Anda di halaman 1dari 17

Hari/tanggal : Senin, 26 oktober 2020

Nama : Vira Angelica


NIM : 711345319040
Tingkat/semester : 2B/3
Mata Kuliah : UCT
Dosen/Instruktur : Rahmah Apriyani Rasyid, S.ST

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN CAIRAN SENDI (SINOVIAL)

Tujuan praktikum :

1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui proses pra analitik pemeriksaan cairan


sendi
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui proses analitik pemeriksaan cairan sendi
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui proses pasca analitik pemeriksaan cairan
sendi

Dasar teori :

A. Sendi
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak
dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan
ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan
jenis persendian yang diperantarainya. Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau
lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
 Sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe
yaitu sutura dan sindemosis;
 Sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong
oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu
sinkondrosis dan simpisis;
 Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami
pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh
kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi
sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium
menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak
membeku, dan mengandung leukosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab
atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial.
Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Jenis sendi sinovial :
 Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis
 Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila
 Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial
 Trochoid : rotasi, mono aksis
 Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis.
Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak
terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil.
Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan
berkurang cairan kembali ke belakang.
Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel
kondrosit, dan matriks.Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang
terbenam di dalam bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3
macam tulang rawan, yaitu :
 Tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan
ujung-ujung persendian;
 Tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva;
 Tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis,
simfisis pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin menutupi bagian tulang
yang menanggung beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen
tipe II dan proteoglikan yang sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan
tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang kuat.
Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah
cedera atau penambahan usia.
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial.Permukaan tulang yang
bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin.Keseluruhan daerah
sendi dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut
kapsul.Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial
untuk “meminyaki” sendi.Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang
melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan
yang dapat dilakukan.Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai
mempunyai fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan
memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban
dan peredam benturan.Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan
yang baik pula.
Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :
 Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung
70-80% air, hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan
memungkinkan rawan sendi elastic
 Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat
tahan terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal,
sehingga rawan sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain
seperti enzim.
B. Pemeriksaan Cairan Sendi
Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang dihasilkan dari
ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat. Asam hialuronat ini
menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat berfungsi
sebagai pelumas (Ema, 2011). Cairan synovial akan memberikan nutrisi bagi tulang
rawan sehingga tidak terjadi gesekan dalam pergerakan sendi. Cairan sendi diambil
menggunakan jarum yang ditusuk kedalam cairan itu berada diarea antara tulang
pada sendi tersebut (Kadir. A, 2012).
Pemeriksaan ini dikenal dengan nama formal yaitu: analisis cairan sinovial, tetapi
mempunyai nama lain berupa analisis cairan sendi. Pemeriksaan cairan sendi
dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan
pembengkakan pada sendi. Cairan sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk
ke dalam cairan itu berada (area diantara tulang pada sendi tersebut).  Cairan sinovial
menjadi pelumas dalam sendi. Cairan sinovial akan memberikan nutrisi bagi tulang
rawan sehingga tidak dapat aus selama penggunaan (gesekan dalam pergerakan
sendi).
Analisis cairan sendi terdiri dari serangkaian uji yang dilakukan untuk mendeteksi
perubahan yang terjadi akibat dari penyakit tertentu. Ada beberapa karakteristik
cairan sinovial yang patut dikaji antara lain:
 Karakteristik fisik
Evaluasi dari penampilan secara umum dari cairan sinovial, meliputi
kekentalan (viskositas).  Karakteristik fisik yang normal berupa: cairan bening,
berwarna jernih hingga kekuningan, dan kental (viskositas tinggi akibat
kandungan asam hialuronat, ketika mengambilnya dengan jarum membentuk
‘string’ beberapa inchi layaknya cairan kental pada umumnya). Perubahan yang
terkait pada aspek fisik ini yaitu: cairan keputihan (berawan) disebabkan oleh
hadirnya mikroorganisme dan sel darah putih) dan berwarna kemerahan akibat
hadirnya sel darah merah.Antara cairan sinovial berawan dan kemerahan dapat
terjadi dalam satu spesimen.
 Karakteristik kimia
Mendeteksi perubahan zat kimia tertentu pada cairan sinovial, meliputi:
glukosa (level glukosa di dalam cairan ini lebih rendah daripada level glukosa
darah dan dapat menurun lebih signifikan lagi pada inflamasi dan infeksi sendi,
protein (kandungan protein meningkat akibat peradangan infeksi), asam urat
yang meningkat (pada Gout).
 Karakteristik mikroskopik
Menghitung sel-sel yang terdapat pada cairan sinovial (terutama untuk
menghitung leukosit) meliputi: hitung leukosit (batas normal yaitu <200 sel/mm 3,
leukosit yang berlebihan menandakan adanya inflamasi seperti pada Gout dan
rheumatoid artritis, neutrofilia menandakan infeksi bakteri, dan eosinifilia
menandakan penyakit Lyme), dan melewati cairan sinovial ke sinar polarisasi
untuk melihat adanya kristal asam urat (kristal jarum) pada penyakit Gout.
 Karakteristik infeksius1
Menemukan agen infeksius (bakteri atau jamur) dalam cairan sinovial
meliputi: pewarnaan gram (untuk melihat tipe agen infeksius), pembiakan, uji
kerentanan terhadap antibiotik (sebagai panduan dalam memilih antibiotik), dan
uji BTA jika dikhatirkan adanya mikrobakterium.
Analisis cairan sendi dilakukan jika menemukan sesuatu yang mencurigakan di
daerah persendian, berupa:
o Nyeri di daerah persendian
o Eritema meliputi daerah persendian dan sekitarnya
o Inflamasi di daerah persendian
o Akumulasi cairan sinovial.
Prosedur dalam pengambilan cairan sinovial dikenal dengan arthrocentesis.
Setelah dianastesi lokal, dokter akan melakukan penyuntikan hinga masuk ke tempat
cairan sinovial berada (area diantara tulang). Selain untuk mengambil spesimen
cairan sinovial, prosedur ini dilakukan juga dalam:
o Pengambilan cairan sinovial berlebihan untuk mengurangi tekanan yang
berlebihan.
o Injeksi kortikosteroid ke dalam cairan sinovial yang mengalami inflamasi.
Pra Analitik :

 Alat dan Bahan


Untuk pengambilan sampel (dilakukan oleh dokter) :
 Alkohol swab
 Betadine
 Alat USG
 Jarum suntik
 Spuit
 Lidocain 1%
 Sarung tangan
 Pengambilan sampel
1) Baringkan pasien dengan posisi badan menghadap keatas
2) Palpasi area lutut untuk mengambil cairan sendi
3) Beri tanda pada permukaan kulit yang akan diambil
4) Desinfektan dengan alcohol atau menggunakan betadin
5) Suntikan cairan lindocain
6) Ambil alat USG untuk melihat jarum suntik yang masuk
7) Lepaskan spuit dan biarkan jarum tetap tertusuk pada lutut
8) Ambil spuit berukuran 10cc dan pasang pada jarum yang tertusuk
9) Sedot cairan sendi dengan perlahan agar tidak terlalu nyeri
10) Sampel dibawa ke laboratorium untuk diperiksa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel:
 Mengetahui apakah pasien mempunyai gangguan hemostasis.
 Melakukan dengan tehnik yang benar dan berusaha untuk selalu steril.
 Sampel yang didapatkan sesegera mungkin untuk dibawa kelaboratoium.
 Jika akan dikerjakan pemeriksaan glukosa cairan sendi maka pasien
dipuasakan 6-8 jam terebih dahulu.
 Bila dikehendaki antikoagulan digunakan heparin.
 Bila akan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi wadah untuk menampung
cairan sendi harus steril
 Persiapan Sampel
1) Cairan didistribusikan kedalam tabung yang spesifik berdasarkan uji yang
diminta, misalnya :

2) Tabung nonantikoagulan untuk uji lainnya harus disentrifugasi dan dipisahkan


untuk mencegah elemen seulular mengganggu analisis kimia dan serologi
3) Specimen untuk analisis Kristal tidak boleh didinginkan

Analitik :

Prosedur Kerja:
a. Makroskopis
 Volume
Tujuan : Mengetahui volume cairan sendi
Prosedur :
1. Catat volume cairan yang ada pada spuit tempat/wadah sampel
 Warna
Tujuan : Melihat adanya warna pada cairan sendi
Prosedur :
1. Sampel dimasukan ke dalam tabung steril
2. Amati warna
 Kejernihan
Tujuan :melihat adanya warna pada cairan sendi
Prosedur :
1. Masukkan sampel ke dalam tabung steril
2. Amati kejernihan sampel
 Bekuan
Tujuan : untuk melihat apakah ada bekuan pada cairan
Prosedur :
1. Biarkan sampel selama 1 jam
2. Lihat apakah ada bekuan atau tidak
 Bekuan Mucin
Tujuan : melihat kualitas mucin dalam cairan sendi
Prosedur :
1. Kedalam tabung reaksi masukkan 4 ml aquades
2. Tambahkan 1 ml cairan sendi
3. Teteskan 1 tetes asam asetat 7 N
4. Diaduk kuat dengan batang pengaduk
5. Amati hasil
 Viskositas
Prinsip : asam hialuronat dalam cairan sendi menentukan viskositas
cairan
Tujuan : untuk melihat viskositas cairan sendi
Prosedur :
1. Dihisap sampel kedalam spuit tanpa jarum
2. Diteteskan sampel keluar dari spuit tersebut
3. Diukur panjang tetesan

b. Mikroskopis
Tujuan : untuk mengetahui jumlah sel cairan sendi
Prosedur :
1. Persiapan sampel
Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9 %
2. Jika sampel terlalu kental maka sampel harus diencerkan dengan buffer
hialuronidase
 Hitung Jumlah Sel
1. Sampel dipipet kedalam pipet leukosit sampai tanda 0,5
2. Dipipet NaCl 0,9 % sampai tanda 11, kemudian isi pipet dibuat homogeny
3. Dibuang 4-5 tetes isi pipet
4. Disiapkan kamar hitung dengan cover glass diatasnya
5. Diteteskan isi pipet perlahan-lahan ke dalam kamar hitung
6. Dihitung jumlah leukosit yang tampak dalam 4 kotak leukosit
 Hitung Jenis Sel Leukosit
Prinsip : cairan sendi diapuskan diatas objek glass kemudian diwarnai
Tujuan : mengetahui jenis sel leukosit dalam cairan sendi
Prosedur :
1. Diambil cairan  sendi yang telah disentrifuge
2. Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi diatas objek glas, kemudian dibuat
hapusan di atas objek glass, dibiarkan mengering.
3. Difiksasi apusan tersebut dengan metanol selama 5 menit lalu dibilas
dengan air mengalir.
4. Diteteskan  sediaan apusan dengan larutan May Grunwald  ± 1 – 2 menit.
5. Digenangi dengan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama 3 menit.
6. Diwarnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer pH
6,4 dan dibiarkan 5 – 10 menit, cuci dengan air mengalir lalu keringkan.
7. Diamati apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x
menggunakan oil emersi.
 Identifikasi Kristal
Prinsip : cairan sendi diapuskan diatas objek glass kemudian diwarnai
Tujuan : untuk mengetahui jenis sel leukosit dalam cairan sendi

Prosedur :
1. Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi yang telah disentrifus diatas kaca objek dan
ditutup dengan cover glass
2. Diperiksa dengan mikroskop
 Pembuatan Apusn dan Pewarnaan
1. Kaca objek yang bersih, kering dan bebas lemak diletakkan diatas meja
2. Diteteskan 1 tetes cairan sendi pada kaca objek, kemudian dibuat hapusan
diatas kaca objek
3. Hapusan yang terbentuk dikeringkan
4. Sediaan yang telah kering diletakkan diatas bak pengecatan
5. Teteskan metil alcohol (methanol) sampai memenuhi seluruh hapusan,
biarkan selama 5 menit kemudian bilas dengan air mengalir.
6. Teteskan larutan giemsa yang telah diencerkan sebanyak jumlah methanol
tadi kemudian biarkan selama 20 menit.
7. Bilas sediaan dengan air mengalir lalu keringkan
8. Amati sediaan dibawah mikroskop
c. Pemeriksaan Kimia
 Pemeriksaan Glukosa
1. Persiapan pasien
2. Persiapan sampel
3. Prosedur pemeriksaan kadar glukosa seperti yang dilakukan pada
pemeriksaan kimia klinik
 Pemeriksaan Protein Total
1. Persiapan pasien
2. Persiapan sampel
3. Prosedur pemeriksaan kadar protein total seperti yang dilakukan pada
pemeriksaan kimia klinik
 Pemeriksaan Asam Urat
1. Persiapan pasien
2. Persiapan sampel
3. Prosedur pemeriksaan kadar Asam Urat seperti yang dilakukan pada
pemeriksaan kimia klinik

Hasil :

a. Makroskopis
 Cairan keruh
 Warna kuning kehijauan
 Volume

 Warna

o Green, purulent
o Yellow, with crystals
o Dark yellow, Small clot
o Orange and cloudy ×2
o Bloody, red
o Dark red with clots
 Bekuan Mucin
 Viskositas rendah

b. Mikroskopis
 Hitung jumlah sel (jumlah leukosit 50.000)

 Hitung jenis sel leukosit (neutrofil > 75%)

 Kristal
 Biakan dan pewarnaan gram positif
c. Kimia
 Penurunan kadar glukosa 15%

Pasca analitik :

 Interpretasi Hasil
a. Makroskopis
 Volume
Normal : cairan pada rongga lutut orang dewasa adalah < 3,5 ml
 Warna
Normal : tidak berwarna hingga kuning pucat (seperti putih telur)
 Kejernihan
Normal : cairan jernih
 Bekuan
Normal : tidak membeku (Kandungan bekuan : Vibrinogen)
 Bekuan mucin
Normal : terlihat 1 bekuan kenyal dalam cairan jernih (mucin
berkualitas baik)
Tidak normal :
o Mucin berkualitas sedang jika bekuan kurang kuat dan tidak
mempunyai batas tegas dalam cairan jernih.
o Mucin berkualitas rendah jika bekuan yang terjadi berkeping-keping
ddalam cairan keruh
o Mucin berkualitas buruk jika tidak ada bekuan
 Viskositas
Normal : benang berukuran 4-6 cm
b. Mikroskopis
 Hitung jumlah sel
Normal : < 200/mm3
 Hitung jenis sel leukosit
Jumlah neutrophil : < 25 %
Jumlah limfosit : < 15 %

Ciri-Ciri Sel Leukosit

o Eusinofil

Berukuran 16 mikron
Inti tembereng dua
Plasma rose
Granula teratur seperti gelembung
o Ciri-Ciri Netrofil

Berukuran 14 mikron
Inti segmen >2
Plasma rose
Granula ungu, halus, tersebar
o Ciri-Ciri Neutrofil Batang

Berukuran 14 mikron
Inti batang, tapal kuda
Plasma rose
Granula ungu, halus, tersebar
o Ciri-Ciri Limfosit

Berukuran 12 mikron
Inti bulat, hamper menutupi inti
Inti biru, jernih
Tak bergranula
o Ciri-Ciri Monosit

Berukuran 18 mikron
Inti berlekuk
Plasma biru
Tidak bergranula
 Kristal
Normal : tidak ditemukan Kristal dalam cairan sendi
c. Pemeriksaan Kimia
 Glukosa
Normal : tidak lebih dari 10 mg/dL lebih rendah dari kadar glukosa
darah
 Protein Total
Normal : < 3 g/dL protein (kurang lebih sepertiga dari kadar serum)
 Asam Urat
Normal : 6-8 mg/dL

 Pembahasan
 Tidak normal, cairan sendi yang normal adalah jernih
 Warna kuning kehijauan berarti terdapat bakteri pada cairan sendi
 Viskositas rendah berarti panjang benang yang terbentuk tidak memenuhi ukuran
benang yang harusnya terbentuk
 Ditemukan bakteri gram positif
 Melebihi batas normal yaitu < 200/mm3
 Melebihi batas normal yaitu < 25 %
 Normalnya tidak lebih dari 10 mg/dL
Pemeriksaan sendi ini dikenal dengan nama formal yaitu: analisis cairan sinovial,
tetapi mempunyai nama lain berupa analisis cairan sendi. Pemeriksaan cairan sendi
dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan
pembengkakan pada sendi. Cairan sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk
ke dalam cairan itu berada (area diantara tulang pada sendi tersebut).  Cairan sinovial
menjadi pelumas dalam sendi. Cairan sinovial akan memberikan nutrisi bagi tulang
rawan sehingga tidak dapat aus selama penggunaan (gesekan dalam pergerakan
sendi).
Analisis cairan sendi terdiri dari serangkaian uji yang dilakukan untuk
mendeteksi perubahan yang terjadi akibat dari penyakit tertentu.
Cairan sendi memiliki nilai viskositas tertentu, keadaan patologis dpt
mengurangi viskositas menjadi encer, mengujinya dgn cara isap dengan semprit 2ml,
lalu biarkan cairan sendi keluar dari semprit tanpa jarum. Perhatikan benang lendir
yg dibentuk sampai cairan jatuh, dalam keadaa normal panjangnya benang paling
sedikit 5 cm.
Pemeriksaan kimia terhadap glukosa, protein dan enzym (biasanya dilakukan
dlm riset, dilaboratorium klinik jarang). Tes Bekuan mucin : menguji kualitas mucin
yg ada dlm cairan sendi, mucin adalah satu komplex yg tersusun dari asam hialuronat
dan protein; mucin membeku oleh asam acetat.

Secara normal pada proses non-radang mucin berkualitas baik ; terlihat satu
bekuan kenyal dalam cairan jernih, memiliki batas – batas tegas dlm cairan jernih
(Arthritis rheumatoid). Mucin dgn ‘Kualitas buruk’ terjadi pada proses radang oleh
infeksius ; bekuannya berkeping keping dalam cairan keruh.

Kesimpulan :

Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi.Pemeriksaan cairan sendi
dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan
pada sendi. Dalam proses pengambilan sampel cairan sendi yang perlu diperhatikan yaitu
sterilitas dalam proses pengambilan dan menggunakan teknik pengambilan yang benar.
Jenis pemeriksaan dari cairan sendi diawali dengan pemeriksaan makroskopi,
pemeriksaan mikroskopi dan pemeriksaan kimia.

Daftar Pustaka :
Materi/ ppt MK. UCT ibu Sabrina P.M Pinontoan, S.Pd.,M.Si

Soal dan Jawaban:

Seorang pria berusia 50 tahun dengan nyeri parah dan pembengkakan di lutut kanan.
Arthosentesis dilakukan dan didapatkan 20 ml cairan synovial seperti susu. Dokter meminta
pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan Kristal terhadap cairan serta asam urat serum.
Dokter meminta agar cairan tersebut disimpan untuk kemudian uji tambahan.

a. Jelaskan tabung-tabung tempat cairan akan diletakkan


b. Jika kadar asam urat meningkat, apa kemungkinan jenis kristal dan apa kelainannya
c. Mengapa pewarnaan gram dan biakan diminta untuk diperiksa?

Jawaban :

a. Tabung-tabung yang akandigunakan


o Untuk pewarnaan gram dan biakan digunakan tabung steril yang ditambahkan
heparin
o Untuk pemeriksaan Kristal atau hitung sel digunakan tabung Heparin/EDTA.
Tabung heparin berwarna merah dan tabung EDTA berwarna ungu.
o Untuk pemeriksaan kimia seperti asam urat, glukosa dsb. Digunakan tabung
nonantikoagulan
b. Jenis Kristal : monocodiumurate
Bentuknya seperti jarum
Nyeri dan peradangan terjadi ketika terlalu banyak asam urat yang mengkristal dan
menumpuk pada sendi.
c. Untuk mengetahui jumlah sel yang terdapat dalam cairan sendi atau bias juga
digunakan untuk menghitung sel dan jenis sel.

Anda mungkin juga menyukai