Anda di halaman 1dari 2

SISTEM PERTAHANAN TUBUH PADA KERANG ABALON

Abalone termasuk jenis kekerangan bivalvia yang memiliki sistem


pertahanan tubuh yang sama dengan bivalvia lain yaitu memiliki sel darah terdiri
tiga jenis hemocyte, yaitu hemocyte granular eosinofil, hemocyte granular basofil,
dan hemocyte agranular basofil. Sistem pertahanan tubuh terdiri atas dua macam,
yaitu sistem pertahanan tubuh spesifik dan sistem pertahanan tubuh non spesifik.
Pada golongan avertebrata air, termasuk diantaranya bivalvia hanya memiliki satu
jenis pertahanan tubuh saja yaitu sistem pertahanan tubuh non spesifik, yang
melibatkan berbagai mekanisme molekuler (Ottaviani, 2006). Sistem pertahanan
tubuh non spesifik pada kekerangan bivalvia terbagi menjadi dua macam sistem
yang disebut dengan komponen seluler dan komponen humoral. Sistem pertahanan
tubuh pada bivalvia terdiri atas sel darah (hemocyte). Hemocyte pada jenis
kekerangan bivalvia memiliki peran yang sangat luas dalam berbagai fungsi
fisiologisnya, antara lain: pembentukan dan perbaikan cangkang, pencernaan dan
transportasi nutrient, sirkulasi gas, osmoregulasi, ekskresi, dan sistem kekebalan
tubuh (Gosling, 2003; Carbalal et al., 1997; Cajaraville & Santi, 1995). Hemocyte
memainkan peran penting dalam pola sistem pertahanan tubuh berbagai jenis
invertebrate, antara lain dalam proses fagositosis, melanisasi, enkapsulasi dan
koagulasi (Monari et al., 2007). Komponen seluler menyusun hemocyte yang
memiliki berbagai peran dan fungsi melalui interaksi tertutup dengan komponen
humoral. Tidak seperti golongan vertebrata, sistem pertahanan tubuhnya bereaksi
terhadap organisme mikroba dan pertikel dari luar secara non spesifik dan tidak
melibatkan memori (Chu, 2000). Pada golongan bivalvia, keterlibatan fagositosis
dan hemositik merupakan respon seluler yang paling utama (Gosling, 2003).
Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh pada bivalvia terhadap
pathogen dan material asing (Matozzo et al., 2007). Hemosit yang sedang
melakukan fungsi fagositosis mengandung banyak glikogen dan membutuhkan
sejumlah energy pada saat terjadinya proses fagositosis partikel, sekresi enzim
hidrolisis, peleburan dan dekomposisi granul untuk mengeluarkan zat buangan (Sun
et al, 2006). Sementara faktor-faktor dari hemolimph seperti lisin, agglutinin dan
berbagai enzim terkait dengan mekanisme pertahanan humoral (Gosling, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Cajaraville, M.P and Santi, G.P. 1995. Morphofunctional study of the haemocytes
of the bivalve mollusk Mytilus galloprovincialis with emphasis on the
endolysosomal compartment. Cell structure and function, Vol 20 (5):
355-367.
Carbalal, M.J., Lopez, C., Azevedo, C., & Villalba, A. 1997. Hymolymph cell types
of the mussel Mytillus galloprovincialis. Diesease of Aquatic
Organisms, Vol 29: 127-135.
Chu, F.L.E. 2000. Defense Mechanism of Marine Bivalves. In Recent Advances in
Marine Biotechnology. USA: Science
Cima, F., Matozzo, V., Marine, M.G., & Ballarin, L. 2000. Haemocyte of the clam
Tapes philippinarum morphofunctional characterization. Fish and
Shellfish Immunology, Vol 10: 677-693.
Gosling, E. 2003. Bivalve Mollusc : Biology, Ecology and Culture. Wiley-
Blackwell. 456 p.
Monari, M., Serrazanetti, G.P., Foschi J., Matozzo, V., Marin, G.M., & Cattani, O.
2007. Effect of salinity on the clam Chamelea gallina, haemocyte Part
II : Superoxidase dismutase response. Marine Biology, Vol 151 (3):
1059-1068.
Ottaviani, E. 2006. Molluscan immunorecognation. Invertebrate Survival Journal,
3 (1): 50-63.

Anda mungkin juga menyukai