Anda di halaman 1dari 9

Hari/tanggal : Senin, 02 November 2020

Nama : Vira Angelica


NIM : 711345319040
Tingkat/semester : 2B/3
Mata Kuliah : UCT
Dosen/Instruktur : Rahmah Apriyani Rasyid, S.ST

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN CAIRAN AMNION

Tujuan praktikum :

1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui proses pra analitik pemeriksaan cairan


amnion
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui proses analitik pemeriksaan cairan amnion
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui proses pasca analitik pemeriksaan cairan
amnion

Tujuan Pemeriksaan :

Untuk mengetahui kelainan genetik pada bayi dapat dilakukan analisa kromosom, analisa
biokimia dan biologi. Tes ini bisa menentukan cacat kromosom, kelainan bawaan, jenis
kelamin, tingkat kematangan paru janin, infeksi cairan amnion, serta kemungkinan bayi
mewarisi gangguan seperti hemofilia.

Dasar teori :

Cairan amnion terapat di dalam Amnion suatu kantung membran yang mengelilingi
janin, amnion aktif secara metabolik dan berperan dalam pertukaran air an bahan kimia diantara
cairan, janin dan sirkulasi ibu, dan menghasilkan peptida,faktor pertumbuhan dan sitokin.
Fungsi utama memberikan pa perlindungan untuk janin, memungkinkan gerakan janin,
mestabilkan suhu untuk melindungi janin dari perubahan suhu ekstrim dan memungkinkan
perkembangan paru yang sesuai.
1. Komposisi
Cairan amnion memiliki komposisi yang sama dengan plasma ibu dan
menganung lupasan sel janin dari kulit, saluran cerna dan saluran kemih serta
menganung bahan biokimia seperti bilirubin , lemak, enzim, elektrolit, urea, kreatinin,
asam urat, protein, dan hormon.
Cairan amnion atau air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma maternal
dan dibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban dibentuk
oleh difusi ekstraseluler melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip dengan
plasma janin. Selanjutnya, setelah trimester II, terjadi pembentukan zat tanduk kulit
janin dan menghalangi difusi plasma janin sehingga sebagian besar air ketubannya
dibentuk oleh:
• Sel amnionnya
• Air kencing janin
Ginjal janin mulai mengeluarkan urin sejak 12 minggu dan setelah mencapai
usia 18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-14 cc/hari. Janin aterm
mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 650 cc dalam sehari (Manuaba, dkk, 2007:500).
Menurut Manuaba, dkk (2007:500) komposisi yang membentuk air ketuban adalah:

1) Bertambahnya air ketuban bukan merupakan kenaikan linier tetapi bervariasi


sebagai berikut:
a. Bertambah 10 cc, sampai usia 8 minggu
b. Bertambah 60 cc, sampai usia 21minggu
c. Terjadi penurunan produksi sampai usia hamil 33 minggu
d. Pertambahan tetap sampai usia aterm dan mencapai jumlah sekitar 800-1500cc
e. Melewati usia kehamilan 42 minggu, terjadi penurunan sekitar 150 cc/minggu
sehingga terjadi oligohidramnion
2) Setelah usia kehamilan melebihi 12 minggu, yang ikut membentuk air ketuban
yaitu:
a. Ginjal janin sehingga dijumpai:
• Urea
• Kreatinin
• Asamurat
b. Deskuamasi kulit janin
• Rambut lanugo
• Vernikkaseosa
c. Sekresi dari paru janin
d. Transudat dari permukaan amnion plasenta komposisinya mirip plasma
maternal, komposisi ketuban yaitu
• Air sekitar 99%
• Bahan sekitar organic 1%
• Berat Jenis 1007-1008 gram
3) Hormonal atau zat mirip hormone dalam air ketuban
a. Epidermal Growth Faktor (EGF) dan EGF Like Growth Faktor dalam bentuk
Transforming Growth Faktor alfa. Fungsi kedua hormone ini ikut serta
menumbuh- kembangkan paru janin dan system gastrointestinalnya.
b. Parathyroid Hormone-related Protein (PTH-rP) dan endothelin-1 berfungsi
untuk memberikan rangsangan pembentukan surfaktan yang sangat
bermanfaat saat bayi mulai bernapas diluar kandungan. Air ketuban dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi tentang kelainan congenital janin,
gangguan tumbuh kembang janin intrauteri, kematangan paru, kemungkinan
terjadi infeksi intrauteri, asfiksia janin intrauteri-bercampur mekonium, cairan
amnion diambil melalui amnio sentesis
c. Sirkulasi air ketuban janin
Sirkulasi air ketuban sangat penting artinya sehingga jumlahnya dapat
dipertahankan dengan tetap. Pengaturannya dilakukan oleh tiga komponen
penting sebagai berikut:
• Produksi yang dihasilkan oleh sel amnion
• Jumlahproduksi airkencing
• Jumlah air ketuban yang ditelanjanin
• Setelah trimester II sirkulasinya makin meningkat sesuai dengan tuanya
kehamilan sehingga mendekati aterm mencapai 500 cc/hari.

Oligohidramnion

Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc. Oligohidramnion kurang baik
untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan antara
janin dan amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim
Jikaproduksinyasemakinberkurang, disebabkan beberapa hal diantaranya: insufisiensi
plasenta, kehamilan post term, gangguan organ perkemihan-ginjal, janin terlalau
banyak minum sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban
intrauteri “oligohidramnion” dengankriteria :

a. Jumlah kurang dari 500cc


b. Kental
c. Bercampur mekonium
2. Volume
Cairan amnion memiliki volume normal selama trimester tiga 800-1200. Ml dan
kemudian secara bertahap berkurang sebelum persalinan. Volume cairan amnion lebih
dari 1200 ml disebut polihiramnion dan volume cairan amnion kurang dari 800 ml
disebut oligohidramnion.
3. Waktu Tes
Dilakukan pengambilan antara minggu 15-18. Untuk analisis kromosom 16 minggu,
uji retraasi pertumbuhan intrauteri dilakukan mendekati akhir trimester 2 an uji
maturasi dan gawat janin pada trimester tiga.
4. Indikasi untuk melakukan amnionsentesis
Pada usia kehamilan 15-18 minggu,yaitu:
1) Wanita yang mempunyai riwayat keluarga dengan kelainan genetik
2) Wanita berusia diatas 35 tahun
3) Wanita yang memiliki hasil tes yang abnormal terhadap sindrom down pada
trimester pertama kehamilan.
4) Wanita dengan kelainan pada pemeriksaan USG.
5) Kehamilan atau anak sebelumnya cacat lahir
6) Peningakatan AFP serum ibu
7) Tiga kali keguguran
8) Anak sebelumnya memiliki kelainan tabung saraf seperti untuk evaluasi kehamilan
lanjut.
5. Uji Laboratorium Cairan Amnion
a. Uji Gawar Janin
• Penyakit hemolisis bayi baru lahir yaitu pemeriksaan bilirubin
• Defek tabung saraf yaitu pemeriksaan MSAFP
b. Uji Maturitas Janin
Maturasi paru janin yaitu, uji kocok busa, foam stability indeks dan hitung
badan lamela, fostatidil gliserol, rasio lesitin-sfingomielin
Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa keadaan
berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obsrtuksi saluran
traktus urinarius janin atau renal agenesis (Khumaira,2012:188). Oligohidramnion harus
dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih rendah secara bermakna dibandingan yang
diharapkan pada usia gestasi tersebut. Penyebab oligohidramnion adalah absorpsi atau
kehilangan cairan yang meningkat ketuban pecah dini menyebabkan 50% kasus
oligohidramnion, penurunan produksi cairan amnion yakni kelainan ginjal kongenital akan
menurunkan keluaran ginjal janin obstruksi pintu keluar kandung kemih atau uretra akan
menurunkan keluaran urin dengan cara sama (Rukiyah dan Yulianti, 2010:232). Sebab
oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion yang kurang baik, sedangkan
secara sekunder yaitu ketuban pecah dini.
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion. Namun,
tidak adanya produksi urine janin atau penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga
menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi secara
fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
oligohidramnion adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), ketuban
pecah, kehamilan postterm, insufiensi plasenta dan obat- obatan (misalnya dari golongan
anti prostaglandin). Kelainan kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion
adalah kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom. Pada insufisiensi plasenta
oleh sebab apapun akan menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang
berlangsungkronikakanmemicumekanismeredistribusidarah. Salah satu dampaknya adalah
terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion.
Pra Analitik :

➢ Persiapan Sampel
Spesimen cairan amnion diperoleh dengan aspirasi jarum ke alam kantong
amnion. Cairan amnion sebanyak 30 ml diambil di dalam spuit steril
2-3 ml pertama yang diambil dibuang kemungkinan terkontaminasi oleh darah,
cairan jaringan dan sel ibu. Kemudian spesimen dipindahkan ke wadah plastik steril.
➢ Penanganan Sampel
Untuk uji maturaritas janin spesimen cairan amnion harus diletakan dalam
suhu 2-8 derajat, sedangkan uji bilirubin ditempatkan pada tabung yang gelap dan
tertutup dan uji sitogenetik dan pemeriksaan mikroba pada suhu ruang.

Analitik :

➢ Prosedur Kerja:
a. Pemeriksaan pendahuluan
Tes warna
1) Diambil 5 ml cairan amnion tempatkan pada tabung reaksi
2) Amati warna cairan tersebut.
b. Uji gawat janin
Tes Bilirubin
Tujuan : untuk melihat tanda destruksi sel darah merah
Metode : kinetik, spektrofotometer
Prosedur :
1) Dibauat pengenceran serial terhadap cairan amnion
2) Dimasukan ke dalam masing-masing tabung
3) Diukur dengan spektrofotometer panjang gelombang interval 365 sampai
550nm
4) Dilakukan penilaian OD optical density
Tes MSAFP “maternal serum alpha fetoprotein”
Tujuan : untuk melihat kadar alfha fetoprotein metode
Metode : MSAFP dilakukan dengan test ELISA maupun imunologi lainnya.
c. Uji Maturitas Janin
Uji kocok busa
1) Campurkan 1:1 antar cairan amnion dan etanol 95%
2) Goncangkan dengan kuat selama 15 detik
3) Diamkan selama 15 menit
4) Amati adanya garis gelembung kontinue disekeliling tepi luar
“ adanya gelembung menandakan tersedianya fosfolipid dalam jumlah ang
cukup untuk menurunkan tegangan permukaan jaringan”
Foam Stability index
1) Tambahkan 0,5 ml cairan amnion ke tabung yang mengandung etanol 95%
yang jumlahnya selalu ditambahkan dari 0,42 hingga 0,55 ml dalam
kenaikan 0.01 ml
2) Goncangkan secara kuat selama 15 etik
3) Diamka selama 15 menit
4) Amati adanya garis gelembung kontinue disekeliling tepi luar
5) Nilai lebih dari 47 menandakan maturitas paru janin
Hitung badan lamela
1) Campurkan sampel cairan amnion dengan membolak-balikkan wadah
sampel bertutup lima kali
2) Pindahkan cairan ke tabung uji bersih untuk melakukan inspeksi visual
3) Tutup tabung dan campur sampel dengan mebolak-balikkan secara perlahan
4) Lakukan pemeriksaan dengan alat hematologi analyzer
5) Catat nilai trombosit sebagai nilai LBC
Pasca analitik :

➢ Interpretasi Hasil
1. Pemriksaan pendahuluan
a. Tes Warna

Warna Makna
Tidak berwarna Normal
Traumatik tap, trauma
Bercampur Darah
abdomen,perdarahan intra amnion
Hemolytic, disease of newborn
Kuning
“bilirubin”
Hijau gelap Mekonium
Merah gelap-coklat Kematian janin

2. Uji Gawat janin


a. Tes bilirubin
Uji Nilai rujukan Makna
A.365 Normal
Bilirubin
A.450 HDN
b. Tes MSAFP
Uji Nilai rujukan Makna

Alpha fetoprotein < 2.0 Mom Kelainan Tabung Saraf

c. Uji Maturitas Janin


d. Uji kocok busa
“ adanya gelembung menandakan tersedianya fosfolipid dalam jumlah ang
cukup untuk menurunkan tegangan permukaan jaringan”
e. Hitung badan lamela

➢ Reference Values
Immature : < 15.000/uL
Indeterminate : 15.000-50.000/uL
Mature : > 50.000/uL
➢ Pembahasan

Amniocentesis adalah tes untuk mengetahui kelainan genetik pada bayi dengan
memeriksa cairan ketuban atau cairan amnion. Di dalam cairan amnion terdapat sel
fetal (kebanyakan kulit janin) yang dapat dilakukan analisis kromosom, analisis
biokimia dan biologi. Amniocentesis selalu dilakukan di bawah panduan ultrasound
untuk menentukan posisi bayi. Tes ini bisa menentukan cacat kromosom, kelainan
bawaan, jenis kelamin, tingkat kematangan paru janin, infeksi cairan amnion, serta
kemungkinan bayi mewarisi gangguan seperti hemofilia.
Amniocentesis biasanya dilakukan pada minggu ke-16 kehamilan dengan risiko
keguguran kurang dari satu persen. Namun hasilnya bisa diketahui setelah dua minggu.
Durasi yang cukup lama ini berfungsi meyakinkan apakah anak mempunyai gangguan
kromosom, seperti Down syndrome
Kesimpulan :

Cairan amnion terapat di dalam Amnion suatu kantung membran yang mengelilingi
janin, amnion aktif secara metabolik dan berperan dalam pertukaran air an bahan kimia diantara
cairan, janin dan sirkulasi ibu, dan menghasilkan peptida,faktor pertumbuhan dan sitokin.
Fungsi utama memberikan perlindungan untuk janin, memungkinkan gerakan janin,
mestabilkan suhu untuk melindungi janin dari perubahan suhu ekstrim dan memungkinkan
perkembangan paru yang sesuai

Daftar Pustaka :

PPT “Pemeriksaan Cairan Omnion” by ibu Rahma Apriyani Rasyid, S.ST


https://www.youtube.com/watch?v=bZcGpjyOXt0
https://www.youtube.com/watch?v=oQ6ZD3HaNfU

Anda mungkin juga menyukai