Anda di halaman 1dari 5

Fisio Hitung Jumlah Leukosit

Leukosit berasal dari bahasa Yunani yaitu leukos yang berarti putih dan kytos yang berarti sel sehingga
leukosit berarti sel darah putih. Guyton (2008) menambahkan, leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem
pertahanan tubuh yang terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Sel darah putih
bergerak bebas secara ameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis (Herawati, 2009). Fungsi
leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh, melalui
mekanisme fagositosis (Guyton 2008).
Colville & Bassert (2008) mengemukakan berdasarkan ada atau tidaknya granula dalam sitoplasma hasil
pewarnaan, leukosit dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit granulosit
memiliki butir khas dan jelas dalam sitoplasma, sedangkan agranulosit tidak memiliki butir khas dalam
sitoplasma (Junqueira & Caneiro 2005). Adapun leukosit yang merupakan kelompok granulosit meliputi
netrofil, eosinofil dan basofil, sedangkan yang termasuk dalam kelompok agranulosit menurut Hoffbrand
(2005) meliputi monosit dan limfosit.
Tjokronegoro (1996) menjelaskan prinsip pengecatan preparat dilakukakan dengan cara sedian apus darah
difiksasi dengan methanol selama 2-3 menit, digenangi dengan cat warna giemsa, kemudian dibiarkan selama
20-30 menit setelah itu dibilas dengan air dan dibiarkan sampai mengering. Giemsa adalah zat warna yang
terdiri dari eosin, metilen azur, dan metilen blue. Zat warna eosin dan metilen azur memberi warna merah
muda pada sitoplasma, sedangkan metilen blue memberi warna biru pada inti leukosit.

Pembahasan
Leukosit disebut juga sel darah putih yaitu sel darah yang mengandung inti. Guyton (2008) menjelaskan bahwa
leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit, dan limfosit. Menurut Herawati (2009) Sel darah putih bergerak bebas secara ameboid. Guyton
(2008) menjelaskan fungsi leukosit adalah sebagai alat pertahanan tubuh untuk melawan benda asing yang
masuk ke dalam tubuh (termasuk mikroorganisme patogen) secara fagositosis. Leukosit memiliki jumlah yang
lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah, yaitu berkisar antara 20.000/mm
3
hingga 150.000/mm
3

(Moyle and Chech, 2004). Bentuk sel darah putih adalah lonjong hingga bulat (Affandi dan Tang, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit adalah kondisi dan kesehatan tubuh ikan (Moyle and
Chech, 2004). Menurut Soetrisno (1987), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang
makan atau disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit yaitu tergantung
pada spesies dan kondisi pakannya, selain itu juga bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak,
urea, asam urat, dan lainnya. Umur, kondisi lingkungan dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah leukosit
(Pearce, 1989).
Colville & Bassert (2008) mengemukakan berdasarkan ada atau tidaknya granula dalam sitoplasma hasil
pewarnaan, leukosit dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit granulosit
memiliki butir khas dan jelas dalam sitoplasma, sedangkan agranulosit tidak memiliki butir khas dalam
sitoplasma (Junqueira & Caneiro 2005). Adapun leukosit yang merupakan kelompok granulosit meliputi
neutrofil, eosinofil dan basofil, sedangkan yang termasuk dalam kelompok agranulosit menurut Hoffbrand
(2005) meliputi monosit dan limfosit. Komponen leukosit yang berhubungan dengan infeksi parasit yaitu
eosinofil sehingga dengan meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit (Roberts, 1989). Jumlah
monosit akan meningkat jika ada substansi asing pada jaringan atau sirkulasi darah dan neutrofil bersifat
fagosit yang dapat bermigrasi kejaringan lain untuk memakan bakteri (Moyle and Chech, 2004).
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan secara histologi terhadap jenis-jenis leukosit pada beberapa jenis
ikan. Adapun ikan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ikan lele (Clarias sp) dan ikan nila
(Oreochromis niloticus)
Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan ukuran. Limfosit mampu menerobos
jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk pertahanan tubuh (Dopongtonung, 2008). Berdasarkan tempat
pembentukannya limfosit dibedakan menjadi dua yaitu limfosit B (pembentukan di ginjal) dan limfosit T
(pembentukan di kelenjar timus). Limfosit B berfungsi menghasilkan antibodi sementara Limfosit T berfungsi
untuk menghasilkan respon imun yang spesifik terhadap virus. Persentase normal limfosit pada ikan teleostei
berkisar antara 71,12 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Berdasarkan hasil pengamatan pada ikan A, sel
limfosit berjumlah 172, ikan B 13, ikan C 41 dan ikan D 37. Apabila ditinjau berdasarkan presentasenya
keempat jenis ikan menunjukan presentase limposit < 60 %. Rendahnya nilai tersebut menunjukan bahwa
keadaan ikan yang diamati tersebut dalam kondisi abnormal. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa ikan-ikan
tersebut memiliki respon imun yang buruk.
Monosit berbentuk oval atau bundar dan memiliki inti yang besar. Inti terletak berdekatan dengan tepi sel dan
mengisi sebagian besar isi sel. Persentase monosit pada ikan teleostei sekitar 0,1% dari seluruh populasi
leukosit yang bersirkulasi. Berdasarkan hasil pengamatan sel monosit ikan A berjumlah 170, ikan B berjumlah
303, ikan C berjumlah 6, dan ikan D berjumlah 2. Apabila ditinjau berdasarkan jumlah perbandingannya pada
leukosit presentase monosit dari keempat jenis ikan tersebut > 3% , bahkan pada ikan A, B dan D mencapai 37
% , 32 % dan 58 % dalam leukosit. Nilai tersebut tentunya sangat jauh dari kisaran normal. Hal ini dapat
diindikasikan bahwa ikan sedang terserang penyakit, sebab monosit berperan dalam fagositosis virus dan
bakteri. Diindikasikan monosit sedang bekerja ekstra untuk melawan virus maupun bakteri di dalam tubuh
ikan sehingga tubuh mengeluarkan monosit dalam jumlah yang besar. Hal ini mengacu pada pernyataan
(Moyle and Chech, 2004) bahwa monosit bersama makrofag akan memfagosit sisa-sisa jaringan dan agen
penyakit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan yang diamati dalam keadaan sakit.
Neutrofil berbentuk bundar dan berukuran besar, dengan sitoplasma yang besar dan mengandung granula.
Sitoplasma berwarna biru cerah atau ungu pucat, sedangkan inti berwarna biru gelap dan memperlihatkan
gumpalan kromatin (Chinabut, 1991). Proporsi neutrofil dalam populasi leukosit darah sangat rendah, yaitu
sekitar 6 8 % (Roberts, 1989). Berdasarkan hasil pengamatan sel neutrofil ikan A berjumlah 48, ikan B
berjumlah 109, ikan C berjumlah 7, dan ikan D berjumlah 16. Apabila ditinjau berdasarkan jumllah
perbandingannya pada leukosit prentase neutrofil ikan A, B, dan D > 8 % bahkan pada ikan B dan D hampir
mencapai 25 % serta pada ikan A mencapai 10 %. Sedangkan pada Ikan C < 6 %. Mengacu pada pernyataan
Moyle and Chech (2004) bahwa neutrofil berperan dalam fagositosis bakteri dan pembersihan debris sel,
tingginya presentase neutrofil dalam darah menunjukkan bahwa sel neutrofil sedang bekerja aktif memfagosit
bakteri. Hal ini mengindikasikan bahwa pada ikan sampel, khususnya pada ikan B dan D sedang dalam kondisi
sakit (terserang bakteri).
Eosinofil dilaporkan jarang ditemukan di dalam darah ikan, sebab kebanyakan eosinofil ikan teleost ditemukan
pada kulit, jaringan hemapoietik dan digesti (Roberts, 1989). Komponen leukosit yang berhubungan dengan
infeksi parasit yaitu eosinofil sehingga dengan meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit
(Roberts, 1989). Basofil berukuran 8 12 m, sitoplasma berwarna biru dan memiliki granula yang besar
(Affandi & Tang 2002). Basofil berfungsi melawan racun. Fungsi eosinofil dan basofil berhubungan dengan
kepekaan antigen, gejala stress dan fagositosis (Moyle & Cech 2004). Berdasarkan hasil pengamatan sel
eosinofil ikan A berjumlah 37, ikan B berjumlah 4, ikan C berjumlah 5, dan ikan D berjumlah 8. Kemudian sel
basofil ikan A berjumlah 36, ikan B berjumlah 2, ikan C berjumlah 1, dan ikan D berjumlah 1. Apabila ditinjau
berdasarkan presentasenya dalam leukosit jumlah eosinofil dan basofil terbanyak, ada pada ikan A dan ikan D .
Hal tersebut menandakan bahwa pada ikan A dan D sedang dalam kondisi abnormal akibat stres ataupun
karena adanya serangan penyakit akibat infeksi parasit.



leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh (Frandson, 1986)
leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat menembus jaringan tanpa merusak
jaringan tersebut (Pearce, 1989)

Daftar Pustaka
Affandi, R dan Tang UM, 2002, Fisiologi Hewan Air, Uni Press. Riau:
Chinabut, S. 1991. Histology of The Walking Catfish, Clarias bathracus. Canada :IDRC. hlm 40-44..
Colville T, Bassert JM. 2008. Clinical Anatomy & Physiology for Veterinary Technician. Missouri: Elsevier.
Dopongtonung, A. 2008. Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp) yang Berasal dari Daerah Laladon-
Bogor.[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Guyton AC. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari:
Textbook of Medical Physiology.
Herawati, N. 2009. Pembentukan Darah. UPT Balai informasi teknologi LIPI. Jakarta.
Hoffbrand, AV. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junqueira LC, Caneiro J. 2005. Basic Histology Text & Atlas. USA: The Mc Graw-Hill Companies
Moyle, P.B and J.J Cech. 2004. Fish An Introduction To Ichthyology Fifth Edition. Prentice Hall: New Jersey
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Roberts, R. J. 1989. Fish Pathology. Baillere Tindall. London. England. 467p.
Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
Tjokronegoro, A. dan Hendra U. 1996. Pemeriksaan Hematologi Sederhana. FKUI: Jakarta















Bijanti, R. 2005. Hematologi Ikan (Teknik Pengambilan Darah Dan Pemeriksaan Hematologi Ikan). Buku Ajar.
Bagian Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.
Lagler, F. K, J. E. Bardach, R. R Miller an D. M Passino. 1977. Ichthyology. Jhn Willey and Sons, Canada
Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Lea and Febiger, Philadelphia.

Salasia, S. I. A., D. Sulanjari dan A. Ratnawati. 2001. Studi Hematologi Ikan Air Tawar. Bagian Patologi Klikik
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gajah Mada.



Depkes. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Depkes RI. Jakarta
.

Anda mungkin juga menyukai