Anda di halaman 1dari 48

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DI

BALAI BESAR RISET BUDIDAYA LAUT DAN PENYULUHAN


PERIKANAN (BBRBLPP) GONDOL, BALI

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini ditulis untuk memenuhi salah satu
persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Kelautan dan
Perikanan Universitas Udayana

DRESTI NGURAH DWI SAPUTRA


1713521047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DI


BALAI BESAR RISET BUDIDAYA LAUT DAN PENYULUHAN
PERIKANAN (BBRBLPP) GONDOL, BALI

Menyetujui,

Pembimbing,

Gde Raka Angga Kartika, S.Pi., M.P


NIP. 198705192019031008

Mengetahui,

Koordinator Program Studi


Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Udayana

Dr. Pande Gde Sasmita Julyantoro, S.Si., M.Si


NIP. 198007262008121005
RINGKASAN
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu komoditas
budidaya laut yang menjadi salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi
dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia yang bertujuan untuk sebagai
kebutuhan pangan. Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
Gondol Bali yang sudah mengembangkan budidaya Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer). Tujuan Praktek Kerja Lapangan ini untuk mendapatkan Pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan kerja secara langsung mengenai Teknik Pembenihan
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan Gondol Bali. Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer) ini dilakukan di bak pemeliharaan Larva Ikan Kakap Putih dengan 5 bak
pemelihara. Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Besar
Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali meliputi berbagai
bidang yaitu pemelihara induk, pemijahan induk ikan kakap putih, penanganan telur
ikan kakap putih, penebaran telur ikan kakap putih di bak pemelihara larva atau bak
hatchery, pemelihara larva dari umur D1 sampai dengan D21. Kegiatan yang perlu
dilakukan saat pemeliharaan larva seperti persiapan bak pemelihara larva,
pemelihara dan perkembangan larva, pemberian pakan larva dengan menyediakan
pakan alami seperti Nannochloropsis oculata, Rotifer, dan Naupli Artemia maupun
pakan buatan. Pengelolaan Kualitas air bak pemelihara larva penting dilakukan
untuk mengetahui faktor yang terjadi saat perkembangan larva dari umur D1 sampai
dengan D21. Pengelolaan Kualitas air dapat dilakukan dengan pergantian air,
penyimponan Bak Pemelihara Larva untuk mengurangi dan membuang kotoran
yang terdapat didasar Bak Pemelihara Larva, Pengurasan air, dan Penambahan air.
Parameter pengelolaan kualitas air seperti Suhu, pH, Salinitas. Dan Proses akhir
dengan Pemanenan Larva Ikan Kakap Putih umur D21 dengan dilakukan grading
untuk membedakan ukuran larva dan menghindari kanibalisme sesama larva.

Kata Kunci: Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan,
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer), Teknik Pembenihan.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan yang
berjudul Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Di Balai Besar
Riset Budidaya Laut Dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali dengan baik yang
dimana ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan Gelar
Sarjana Perikanan pada Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.
Penulis menyadari banyak pihak yang membantu dalam penyusunan Laporan
Praktek Kerja Lapanag ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang membantu :
1. Bapak Prof. Ir. I Wayan Arthana, M.S., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.
2. Bapak selaku Dr. Pande Gde Sasmita Julyantoro, S.Si., M.Si
Koordinator Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.
3. Bapak Gde Raka Angga Kartika, S.Pi., M.P. selaku dosen pembimbing
praktek kerja lapangan yang dengan sabar membimbing penulis dalam
penyelesaian laporan praktek kerja lapangan ini.
4. Bapak Ahmad Muzaki, S.Pi., M.Sc dan Bapak Kurdi selaku pembimbing
praktek kerja lapangan di Balai Besar Riset Budidaya Laut Dan
Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat diterima dengan baik oleh
Bapak/Ibu di tempat dan penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga
laporan praktek kerja lapangan yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri dan orang-orang yang membacanya.
Bukit Jimbaran, 30 Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
RINGKASAN ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 2
1.4 Tempat .......................................................................................................... 3
1.5 Jadwal dan Waktu Pelaksanaan PKL ........................................................... 4
II TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN ............ 5
2.1 Sejarah Perusahaan ....................................................................................... 5
2.2 Struktur Organisasi ....................................................................................... 6
2.3 Letak Geografis ............................................................................................ 9
2.4 Kegiatan Umum Perusahaan ...................................................................... 10
III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ................................ 13
3.1 Bidang Kerja............................................................................................... 13
3.2 Pelaksanaan Kerja ...................................................................................... 13
3.3 Kendala Yang Dihadapi ............................................................................. 24
3.4 Cara Mengatasi Kendala ............................................................................ 25
IV KESIMPULAN .............................................................................................. 27
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 27
4.2 Saran-Saran ................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28
LAMPIRAN ......................................................................................................... 29

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan............................................. 4

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi ........................................................................... 7


Gambar 2. 2 Tempat BBRBLPP............................................................................ 9
Gambar 3. 1 Pemelihara Induk ............................................................................ 14
Gambar 3. 2 Pemijahan Induk dengan Egg Collector ......................................... 15
Gambar 3. 3 Penanganan Telur ........................................................................... 16
Gambar 3. 4 Larva Ikan Kakap Putih .................................................................. 17
Gambar 3. 5 Persiapan Bak Pemelihara Larva .................................................... 18
Gambar 3. 6 Penebaran Telur di Bak Pemelihara Larva ..................................... 18
Gambar 3. 7 Perkembangan Telur menjadi Larva ............................................... 19
Gambar 3. 8 Pemberian Pakan Larva sesuai dengan Umurnya ........................... 21
Gambar 3. 9 Pengukuran Kualitas Air ................................................................ 22
Gambar 3. 10 Pemanenan Larva dengan Digrading ............................................ 23

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapangan ............................................. 29
Lampiran 2. Denah Lokasi Bangunan BBRBLPP Gondol Bali ......................... 30
Lampiran 3. Sarana dan Prasarana Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih ....... 31
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)................ 33
Lampiran 5. Data Hasil Pengukuran Kualitas Air .............................................. 35
Lampiran 6. Pertumbuhan dan Perkembangan Telur Menjadi Larva ................ 38
Lampiran 7. Grafik Pertumbuhan dan Perkembangan Larva ............................. 39
Lampiran 8. Data Hasil Grading Larva Ikan Kakap Putih ................................. 40

viii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan
peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya yaitu Kakap putih
(Lates calcalifer), Kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) biasa dikenal dengan nama
Giant sea perch, seabass atau barramundi. Ikan ini hidup di habitat air laut, air payau
dan air tawar. Ikan kakap putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan
air laut yang banyak diminati masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
dalam negeri maupun luar negeri. Ikan kakap putih termasuk ikan ekonomis penting
dan memiliki harga yang tinggi di Kawasan Indo-Pasifik hal ini dikarenakan Ikan
Kakap Putih memiliki struktur daging yang halus, dan populer di wilayah Indo-
Pasifik. Ikan kakap putih (Lates calcarifer) dibudidayakan di wilayah Indonesia,
Thailand, Malaysia, Singapura, Hong Kong, Taiwan dan di Australia (Hardianti et
al, 2016).
Budidaya Ikan kakap putih (Lates calcarifer) dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu pembenihan, pemelihara dan pembesaran. Menurut Ariani dkk (2018) bahwa
Budidaya ikan kakap putih di tambak maupun karamba jaring apung memberi
dampak peningkatan benih ikan kakap putih berukuran 1,5-2,5 cm sampai dengan
ukuran 5-7 cm. Dalam usaha budidaya ikan kakap putih kegiatan pembenihan para
pembudidaya dapat menghasilkan benih-benih unggulan dengan kualitas terbaik.
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan budidaya adalah
tersedianya telur dan benih yang berkualitas dan kuantitasnya cukup (Akmal,S.G.
2011). Kegiatan pembenihan ikan kakap putih telah dikenal sejak tahun 1970 di
Thailand, dan pengembangan secara massal menggunakan rekayasa teknologi
berupa pemakaian hormon mulai dilakukan tahun 1980. Hasil ini mampu
memberikan alternatif yang baik untuk kegiatan pembenihan, khususnya
penyediaan benih secara berkesinambungan.
Di Indonesia pembenihan Kakap Putih telah berhasil dilakukan sejak bulan
April 1987 dan pada akhir tahun 1988 berhasil dilakukan pembenihan secara massal
di Balai Budidaya Laut Lampung. Rekayasa teknologi yang digunakan adalah
manipulasi hormon dan manipulasi lingkungan. Berhasilnya pembenihan secara
masal ini sangat mendukung untuk usaha budidaya, sebab benih tersedia dalam

1
jumlah yang cukup dan berkelanjutan. Sehingga benih yang dihasilkan dari
lampung dapat di budidayakan secara berkelanjutan kolam pendederan di Balai
Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan sebagai calon Induk Kakap
Putih yang dapat menghasilkan benih yang baik dan berkualitas.
Kegiatan pembenihan ikan kakap putih sudah diterapkan di Balai Besar Riset
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali sejak tahun 2000. Balai
Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali yang
merupakan salah satu Pelaksanaan Teknis dari Ditjen Perikanan Budidaya Laut
yang melakukan rekayasa produksi budidaya perikanan dan melakukan berbagai
upaya untuk menjaga keberlanjutan usaha budidaya Ikan Kakap Putih. Oleh karena
itu dilakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali sebagai pilihan tepat untuk kegiatan praktek
kerja lapangan karena dapat memahami dan mempelajari tentang gambaran yang
akan ditemui dalam dunia kerja khususnya budidaya Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer).
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Balai Besar Riset Budidaya
Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali adalah sebagai berikut:
1. Untuk Memperoleh Pengetahuan dan pengalaman kerja nyata bidang
budidaya perikanan khususnya Budidaya Pembenihan Ikan Kakap Putih di
Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali.
2. Untuk Mengetahui Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer) di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
Gondol, Bali.
3. Untuk Mengetahui Kendala dan Cara Mengatasi Kendala dalam kegiatan
Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Besar
Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diberikan dari Praktek Kerja Lapangan di Balai Besar Riset
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali adalah sebagai berikut:

2
1.3.1 Manfaat Mahasiswa
1. Menambah Pengetahuan Tentang Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer) di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan
Perikanan Gondol, Bali.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu dan mengembangkan hasil-hasil
pembelajaran yang didapat selama perkuliahan di Fakultas Kelautan dan
Perikanan Universitas Udayana.
3. Mahasiswa dapat menambah pengalaman dan keterampilan dalam bidang
Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Besar Riset
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali. Dapat Melatih dan
membuka wawasan mahasiswa dalam memahami dan menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan keahliannya.
1.3.2 Manfaat Fakultas Kelautan dan Perikanan
1. Sebagai sarana pengenalan keberadaan Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Udayana yang dapat membangun kerja sama dengan instansi.
2. Sebagai sarana pengenalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana dengan Instansi.
3. Sebagai Memperoleh masukan kompetensi yang diperlukan untuk
memperbaiki kurikulum dan silabus agar menghasilkan lulusan yang sesuai.
1.3.3 Manfaat Instansi Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
1. Sebagai sarana penghubung antara Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan dengan mahasiswa.
2. Sebagai sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab menjalankan Praktek Kerja Lapangan.
3. Memberi masukan kompetensi yang sesuai sehingga akan membantu
meningkatkan kemampuan lulusan yang dibutuhkan dunia kerja atau
instansi yang berkaitan.
1.4 Tempat
Tempat Praktek kerja lapangan dilaksanakan di Balai Besar Riset Budidaya
Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali yang beralamat Jl. Raya Singaraja
Gilikmanuk, Banjar Dinas Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerogak
Kabupaten Buleleng Provinsi Bali 81155.

3
1.5 Jadwal dan Waktu Pelaksanaan PKL
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama 33 hari terhitung mulai tanggal
6 Januari 2020 sampai dengan 7 Februari 2020. Praktek Kerja Lapangan
dilaksanakan setiap hari Senin-Minggu, dimana waktu pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan ini bersifat tidak tetap yaitu waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
menyesuaikan kegiatan operasional di lapangan. Adapun jadwal dan Waktu
kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali adalah seperti yang tercantum pada Tabel 2.1
Sebagai Berikut:
Tabel 1. 1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Desember Januari Februari
No Kegiatan 2019 2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Proposal dan
1 Survei Tempat Praktek
Kerja Lapangan

Pelaksanaan Praktek
2
Kerja Lapangan

Penyusunan Laporan
3 Praktek Kerja
Lapangan

4
II TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali ini
telah berdiri pada tahun 1985. Pada saat itu nama balai ini masih Sub Balai
Penelitian Perikanan Pantai, berada dibawah Departemen Pertanian dengan mandat
di bidang Pembenihan. Kemudian tahun 1994 mengalami perubahan nama menjadi
Loka Penelitian Perikanan Pantai. Tahun 1995 sejak tanggal 1 April 1995, berubah
nama menjadi Loka Penelitian Perikanan Pantai. Berdasarkan Surat Keterangan
(SK) Menteri Pertanian No. 797/Kpts/OT.210/12/1994 dengan mandat dibidang
Pembenihan. Pada Tanggal 31 Juli 2000 Loka Penelitian Perikanan Pantai awalnya
berada di bawah Departemen Pertanian beralih ke Departemen Kelautan dan
Perikanan berdasarkan Surat Keterangan (SK) Mentri Eksplorasi Laut dan
Perikanan Nomor 73 Tahun 2000 dengan Mandat dibidang Pembenihan dan
Pembesaran.
Tahun 2001 perubahan nama awalnya Loka Penelitian Perikanan Pantai
menjadi Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut pada tanggal 1 mei 2001
berdasarkan Surat Keterangan (SK) Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep. 26
A/Men/ 2001 dengan mandat melaksanakan riset budidaya laut termasuk
Pembenihan, Produksi Benih dan Pembesaran. Selanjutnya tahun 2011 terdapat
perubahan nama menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut
pada tanggal 26 September 2011 berdasarkan Permen KP RI No. Per 26/MEN/2011
dengan mandat melaksanakan penelitian dan pengembangan budidaya Laut. Tahun
2017 perubahan nama awalnya Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Laut menjadi Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
pada tanggal 27 Maret 2017 berdasatkan Permen KP RI No. 22/PERMEN-KP/2017
dengan mandat melaksanakan riset budidaya laut dan penyuluhan perikanan. Balai
Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali saat ini
dipimpin Ir. Bambang Susanto, M.Si.
Dari sejarah Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
Gondol telah menyusun kebijakan dan strategi pembangunan yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai sekaligus memberi arah bagi organisasi dan seluruh
pegawai untuk mencapai tujuan sesuai dengan mandat yang diemban. Kebijakan

5
dan strategi pembangunan ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan program serta
kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsi dengan
mempertimbangkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin
timbul. Berikut visi dan misi Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan
Perikanan yaitu Visi, Terwujudnya lembaga penelitian yang terkemuka dalam
penyediaan data, informasi dan teknologi budidaya laut sebagai komponen andalan
pembangunan nasional kelautan dan perikanan. Misi, Melaksanakan penelitian
dasar dan terapan bagi pengembangan budidaya laut. Menciptakan teknologi
unggulan dalam bidang pembenihan dan pembesaran ikan. Meningkatkan
pelayanan jasa kerjasama penelitian dan mengembangkan budidaya
laut.Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan IPTEK kelautan
dan perikanan budidaya laut yaitu : Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna di bidang perikanan budidaya untuk kesejahteraan masyarakat
perikanan. Menerapkan teknologi inovatif dan kebijakan pada melaksanakan
penelitian bagi pengembangan perikanan budidaya laut, menciptakan teknologi
unggulan dalam bidang pembenihan dan pembesaran ikan laut, meningkatkan
pelayanan jasa penelitian dan mengembangkan kerjasama penelitian perikanan
budidaya laut, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangkan IPTEK
perikanan budidaya laut. Keempat poin tersebut merupakan penjabaran misi dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya yaitu Meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengembangkan IPTEK perikanan budidaya laut dan
menerapkan teknologi inovatif dan kebijakan pada sistem usaha perikanan
budidaya.
2.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan
Perikanan Gondol, Bali ini berada di bawah dan pertanggung jawab kepada kepala
badan yang menangani Riset Kelautan dan Perikanan serta, Sumberdaya Manusia
Kelautan dan Perikanan, dan berada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol, Bali memiliki
tugas utama melaksanakan riset budidaya laut dan penyuluhan perikanan serta
memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

6
a. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan, evaluasi dan
laporan.
b. Pelaksanaan riset budidaya laut di bidang biologi, reproduksi, genetika,
bioteknologi, nutrisi dan teknologi pakan, patologi serta ekologi dan
lingkungan budidaya laut serta pengembangan teknologi.
c. Pelayanan teknisjasa, infromasi, komunikasi, dan kerjasama riset budidaya
laut.
d. Penyusunan materi, metodologi, pelaksanaan penyuluhan perikanan, serta
pengembangan dan fasilitas kelembagaan dan forum masyarakat bagi
pelaku utama dan pelaku usaha.
e. Penyusunan kebutuhan peningkatan kapasitas penyuluhan pegawai negeri
sipil (PNS) swadaya dan swasta.
f. Pengelolaan prasarana sarana riset budidaya laut dan penyuluhan perikanan.
g. Pelaksanaan urusan tata usaha.

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi

7
Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari ada pembagian struktur organisasi,
dengan jabatan tertinggi ada pada Kepala Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan dengan dibantu oleh Bagian Tata Usaha, Bidang Tata
Operasional, Bidang Pelayanan Teknis Sarana dan Penyuluhan, serta Kelompok
Jabatan Fungsional yang bertanggung jawab pada kepala balai. Beberapa
pembagian fungsi pada setiap bagian organisasi di Balai Besar Riset Budidaya Laut
dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Balai bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasi dan
mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing, serta memantau permasalah
yang muncul di Balai sebagai tugas menganalisa dan mengevaluasi semua
kegiatan yang telah dilakukan.
2. Bagian Tata Usaha bertugas menyelenggarakan urusan kepegawaian,
administrasi jabatan fungsional dan tata laksana serta pengelolaan keuangan
dan adimintrasi seperti persuratan, kearsipan, rumah tangga dan
perlengkapan. Tata Usaha membawahi subbag keuangan dan umum, dan
subbag kepegawaian.
3. Bidang Tata Operasional bertugas menyelenggarakan penyusunan rencana
program dan anggaran, pengumpulan data, pemantauan, dan evaluasi serta
penyusunan laporan. Tata Operasional membawahi Seksi Program dan
Anggaran, Seksi Monitoring dan Evaluasi.
4. Bidang Pelayanan Teknis, Sarana, dan Penyuluhan bertugas
mennyelenggarakan persiapan kerjasama, pelayanan teknis, jasa,
desiminasi, infromasi, komunikasi, publikasi, serta pengelolaan prasarana
dan sarana Riset Budidaya Laut Dan Penyuluhan Perikanan. Pelayanan
Teknis, Sarana, dan Penyuluhan membawahi Seksi Kerjasama dan
Pelayanan Riset, Seksi Prasarana dan Sarana, Seksi Penyuluhan.
5. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari peneliti, teknisi memiliki tugas
yaitu melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan serta kegiatan
lain, sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada Gambar 2.1 Struktur Organisasi Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan secara umum dalam kegiatan sehari-hari dapat dijalankan

8
sesuai dengan struktur organisasi. Struktur Organisasi Balai Besar Riset Budidaya
Laut dan Penyuluhan Perikanan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya. Balai
Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali memiliki
jumlah sumberdaya manusia dengan total pegawai sebanyak 149 orang, yang terdiri
dari Peneliti sebanyak 41 orang, Teknisi sebanyak 69 orang, Pusatakawan pertama
sebanyak 1, Tenaga Adminitrasi sebanyak 38 orang, Tenaga Kontrak sebanyak 29
orang. Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali
memiliki jumlah sumberdaya manusia sebanyak 149 orang yang berdasarkan
tingkat pendidikan tahun 2020 yaitu Strata-3 (S3) sebanyak 5 orang, Strata-2 (S2)
sebanyak 22 orang, Strata-1 (S1) sebanyak 18 orang, Diploma-4 (D4) sebanyak 2
orang, Diploma-3 (D3) sebanyak 9 orang, Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA)
sebanyak 86 orang, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 1 orang, dan
Sekolah Dasar sebanyak 5 Orang.
2.3 Letak Geografis

Gambar 2. 2 Tempat BBRBLPP


Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali ini
berada di bawah dan pertanggung jawab kepada kepala badan yang menangani
Riset Kelautan dan Perikanan serta, Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan,
dan berada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan, yang memiliki mandat
riset budidaya laut dan penyuluhan perikanan dalam budidaya ikan laut seperti
pembenihan dan pembesaran. Letak Geografi Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan Gondol Bali yang beralamat Jl. Raya Singaraja Gilikmanuk,
Banjar Dinas Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerogak Kabupaten
Buleleng Provinsi Bali. Batas-batas wilayah Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan Gondol Bali dan adalah sebagai berikut:

9
Sebelah Utara : Laut Bali
Sebelah Barat : Laut Bali
Sebelah Selatan : Jalan Raya Singaraja Gilikmanuk
Sebelah Timur : Permukiman Penduduk di Dusun Gondol
Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali ini
berada ± 35 km sebelah timur Gilikmanuk dan ± 47 km sebelah barat kota singaraja.
Secara astronomis, Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
Gondol Bali terletak pada Koordinat 114º-115° BT (Bujur Timur) dan 7º-8° LS
(Lintang Selatan) dengan ketinggian tempat ± 2 m di atas permukaan laut. Kondisi
topografi tanahnya yaitu berbukit dengan pantainya yang tergolong landai serta
tekstur tanahnya berpasir. Suhu permukaan berkisar antara 28°-33ºC dan suhu
perairan berkisar antara 26-33ºC dan salinitas air laut yang berada disekitar balai
sekitar antara 30-35 ppt dan sakinitas air tawar berkisar antara 0-7 ppt.
Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali
didirikan diatas areal tanah seluas 6.7 Ha dengan ditambahi dua areal tambak yang
berada di Desa Pejarakan, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerogak, Kabupaten
Buleleng yang masing-masing memiliki luas 50 Ha. Dari keseluruhan luas areal
yang memiliki telah dimanfaatkan seluas 11.910 m2 untuk bangunan dan sisanya
merupakan tanah kosong. Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan
Perikanan Gondol Bali memiliki Keramba Jaring Apung (KJA) yang digunakan
sebagai pembesaran Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) berlokasi di Dusun
Gondol, Desa Penyambangan dan Desa Pengametan, Desa Sumberkima,
Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng. Luas Bangunan tersebut sebagai
fungsional tempat kegiatan pembenihan dan pembesaran budidaya laut yang dapat
dibangun secara berdekatan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam
melakukan kegiatan pembenihan, pembesaran dan penelitian.
2.4 Kegiatan Umum Perusahaan
Kegiatan umum di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
Gondol Bali melaksanakan kegiatan Riset budidaya laut dan penyuluhan perikanan
dalam penelitian dan pengembangan strategis perikanan budidaya laut dan memiliki
fungsi diantaranya sebagai berikut:
1. Menyusun program dan kerjasama penelitian dan pengembangan strategis.

10
2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan strategis perikanan budidaya
laut dibidang biologi, oseanografi perikanan, ekologi, genetika,
bioteknologi, reproduksi, nutrisi dan teknologi pakan, toksikologi untuk
pengembangan produksi, lingkungan dan analisis komoditas.
3. Inventarisasi, identifikasi, dan evaluasi sumberdaya dan plasma nutfah
budidaya laut untuk pemanfaatan, pengelolaan, dan pelestariannya.
4. Pelayanan jasa dan informasi hasil penelitian dan pengembangan.
5. Pengembangan teknik dan kerjasama penelitian dan pengembangan
budidaya perikanan internasional.
6. Pengembangan jaringan sistem informasi di bidang penelitian dan
pengembangan perikanan laut.
Beberapa penelitian dan pengembangan riset budidaya laut dan penyuluhan
perikanan yang telah dilakukan oleh Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan Gondol Bali yaitu sebagai berikut:
1. Perakitan strain dan produksi induk unggul yang terdiri dari komoditas
Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus), Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forsskal), Abalone (Haliotis squamata), Ikan Tuna Sirip Kuning
(Thunnus albacares), dan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer).
2. Riset nutrisi dan pengembangan pakan ikan yang terdiri dari produksi
massal rotifer, identifikasi dan analisis bahan baku pakan, serta
pengembangan desain khusus kultur massal fitoplankton.
3. Riset pengembangan dan teknologi budidaya yang dapat dilakukan teknik
pembenihan dan teknik pembesaran seperti komoditas Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer), Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus), Abalone
(Haliotis squamata), Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal), serta
aplikasi IMTA (Kombinasi Spesies).
4. Riset Kesehatan dan lingkungan budidaya yang terdiri dari Inventarisasi
patogen penyebab penyakit, pengembangan teknik pencegahan dan
pengobatan penyakit ikan, produksi vaksin bakteri vibrio polivalaen untuk
pencegahan penyakit pada ikan, serta pemantauan dan pengendalian
lingkungan yang sehat untuk budidaya.

11
Kegiatan umum yang dilakukan di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan Gondol Bali yang mempunyai program penelitian yang
berguna sebagai penunjang keberhasilan program riset yang dijalankan seperti
program utama dan program pendukung. program utama seperti riset
pengembangan teknologi pembenihan budidaya ikan laut, Crustacea, dan
Kekerangan, serta riset pengembangan teknologi pembesaran budidaya ikan laut,
Crustacea, dan Kekerangan. Sedangkan, program pendukung seperti penelitian
mengenai patologi, nutrisi, bioteknologi (genetika, biological control), dan
kesehatan lingkungan budidaya. Selain program-program tersebut Balai Besar
Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali juga melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak. Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan
Perikanan Gondol Bali juga rutin menyelenggarakan kegiatan seminar, pameran,
pelayanan perpustakaan, dan diseminasi.

12
III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Bidang Kerja


Bidang Kerja yang dilaksanakan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai
Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali adalah Kegiatan
Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang dilakukan pada bak
pemelihara larva atau bak hatchery di Komoditi Ikan Kakap Putih Balai Besar Riset
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali. Teknik Pembenihan Ikan
Kakap Putih (Lates calcarifer) di mulai dari tahap pemelihara induk, pemijahan
ikan kakap putih, penanganan telur ikan kakap putih, penebaran telur ikan kakap
putih di bak pemelihara larva atau bak hatchery, pemelihara larva dari umur D1
sampai dengan D21, larva ikan kakap putih umur D21 dilakukan grading untuk
membedakan ukuran yang bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kanibalisme
antar sesama larva. Pemelihara larva Ikan Kakap Putih diperlukan manajemen
kualitas air serta pemberian pakan alami dan pakan buatan untuk nambah
pertumbuhan dan perkembangan biak larva menjadi benih Kakap Putih. Disamping
itu, pemelihara larva ini bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan larva yang
optimal berdasarkan tingkat kelulusanhidup yang tinggi. Untuk pemeliharaan larva
Ikan Kakap Putih sudah dilakukan dari tahun 2000, tingkat kelulusanhidup dari
larva sangat rendah dan terus menurun. Oleh karena itu Balai Besar Riset Budidaya
Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali dilakukan penelitian mengenai Teknik
Pembenihan Ikan Kakap Putih untuk mendapatkan hasil tingkat kelulusanhidup
yang tinggi. Dimana nantinya setelah penelitian tersebut berhasil, teknik budidaya
kakap putih ini akan di sampaikan kepada masyarakat agar dapat memberi manfaat
dan memahami mengenai cara Budidaya Ikan Kakap Putih yang baik.
3.2 Pelaksanaan Kerja
Pelaksanaan Kerja yang dilakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali adalah
Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di mulai dari tahap
pemelihara induk, pemijahan ikan kakap putih, penanganan telur ikan kakap putih,
penebaran telur ikan kakap putih di bak pemelihara larva atau bak hatchery,
pemelihara larva dari umur D1 sampai dengan D21, larva ikan kakap putih umur
D21 dilakukan grading untuk membedakan ukuran untuk mengantisipasi terjadinya

13
kanibalisme antar sesama larva. Pemelihara larva Ikan Kakap Putih diperlukan
manajemen kualitas air serta pemberian pakan alami dan pakan buatan untuk
nambah pertumbuhan dan perkembangan biak larva menjadi benih Kakap Putih.
Adapun pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Komoditas Ikan Kakap Putih Balai
Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali adalah sebagai
berikut:
3.2.1 Pemelihara Induk

Gambar 3. 1 Pemelihara Induk


Induk Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) berasal dari Lampung dan Batam
karena memiliki kualitas menghasilkan telur dengan baik. Sebelum memasuki bak
pemelihara induk, induk kakap putih diseleksi berdasarkan ciri morfologi seperti
tidak cacat, tidak terdapat luka-luka, kondisi ikan tidak mengalami stress, memiliki
berat badan yang seimbang dengan ukuran tubuhnya, memiliki organ tubuh yang
lengkap serta tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan. Menurut Mayunar
(1991) bahwa induk ikan kakap putih yang baru diperoleh dari alam diseleski
menurut jenis dan ukurannya. Bentuk jantan lebih ramping dan beratnya lebih
ringan bila dibandingkan dengan induk betina. Induk betina memiliki bentuk yang
lebih besar dan warnanya lebih pucat dibandingkan dengan induk jantan. Dipilih
induk kakap putih yang tidak saki, tidak luka, serta memiliki telur dan sperma yang
baik. Setelah induk diseleksi dari tahun 2000 sampai saat ini dilakukan pemelihara
ikan kakap putih yang berkelanjutan. Proses pemelihara induk ikan kakap putih
(Lates calcarifer) meliputi pemberian runcah berupa Ikan pelagis segar,
Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian hama dan penyakit. Ukuran diameter
bak pemelihara induk adalah 6 meter, tingginya pada bagian tepi yang membentuk
tabung adalah 1.215 meter dan tinggi pada lekukan yang dibuat agak miring 5°

14
kearah lubang outlet bak adalah 1.63 meter. Kapasitas volume 30 m3. Bak yang
digunakan dalam kegiatan pemeliharaan induk ada 4 buah. Masing-masing bak
terdiri dari 22-26 Ekor Induk Kakap Putih. Pada masing-masing Bak juga
dilengkapi dengan jaring penutup untuk menghindari ikan bebas dari bak
pemelihara. Sirkulasi air dilakukan setiap hari dengan sistem air mengalir hal ini
bertujuan untuk menghilangkan sisa pakan, sisa metabolisme yang tidak
dibutuhkan, dan zat racun yang dapat mengganggu perkembangan ikan kakap putih
(Lates calcarifer). Pemelihara induk ikan kakap putih penting dilakukan
pengelolaan kualitas air untuk mengetahui segala bentuk sumber penyakit yang
timbul dapat dicegah. Kontruksi bak induk juga dapat sirkulasi air, sehingga air
tetap mengalir. Setiap pagi dilakukan pengantian air dengan membuka saluran
outlet tujuannya agar dapat mengurangi kotoran yang ada di dasar melalui sirkulasi
air yang ada dan pada sore hari saluran outlet ditutup lagi.
3.2.2 Pemijahan Induk

Gambar 3. 2 Pemijahan Induk dengan Egg Collector


Pemijahan Induk Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dilakukan dengan cara
pemijahan alami. Pemijahan alami ini berlangsung di dalam bak tempat pemelihara
induk. Prosesnya terjadi pada saat malam hari sampai dini hari yaitu saat bulan
terang dan bulan gelap. Pemijahan tetap terus berlangsung hingga pada hari ke 5
sampai 6 saat bulan terang dan gelap. Telur yang berhasil dipijahkan akan
ditampung di Egg Collector yang telah dipasang pada sore hari sebelum pemijahan
berlangsung. Menurut Mayunar (1991) bahwa metode pemijhahan ikan kakap putih
(Lates calcarifer) dibagi menjadi 3 cari yaitu pemijahan alami (Natural Spawning),
Pemijahan Buatan (Stripping atau artificial fertilization), dan penyuntikan (Induced
Spawning). Perbandingan antara jantan dan betina pada saat proses pemijahan

15
berlangsung adalah 1:1 (Kordi, 2011). Pemijahan alami ini terjadi pada bak atau
tangki pemeliharaan dan biasanya proses terjadinya sama seperti pemijahan di alam
terbuka dan berlangsung pada pukul 20.00 sampai 24.00 pada bulan terang dan
bulan gelap. Pada pagi hari setelah pemijahan telur diambil dari egg collector.
3.2.3 Penanganan Telur

Gambar 3. 3 Penanganan Telur


Telur Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) hasil dari pemijahan, pada pagi
harinya diambil telur ikan kakap putih dari egg collector dengan hati-hati,
dimasukan kedalam ember untuk dipindahkan ke dalam bak fiber dengan kapasitas
50 Liter dan diberi aerasi. Perhitungan telur dimulai dengan disiapkan beaker glass
dan petridish untuk menghitung jumlah telur. Selanjutnya dilakukan perhitungan
jumlah telur yang ada didalam beaker glass sebanyak 20 ml dan dihitumg dengan
menggunakan petridisjh. Kemudian dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali.
Setelah dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali dihitung rata-ratanya. Hasil rata-
rata dibagi dengan volume perhitungan 20 ml yang digunakan, tujuannya untuk
mendapatkan jumlah telur ikan per ml. Dapat dihitung jumlah telur keseluruhan
dengan dikalikan volume bak fiber yang digunakan. Pengambilan telur dari egg
collector atau tempat penampungan telur dengan digunakan kantung jaring alus
dengan ukuran 300 mikron.
Sifat telur Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) ini melayang pada permukaan
atau pertengahan air, dengan warna transparan dan terdapat inti pada bagian
tengahnya bila telah dibuahi. Telur hasil pemijahan diseleksi yaitu dengan indikator
telur yang telah dibuahi dan berkualitas baik akan menampung di permukaan air.
Menurut Mayunar (1991) Bahwa telur yang sudah dibuahi berbentuk bundar,
permukaannya licin, transparan dan berdiameter 0.69-0.80 mm. Antara telur satu

16
dengan telur lainnya saling melekat dan apabila dalam kelompok berwarna kuning
muda atau keemasan. Selain itu dalam telur terdapat gelembung minyak dengan
diameter 0.20-0.23 mm.
Telur yang telah selesai dihitung segera ditebar pada bak penetesan atau bak
pemelihara larva, dengan mengecilkan aerasinya. Jumlah telur yang ditebar yaitu
60.000-100.000 butir/m3. Sehari sebelumnya bak penetasan disetting terlebih
dahulu dengan diberi aerasi. Lama waktu penetasannya ± 17-18 jam dari mulainya
awal telur ditebar. Selain itu suhu awak pada saat telur ditebar adalah 28ºC. Menurut
Mayunar (1991) bahwa penetasan telur ikan kakap putih (Lates calcarifer) sangat
dipengaruhi oleh suhu air dan salinitas. Pada suhu 30-32°C menetas setelah 12-14
jam dan pada suhu 27ºC menetas setelah 17 jam. Sedangkan salinitas yang baik
berkisar 25-34 ppt.
3.2.4 Larva

Gambar 3. 4 Larva Ikan Kakap Putih


Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) berasal dari keberhasilan
pemelihara benih sangat ditentukan oleh kualitas telur karena telur merupakan titik
awal perkembangan larva. Jika kualitas larva yang buruk hal ini dikarenakan
kualitas telur yang tidak mampu berkembangbiak dengan baik. Kualitas larva yang
baik dikarenakan kualitas telur mampu berkembangbiak dengan baik, maka
pemelihara larva akan berhasil ditunjang dengan penyediaan pakan alami maupun
pakan buatan. Selain penyediaan pakan, pengelolaan kualitas air penting dilakukan
untuk mengetahui faktor yang terjadi saat perkembangan larva dari umur D1 sampai
dengan D21. Adapun kegiatan yang perlu dilakukan saat pemeliharaan larva seperti
persiapan bak pemelihara larva, pemelihara dan perkembangan larva, pemberian
pakan larva seperti pakan alami dan pakan buatan, Pengelolaan Kualitas air bak

17
pemelihara larva, dan pemanenan larva. Berikut Penjelasan masing-masing
kegiatan pemelihara larva ikan kakap putih:
3.2.5 Persiapan Bak Larva

Gambar 3. 5 Persiapan Bak Pemelihara Larva


Sistem pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Besar Riset
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali dengan sistem penebaran
telur secara langsung ke dalam bak pemelihara larva. Sebelum dilakukan penebaran
telur ke dalam bak pemelihara larva, bak pembenihan tersebut dibersihkan dengan
air tawar pada seluruh bagian dinding-dinding bak pemelihara larva dengan
menggunakan sikat. Selain itu, membunuh bakteri-bakteri atau lumut di dinding
pemelihara larva dengan diberi kaporit yang telah dilarutkan dalam air secukupnya
sesuai dengan ukuran bak pemelihara larva. Kemudian, bak pemelihara larva diisi
dengan air laut yang telah dilengkapi dengan filter bag (saringan pasir) hingga
volumenya mencapai 70% dari keseluruhan volume bak pemelihara larva. Tujuan
penggunaan filter bag ini untuk mencegah masuknya pasir kedalam pemelihara
larva. Setelah itu, aerasi dinyalakan dengan volume yang besar dan dibiarkan
hingga ± 24 jam.

Gambar 3. 6 Penebaran Telur di Bak Pemelihara Larva

18
Pada hari berikutnya bak pemelihara larva yang telah disiapkan, dikecilkan
volume aerasinya, selanjutnya telur ditebar secara perlahan ke dalam bak
pemelihara larva. Jumlah telur yang ditebar adalah 50.000-200.000 butir/m3 dengan
waktu menetas selama 17-18 jam. Setelah telur ditebar, volume aerasi diperbesar
dengan tujuan untuk memperbesar pengadukan air, sehingga telur akan cepat
menetas. Nilai Hatching Rate dalam penetasan telur ikan kakap putih (Lates
calcarifer) mencapai 93.28% dengan kepadatan awal setelah menetas adalah 60
ekor/liter. Menurut Mayunar (1991) menyatakan bahwa kepadatan yang optimal
pada saat larva umur D1-D12 adalah 50 ekor/liter dengan kelulusanhidupan 84.4%-
88.9%.
3.2.6 Pemeliharaan dan Perkembangan Larva

Gambar 3. 7 Perkembangan Telur menjadi Larva


Proses kegiatan pemelihara larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) ini
bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan larva yang optimal yang ditandai
dengan tingkat kelulusanhidupan yang tinggi. Kegiatan pemelihara larva ini
dilakukan pemberian pakan larva, pengontrolan pertumbuhan larva serta
pemelihara kualitas air larva. Pada saat pemelihara larva, aerasi dikecilkan dengan
tujuan untuk mencegah naiknya larva ke permukaan dan pergerakan air yang terlalu
keras karena dapat menyebabkan larva menjadi terombang-ambing dibadan air.
Untuk menjaga kualitas air dilakukan pengurasan dan penambahan air di bak
pemelihara larva setiap hari. Menurut Mayunar (1991) mengatakan bahwa
temperatur yang baik untuk pemelihara larva ikan kakap putih (Lates calcarifer)
suhu berkisar antara 26-28ºC dan yang optimal 28ºC, pH 7.5-8.6 dan Salinitas 30-
34 ppt.

19
Perkembangan Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) pada saat berumur
D0-D3 masih memiliki egg yolk, dengan tubuh berwarna putih transparan, bersifat
planktonis, berenang mengikuti arus, serta sistem pengelihatan belum berfungsi.
Larva yang mengalami pertumbuhan ditandai dengan adanya perubahan panjang
dan berat tubuh. Pengamatan bentuk larva dengan menggunakan mikroskop yang
pembesaran 1-4 kali, pengamatn dilakukan sampai larva berumur D21. Menurut
Copland and Grey (1987) pada umur larva D1-D5 niaki total lengthnya (TL)
berkisar antara 1.5-5 mm dengan nilai survival rate (SR) yang rendah yaitu 30-50%
sehingga masa kritis larva saat umur D1-D15.
Berdasarkan grafik tersebut bahwa pertumbuhan larva terus meningkat
secara signifikan, tanpa adanya penurunan pertumbuhan larva. Hal ini terjadi
karena dalam proses pemberian pakannya yang teratur, sehingga tidak
menyebabkan timbulnya sifat kanibalisme, bila ada salah satu lkarva yang
pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan larva yang lain maka perlu
dilakukan grading untuk menghindari kanibalisme antar sesama larva. Menurut
Mayunar (1991) mengatakan bahwa pertumbuhan dan kelulusanhidupan kakap
putih (Lates calcarifer) dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor yang
berasal dari dalam meliputi genetis, umur, dan jenis. Sedangkan faktor yang berasal
dari luar sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan tempat pemeliharaan atau
kualitas air serta kepadatan. Kualitas air berpengaruh pada kelulusanhidupan,
pertumbuhan dan produksi.
Menurut Tiensongrusmee et al., (1989) mengatakan bahwa pada saat larva
berumur D1 mempunyai panjang 2.20±0.08 mm dengan ciri-ciri sebagian besar dari
yolk sac diserap, dengan keadaan mulut masih menutup, anal sudah terlihat, mata
masih belum mempunyai warna, sirip pectoral berupa tonjolan, dan larva tersebar
secara tidak bergerombol pada bak pemelihara. Pada larva yang berumur D2
mempunyai panjang total 1.52±0.06 mm dan memiliki ciri-ciri kantung kuning telur
hampir menghilang, mulut membuka, larva mendekati tempat aerasi atau
berhubungan langsung dengan cahaya matahari, dan masih ada gelembung minyak.
Pada larva umur D4 mempunyai panjang total 2.78±0.15 mm dan memiliki mulut
terbuka dengan perkembangan rahang atas dan bawah, terdapat nostril pada bagian
moncong mulut, sirip pectoral berkembang dan bentuk bulat seperti lipatan, saluran

20
pencernaan meluyas dan secara relatif mulai terlihat tipis, pewarnaan terlihat pada
dorsal dan ventral, garis tengah tubuh dan perut, pewarnaan juga terjadi pada otak
tengah dan rahang bawah, serta gelembung minyak menghilang. Larva umur D7
terjadi perubahan dengan panjang total 3.44±0.09 mm dan memiliki ciri-ciri
munculnya dasar dari sirip anal dan sirip dorsal, duri (spine) yang bergerigi tajam
muncul dibagian pre-operculum dari tutup insang, pewarnaan gelap terjadi mulai
dari mulut sampai ekor yang membuat larva mempunyai warna hitam. Selanjutnyas
pada saat larva telah berumur D21 memiliki panjang total 8.91±1.19 mm dan
memiliki jumlah jari-jari sirip keras dan lemah dari sirip dorsal dan anal tetap, sisik
mulai terlihat pada permukaan linea lateralis dan berada diatas sirip anal dan warna
tubuh berubah dari hitam menjadi coklat. Perkembangan larva tersebut terjadi
karena adanya masukan nutrisi ke dalam tubuh larva, sehingga terjadi pertumbuhan
larva dengan baik. Menurut Dhert et al., (1992) mengatakan bahwa terjadi pada hari
ke 20-25 dan dapat diamati perubahan warna larva dari gelap menjadi cokelat muda
dan ada 3 garis lateral. Selain itu, perubahan tersebut hanya satu kali sampai benih
berukuran panjang 10 mm dan dapat memakan artemia dewasa. Perubahan warna
atau garis tubuh tersebut sudah terlihat secara visual tanpa menggunakan mikroskop
lagi.
3.2.7 Pemberian Pakan Larva

Gambar 3. 8 Pemberian Pakan Larva sesuai dengan Umurnya


Telur Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang telah menetas dan menjadi
larva pada hari pertama diketahui D0. Larva yang berumur D0 tidak perlu dikasih
pakan terlebih dahulu karena masih terdapat egg yolk yang digunakan sebagai
cadangan makan setelah telur menetas dan bertahan hingga satu hari. Pada saat

21
larva umur D0 sampai D1 larva belum diberi pakan alami karena larva masih
memiliki cadangan makanan berupa egg yolk. Larva Ikan Kakap Putih perlu
dilakukan pemberian minyak ikan sebanyak 3 butir dengan bertujuan untuk
mengurangi tegangan permukaan air sehingga larva tidak terjerat karena adanya
lendir yang dihasilkan dari penetasan telur yang dapat membuat larva menempel.
Selain itu juga digunakan untuk meredam gelembung air hasil aerasi yang dapat
menyebabkan larva stress. Pada saat larva telah berumur D4 pemberian minyak
ikan hanya 2 butir. Pemberian minyak ikan ini dilakukan sampai larva berumur D6.
Selanjutnya Pada saat larva berumur D3 dilakukan diberikan rotifer dengan
kepadatan 5-7 individu/ml hingga larva berumur 5 hari. Untuk larva berumur 5-24
hari diberikan rotifer dengan kepadatan 8-10 individu/ml. Kepadatan rotifer
dihitung secara teratur setiap hari. Selain itu rotifer membutuhkan kultur
fitoplankton seperti Nannochloropsis oculata dengan kepadatan ± 500.000-
1.000.000 sel/ml. Tujuan pemberian fitoplankton ini adalah sebagai bahan makanan
bagi rotifer. Penambahan fitoplankton ini hingga air dalam bak berwarna hijau
kekeruhan. Pada larva yang telah berumur 15 hari diberi pakan berupa naupli
artemia. Pemberiannya dilakukan 2 kali sehari dengan kepadatan antara 3-5
individu/ml. Selanjutnya untuk larva yang telah berumur lebih dari 15 hari hingga
40 hari namun dengan kepadatan yang berbeda yaitu berkisdar antara 5-30
individu/ml. Pada saat berumur lebih dari 30 hari larva juga dapat diberi pellet
NRD setiap pagi dan sore.
3.2.8 Kualitas Air Bak Larva

Gambar 3. 9 Pengukuran Kualitas Air


Kegiatan Pembenihan dan Pemelihara Larva Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer) perlu pengelolaan kualitas air hal ini karenakan sebagai menentukan

22
keadaan lingkungan tempat pemelihara larva. Kualitas air dapat terus terjaga yang
dapat mengoptimalkan pertumbuhan larva serta memiliki daya hidup yang tinggi.
Pengelolaan kualitas air dapat dikontrol memalui pengontrolan jumlah pakan yang
diberikan agar tidak terjadi pengendapan sisa pakan yang ada didasar perairan,
karena apabila ada pakan yang membusuk di dasar perairan dapat menyebabkan
tingginya ammonia. Selain itu perlu dilakukan pergantian air di bak pemelihara
larva seperti pengurangan air sebanyak 10-25%. Pengurangan air dilakukan dengan
sistem penyiphonan pada pipa outlet. Setelah itu dilakukan penambahan air dan
perlu pengantian air. Menurut Mayunar (1991) mengatakan bahwa pembersihan
bak pemelihara larva harus dilakukan secara periodik dengan menggunakan sipon.
Bila larva ikan berumur 7-20 hari dasar bak harus dibersihkan setiap 2 hari sekali,
sedangkan larva yang berumur diatas 21 hari pembersihan dasar bak dilakukan
setiap hari. Umur larva dibawah 7 hari tidak perlu pergantian air, pergantian air
baru dilakukan saat umur larva antara 7-15 hari dengan pergantian air 20-30%,
selanjutnya pada larva berumur 15 hari keatas pergantian air 50-60%. Pergantian
air tidak boleh dilakukan sekaligus, namun sedikit demi sedikit dengan dilakukan
penambahan air bersih.
3.2.9 Pemanenan Larva

Gambar 3. 10 Pemanenan Larva dengan Digrading


Pemanenan benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dilakukan saat larva
berumur ± 20 hari. Teknik pemanenan dilakukan dengan menurunkan air bak
pemelihara larva hingga tinggi air hanya 10-20 cm. Selanjutnya diambil larva yang
ada dengan menggunakan scoopnet dan diletakkan pada bak yang sebelumnya telah
disediakan serta diberi aerasi. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar larva tidak
stress. Setelah pemanenan dilakukan, dapat penggolongkan berdasarkan ukuran
(grading) yang bertujuan untuk menghindari adanya pemangsaan antar sesama

23
larva karena pertumbuhan larva yang tidak seragam. Selanjutnya larva yang telah
di grading dapat digunakan untuk proses di pendederan. Proses grading ini
dilakukan dengan menggunakan alat grading berukuran 0.8 cm dengan menyeleksi
larva yang bisa lolos dan yang tidak bisa lolos dari alat grading. Setelah proses
grading selesai, ukuran ikan yang tidak seragam menjadi seragam dapat dipisahkan
tempat pemelihara larva hal ini bertujuan untuk menghindari kanibalisme atau
pemangsaan antar sesama larva sehingga diperlukan grading untuk seragam ukuran
larva dalam satu bak pemelihara ikan kakap putih.
3.3 Kendala Yang Dihadapi
Dalam melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan Khususnya Teknik
Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Besar Riset Budidaya
Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali yang rentan terhadap kondisi
lingkungan terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan kegiatan budidaya
terganggu. Adapun kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Suhu Bak Pemelihara Larva Tinggi
Dari hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan pagi hari dan sore hari,
terjadi perubahan suhu antara pagi hari dengan sore hari yang dimana suhu
pagi hari baik untuk pertumbuhan larva sedangkan sore hari sulit untuk
pertumbuhan larva. Hal ini dikarenakan cuaca disiang hari dan sore hari
suhu permukaan air dan suhu kedalaman air meningkat sehingga
perkembangan larva dapat terganggu dengan adanya paparan sinar
matahari di siang hari dan sore hari. Belakangan ini sinar matahari dapat
dapat terganggu bagi pertumbuhan Larva Ikan Kakap Putih.
2. Larva Nyamuk Tumbuh di Bak Pemelihara Larva Ikan Kakap Putih
Perkembangan Larva nyamuk dapat merugikan bagi pertumbuhan larva
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang dimana Larva Nyamuk mencuri
nutrisi dari perkembangan Larva Ikan Kakap Putih dan Larva Nyamuk
membutuhkan nutrisi dari pakan alami seperti Plankton (Nannochloropsis
oculata), Rotifer, Naupli Artemia, Pakan Buatan. Para pembudidaya tidak
memperhatikan dengan adanya Larva Nyamuk di atas permukaan air,
karena para pembudidaya melihat Larva Nyamuk menyerupai dengan
larva Ikan Kakap Putih sehingga pada saat mengamati perkembangan

24
Larva Ikan Kakap Putih. Jika Larva Nyamuk ini dibiarkan dalam air
sampai menjadi Nyamuk maka dapat merugikan bagi para budidaya itu
sendiri seperti terserang deman berdarah karena terserang Nyamuk dari
berkembang biak di bak pemelihara Larva Ikan Kakap Putih.
3. Kanibalisme Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
Pertumbuhan Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) tidak merata dan
tidak sama, hal ini dikarenakan Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
aktif mendapatkan nutrisi dari pakan alami seperti Plankton, Rotifer
Artemia, Pakan Buatan dan ada juga Larva Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer) tidak aktif mendapatkan nutrisi dari pakan alami seperti
Plankton, Rotifer Artemia, Pakan Buatan. Jika tidak memperhatikan
jumlah pakan yang habis dimakan oleh Larva Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer) aktif maka larva aktif dapat pertumbuhan dengan cepat
sedangkan Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) tidak aktif maka
larva tidak aktif dapat pertumbuhan dengan lambat, sehingga larva
pertumbuhan yang lambat dapat dimakan oleh larva pertumbuhan yang
cepat. Oleh karena itu terjadi Kanibalisme sesama Larva Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer).
3.4 Cara Mengatasi Kendala
Kendala atau masalah yang ada kegiatan Praktek Kerja Lapangan Khususnya
Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Besar Riset
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali harus diberikan respon
penanganan. Penanganan yang tepat dapat menyelamatkan Larva Ikan Kakap Putih
dengan cara mengatasi kendala yang hadapi. Adapun kendala-kendala yang
dihadapi dapat mengatasi dengan berbagai cara adalah sebagai berikut:
1. Pasang Paranet untuk Meredam Cuaca Panas
Perubahan suhu antara pagi hari dengan sore hari yang dimana suhu pagi
hari baik untuk pertumbuhan larva sedangkan sore hari sulit untuk
pertumbuhan larva. Sehingga perlu dilakukan penanganan dengan
menambahkan Paranet diatas Bak Pemelihara Larva Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer) yang dapat meredam panas. Keunggulan pasang paranet
bagi budidaya dan pemelihara larva yaitu menahan sinar matahari yang

25
masuk ke dalam bak pemelihara larva, paranet dapat mengontrol serta
mengurangi sinar matahari masuk ke dalam bak pemelihara larva,
membantu menahan air hujan serta terpaan angin, dan mengontrol
ventilasi udara serta temperatur atau suhu.
2. Larva Nyamuk Dimanfaat Bagi Pakan Ikan Hias
Perkembangan Larva nyamuk dapat merugikan bagi pertumbuhan larva
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang dimana Larva Nyamuk mencuri
nutrisi dari perkembangan Larva Ikan Kakap Putih dan Larva Nyamuk
membutuhkan nutrisi dari pakan alami seperti Plankton, Rotifer Artemia,
Pakan Buatan. Sehingga perlu dilakukan penanganan dengan pengambilan
Larva Nyamuk dari Bak Pemelihara Larva Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer) yang dapat dijadikan pakan untuk pertumbuhan Ikan Hias.
Keungulan dari Larva Nyamuk jadi pakan bagi Ikan Hias yaitu untuk
pertumbuhan dan perkembang biak bagi Ikan Hias, untuk mempercepat
pertumbuhan dan perkembang biak bagi Ikan Hias, Larva Nyamuk
mengandung Asam Amino, Methionin, cystin, trythophan, glisin, serin,
asam aspartat, asam glutamat, alanin, prloindan Protein, dan dapat
memberikan Kecerahan tubuh bagi Ikan Hias.
3. Grading Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
Pertumbuhan Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) tidak merata dan
tidak sama, hal ini dikarenakan Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
aktif dapat pertumbuhan dengan cepat sedangkan Larva Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer) tidak aktif dapat pertumbuhan dengan lambat, sehingga
larva pertumbuhan yang lambat dapat dimakan oleh larva pertumbuhan
yang cepat Terjadi Kanibalisme sesama Larva Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer). Dari kendala tersebut perlu dilakukan penanganan dengan
Grading Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang dimana Larva
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) bedakan berdasarkan ukuran panjang
tubuh larva dengan diameter yang berbeda dengan menggunakan scoopnet
dan diletakkan pada bak yang sebelumnya telah disediakan serta diberi
aerasi. Dengan dilakukan Grading untuk mencegah terjadinya kanibalisme
sesama larva yang umurnya sama tetapi berbeda ukuran.

26
IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer) dapat di ambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) meliputi berbagai
bidang antara lain pemelihara induk, pemijahan induk ikan kakap putih,
penanganan telur ikan kakap putih, penebaran telur ikan kakap putih di bak
pemelihara larva atau bak hatchery, pemelihara larva dari umur D1 sampai
dengan D21 dengan pemberian pakan alami seperti Nannochloropsis
oculata, rotifer, dan Naupli Artemia, Pemanenan larva ikan kakap putih
umur D21 dengan dilakukan grading dan Pengelolaan kualitas air sebagai
faktor pendukung Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih.
2. Kendala yang dihadapi kegiatan Praktek Kerja Lapangan Khususnya
Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Besar
Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali yaitu Suhu
Bak Pemelihara Larva Tinggi, Larva Nyamuk Tumbuh di Bak Pemelihara
Larva Ikan Kakap Putih, Kanibalisme Larva Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer).
3. Cara Mengatasi Kendala Praktek Kerja Lapangan Khususnya Teknik
Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Besar Riset
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol Bali yaitu Pasang
Paranet untuk Meredam Cuaca Panas, Larva Nyamuk Dimanfaat Bagi
Pakan Ikan Hias, Grading Larva Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer).
4.2 Saran-Saran
Dari Hasil Praktek Kerja Lapangan yang Telah dilakukan, saran yang dapat
diberikan untuk meningkatkan tingkat kelulusanhidup larva yang tinggi yaitu perlu
dilakukan grading setiap seminggu sekali, karena setiap minggu pertumbuhan larva
ikan kakap putih berbeda-beda dan tidak seragam yang dapat menyebabkan
terjadinya kanibalisme larva semakin meningkat dan tingkat kelulusanhidup larva
rendah. Pemberian pakan alami dan buatan diberikan secara merata agar
pertumbuhan larva ikan kakap putih seragam dan ukuran panjang tubuh sama.

27
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Surya Gentha. 2011. Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates
Calcarifer) Di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, Lampung.
Program Keahlian Teknologi Produksi Dan Manajemen Perikanan
Budidaya Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ariani Andayani, Wartono Hadie, dan Ketut Sugama. 2018. Daya Dukung Ekologi
Untuk Budidaya Ikan Kakap Dalam Keramba Jaring Apung, Studi
Kasus Di Perairan Biak-Numfor. Jurnal Riset Akuakultur, 13 (2), 2018,
179-189.
Dhert, P., P. Lavens and P. Sorgeloos. 1992. State of the Art of Asian Sebass Lates
calcarifer Larviculture. Journal Of The World Aquaculture Society.
Vol. 23 No. 4.
Hardianti, Q., Rusliadi, dan Mulyadi. 2016. Effect of Feeding Made with Different
Composition on Growth and Survival Seeds of Barramundi (Lates
calcarifer, Bloch). Jurnal Online Mahasiswa. 3(2): 1-10.
Kordi, M.G.H. 2011. Marikultur- Prinsip & Pratik Budidaya Laut. Lily Publisher:
Yogyakarta.
Mayunar. 1991. Pemijahan dan Pemelihara Larva Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer). Jurnal Oseana. Volume XVI. Nomor 4:21-29.
Tiensongrusmee, B., S, Budileksono., S, Chantarasri., S.K, Yuwono dan H,
Santoso.1989. Propagation of Sebass, Lates calcarifer in Captivity.
Fisheries an Aquaculture Departement.

28
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapangan

29
Lampiran 2. Denah Lokasi Bangunan BBRBLPP Gondol Bali

30
Lampiran 3. Sarana dan Prasarana Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih

Laboratorium Patologi Laboratorium Kimia

Laboratorium Biologi Laboratorium Bioteknologi

Bak Pembenihan dan Pemelihara Larva Bak Pedederan dan Pembesaran

Bak Pemlihara Induk Pompa Air Laut

Pompa Air Tawar Laboratorium Ikan Tuna

31
Generator Listrik dan Blower Bak Nannochloropsis oculata

Penampungan Rotifer Bak Kultur Naupli Artemia

Saluran Masuk Air / Inlet Saluran Keluar Air / Outlet

Alat Pengukuran Kualitas Air Aplikasi Pengamatan Larva

Aplikasi Pengukuran Panjang Larva Pemotongan Runcah

Pakan Buatan Peralatan Grading Larva

32
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Pemelihara Induk Kakap Putih Pemberian Runcah Pada Indukan

Runcah atau Potongan Ikan Pasang Egg Collector untuk Pemijahan

Pemindahan Telur Untuk Sampling Sampling Telur Ikan Kakap Putih

Telur disiapkan untuk Tebar Persiapan bak dibersihkan sisa kotoran

Penambahan Air pada Bak Pemberian Filter Bag, Nyalakan Aerasi

33
Penebaran Telur Ikan Kakap Putih Sampling Perkembangan Larva

Kultur dan Pemberian Nannochloropsis oculata Kultur dan Pemberian Rotifer

Pengamatan Rotifer Sisa Kultur Naupli Artemia

Panen dan Pemberian Naupli Artemia Pemberian Pakan Buatan

Pengukuran Kualitas Air Grading Larva Ikan Kakap Putih

34
Lampiran 5. Data Hasil Pengukuran Kualitas Air
Kualitas Air di Bak Pemelihara Larva Ikan Kakap Putih Pagi Hari
Hari, Tanggal pH Suhu (C°) Salinitas (ppt)
Selasa, 7 Januari 2020 7.77 28.9 33
Rabu, 8 Januari 2020 7.87 29.4 33
Kamis, 9 Januari 2020 7.97 29.4 33
Jumat, 10 Januari 2020 8.03 29.9 33
Sabtu, 11 Januari 2020 8 29.3 33
Minggu, 12 Januari 2020 7.94 29.1 33
Senin, 13 Januari 2020 7.84 28.8 33
Selasa, 14 Januari 2020 7.78 29.5 32
Rabu, 15 Januari 2020 7.68 29.8 33
Kamis, 16 Januari 2020 7.61 30.3 33
Jumat, 17 Januari 2020 7.59 31 33
Sabtu, 18 Januari 2020 7.6 30.3 34
Minggu, 19 Januari 2020 7.56 30.3 33
Senin, 20 Januari 2020 7.56 30.3 33
Selasa, 21 Januari 2020 7.61 30 33
Rabu, 22 Januari 2020 7.54 29.2 32
Kamis, 23 Januari 2020 7.5 29.8 33
Jumat, 24 Januari 2020 7.56 30.5 35
Sabtu, 25 Januari 2020 7.64 29.8 33
Minggu, 26 Januari 2020 7.64 31.2 34
Senin, 27 Januari 2020 7.77 31.3 34
Selasa, 28 Januari 2020 7.76 30.7 34
Rabu, 29 Januari 2020 7.69 31.2 35
Kamis, 30 Januari 2020 7.66 30.7 34
Jumat, 31 Januari 2020 7.61 30 34
Sabtu, 1 Februari 2020 7.74 29.8 34
Minggu, 2 Februari 2020 7.91 29 34
Senin, 3 Februari 2020 7.88 30.4 34
Selasa, 4 Februari 2020 7.92 30.2 33

35
Rabu, 5 Februari 2020 7.85 29.9 33
Kamis, 6 Februari 2020 7.79 31.3 33
Rata-Rata 7.737741935 30.04193548 33.35483871
Kualitas Air di Bak Pemelihara Larva Ikan Kakap Putih Sore Hari
Hari, Tanggal pH Suhu (C°) Salinitas (ppt)
Selasa, 7 Januari 2020 8.02 32 32
Rabu, 8 Januari 2020 8.1 31.7 33
Kamis, 9 Januari 2020 8.08 31.5 33
Jumat, 10 Januari 2020 8.21 32.3 34
Sabtu, 11 Januari 2020 8.11 30.1 33
Minggu, 12 Januari 2020 8.01 31 33
Senin, 13 Januari 2020 7.95 31.7 33
Selasa, 14 Januari 2020 7.81 32.2 33
Rabu, 15 Januari 2020 7.71 31.5 34
Kamis, 16 Januari 2020 7.67 32.1 33
Jumat, 17 Januari 2020 7.65 32.3 33
Sabtu, 18 Januari 2020 7.61 32.9 33
Minggu, 19 Januari 2020 7.6 33 33
Senin, 20 Januari 2020 7.63 32.8 33
Selasa, 21 Januari 2020 7.7 31.2 33
Rabu, 22 Januari 2020 7.7 32 34
Kamis, 23 Januari 2020 7.7 32.9 33
Jumat, 24 Januari 2020 7.81 32.6 33
Sabtu, 25 Januari 2020 7.77 32.8 35
Minggu, 26 Januari 2020 7.79 32.3 33
Senin, 27 Januari 2020 7.88 33.3 34
Selasa, 28 Januari 2020 7.67 33.7 33
Rabu, 29 Januari 2020 7.61 34 35
Kamis, 30 Januari 2020 7.84 31 34
Jumat, 31 Januari 2020 7.87 33.5 33
Sabtu, 1 Februari 2020 7.82 32.8 33
Minggu, 2 Februari 2020 8.04 32.2 33

36
Senin, 3 Februari 2020 7.98 32.7 34
Selasa, 4 Februari 2020 8.05 33.6 33
Rabu, 5 Februari 2020 7.94 33.1 34
Kamis, 6 Februari 2020 7.88 32.5 35
Rata-Rata 7.845483871 32.36451613 33.38709677

37
Lampiran 6. Pertumbuhan dan Perkembangan Telur Menjadi Larva

1 Sel 2 Sel 4 Sel

8 Sel 16 Sel 32 Sel

64 Sel 128 Sel Multi Sel

Gastrula Neurola Embrio Sempurna

Jantung Tetas Larva

38
Lampiran 7. Grafik Pertumbuhan dan Perkembangan Larva

Grafik Pertumbuhan dan Perkembangan Larva


Ikan Kakap Putih (Lates cslcarifer)
16000

14000
PANJANG LARVA (TL)

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
D0 D1 D5 D7 D9 D13 D15 D17 D19 D21
TL (mm) 778,1 2171,8 2655,3 2180,1 3533,9 4648,6 5472,8 6050,8 5100,1 14037,1

39
Lampiran 8. Data Hasil Grading Larva Ikan Kakap Putih
Larva Ikan Jumlah Total Larva Tebar / SR
Bak Grade Kakap Larva Grading Larva (Survival Rate)
Putih dalam Bak menetas (HR) %
A 785
Bak B 355
43697 151125 28.91447477
1 C 757
D 41800
A 727
Bak B 328
42527 141750 30.00141093
2 C 1572
D 39900
A 1504
Bak B 449
29220 385875 7.572400389
3 C 667
D 26600
A 215
Bak B 100
58055 162750 35.67127496
4 C 200
D 57540
A 500
Bak B 395
49045 170625 28.74432234
5 C 150
D 48000

40

Anda mungkin juga menyukai