Disusun oleh :
Nama : Attina Salsa Billa
Nim : 22031014010
Kelas : 22A11
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh, karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diketahui bahwa kebanyakan mikroorganisme hidup bebas dan
mendapatkan nutrient yang berasal dari makanan kita yang terdiri atas zat-zat
organik dan zat-zat an-organik. Hubungan antara manusia dengan
mikroorganisme pada umumnya selaras, karena pada umumnya mikroorganisme
ada yang bersifat menguntungkan dan sangat berguna bagi keseimbangan
ekosistem. Keberadaan mikroorganisme ini terdapat Dimana-mana dalam jaringan
manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Patogenitas infeksi oleh mikroorganisme seperti pada bakteri meliputi
dari awal dari proses infeksi sampai mekanisme timbulnya tanda-tanda dan gejala
penyakit. Ciri-ciri bakteri yang bersifat pathogen yaitu mempunyai kemampuan
menularkan, melekat pada sel inang, menginvasi sel inang dan jaringan, mampu
untuk meracuni dan mampu untuk menghindari dari system kekebalan inang.
Beberapa infeksi yang disebabkan oleh bakteri secara umum dianggap pathogen
tidak menampak-nampak gejala atau bersifat asimptomatik. Penyakit dapat terjadi
apabila bakteri atau reaksi immunologi yang ditimbulkan menyebabkan suatu
bahaya bagi seseorang.
Dari beberapa mikroorganisme yang hidup bebas ini dapat dilakukan
proses pencegahan dalam jaringan tubuh, yang sering disebut antibody.
Disamping itu mikroorganisme ada pula yang dapat menimbulkan
penyakit, cara tersebut dapat melalui dua cara yaitu invasi jaringan dan
pembentukan toksin (racun).
Pada invasi jaringan, mikroorganisme intraselluler dan mikroorganisme
ekstraselluler.
Mikroorganisme intraselluler adalah kelompok yang tidak hanya tinggal
di dalam sel, tetapi juga dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel fagosit.
Sel-sel fagosit dapat pula menghancurkan mikroorganisme serta mencegah
terjadinya infeksi, misalnya dengan Brucella abortus dan Mycobacterium bovis.
1
Kelompok mikroorganisme ekstraselluler merusak jaringan pada waktu
berada diluar sel fagosit. Kelompok mikroorganisme ini tidak mempunyai
kemampuan untuk tinggal lama dalam sel fagosit. Jika difagositik, maka
mikroorganisme ekstraselluler di hancurkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Patogenitas ?
2. Apa yang dimaksud dengan Epidemiologi ?
3. Bagaimana Cara Penyebaran Infeksi ?
4. Bagaimana Cara-cara Mikroorganisme Menyebabkan penyakit ?
5. Bagaimana Cara-cara Patogen Memasuki dan Meninggalkan Tubuh ?
6. Apa Saja Pemanfaatan Mikroba Sebagai Indikator Uji ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu Patogenitas
2. Untuk mengetahui apa itu Epidemiologi
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penyebaran infeksi
4. Untuk mengetahui cara-cara mikroorganisme menyebabkan penyakit
5. Untuk mengetahui cara-cara patogen memasuki dan meninggalkan tubuh
6. Untuk mengetahui pemanfaatan mikroba sebagai indikator uji
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menginfeksi manusia, karena adanya kesalahan dalam siklus hidup normal
organism, organism tersebut belum menyesuaikan diri dengan manusia dan
penyakit yang dihasilkannya kemungkinan cukup berat.
4
sebagai Enterotoksin yaitu suatu toksin yang spesifik untuk sel dari mukosa
intestinal.
Ekstoksin adalah suatu zat yang bersifat toksin yang bentuk oleh bakteri
yang ditemukan diluar sel bakteri atau pada sel kultur, bersifat tidak tahan panas
dan terdiri atas protein.
Secara umum virus dapat menyebabkan infeksi pada sel inang adalah
sebagai berikut :
1. Setiap virus hanya dapat melakukan adsorpsi pada sel inang yang memiliki
reseptor yang sesuai untuk virus.
2. Virus merupakan obligat parasitis intraselluler, hanya dapat tumbuh dan
berkembang biak dalam sel inang yang sesuai.
3. Setelah virus melakukan adsorpsi, penetrasi dan pelepasan transkripsi dan
translasi. Selanjutnya menguasai ribosom sel inang dan memaksa ribosom sel
inang untuk memproduksi atau mensintesa protein untuk kepentingan replikasi
virus yang bersangkutan.
5
E. Cara-cara Patogen Memasuki Dan Meninggalkan Tubuh
Diketahui bahwa sekresi dan ekskresi dari bagian yang terinfeksi selalu
mengandung sejumlah mikroorganisme penginfeksi (infeksi). Namun pada
beberapa penyakit seperti penyakit malaria, hal ini disebabkan karena organism
tersebut berada dalam darah dan membutuhkan nyamuk sebagai perantara untuk
menyebarkannya. Tetapi yang jelas bahwa setiap mikroorganisme mempunyai
jalur-jalur sendiri baik untuk masuk atau untuk keluar dari tubuh inangnya.
6
rusak Dimana spora bersarang. Toksin yang dilepaskan dalam bentuk
vegetatif dan dapat mencapai susunan syaraf pusat.
Route Infeksi Virus
1. Infeksi Virus Lewat Peroral (makanan / minuman)
Virus polio disebarkan secara peroral (melalui mulut), kemudian
melewati pembuluh darah intestinal, terusaxon syaraf sampai ke susunan
syaraf pusat, dari sini di sebarkan melalui serabut neuro motor yang lebih
rendah untuk melibatkan lebih jauh sumsum tulang dan otak.
Hepatitis A atau dikenal dengan nama hepatitis infection A,
berinkubasi pendek, sedangkan hepatitis B atau hepatitis serum berinfeksi
Panjang.
Rota virus merupakan salah satu virus penyebab diare yang banyak
dilaporkan pada bayi dan sifatnya akut dan biasanya epidermik.
2. Infeksi Lewat Saluran Pernapasan
Influenza virus merupakan suatu infeksi saluran pernapasan yang
akut yang biasanya terjangkit dalam bentuk epidemik. Dikenal influenza
A, B, dan C. Influenza virus dikenal Orthomyxa virus.
Virus vaksinia serumpun dengan virus pox. Jalan masuknya
melalui selaput lender saluran pernapasan bagian atas, virus adeno, dapat
menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas, juga menyebabkan
infeksi pada konjuktiva, dikenal dengan sindrom faring konjuktiva.
3. Lewat Kontak Langsung Berupa Gigitan Anjing Yang Sakit Rabies
Atau Kelelawar Pengisap Darah
Rabies ditularkan pada manusia melalui gigitan anjing yang sakit
rabies atau kelelawar pengisap darah. Rabies termasuk infeksi akut yang
menyerang susunan syaraf pusat (SPP) dan hampir selalu fatal.
4. Lewat Gigitan Arthropoda
Virus dengue dapar ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypty, terutama pada siang hari, nyamuk ini dapat mengigit secara
multiple biting artinya dalam waktu sekejap beberapa gigitan dapat
dilakukan.
7
5. Lewat Kontak Langsung
Herpes genitalia atau virus herpes, biasanya ditularkan melalui
kontak kelamin, biasanya pada infeksi primer timbul lesi vesikulo
ulcerative didaerah alat kelamin.
Human Immuno Defisiency virus (HIV) merupakan salah satu virus
yang ditularkan melalui hubungan kelamin secara homoseksual dan
heteroseksual.
HIV dapat juga ditularkan dengan jalan transfuse darah dari
pengidap virus HIV kepada penerima darah melalui suntikan IV yang
sudah tercemar dengan virus HIV khususnya pada pecamdu Narkotika.
F. Pemanfaatan Mikroba Sebagai Indikator Uji
8
media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada
media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan oleh agen antimikroba permukaan media agar.
E-test
Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory
concentration) atau KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi
minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
2. Uji aktivitas antivirus
Uji aktivitas antivirus menggunakan kultur jaringan maupun inokulasi
telur berembrio. Campuran antara suspense virus dan laruta agen antimikroba
uji dibuat dalam seri pengenceran. Seri pengenceran ini dibuat pada serum
yang telah diinaktivasi, misalnya serum kuda, dan diinokulasikan pada kultur
sela tau telur berembrio. Sebagai kontrol digunakan larutan tanpa virus.
Karena obat juga dapat tosik pada kultur jaringan atau telur, maka
toksisitasnya harus diuji. Seri pengenceran obat dicampurkan dengan serum
yang diinaktivasi dan diinokulasi ke dalam sel jaringan atau sel telur
berembrio. Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap ada atau tidaknya
kerusakan sela tau jaringan.
3. Uji aktivitas anti fungi
Pada uji ini kebutuhan media berbeda dengan uji menggunkan bakteri. Media
yang umum digunakan adalah Sabouroud Dextrose Liquid/solid, Czapex Dox,
dan media khusus fungi lain. Uji ini serupa dengan uji unuk bakteri, Dimana
spora fungi atau miselium fungi dilarutkan pada larutan agen antimikroba uji,
dan selanjutnya pada interval waktu tertentu disubkultur pada media yang
sesuai. Setelah diinkubasi, pertumbuhan fungi pun diamati.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. M. Djide Natsir. MS, Apt. 2010. Mikrobiologi Klinik. Universitas
Hasanuddin: Makasssar.
Ali Alimuddin. 2018. Mikrobiologi Dasar I. FMIPA. Universias Negeri
Makassar: Makassar.
11