Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit Infeksi Kulit


(Streptococcus Pyogenes)”

DI SUSUN OLEH:
Tingkat 2B/3
Kelompok 1

Vira Angelica Akila Tenouye


Karina Adriani Razak Elisabeth Amadea Ratu
Gabriela Ribka Rokot Natania Sahentombage
Dian Elizabeth Lihawa Natan Morley Rampengan
Randi Timoti Tiwa

MK. BAKTERIOLOGI 2

Dosen :
Michael V.L Tumbol, S.Farm.,M.Kes,Apt

PRODI DIII JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Salam sejahtera buat kita semua.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat,
taufiq serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit Infeksi Kulit
(Streptococcus Pyogenes)” untuk memenuhi tugas Mata kuliah Bakteriologi 2.

Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak khususnya yang terhormat


bapak Michael V.L Tumbol, S.Farm.,M.Kes,Apt selaku Dosen pengampu Mata kuliah
Patofisiologi 2 yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama penyusunan
makalah ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang mendukung sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.

Pada dasarnya kami menyadari bahwa dalam isi makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
semua tentang salah satu bakteri jenis Streptokokus, yaitu Streptococcus Pyogenes. Sekian
dan terimaksih

Selasa,04 Agustus 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB 1
PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

C. Manfaat Penulisan.....................................................................................2

BAB 2
PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Streptococcus Pyogenes............................................................................3

B. Penanganan Sampel Klinis Streptococcus Pyogenes................................6

C. Kultur dan Sub Kultur Streptococcus Pyogenes........................................7

D. Pewarnaan Gram dan Uji Biokimia Streptococcus Pyogenes...................7

E. Patogenesis Streptococcus Pyogenes.........................................................8

F. Manifestasi Klinis......................................................................................9

G. Pengobatan................................................................................................10

BAB 3
PENUTUP................................................................................................11

A. Kesimpulan................................................................................................11

B. Saran..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................IV

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
S.pyogenes digambarkan pertama sekali oleh Billroth tahun 1874 pada penderita
luka infeksi. Tahun 1883 Fehleisen mengisolasi organisme berbentuk rantai pada kultur
murni dari lesi perierysipleas. Rosebach menamakan organisme ini S.pyogenes /
streptococcus pyogenes di tahun 1884. Penelitian dari Schottmueller tahun 1903 dan J.H
Brown membawa kepada pengetahuan tentang  perbedaan pola hemolisis yang
dijelaskan sebagai alpha, beta dan hemolysis gamma.
Perkembangan lebih lanjut adalah klasifikasi Lancefield dari streptokokus hemolisis
beta dengan serotyping berbasis reaksi presipitasi M-protein. Lancefield membangun
aturan penting dari M-Protein sebagai penyebab penyakit.
Streptokokus adalah kelompok besar dan beraneka ragam dari kokus gram positif
yang tumbuh secara berpasangan atau berantai. Sebagian merupakan flora normal,
sebagian lain  berkaitan dengan infeksi penting pada manusia. Streptococcus
pyogenes (streptokokus group A) adalah organisme yang diketahui dapat menimbulkan
beraneka ragam penyakit pada manusia.
S. pyogenes tersebar secara luas pada manusia; sebagian menjadi asymptomatic
carrier. S.pyogenes berkolonisasi di tenggorokan dan kulit manusia dan
membentuk mekanisme virulensi yang kompleks untuk melawan sistem pertahanan
tubuh. S.pyogenes dapat menyebabkan infeksi superfisial atau sistemik berdasarkan
toksin dan respon imun yang memerantarai mekanisme timbulnya penyakit. Penyakit
yang umum disebabkan oleh bakteri ini adalah faringitis bakterial dan impetigo. Selain
itu, S. pyogenes juga berkaitan dengan infeksi sistemik dan invasif khususnya
bakterimia, sepsis, infeksi jaringan lunak dalam seperti erisipelas, selulitis, dan
necrotizing fasciitis. Manifestasi yang lebih jarang yaitu miositis, osteomielitis, septic
arthritis,  pneumonia, meningitis, endokarditis, perikarditis, dan infeksi neonatal berat
akibat transmisi intrapartum. Komplikasi nonsupuratif dapat terjadi poststreptococcal
glomerulonephritis dan acute rheumatic fever, yang terjadi setelah infeksi faringitis dan
infeksi kulit (hanya glomerulonefritis) akibat S.pyogenes.

B. Tujuan

1
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bakteri Streptococcus Pyogenes
2. Untuk mengetahui pemeriksaan spesimen klinis streptococcus pyogenes
3. Untuk mengetahui kultur dan sub kultur streptococcus pyyogenes
4. Untuk mengetahui pewarnaan gram dan uji biokimia streptococcus
pyogenes
5. Untuk mengetahui patogenitas streptococcus pyogenes
6. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Streptococcus Pyogenes
7. Untuk mengetahui Pengobatannya

C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
bakteriologi 2 dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca
makalah ini tentang salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi pada kulit, yaitu
Streptococcus (grup A) Streptococcus Pyogenes.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Streptococcus (Streptococcus Pyogenes)


Streptococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang mempunyai ciri
dapat membentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya, beberapa diantara bakteri
ini merupakan anggota flora normal pada manusia dan sebagian lagi dapat menyebabkan
penyakit pada manusia.
Streptococcus termasuk dalam kelompok bakteri heterogen, dan tidak ada satu sistem
pun yang dapat mengklasifikasikannya. Ada dua puluh jenis streptococcus, termasuk
Streptococcus Pyogenes (Grup A), Streptococcus agalactiae (GrupB), dan jenis
enterococcus (Grup D). Masing- masing dapat dicirikan berdasarkan tampilannya yang
bervariasi.

Streptococcus Pyogenes.

Tabel. Klasifikasi Streptococcus Pyogenes

Hierarki Keterangan
Kingdom Bacteria
Phylum Fermicutes
Class Cocci
Ordo Bacillales
Family Lactobacillales
Genus Streptococcus
Species Streptococcus Pyogenes

3
Morfologi S.Pyogenes
Streptococcus pyogenes adalah bakteri Gram-positif, bersifat anaerob-fakultatif,
katalase-negatif, tidak motil, dan tidak memiliki spora. Streptococcus pyogenes berbentuk
kokus, berdiameter 0.6-1.0 μm, dan tersusun berpasangan atau berderet seperti rantai
dengan panjang yang bervariasi. Metabolisme dari Streptococcus pyogenes bersifat
fermentatif dan membutuhkan media yang mengandung banyak darah untuk
pertumbuhannya. Streptococcus pyogenestumbuh baik pada pH 7.4-7.6 dan suhu optimum
370C. Bakteri ini memiliki kapsul yang mengandung asam hialuronat dan tergolong β-
haemolisis karena dapat melisiskan eritrosit secara sempurna.
Identifikasi S.Pyogenes
Berdasarkan reaksi hemolisis pada agar darah, Streptococcus dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu β-haemolytic (mampu melisiskan eritrosit dengan sempurna sehingga
berwarna merah dan terang), α hemolisis (hanya mampu melisiskan eritrosit secara parsial
sehingga berwarna hijau), dan γ hemolisis (tidak terjadi proses hemolisis). Streptococcus
pyogenes menghasilkan hemolisin, suatu produk ekstraseluler yang mampu melisiskan
eritrosit secara sempurna. Oleh karena itu, Streptococcus pyogenes masuk dalam kelompok
β-haemolytic.
Streptococcus pyogenes disebut sebagai Streptococcus β haemolisis grup A karena
dinding sel terdiri dari polisakarida polimer l-ramnose dan N-asetil-D-glukosamin.
Polisakarida akan mengadakan ikatan ke peptidoglikan yang disusun dari N-asetil-D-

4
glukosamin, N-asetil-D-muraminic acid, dan tetrapeptida asam d-glutamat, serta d-lisin dan
l-lisin pada dinding sel.
Struktur Bakteri
Bakteri Streptococcus pyogenesmerupakan sel prokariotik dengan genom berbentuk
sirkuler dan mempunyai plasmid. Berikut adalah struktur sel dari bakteri Streptococcus
pyogenes:
1. Kapsul
Bakteri Streptococcus pyogenes mempunyai kapsul yang mengandung asam
hialuronat. Kapsul asam hialuronat ini dibutuhkan bakteri untuk resistensi Media
BAP Streptococcus pyogenes. Pelisisan eritrosit terhadap fagositosis dan membantu
melekatkan diri pada sel epitel penjamu.
2. Dinding Sel
Dinding sel Streptococcus pyogenes tersusun atas unit berulang N-asetil glukosamin,
N-asetil muramat, dan peptidoglikan standar yang saling dihubungkan oleh asam
amino. Lapisan peptidoglikan berperan dalam mempertahankan rigiditas dari dinding
sel. Selain itu, dinding sel Streptococcus pyogenes juga mengandung protein spesifik
yang terdiri dari kelas mayor,yaitu protein M yang bersifat virulensi dan protein T
serta kelas minor,yaitu protein F, protein R, dan protein lain yang menyerupai protein
M.
3. Membran plasma
Streptococcus pyogenes mempunyai membran plasma yang terbentuk dari lipoprotein
dan protein. Membran plasma ini berfungsi untuk melindungi sel dari lingkungan
ekstraseluler dan mengatur zat-zat yang masuk dan kelu ar sel.
4. Sitoplasma
Sitoplasma terletak dalam membran plasma dan berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya reaksi metabolism.
5. Ribosom
Ribosom terdiri dari asam ribonukleat (RNA) dan protein. Fungsi utama dari ribosom
adalah sintesis protein. Ribosom berperan dalam translasi dari messenger RNA
(mRNA) menjadi protein.
6. Plasmid

5
Plasmid merupakan DNA ekstra kromosomal yang berbentuk sirkuler. Plasmid tidak
berperan langsung dalam metabolisme (pembawa sifat non-esensial bagi
pertumbuhan bakteri).
7. Fimbriae
Fimbriae yang ada pada permukaan dinding sel tersusun dari protein M yang spesifik
dan asam lipoteikoat berupa polifosfogliserol dan asam lemak. Asam lipoteikoat ini
membantu proses adhesi Streptococcus pyogenes menuju fibronektin pada sel epitel
penjamu.

Struktur Antigen

Dinding sel Streptococcus pyogenes mengandung antigen polisakarida yang digunakan


sebagai reaktivitas serologis untuk mengidentifikasi secara pasti bakteri Streptococcus
pyogenes. Antigen polisakarida merupakan bentuk polimer dari N-asetil glukosamin dan
ramnose. Antigen ini disebut juga dengan senyawa C atau antigen karbohidrat. Antigen
polisakarida akan mengadakan ikatan ke peptidoglikan pada dinding sel. Selain itu, kapsul
asam hialuronat dari Streptococcus pyogenes juga dapat bersifat sebagai antigen karena
berperan dalam proses infeksi dan resistensi terhadap fagositosis dari antibodi penjamu.
Fimbrae dari Streptococcus pyogenes mengandung protein M yang mana merupakan faktor
virulensi utama dari bakteri Streptococcus pyogenes.

B. Penanganan Sampel Klinis


Untuk penanganan sampel klinis, langkah awal yaitu dengan melakukan tes diagnostik
dan laboratorium dengan mengambil spesimen, yaitu bahan yang akan diperiksa dan
diambil sesuai dengan gejala klinis pasien. Spesimen dikatakan baik jika dapat mewakili
kuman penyebab penyakit infeksi. Spesimen yang diambil dapat berupa swab tenggorok,
nanah, cairan serebrospinal, darah, dan lainnya tergantung gejala klinis. Setelah
dilakukan pengambilan spesimen, dilakukan beberapa tes pemeriksaan yang dapat
membantu menegakkan diagnosis akibat infeksi Streptococcus pyogenes, yaitu:
1. Smear
Tes ini dilakukan dengan cara membuat sediaan atau preparat bakteri kemudian
dilakukan pewarnaan Gram. Smear dari bakteri Streptococcus pyogenes
menghasilkan morfologi berupa bentuk kokus.
2. Kultur

6
Streptococcus pyogenes umumnya tumbuh pada media agar yang mengandung
banyak darah. Teknik kultur dapat mendeteksi adanya proses hemolisis yang penting
sebagai langkah untuk mengidentifikasi Streptococcus pyogenes.
3. Uji Katalase
Untuk membedakan kelompok Staphylococcus dan Streptococcus, uji katalase

penting untuk dilakukan.


4. Uji Basitrasin
Setelah dilakukan smear, uji katalase, dan kultur, selanjutnya dilakukan uji basitrasin.
5. Tes Serologi
Tes ini digunakan untuk memperkirakan berapa kenaikan titer dari antibodi.
Biasanya digunakan pada infeksi kronis Streptococcus pyogenes seperti demam
rematik atau glomerulonefritis. Jarang digunakan pada infeksi akut karena antibodi
membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua minggu setelah onset infeksi akut
terdeteksi dalam sampel serum. Beberapa antibodi yang banyak digunakan adalah
anti-streptolisin O (ASO) dan anti-DNase B.
C. Kultur Bakteri Streptococcus Pyogenes
Streptococcus pyogenes umumnya tumbuh pada media agar yang mengandung banyak
darah. Teknik kultur dapat mendeteksi adanya proses hemolisis yang penting sebagai
langkah untuk mengidentifikasi Streptococcus pyogenes. Media selektif yang digunakan
untuk mengkultur bakteri Gram-positif adalah media agar sederhana berupa darah domba
karena mempunyai komposisi yang hampir sama dengan darah manusia. Kondisi inkubasi
optimal untuk sebagian besar strain Streptococcus mulai dari rentang suhu 35-370C dengan
adanya 5% CO2 atau dalam kondisi anaerobik.
Gambaran khas koloni dari Streptococcus pyogenessetelah 24 jam di inkubasi pada suhu
35-370C adalah terdapat bentukan seperti kubah dengan permukaan halus dan margin yang
jelas. Bakteri ini berwarna putih keabu-abuan dan memiliki diameter >0,5 mm.
Disekelilingnya terdapat warna merah yang terang karena adanya proses hemolisis
(pelisisan eritrosit) yang sempurna.

7
Gambar. Hemolisis Kultur Bakteri S.Pyogenes pada Media BAP
D. Pewarnaan Gram dan Uji Biokimia
1. Pewarnaan Gram
Tujuan dari pewarnaan Gram adalah untuk melihat morfologi dan sifat pewarnaan
bakteri. Bakteri dikatakan Gram-positif jika hasil akhir berwarna ungu. Hal ini
disebabkan karena dinding sel bakteri Gram-positif tersusun atas peptidoglikan
yang tebal dan tahan terhadap alkohol. Sedangkan bakteri dikatakan Gram-negatif
jika hasil akhir berwarna merah. Hal ini disebabkan karena dinding sel bakteri
Gram-negatif tersusun dari lipid yang tebal, bersifat mudah larut, dan terbilas oleh
alkohol. Sifat pewarnaan menunjukkan Gram-positif karena berwarna ungu.

2. Uji Katalase
Uji katalase dilakukan dengan menambahkan H2O23% ke isolat bakteri dan
dikatakan katalase positif jika terdapat gelembung udara. Bakteri yang

8
memproduksi enzim katalase mampu memecah H2O2menjadi H2O dan O2.
Streptococcus pyogenes tidak memproduksi enzim katalase sehingga uji katalase
bernilai negatif. Selain golongan Streptococcus, bakteri lain yang juga masuk
dalam katalase negatif adalah golongan Lactobacillus, dan Clostridium.

Ket: (kiri ke kanan) : BB: Hemolisa; BA: Hemolisa; Eva broth : - (Tidak keruh)

E. Patogenesis
Virulensi Streptococcus pyogenesditentukan dari kemampuan bakteri untuk melekat
pada permukaan sel, invasi ke dalam sel epitel, bertahan dari fagositosis, serta memiliki
berbagai macam toxin dan enzim. Awalnya, Streptococcus pyogenesmelekat pada membran
mukosa sel epitel penjamu dengandiperantai oleh asam lipoteikoat berupa polifosfogliserol
dan asam lemak . Setelah melekat, protein M yang ada pada Streptococcus pyogenes juga
akan mengikat fibrinogen dari serum dan memblokir ikatan antara komplemen dan
peptidoglikan sehingga proses fagositosis terhambat. Hal ini mengakibatkan Streptococcus
pyogenes mudah membentuk koloni dan berkembang sangat cepat dalam tubuh manusia.
Protein M bersifat virulen karena mirip dengan otot jantung, otot skeletal, otot polos,
fibroblas katup jantung, dan jaringan saraf pada manusia. Berbeda dengan protein R, T, dan
antigen karbohidrat, mereka tidak digunakan sebagai penentu utama terjadinya virulensi.
F. Manifestasi Klinis
Menurut (Stevens, 2016), berikut ini adalah beberapa penyakit yang disebabkan karena
infeksioleh Streptococcus pyogenes:
1. Pharyngitis

9
Infeksi aktif oleh Streptococcus pyogenes sering menjadi penyebab timbulnya
Pharyngitis. Dapat menyerang semua usia, terutama pada usia 5-15 tahun. Infeksi
ini bersifat musiman sering terjadi saat musim dingin dan musim gugur). Faringitis
disebabkan oleh Streptococcus pyogenesdengan serotipe M 1, 3, 5, 6, 14, 18, 19,
dan 24.
2. Tonsillitis
Merupakan radang yang terjadi pada tonsil palatina. Tonsillitisdapat menyerang
semua usia, terutama anak-anak.
3. Cellulitis
Infeksi lokal oleh Streptococcus pyogenes serotipe M 50, 61, 506, dan 507yang
menyebar sampai di jaringan subkutan.
4. Erysipelas
Infeksi lokal oleh Streptococcus pyogenes serotipe M 50, 61, 506, dan 507 yang
menyebar sampai di dermis.
5. Scarlet Fever
Saat ini, pyrogenic exotoxines dikenal sebagai superantigen dari Streptococcus
pyogenes yang menyebabkan ruam, lidah stroberi, dan deskuamasi kulit pada
Scarlet Fever.
6. Necrotizing fascilitis
Infeksi lokal oleh Streptococcus pyogenes serotipe M 50, 61, 506, dan 507 yang
mengenai pada fasia dan dengan cepat berlanjut ke otot yang mendasarinya.
7. Demam Rematik
Beberapa antibodi yang dihasilkan selama infeksi Streptococcus pyogenes bereaksi
silang dengan jaringan tertentu pada tubuh manusia. Hal ini secara tidak langsung
membuat jaringan-jaringan tersebut rusak. Demam rematik terjadi saat proteinM
bereaksi silang dengan sarkolema(otot pada jantung).
8. Streptococcustoxic shock syndrome
Merupakan kondisi parah dari infeksi invasif Streptococcus pyogenes.
Streptococcustoxic shock syndrome ditandai dengan rusaknya banyak organ yang
dapat mengancam jiwa.
9. Penyakit Erysipelas
Patofisiologi erysipelas diawali dengan kerusakan kulit, biasanya karena trauma
atau penyakit kulit (seperti infeksi jamur). Kerusakan kulit menyebabkan patogen

10
masuk ke dalam lapisan kulit superfisial dan menyebabkan infeksi. Bisa juga
dikatakan, Erysipelas terjadi oleh penyebaran infksi yang diawali dengan berbagai
kondisi yang berpotensi timbulnya kolonisasi- bakteri, misalnya: luka, koreng,
infeksi penyakit kulit lain, luka operasi dan sejenisnya, serta kuran bagusnya
hygiene dan imunitas.
G. Pengobatan
Pengobatan yang masih sering digunakan dan menjadi pilihan awal untuk infeksi yang
ditimbulkan oleh Streptococcus pyogenesadalah Penicillin. Untuk infeksi ringan seperti
faringitis sampai dengan sedang seperti infeksi kulit dan jaringan lunak, penisilin V oral
dengan dosis 500 mg dua sampai tiga kali sehari selama 10 hari dianjurkan.
Cephalosporingenerasi pertama merupakan alternatif yang dapat diberikan kecuali jika
penderita mempunyai riwayat hipersensitivitas langsung terhadap antibiotik β-
laktam(Pardede, 2009). Sampai saat ini, masih belum ada vaksin yang efektif untuk
mencegah infeksi Streptococcus pyogenes.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif, nonmotil, tidak berspora,
membentuk kokus yang berbentuk rantai, berdiameter 0,6 -1,0 mikrometer dan fakultatif
anaerob. Bakteri ini melakukan metabolisme secara fermentasi. Streptococcus pyogenes
digolongkan ke dalam bakteri hemolitik-β, sehingga membentuk zona terang bila
ditumbuhkan dalam media agar darah.

11
Streptococcus pyogenes merupakan salah satu patogen yang banyak menginfeksi
manusia. Diperkirakan 5-15% individu normal memiliki bakteri ini dan biasanya terdapat
pada saluran pernafasan, namun tidak menimbulkan gejala penyakit. S. pyogenesdapat
menginfeksi ketika pertahanan tubuh inang menurun atau ketika organisme tersebut mampu
berpenetrasi melewati pertahanan inang yang ada. Bila bakteri ini tersebar sampai ke
jaringan yang rentan, maka infeksi supuratifdapat terjadi. Infeksi ini dapat berupa faringitis,
tonsilitis, impetigo dan demam scarlet.
B. Saran
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini sebaiknya kita semua dapat memahami
dan lebih memperlajari lagi tentang bakteri-bakteri penyakit infeksi terutama juga infeksi
pada kulit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku Bakteriologi 2 ; hal 21-22

Sri Agung Fitri Kusuma, M.Si., Apt. MAKALAH; “Bakteri Streptococcus Pyogenes”.

iv

Anda mungkin juga menyukai