus cekatan, lincah,
merupakan keputusan yang sangat cepat mengkoordinasikan semua
penting untuk dipertimbangkan, karena aspek yang ada dalam sistem
tinggi rendahnya suhu sangat pembenihan. Pengelola juga harus
menentukan proses metabolisme pada memiliki disiplin waktu yang tinggi,
ikan, suhu yang tinggi akan karena harus mengamati ikan setiap
meningkatkan proses metabolisme, saat dan memberi makan setiap 2
begitupun sebaliknya. Bahkan menurut jam. Kelebihan aliran ini biasanya
Pembenih UPR Bp. Irwan Dani (Bekasi) pertumbuhan ikan sangat cepat
di UPR mengenal 3 Aliran atau “Mahzab” sehingga menghemat waktu
dalam menggunakan suhu, yaitu : pemeliharaan, ikan terlihat lebih
- Mahzab penggemar suhu rendah lincah dan menyenangkan bagi yang
(27 – 30 OC) biasanya sering disebut melihatnya karena ikan makan
sebagai UPR yang “CARI AMAN”, dengan sangat lahap. Kelemahan
UPR ini biasanya pembenih yang dari aliran ini adalah prosentase hasil
sebelumnya telah lama biasa tidak stabil, mudah terjadi kematian
menggunakan suhu tinggi. massal, diperlukan daya energi yang
Pengelolaan larva menggunakan tinggi untuk menaikan suhu, boros
suhu rendah lebih aman, karena tidak pakan, dan daya tahan ikan lebih
perlu “ngoyo” dan prosentase hasil rendah.
cenderung lebih tinggi. Hanya saja - Mahzab Gabungan sering disebut
untuk menerapkan sistem ini sebagai pembenih yang “cerdik”.
diperlukan pemahaman yang tinggi Mereka menggunakan suhu rendah
tinggi tentang behaviour (tingkah pada saat ikan belum mulai makan
laku) larva ikan patin siam dan dan menggunakan suhu tinggi pada
prinsip-prinsip dasar pengelolaan saat semua ikan sudah makan. Cara
kualitas air seperti : hubungan antara ini akan menghindarkan ikan dari
pH, kandungan Oksigen, dan Suhu kanibalisme, dan menghasilkan
terhadap ikan. Kelemahan aliran ini jumlah produksi lebih tinggi. Mereka
adalah perkembangan ikan menyadari bahwa menggunakan
cenderung lambat, khususnya pada suhu sesuai kebutuhan adalah cara
12 hari pertama. Kelebihan aliran ini yang paling efisien, hemat energi,
adalah Keuntungan lebih tinggi, daya hemat tenaga, hemat biaya, dan

PATIN
32
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
produktivitas tinggi. Pada saat larva dengan besarnya aerasi menyebabkan
dimasukan kedalam wadah kotoran dalam air menjadi berantakan.
pemeliharaan, upayakan suhu k. Batu aerasi sebaiknya diletakan dekat
berkisar antara 28 – 29 OC dan pada dengan pemanas (bila menggunakan
saat mulai makan (32 – 34 jam heater) untuk menghindari larva
setelah menetas), suhu antara 29 – menempel pada pemanas. Sebelum
30 OC. Suhu kurang dari 29 OC larva makan batu aerasi harus
menyebabkan larva kurang lahap menyentuh dasar fiber atau akuarium,
makan, sedangkan lebih dari 30 OC, dengan tingkat aerasi kuat. Setelah ikan
larva akan cenderung kanibal. Pada mulai makan/diberi makan, aerasi
saat pergantian air, upayakan selisih dikecilkan (tidak sampai menimbulkan
suhu tidak lebih dari 2 OC. gelombang dalam fiber). Aerasi ditahan
j. Pengaturan aerasi juga merupakan salah tetap kecil, dan sedikit diangkat (5 – 10
satu penentu dalam pemeliharaan larva cm) dari dasar wadah sampai larva 3 hari
ikan patin siam. Pada dasarnya aerasi makan.
adalah upaya untuk memperoleh Setelah ganti air (pada hari keempat),
Oksigen bebas dari udara, jadi pada aerasi mulai sedikir dibesarkan dan tetap
prinsipnya lebih besar aerasi maka lebih menggantung, kemudian lakukan
maka semakin banyak Oksigen yang managemen aerasi dengan melihat
ditangkap oleh air. Tapi perlu diingat juga kondisi air dan kotoran dalam wadah
kandungan Oksigen juga dipengaruhi pemeliharaan. Hal tersebut dilakukan
oleh banyaknya kandungan kotoran dengan mengecilkan aerasi ketika terlihat
(amonia) dalam air, makin kotor air akan banyak kotoran tersuspensi dan kembali
semakin sedikit Oksigen yang membesarkan aerasi dengan perlahan
terkandung dalam air. Jadi, semakin ketika kotoran sudah mengendap dengan
besar aerasi, terkadang akan dapat baik. Aerasi kembali dibesarkan ketika
menyebabkan kematian pada ikan bila akan dilakukan pergantian makanan dari
Artemia ke Cacing.

Gambar 30. Pakan larva Artemia (kiri) dan Tubifek (kanan)

PATIN
33
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
l. Pemberian pakan Artemia biasanya Artemia akan hidup lebih lama (8 –12
dilakukan setelah larva berumur 30 – jam) yang berarti kita lebih mudah
40 jam setelah menetas. Biasanya dalam mengatur interval waktu
sebanyak 5 – 10 % larva akan mulai pemberian pakan. Karena pada
makan ketika berumur 34 – 40 jam awalnya hanya 5 – 10 % ikan yang
setelah menetas pada suhu 29 OC, makan, maka pemberian pakan cukup
dan mulai makan pada umur 30 – 36 sedikit saja. Pemberian pakan
jam setelah menetas pada suhu 30 sebaiknya dilakukan 2-4 jam,
OC. tergantung pada suhu pemeliharaan
m. Apabila media pemeliharaan larva.
menggunakan salinitas 4 – 7 ppt, maka

Gambar 31. Sistem penetasan Artemia (kiri) dan cara pemanenannya (kanan)
Cara menetaskan cyste artemia: Kemudian dilarutkan dengan air tawar dan
ditebar ke wadah pemeliharan larva secara
Cyste artemia ditetaskan dengan cara merendam merata. Misalnya larva dipelihara dalam 10
cyste di dalam air laut atau air garam dengan akuarium dengan jumlah larva yang sama. Bila
salinitas 20-30 ppt. Selama masa penetasan, ditetapkan untuk 1 akuarium ditebar 200 ml
pada wadah penetasan diberi aerasi yang kuat larutan artemia maka naupli artemia yang telah
agar cyste teraduk dan naupli yang menetas tidak disaring dilarutkan ke dalam 2 liter air tawar (10
mati. Kepadatan cyste dalam media penetasan akuarium x 200 ml).
yaitu 3-5 gr/liter air. Cyste akan menetas secara
sempurna dan siap untuk dipanen sekitar 24-28 Cara membuat air garam
jam. Misalnya akan dibuat 100 liter air garam dengan
Cara panen naupli artemia: salinitas 20 ppt (1 ppt = 1 gr garam/liter air).
Caranya ; larutkan garam sebanyak 2 kg (100 liter
Angkat selang aerasi. Diamkan selama 10 menit. x 20 ppt) ke dalam 50 liter air tawar dan diaduk
Cangkang artemia akan mengapung dan naupli sampai garam terlarut semuanya. Kemudian
artemia akan mengendap di dasar wadah ditambahkan air tawar sampai volumenya
penetasan. Cangkang yang mengapung dibuang mencapai 100 liter.
dengan cara menyerok cangkang tersebut secara
perlahan agar tidak teraduk kembali. Setelah Cara memberi pakan cacing sutra (Tubifex)
cangkang dibuang, naupli artemia disaring
Untuk cacing Tubifex yang dicincang:
dengan saringan plankton (200 μm) atau dengan
kain mori. Setelah artemia disaring, dilakukan 1. Cincang cacing Tubifex dengan pisau
pembilasan dengan air tawar yang bersih.
PATIN
34
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
sampai halus. yang menggumpal ini tidak dapat dimakan oleh ikan.
2. Masukkan cincangan cacing tersebut Oleh karena itu harus disebarkan kembali.
ke dalam serok halus dimana potongan cacing
tidak lolos. n. Penting untuk melihat sisa artemia yang
3. Bilas dengan air bersih sampai air telah berikan sebelum memberikan pakan
bilasan tidak berwarna merah.
4. Larutkan cincangan cacing yang sudah dibilas
berikutnya dengan cara menggunakan
tersebut ke dalam air bersih (cara menentukan air senter dan dengan terlebih dahulu
untuk melarutkan cincangan cacing tersebut sama mengangkat batu aerasi. Jika masih
dengan pemberian pakan artemia). terdapat banyak artemia yang melayang-
5. Sebarkan ke dalam wadah pemeliharaan larva.
layang di air, sebaiknya pemberian pakan
Cara memberi pakan cacing Tubifex yang tidak ditunda dan sebaliknya jika artemia sudah
dicincang :
terlihat habis, maka interval pemberian
Cacing sutra diberikan dengan cara disebarkan pakan harus dipercepat atau interval tetap,
secara merata ke wadah pemeliharaan larva. Cacing akan tetapi jumlah ditambah. Kita juga bisa
yang tidak habis termakan oleh ikan, akan berpatokan pada standar pemberian
menggumpal di dasar wadah pemeliharaan. Cacing
artemia berikut :
Tabel 7. Pergantian Air, Jumlah Cyste Artemia dan Cacing Tubifex yang Dibutuhkan untuk
Pemeliharan Ikan Patin Siam Sebanyak 100.000 ekor.
Pakan
%
Umur Artemia (gr)* Cacing
ganti air
07.00 11.00 15.00 19.00 23.00 03.00 Total (liter)

1 - - - - - - - - -

2 - - - - 3,2 3,2 3,2 9,6 -

3 - 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 38,4 -

4 40% 8,3 8,3 8,3 8,3 8,3 - 41,5 -

5 - 13,3 13,3 13,3 13,3 13,3 - 66,5 -

6 50% 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 - 100 -

7 - 26,6 26,6 26,6 26,6 26,6 - 133 1

8 60% 1

9 - 1

10 60% 1,5

11 - 1,5

PATIN
35
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
12 70% 1,5

13 - 2

14 70% 2

15 - 2

Total 389 13,5

* Derajat Penetasan artemia 80%, 1 gr = 2 ml, Larva menetas pada pukul 13.00 hari pertama.

o. Pergantian pakan artemia ke cacing beku sebagai pakan larva biasanya akan
tubifek yang paling aman, minimal menghabiskan 10 kg untuk setiap larva
setelah hari keempat makan artemia atau 100.000 ekor larva sampai berukuran ¾
yang lebih mudah setelah larva ikan inchi. Perbandingan moina dengan
makan di dasar wadah pemeliharaan. dengan air yang digunakan untuk
Akan lebih aman jika ditambahkan satu membekukan oleh biasanya 1 : 1.
hari lagi. Hal ini akan menjamin panen Moina/daphnia beku dihasilkan dari alam.
dengan prosentase tinggi dan dan ikan BPBAT Sungai Gelam Jambi telah
yang dihasilkan memiliki kualitas yang berhasil memproduksi moina beku untuk
prima. skala bak 10 ton secara rutin. Untuk
p. Cacing tubifek bisa digantikan dengan pembenih di Jawa Barat, kebanyakan
moina/daphnia yang hidup atau telah memakai moina/daphnia hasil tangkapan
dibekukan. Penggunaan moina/daphnia dari alam.

Gambar 32. Moina beku yang disimpan dalam freezer sebagai alternatif pakan alami larva ikan
patin siam.

PATIN
36
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
q. Pergantian air biasanya dilakukan 30 – 50 pengalaman tinggi biasanya dilakukan
% pada hari ke 3 makan atau hari ke 4 pergantian air mulai hari ke 4 – 5, atau
setelah menetas. Cara ini disebut cara setelah 102 jam. Cara ini dapat
“AMAN”, karena kematian ikan sebagian menghasilkan prosentase tinggi (80 – 90
besar terjadi antara 78 – 90 jam setelah %), akan tetapi jika pembenih lengah
menetas (suhu tinggi) dan 84 – 96 jam sedikit saja dapat mengakibatkan
(suhu rendah). Sehingga sbelum masa kematian massal, sehingga perlu
kritis tiba, air media sudah dalam keadaan pengetahuan dan ketrampilan tinggi.
prima. Untuk pembenih dengan

Gambar 33. Penyiponan kotoran di dasar wadah pemeliharaan larva

r. Penyiponan tidak perlu dilakukan terlalu dengan menggunakan serok yang


sering, penyiponan terpenting dilakukan halus agar larva tidak luka. Kemudian
pada hari ke – 2 ikan makan (pagi) atau larva ditampung di ember dan dihitung.
pada saat-saat terjadi kelebihan pakan u. Penghitungan dilakukan secara
saja. Pada saat penyiponan sebaiknya sampling berdasarkan kepadatan
aerasi diangkat. karena benih masih lemah dan mudah
s. Pemanenana dilakukan ketika benih stress :
berukuran 3/4 inci dipanen setelah 15 - Sejumlah larva dimasukkan dalam
hari pemeliharaan. Sebelum dipanen, wadah yang berwarna kontras
sebaiknya ikan sudah dipuasakan 24 dengan wadah ikan dan dihitung
jam sbelumnya. - Memasukkan ikan sedikit demi
t. Cara pemanenan dilakukan dengan sedikit sampai kepadatannya sama
mengurangi air sampai tersisa 10%. dengan kepadatan standar ke
Kemudian wadah pemeliharaan dalam wadah lain
dimiringkan dan air kurangi lagi - Wadah tersebut harus memiliki
secukupnya. Kemudian larva ukuran, volume air, dan warna yang
dituangkan ke dalam ember secara sama dengan standar yang di atas.
perlahan. Selanjutnya larva dihitung. v. Cara lain bisa dilakukan dengan
Bila wadah pemeliharaan tidak dapat sampling kering, yaitu :
dimiringkan, maka larva dapat dipanen

PATIN
37
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
- Tampung ikan pada suatu wadah Hitung rata-rata jumlah ikan pada
-
yang diberi jaring pada cawan/sendok tersebut (A).
permukaannya. - Takar semua ikan dengan
- Serok ikan kemudian masukkan ke cawan/sendok tersebut (B).
dalam cawan/sendok kecil dan w. Jumlah ikan total = A x B ekor.Benih
hitung jumlah ikan pada cawan yang telah dihitung siap untuk dijual
tersebut. atau ditebar di kolam pendederan.
- Ulangi langkah ke-2 beberapa kali.

Gambar 34. Sendok yang dapat digunakan untuk sampling kering ikan patin siam (kiri) dan
penghitungan larva patin siam ukuran ¾ inchi (kanan)

2.2.3. PENDEDERAN
Kegiatan ini sering disebut sebagai
2. Persyaratan kualitas air kolam
pendederan di kolam. Benih dipelihara
a. Oksigen terlarut : > 2 mg/l
sampai mencapai ukuran 2-3 inchi.
b. pH : 6,5 – 8,5
1. Persyaratan lokasi dan kolam c. Suhu : 25 – 30 oC
a. Kawasan perkolaman bebas d. Ammonia : < 0,02 mg per
banjir dan bahan pencemar liter
b. Tanah dasar stabil e. Nitrit : < 1 mg per liter
c. Sumber Air : mencukupi, tidak
3. Alat
tercemar, dan tersedia
a. Alat persiapan kolam: cangkul,
sepanjang tahun.
perata tanah
d. Konstruksi kolam tanah atau
b. Alat pemberian pakan: feeder,
tembok dengan pematang yang
wadah pakan/ember
kuat
c. Alat sampling dan seleksi: jaring
e. Luas kolam di BPBAT Sungai
benih, timbangan (ketelitian 0,01
Gelam Jambi : 250 - 500 m2
gr), penggaris (ketelitian 0,1 cm)
sesuai padat tebar.
d. Alat pemanenan: jaring benih,
f. Kedalaman air: 100 – 120 cm
serok, grader,

PATIN
38
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
e. Hapa ukuran 2 x 2 x 1m3 untuk pakan disesuaikan dengan
grading (5 buah). ukuran ikan seperti yang
tercantum pada Tabel 5.
4. Bahan
c. Kapur Tohor
a. Benih patin hasil pendederan I
d. Pupuk Organik kotoran ayam
b. Pakan berprotein 35% ukuran
kering
Tabel 8. Hubungan antara ukuran ikan dan ukuran pakan ikan pada pemeliharaan ikan patin
siam
Pakan Ukuran Ikan
Tipe Panjang Lebar Bobot Badan Panjang Badan
(mm) (mm) Ikan (g) Ikan (cm)

Tepung 0,29 ± 0,16 0,18 ± 0,13 < 0,5 <3


Crumble 1 1,2 ± 0,2 0,8 ± 0,2 0,5 – 2 3–6
Crumble 2 2,2 ± 0,3 1,4 ± 0,2 2 – 10 6 – 10

5. Prosedur kerja
a. Persiapan kolam dilakukan 7 hari Dalam kegiatan persiapan kolam juga
sebelum penebaran larva dimulai dilakukan pemupukan, pengapuran dan
dengan pengeringan, pembersihan pengisian air. Pengolahan dasar kolam
predator dan kompetitor yang ada. dilakukan dengan cara pembalikan
b. Hal terpenting dalam pendederan tanah dasar kolam, diratakan dan
sebelum dilakukan penebaran benih pembuatan caren/kemalir dengan
adalah persiapan kolam. Persiapan kemiringan 0.5 - 1 % ke arah pintu
kolam meliputi pengeringan kolam, pengeluaran. Setelah pengolahan dasar
perbaikan pematang, pengolahan tanah kolam selesai selanjutnya dilakukan
dasar kolam dan pembuatan caren pemupukan.
(kemalir/saluran tengah kolam).

A B

C D

Gambar 35. Pengolahan dasar kolam untuk ikan patin A) Pengeringan dan pembersihan dari
kompetitor. B) Pengolahan tanah dasar kolam C) Pengapuran D) Kolam siap diisi.

PATIN
39
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
c. Pupuk yang digunakan adalah pupuk benih biasanya akan tumbuh plankton
kandang (kotoran ayam) dengan dosis (Rotifera). Biasanya jenis rotifera yang
100 – 250 gr/m2, sedangkan pengapuran mudah berkembang atau blooming
dilakukan dengan menggunakan kapur adalah Brachionus sp. Kepadatan rotifera
hidup (CaO) dengan dosis 60 gr/m2. yang berkembang selama persiapan
Pengeringan kolam dilakukan selama 3 kolam diamati setiap hari secara visual
hari, kemudian dilakukan pengisian air dan mikroskopis.
secara bertahap sampai ketinggian 90 Tabel dibawah ini bukan cara standar
cm. Sebelum benih ditebar, dilakukan untuk setiap kolam, akan tetapi bisa
pemantauan kualitas air yang meliputi dijadikan acuan sebagai dasar untuk
parameter O2 terlarut, pH, kecerahan, dan melakukan pengolahan kolam dan
suhu air sebagai persiapan akhir. penumbuhan pakan alami dalam kolam.
d. Penebaran benih dilakukan pada hari ke - Dengan menggunakan system
8 dari awal persiapan kolam. Penebaran pengolahan kdlam diatas BPBAT Sungai
ini dilakukan pada pagi hari atau sore hari, Gelam Jambi berhasil mendederkan larva
dengan maksud untuk menghindari umur 7 hari secara langsung kedalam
panasnya terik matahari yang bisa kolam pemeliharaan. Penebaran
membuat benih ikan menjadi stress. dilakukan 7-10 hari setelah persiapan
Larva yang ditebar berukuran 1,9-2,3 cm kolam sehingga jenis plankton yang
dengan padat penebaran 30 ekor/m2 tumbuh biasanya Rotifera dan Moina.
(sudah kuat ditebar dikolam sejak umur 5 Apabila lebih dari 12 hari dikhawatirkan
hari pemliharaan). Cyclop akan mulai tumbuh. Penebaran
e. Satu hari setelah pemupukan dilakukan benih pada pagi/sore hari dengan
inokulasi air hijau yang mengandung kepadatan 100 ekor/m2.
fitoplankton. Tiga hari sebelum penebaran
Tabel 9. Jadwal persiapan kolam pendederan
Hari Kegiatan
ke-
0 Pengeringan kolam, pembersihan predator dan kompetitor
1 Pengolahan kolam dan pengapuran ; 100 gr/m2
2 Pemupukan :
Kotoran ayam kering ; 500 gr/m2 dionggokkan di beberapa tempat dalam kolam
(pinggir)
Tepung ikan BS/ Ikan rucah ; 50 gr/m2
Dedak ; 100 gr/m2
Pemasukan air setinggi 50 cm
Pengisian air hijau setinggi 10 cm
3 Pemasukan inokulan rotifera. Monitoring kelimpahan plankton
4 Monitoring kelimpahan plankton
Pengadukan kotoran ayam yang dionggokan.
5 Monitoring kelimpahan plankton
6 Monitoring kelimpahan plankton

PATIN
40
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Pengadukan kotoran ayam yang dionggokan
7 Penambahan air jadi 80 – 100 cm
8 Siap tebar benih

f. Pakan diberikan dengan frekuensi jumlah pakan berdasarkan hasil


pemberian 3 kali sehari dengan dosis sampling bobot biomass setiap
berdasarkan Tabel 4. Penghitungan bulannya.
Tabel 10. Persentase dan ukuran pakan untuk pendederan benih patin siam

Umur benih Feeding rate Jenis pakan Metode

1-7 Blinded feeding Tepung Tebar sekeliling kolam

8-14 25-30 % Remah 1 Mulai dibiasakan di satu titik

15-30 15-20 % Remah 2 Dibiasakan di satu titik

Gambar 36. Pakan yang digunakan dalam pendederan patin dalam kolam (Tahun 2016)

g. Pemanenan dilakukan secara bertahap b. Menjaring sebagian benih dengan


untuk menghindari terlalu padatnya hati-hati.
menampung benih dalam jaring. c. Benih dipisahkan berdasarkan ukuran
Tahap-tahap pemanenan : (grading) menggunakan grader yang
a. Mempersiapkan beberapa hapa untuk sudah disiapkan
memisahkan benih berdasarkan d. Benih yang memiliki ukuran berbeda
ukuran ditampung dalam hapa berbeda juga.
PATIN
41
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Sebelum dilakukan penghitungan, dahulu supaya pulih dari stress dan
lebih baik benih diistirahatkan terlebih luka.

Gambar 37. Benih ukuran 2-3 inchi yang siap dipanen dari kolam

Gambar 38. Benih ukuran 2-3 inchi yang siap dipanen dari pemeliharaan di fiberglass.

h. Penghitungan dilakukan dengan - Serok benih ikan, kemudian


beberapa cara, yaitu bisa dengan masukkan ke dalam cawan kecil dan
menghitung secara manual (satu per- hitung jumlah ikan pada cawan
satu) dan dengan sampling
tersebut.
berat/volume. Sampling berat dilakukan
dengan : - Ulangi langkah ke-2 beberapa kali.
1. Timbang beberapa ekor ikan tanpa - Hitung rata-rata jumlah ikan pada
air, kemudian dihitung jumlahnya. cawan tersebut (A).
2. Hitung berat rata-rata per ekor ikan - Takar semua ikan dengan
(A). cawan/sendok tersebut (B).
3. Timbang berat total ikan (B). - Jumlah ikan total = A x B ekor.
4. Jumlah total ikan = B/A ekor. i. Pengemasan (paking) benih bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu
Sedangkan sampling volume dengan cara : dengan cara terbuka dan tertutup.
PATIN
42
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
j. Cara tertutup dilakukan dengan yang digunakan berukuran 40 x 60 cm
menggunakan plastik paking. Pertama- yang diisi oksigen murni.
tama benih yang akan dipacking harus l. Untuk pengangkutan jarak jauh,
dipuasakan terlebih dahulu. Bila benih biasanya kantong plastik tersebut
tidak dipuasakan, ikan akan muntah dan dimasukkan ke dalam styrofoam
mengeluarkan kotoran sehingga dapat terutama dengan menggunakan
menurunkan kualitas air. Ikan pesawat terbang. Pada styrofoam
dipuasakan sekitar 24 jam sebelum diletakan es yang dibungkus dengan
dipacking. kantong plastik agar suhu selama
k. Ikan-ikan yang akan dipacking juga pengangkutan rendah. Banyaknya ikan
harus dalam keadaan sehat agar tetap dalam satu kantong plastik tergantung
hidup sampai ke tujuan. Kantong plastik lamanya waktu pengangkutan.
Tabel 11. Pengangkutan ikan patin dengan sistem tertutup dengan menggunakan plastik paking
untuk ukuran benih dan jarak tempuh yang berbeda

Jarak tempuh (jam)


No. Ukuran benih
Kurang dari 4 jam 4 – 12 jam

1. 1 – 1,5 inchi 1.500 ekor 500 – 750 ekor

2. 2 – 2,5 inchi 750 ekor 300 – 500 ekor

3. 2,5 – 3 inchi 500 ekor 250 ekor

PATIN
43
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 39. Proses pengemasan larva dan benih patin untuk transportasi tertutup (kiri dengan
sterofoam dan kanan tanpa sterofoam)

Tahapan cara pengangkutan ini adalah


Kemudian simpulkan ujung kantong
sebagai berikut :
plastik tersebut dan ikat dengan
1. Kantong plastik yang digunakan harus karet.Masukkan kantong plastik
dua lapis. tersebut ke dalam styrofoam lalu diberi
2. Tampung ikan sebelum dipacking di 1 atau 2 bungkus es.
dalam ember. Masukkan ikan ke dalam 6. Tutup styrofoam dan lakban sambungan
plastik. antara tutup dengan bagian bawah
3. Tambahkan air bersih ke dalam kantong styrofoam dengan rapat. Sedangkan
plastik sampai volumenya 1/3 dari untuk pengangkutan sistem terbuka
volume kantong plastik. biasanya menggunakan sistem terbuka
4. Buang udara yang ada di dalam kantong biasanya menggunakan drum 200 liter
plastik tersebut. yang telah diberi lubang dan dibentuk
5. Isi kantong plastik tersebut dengan penutup dibagian atasnya. Hingga saat
oksigen murni sampai kantong ini daya angkut menggunakan cara
menggelembung dimana perbandingan terbuka yang aman adalah sebagai
volume air dan oksigen murni 1:2. berikut :
Tabel 12. Pengangkutan ikan patin dengan sistem terbuka menggunakan drum 200 liter
(tanpa dan dengan aerasi)
Jumlah benih (ekor)
No. Ukuran benih
Tanpa aerasi Dengan aerasi
1. ¾ inchi 40.000 50.000
2. 1 inchi 30.000 40.000
3. 1,5 inchi 20.000 25.000
4 2 inchi 15.000 20.000

PATIN
44
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Pendapat lain juga menyebutkan pengangkutan yang terbatas, sehingga
bahwa pengangkutan dengan cara terbuka perlu diberok dalam yang berukuran
yang sudah familiar dipakai oleh petani sempit terlebih dahulu sebelum diangkut
Jawa Barat untuk ikan patin adalah 20 kg untuk jarak tempuh yang jauh. Biasanya
untuk setiap drum berkapasitas 200 liter. ditampung dalam bak/akuarium/hapa.
Keberhasilan pengangkutan sangat Selain persiapan dan daya angkut juga
dipengaruhi oleh kualitas ikan yang perlu diatur waktu angkut yang tepat
diangkut. Benih yang biasa dipelihara (sebaiknya pengangkutan ikan dilakukan
dalam tempat yang luas (kolam pada malam hari).
memerlukan adaptasi yang lebih lama
dengan tempat

2.3. TEKNOLOGI PEMBESARAN DI MASYARAKAT


2.3.1. PEMBESARAN DALAM KOLAM DAN KARAMBA
1. Wadah
Pembesaran ikan patin dilakukan didalam kolam dan karamba dalam berbagai model,
sistem dan luasan.

Gambar 40. Beberapa jenis kolam patin yang di jumpai di masyarakat

PATIN
45
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Kolam yang digunakan untuk juga dapat dibesarkan di dalam karamba di
kegiatan pembesaran ikan patin bisa danau maupun di sungai. Karamba yang
dilakukan dalam berbagai sistem. Yang digunakan untuk pembesaran ikan patin
sudah dilakukan di Indonesia diantaranya : juga berbeda-beda untuk beberapa daerah
Kolam lahan marginal (rawa dan gambut), di indonesia. Bahan yang digunakan juga
Kolam air mengalir, kolam air payau dan bermacam-macam, mulai dari karamba
kolam dalam. Selain di kolam ikan patin kayu, besi, maupun karamba HDPE.

Gambar 41. Tipe karamba kayu berbentuk seperti kapal di Sungai Kampar, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau.

PATIN
46
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 42. Tipe karamba kayu (atas) dan karamba besi (bawah) di Sungai Batanghari, Provinsi Jambi

Gambar 43. Karamba kayu dan bambu di Provinsi Sumatera Barat

Gambar 44. Karamba Gantung (kiri) dan tancap (kanan) di OKI, Sumatera Selatan

PATIN
47
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 45. Model karamba di Kalimantan Selatan

Gambar 46. Karamba Jaring Apung (KJA) ikan patin siam di waduk Jatiluhur, Jawa Barat

Gambar 47. Karamba HDPE yang mulai marak digunakan karena ramah lingkungan

PATIN
48
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
2. Alat b. Pakan benih untuk pembesaran
a. Alat persiapan kolam : Cangkul, berprotein 28-30% (diberikan 3 x
perata tanah sehari dengan persentase
b. Alat pemberian pakan : Feeder, tercantum pada Tabel 1) ukuran
Wadah pakan/ember pakan disesuaikan dengan ukuran
c. Alat sampling dan seleksi : Jaring, ikan sebagai berikut:
timbangan (ketelitian 0,001 gram), c. Crumble 1 (0,1-0,3 mm) untuk ikan
penggaris (ketelitian 0,1 cm), patin berukuran 5 s.d. 20 gram
kateter, jala,ember dan serok d. Pakan berdiameter 2 mm untuk ikan
d. Hapa ukuran 5 x 5 x 1,5 m3 untuk patin berukuran 20 s.d. 50 gram
seleksi jantan betina (minimal 4 e. Pakan berdiameter 3 mm untuk ikan
buah) patin berukuran di atas 50 gram
3. Bahan f. Kapur tohor dosis 60 s.d.100 g/m2
a. Benih patin ukuran 2-3 inci hasil g. Pupuk organik dosis 500 gr/m2
pendederan II
Tabel 13. Kepadatan Penebaran Ikan dan Pemberian Pakan Produksi Calon Induk Patin
Siam (SNI 01-6483.3-2000)

Penebaran Pakan
Frekuen
Wadah Padat tebar si
Ukuran (gr) FR (%) Protein (%)
(ekor/m2) (kali/hari
)
Kolam 1 10 4-5 20 – 5 3–4 28– 30
Kolam 2 7 600-700 5–3 3–4 28– 30

Kolam 3
3 1800-2000 3–2 3–4 30– 35
(Betina)

4. Prosedur Kerja
4.1. Persiapan kolam
4.2. Penebaran benih
a. Pengeringan dan pembersihan a. Benih yang ditebar hasil seleksi
kolam dari predator dan kompetitor pada pendederan II.
(2 hari). b. Penebaran benih dilakukan pada
b. Pengapuran dilakukan dengan sore hari dengan melakukan
dosis 100 gram/m2 aklimatisasi terlebih dahulu. Padat
c. Pengisian air pada hari keempat tebar disesuaikan dengan ukuran
setelah kolam dikeringkan. ikan (lihat Gambar 47).

PATIN
49
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 48. Aklimatisasi benih sebelum ditebar dalam kolam

2.3.2. MANAGEMEN PEMBERIAN PAKAN

a. Pemberian pakan pembesaran d. Teknik pemberian pakan yang baik


calon induk dilakukan sesuai dilakukan dengan ditebar secara
dengan dosis pemberian pakan atau merata, supaya semua ikan
pedoman Feeding Rate (FR) ikan mendapatkan jatah pakan, sehingga
patin siam ukuran ikan lebih merata dan panen
b. Penghitungan pemberian pakan dapat dilakukan secara serentak.
berdasarkan sampling bobot Pemberian pakan bisa dilakukan
biomassa yang dilakukan setiap dari samping/pematang kolam
bulan. (usahakan ditengah kolam/tidak
c. Frekuensi pemberian pakan 3 kali dipojok kolam). Pemberian juga bisa
sehari ; pemberian pakan menggunakan
memenuhi kriteria pada Tabel .
e. Rakit untuk kolam yang berukuran luas.

Gambar 49. Pemberian pada pembesaran ikan patin siam dikolam secara manual menggunakan
tangan (kiri) dan menggunakan sekop (kanan).
PATIN
50
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Tabel 14. Feeding rate patin siam (pada lingkungan dengan kisaran suhu 27 s.d. 32 OC)

Ukuran bobot tubuh (gram) Feeding rate (%)

<10 10-20

10-30 8

30-50 7

50-70 6

70-100 5

100-200 4

200-400 3

400-800 2

800-1200 1,5

>1200 1,2

Keterangan : Tabel diatas hasil penelitian BPBAT Jambi dan JICA di BPBAT Jambi

Pakan yang diberikan kepada ikan diinginkan konsumen adalah patin dengan
patin dapat berupa pakan komersial yang warna daging putih (white pink).
mudah didapatkan di pasaran. Selain itu
pembudidaya juga bisa meramu pakan 2.3.3. PEMANENAN DAN TRANSPORTASI
sendiri dengan memanfaatkan bahan
pakan yang ada didaerahnya. Hasil a. Pemanenan dilakukan sesuai dengan
meramu pakan dengan bahan baku lokal kondisi kolam. Jika kolam pembesaran
biasanya lebih murah dibandingkan memiliki kedalaman yang lebih dari
dengan pakan komersial. Pada beberapa tinggi kita, maka dilakukan dengan
kasus, ikan patin juga diberi makan menurunkan level air terlebih dahulu
dengan pakan berupa sisa/limbah dari dengan mengatur saluran
rumah makan atau limbah dari pabrik roti pembuangan atau menggunakan
basi. Pemberian pakan alternatif, biasanya pompa. Setelah tinggi air cukup
akan menurunkan kualitas daging ikan rendah, kemudian dilakukan dengan
patin siam, bahkan dapat merubah menjaring ikan menggunakan jaring
tampilan warna daging menjadi agak yang dilengkapi dengan pemberat dan
kekuningan (manggo), padahal yang pelampung. Setelah itu ikan ditimbang
PATIN
51
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
dan siap dimasukan kedalam drum
untuk di angkut.

Gambar 50. Cara pemanenan ikan patin dalam kolam menggunakan jaring dengan pemberat .

Gambar 51. Penimbangan ikan patin siam ukuran konsumsi dari kolam

PATIN
52
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 52. Pengangkutan ikan konsumsi hidup dari kolam kedalam truk

Pemanenan yang biasa dilakukan dilakukan dengan menggunakan drum


oleh penjual ikan adalah sebanyak 1–1,5 dengan kapasitas drum 25 s.d 50 kg per
ton/truk tiap harinya untuk penjual ikan drum tergantung dari jarak tempuh. Pada
yang menggunakan mobil pick-p kapasitas pengangkutan jarak jauh menggunakan es
angkutnya 500–700 kg/mobil. Pemanenan dan garam untuk mengurangi stress pada
dilakukan menggunakan jaring dengan ikan.
pelampung dan pemberat. Pengangkutan

Tabel 15. Kapasitas drum pada pengangkutan ikan patin siam ukuran konsumsi (dalam
keadaan hidup).

Jumlah ikan Waktu tempuh Keterangan

50 kg/drum 2 jam -

40 kg/drum 4 jam -

30 kg/drum 6 jam Menggunakan garam dan es

25 kg/drum 8 jam Menggunakan garam dan es

2.4. PASCA PANEN (LOKAL)


Ikan patin di Indonesia diolah menjadi dan Riau, asam padeh di Sumatera Barat,
berbagai masakan yang sangat terkenal di patin bakar bambu di Jawa Barat dan lain-
beberapa daerah seperti : tempoyak patin lain. Selain diolah menjadi masakan
di Jambi, pempek patin di Palembang, daerah, patin juga bisa diolah menjadi
berbagai macam pindang di Palembang abon patin dan kerupuk patin.

PATIN
53
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 53. Abon patin produksi pengusaha di Provinsi Jambi.

Selain pembuatan abon patin dan kerupuk patin di Jambi, di Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau telah berdiri usaha pengolahan ikan patin menjadi salai.

Gambar 54. Kegiatan usaha pengolahan ikan patin menjadi salai, snack, sereal dan pempek

2.5. SEKILAS PEMBENIHAN IKAN PATIN JAMBAL DAN


HIBRID/PASUPATI
Pemijahan ikan patin yang diterangkan patin jambal dan hibrid yang telah berhasil
diatas merupakan sistem pemijahan yang dilakukan di Indonesia memiliki beberapa
biasa diterapkan pada ikan patin siam (P. hal yang berbeda.
Hypophthalmus). Untuk pemijahan ikan

PATIN
54
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Proses pembenihannya adalah sebagai ➢ Alat suntik (spuit dari gelas atau
berikut : plastik volume 2 cc dan 10 cc)
➢ Blower dan instalasinya
1. Bahan dan Alat
➢ Alat ukur kualitas air: Termometer,
Untuk melakukan pembenihan ikan pH meter, dan DO meter.
patin jambal diperlukan beberapa bahan
2. Prosedur Kerja.
dan peralatan diantaranya :
Bahan-bahan : Kegiatan penerapan teknologi
➢ Induk ikan patin jambal betina pembenihan ikan patin yang sudah
matang gonad (siap pijah) dilaksanakan Jambi meliputi :
➢ Induk ikan patin jambal jantan pemeliharaan induk, seleksi induk
matang gonad matang gonad, kawin suntik, penetasan
➢ Homon perangsang ovulasi telur telur, pemeliharaan larva, serta
(Ovaprim) pendederan benih di kolam.
➢ Sodium chlorida 0,9 % a. Pemeliharaan Induk
➢ Larutan penjernih telur (larutan sera)
➢ Garam Induk dipilih dari ikan patin yang
➢ Pakan buatan dengan kandungan sehat dan tidak cacat, dengan ukuran
protein 28% dan 35 % berat minimal 3 kg (umur lebih dari 2
➢ Pakan untuk larva dan benih tahun) untuk jantan dan 5 kg (umur
(Artemia sp, Tubifex hidup dan lebih dari 3 tahun) untuk betina.
Moina sp) Sebelum dipijahkan induk Jantan dan
➢ Bahan-bahan untuk persiapan betina dipelihara dalam kolam dengan
kolam seperti pupuk kandang, kapur kepadatan 0,4 ekor/m3 (maksimal 4 kg/
(CaO). m3) sedangkan untuk pemeliharaan
Alat-alat yang digunakan adalah : dalam jaring apung air tergenang dapat
➢ Kolam pemeliharaan induk ukuran digunakan kepadatan 0,8 ekor/m3
30 x 20 x 1,5 m3 (maksimal 8 kg/ m3) dan untuk
➢ Hapa untuk inkubasi induk ukuran 2 pemeliharaan di karamba air mengalir 1
x 1 x 1,2 m3 ekor/m3 (maksimal 8 kg/ m3).
➢ Hapa untuk penampungan benih
Hasil penelitian di Balai Perikanan
ukuran 3 x 2 x 1,2 m3
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai
➢ Akuarium untuk penetasan
Gelam – Jambi menunjukan bahwa
telur/pemeliharaan larva 60 x 50 x
pematangan gonad induk ikan patin
40) cm3 fibreglass volume 500 -
jambal dalam air mengalir (Sungai
1000 liter
Batanghari) lebih bagus dibandingkan
➢ Corong penetasan telur.
dengan pematangan gonad induk ikan
➢ Kolam untuk pendederan benih 500
patin jambal yang dipelihara di kolam
m2
BPBAT Sungai Gelam - Jambi.
➢ Alat-alat perikanan di lapangan :
gayung, ember, waskom, saringan, Untuk mempercepat kematangan
selang, serok, jaring, dan waring gonad, induk diberi pakan pellet dengan
kadar protein antara 28 - 35 %

PATIN
55
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
sebanyak 2 – 0,8 % berat Induk jantan : bagian perut terlihat
biomassa/hari. Frekuensi pemberian biasa,. Bila dipijit bagian perut ke arah
pakan dilakukan 2 kali per hari pada lubang genital akan mengeluarkan cairan
pagi dan sore hari. sperma berwarna putih susu dan kental.
b. Seleksi Induk Matang Gonad Kematangan gonad ikan patin
jambal masih sangat tergantung oleh
Pengecekan tingkat kematangan
musim, yaitu ikan akan banyak yang
gonad induk dilakukan 2 - 3 minggu sekali
matang pada musim hujan, dan
Induk yang tertangkap ditampung
berkurang pada musim kemarau. Tetapi
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat
secara umum, kita bisa mendapatkan
kematangan gonadnya. Kriteria induk
induk ikan patin jambal yang matang
matang gonad adalah sebagai berikut :
pada bulan Januari, Februari, Maret,
Induk betina : Contoh telur diambil Juni, September, Oktober, November
dengan menggunakan kateter, kemudian dan Desember. Dengan prosentase yang
diamati tingkat kematangannya secara berbeda.
mikroskopisl. Induk yang siap untuk
c. Pemijahan Buatan
dipijahkan ditandai dengan : telur
berwarna kompak pejal tidak Pemijahan dilakukan secara buatan
encer/transparan, setelah diberi larutan yaitu dengan penyuntikan hormon. Jenis
sera inti dapat terlihat jelas, ukuran hormon yang biasa digunakan adalah :
telurnya seragam dengan diameter diatas
1,6 mm.
Tabel 16. Jenis hormon dan dosis yang diberikan untuk penyuntikkan ikan patin jambal
No. Jenis Total Dosis Penyuntikan Interval Waktu
Hormon Waktu Ovulasi
Penyuntikan
I II

1. Ovaprim 0,9 cc/kg 1/3 2/3 8 jam 6-9 jam

24 jam
2. Gabungan 500 IU/kg 500 0,6 6-9 jam
dan 0,6 cc/kg IU/kg cc/kg
(HCG +
Ovaprim)

Waktu ovulasi terjadi antara 7 – 9 jam secara tepat untuk mendeteksi ovulasi
setelah penyuntikan ke II (kisaran suhu 28 adalah dengan melihat suhu tempat
– 31 0C) dengan ditandai keluarnya telur penampungan induk. Tetapannya yaitu
bila dilakukan pengurutan pada bagian 430 degree hour untuk ikan patin lokal. Jika
perut. Waktu yang diperlukan untuk ovulasi tetapan ini dibagi dengan suhu wadah

PATIN
56
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
penampungan, maka akan ditemukan d. Penetasan Telur
waktu (jam) yang diperlukan untuk ovulasi
Telur yang sudah dibuahi dapat
setelah penyuntikan pertama.
ditetaskan dalam akuarium, fiberglass, atau
Telur yang dikeluarkan ketika ovulasi corong penetasan (Corong McDonald).
memiliki jumlah rata-rata 320 butir per-gram Sebelum wadah digunakan, dilakukan
(300 mg per – butir). Tetapan ini digunakan pencucian sarnpai bersih kemudian
untuk telur yang memiliki diameter telur dikeringkan, selanjutnya diisi air. Sebelum
rata-rata 1,7 mm. Induk betina ikan patin penebaran telur, dilakukan pengukuran
jambal rata-rata menghasilkan 8500 suhu pada media penetasan. Bila suhu air
telur/kg induk (meskipun pada suatu kasus terlalu rendah, maka perlu dipasang
pernah didapatkan lebih dari 20000 telur/kg pemanas air (Water heatertermostat).
induk). Padat penebaran telur dalam akuarium
adalah sebanyak 1 cc telur ditebar pada
Telur dan sperma dikeluarkan dengan
luasan aquarium 120 cm2 atau 400 s.d. 500
cara pengurutan perut kemudian ditampung
cc/corong jika menggunakan corong
di dalam mangkuk. Rata-rata diameter dan
penetasan.
berat telur ikan patin jambal yang bagus
ketika dikeluarkan waktu striping adalah Untuk telur yang ditetaskan dalam
kurang lebih 1,85 mm (diameter) dan 3,3 corong penetasan, dilakukan pencampuran
mg (berat telur per butir). Pembuahan telur dengan menggunakan tanah merah
buatan dilakukan dengan cara (liat) atau bahan lain yang mengandung
mencampurkan telur dengan sperma yang Thanin untuk menghilangkan daya rekat
telah larutkan dengan larutan sodium telur sehingga tidak menempel pada
chlorida 0.9 % (untuk menghindari dinding corong penetasan dan dapat
tercampurnya sperma dengan air dilakukan pengadukan dengan sempurna.
kencing/urine) kemudian diaduk dengan Untuk penetasan di akuarium tidak perlu
bulu ayam selama ± 2 -3 menit secara dilakukan pencampuran dengan tanah liat.
perlahan-lahan sampai tercampur merata. Penetasan telur berlangsung selama 29
Telur yang telah dibuahi ditetaskan dalam s.d. 40 jam setelah ovulasi pada kisaran
akuarium pada kisaran suhu 27 - 31 °C. suhu 26 s.d. 30°C. Tingkat keberhasilan
Dengan metode ini pembuahan bisa penetasan dengan cara ini adalah 15 – 60
mencapai tingkat keberhasilan sebanyak % dari telur yang dibuahi.
87 % dari telur yang dikeluarkan.
Untuk pemanenan larva pada
Teknologi terakhir di BPBAT Sungai penetasan dengan menggunakan
Gelam-Jambi penyuntikkan sekarang bisa akuarium, dilakukan dengan melakukan
dilakukan hanya sekali menggunakan penyiponan terhadap larva yang sudah
ovaprim pada patin siam. Sistem ini menetas. Pemanenan tersebut perlu
dilakukan dengan semakin maju dan ketelitian supaya larva tidak stress dan mati
presisinya metode seleksi induk matang karena telur pada akuarium masih
dan pemeliharaan induk. tercampur dengan cangkang. Pada system
penetasan dengan corong penetasan lebih
mudah dilakukan, yaitu dengan menyerok
(dengan serok halus) larva yang sudah

PATIN
57
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
ditampung pada hapa penampungan Panjang larva ikan patin jambal saat
(sudah terpisah dari cangkang telur). menetas adalah berkisar 4,7 mm dengan
berat 4,5 mg. Lamanya kantung telur ikan
e. Perkembangan dan Pemeliharaan
patin jambal terserap (pada suhu 28 s.d 29
Larva OC) adalah selama 55 s.d 60 jam setelah

menetas.
.Tabel 17. Perbedaan karakteristik larva ikan patin jambal dengan ikan patin siam.
No Karakteristik Patin Siam Patin Jambal
1 Diameter telur sebelum pembuahan (mm) 1,2 1,9
2 Berat telur (mg) 0,6 3,3
Interval waktu dari penyutikan kedua sampai telur
3 20 – 28 29 – 40
menetas pada suhu 27 – 30OC(jam)
4 Panjang total larva ketika menetas 2,5 4,7
Waktu yang dibutuhkan sampai kuning telur habis
5 1,5 2,5
(hari)
Panjang total larva ketika pertama kali makan
6 5,6 8,6
(mm)
Berat badan larva ketika pertama kali makan
7 1,5 4,5
(mm)
8 Tingkah laku makan larva Kanibal Tidak kanibal
Kelangsungan hidup larva sampai umur 8 – 11
9 40 – 70 80 – 90
hari

Perkembangan morfologi larva terjadi dengan cara disifon (disedot dengan


dari 10 jam sampai dengan 11 hari (ketika selang plastik) atau diserok dengan
larva memiliki bentuk tubuh yang menggunakan serok halus dan ditampung
sempurna atau strukturnya hampir sama dalarn ember/waskom, kemudian ditebar
dengan ikan patin jambal dewasa). Larva dalam akuarium/fiberglass dengan
ikan pain jambal memiliki pigmen warna kepadatan 25 ekor/liter. Untuk
hitam/gelap pada tubuhnya pada waktu- pemanenan pada corong penetasan lebih
waktu awal, yang akan semakin memudar mudah dilakukan, karena antara telur yang
menjadi lebih terang ketika semakin menetas dan tidak menetas terpisah,
dewasa. Hal tersebut berbeda dengan ikan sehingga tidak susah untuk memisahkan
patin siam yang berwarna terang pada keduanya seperti kasus penetasan pada
awal pemeliharaan dan gelap pada akhir akuarium atau wadah lain.
pemeliharaan. Setelah telur menetas
Pada masa pemeliharaan larva,
seluruhnya, larva dipindahkan ke
pakan yang diberikan adalah nauplii
akuarium/fiberglass lain yang telah
Artemia sp dan cacing rambut (Tubifex sp)
disiapkan. Pemindahan larva dilakukan
yang hidup. Naupli Artemia sp diberikan
pada pagi atau sore hari, yaitu ketika larva
pada larva umur 2 - 8 hari, sedangkan
sudah berumur 6 – 8 jam setelah menetas,
cacing rarnbut diberikan setelah larva
PATIN
58
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
berumur 7 hari. Frekuensi pemberian yang digunakan adalah pupuk kandang
pakan dilakukan 5 kali per hari yaitu pada (kotoran ayam) dengan dosis 500 - 1000
pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, dan gr/m2, sedangkan pengapuran dilakukan
23.00 WIB secara ad libitum. Selain dengan menggunakan kapur hidup (CaO)
dengan artemia dan cacicig tubifek, larva dengan dosis 60 gr/m2. Pengeringan
ikan patin jambal juga bisa diberi makan kolam dilakukan selama 3 hari, kemudian
dengan moina dan pakan buatan dilakukan pengisian air secara bertahap
(komersial untuk larva/benih). sampai ketinggian 90 cm. Sebelum benih
Berdasarkan penelitian, kelangsungan ditebar, dilakukan pemantauan kualitas air
hidup larva yang diberi makan dengan yang meliputi parameter O2 terlarut, pH,
artemia (91%), tubifek (85,9 %), moina kecerahan, dan suhu air sebagai
(79,4 %) dan pakan buatan 81, 9 %. Untuk persiapan akhir. Penebaran benih
pemeliharaan selama 15 hari. Kualitas air dilakukan pada hari ke–5 dari awal
harus tetap baik sehingga perlu dilakukan persiapan kolam. Penebaran ini dilakukan
penyifonan kotoran yang mengendap di pada pagi hari atau sore hari, dengan
dasar akuarium dan penggantian air maksud untuk menghindari teriknya
sebanyak 30 - 50% setiap 2 hari. matahari yang bisa membuat ikan menjadi
Penyifonan dilakukan setiap hari pada pagi stress. Benih yang ditebar berukuran 1 -
hari sebelum pemberian pakan. 1,5 cm dengan padat penebaran 50
Pemeliharaan larva dalam akuarium ekor/m2.
dilakukan selama 12 - 15 hari. Untuk larva
Pemeliharaan berlangsung selama 3
berumur 15 hari, bisa mencapai berat 261
- 4 minggu setelah penebaran. Pakan yang
– 393 mg. Pemanenan dilakukan pada
diberikan selama pemeliharaan adalah
pagi atau sore hari dan kemudian ditebar
pellet yang dihancurkan dengan
di kolam pendederan.
kandungan protein 28 % sebanyak 20 -
f. Pendederan Benih di Kolam 100 %/berat biomassa/hari. Frekuensi
pemberian pakan dilakukan 2 - 3 kali/hari,
Sebelum dilakukan penebaran benih,
yaitu pada pagi, siang dan sore hari.
terlebih dahulu kolam dipersiapkan.
Selama pemeliharaan dilakukan
Persiapan kolam meliputi pengeringan
pengukuran contoh ikan dan kualitas air
kolam, perbaikan pematang, pengolahan
yang dilakukan seminggu sekali.
tanah dasar kolam dan pembuatan caren
Pertumbuhan benih per – hari bisa
(kemalir/saluran tengah kolam). Dalam
mencapai 1,7 gr selama 1 bulan
kegiatan persiapan kolam juga dilakukan
pemeliharaan. Pengelolaan air kolam
pemupukan, pengapuran dan pengisian
pemeliharaan dilakukan bila mana kondisi
air.
air kolam menurun, yaitu dengan cara
Pengolahan dasar kolam dilakukan pergantian air sebanyak 20 - 30°.
dengan cara pembalikan tanah dasar Sedangkan pengukuran contoh ikan
kolam, diratakan dan pembuatan dilakukan dengan maksud untuk
caren/kemalir dengan kemiringan 0.5 - 1 % pendugaan jumlah pakan yang diberikan,
ke arah pintu pengeluaran. Setelah pengontrolan kondisi ikan serta penentuan
pengolahan dasar kolam selesai waktu panen.
selanjutnya dilakukan pemupukan. Pupuk

PATIN
59
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
2.2.7. Pemanenan Benih semaksimal mungkin, sedangkan sisanya
ditangkap dengan menggunakan
Pemanenan dilakukan setelah ikan
seser/serok halus ketika air kolam
dipelihara selama 3 -4 minggu di kolam.
dikeringkan. Benih yang tertangkap
Wadah dan alat yang digunakan meliputi
ditampung dalam hapa dan diberok
hapa halus untuk penampungan ikan,
selama 1 (satu) hari sebelum dilakukan
waring halus untuk pengambilan ikan, dan
seleksi. Benih hasil seleksi (sesuai
saringan-saringan aluminium untuk seleksi
ukurannya) ditampung dalam wadah
ikan serta pompa air dengan diameter 2
(fibreglass atau waskom) dan diberi
dan 3 inci. Pemanenan ini merupakan
perlakuan khusus sehingga benih yang
penanganan akhir dari proses
akan didistribusikan bebas dari parasit
pendederan, maka harus dilakukan
sebelum dilakukan pendistribusiannya.
dengan hati-hati. Keberhasilan yang sudah
Benih direndam dalam larutan PK (kalium
didapat bisa hilang percuma, karena
permanganat) dengan konsentrasi 50 ppm
kesalahan dalam penanganan sewaktu
selama 2 – 3 menit agar bebas dari parasit.
pemanenan dan setelah pemanenan.
Kemudian benih bisa untuk didistribusikan
Kegiatan yang harus diperhatikan
g. Transportasi Benih
sebelum pemanenan dilakukan adalah
persiapan alat-alat panen, kesiapan Transportasi benih dilakukan dengan
tenaga kerja dan persiapan tempat dan cara dikemas dengan menggunakan
wadah penampungan ikan. kantong plastik berukuran 60 x 90 cm.
Kepadatan benih perkantong tergantung
Pemanenan benih sebaiknya
kepada ukuran benih dan lamanya
dilakukan pagi hari antara jam 07.00 -
perjalanan (Jarak tempuh), sebagai
09.00 WIB supaya ikan tidak stress
patokan dapat menggunakan tabel berikut
(karena kondisi yang panas). Pemanenan
ini :
dilakukan dengan cara dijaring
Tabel 18. Pengangkutan benih ikan patin berdasarkan ukuran dan jarak tempuh
Jarak tempuh (jam)
No. Ukuran benih (cm)
< 4 jam 4 – 12 jam

1. 3,0 – 4,5 1000 400 – 600 ekor

2. 4,6 – 6,0 500 ekor 200 – 300 ekor

3. >6,0 500 ekor 150 ekor

Prosedur diatas merupakan sekilas tentang sistem pembenihan ikan patin jambal. Untuk ikan
patin hibrid, prosedur yang dilakukan adalah :
- Untuk perlakuan terhadap ikan betina sama dengan sistem pembenihan ikan patin siam.
- Untuk perlakuan terhadap induk ikan jantan, sama dengan ikan patin jambal

PATIN
60
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BUDIDAYA
PATIN
TERINTEGRASI
DENGAN
PENGOLAHAN DI
INDONESIA
Oleh :
Boyun Handoyo, Wisnu Adhitomo, Syofan

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BAB III
BUDIDAYA PATIN TERINTEGRASI DENGAN PENGOLAHAN DI
INDONESIA
3.1. PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI PATIN
Sejak dicanangkan gerakan c) Keseragaman ukuran dan kualitas
industrialisasi ikan pati di Indonesia, baik bahan baku
dari pemerintah maupun sektor swasta d) Adopsi penggunaan kolam dalam
mulai menggeliat untuk bersama-sama yang kurang aplikatif diterapkan di
bahu membahu mengembangkan patin Indonesia
dari sektor hulu ke hilir. Pada tahun 2008 – e) Kenaikan harga pakan dan over
2012 dari pembangunan miniprosessing produksi
plant, sampai pabrik pengolahan patin. f) Tidak sepakat mengenai penentuan
Kegiatan yang dimulai dari Jambi, Riau, harga antara unit pengolahan dan
Surabaya, karawang, Medan, dan lainnya. pembudidaya
Beberapa perusahaan pengolahan terlibat g) Rantai pemasaran yang panjang
seperti PT. Indomaguro, PT. Adib Global h) Belum efisiennya sistem pengolahan
Food, PT. Charoen Pokphand, PT. dengan pemanfaatan “by product-
NASUBA, PT. KMM dan beberapa yang nya” sehingga masih kalah bersaing
lain. Beberapa permasalahan juga dengan harga fillet patin impor
dihadapi sepanjang perjalanan membuat i) Beberapa permasalahan lainnya
sistem industrialisasi patin dari hulu
Beberapa permasalahan tersebut
sampai kehilir. Permasalahan yang telah
menyebabkan naik turunnya gairah untuk
dihadapi diantaranya :
mengusahakan ikan patin di Indonesia.
a) Penyediaan induk berkualitas Banyak pengusaha dan pembudidaya
b) Penyediaan benih yang memiliki yang gulung tikar, namun masih ada juga
kualitas dan ukuran seragam dalam yang bertahan.
jumlah besar
3.2. PERCONTOHAN PEMBESARAN PATIN KOLAM DALAM
Pada tahun 2010-2015 BLUPPB sebanyak 100.000 ekor dengan padat
Karawang melakukan uji coba tebar 33 ekor/m2 setiap tambak/kolam.
percontohan pembesaran ikan patin di
Wadah percobaan yang digunakan
kolam dalam BLUPPB Karawang (ex-
adalah tambak perairan payau dengan
tambak pembesaran ikan windu). Dalam
ukuran 3.000 m2 sebanyak dua unit
kegiatan ini benih yang digunakan adalah
tambak/kolam. Pakan uji yang digunakan
benih ikan patin siam ukuran tiga inci
dalam kegiatan ini adalah pakan komersial
dengan berat rata – rata enam gram
dengan ukuran 3 mm, 4 mm dan 5 mm.

PATIN
62
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Kolam pembesaran patin siam berbentuk Kolam pembesaran ikan patin juga
persegi panjang dengan panjang 90 x 34 memiliki saluran pemasukan atau inlet
m dengan luas 3.000 m2, kedalaman menggunakan pipa paralon berukuran 6
kolam 4 – 4,5 m, dengan tinggi air 3,5 - 4 inci dan saluran pembuangan atau outlet
m dan kemiringan pematang kolam 45 menggunakan pipa paralon berukuran 8
derajat. inci. Pengeringan lahan dilakukan selama
2 – 3 minggu. Pengolahan tanah dasar ini
Kolam pembesaran ikan patin
dilakukan setelah proses pengeringan
memiliki beberapa bagian antara lain
lahan menggunakan bantuan alat berat
pematang/tanggul utama, saluran
(excavator) dengan cara mengangkat
pemasukan dan pengeluaran. Pematang
tanah dasar (tanah lumpur hitam) sedalam
utama dibangun dengan lebar permukaan
± 50 – 80 cm atau sampai menyentuh
pematang 4 m, panjang dasar pematang
tanah dasar kolam yang berwarna merah.
12 m dan ketinggian pematang 4 m. Pada
Pengapuran dilakukan dengan cara
konstruksi kolam dibuat juga pelataran
ditebar menggunakan gayung pada ember
kolam berupa tanah dasar yang dibuat
plastik. Jenis kapur yang digunakan yaitu
miring menuju saluran pembuangan air
CaCO3 dengan dosis 150 gram/m2.
dengan kemiringan tanah 1–3 derajat ke
Sedangkan pengapuran susulan dilakukan
arah pembuangan artinya bahwa setiap
jika diperlukan pada saat proses budidaya
100 cm mengalami perubahan ketinggian
dengan dosis 50 gram/m2.
3 cm.

Gambar 55. Kegiatan persiapan kolam dalam untuk pembesaran patin di BLUPPB Karawang

Pengisian air dilakukan pada pagi hari pembesaran dengan penambahan


dimulai dengan pemompaan air probiotik. Selanjutnya dilakukan pengisian
menggunakan pompa submersible ukuran air tahap kedua setinggi 2 m dan kolam
8 inci dari kolam tandon air tawar menuju pembesaran siap dilakukan penebaran
ke setiap kolam pembesaran. Pengisian air benih.
dilakukan secara bertahap, pada
Sumber benih yang di gunakan untuk
pengisian awal setinggi 50 - 100 cm dan
pembesaran patin adalah benih hasil
didiamkan selama 3 – 4 hari bertujuan
kegiatan pembenihan patin siam di
untuk menumbuhkan plankton pada kolam
BLUPPB tahun 2015. Benih yang

PATIN
63
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
digunakan adalah benih grade pertama Cara penebaran benih adalah dengan
dan kedua. Ukuran benih yang ditebar menurunkan drum berisi benih patin siam
adalah 3 – 4 inci sebanyak 200.000 ekor dari mobil ke kolam pembesaran,
untuk dua kolam pembesaran. Syarat selanjutnya dilakukan aklimatisasi dengan
benih yang digunakan adalah tidak cacat, cara memasukkan air kolam ke dalam
organ lengkap morfologi, bergerak aktif drum plastik dan membiarkan benih ikan
dan lincah dengan standart benih tepat patin siam keluar dengan sendirinya ke
waktu, jumlah dan ukuran. kolam pembesaran. Proses penebaran ini
dilakukan secara bertahap selama 3 hari
Penebaran dilakukan pada waktu
dikarenakan untuk menjaga kualitas benih
pagi hari untuk menjaga benih tidak stres
agar tidak stres.
yang disebabkan fluktuasi suhu
lingkungan. Benih dihitung sebanyak Padat tebar yang digunakan pada
100.000 ekor/kolam dengan cara sistem pembesaran patin siam adalah 100.000
sampling berat biomassa. Selanjutnya ekor/kolam dibagi luas kolam pembesaran
benih dimasukkan dalam drum plastik dan 3.000 m2 yaitu 33 ekor/m2. Hal ini
diangkut menggunakan mobil pick up dilakukan karena pertimbangan target
menuju kolam pembesaran. panen yang ingin di capai sebesar 50
ton/kolam.

Gambar 56. Proses penimbangan dan penebaran benih ikan patin untuk pembesaran di kolam dalam

Pada pemeliharaan patin siam pakan Frekuensi pemberian pakan


buatan yang digunakan adalah jenis pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari pukul
tenggelam maupun terapung. Pakan yang 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB.
pernah digunakan mulai dari protein 26- Pemberian pakan dilakukan dengan
30%. Pakan diberikan sebanyak 4% berat beberapa cara yaitu secara manual
biomass/hari pada bulan pertama, 3% menggunakan rakit atau sampan kayu,
berat biomass/hari pada bulan kedua, 2% menggunakan pemberi pakan otomatis
berat biomass/hari pada bulan ketiga dan
(automatic feeder) dan secara manual dari
1% berat biomass/hari sampai panen.
sisi kolam. Monitoring pakan dilakukan 2
Pemberian pakan dilakukan dengan
minggu sekali dengan mempertimbangkan
frekuensi dua kali sehari pada pukul 08.00
dan 15.00 WIB. hasil sampling biomas ikan. Monitoring

PATIN
64
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
pakan berguna untuk mengetahui
pertambahan jumlah pakan yang
diberikan.

Gambar 57. Pemberian Pakan ikan patin menggunakan Rakit di BLUPPB Karawang, Jawa Barat

Gambar 58. Pemberian Pakan ikan patin menggunakan automatic feeder di BLUPPB Karawang, Jawa
Barat

Pergantian air dilakukan pada waktu dilakukan selama tujuh bulan


pagi hari. Air pada kolam pemeliharaan pemeliharaan atau hingga ikan telah
dibuang melalui pipa paralon outlet dengan masuk ukuran fillet dan konsumsi 600 –
cara mencabut bagian atas pipa 800gram. Sampling dilakukan untuk
sambungan outlet setinggi 1 m dengan air mengetahui bobot tubuh ikan. Sampling
yang dibuang sebanyak 25%. Kegiatan ini pertama dilakukan pada awal percobaan
PATIN
65
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
dan selanjutnya setiap 20 hari sampai ikan
mencapai ukuran fillet dan konsumsi 600–
800 gram.

Gambar 59. Kegiatan panen ikan patin di kolam dalam BLUPPB Karawang, Jawa Barat.

Kegiatan pembesaran patin siam didapatkan pertumbuhan patin siam yang ideal pada
kepadatan 10-15 ekor/ m2. Pada kepadatan 30-35 ekor per m2 yang dilakukan di BLUPPB
Karawang didapatkan pertumbuhan bobot sebagai berikut :

800
Data Pertambahan Berat Ikan (gr)
600

400 Air Payau


Air Tawar
200

0
1 2 3 4 5 6 7 8

PATIN
66
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Diagram 1. Pertumbuhan bobot (atas) dan panjang (bawah) ikan patin siam selama
pemeliharaan di kolam dalam BLUPPB Karawang tahun 2014

Dari diagram diatas menunjukkan menggunakan kolam yang lebih luas


bahwa pertumbuhan panjang ikan patin di memang menghemat lahan yang terpakai
kolam dalam pada perairan buat pematang, namun ada kelemahan,
bersalinitas/payau (1-6 ppt) menunjukkan yaitu biaya pemanenan yang besar, dan
tidak berbeda nyata dengan budidaya keseragaman ikan lebih rendah. Selain itu
patin di air tawar pada pemeliharaan 6 sering terjadi susut bobot ikan karena
bulan. Dengan menggunakan kolam waktu panen yang lama. Untuk mengatur
dalam, memang produktifitas bisa pola tanam dan pemasaran ikan patin di
meningkat 2-3 kalilipat, namun Indonesia, sebaiknya menggunakan kolam
pertumbuhan tetap lebih lambat. Dengan dengan luasan 500-1500 m2.

Tabel 19. Contoh resume hasil analisis perhitungan usaha pembesaran patin di BLUPPB
Karawang tahun 2014.

N
Komponen Satuan Hasil
o
1 Luas Lahan Ha 0,3
2 Padat Tebar Ekor/m2 33
3 Jumlah Tebar Ekor 100.000
4 Lama Pemeliharaan Bulan 6
5 Kelangsungan Hidup (SR) % 87,20%
6 Populasi Ekor 87.200
7 Berat rata - rata per ekor Gram/ekor 500-800
8 Biomassa / Produksi Kg 53.461
9 FCR Akhir 1,44

PATIN
67
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
10 Total Pakan Kg 76.984
11 Biaya Produksi per Kg Ikan Rp/Kg 12.863
12 Penyusutan Investasi per siklus Rp -
13 Biaya Total Produksi Rp 687.673.600
14 Penjualan Ikan Patin Rp 748.454.000
15 Harga Pakan Rp 7.900
Keuntungan Rp 60.780.400

3.3. PERCONTOHAN PENGOLAHAN PATIN DI PT. ADIB GLOBAL FOOD KERJASAMA


DENGAN BLUPPB KARAWANG
BLUPPB Karawang juga membuat mendapatkan formula untuk mendapatkan
percontohan pengolahan ikan patin, daging putih, sehingga bisa bersaing
dengan bekerjasama dengan PT ADIB dengan produk impor.
GLOBAL FOOD di Karawang, sehingga Sebelum dikirimkan dan dibawa
kegiatan ikan patin bisa dilakukan (transportasi) ke lokasi UPI (Unit
terintegrasi dari hulu ke hilir. Teknologi Pengolahan Ikan) ikan patin terlebih
pengolahan juga berkembang dari waktu dahulu dilakukan blooding dengan terlebih
ke waktu, mulai prosessing dengan cara dahulu dilakukan penyortiran berdasarkan
manual dengan menggunakan alat ukuran dan penimbangan, supaya
sederhana, sampai sekarang pembudidaya tidak dirugikan (Gambar 59).
menggunakan mesin skinless, IQF, dan

Gambar 60. Proses persiapan ikan patin sebelum dilakukan pemfiletan di UPI BLUPPB Karawang
Tahap blooding merupahan satu proses filleting. Proses filleting dilanjutkan
langkah penting hingga ikan bisa disimpan dengan membuka kulit dengan
dalam coldstorage/freezer/lapisan es menggunakan mesin skinless, dan
sebelum ikan diolah, sehingga ikan dapat membersihkan fillet dari daging-daging
diangkut dalam kondisi mati. Setelah tahap yang tidak diinginkan. Setelah itu ikan
ini ikan bisa langsung dilakukan tahap dilakukan perendaman dalam larutan

PATIN
68
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
vitamin dan beberapa ingredien lain dalam benar bersih dan berwarna putih. Setelah
mixer untuk membuat dagingnya benar- itu ikan siap dibekukan (Gambar 60).

Gambar 61. Proses filleting, sampai ikan siap dibekukan dalam freezer di BLUPPB Karawang

Proses pembekuan yang pertama sudah menggunakan mesin IQF


dilakukan dengan menggunakan mesin (Individual Quick Freezing) dengan sistem
ABF (Air Blast Freezer), namun pada pembekuan yang lebih cepat.
tahun 2014 PT. ADIP GLOBAL FOOD

Gambar 62. Penggunaan mesin IQF untuk pengolahan fillet ikan patin di PT ADIB GLOBAL FOOD
bekerjasama dengan BLUPPB Karawang.

Setelah dilakukan pembekuan juga dengan permintaan pelanggan. Ikan


dilakukan thowing, kemudian dilakukan didistribusikan ke mal-mal dan
pembekuan ulang sehingga bobot fillet supermarket di Indonesia, seperti ke
patin bisa naik 10-20%. Kemudian hasil Lottemart, Hypermart, Giants, Yogya dan
fillet patin ditimbang dan di paking sesuai lain-lain.

PATIN
69
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 63. Proses paking dan produk akhir fillet ikan patin di PT ADIB GLOBAL FOOD bekerjasama
dengan BLUPPB Karawang.

Pada tahun 2015 PT. Global Food sebanyak 40-45 Ton, dengan jumlah hari
yang bekerjasama dengan BLUPPB kerja selama 18-23 hari. Komposisi rerata
Karawang, setiap bulannya rata-rata hasil pengolahan ikan patin didapatkan
mampu memproduksi fillet patin (beku) data pada Tabel 4.
Tabel 20. Kisaran komposisi pada processing ikan patin di PT. ADIB GOBAL FOOD pada
tahun 2015 hasil kerjasama dengan BLUPPB Karawang.
No Keterangan Bobot (Kg) Komposisi %)
1 Jumlah bahan baku masuk 70.000-75.000 100%
2 Jumlah fillet (sebelum dibekukan) 24.000-28000 32-36%
3 Jumlah fillet beku 40.000-45.000 52-58%
4 Kepala 27.000-30.000 40-43%
5 T. daging 2.300-2.600 12-14%
6 Belly 2.000-2.300 2,9-3,1%
7 Kulit 2.200-2.400 3,1-3, 3%
8 T. Tulang 1.400-1.600 2,0-2,2%
9 Kerokan 1.000-1.200 1,3-1,5%

Dari hasil prosesing diatas, dapat disimpulkan bahwa jika prosesing patin
menginginkan keuntungan yang lebih, maka mereka harus mampu memanfaatkan by product-
nya dengan optimal, seperti di Vietnam.

PATIN
70
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
SEKILAS
BUDIDAYA PATIN
BERSKALSPOR (DI
VIETNAM)
Oleh :
Boyun Handoyo

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BAB IV
BUDIDAYA PATIN BERSKALA EKSPOR(DI VIETNAM)
4.1. KONDISI UMUM

Gambar 64. Aliran Sungai Mekong di Beberapa Negara di Asia Tenggara

Vietnam merupakan salah satu Puluhan tahun yang lalu kedua ikan ini
negara Asia Tenggara yang dilewati oleh merupakan makanan sehari-hari untuk
aliran Sungai Mekong. Dengan adanya masyarakat dengan penghasilan rendah
aliran S. Mekong inilah yang menyebabkan (miskin) di sekitar delta mekong. Ikan ini
budaya masyarakat Vietnam yang didapatkan di alam dalam jumlah yang
menyukai berbagai ikan-ikan sungai. melimpah dan dapat mencapai ukuran
Salah satu ikan yang digemari adalah ikan yang besar
Basa (P. bocourti) dan Pra (P.
hypophthalmus) yang di indonesia dikenal
dengan ikan patin.

PATIN
72
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 65. Sungai Mekong di Vietnam sebagai penghasil ikan patin terbesar di dunia

Ketika itu ikan ini dibudidayakan % Pra dan Basa di Vietnam berasal dari
untuk memenuhi kebutuhan makanan Provinsi An Giang dan Dong Thap,
petani sendiri atau dipasarkan di Provinsi yang berbatasan dengan Negara
masyarakat lokal Vietnam. Sekitar 70 – 80 Kamboja.

Gambar 66. Ikan patin berukuran besar hasil tangkapan alam di Sungai Mekong, Vietnam

PATIN
73
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Ikan Basa merupakan ikan patin yang Ikan Basa merupakan ikan patin yang
lebih mirip dengan patin jambal (P. lebih mirip dengan patin jambal (P.
djambal) di Indonesia. Ikan ini memiliki djambal) di Indonesia. Ikan ini memiliki
toleransi lebih rendah terhadap oksigen, toleransi lebih rendah terhadap oksigen,
sehingga lebih banyak dibudidayakan sehingga lebih banyak dibudidayakan
didalam karamba di sungai. Kelebihan ikan didalam karamba di sungai. Kelebihan ikan
ini adalah memiliki daging yang lebih putih ini adalah memiliki daging yang lebih putih
jika dibandingkan dengan Pra. jika dibandingkan dengan Pra.
Kekurangan dari ikan ini adalah memiliki Kekurangan dari ikan ini adalah memiliki
fekunditas/jumlah telur yang sedikit, fekunditas/jumlah telur yang sedikit,
sehingga sulit untuk dikembangkan secara sehingga sulit untuk dikembangkan secara
massal, seperti ikan patin jambal di massal, seperti ikan patin jambal di
Indonesia. Meskipun demikian ikan ini Indonesia. Meskipun demikian ikan ini
tetap menjadi primadona dan harganya tetap menjadi primadona dan harganya
relatif lebih mahal karena ketersediaanya relatif lebih mahal karena ketersediaanya
yang terbatas. yang terbatas.

Basa Tra

Gambar 67. Dua jenis ikan patin yang sudah dikembangkan di Sungai mekong, Vietnam.

Tra atau yang di Indonesia sering adalah ikan patin siam atau sering disebut
disebut sebagai ikan patin siam pra di negara ini). Ikan inilah yang
merupakan ikan yang menjadi mayoritas dikemudian hari menjadi primadona hasil
dibudidayakan di sekitar Sungai mekong perikanan di Negara Vietnam, bahkan
karena selain memiliki jumlah sering disebut sebagai ”Cinderella ”,
telur/fekunditas yang banyak, ikan ini juga karena ikan ini naik kelas dari makanan
merupakan ikan omnivora (pemakan kaum bawah di Vietnam, menjadi salah
segala) dan dapat bertahan di kondisi yang satu komoditas ekspor yang dapat
kritis (Oksigen yang rendah). Ikan ini mengangkat perekonomian Negara
mendominasi kegiatan budidaya patin di Vietnam.
Vietnam (> 95 % ikan patin yang diekspor
4.2. TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PATIN
Vietnam sudah mulai menagkap dibesarkan di karamba/kolam. Pada tahun
benih dari alam sejak tahun 1950 untuk 1970 pemijahan buatan sudah dicoba, dan
PATIN
74
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
1990 berhasil dilakukan untuk skala berkisar 32 – 35 %, pemberian pakan
massal. Kebanyakan pembenih ikan di sebanyak 1 – 1,5 % bobot tubuh. Derajat
Vietnam menggunakan induk yang berasal penetasan telur berkisar antata 80 – 85 %.
dari alam meskipun ada beberapa yang Kelangsungan hidup larva hingga menjadi
sudah memproduksi sendiri. Induk patin benih (fingerling) berkisar antara 18 – 25 %
dipelihara dalam kolam induk. Induk diberi pada pemeliharaan selama 45 hari.
makan pakan komersial dengan protein

A C

B D

Gambar 68. Kegiatan pemijahan (A,B) penetasan dalam corong (C) dan pemeliharaan larva di salah
satu hatchery di Vietnam (D).

Hatchery yang dikelola oleh kapasitas 52 milyar larva (meningkat dari


pemerintah masih labih baik dibandingkan 28 milyar pada tahun 2007 (Le Xuan Sinh
hatchery swasta. Kematangan gonad dari Can Tho University (CTU), Vietnam).
induk masih dipengaruhi musim. Menurut Le Xuan Sinh faktor yang
Pemijahan dilakukan dengan mempengaruhi produksi benih di Vietnam
perbandingan jantan dan betina 1 : 1 adalah frekuensi pemijahan, kapasitas
sampai dengan 1 : 9 (yang paling sering hatchery, dan harga bahan-bahan kimia
dipakai oleh masyarakat adalah 1 : 3 untuk operasional. Sekitar 21 % dari
(jantan : betina). Kematangkan gonad pembudidaya yang berusaha dalam
terjadi sebanyak 3 – 4 kali/betina/tahun. pembesaran ikan patin di Vietnam memiliki
fasilitas untuk memproduksi benih (kolam
Produksi benih di Vietnam dilakukan
pendederan).
dalam panti benih (hatchery) dan kolam.
Jumlah hatchery di Vietnam kurang lebih
ada 93 hatchery pada tahun 2008, dengan
PATIN
75
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Perkembangan terakhir menunjukkan Teknologi yang sedang
bahwa ikan bisa matang sepanjang tahun, dikembangkan sekarang adalah perbaikan
meskipun kuantitasnya berkurang pada genetik melalui program seleksi. Kegiatan
musim-musim tertentu. Jumlah hatchey seleksi ini sudah dilakukan sejak tahun
berkembang menjadi 145 hatchery dan 2001 – 2008. Pada generasi pertama
produsen benih. Gonad Somatik Indeks sudah mendapatkan perbaikan sebesar 10
(GSI) pemijahan ikan patin siam di – 13 % pada pertumbuhan dan proporsi
Vietnam adalah 10 % yang berarti jumlah daging untuk fillet (rendemen).
telur yang berhasil dikeluarkan oleh setiap
Segmentasi pembenihan ikan patin di
ikan betina adalah seberat 10 % dari bobot
Vietnam terbagi menjadi beberapa tahap
tubuhnya. Induk dari hasil pemeliharaan
yaitu mulai dari kegiatan di dalam hatchey
akan matang gonad setelah berumur 3
(1 hari), pemeliharaan post larva (30 hari)
tahun, dan induk tangkapan dari alam akan
sampai berat 1gram, pendederan 1 (60
matang gonad ketika dia sudah berumur 4
hari) sampai berat 40 gram, dan
tahun. Induk akan menghasilkan hasil
pendederan 2 selama 30 hari sampai
yang optimal pada pemakaian selama 3 –
berukuran 125 gram. Untuk lebih jelasnya
4 tahun.
dapat dilihat pada gambar berikut :

HARI KE-
0 1 30 90 150 360

Telur
Jam ke 18-24
28-34oC Larva
Jam ke 24-30 Post Larva
28-30oC Hari ke 1-30
Pendederan 1
Di Kolam Pendederan 2 Pembesaran
Hari ke 30-90
Hari ke 60-90 Hari ke 120-210
Bak/fiber Di Kolam
Di Kolam Di Kolam/Karamba

Hatchery
Nursery
1-90 hari

Berat
Berat 125 g – 1,2 kg
1 mg – 1 g
Berat
1 g – 40 g Berat
40 g – 125 g

Gambar 69. Siklus Produksi patin siam yang dilakukan di Vietnam.

PATIN
76
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
4.3. TEKNOLOGI PEMBESARAN PATIN

Teknologi pembesaran ikan patin dilakukan di Delta Mekong ada beberapa,


siam yang dilakukan oleh pembudidaya di yaitu Sistem kolam di daratan, kolam di
Vietnam ada beberapa sistem. Sistem pulau, Karamba di Sungai dan Karamba
yang sekarang sangat dikenal di Vietnam Jaring Tancap. Luas area kolam sampai
adalah semiintensif dan intensif. Sistem 5000 Hektar dan 20 % darinya adalah
semiintensif dan sudah dilakukan sejak Kolam di daratan (sampai tahun 2012 tidak
dulu biasanya dilakukan dalam karamba, ada peningkatan). Sedangkan untuk
menggunakan pakan dari sisa olahan (by jumlah karamba di sungai memilliki volume
product) ataupun pakan basah (hasil 1.143.000 m3 yang jumlahnya terus
campuran dari bahan baku lokal). Sistem menurun sejak tahun 2004 sampai 2012.
semi intensif juga menggunakan Jadi secara keseluruhan terjadi peralihan
kepadatan yang rendah, dan dari budidaya di karamba ke budidaya di
membutuhkan biaya investasi yang rendah kolam di samping sungai. Mayoritas kolam
juga. pembesaran berada di hilir Sungai
Mekong, yang memiliki perubahan level air
Pada teknologi yang intensif
yang tidak terlalu tinggi, sehingga mudah
dilakukan pemberian pakan buatan pabrik
dalam mengatur debit air di kolam. Padat
(biasanya kering dan terapung), padat
tebar masing-masing sistem berbeda
tebar tinggi, dan memerlukan investasi
(Lihat tabel 5.)
yang tinggi. Sistem pembesaran yang

Tabel 21. Padat tebar pemeliharaan ikan patin siam pada berbagai sistem pemeliharaan di
Vietnam

No Sistem Padat Tebar/m3

1 Kolam di Daratan < 20 ekor

2 Kolam di Pulau 20 – 40 ekor

3 Karamba Jaring Tancap 30 – 50 ekor

4 Karamba di Sungai 100 – 250 ekor

PATIN
77
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
A B

Gambar 70. Pembesaran ikan pada kolam di daratan (A) dan di Pulau (B)

A B

Gambar 71. Karamba di Sungai Mekong yang sedang dibuat (A) dan yang sudah beroperasi (B)

Kegiatan pembesaran bisa dilakuan 2 kali pemeliharaan, yaitu dilakukan


sepanjang tahun, biasanya pembesaran pendederan 2 terlebih dahulu, sampai
pada sistem kolam di daratan dilakukan benih berukuran 100–150 gram.
dengan menebar secara langsung benih Sedangkan pada kolam di pulau dan
hasil dari kolam pendederan 1, yang karamba tancap, sistem penebaran benih
biasanya berukuran 40 gram kedalam bisa dilakukan dengan lebih fleksibel.
kolam. Pada karamba di sungai dilakukan

PATIN
78
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Tabel 22. Perbedaan karakteristik wadah pada sistem pemeliharaan patin
Masa Kondisi Wadah Pemeliharaan
No Sistem
Panen Luasan Kedalaman Pergantian air

1 Kolam di Daratan 6 – 8 Bulan <5000 m² 1-2 Tidak Sering

2 Kolam di Pulau 5 - 6 Bulan >5000 m² 3-4 Sering

3 Karamba Jaring Tancap 5 - 6 Bulan >5000 m² 3-5 Sering

4 Karamba di Sungai 5 - 6 Bulan 50-200 mᵌ 3-5 Sering

Secara umum pembesaran ikan patin dibandingkan dengan di Indonesia. Untuk


yang dilakukan di Vietnam berskala besar mencapai ukuran 1 kg ditempuh dalam
dan sangat jauh jika dibandingkan dengan waktu 5 – 8 bulan. Hal tesebut diduga
wadah pembesaran yang ada di Indonesia. karena sistem segmentasi usaha yang
Selain ukuran kolam dan karamba yang baik, sehingga benih siap tebar memiliki
jauh lebih besar, wadah pemeliharaan juga ukuran yang lebih besar jika dibandingkan
lebih dalam jika dibandingkan di Indonesia. di Indonesia (berkisar antara 40 – 125
Masa pemeliharaan lebih cepat gram/ekor).
Tabel 23. Perbedaan hasil panen, kualitas daging, Benefit Cost Ratio, dan FCR Pakan pada
sistem pemeliharaan berbeda

Hasil FCR Pakan


Kualitas Benefit
panen
No Sistem Cost
warna daging Ratio
(Ton/Ha) Basah Pelet

1 Kolam di Daratan 50 - 80 Kuning pink 1,3 3,5 1,5-1,6

2 Kolam di Pulau 100 - 300 75-80 % putih 1,3 3,5 1,5-1,6

Karamba Jaring
3 1000 > 95 % putih 1,2 3,5 1,6-1,7
Tancap

4 Karamba di Sungai 100 - 300 > 95 % putih 1,2 3,5 1,6-1,7

PATIN
79
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 72. Pemberian pakan di kolam dengan ditebar menggunakan sampan supaya
ukuran ikan lebih rata/seragam.

Gambar 73. Pemberian pakan di karamba dengan menggiling pakan basah berbetuk pasta
secara langsung diatas tempat pemberian pakan

PATIN
80
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Dari hasil panen, pembesaran ikan menerus (debit air yang lebih tinggi)
patin di dalam kolam memiliki produktifitas dibandingkan dengan di kolam. Demikian
lebih rendah jika dibandingkan dikaramba juga pada kualitas warna daging, Benefit
per-satuan luas. Kondisi tersebut sama ratio dan FCR pakan dengan pelet buatan
dengan di Indonesia, dimana produktifitas pembesaran patin siam di Vietnam hampir
karamba lebih tinggi jika dibandingkan di sama dengan pemeliharaan yang
kolam, hal tersebut diduga karena dilakukan di Indonesia.
pergantian air dalam karamba yang terus

Gambar 74. Pemanenan ikan patin untuk dikirim ke pabrik pengolahan.

Kesuksesan budidaya patin di diikuti dengan jumlah tenaga kerja yang


Vietnam dimulai dari segmen pembesaran diserap oleh industri ini. Peningkatan
dengan menggunakan beberapa sistem produksi mencapai 57 kali dari tahun 1997
tersebut. Volume produksi terus meningkat sampai dengan tahun 2008. Peningkatan
dengan drastis sejak tahun 1997 sampai tersebut dapat dilihat pada Gambar
sekarang. Penigkatan jumlah produksi produksi ikan patin siam dari tahun
tentunya diikuti dengan meningkatnya luas ketahun berikut ini.
area pembesaran yang secara otomatis

PATIN
81
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Produksi Patin Vietnam

1400

1200

1000
x 1000 Ton

800

600

400

200

0
Th.1997 Th.1999 Th.2001 Th.2003 Th.2004 Th.2005 Th.2006 Th.2007 Th.2008

Gambar 75. Produksi ikan patin siam dari tahun 1997 sampai tahun 2008 di Vietnam (Sumber :
AQUA Culture AsiaPasific Magazine & Catfish 2007 Vietnam Seminar).

Peningkatan produksi tersebut juga diiuti dengan meningkatnya luas area yang
dialokasikan untuk industri ini, hal tersebut dapat dilihat dalam Gambar berikut :

Luas Area Budidaya Patin di Vietnam

10
9
8
7
x 1000 Ha

6
5
4
3
2
1
0
Th.1997 Th.1999 Th.2001 Th.2003 Th.2004 Th.2005 Th.2006

Gambar 76. Luas Area budidaya ikan patin siam dari tahun 1997 sampai tahun 2005 di Vietnam
(Sumber : AQUA Culture AsiaPasific Magazine & Catfish 2007 Vietnam
Seminar).

PATIN
82
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Produktivitas lahan tersebut dapat ton/tahun. Sehingga dapat disimpulkan
dilihat dari data PT Caseamex, Vietnam, produktivitas lahan dalam budidaya patin
yaitu dengan luas lahan 75 Hektar sendiri berkisar 400 ton/tahun per-hektar.
perkolaman, berproduksi 30.000

4.4. PRODUKSI PAKAN PATIN


Pada produksi pakan untuk patin, juta ton. Bahkan ketika salah satu
pembudidaya di vietnam sudah bisa produsen pakan terbesar dari Indonesia
memproduksi sendiri. Jenis pakan yang (Japfa Comfeed) berkunjung ke Vietnam
dibuat sangat beragam dan berbagai melihat hal tersebut, mereka berkata
ukuran sesuai dengan ukuran ikan. Seiring bahwa perusahaan mereka hanya mampu
dengan meningkatnya produksi ikan patin, melayani kebutuhan satu atau dua
maka usaha pembuatan pakan ikan patin perusahaan pembesaran ikan patin di
juga meningkat. Pada tahun 2008 bisa sana. Karena budidaya ikan patin biasanya
mencapai 1,3 juta ton ikan patin dilakukan secara terintegrasi, maka setiap
diproduksi. Apabila FCR pakan untuk pembudidaya biasanya memiliki pabrik
pellet komersial 1,6 maka pakan pelet pakan sendiri.
komersial yang dibutuhkan adalah 2,08

Gambar 77. Salah satu pabrik beserta gudang penyimpanan pakan ikan patin di Vietnam

Pembuatan pakan dilakukan secara Pada pakan basah biasanya


oleh pabrik yang besar untuk perusahaan menghasilkan pakan dengan FCR berkisar
patin siam yang besar di Vietnam. Pada 3,5 (yang berarti 3,5 kg pakan
perusahaan dengan skala kecil menghasilkan 1 kg daging ikan patin.
pembuatan pakan dilakukan secara
tradisional. Pakan yang dibuat biasanya
berbentuk pakan basah (seperti pasta) dan
pakan kering (pelet komersial).

PATIN
83
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 78. Pakan basah (berbentuk pasta) dan cara pemberiannya dengan digiling langsung
masuk kedalam wadah pemeliharaan (karamba).

Sedangkan pada penggunaan pelet Pakan untuk berbagai ukuran ikan


kering, FCR pakan berkisar antara 1,5 – patin juga sudah dikembangkan oleh
1,7 (yang berarti setiap penggunaan 1,5 – beberapa pabrik pakan yang berskala
1,7 kg pakan bisa menghasilkan daging besar di Vietnam. Demikian ini tabel
seberat 1 kg). Pelet kering biasanya dibuat komposisi pakan ikan berdasarkan ukuran
dan dijemur dekat dengan wadah ikan patin.
pemeliharaan ikan, sehingga menghemat
biaya transportasi.
Tabel 24. Komposisi pakan patin untuk berbagai ukuran mulai benih sampai pembesaran
(Marc Campet, 2007)

Kadar
Kadar
Jenis Ukura Protei Karbohidrat Kadar Air Kadar Abu Ukuran Paking
Lemak
Pakan n n (%) (%) (%) (Kg)
(%)
(%)

Tepung <0,5 40 4 5 11 10 10

Crumble/r
0,5-1 40 4 5 11 10 10
emah
Crumble/r
1-1,5 40 4 5 11 10 10
emah

Pelet 1,5 30 6 6 11 10 25

Pelet 2 26 6,5 5 11 10 25

Pelet 3 26 6,5 4 11 10 25

PATIN
84
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Pelet 5 26 6,5 4 11 10 25

Pelet 7 22 7 4 11 10 25

Pelet 10 22 7 4 11 10 25

Keteranga
mm Min Mak min mak mak Kg/kantong
n

Secara garis besar pemberian pakan biasanya dilakukan sampai kenyang (ad-
ikan patin oleh pembudidaya di Vietnam libitum) tidak/belum ada ketentuan yang
menggunakan pakan dengan kadar baku (Marc Campet, 2007). Bahan baku
protein berkisar antara 24 – 30 %, dengan pakan yang banyak digunakan di Vietnam
kadar lemak 3 – 6 %. Mulai beberapa adalah tepung ikan, bungkil kedele, dedak,
tahun terakhir pembudidaya mulai beralih singkong (casava), dan vitamin (PT.
ke pelet apung, karena disarankan oleh Ocialis). Secara garis besar tingkat
pemerintah karena memiliki beberapa pemberian pakan (Feeding rates) ikan
kelebihan, yaitu : lebih ramah lingkungan, patin siam dan tingkat pertumbuhan ikan
efisiensi lebih tinggi, serta ikan tidak patin siam (Growth rates) dengan
berbau tanah. Pemberian pakan biasa pemberian pakan tersebut dapat dilihat
dilakukan dengan frekuensi dua kali sehari pada tabel berikut (Marc Campet, 2007) :
(pagi dan sore). Pemberian pakan
Tabel 25. Feeding Rates (FR) dan Grow Rates (GR) ikan patin siam di Vietnam untuk berbagai
ukuran pada kisaran suhu 29 – 30OC.
Ukuran ikan (g) 50-100 100-250 250-500 500-750 750-1000

FR 3,95 2,97 2,21 1,58 1,52

GR 3,47 2,09 1,84 1,42 1,65

4.5. TEKNOLOGI PASCA PANEN


Ikan patin siam mulai terkenal di lebih menyukai ikan berdaging putih
dunia internasional dengan dagingnya dibandingkan dengan ikan berwarna
yang berwarna putih sehingga mampu merah, karena sebab itulah permintaan
menyaingi ikan salmon yang memiliki akan daging ikan patin sangat tinggi di
daging berwarna merah. Masyarakan di kedua negara ini.
Uni Eropa dan Amerika serikat cenderung

PATIN
85
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 79. Daging ikan salmon yang berwarna merah (kiri) dan daging ikan patin yang berwarna
putih (kanan) yang lebih disukai pasar.

Sejalan dengan meningkatnya dibutuhkan waktu hanya dalam 6 bulan


produksi ikan patin, maka meningkat juga sampai operasional untuk setiap
jumlah pabrik pengolahan di Vietnam. pabriknya. Pabrik-pabrik pengolahan inilah
Lebih dari 70 pabtik pengolahan dengan yang menyerap sangat banyak tenaga
kapasitas lebih dari 3.300 ton ikan yang kerja dibandingkan dengan sektor lain
dapat di olah per-hari sudah didirikan pada (padat karya), sehingga industri patin bisa
tahun 2007. Pada tahun tersebut juga, menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di
banyak pengusaha yang berlomba-lomba Vietnam. Oleh sebab itu pemerintah
mendirikan pabrik-pabrik baru yang lebih sangat mendukung pendirian pabrik, dan
modern dengan kapasitas 300 ton per-hari tidak membebaninya dengan pajak yang
untuk setiap pabriknya. Dalam mendirikan ringan untuk menunjang para investor
pabrik baru tersebut kurang lebih yang akan berkecimpung dalam usaha ini.

Gambar 80. Suasana kerja di pabrik pegolahan ikan patin dengan ribuan pekerja di Vietnam .

PATIN
86
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Proses pengolahan ikan patin harus - Ikan di blooding untuk meghilangkan
memenuhi standar internasional dan darah dan kotoran, serta menjaga agar
jaminan keamanan pangan supaya bisa di daging berwarna putih.
ekspor ke mancanegara. Proses tersebut - Ikan difillet dan dipotong sesuai dengan
diantaranya : pesanan konsumen.
- Sebelum ikan dipanen harus diperiksa - Ikan dicuci sampai bersih.
residu (zat-zat dalam tubuh ikan). - Ikan melalui quality control untuk di cek
- Ikan dipanen, ditimbang dan dilakukan parasit dan kesegarannya.
transportasi menggunakan alat yang - Semua kegiatan harus selalu dalam
aman serta diusahakan dalam keadaan rantai dingin.
hidup. - Ikan dipaking dan disimpan dalam cold
- Ikan masuk pabrik dan disortir sesuai storage atau langsung di ekspor
ukuran dalam keadaan hidup. menggunakan kontainer.

Gambar 81. Beberapa proses pegolahan yang dilewati oleh ikan patin siam sampai siap dipasarkan.

Produk dari ikan patin di Vietnam disesuaikan dengan permintaan pasar dan selera
konsumen. Diversifikasi produk dilakukan, sehingga membuat konsumen tidak bosan
(Gambar 80 -86).

PATIN
87
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 82. Berbagai bentuk fillet (skin-on ataupun skinless) merupakan produk standar pabrik
pengolahan di vietnam.

Gambar 83. Produk turunan dari fillet ikan patin

PATIN
88
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 84.Produk patin berupa : Re-fried Vreaded Pangasius Nuggets

Gambar 85. Produk patin berupa : Pangasius strips/fingers dan Pangasius skewers

PATIN
89
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 86. Produk ikan patin berupa Pangasius Rolls dan Rings

Gambar 87. Produk patin berupa : Pangasius Breaded Fillet


Produk-produk tersebut yang telah di ekspor ke manca negara dan menjadi penghasil
devisa terbesar kedua di Negara Vietnam. Bahkan yang memprihatinkan salah satu dari
produk tersebut di ekspor ke Indonesia. Salah satu importir mengekspor fillet ikan patin dari
Vietnam dan mejualnya di salah satu supermarket besar di Indonesia (seperti gambar
dibawah).

PATIN
90
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 88. Salah satu produk fillet ikan patin Vietnam yang berada di salah satu supermarket di
Indonesia

Dalam menjamin keamanan semua Dari ketiga institusi tersebut, secara umum
stageholder pengusaha patin di Vietnam mereka menerapkan 3 Standar, yaitu :
mulai sudah menerapkan 3 standard dari 3
1) SQF = Safe & Quality Food
buah institusi yang telah diakui oleh
(Keamanan dan kualitas pangan)
masyarakat internasional, yaitu :
2) GAP = Good Aquaculture Practice
1) SQF1000 CM OF SQF INSTITUTE
(Budidaya Ikan yang baik)
2) EurepGAP OF EUROPEAN
3) BAP = Best Aquaculture Practice
RETAILER GROUP
(Budidaya ikan yang terbaik)
3) BAP OF GLOBAL AQUACULTURE
ALLIANCE (USA)

4.6. PENGOLAHAN ”BY PRODUCTS” PATIN


Pengolahan by product ikan patin hampir semua bahan bakunya
adalah mengolah sisa buangan ikan patin termanfaatkan. Pada pengolahan ikan
setelah melalui proses pengolahan (misal : patin, dari berat total ikan, maka digunakan
dibuat fillet). Sisa buangan bisa berupa menjadi produk utamanya (fillet adalah
kepala, tulang, kulit, lemak, daging sisa sebanyak 35 %), sedangkan sisa
dan sebagainya. Usaha yang efisien dan buangannya adalah sebanyak 65 %. Bisa
ramah lingkungan adalah usaha yang kita bayangkan jika di Vietnam

PATIN
91
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
memproduksi ikan patin di tahun 2007 Sedangkan sisa yang tidak diolah lebih
adalah sebanyak 800.000 ton, maka akan banyak daripada produk utama yaitu
menjadi fillet sebanyak 280.000 ton. sebanyak 520.000 ton.

100 % 30-35% 65-70%

Gambar 89. Ilustrasi prosentase ikan patin yang digunakan menjadi produk utama dan prosentase
sisa buangan pengolahan fillet

patin yang menjadi sisa buangan produk


Tujuan pengolahan by product fillet adalah :
biasanya dimanfaatkan menjadi : 1. Potongan kepala
makanan, pakan ternak//ikan, dan Bagian tubuh ini bisa
biomarine ingredient untuk bahan baku dimanfaatkan menjadi berbagai produk,
pembuatan makanan, farmasi, kosmetik seperti :
dan lainnya. Bagian-bagian tubuh ikan

Fish Skewers Fish Patties Marinated heads


Gambar 90. Pemanfaatan kepala ikan patin di Vietnam

2. Lemak
Bagian tubuh ini bisa digunakan untuk dikonsumsi manusia, seperti minyak ikan untuk
memasak, untuk industri minyak, untuk bahan baku pakan ternak/ikan, untuk biogas,
biodiesel. Demikian ditampilkan gambar minyak ikan patin yang telah dipisahkan.

PATIN
92
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 91. Lemak ikan patin yang siap diolah

3. Tulang

Gambar 92. Tulang ikan patin yang sudah dipisahkan (kiri) dan setelah ditepungkan (kanan)

Bagian tubuh yang satu ini setelah chitosan, dll dapat digunakan menjadi
dipisahkan dari bagian tubuh yang lain bisa bahan baku pembuatan obat-obayan,
dimanfaatkan menjadi tepung tulang ikan kosmetika, dan bioteknologi, zat aditif
yang mengandung chitin, mineral, makanan, nutraceticals.

4. Kulit

Kulit ikan patin beku dapat diekspor dalam makanan, dan bahan baku kapsul.
keluar negeri untuk dijadikan bahan baku Selain itu kulit ikan patin dapat dijadikan
(mengandung gelatin) berbagai produk berbagai kerajinan tangan seperti baju,
berbagai jenis makanan, menjadi binder aksesoris, dan untuk dekorasi.

PATIN
93
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 93. Kulit beku (kiri) dan kerajinan tangan dari kulit ikan Patin (kanan)

5. Daging Sisa
Daging sisa disini adalah daging yang bisa dijadikan pakan ikan dan ternak lain
menempel pada tulang-tulang ikan.dan seperti ayam, babi, dan yang lainnya.
dibagian kepala. Daging ini bisa dijadikan
Selain untuk kedua produk tersebut,
tepung ikan dan silase. Dalam mendirikan
daging ikan sisa beserta lemak ikan patin
pabrik tepung ikan memerlukan modal
dicampurkan dengan tepung beras atau
yang lebih besar dibandingkan pembuatan
dedak untuk dijadikan pakan pasta bagi
pabrik silase. Industri tepung ikan di
kegiatan budidaya ikan. Untuk
Vietnam biasanya memiliki kapasitas
penyimpanannya bisa dalam keadaan
berkisar 1 – 2000 ton per hari (sangat
beku (di freezer) supaya lebih awet.
fleksibel. Pada industri silase, kisarannya
lebih kecil (1 – 100 ton/hari). Tepung ikan

Gambar 94. Tangki pada proses pembuatan silase skala kecil (kiri) dan skala besar (kanan)

PATIN
94
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 95. Daging Sisa dan lemak ikan patin yang telah dibekukan untuk bahan pembuatan
pakan ikan yang berbentuk pasta di Vietnam.

4.7. PEMASARAN PATIN DI DUNIA


Trend ikan hasil budidaya terus Vietnam sudah berhasil mengekspor patin
meningkat produksinya dibandingkan hasil hampir ke 80 Negara dan Negara Bagian
tangkapan alam. Budidaya ikan laut di Semua Benua. Bahkan pada tahun 2008
(Mariculture) memberikan hasil yang diperkirakan Vietnam telah mengekspor
sedikit lebih tinggi (berkisar 32 Juta ton) hampr ke 130 Negara di Dunia, termasuk
dibandingkan dengan budidaya air tawat Indonesia didalamnya (Dr. Nguyen Huu
(Freshwater culture) yaitu berkisar 27,5 Dung, Catfish 2007 Vietnam).
juta ton, dan jauh diatas budidaya air Kondisi terkini pasar patin siam di
payau (Brackishwater culture) yang hanya Vietnam di jelaskan secara singkat oleh Dr.
4 juta ton pada tahun 2005 (Sumber : FAO Nguyen Huu Dung dari Vietnam
Fishstat Plus dalam Dr. Nguyen Huu Dung, Association of Seafood Exporters and
Catfish 2007 Vietnam). Dari hasil tersebut Producers (VASEP) dalam Catfish
yang berproduksi tertinggi adalah Negara Sympsium in Ho Chi Minh City.
China, diikuti Negara Asia Pasifik dan Peningkatan volume produksi
Negara lainnya di dunia. Pada ikan air menyebabkan eksport ikan patin melonjak
tawar yang beredar di pasar dunia drastis dari Masyarakat Vietnam
mayoritas adalah ikan beku (660.000 ton) khususnya di sekitar Delta Mekong.
didikuti dengan fillet (270.000 ton) dan fillet Sebanyak 640.829 ton fillet diekspor hasil
beku (260.000 ton). dari hampir 1,3 juta ton ikan di tahun 2008.
Pemasaran ikan patin siam di Hasil devisa negara dari ikan patin
Vietnam meningkat tajam dari tahun1997 mencapai nilai 1,45 Milyar Dollar Amerika,
sampai pada tahun 2007 (10 tahun). Pada No.2 setelah pendapatan dari Udang Laut
tahun 1997 jumlah eksport patin masih yang bernilai 1,61 Milyar Dollar.
sangat kecil, sedangkan pada tahun 2007,

PATIN
95
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Pengembangan pasar eksport dan pabrik pengolahan mendapat dukungan penuh dari
kebijakan pemerintah sehingga industri patin menjadi ” GIGANTIC” dan dapat memberikan
dampak ekonomi dan sosial yang sangat berarti di negara ini.
Demikian ini trend ekspor patin (dalam jumlah volume) dan nilainya dalam Dollar Amerika
(USD) :

Volume Ekspor (x 1000 Ton)


700

600

500

400

300

200

100

0
Th.2001 Th.2002 Th.2003 Th.2004 Th.2005 Th.2006 Th.2007 Th.2008

Gambar 96. Grafik Volume ekspor ikan patin siam di Vietnam dari tahun 2001 -2008
(Sumber : Dr. Nguyen Huu Dung dan AQUACULTURE AsiaPasific Mgazine2008)

Ekspor Patin (Juta Dollar Amerika)


1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Th.2001 Th.2002 Th.2003 Th.2004 Th.2005 Th.2006 Th.2007 Th.2008

Gambar 97. Grafik Nilai ekspor ikan patin siam di Vietnam (USD) dari tahun 2001 -2008
(Sumber : Dr. Nguyen Huu Dung dan AQUACULTURE AsiaPasific Mgazine2008)
PATIN
96
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Negara tujuan ekspor ikan patin siam dari Vietnam sekarang mulai beralih dari negara
Amerika Serikat ke Uni Eropa dan Rusia. Demikian ini gambaran Negara Pengekspor ikan
patin dari Vietnam pada tahun 2006 dalam volume maupun nilai (USD).

Pembagian Volume Ekspor Ikan Patin Vietnam Th. 2006

14% 15%
Rusia
4%
6% China & Hongkong
USA
ASEAN
9% Uni Eropa
Australia
10% Lainnya
42%

Pembagian Nilai Ekspor Ikan Patin Vietnam


Tahun 2006 (USD)

14% 11%
5% Rusia
4%
10% China & Hongkong
USA
ASEAN
9% Uni Eropa
Australia
47%
Lainnya

Gambar 98. Pembagian Volume (tonase) dan Nilai (USD) Ekspor ikan patin siam dari Vietnam
ke berbagai negara bagian di dunia (Sumber : Dr. Nguyen Huu Dung dan
AQUACULTURE AsiaPasific Mgazine2008)

PATIN
97
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Kalau 10 negara pengimpor ikan patin siam dari Vietnam dapat dilihat dalam tabel berikut :

Sepuluh Besar Negara Pengimpor Ikan Patin dari Vietnam

16

14

12
Jumlah (%)

10

0
Rusia Polandia Spanyol USA Belanda China Jerman Singapura Belgia Australia

Gambar 99. Sepuluh negara pengimpor terbesar untuk komoditas ikan patin dari Vietnam tahun
2007 (Sumber : Dr. Nguyen Huu Dung dan AQUACULTURE AsiaPasific Magazine2008)

Selain Vietnam ada beberapa Berikut ini beberapa negara yang menjadi
negara lain yang juga telah memproduksi suplayer ikan air tawar ke Uni Eropa dan
ikan air tawar untuk ekspor di dunia. Amerika Serikat :

Sepuluh besar suplayer fillet ikan air tawar ke Uni Eropa


70
60
50
Jumlah (%)

40
30
20
10
0
an

k
m

sia

da

ia
a

ia

ar
in
nd

lg
na

an

sta
rm

an
nm
Ru

Ch

Be
la
et

nz

Je

kh

Ug
Be

De
Vi

Ta

za
Ka

Gambar 100. Negara-negara eksportir fillet ikan air tawar ke Uni Eropa (Sumber : Dr. Nguyen Huu
Dung dan AQUACULTURE AsiaPasific Mgazine2008)

PATIN
98
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Sedangkan gambaran tentang harga patin di berbagai negara adalah sebagai
berikut :

NEGARA

USD/KG

Gambar 101. Harga patin di beberapa negara importir di dunia

PATIN
99
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
PENYAKIT IKAN
PATIN
Oleh :
Boyun Handoyo, Edy Barkat Kholidin

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BAB V
PENYAKIT IKAN PATIN
Seiring dengan kegiatan intensifikasi penyakit, didukung oleh kondisi lingkungan
budidaya patin, padat tebar ikan lebih yang memburuk membuat bibit penyakit
tinggi dan pemberian pakan yang intensif lebih mudah untuk berkembang.
membuat kondisi lingkungan juga Penyakit yang menyerang ikan patin
memburuk, sehingga menyebabkan siam mayoritas berupa parasit dan bakteri.
tingkat stress yang tinggi pada ikan. Akibat Parasit yang biasa menyerang ikan patin
sekunder dari hal tersebut adalah ikan ada pada gambar berikut :
menjadi lemah dan mudah terserang

A B C

D E F

Gambar 102. Parasit dari kiri atas ke kanan bawah Trichodinella (A), Henegguya (B),
Dactylogyrus (C) & Gyrodactylus (D), Epystylis (E) dan Myxobulus (F)

Parasit-parasit diatas biasanya menyerang pada kondisi perairan yang memburuk.


Grafik berikut menjelaskan tentang kondisi kelimpahan parasit dalam ikan di kolam
pemeliharaan (Marc Campet, 2007).

PATIN
101
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Jumlah parasit yang terdeteksi dari ikan patin
di Vietnam
25

20

15

10

0
Trichodinella Dactylogyrus Myxobulus Henneguya Epistylis
&Gyrodactylus

Gambar 103. Jumlah parasit yang ditemukan oleh Marc Campet dari 113 ekor ikan patin yang di
periksa di Vietnam.

Sedangkan jenis bakteri yang banyak disease karena bakteri ini dapat
menyerang ikan patin siam dan berakibat menyebabkan bintik putih berukuran 0,5 –
cukup fatal adalah Edwarsiella ichtaluri dan 2,5 mm di bagian hati, ginjal dan limpa ikan
Aeromonas. Berikut ini karakteristik patin siam. Selain itu ciri-ciri ikan yang
serangan kedua bakteri terebut. terserang bakteri ini adalah pada bagian
luar tubuh seperti sekitar lubang anus,
1. Bakteri Edwarsiella ichtaluri
kulit, dan pangkal siri berwarna kemerah-
Di Vietnam bakteri ini sering disebut merahan (haemoragi).
sebagai White spot in Liver and Kidney

Gambar 104. Ciri-ciri luar (kiri) dan organ dalam (kanan) ikan patin yang terserang bakteri Edwarsiella
ichtaluri.
PATIN
102
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Bakteri ini berukuran 0,5 – 1,3 µm, operasional yang dikeluarkan sudah
biasanya menyerang pada musim banyak. Upaya yang sedang dilakukan
penghujan/banjir di Bulan Agustus – adalah dengan membuat vaksin untuk
September di Vietnam. Serangan bakteri bakteri ini. Apabila penyakit ini menyerang
ini sangat ganas dan dapat menyebabkan petani di Vietnam, maka mereka akan
kematian secara massal dalam waktu yang menghentikan pemberian pakan, sampai
singkat (1 minggu). Bakteri ini menyerang penyakit reda. Bakteri ini juga menyebar
pada berbagai ukuran ikan patin siam. lewat media air pemeliharaan, sehingga
Ukuran yang kecil (benih), ukuran apabila satu kolam sudah terkontaminasi,
tanggung (belum siap panen), maupun maka semua peralatan, pelaku budidaya,
ukuran kosumsi, sehingga kerugian yang dan air buddaya tidak boleh sembarangan
disebabkan oleh serangan bakteri ini pindah ke kolam lain tanpa melalui proses
sangatlah besar, karena biasanya biaya sterilisasi (penerapan biosecurity).

Gambar 105. Kematian massal ikan patin siam akibat serangan bakteri Edwarsiella di Vietnam

2. Bakteri Aeromonas
Bakteri ini menyebabkan penyakit mengelupas, menimbulkan haemoragi
yang disebut ” Swollen Head Disease”, dan bisul (ulcer) jika serangan sudah
karena bakteri ini dapat menyebabkan bersifat parah.
kepala ikan patin menjadi melepuh. Ciri-
ciri lain yang disebabkan oleh bakteri ini
adalah kulit ikan akan menjadi

PATIN
103
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Gambar 106. Ciri-ciri bagian luar tubuh ikan patin siam yang terserang oleh bakteri Aeromonas.

Bakteri ini juga dapat menyebabkan padat tebar yang tinggi di kolam, dan
kematian masal, menular lewat air media polusi bahan organik. Bakteri ini juga dapat
pemeliharaan, dan menyerang pada saat menyebabkan kematian, dan mayoritas
awal musim hujan/banjir juga. Serangan menyerag pada ikan berukuran kecil dan
bakteri ini biasanya disebabkan akibat tanggung (belum siap panen).

Gambar 107. Kematian ikan berukuran kecil akibat serangan bakteri Aeromonas di Indonesia.

PATIN
104
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
PRODUKSI “VAKSIN” IKAN PATIN
Produksi ikan patin yang semakin (RPS > 60%). Pada saat berukuran < 2
meningkat di masa depan tentu inchi, penggunaan vaksin bisa dilakukan
mendorong semakin buruknya kondisi dengan perendaman. Untuk perlakuan
lingkungan. Kondisi lingkungan yang buruk pada ukuran yang lebih besar dari itu dapat
tersebut akan mendorong semakin dilakukan dengan pemberian pakan (5
banyaknya penyakit yang terjangkit. ml/100 gram pakan) dilakukan setiap 8
Usaha untuk mengatasinya juga akan minggu. Penggunaan akan lebih efektif jika
sangat diperlukan. Salah satu cara untuk menggunakan suntikan. Jika
mengatasi penyakit yang aman adalah menggunakan multiple injection, dalam
dengan metode vaksinasi. Penyakit yang satu hari bisa mendapatkan 5000 ekor
sekarang telah menjadi ancaman dan benih bervaksin per – orang. Biaya
momok bagi pembudidaya patin di produksi yang dikeluarkan oleh
indonesia adalah penyakit Edwarsiella pembudidaya untuk benih bervaksiin
ichtaluri. BPBAT Sungai Gelam Jambi ukuran 2 inchi berkisar antara Rp.10,- s.d.
sudah mulai membuat vaksin untuk ikan Rp.20,- (per–ekor 0,1 ml vaksin).
ini. Hasil kegiatan sudah menunjukkan Permasalahan yang dihadapi adalah
respon yang positif. BPBAT Sungai Gelam vaksin ini belum disebarkan secara luas
Jambi telah berhasil memproduksi oil dan diproduksi dalam skala massal.
vaksin “Edwarsiella Ichtaluri” menjelaskan Padahal masyarakat pembudidaya ikan
bahwa vaksin hasil perekayasaan memiliki sudah menunggu adanya vaksin ini.
nilai RPS (Relative Procentage Survival) Sehingga perlu ada kerjasama dengan
sebesar 62,4%. Hal tersebut berarti industri farmasi untuk memperbanyak
penggunaan vaksin tersebut cukup efektif produk ini.

Gambar 108. Vaksinasi ikan ukuran benih dengan menggunakan metode suntik di Asia (kiri) dan Eropa

PATIN
105
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Dalam memproduksi Vaksin harus Pembuatan vaksin sendiri meliputi
memperhatikan beberapa hal, yaitu : Agen beberapa proses sampai mendapatkan
penyebab penyakit, Rute dan administrasi lisensi yaitu : Identifikasi penyakit, proses
vaksinasi, umur dan ukuran ikan yang pengembangan, produksi, validasi,
divaksin, dan skema vaksinasi. dukumentasi, lisensi, produksi massal.

Gambar 109. Proses produksi massal vaksin

PATIN
106
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
ANALISIS USAHA
IKAN PATIN
Oleh :
Boyun Handoyo, Irwan

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BAB VI
ANALISIS USAHA IKAN PATIN
Analisa usaha dilakukan untuk Harga jual adalah harga yang mengikuti
melihat prospek usaha yang akan dengan ketentuan pasar (harga pasar).
dijalankan di masa mendatang yang Biasanya lebih tinggi dari harga pokok.
disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Analisis usaha uang akurat merupakan Pendapatan perusahaan merupakan aliran
salah satu upaya untuk meminimalkan uang yang diperoleh dari hasil penjualan
resiko kegagalan usaha. Aspek-aspek produk.
yang biasa dilihat untuk mengetahui Harga pokok penjualan dihitung dengan
kelayakan usaha adalah :
rumus sebahgai berikut :
A. BIAYA INVESTASI Harga pokok = Total biaya produksi /
Biaya investasi merupakan biaya yang total produksi per-siklus.
digunakan untuk menjalankan usaha baru. Pendapatan = jumlah satuan produk
Biaya investasi biasanya terdiri dari biaya yang diproduksi x harga jual
tetap yang terdiri dari biaya bangunan dan
peralatan. Selain itu biaya investasi D. KRITERIA KELAYAKAN INVESTASI
sebaiknya ditambahkan berupa biaya
tambahan untuk mengantisipasi stok Kriteria yang biasa digunakan
barang yang belum terjual. Biaya ini biasanya digunakan pada penghitungan
biasanya merupakan biaya modal kerja analisa usaha secara sederhana adalah :
selama 3 siklus. - Break Event Point (BEP)
B. BIAYA PRODUKSI/OPERASIONAL BEP sering disebut sebagai titik impas
Biaya produksi terdiri dari biaya tetap yang digunakan untuk menentukan
dan biaya variabel. Biaya tetap pada biaya besarnya volume penjualan, dimana
produksi biasanya adalah biaya semua biaya telah tertutupi tanpa
penyusutan. Sedangkan biaya variabel mengalami keuntungan maupun
adalah biaya yang dipengaruhi oleh kerugian.
kapasitas produksi. Rumusnya = Total biaya per-
C. HARGA PRODUK DAN PERKIRAAN siklus/harga jual per-ekor atau per-
PENDAPATAN kg

Harga produk terdiri dari harga pokok - Pay Back Period (PBP)
dan harga jual. Harga pokok penjualan PBP adalah waktu yang diperlukan
merupakan harga satuan produk sebagai untuk dapat mengembalikan semua
hasil perbandingan antara total biaya investasi yang telah dikeluarkan. PBP
dengan total produksi per-periode tertentu. menunjukkan estimasi jangka waktu
Harga tersebut merupakan harga terendah pengembalian investasi industri.
yang tidak merugikan bagi produsen.
PATIN
108
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Penghitungan nilai PBP adalah patin juga cukup banyak yang terbagi
sebagai berikut : menjadi beberapa ruang lngkup dan
segmen. Ruang lingkup usaha patin siam
PBP = Nilai investasi / keuntungan
adalah : Pemeliharaan Induk, Pemijahan
per–siklus
Buatan, Pemeliharaan Larva, Pendederan,
- Net Benefit Cost (Net B/C) dan Pembesaran. Sedangkan segmentasi
Net B/C adalah perbandingan antara budidaya patin adalah adalah terdiri dari
pendapatan kotor dengan biaya. Jika segmen :
net B/C lebih besar dari 1 maka usaha 1. Produksi Larva 1 hari
itu layak dijalankan. Net B/C dihitung
2. Produksi Benih ¾ inch
dengan rumus :
3. Produksi Benih 2-3 inch
Net B/C = Total pendapatan / total
biaya produksi Produksi Ukuran Konsumsi 600-800, 800-
1000 gram
Prospek usaha ikan patin di Indonesia
cukup menjanjikan. Pelaku usaha ikan

Dalam bentuk flowchart dapat ditampilkan sebagai berikut :

Segmentasi Budidaya Patin Siam

Larva 1 hari
Belum ada
Naupli artemia yang khusus
memproduksinya

Larva 7 hari di hatchery

Tubifex (cacing)
Moina/daphnia beku Larva ¾ inchi
Di kolam
Pakan buatan
(tepung/crumble)
Benih 2-3 inchi

Pakan buatan Pembesaran Di kolam/karamba

Gambar 110. Segmentasi budidaya ikan pati siam yang dilakukan di Indonesia

6.1. PRODUKSI LARVA UMUR 1 HARI


Produksi larva umur 1 hari dapat dengan baik. Managemen tersebut terdiri
dilakukan sepanjang tahun jika dari pengelolaan pakan dan kualitas air
managemen pengelolaan induk dilakukan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
PATIN
109
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Dengan managemen yang baik, pada dilakukan dengan kurang baik maka induk
musim kemarau biasanya masih bisa biasanya hanya matang pada kondisi
mendapatkan ikan yang matang gonad musim hujan saja (sangat terpengaruh
(mekipun jumlahnya sedikit). Apabila oleh musim).
menegemen pengelolaan induk yang

A. BIAYA INVESTASI

Tabel 26. Biaya Investasi Produksi Larva Ikan Patin siam umur 1 hari untuk kapasitas corong
penetasan.
Harga Masa Biaya
Volu Jumlah Nilai sisa
No Uraian Satuan satuan pakai penyusut
me uang (Rp) (Rp)
(Rp) (thn) an (Rp)
1 Bak pemeliharaan
induk (ukuran 5x4x1.3
m; rangka beton unit 3 7.000.000 21.000.000 10 - 2.100.000
dilapisi terpal HDPE
500 mikron)
2
Bangunan Hatchery m2 24 300.000 7.200.000 10
720.000 648.000
3 Induk ikan patin siam
(bobot rerata 2 kg 240 75.000 18.000.000 4 3,780.000
2.880.000
kg/ekor)
4 Instalasi air dan aerasi
paket 1 1.000.000 1.000.000 5 200.000
-
5
Instalasi listrik set 1 500.000 500.000 10 50.000
-
6 Corong penetasan
paket 1 5.000.000 5.000.000 10 500.000
telur -
7 Bak pemberokan
unit 1 2.000.000 2.000.000 10 200.000
induk -
8
Tabung oksigen buah 1 1.500.000 1.500.000 10 120.000
300.000
9
Hi-Blow unit 1 4.000.000 4.000.000 10 400.000
-
10 Ember panen larva
bh 10 200.000 2.000.000 3 666.667
volume 50 L -
Biaya investasi 62.200.000
Biaya penyusutan 8.664.667

B. BIAYA OPERASIONAL/BIAYA PRODUKSI


Tabel 27. Biaya Operasional Produksi Larva Ikan Patin siam umur 1 hari untuk kapasitas
corong penetasan.
a. Biaya Tetap
Harga satuan
Uraian Satuan Volume Jumlah uang (Rp)
(Rp)
Upah karyawan per siklus OS 20 300.000 6.000.000

PATIN
110
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Listrik bulan 12 200.000 2.400.000
Penyusutan tahun 1 8.664.667 8.664.667
Total biaya tetap 17.064.667

b. Biaya Variabel
Harga satuan Jumlah uang
Uraian Satuan Volume
(Rp) (Rp)
Pakan induk kg 1239 18.000 22.302.000

Hormon pemijahan btl 9 450.000 4.050.000

Alat pemijahan -

- Alat suntik buah 10 5.000 50.000

- Handuk buah 5 15.000 75.000

- Baskom kecil buah 5 10.000 50.000

- Cateter buah 2 60.000 120.000

- Alat bedah paket 1 50.000 50.000

Oksigen tabung 4 70.000 280.000

Kantung plastik kg 60 30.000 1.800.000

Karet gelang kg 50 20.000 1.000.000

Serok larva bh 10 15.000 150.000

Biaya variabel 29.927.000

Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha produksi benih 1 inchi adalah :

- Biaya investasinya = Rp. 62.200.000,-


- Biaya tetap = Rp. 17.064.667,-
- Biaya variabel = Rp. 29.927.000,-
- Biaya produksi = Rp. 46.991.666,67,-
- Jumlah produksi larva = 20.000 ekor (per tahun)
- Harga jual benih = Rp. 6,- (per-ekor)
- Penerimaan tahunan = Rp.120.000.000,-
- Keuntungan per-siklus = Rp. 73.008.333,33,-
- Biaya Produksi (per ekor) = Rp. 2,35,-
- R/C ratio = Rp. 2,55,-
- Payback Period (PP) = Rp. 0,85,-
- BEP = Rp. 23.734.448,-

PATIN
111
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
6.2. PRODUKSI BENIH IKAN PATIN SIAM DI HATCHERY
Satu siklus usaha produksi benih ikan musim-musim tertentu induk ikan patin
patin siam ukuran 3/4 inchi biasanya siam tidak ada sama sekali yang matang
berlangsung selama 2 minggu (14-15 hari). (biasanya puncak musim kemarau).
Dalam satu tahun, pembenih bisa Demikian ini disajikan analisa usaha
melakukan kurang lebih 12 siklus. Hal produksi benih 3/4 inchi, untuk hatchery
tesebut dikarenakan perlu waktu untuk berkapasitas 150.000 ekor larva dengan
melakukan persiapan hatchery, dan asumsi bahwa tingkat kelangsungan hidup
dengan mempertimbangkan bahwa ada 50%.
A. BIAYA INVESTASI
Tabel 28. Biaya Investasi Produksi Benih Ikan Patin siam 1 inchi untuk kapasitas hatchery
Harga Masa Biaya
Satua Volum Jumlah Nilai sisa
No Uraian satuan pakai penyusut
n e uang (Rp) (Rp)
(Rp) (thn) an (Rp)
Bangunan
1 m2 42 500.000 21.000.000 10 2.100.000 1.890.000
Hatchery
Bak
pemeliharaa
n larva dari
2 unit 4 500.000 2.000.000 10 - 200.000
terpal
(volume 3.2
ton per unit)
Terpal bak
3 pemeliharaa unit 4 400.000 1.600.000 5 - 320.000
n larva
Bak
pendederan 10.000.00
4 unit 4 40.000.000 20 - 2.000.000
(volume 40 0
ton per bak)
Terpal bak
5 unit 4 1.500.000 6.000.000 5 - 1.200.000
pendederan
Instalasi air
6 paket 1 1.000.000 1.000.000 5 - 200.000
dan aerasi
Instalasi
7 set 1 500.000 500.000 10 - 50.000
listrik
Tabung
8 buah 1 1.500.000 1.500.000 10 300.000 120.000
oksigen
9 Hi-Blow unit 1 4.000.000 4.000.000 10 - 400.000
Ember
10 panen larva bh 10 200.000 2.000.000 3 - 666.667
volume 50 L
Peralatan
11 paket 1 750.000 750.000 3
perikanan
Biaya
80.350.000
investasi

PATIN
112
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Biaya
1.436.667
penyusutan

B. BIAYA OPERASIONAL/BIAYA PRODUKSI


Tabel 29. Biaya Operasional/Produksi Benih Ikan Patin siam 1 inchi untuk kapasitas hatchery
a. Biaya Tetap
Harga satuan Jumlah uang
Uraian Satuan Volume
(Rp) (Rp)
Upah karyawan per bulan OB 12 2.500.000 30.000.000
Listrik bulan 12 200.000 2.400.000
Penyusutan tahun 1 1.436.667 1.436.667

Total biaya tetap 33.836.667

b. Biaya Variabel
Harga satuan Jumlah uang
Uraian Satuan Volume
(Rp) (Rp)
Larva ekor 2.500.000 7 17.500.000
Artemia klg 13 775.000 10.075.000

Cacing sutera ctg* 625 15.000 9.375.000

Pakan benih kg 2.400,00 17.000 40.800.000

Oksigen tabung 5 70.000 350.000

Kantung plastik kg 134 30.000 4.020.000

Karet gelang kg 10 20.000 200.000

Serok larva bh 10 15.000 150.000

Biaya variabel 64.970.000

Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha produksi benih 1 inchi adalah :
- Biaya investasinya = Rp. 80.350.000,-
- Biaya tetap = Rp. 33.836.667,-
- Biaya variabel = Rp. 64.970.000,-
- Biaya produksinya = Rp. 98.806.666,67,-
- Jumlah produksi benih yang terjual = 850.000 ekor (per tahun)
- Harga jual = Rp. 250,- (per-ekor)
- Pendapatan = Rp. 212.500.000,-
- Keuntungan = Rp. 113.693.333,-
- Biaya produksi = Rp. 116,24,- (per ekor)

PATIN
113
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
- R/C Ratio = 2,15
- Payback periode (PP) = 0,71
- BEP = Rp. 48.737.827,-

6.3. PEMBESARAN IKAN PATIN SIAM DI KOLAM


Pada usaha pembesaran ikan patin bahwa ada musim kemarau pemberian
siam dikolam, satu siklus biasanya pakan kurang optimal. Pada kolam 1000
berlangsung selama 6-7 bulan ikan sudah m2 yang berkapasitas 10.000 ekor benih,
berukuran 600-800 gram (ukuran panen). dengan asumsi bahwa tingkat
Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan kelangsungan hidup 90% (panen 9000
ikan patin siam di kolam agak ambat. ekor dengan berat 5400 kg) dapat
Selain itu juga dengan mempertimbangkan dilakukan analisa usaha sebagai berikut :

A. BIAYA INVESTASI

Tabel 30. Biaya Investasi Pembesaran ikan patin siam dalam kolam

Masa Biaya
Harga Jumlah uang
No Uraian Satuan Volume pakai penyusutan
satuan (Rp) (Rp)
(thn) (Rp)

1 Beli lahan Ha 1 100.000.000 100.000,000

Biaya pembuatan
2 unit 6 10.000.000 60.000.000 20 3.000.000
kolam

3 Pompa air unit 1 5.000.000 5.000.000 3 1.666.667

4 Jaring panen unit 1 1.500.000 1.500.000 5 300.000

5 Gudang pakan unit 1 5.000.000 5,000.000 10 500.000

6 Rumah jaga unit 1 10.000.000 10.000.000 10 1.000.000

7 Gudang pakan unit 1 10.000.000 10.000.000 15 666.667

8 Mesin pakan unit 1 3.000.000 3.000.000 3 1.000.000

9 Timbangan unit 1 500.000 500.000 5 100.000

10 Alat panen paket 1 500.000 500.000 5 100.000

Biaya investasi 195.500.000

Biaya penyusutan 8.333.333

PATIN
114
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
B. BIAYA OPERASIONAL/PRODUKSI
Tabel 31. Biaya Operasional/Produksi Pembesaran ikan patin siam dalam kolam
a. Biaya Tetap
Harga satuan Jumlah uang
Uraian Satuan Volume
(Rp) (Rp)
Upah karyawan per bulan OB 12 2.000.000 24.000.000
Penyusutan tahun 1 8.333.333 8.333.333

Total biaya tetap 32.333.333

b. Biaya Variabel
Harga satuan Jumlah uang
Uraian Satuan Volume
(Rp) (Rp)

Benih ukuran 2,5-3 inci ekor 90.000 250 22.500.000

Pakan awal kg 4.131 10.500 43.375.500

Pakan pembesaran* kg 78.489 5.500 431.689.500

Upah panen per kg 48.600 500 24.300.000

Biaya sedot kolam unit 12 500.000 6.000.000

Biaya variabel 527.865.000

Dari hasil analisa tersebut usaha pembesaran di kolam a dapat disimpulkan bahwa :
- Biaya investasinya = Rp.195.500.000,-
- Biaya tetap = Rp. 32.333.333,-
- Biaya variabel = Rp. 527.865.000,-
- Biaya produksinya = Rp. 560.198.333,-
- Jumlah produksi ikan yang terjual =48.600 kg (per tahun)
- Harga jual = Rp. 14.000,- (per-ekor)
- Pendapatan = Rp. 680.400.000,-
- Keuntungan = Rp. 120.201.666,-
- Biaya produksi = Rp. 11.526,- (per ekor)
- R/C Ratio = 1,21
- Payback periode (PP) = 1,63
- BEP = Rp. 144.226.570,-

PATIN
115
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
6.4. PEMBESARAN IKAN PATIN SIAM DI KARAMBA
Pada usaha pembesaran ikan patin berkapasitas 1600 ekor benih, dengan
siam dikaramba sungai, satu siklus asumsi bahwa tingkat kelangsungan hidup
biasanya berlangsung selama 5-6 bulan 90% (1440 ekor atau 675 kg) maka analisa
ikan sudah berukuran 600-700 gram usaha untuk 4 buah karamba (panen 5760
(ukuran panen). Hal tesebut dikarenakan ekor atau 2700 kg). Untuk harga ikan yang
pertumbuhan ikan patin siam di karamba berasal dari karamba disungai biasanya
relatif lebih cepat dibandingkan di kolam. lebih mahal dibandingkan ikan yang
Pada karamba berukuran 3 x 4 x 2 m yang diproduksi di kolam (jika pasar lokal).

A. BIAYA INVESTASI
Tabel 32. Biaya Investasi Pembesaran ikan patin siam dalam karamba
Harga Masa Nilai Biaya
Volu
No Uraian Satuan satuan Jumlah pakai sisa penyusuta
me
(Rp) uang (Rp) (thn) (Rp) n (Rp)

1 Kerangka 20.100.00
unit 6 3.350.000 10 - 2.010.000
karamba 0

2 Jaring
unit 6 500.000 3.000.000 3 - 1.000.000
karamba

3 Pelampung
unit 36 150.000 5.400.000 5 - 1.080.000
karamba
4 Rumah jaga unit 1 3.000.000 3.000.000 10 - 300.000
5 Timbangan unit 1 500.000 500.000 10 - 50.000
6 Alat panen paket 1 500.000 500.000 5 - 100.000
Biaya 32.500.00
investasi 0
Biaya
4.540.000
penyusutan

B. BIAYA OPERASIONAL/PRODUKSI
Tabel 33. Biaya Operasional/Produksi Pembesaran ikan patin siam dalam karamba
a. Biaya Tetap
Harga satuan Jumlah uang
Uraian Satuan Volume
(Rp) (Rp)
Upah karyawan per bulan OB 12 2.000.000 24.000.000

Penyusutan tahun 1 4.540.000 4.540.000


Total biaya tetap 28.540.000

PATIN
116
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
b. Biaya Variabel
Harga satuan Jumlah uang
Uraian Satuan Volume
(Rp) (Rp)
Benih ukuran 2,5-3 inci ekor 57.600 250 14.400.000

Pakan starter kg 2.419 10.500 25.401.600

Pakan grower kg 21.773 8.500 185.068.800

Obat dan vitamin paket -

Upah panen per kg 16.128 500 8.064.000

Biaya variabel 232.934.400

Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pembesaran di keramba maka
dapat disimpulkan bahwa :
- Biaya investasinya = Rp. 32.500.000,-
- Biaya tetap = Rp. 28.540,000,-
- Biaya variabel = Rp. 232.934.400,-
- Biaya produksinya = Rp. 261.474.400,-
- Jumlah produksi benih yang terjual = 16.128 ekor (per tahun)
- Harga jual = Rp. 20.000,- (per-ekor)
- Pendapatan = Rp. 322.560.000,-
- Keuntungan = Rp. 61.085.600,-
- Biaya produksi = Rp. 16.212,- (per ekor)
- R/C Ratio = 1,23
- Payback periode (PP) = 0,53
- BEP = Rp. 102.714.652,-

PATIN
117
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
SELAYANG PANDANG
MASA DEPAN PATIN
DI INDONESIA
Oleh :
Boyun Handoyo

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BAB VII
SELAYANG PANDANG
MASA DEPAN IKAN PATIN DI INDONESIA
Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya patin dengan
pengembangan ikan patin menuju ekspor industri/perusahaan
di Indonesia dapat diambil pengalaman
Untuk itu sebaiknya strategi yang
dari Provinsi Jambi, yaitu :
harus diterapkan adalah :
1. Masih mahalnya harga pellet ikan
1. Pengembangan pakan alternatif yang
karena bahan baku produksi pakan
lebih murah
ikan masih tergantung kepada produk
2. Meningkatkan produk olahan
impor (misalnya tepung ikan).
berbahan baku patin/diversifikasi
2. Masih rendahnya efisiensi budidaya
produk
sehingga biaya menjadi tinggi.
3. Perluasan dan penguatan pasar
3. Belum adanya perusahaan penghela
dalam negeri melalui promosi dan
yang mempunyai komitmen
kemitraan.
4. Harga patin di pasar lokal yang lebih
4. Penjajakan kerjasama dengan
tinggi daripada patin impor Vietnam.
perusahaan lain untuk ekspor.
5. Harga jual patin ke pedagang lebih
Setelah mempelajari kondisi
tinggi daripada harga jual ke
pengembangan ikan patin di Negara
perusahaan
Vietnam yang telah berhasil dalam ekspor.
6. Beralihnya budidaya patin ke nila
Kemudian membandingkan dengan
karena harga jual nila lebih tinggi dan
kondisi di Negara Indonesia. Serta melihat
masa panen yang lebih cepat
potret pengusaha patin di Indonesia, maka
dibanding patin
penulis menganalisa dan memberikan
7. Size ikan patin yang beragam
beberapa rekomendasi untuk arah
(perusahaan menentukan standar
pengembangan ikan patin kedepan, yaitu
size 800 gr/ekor untuk fillet)
rekomendasi dalam :
8. Biaya produksi patin meningkat
9. Kurang berhasilnya kemitraan antara
7.1. PENENTUAN JENIS PATIN YANG TEPAT
Sejak ditetapkannya pengembangan tetapi akan lebih baik jika kita melihat dari
patin ekspor menjadi program nasional segenap aspek baik karakteristik biologis
(GERTAK), maka orientasi jenis patin yang maupun ekonomis misalnya dari jumlah
dikembangkan masih menjadi perdebatan. telur (fekunditas), kemudahan panen dan
Perdebatan tersebut masih berkisar pada transportasi, daya tahan terhadap penyakit
patin mana yang menghasilkan ”daging dan lingkungan, konversi pakan,
putih”. Patin daging putih memang penting kepadatan maksimal dalam wadah dan
untuk ekspor, karena lebih digemari. Akan laju pertumbuhan.
PATIN
119
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Menurut penulis, dan telah di masyarakat sehingga seolah-olah terlalu
didiskusikan dengan beberapa orang yang dipaksakan. Hal tersebut terbukti dengan
pernah berkunjung ke Vietnam, jika kita adanya kegagalan dalam pengembangan
belajar dari Vietnam yang telah berhasil ikan patin jambal dan patin PASUPATI di
dalam Ekspor ikan patin, maka jenis patin masyarakat, yang disebabkan karena
yang dikembangkan adalah patin siam biaya produksi yang lebih tinggi dan
atau sering disebut pra (Pangasianodon pemasaran yang sulit karena kebanyakan
hypophthalmus) sebanyak lebih dari 95% konsumen menginginkan patin dijual dala
sedangkan prosentase ikan patin daging kondisi hidup, sedangkan patin jambal dan
putih yang sering disebut basa (P. PASUPATI sulit untuk dilakukan
bocourti) hanya kurang dari 5%. Maka pengangkutan hidup. Sampai sekarang
seyogyanya Indonesia kedepan lebih patin siam lebih berkembang dan bertahan
berkonsentrasi dalam mengembangkan karena memiliki beberapa kelebihan yang
ikan patin siam tersebut dalam skala telah disebutkan diatas, serta penguasaan
besar, dengan alasan biologi dan teknologi yang lebih mantap dibandingkan
pemasaran yang telah ada. Jadi tidak patin jambal dan PASUPATI. Meskipun
perlu bersikeras untuk demikian untuk kegiatan pelestarian
mengembangkan ikan patin jambal dan plasma nutfah patin jambal masih perlu
patin PASUPATI (hybrid) dalam skala dikembangkan dalam skala kecil.
besar karena belum terbukti keunggulanya
- Asal-usul induk harus dapat
7.2. PEMBENIHAN PATIN KEDEPAN
dipertanggungjawabkan (melalui
Seiring dengan semakin banyaknya prosedur produksi induk yang standar.
pembudidaya ikan patin, tuntutan akan Produsen induk patin di Indonesia
ketersediaan benih baik dalam kuantitas masih terbatas pada Instansi-instansi
dan kualitas perlu terus dikembangkan. milik pemerintah seperti : BPBAT
Dalam melakukan pembesaran ikan patin, Sungai Gelam - Jambi, BBPBAT
kualitas benih sangat mempengaruhi Sukabumi, dan BPBAT Mandiangin,
keberhasilan usaha. Penurunan kualitas (belum ada pihak swasta yang
benih sudah mulai dirasakan para mengusahakan)
pembudidaya ikan patin di Indonesia. - Pemuliaan induk juga perlu dilakukan.
Penurunan tersebut dapat dilihat dari : Di Vietnam program pemuliaan sudah
masa pemeliharaan yang semakin dilakukan dan untuk turunan pertama
panjang, keseragaman ukuran yang didapatkan perbaikan genetik ”genetik
sangat jauh ketika ikan dipanen, dan gain” (meningkat 10 -13 % ) dari sisi
kelangsungan hidup yang semakin pertumbuhan dan proporsi fillet. Di
rendah. Oleh sebab itu, untuk menjamin Indonesia sudah dimulai oleh BPBAT
ketersediaan benih yanh tepat waktu, Sungai Gelam - Jambi sebagai
tepat jumlah, dan tepat kualitas/mutu, PUSTINA (Pusat Patin Nasional)
maka dengan melihat permasalahan yang sudah mulai uji karakterisasi induk dari
berkembang di masyarakat perlu berbagai daerah pada tahun 2009.
diusahakan beberapa hal sebagai berikut : Kegiatan ini masih berlanjut sampai
sekarang.

PATIN
120
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
- Managemen pemeliharaan induk juga pakan alami (rotifera, moina, dan
harus yang standar (pemberian pakan, daphnia air tawar) secara massal di
hormon, kualitas air, penanganan kolam. Perkembangan terbaru, BPBAT
induk (handling) dan lain-lain). Dengan Sungai Gelam - Jambi sudah
managemen yang baik, diharapkan memulainya dan berhasil melakukan
induk bisa matang gonad sepanjang penebaran larva yang berumur 4 -5
tahun. hari setelah menetas secara langsung
- Proses produksi benih yang perlu kekolam sehingga ikan tumbuh lebih
diperbaiki. Untuk keperluan ekspor, cepat dengan rerata kelangsungan
proses produksi benih di Vietnam hidup (SR) sama dengan dipelihara
hampir semua kegiatan dilakukan di dalam hatchery (40 %).
kolam pemeliharaan. Hatchery - Perlu dibangun model hatchery yang
melakukan pemeliharaan ikan hanya berskala besar dengan menerapkan
sampai umur 1 – 2 hari setelah ikan prinsip-prinsip biosecurity dan Cara
menetas, sehingga ikan terhindar dari ” Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB)
pengkebirian ” seperti yang dlakukan yang sudah mulai disosialisasikan oleh
oleh pembenih di Indonesia yang untuk lebih menjamin ketersediaan
memelihara ikan sampai berukuran 2 benih dalam kualitas ataupun kuantitas
inchi di dalam akuarium/bak terbatas. untuk memenuhi kebutuhan kolam
Proses produksi di Vietnam tersebut patin berskala besar untuk pemenuhan
harus didukung dengan kemampuan kebutuhan ekspor.
untuk memproduksi/menumbuhkan
7.3. PEMBESARAN PATIN KEDEPAN
Untuk pembesaran ikan patin kedepan kuning, bukan pink seperti patin yang
harus lebih memperhatikan prinsip-prinsip dipelihara pada kolam dengan
pembesaran dengan penataan yang rapi pergantian air yang baik.
dan teratur. Pembesaran ikan patin juga - Perlu penetapan kawasan
harus ramah lingkungan dan disesuaikan pembesaran yang baru dengan
dengan karakteristik biologi ikan patin. karakteristik lahan dan sungai yang
Langkah-langkah yang perlu dilakukan memiliki kemiripan dengan Delta
adalah : Mekong, Vietnam. Di Vietnam,
pembesaran patin dilakukan di daerah
- Tidak dapat mengandalkan kawasan-
hilir, sehingga level air di kolam lebih
kawasan pembesaran patin yang telah
mudah mengaturnya. Kolam-kolam
ada untuk kepentingan ekspor, karena
yang dibangun juga lebih luas dan
kebanyakan diantaranya tidak
lebih dalam (4-5 meter) untuk
mengindahkan prinsip-prinsip
memanfaatkan volume.sehingga
budidaya seperti inlet, autlet, dan
kepadatan ikan bisa ditingkatkan 2 kali
bentuk dan penentuan letak kolam
lipat per-satuan luas.
yang tidak beraturan. Kebanyakan
- Pembesaran juga dapat
kawasan ikan patin juga berada di
memanfaatkan karamba-karamba di
lahan marginal, sehingga
sungai, dengan ukuran yang lebih
menghasilkan daging yang berwarna
besar seperti di Vietnam.

PATIN
121
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
7.4. PENGOLAHAN (PROCESSING PLANT) PATIN KEDEPAN
Segmen pengolahan merupakan Vietnam yang masuk ke Indonesia). Pabrik
segmen yang masih belum digarap di pengolahan tersebut hasil kerjasama
Indonesia. Ada beberapa yang sudah antara Dinas Perikanan Kabupaten
mencoba dan sudah sempat jalan untuk Kampar, Dinas Kelautan dan Perikanan
kurun waktu beberapa tahun adalah Propinsi Riau dan PT. Bonecom, sehingga
kerjasama antara IPB dan Kemfood dinamakan PT. KAMPARICOM. Namun
(pengusaha Bob Sadino) dengan produk kegiatan dari pabrik sampai sekarang tidak
fillet yang diolah menjadi bakso ikan, berkelanjutan terkendala masalah bahan
nugget ikan dan burger ikan, namun dalam baku dan pemasaran. Pengembangan
beberapa bulan sudah berhenti. pabrik yang masih eksis di Pulau Sumatera
sampai sekarang adalah PT. NASUBA di
Setelah itu beberapa perusahaan Sumatera Utara yang bekerjasama
mencoba mendirikan pabrik fillet patin, dengan pebrik pakan Manggalindo.
seperti PT. Manggalindo dan PT. SLU Sedangkan di Pulau Jawa semakin banyak
(Sumber Laut Utama) di Sumatera. pabrik pengolahan patin yang
Permasalahan yang dialami adalah : berkembang, seperti PT. Adib Global Food
Karawang, PT KMM Cikampek, PT KML
- Harga jual Patin ke pedagang lokal
Jawa Timur, PT CP Prima Jawa Timur.
lebih tinggi daripada harga jual ke
Langkah-langkah dalam pengolahan fillet
perusahaan
sebenarnya ada beberapa tahap yang
- Beralihnya budidaya Patin ke Nila
harus dilalui, yaitu :
karena harga jual Nila lebih tinggi dan
a. Penerimaan bahan baku ikan
masa panen yang lebih cepat
b. Filleting
dibanding Patin
c. Skinning
- Size ikan patin yang beragam (standar
d. Trimming
size 800 gr/ekor untuk fillet)
e. Grading dan sizing
- Biaya produksi Patin meningkat
f. Pembekuan
- Kurang berhasilnya kemitraan antara
g. Pengemasan
pembudidaya patin dengan PT.
h. Stuffing untuk export
Manggalindo dan PT. SLU
Semua tahap-tahap tersebut harus
Selain studi kasus di Jambi, di Provinsi
dilengkapi sarana dan prasarana
Riau juga mulai merintis pabrik
penunjang sehingga proses pengolahan
pengolahan pada tahun 2013 yang akan
bisa berjalan dengan baik. Keberhasilan
memproduksi fillet patin dengan target
tersebut harus didukung oleh segenap
awal untuk memenuhi kebutuhan dalam
stageholder yaitu dari UPR, Pembudidaya,
negeri (menangkal produk dari fillet dari
Pemerintah, dan Pengusaha.

7.5. BUDIDAYA TERINTEGRASI (INTEGRATED FARMING)

Dalam menjamin kelangsungan usaha terintegrasi adalah bahwa kegiatan usaha


ikan patin harus dilakukan budidaya yang dari hulu ke hilir dikelola dalam satu
terintegrasi, Maksud dari budidaya perusahaan supaya lebih mudah dalam :

PATIN
122
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
- Menjamin ketersediaan baku. Direktorat Usaha dan Investasi, Dirjen
- Penelusuran produk lebih mudah. Pengolahan Hasil dan Pemasaran,
- Menjamin mutu produk dari mata rantai Departeman Kelautan dan Perikanan
yang satu ke mata rantai yang lainnya. menawarkan program Klaster dalam
- Menopang satu jenis mata rantai usaha menerapkan industri per-patinan terpadu,
dengan mata rantai yang lain, sehingga yang dapat dilihat sebagai berikut:
tercipta keuntungan yang maksimal.

RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI


PER-PATIN-AN TERPADU

PANEN PENGOLAHAN PEMASARAN


BUDIDAYA
PRODUK

SARANA SDM HUKUM


DAN FINANSIAL DAN DAN
PRASARANA IPTEK KELEMBAGAAN

Gambar 111. Flow chart rencana pengembangan industri per-patinan terpadu yang dipresentasikan oleh
Direktorat Usaha dan Investasi, Dirjen Pengolahan Hasil dan Pemasaran, Departemen
Kelautan dan Perikanan.

Dari Flow chart diatas maka karena patin memiliki kelebihan :


dikembangkanlah suatu sistem usaha Mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,
dimana aktivitas hulu sampai dengan hilir mempunyai nilai tambah,dapat digunakan
di dalam suatu manajemen terpadu yang sebagai sumber kemakmuran masyarakat
disebut ”KLASTER”. Klaster merupakan (menyerap tenaga kerja). Sedangkan
suatu kumpulan dari berbagai unit usaha alasan mengapa yang dikembangkan
yang satu sama lainnya berhubungan adalah sistem klaster, karena perlu :
secara fungsional dalam suatu kawasan
tertentu dan satu pengelolaan yang - Membangun tata niaga patin dari hulu
terpadu. Sistem terpadu ini dikembangkan sampai hilir, untuk menuju Produk

PATIN
123
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Perikanan Prima. secara berimbang dalam rangka
- Menghasilkan Patin sebagai bahan meningkatkan daya saing global.
baku Industri pengolahan yang - Sasarannya adalah keterpaduan
mempunyai kualitas berdaya saing industri pengolahan hasil perikanan
tinggi dalam jumlah yang cukup. dari hulu sampai hilir dengan industri
- Membantu daerah yang memiliki pendukung lainnya.
potensi untuk pengembangan patin - Terbentuknya klaster per-patin-an
untuk ekspor yang mampu menanggulangi
- Mensejahterakan masyarakat kemiskinan dan menciptakan peluang
pembudidaya patin di daerah tersebut kerja.
Sedangkan secara umum tujuan Dari penerapan klaster pada
pengembangan klaster adalah : pengembangan ikan patin, maka
- Meningkatkan pertumbuhan investasi diharapkan :
dan ekonomi lokal/daerah yang - Meningkatkan kesejahteraan petani
berbasis pada pemanfaatan sumber - Mempunyai kualitas produk akhir
daya alam secara berkelanjutan; yang kompetitif
- Menumbuhkan jaringan dan - Membangun image ikan patin mampu
kemitraan usaha bagi komunitas sebagai penyangga perekonomian
klaster (UMKM dan Besar); masyarakat.
- Mewujudkan skala ekonomi usaha
Tabel 34. Manfaat yang akan didapatkan oleh segenap stageholder dengan adanya
penerapan sistem klaster.

No Stake holder Ekspektasi Prioritasisasi

Produk meningkat, Harga Bertambahnya pendapatan,


1 Petani
stabil kesejahteraan naik
Kualitas produk terjamin,
Meningkatkan profit, penghela
kuantitas dan kualitas bahan
2 Industri perekonomian rakyat
baku sesuai kebutuhan dan
pasar dikuasai

PAD meningkat, kewibawaan


3 Pemda Lapangan kerja bertambah
aparat meningkat

Kebutuhan masyarakat
Kesejahteraan meningkat,
4 Pemerintah terpenuhi, fasilitas umum
kemanan terjamin
terjamin
Dalam mewujudkan penerapan sistem klaster dalam budidaya ikan patin di Indonesia
perlu dukungan kelembagaan. Kelembagaan tersebut harus meliputi segenap stakeholder.

PATIN
124
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Usaha Pembenihan Sarana Produksi •DKP
Patin Budidaya Patin •Pemda
•LIPI
ZONE I •BRKP
PRO JOB •Koperasi
Pembudidaya •Bank
PRO POOR
PASCA PANEN
ZONE II Depot pengolahan Transportasi
•DKP
•Bank
PRO JOB (Koperasi, BUMD, BUMDES, UPP)
•Koperasi
•Instansi terkait

ZONE III Perusahaan Penghela


•Swasta
PRO GROWTH •BUMN
•Dll

Jasa Pendukung :
Pasar Domestik EXPORT Perbankan
Riset
Instansi Pemerintah
Transportasi
Quality Assesment

Gambar 112. Pengembangan kelembagaan klaster patin menurut Direktorat Usaha dan
Investasi, Dirjen Pengolahan Hasil dan Pemasaran, Departemen Kelautan dan
Perikanan (2012).

Dalam kelembagaan tersebut, Tugas dan kewajiban zona II


masing-masing Zone memiliki tugas. (Koperasi/BUMD/UPP) adalah :
Fungsi dan kewajiban Zona I - Melakukan pengawasan dan
(pembudidaya) adalah : monitoring produksi kelompok
- Bergabung dalam kelompok dan pembudidaya Patin
melaksanakan manajemen produksi - Melakukan pembelian, pengumpulan,
sesuai dengan rancangan kegiatan sortir dan grading Patin dari kelompok
yang dilaksanakan dalam kegiatan pembudidaya.
pengembangan kemitraan patin; - Melakukan pengemasan dan
- Melakukan budidaya patin dengan pengadaan transportasi Patin
teknis budidaya yang ditetapkan oleh - Mengelola, memanfaatkan, dan
perusahaan memelihara asset yang diadakan baik
Pembina/penghela/dinas/koperasi; dari pemerintah, swasta atau lainnya
- Menjual patin ke perusahaan untuk pengembangan kemitraan
penghela/ Pembina melalui koperasi Patin (depo ikan segar dan fillet,
sesuai dengan standar kualitas yang refrigerated truck).
telah ditetapkan.

PATIN
125
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Kewajiban Perusahaan - Saling menghidupi
Penghela/Pembina : - Saling memiliki serta menghargai hak
- Menampung, membeli, menangani dan kewajiban
dan atau mengolah serta - Tanggung jawab
memasarkan produksi Patin Konsep diatas ditawarkan oleh
- Membantu menyediakan sarana Direktorat Usaha dan Investasi, Dirjen
produksi dan mengusahakan Pengolahan Hasil dan Pemasaran,
pinjaman kredit yang diperlukan Departemen Kelautan dan Perikanan.
Sedangkan untuk menjamin terlaksananya Konsep tersebut cukup baik untuk
pengembangan klaster ini, maka dilaksanakan. Permasalahannya sampai
berdasarkan pengalaman, pola kemitraan tahun 2009 belum ada Model Area yang
antara usaha budidaya ikan dengan dibangun untuk dijadikan contoh kasus
perusahaan pengolahan/fillet patin dalam pengembangan ikan patin dengan
sebaiknya berazaskan : sistem klaster tersebut. Oleh sebab itu
- Kesetaraan konsep tersebut harus secepatnya
- Sama-sama menguntungkan diwujudkan dengan membuat suatu Model
- Penyebaran resiko bersama Area Pengembangan ikan patin dengan
- Pengambilan keputusan bersama sistem klaster. Sebagai perbandingan,
- Memupuk keterbukaan dapat dilihat penerapan konsep
- Saling membutuhkan keberadaan pengembangan budidaya ikan patin
satu sama lain terintegrasi di Vietnam.
- Saling memperkuat

Feed Mills Service Providers Suppliers (other Value Chain):


Organic & Insurance, Transport, Laboratories Equipment, Transportation Means,
Non organic feed Medical & Environtment Services Wood,Nets, Salt, Limestone, Medicine
Packaging & Maintenance

Middle Traders

Distributors Customers:
Hatchery Growing Local market Domestic,
Processing Supermarket USA,
Nursing Farms Restourant Europe,
Hotel Japan,
Retailling Agents China,
Export Agents Australia

Cooking Oil /
Waste Usage Cosmetics

Support Institution Infrastructure


AFA, Nafiqaved, VASEP, An Giang & Can Tho Uni, Centerof Techn. Roads, Bridges, Ferries, Public Utilities ,
Application and Transfer, Banks, Centerof Extension No. 9, Land, Water Area, Communication, Wells
Development Assistance Fund, Farmer‘s Association, TPCs, VCCI,

Gambar 113. Pengembangan ikan patin terintegrasi di Negara Vietnam (Cao Thanh Vân, 2007)

PATIN
126
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
7.6. BUDIDAYA IKAN PATIN YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN BERKELANJUTAN
(RESPOSIBLE AND SUSTAINABLE AQUACULTURE)

Budidaya yang bertanggung jawab Supaya lebih lengkap bisa ditebar bakteri
dan berkelanjutan harus dimulai dengan probiotik sehingga proses pemanfaatan
penerapan dasar-dasar ekologi perairan limbah lebih optimalSupaya semua
dalam praktek budidaya ikan. Konsep yang berjalan dengan baik, wadah budidaya
sudah mulai diterapkan di Indonesia (yang diberi aerasi.
telah dilakukan lebih dulu di negara lain
seperti China sebagai penghasil ikan air Sistem ini bisa dilakukan secara
tawar terbesar didunia) adalah “Budidaya bertingkat, Misal : Air dari kolam patin
berbasis tropik level” yang dipekenalkan dialirkan ke kolam ikan “servis”. Selain itu
oleh Prof. Enang Harris dari Institut dapat juga dilakukan dalam wadah yang
Pertanian Bogor. Dalam Budidaya sama, yaitu dengan cara memelihara ikan
berbasis tropik level dijelaskan bahwa patin dalam jaring/hapa, sedangkan ikan
budidaya di masa mendatang akan “servis” di luar hapa. Berdasarkan
kembali menerapkan prinsip-prinsip komunikasi pribadi dengan Bp. Enang
ekologi, bukan seperti yang dilakukan Haris, limbah (sisa pakan dan kotoran
sekarang, yaitu budidaya yang ikan) yang tidak termanfaatkan oleh ikan
intensif/superintensif degan padat tebar utama, adalah lebih banyak jika
tinggi dan monokultur (satu komoditas dibandingkan yang termanfaatkan,
saja) seperti budidaya udang dan sehingga ikan “servis yang ditebar, diduga
beberapa ikan lain. Konsep yang akan akan lebih efektif jika lebih banyak
diterapkan adalah dengan menebar ikan daripada ikan yang diberi makan (ikan
dan organisme lain kedalam wadah utama).
budidaya sebagai ikan/organisme yang
Konsep ini juga bisa diterapkan di
memiliki fungsi “servis”. “Servis” yang
perairan umum seperti Danau/ Waduk
dimaksud adalah berfungsi sebagai
yang terdapat kegiatan budidaya
organisme yang memanfaatkan limbah
(Karamba Jaring Apung) supaya
sisa buangan hasil budidaya (sisa pakan
keseimbangan ekosistem dalam perairan
dan kotoran ikan) sehingga kondisi wadah
tersebut tetap terjaga dengan menebar
budidaya diusahakan menjadi suatu
“ikan servis” di perairan umum tersebut.
ekosistem yang seimbang. Sebagai
Akan tetapi dalam kasus ini perlakuan
contoh : Budidaya ikan patin dengan ikan
tidak akan efektif jika ikan “servis” yang
servis ikan tambakan, ikan mola, ikan nila
ditebar terlalu sedikit.
dan ikan sapu-sapu, atau jenis lain.

7.7. PENERAPAN MODUL STANDARISASI DAN SERTIFIKASI INTERNASIONAL : GOOD


AQUACULTURE PRACTICE (GAP), BEST AQUACULTURE PRACTICE (BAP), DAN
SAFE QUALITY FOOD (SQF)

1. Desain dan Konstruksi Wadah


Penerapan desain kolam yang standar lainnya), demikian juga standar untuk
untuk kolam/tambak di berbagai lokasi pembuatan karamba. Pembuatan wadah
(lahan gambut, air payau, pegunungan dan budidaya juga diusahakan tanpa
PATIN
127
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
mengganggu kelestarian ekosistem - Total ammonia nitrogen =< 5 mg/L
sekitarnya dan tidak mengganggu - 5 – hari Biochemical Oxygen Demand
kegiatan dan bidang usaha lain seperti : = < 50 mg/L
pertanian, perkebunan dan kehutanan. - DO (Dissolved Oxygen) =>3
- Kandungan Chloride dalam air tawar =
2. Traceability Product 800 mg/L
Asal produk harus terekam dan
terdokumentasi sehingga dapat ditelusuri 5. Keamanan Kerja dan
dari hulu sampai ke hilir. Mulai dari Tanggungjawab Sosial
pemeliharaan induk, produksi benih di Tanggung jawab sosial disini
hatchery dan kolam, pembesaran di kolam, harus memperhatikan keamanan kerja
pemanenan, dan pakan yang digunakan. bagi tenaga kerja. Selain itu
pengusaha tidak boleh
3. Managemen dan Monitoring memperkerjakan tenaga kerja dibawah
Kesehatan Ikan umur (eksploitasi anak dibawah umur).
Dalam menangani penyakit harus Jika usaha sudah semakin
memperhatikan bahwa pencegahan lebih berkembang, maka perlu dilakukan
baik daripada pengobatan. Pengcegahan pengabdian sosial dengan kegiatan-
bisa menggunakan vitamin untuk vitalitas kegiatan untuk masyarakat.
dan daya tahan tubuh ikan. Pembudidaya
juga harus meminimalisasi dan 6. Jaminan Kualitas dan Keamanan
bertanggung jawab dalam penggunaan Pangan
obat dan bahan kimia. Pembudidaya juga Dalam hal ini perlu memperhatikan
harus mengikuti peraturan penggunaan melihat kandungan bakteri, seperti :
obat dan peraturan pasar terhadap residu Salmonela, E. coli, dan lain-lain. Selain
antibiotik. Pengembangan obat-obat dari itu harus melihat penggunaan obat-
bahan alami (biofarmaka) perlu obatan seperti antibiotik, pestisida dan
digalakkan. Pendekatan alternatif juga hormone.
bisa dilakukan dengan menggunakan
Selalu Memantau Isu Perdagangan
probiotik dan imunostimulan.
di Dunia
4. Managemen dan Monitoring Penetapan Nama Dagang dan Bar
Lingkungan Code untuk menjamin Traceability
Dalam hal ini perlu memperhatikan Perlu ditetapkan nama dagang
kelestarian hutan, pelaku budidaya juga ikan patin ini, Misal seperti di Vietnam
harus memperhatikan buangan budidaya. menjadi Pra, Basa, Pangasius, Jadi di
Prosedur sanitasi dan managemen untuk Indonesia bisa juga diberi nama
penanganan limabah juga harus Jambal, Patin atau yang lainnya.
diperhatikan. Standar untuk saluran Penamaan nama dagang juga harus
pengeluaran dari proses budidaya yang diikuti dengan sistem Labelling berupa
sesuai adalah : (bar coding) yang sesuai standar
- pH = 6 – 9,5 untuk produk pakan, dan produk hasil
- Total partikel tersuspensi = < 100 mg/L pengolahan (fillet, nugget, dan lain-
- Soluble Phospor = < 0,5 mg/L lain) dan menjadi penanda Eco-label.

PATIN
128
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Dalam bar coding menunjukkan identification)
berbagai hal yang dapat menelusuri - Nomor seri produk (serial
asal-usul produk, yaitu berupa : number)
- Data dan waktu manufaktur
- Identifikasi produk (Product - Pengecekan special code

Gambar 114. Contoh bar coding untuk produk pakan (Michael Lin, 2007) QR (Quick Response) Code
gambar di kanan dan AR (Augmented Reality) Code (bawah) yang sekarang lazim
digunakan

Dalam penggunaan bar code, harus Bar code producer, Bar code recording,
dilengkapi beberapa peralatan, yaitu : Bar code historical recording, dan Produce
- Bar code printer, Traceability tracking & Routing.
- Bar code reader, dan
- Bar coding computer system. Yang terdiri
dari :

PATIN
129
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
US anti-dumping duties pengenal atau pelacak yang mengarah ke
situs web atau aplikasi. BPBAT Sungai
Perlu memperhatikan peraturan Gelam Jambi telah menerapkan QR code
perdangangan Internasional jika ingin untuk Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI).
berorientasi ekspor. Sejalan dengan Sedangkan AR Code (Augmented Reality)
berkembangnya teknologi, maka merupakan code yang sangat interaktif
dikembangkanlah QR Code dan AR Code. bisa digunakan untuk produk digital dan
QR Code (Quick Respone) merupakan diaplikasikan dalam smart phone.
kode batang berisi pencari lokasi,

7.8. PERLUNYA SOSIALISASI TENTANG PERSYARATAN PRODUK PERIKANAN


DALAM MENEMBUS PASAR EKSPOR.
7. Penyiapan sampel
Pengetahuan dasar mengenai produk
8. Prosedur penyiapan sampel
perikanan yang berdaya saing di pasar
9. Uji fisiokimia (Misal : Histamin, Zat
ekspor meliputi beberapa hal, yaitu :
dasar Nitrogen yang cepat menguap,
Bagaimana pemeriksaan terhadap Air raksa, BHC, DDT, dan Arsenikum
ekspor produk perikanan non-organik).
Pemeriksaan terhadap ekspor produk 10. Penerbitan sertifikat data uji
ikan terdiri dari : Dalam pemeriksaan tersebut harus
1. Penerimaan permohonan disiapkan terlebih dahulu : Nama Produk,
2. Koordinasi pemeriksaan dan jadwal Barang yang diperiksa dan diuji, Jumlah
pengambilan sampel dan tanggal pemeriksaan yang diminta,
3. Pemeriksaan (pengecekan lot dan uji Tempat penyimpanan, Kualifikasi kargo
sensoris) (apa diijinkan/tidak), Pemohon (broker
4. Prosedur uji sensoris (Aspek yang diuji kepabeanan) dan pengecekan terhadap
terdiri dari tampilan, bau, dan manager tempat penyimpanan.
jaringan). Tampilan yang dinilai
Pengetahuan dasar traceability sytem
biasanya sisik dan sirip tidak mudah
rusak dan terlepas, tidak ditemukan Yang dimaksud traceability adalah
parasit pada permukaan kulit (kecuali pada masing-masing level dari rantai
makanan beku, makanan yang makanan (food chain) yang dimulai dari
dipanaskan atau yang diproses proses produksi/penjualan, akan dapat
dengan teknologi tinggi). Bau, ikan dilakukan pelacakan terhadap produk
yang baik akan mengeluarkan bau makanan dan informasi-informasi terkait
amis tanpa bau amoniak atau bau Departemen Pertanian. Sedangkan
yang tidak biasa lainnya yang pengertian traceability menurut codex
disebabkan karena hilangnya adalah kemampuan untuk melacak
kesegaran ikan. Jaringan ikan yang perpindahan produk makanan pada setiap
masih bagus memiliki otot yang keras level dari proses produksi, pengolahan
dan elastis, isi perut dapat serta distribusinya (Hewan, lemak, bahan-
diidentifikasi dengan jelas dan segar. bahan pestisida dan lain sebagainya yang
5. Penilaian termasuk dalam proses “Produksi”).pada
6. Penyerahan (ke laboratorium)
PATIN
130
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
saat setelah timbulnya masalah denagn untuk mempertahan kan keamanan
produk makanan. (mempertimbangkan biaya terhadap
Tujuan dari traceability adalah supaya hasil). Selanjutnya juga perlu dimengerti
dapat secepatnya mengkaji dan meneliti bahwa traceability tidak sama dengan hi-
sumber penyebab dan melakukan tech (teknologi IT).
tindakan penanggulangan. Selain itu
Pengetahuan dasar mengenai ISO dan
dengan traceability dapat
HACCP
mempertahankan kepercayaan konsumen
atas keamanan, mutu, dan penampilan ISO (International Organization for
dari suatu produk makanan. Poin-poin Standarization) merupakan lembaga yang
penting yang harus diperhatikan adalah mempromosikan standarisasi secara
saling terkait eratnya produk makanan global, baik itu dalam hal produk, sevice,
dengan informasi yang saling dan lain sebagainya. ISO 9001 diterbitkan
berhubungan dengannya. Selain itu saling tahun 1987 yang berisi tentang
berhubungannya catatan dari semua level tercapainya kepuasan pelanggan melalui
pada rantai makanan dan tidak adanya garansi mutu. Jadi yang menjadi objek
pelanggaran terhadap standar ISO dan adalah garansi mutu sehingga targetnya
Codex pada semua levelnya. Kemudian adalah mutu produk (Quality) dan
memungkinkan dilakukannya pencarian Keamanan produk (Safety) (Tahun1994).
dengan metode Trace back dan Tracking. Sedangkan pada ISO tahun 2000, objek
Penggunaan teknologi Bar coding seperti berubah menjadi kepuasan pelanggan,
yang telah diterangkan sebelumnya juga sehingga targetnya adalah kualitas
bisa diaplikasikan dalam traceability. pekerjaan. Kualitas pekerjaan melingkupi,
Traceability bukan kartu tertinggi Mutu, Keamanan, Masa pembayaran,
(penentu) dalam mempertahankan Biaya, Kecepatan, Service, dan
keamanan pangan. Prinsip dasar yang sebagainya. Secara garis besar mengenai
harus diperhatikan adalha membuat standar ISO9001 berisi tentang : sistem
makan yang aman. Memperjelas tujuan managemen mutu,tanggungjawab
adalah bukan membuka informasi untuk pengusaha, penanganan pengaplikasian
umum, karena hanya dengan membuka sumber daya, realisasi produk,
informasi untuk umum kepercayaan umum pengukuran, analisa, serta perbaikan
tidak bisa didapatkan. Pertama-tama yang HACCP (Hazard Analysis Critical
harus dibangun pengusaha adalah Control Point) adalah sistem yang
membangun (dari langkah awal sampai menjamin kemanan yang homogen atas
langkah akhir) sistem dalam ruang lingkup semua produk melalui penanganan
yang bisa kita kontrol sendiri (ruang jalannya proses produksi. Secara spesifik
lingkup tanggung jawab masing-masing). dijelaskan HACCP adalah melakukan
Sangat penting untuk mematuhi dan penanganan dengan lebih mengutamakan
memantapkan pemenuhan perusahaan pada proses kerja pada saat timbulnya
supaya perkenalan sistem menjadi lebih suatu kesalahan dan dapat merugikan
berarti. Usahakan sistem yang dibangun kesehatan.
adalah “Simple Best” Membuat data base Hazard Analysis (Menganalisa
yang sederhana dan mudah dimengerti Bahaya) yang berarti menerangkan atau

PATIN
131
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
menjelaskan apa saja yang menjadi Satu lagi yang akan diperkenalkan
bahaya, bahaya bisa disebabkan oleh disini adalah ISO:22000. Standar yang
beberapa penyebab. Penyebab pertama satu ini melingkupi hal-hal yang diperlukan
adalah bahaya secara biologi, bisa berupa untuk mentusun sistem managemen
bakeri, virus dan parasit. Bahaya kedua kemanan makanan, bahan makanan, dan
bisa secara kimia yang terdiri dari bahan yang terkait dengan rantai makanan
kimia seperti pupuk, antibiotik, deterjen, (pembuat bahan pupuk, obat-obatan
obat pembunuh kuman, bahan aditif, dll. medis, pembuat bahan pencuci,
Bahaya juga bisa disebabkan secara pembungkus, mesin makanan,
Fisik, yaitu bisa berupa lempengan logam, transportasi, penyimpanan, dll.). Untuk
gelas, dll. ISO:22000 terfokus pada keamanan
Critical Control Point (Poin bahan makanan, kalau ISO:9001 juga
Pengontrolan Terpenting) adalah hal-hal harus meperhatikan enak/tidaknya, harga
mengenai kontrol terhadap ketiadaan yang sesuai, sehat, mudah dimasak
suatu kesalahan pada saat penanganan (supaya pelanggan puas). Sebenarnya
(tempat pengawasan pada saat ISO 22000 melupakan penyempurnaan
penaganan). Kedua bagian tersebut dan memperbaiki kelemahan yang ada
menjadi satu sistem yang penaganan yang pada HACCP, karena HACCP memiliki
saling terkait 12 prosedur dan tujuh prisip kelemahan sebagai berikut :
dalam sistem HACCP, yaitu : - Tidak dijelaskan tanggung jawab dari
1. Prosedur 1. Penyusunan HACCP pengusaha
2. Prosedur 2. Deskripsi dari Produk - Yang menjadi target utamanya hanya
3. Prosedur 3. Deskripsi kegunaan proses produksi saja (tidak
pemakaian menargetkan keseluruhan rantai
4. Prosedur 4. Pembuatan diagram makanan).
Proses Produksi (Diagram Alir) - Tidak dijelaskan pentingnya
5. Prosedur 5. Konfirmasi di lokasi komunikasi antar divisi dan antar
pekerjaan organisasi.
6. Prosedur 6. (Prinsip 1) Analisa Biaya - Tidak cukupnya fungsi PDCA (siklus
7. Prosedur 7. (Prinsip 2) Menentukan perbaikan)
poin-poin untuk penanganan Prinsip yang dipegang dalam
terpenting ISO:22000 adalah :
8. Prosedur 8. (Prinsip 3) Menentukan - Tim penanganan bahan makanan
Standar penanganan - Karakteristik produk
9. Prosedur 9. (Prinsip 4) Mengatur - Level proses pembuatannya, serta
metode monitoring penanganannya
10. Prosedur 10. (Prinsip 5) Mengatur - Penjelasan mengenai langkah-
langkah-langkah untuk perbaikan langkahnya
11. Prosedur 11 (Prinsip 6) Mengatur - Kegunaan yang telah dirancang
metode pengecekan - Diagram alir
12. Prosedur 12 (Prinsip 7) Mengatur - Analisa bahaya
metode penanganan dokumen dan - Menentukan penjelasan dari bahaya
catatan serta standar yang diperbolehkan

PATIN
132
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
- Evaluasi bahaya dengan mencegah gangguan kesehatan
- Pemilihan langkah - langkah yang disebabkan dari makanan atau
penanganan produk serta minuman dengan menerapkan regulasi
evaluasinya yang diperlukan dari sudut pandang
- Penjelasan dari CCP kesehatan masyarakat umum serta untuk
- Menentukan batasan-batasan yang melindungi kesehatan warganegara.
diperbolehkan dalam penjelasan CCP Regulasi sanitasi yang berhubungan
- Sistem untuk menentukan monitoring dengan Undang-Undang Sanitasi
CCP Makanan terdiri dari :
- Penanganan pada saat telah BAB 1 Ketentuan Umum (Pasal 1 – 4)
dibatasinya monitoring BAB 2 Makanan dan Bahan Aditif (Pasal 5
- Merencanakan pelaksanaan verifikasi – 14)
- Poin-poin yang diperlukan terkait BAB 3 Peralatan dan Wadah/Kemasan
dengan dokumentasi (Pasal 15 – 18)
- Pra-informasi yang mengatur PRP BAB 4 Pelabelan dan Pengiklanan (Pasal
(Program Pra-Kondisi) dan Rencana 19 – 20)
HACCP serta pembaharuan BAB 5 Standar Resmi tentang Bahan
dokumennya. Aditif makanan (Pasal 21)
PRP adalah sebuah program BAB 6 Pedoman & Rencana Bimbingan &
penanganan kesehatan yang Pengawasan
mengharuskan dilakukannya (Pasal 22-24)
persiapan secara khusus sebelum BAB 7 Inspeksi (Pasal 25 -30)
melaksanakan pengenalan sistem BAB 8 Lembaga Inspeksi Terdaftar (Pasal
HACCP. 37 – 47)
BAB 9 Bisnis
Pengetahuan tentang Undang-undang
BAB 10 Bermacam-macam Ketentuan
Sanitasi Makanan
(Pasal 57 – 70)
WHO Mendefinisikan sanitasi BAB 11 Hukuman (Pasal 71 – 79)
makanan sebagai “Segala upaya yang Masing – masing bab terdapat
diperlukan untuk menjaga keamanan, penjelasan yang lengkap. Untuk lebih
kesehatan, dan kesempurnaan makanan- lengkapnya, (sampai penjelasan yang
makanan pada semua tingkat (siklus) dari lebih detail) pembaca bisa menapatkan
sejak budidaya, produksi, atau saat informasi dari Kementrian Kesehatan dan
manufaktur dan pengolahan sampai Tenaga Kerja. Disana juga bisa di
dikonsumsi oleh manusia”. Tujuan adanya dapatkan Undang-undang tentang
undang-undang yang berhubungan “Pengawasan makanan impor”.
dengan sanitasi makanan adalah
melindungi keamanan makanan tersebut

PATIN
133
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
PELUANG BARU
USAHA PATIN
DI INDONESIA
Oleh :
Boyun Handoyo, Irwan, Catur SW

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
BAB VIII
PELUANG BARU USAHA PATIN DI INDONESIA
Dibawah ini akan dijelaskan oleh instansi pemerintah disarankan melalui
penulis peluang-peluang baru usaha ikan prosedur yang menerapkan kaidah-kaidah
patin yang dimungkinan akan menjadi tren untuk mempertahankan kualitas genetik
dimasa depan : dengan menekan inbreeding rates dan
melakukan seleksi secara fenotif untuk
8.1. PRODUKSI INDUK PATIN SIAM memilih ikan berkarakteristik baik. Peluang
Produksi induk patin siam merupakan lain untuk produsen induk adalah menjual
salah satu peluang usaha yang memiliki induk matang, sehingga pembudidaya
prospek yang bagus sejalan kebutuhan juga perlu dibekali teknologi supaya induk
akan induk bermutu. Untuk memproduksi bisa matang sepanjang tahun, karena
induk bermutu harus sesuai dengan harganya lebih menjanjikan dibandingkan
kaidah-kaidah yang ada (melihat dari segi harga calon induk biasa. Pengembangan
genetika ikan). induk-induk unggul sudah dikembangkan
oleh UPT DJPB dan Balai Riset
Kegiatan produksi induk berkualitas Kementerian Kelautan dan Perikanan.
merupakan salah satu peluang usaha yang Produk Rilis seperti Patin PERKASA hasil
ukup menjanjikan bagi pembudidaya ikan seleksi oleh BRPI Sukamandi telah
patin siam. Kegiatan ini bisa dilakukan disebarkan ke masyarakat. BPBAT Jambi
seiring dengan kegiatan produksi juga melakukan kegiatan seleksi yang
(pembenihan ataupun pembesaran), bisa berkelanjutan dengan menaikan potensi
juga dilakukan sambil memproduksi induk tumbuh cepat ikan patin siam dengan
untuk kebutuhan sendiri. Pembudidaya mendatangkan dari beberapa daerah.
yang akan memproduksi calon induk harus Rencananya tahun 2020-2021 akan
dibekali dengan kaidah-kaidah yang harus merilis strain baru Generasi ke 4. Dimana
dilakukan untuk memproduksi calon induk hasil percobaan setiap generasi terdapat
melalui kegiatan diseminasi. kenaikan pertumbuhan sebesar 15-20
persen dibandingkan populasi dasar.
Kegiatan produksi calon induk yang
dilakukan oleh pembudidaya maupun

8.2. PEMBENIHAN PATIN SIAM TANPA ARTEMIA DAN CACING


Sistem pembenihan ini sangat efektif hatchery. Untuk kelangsungan hidup tidak
dilakukan di daerah yang susah untuk berbeda nyata antara di kolam dan di
mendapatkan cacing tubifek, seperti di hatchery. Sistem ini mengadopsi dari
Pulau Sumatera dan Kalimantan. Selain Vietnam yang telah berhasil melakukan
pertumbuhan benih yang jauh lebih cepat, penebaran larva umur 1 hari setelah
juga menghemat biaya, dan lebih mudah menetas secara langsung ke kolam
dilakukan dibandingkan dengan di dengan persiapan kolam yang baik

PATIN
135
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
sehingga pakan alami tersedia cukup Jambi dengan menggunakan pakan alami
banyak di kolam. Sistem ini masih dalam Moina sebagai starter untuk pakan alami.
penyempurnaan menuju pembenihan ikan Kegiatan ini sudah mulai disebarkan
patin siam tanpa menggunakan artemia teknologinya ke masyarakat di Sumatera
dan tubifek. dan menekan biaya produksi benih dengan
cukup jauh.
Sistem pembenihan ini
dikembangkan oleh BPBAT Sungai Gelam

8.3. PEMBESARAN IKAN PATIN DI KOLAM DALAM


Sistem pembesaran ini diharapkan Dari kegiatan ini disarankan untuk
akan megubah kebiasaan pembudidaya melakukan kegiatan lanjutan untuk
ikan patin yang membesarkan ikan patin menyempurnakan sistem kolam dalam,
pada kolam dengan kedalaman rendah (1 yaitu :
– 2,5 meter). Negara Vietnam sudah
1. Pembesaran ikan patin siam di kolam
terlebih dahulu melakukan sistem
dalam pada lahan yang masih
pemebesaran ini. Memperdalam kolam (3
mendapat pengaruh pasang surut.
– 4 m) maka akan meningkatkan
2. Pembesaran ikan patin siam di kolam
produktifvitas 1,5 – 2 kali lipat, dan akan
dalam yang terdapat pergantian air
membuat kualitas daging menjadi lebih
sepanjang tahun.
baik. Jika menggunakan pakan apung
3. Penggunaan kolam dalam tidak harus
pada kolam dalam diduga akan
mengadopsi kolam-kolam yang
mengurangi bau tanah pada daging ikan
sangat luas seperti di Negara
patin siam dan warna daging menjadi lebih
Vietnam, Namun bisa menngunakan
putih. Demikian ditampilkan perekayasaan
kolam-kolam dengan luasan 500-
teknologi pembesaran ikan patin siam
1500 m2 supaya hasil ukuran ikan
yang dilakukan oleh BPBAT Sungai Gelam
bisa lebih seragam, proses
- Jambi di kolam dalam.
pemanenan lebih efisien, dan lebih
Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan mudah dalam mengatur pola tanam.
bahwa pemeliharaan ikan patin siam di 4. Untuk efisiensi akhir-akhir ini telah
kolam dalam adalah salah satu alternatif dikembangfan pembesaran ikan patin
usaha yang dapat direkomendasikan dengan menggunakan digitalisasi
karena : pemberian pakan dengan automatic
feeder. Salah satu produk yang
1. Lebih menjaga kestabilan kualitas air
berkembang dimasyarakat adalah e-
lingkungan
fishery yang mulai dikembangkan di
2. Pertumbuhan ikan lebih cepat
beberapa daerah seperti di
dibandingkan sistem konvensional
Tulungagung (Jawa Timur) dan di
3. Keuntungan meningkat 1,5 kali
Ogan Komering Timur (Sumatera
dibandingkan sistem konvensional
Selatan).

PATIN
136
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
8.4. PRODUKSI PATIN ORGANIK
Sejalan dengan isu pemanasan zat beracun), alasan ramah lingkungan,
global (global warming) trend masyarakat dan alasan rasa makanan organik yang
dunia mulai beralih ke makanan organik. lebih enak. Vietnam sudah mulai
Alasan dunia internasional untuk mengembangkan ikan patin organik dan
mengkonsumsi makanan organik adalah memperkenalkannya kepada dunia
alasan kesehatan (lebih alami dan bebas Internasional.

Gambar 115. Salah satu produk ikan patin organik yang telah dipasarkan oleh Negara Vietnam di
dunia internasional.

Sebenarnya indonesia memiliki Berdasarkan penelitian yang sudah


kesempatan lebih luas, dalam dilakukan untuk mengetahui dan tujuan
mengembangkan ikan patin organik ini. dari peneliti di Vietnam, Thailand, China,
Karena indonesia memiliki sumber daya USSR, USA, Mexico, Eastern Europe,
alam hayati yang dapat dimanfaatkan Israel, Australia and Amerika Tengah dan
menjadi makanan ikan. Makanan ikan Selatan. Dalam penelitian ini lalat yang
alami yang sudah mulai dikembangkan digunakan untuk pemupukan yaitu lalat
adalah Maggot dan Cacing Tanah. Maggot rumah (Musca domestica, Musca
adalah belatung dari berbagai bahan autumnalis, Sarcophaga sp.) dan lalat
limbah yang memiliki harga murah. Maggot blacksolder (Hermetia illucens). Kecuali
berasal dari Serangga, khususnya larva lalat blacksolder, semua lalat tersebut
lalat (maggot) dan beberapa kumbang, perlu dipertimbangkan untuk hewan
siap dijadikan pakan dalam bentuk segar, peliharaan karena pembawa penyakit
dengan kandungan protein yang tersimpan potensial dari habitat hidupnya. Larva
didalam tubuhnya dapat menghasilkan blacksolder merupakan serangga yang
bahan pakan hewan yang berkualitas baik. rakus terhadap bahan organik dari sampah
PATIN
137
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
buangan dapur, makanan busuk dan mengembangkan produk bahan pakan
pupuk. nabati berupa tanaman. Tanaman yang
Manajemen pengembangbiakan sedang dikembangkan di sana berupa
larva blacksolder menggunakan intisari tanaman pakan ternak Indigovera yang
pupuk. Populasi larva sangat banyak dari memiliki kandungan protein cukup tinggi
limbah organik ini, sayuran, kecap, dll. sehingga berpotensi untuk
Balai Budidaya Air Tawar Jambi telah pengganti/mengurangi penggunaan
melakukan penelitian sejak tahun 2006 tepung kedelai yang mayoritas impor dari
menggunakan PKM (Palm Kernel Meal). luar negeri. Berbagai ujicoba untuk
menghitung efisiensinya sedang dimulai.
Untuk pengganti kedelai selain bahan
protein hewani, BPBAT Jambi juga sedang

Gambar 116. Maggot yang masih hidup (kiri) dan maggot kering (kanan)

Budidaya cacing tanah juga sangat Budidaya cacing dapat dilakukan hanya
mudah. Hewan invertebrate merupakan menggunakan bahan organik dan kotoran
sumber protein. Salah satu yang dikenal hewan. Sebanyak 1.8 kg biomass cacing
adalah cacing tanah. Berbentuk bulat, dapat dihasilkan per m2. Sekitar 5 kg
bersegmen dari genus Lumbricus (Klas : cacing tanah segar dibutuhkan untuk
Oligochaeta) sangat berperan penting menghasilkan 1 kg tepung cacing (1).
dalam aerasi dan menyuburkan tanah dan Budidaya cacing adalah suatu industri
menguraikan sampah maupun kotoran skala rumah tangga.
yang berasal dari hewan dan manusia (78).

Gambar 117. Budidaya cacing tanah di Payakumbuh, Sumatera Barat.


PATIN
138
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
8.5. PABRIK PENGOLAHAN IKAN PATIN
Pabrik pengolahan ikan patin skala Pabrik skala besar ini diharapkan bisa
besar ini memang sangat ditunggu-tunggu menangkal masuknya ikan patin impor dari
oleh masyarakat pembudidaya ikan patin Vietnam (untuk memenuhi kebutuhan
di seluruh Indonesia. Dengan adanya dalam negeri) dan harapan kedepan
pabrik pengolahan akan menyelesaikan adalah untuk ekspor. Keseriusan
masalah masyarakat pembudidaya ikan pemerintah dalam membantu pengusaha
dalam hal pemasaran. Mengenai dalam bidang ini juga dituggu-tunggu,
pengolahan ikan patin ini oleh penulis karena pada segmen ini akan menyerap
sudah dijelaskan pada bab-bab banyak tenaga kerja dan menghasilkan
sebelumnya. Sudah ada yang mencoba banyak devisa negara. Sampai sekarang
mengembangkan pabrik pengolahan ikan pengusaha pengolahan patin yang masih
patin, akan tetapi tidak berkesinambungan hidup adalah pengusaha kecil yang
usahanya karena berbagai masalah yang melakukan pengolahan untuk konsumsi
telah disebutkan pada BAB V. Usaha dalam negeri seperti : Abon, Salai,
pengolahan patin skala besar diawali oleh Kerupuk, Pempek. Masih sangat sedikit
kerjasama antara IPB dan PT. Kemfoods, atau bahkan belum ada pengusaha skala
Kemudian Dinas Provinsi Jambi dan PT. besar yang berusaha dalam bidang ini dan
Manggalindo dan PT. Sumber Laut Utama, mengolah makanan internasional seperti
dan yang baru mau memulai adalah PT fillet usahanya. Usaha prosessing patin
KAMPARIKOM di Propinsi Riau. Setelah semakin berkembang akhir-akhir ini di
itu mulai berkembang PT. Indomaguro, PT. JABOTABEK dan Jawa Timur. Bahan
Adib Global Food, PT. KMM, PT. KML, PT. baku kebanyakan dikirim dari Sentra
CP Prima (Charoen Phokpand), dan PT. Budidaya Baru di Kabupaten Tulungagung
Nasuba di Sumatera Utara. (Jawa Timur) dan Kabupaten OKU Timur
(Sumsel).

8.6. PABRIK PAKAN PATIN


Budidaya patin akan menjadi besar produksi mereka di Indonesia saat ini
kedepan kedepan. Seiring dengan hanya mampu menyuplai satu perusahaan
meningkatnya produksi ikan patin maka pembesaran ikan patin saja. Hal tersebut
produksi pakan ikan patin juga akan akan menghemat biaya produksi dan biaya
meningkat. Jika kita akan memproduksi transportasi jika pabrik pakan dibangun
800.000 ton ikan patin seperti di Vietnam didekat tempat pembesaran, sehingga
tahun 2007, maka minimal kila harga pakan bisa jauh lebih murah dan
memerlukan pakan kering (pellet) efisien. Pengembangan industri patin dari
sebanyak 1.200.000 ton (untuk FCR 1,5). hulu ke hilir menjadi salah satu alternatif
Sehingga industri produksi pakan ikan solusi untuk melakukan efisiensi biaya
patin akan menjadi sangat besar. opreasional produksi kedepan.
Bahkan salah satu produsen pakan Selain pabrik pakan probiotik untuk
terkemuka di Indonesia (PT. Suri Tani meningkatkan immune tubuh, mencegah
Pemuka) menyatakan bahwa jika produksi penyakit, meningkatkan kecernaan pakan
patin di Indonesia seperti di Vietnam, dan memperbaiki lingkungan juga mulai
PATIN
139
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
dikembangkan dan menjamur pada
budidaya ikan patin. BPBAT Sungai Gelam
Jambi saat ini sedang mengembangkan
RUMAH PROBIOTIK untuk menangkap
kebutuhan pasar, sehingga masyarakat
bisa memproduksi probiotik secara mandiri
kedepan.

PATIN
140
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
DAFTAR PUSTAKA

PATIN
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja Hardjamulia, Ningrum Suhenda, Jojo Subagja, 2000. Teknologi Pembenihan


Ikan Patin (Pangasius Spp). Makalah pada Temu Aplikasi Paket Teknologi
Pertanian di IPPTP Banjarbaru.
Baidya, A. P. and S. Senoo, 2002a. Observations of oocyte final maturation and eggs on
African catfish, Clarias gariepinus under artificial rearing condition. Suisanzoshoku
50, 415-422.
Baidya, A. P. and S. Senoo, 2002b. Observations of oocyte final maturation and eggs on
Patin, Pangasius hypophthalmus under artificial rearing conditions. Suisanzoshoku
50, 423-432.
Baidya, A. P. and S. Senoo, 2003. Decline in fertilization and hatching rates of Patin,
Pangasius hypophthalmus after ovulation. Suianzoushoku 51 (4), 407-415.
Cacot, P., Legendre, M., Dan, T. Q., Tung, L. T., Liem, P. T., Mariojouls, C., Lazard, J.,
2002. Induced ovulation of Pangasius bocourti (Sauvage, 1880) with a progressive
hCG treatment. Aquaculture 213, 199-206.
Cacot, P., Eeckhoutte, P., Muon, D., T., Trieu, N., V., Legendre, M., Mariojouls, C.,
Lazard, J., 2003. Induced spermiation and milt management in Pangasius bocourti
(Sauvage, 1880). Aquaculture 215, 67-77.
Chao Thanh Van. 2007. Value Chain of Pangasiu Catfish and EureGAP Standard
Development. CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15
June 2007, Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City, Vietnam.
Dani, Irwan. 2008. Bagaimanan Memperoleh Hasil Optimum dalam Pemeliharaan Larva
Patin (Untuk Kalangan Sendiri). Presentasi pada Diseminasi Ikan Patin BBAT
Jambi. Jambi.
Ediwarman, Mielisza,N. Moreau, Y. Laporan Perjalanan SYMPSIUM CATFISH
AQUACULTURE IN ASIA DI CAN THO UNIVERSITY, VIETNAM.
Fatima Ferdouse. 2007. Catfish in Asia : Species, Products, Market, Trend, and
Consumer Preception. CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE
PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City,
Vietnam.
Guus Pastoor. 2007. The EU Market for Whitefish including Catfish. CATFISH 2007
VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel &
Tower, HoChi Minh City, Vietnam.
Hamid, M.A., Wibowo, W. B., Irwan, Purba, Y.R., Lubis, R. A., Furusawa, A. 2007. Manual
Pmbenihan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus). Balai Budidaya Air Tawar
(BBAT) Jambi dan Japan International Cooperration Agency (JICA). Pr oject Type
Cooperation Agency. Jambi.

PATIN
142
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Hamid, M.A., B. Handoyo, B, R.A. Lubis, N. Panigoro, C.S. Wibowo. 2008. Protokol
Pemuliaan Ikan Patin Siam. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi. 41 hlm.
Hamid, M.A., W.B Wahyu, Rangga W, R.A. Lubis, A. Furusawa, 2008. Analysis Of
Effective Broodstock Management And Breeding On Patin Siam (Pangasius
Hypophthalmus) in Bbat Jambi. Makalah yang di sampaikan dalam seminar “
Bioteknologi” di Botanical Squere Bogor.
Handoyo, B., C. Setyowibowo, Syofan. 2008. Pembesaran ikan patin siam secara
intensif dikolam dalam. Makalah yang di sampaikan dalam seminar INDOAQUA
2008 di Inna Grand Hotel, Yogyakarta. 2008
Handoyo, B. Yustiran, Y., Fadhillah, H. 2007. Keberhasilan Pertama Pembenihan
Ikan Jelawat (Leptobarbushoevenii) di BBAT Jambi Melalui Perbaikan
Manajemen Induk. Poster disampaikan dalam Indonesian Aquaculture 2007
Bali.
Handoyo, B., Hamid M.A. Janu K. 2009. Prospek Produksi Ikan Patin Siam Bagi
Masyarakat. Makalah yang di sampaikan dalam seminar Indonesian
Aquaculture 2009. Manado
Hung, L. T., Tam, B. M., Cacot, P., Lazard, J., 1999. Larval rearing of the Mekong catfish,
Pangasius bocourti (Pangasiidae, Siluroidei): Substitution of Artemia nauplii with
live and artificial feed. Aquat. Living Resour. 12 (3), 229-232.
Hung, L. T., Tuan, N. A., Cacot, P., Lazard, J., 2002. Larval rearing of the Asian Catfish,
Pangasius bocourti (Siluroidei, Pangasiidae): alternative feeds and weaning time.
Aquaculture 212, 115-127.
Iwanuma Koichiro, Nagata Masahiro. 2008. DAYA SAING PROUK PERIKANAN
INDONESIA YANG BERKESINAMBUNGAN (SUSTAINABLE INDONESIAN
FISHERIES PRODUCT COMPETITIVENESS). JAPAN INTERNATIONAL
COOPERATION AGENCY (JICA). JAKARTA PUSAT.
Kjersti Gravningen. 2007. Driving Forces For Aquaculture – Different Scenarios To Wards
2030. CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June
2007, Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City, Vietnam.
Legendre, M., Slembrouck, J., Subagja, J., Kristanto, A. H., 2000. Ovulation rate, latency
period and ova viability after GnRH- or hCG-induced breeding in the Asian catfish
Pangasius hypophthalmus (Siluriformes, Pangasiidae). Aquat. Living Resour. 13,
145-151.
Matthew A. Fass. 2007. The US Market of Catfish : Supply, Consumption, Market
Segmentation, Issues and Outlook. CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE
PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City,
Vietnam.
Michael Lin. 2007. Ca-Basa Feed Milling Traceability Technology. CATFISH 2007
VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel &
PATIN
143
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Tower, HoChi Minh City, Vietnam.
Morimoto, N., K. Sakai and S.R. Basyet. 1995. Basic research study of Mahseer (Tor
pititora) in Pokhara Fisheries Research Centre, Nepal. 30pp.
Mubinun, Jannah ,M., Harahap ,I. M., Handoyo, B., Takano, M. 2007. Manual Produksi
Induk Ikan Mas. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi dan Japan International
Cooperration Agency (JICA). Project Type Cooperation Agency. Jambi.
Mubinun, Jannah ,M., Harahap ,I. M., Handoyo, B., Takano, M. 2007. Manual Produksi
Induk Ikan Nila. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi dan Japan International
Cooperration Agency (JICA). Project Type Cooperation Agency. Jambi.
Nguyen Huu Dzung. 2007. Industri Situation and Outlo0k. CATFISH 2007 VIETNAM –
CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel & Tower,
HoChi Minh City, Vietnam.
Nguyen Van Hao. 2007. River Catfish Technology Develeopment in the Mekong Delta,
Vietnam. CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15
June 2007, Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City, Vietnam
Nils Kristian Sorensen. 2007. By-Product from Catfish Processing – The Possibilities.
CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June 2007,
Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City, Vietnam.
Ole Henning Fredriksen. 2007. How GTNet Can Secure Market Access and Increase
Competitiveness and Profit. CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE
PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City,
Vietnam.
Peter Readmayne. 2007. America’s Catfish War Round Two. CATFISH 2007 VIETNAM
– CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel & Tower,
HoChi Minh City, Vietnam.
Philippe Serene. 2007. Developing Organic Farming for Catfish. CATFISH 2007
VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel &
Tower, HoChi Minh City, Vietnam.
Rohana Subangsihe, Flavio Corsin. 2007. Disease Management for Catfish Farming.
CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June 2007,
Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City, Vietnam.
Sherry Frey. 2007. Trends in Seafood Sales in Supermarket in US. CATFISH 2007
VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel &
Tower, Ho Chi Minh City, Vietnam.
Slembrouck, J., Komarudin, O. Maskur, Legendre, M., 2005. Petunjuk Teknis
Pembenihan IKan Patin di Indonesia, Pangasius djambal. Departemen Kelautan
dan Perikanan dan IRD Perancis. Jakarta.
Setyowibowo, C, M. A.Hamid, . Pendederan patin siam dengan penebaran larva 1
hari secara langsung dikolam. Makalah yang di sampaikan dalam seminar
INDOAQUA 2008 di Inna Grand Hotel, Yogyakarta. 2008

PATIN
144
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar
Subagja, J., Slembrouck, J., Hung, L. T., Legendre, M., 1999. Larval rearing of an Asian
catfish Pangasius hypophthalmus (Siluroidei, Pangasiidae): Analysis of precocius
mortality and proposition of appropriate treatments. Aquat. Living Resour. 12 (1),
37-44.
Suryani, A. Dkk. 2005. Aneka Produk Olahan Limbah Ikan dan Udang. Panebar Swadaya.
Jakarta.
Torbjorn Trondsen. 2007. Catfish in the European Whitefish Market – Trends and
Prospects. CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15
June 2007, Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City, Vietnam.
Wibowo, W.B., Rangga, Solaiman. 2006. LAPORAN TAHUNAN PRODUKSI INDUK
IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) DI BBAT JAMBI. Balai
Budidaya Air Tawar Jambi dan Japan International Cooperation Agency.
Jambi. 58 hlm.
William R More. 2007. Certificatiaon Schemes for Sustainable Eco-friendly Farming
Practices for Catfish. CATFISH 2007 VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME
13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel & Tower, HoChi Minh City, Vietnam.
Wiramiharja, Y., Hernawati, R., Harahap ,I. M., Niwa, Y. 2007. Nutrisi dan Bahan Pakan
Ikan Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi dan Japan International
Cooperration Agency (JICA). Project Type Cooperation Agency. Jambi.
Yuasa, K., Panigoro, N., Bahnan, M., Kholidin, E.B. 2007. Panduan Diagnosa Penyakit
Ikan. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi dan Japan International
Cooperration Agency (JICA). Project Type Cooperation Agency. Jambi.
Zhou Zude. 2007. Catfish Industri in Jiangsu Province, PR China. CATFISH 2007
VIETNAM – CONFERENCE PROGRAMME 13 – 15 June 2007, Sheraton Hotel &
Tower, HoChi Minh City, Vietnam
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERKINANAN & JICA. 2009. INDONESIAN
FISHERIES BOOK. ENCHANCEMENT OF MARINE AND FISHERIES
ADMINISTRATION UNDER THE DESENTRALIZATION. MINISTRY OF MARINE
AFFAIRS AND FISHERIES AND JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION
AGENCY (JICA). Jakarta.

PATIN
145
Komoditas Industri Budidaya Air Tawar

Anda mungkin juga menyukai