Anda di halaman 1dari 44

BAKTERI ( Bacteria )

Dosen Pengampu
Drs. Ikhsan Mujahid, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 1
1. Yunita Abelia Zahrani (2211020001) 6. Niko Twiska Pradana (2211020008)
2. Despa Anisa Putri (2211020002) 7. Dwi Cahyo Saputro (2211020009)
3. Rafli Alghifari (2211020003) 8. Fitri Amelia Kamal (2211020010)
4. Willa Reki Utami (2211020005) 9. Helmi Salman Hadi (2211020011)
5. Ananditya Saputra D.N. (2211020007) 10. Jesica Chandra Devita (2211020012)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMAIYAH PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami dengan judul ”BAKTERI (
Bacteria)” dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa diselesaikan secara maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi bagi para pembaca.

Purwokerto, Mei 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.2 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.4 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
2.1 Bakteri ......................................................................................................................... 2
2.2 Morfologi Bakteri ........................................................................................................ 2
2.3 Pertumbuhan & Perkembangan ................................................................................... 4
2.4 Reproduksi Bakteri ...................................................................................................... 6
2.5 Klasifikasi Bakteri ....................................................................................................... 8
2.6 Fisiologi Bakteri ........................................................................................................ 11
2.7 Macam-Macam Bakteri ............................................................................................. 12
2.8 Bakteri Penyebab Penyakit pada Manusia ................................................................ 14
2.8.1 Escherichia Coli ................................................................................................. 14
2.8.2 Mycobacterium Tubercolosis............................................................................. 17
2.8.3 Streptococcus Pneumoniae ................................................................................ 21
2.8.4 Chlamydia Trachomatis ..................................................................................... 24
2.8.5 Helicobacter Pylori ............................................................................................ 26
2.8.6 Treponema Pallidum .......................................................................................... 28
2.8.7 Neisseria Gonorrhoeae ....................................................................................... 31
2.8.8 Salmonella.......................................................................................................... 34
2.8.9 Staphylococcus Aureus ...................................................................................... 35
2.8.10 Acinetobacter baumannii ................................................................................... 37
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 40
A. Kesimpulan................................................................................................................ 40
B. Saran .......................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 41

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Bakteri adalah organisme uniseluler yang umumnya bereproduksi dengan membelah


diri. Bakteri memiliki berbagai bentuk antara lain basil, bulat dan spiral. Nutrisi yang
diperlukan bakteri untuk tumbuh umumnya menggunakan bahan kimia organik yang didapat
secara alami dari organisme hidup maupun yang sudah mati. Bakteri patogen yaitu bakteri yang
mampu menyebabkan penyakit pada inang (manusia), bakteri ini mampu menghindar dari
sistem kekebalan inang. Manusia memiliki flora normal dalam tubuhnya, yang umumnya tidak
menyebabkan penyakit tetapi mencapai keseimbangan untuk bakteri dan inang dapat sama-
sama tumbuh, namun terdapat beberapa spesies bakteri yang merupakan flora normal dalam
tubuh namun bisa juga menyebabkan penyakit.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah, Adapun rumusan masalah
tersebut sebagai berikut:
1. Apa pengertian bakteri secara umum?
2. Apa saja morfologi pada bakteri?
3. Bagaimana proses pertumbuhan dan reproduksi bakteri?
4. Apa saja fisiologi dan klasifikasi pada bakteri?
5. Apa saja macam dan jenis bakteri?
6. Apa saja bakteri penyebab penyakit?

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah dirumuskan

1. Untuk mengetahui pengertian bakteri secara umum


2. Untuk menegetahui morfologi pada bakteri
3. Untuk mengetahui proses pertumbuhan dan reproduksi bakteri
4. Untuk mengetahui fisiologi dan klasifikasi pada bakteri
5. Untuk mengetahui macam-macam dan jenis bakteri
6. Untuk mengetahui bakteri penyebab penyakit pada manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bakteri

Bakteri merupakan salah satu golongan mikroorganisme prokariotik (bersel tunggal)


yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung inti namun mampu hidup dimana saja.
Dalam klasifikasinya bakteri dibagi menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif. Beberapa bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif merupakan flora normal pada
tubuh manusia. Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa
menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati (Holderman et al., 2017)
Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat oleh mata
telanjang. Bakteri merupakan organisme yang jumlahnya paling banyak dibandingkan
makhluk hidup lain dan tersebar luas di dunia. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup
di darat, laut, udara dan tempat-tempat ekstrem (Rini & Rohmah, 2020)
Bakteri merupakan mikroorganisme yang memiliki struktur sederhana yaitu bersel
tunggal, tidak memiliki membran inti sel, dan memiliki ukuran yang mikroskopis (Artati &
Oman, 2019)
2.2 Morfologi Bakteri

Mikroba atau mikroorganisme adalah makhluk hidup yang ukurannya kecil.


Dikarenakan ukuran yang kecil, maka mikroorganisme sulit dilihat dengan mata biasa. Sel
mikroba umumnya hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop, walaupun
demikian ada mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar atau
mikroskop. Mikroba memiliki susunan sel yang lebih sederhana dibandingkan dengan
organisme tingkat tinggi. Mikroba yang ukurannya kurang dari 0,1 mm tidak dapat terlihat
dengan mata telanjang. Mikroba memiliki ukuran yang dinyatakan dalam mikron (µ) dimana
1 mikron adalah 0,001 mm (Rini & Rohmah, 2020)
Bakteri merupakan salah satu mikroba yang tergolong prokariot, yaitu suatu struktur
seluler tanpa adanya nukleus sejati (inti yang tidak dikelilingi oleh membran inti). Sedangkan
komponen genetisnya terdapat di dalam molekul DNA tunggal yang letaknya bebas di dalam
sitoplasma. Struktur morfologi bakteri terdiri dari membran plasma, ribosom, nukleoid,
dinding sel, flagel, pili, glycocaliyx dan kromosom. Membran plasma berfungsi untuk
membungkus sitoplasma. Ribosom berperan dalam sintesis protein. Nukleoid merupakan
tempat sel DNA berada (tidak tertutup oleh membran). Dinding sel merupakan struktur kaku

2
di luar membran plasma. Flagela merupakan organ yang digunakan untuk bergerak.
Fimbriae atau biasa disebut pili merupakan struktur yang digunakan untuk perlekatan pada
permukaan. Glycocalyx meruapakn lapisan luar dari banyak prokariota, biasanya terdiri dari
kapsul atau lapisan lendir. Kromosom berisi material genetik bakteri (Hafsan, 2011)

Sedangkan dari strukturnya, bakteri terdiri dari beberapa struktur, yaitu:

a) Sitoplasma ; Struktur tubuh bakteri berupa matriks seperti gel yang terdiri dari air,
enzim, nutrisi, limbah, dan gas lalu tidak mempunyai mitokondria/kloroplas. Bagian
tubuh bakteri ini merupakan tempat untuk pertumbuhan sel.
b) Membran Sel ; Terdiri dari fosfolipid dan protein. Tidak mengandung sterol, kecuali
genus Mycoplasma. Terdapat mesosom, enzim - enzim dan molekul - molekul yang
berfungsi pada biosintesa DNA, polimerase dinding sel dan lipid membran untukfungsi
biosintetik.
c) Dinding Sel ; Setiap bakteri dikelilingi oleh dinding sel kaku yang terdiri dari
peptidoglikan, yaitu molekul protein-gula (polisakarida). Komposisi dinding sel pada
struktur sel bakteri sangat bervariasi dan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
analisis dan diferensiasi spesies bakteri.
d) Kapsul ; Salah satu bagian dalam struktur sel bakteri yang terbuat dari karbohidrat
kompleks polisakarida. Fungsi yang paling penting dari bagian tubuh bakteri ini adalah
menjaganya supaya tidak mengering dan melindunginya agar tidak ditelan
mikroorganisme lain. Kapsul hanya dimiliki beberapa jenis bakteri tertentu.
e) Flagel ; Struktur seperti rambut pada permukaan bakteri yang dapat ditemukan pada
salah satu ujung bakteri, kedua ujung bakteri, dan seluruh permukaan bakteri.
f) Fimbrae (pili) ; Pili merupakan tonjolan kecil menyerupai rambut yang muncul dari
permukaan sel luar dan lebih pendek dari flagela. Salah satu bagian dari struktur sel

3
bakteri ini berfungsi untuk membantu bakteri menempel pada sel dan permukaan lain.
anpa adanya pili, banyak bakteri patogen kehilangan kemampuannya untuk
menginfeksi karena tidak dapat menempel pada jaringan inang.
g) Endospora ; Merupakan bagian yang paling sering dibentuk oleh bakteri batang gram
positif. Merupakan bakteridalam bentuk istirahat. Sangat resisten terhadap panas,
kekeringan dan zatkimiawi. Spora tersiri dari core, dinding spora, korteks, coat dan
ekspoporium.
Pengelompokkan mikroba telah banyak dilakukan oleh peneliti antara lain oleh
Haeckel, Whittaker, dan Woese. Haeckel mengelompokkan mikroba berdasarkan perbedaan
pengorganisasian selnya yaitu dunia tumbuhan (plantae), dunia hewan (animalia) dan protista.
Protista digolongkan mikroba. Protista terdiri dari algae atau ganggang, protozoa, jamur atau
fungi, dan bakteri yang mempunyai sifat uniseluler, sonositik, atau multiseluler tanpa
diferensiasi jaringan (Rini & Rohmah, 2020) Menurut Whittaker makhluk hidup dibagi
menjadi tiga tingkat perkembangan yaitu:
1) Prokariotik ialah bakteri dan ganggang biru (Divisio Monera)
2) Eukariotik uniseluler ialah algae sel tunggal, khamir dan protozoa (Divisio Protista)
3) Eukariotik multiseluler dan multinukleat ialah Divisio Fungi, Divisio Plantae, dan
Divisio Animalia.

Menurut Woese penggolongan mikroba berdasarkan susunan kimia makromolekul yang


terdapat di dalam sel. Terdiri dari Arkhaebacteria, Eukaryota (Protozoa, Fungi, Tumbuhan dan
Binatang), dan Eubacteria. Setelah ditemukannya mikroskop elektron struktur halus di dalam
sel hidup dapat terlihat. Menurut perkembangan selnya terdapat dua jenis yaitu:
1) Prokariota (jasad prokariotik/primitif), yaitu jasad yang perkembangan selnya belum
sempurna.
2) Eukariota (jasad eukariotik), yaitu jasad yang perkembangan selnya telah sempurna.

Selain memiliki sifat seluler, ada beberapa mikroba yang memiliki sifat non seluler yaitu
virus. Virus adalah parasit obligat yang berukuran sub-mikroskopik. Virus bukan berbentuk sel
dan berkembang biak dengan jasad hidup lain (Rini & Rohmah, 2020)

2.3 Pertumbuhan & Perkembangan

Sebagai makhluk hidup, bakteri juga tumbuh dan berkembang sebelum akhirnya mati.
Pertumbuhan disini merupakan peningkatan kuantitas massa sel lewat terbentuknya sel-sel

4
baru. Proses pertumbuhan ini bergantung kepada kemampuan sel membentuk protoplasma
baru dari nutrisi yang tersedia di lingkungan.

Pertumbuhan secara aseksual pada bakteri disebut dengan pembelahan biner.


Pembelahan ini berlangsung dalam jangka waktu yang teratur dengan kelipatan secara
eksponensial. Fase bertumbuhan bakteri dibagi menjadi empat fase, yaitu fase lag
(penyesuaian), fase logaritma (eksponensial), fase stasioner, dan fase kematian (Volk &
Wheeler, 1993)

Fase pertumbuhan bakteri terdiri atas 4 fase, yaitu:

1. Fase lag merupakan fase adaptasi ataupun kemampuan bakteri menyesuaikan diri
dengan konsisi lingkungan baru. Kemampuan adaptasi bakteri pada fase lag sangat
beragam, hal ini dipengaruhi oleh komposisi media, jumlah sel pada inokulum awal,
kondisi pH, suhu dan sifat fisiologis mikroba pada media sebelumnya. Fase lag juga
disebut dengan fase awal ataupun fase penyesuaian aktivitas mikroba pada lingkungan
baru. Fase lag biasanya berlangsung mulai dari beberapa menit hingga beberapa jam.
Panjang fase lag dapat dikontrol sampai batas tertentu karena tergantung pada jenis
medium dan juga pada ukuran inokulum awal.
2. Fase eksponensial merupakan fase pertumbuhan yang kedua. Fase ini dibuktikan
dengan terjadinya periode pertumbuhan yang sangat cepat. Pertumbuhan bakteri pada
fase eksponensial dipengaruhi oleh kondisi suhu, pH, nutrient dalam media dan sifat
genetik mikroba. Fase eksponensial merupakan fase yang diperlukan mikroba untuk
pembelahan sel atau penggandaan yang disebut dengan waktu generasi. Hal yang dapat
menghambat laju pertumbuhan adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam kultur habis,
sehingga hasil metabolisme yang bersifat racun akan tertimbun dan menghambat
pertumbuhan
3. Fase Stasioner adalah fase ketika laju pertumbuhan sama dengan laju kematian
mikroba, sehingga hasilnya jumlah mikroba tersebut secara keseluruhan akan tetap.
Bakteri yang tumbuh akan mencapai titik ketika laju pertumbuhan menurun, ini
menunjukkan awal fase stasioner. Fase stasioner terjadi pada saat laju pertumbuhan
bakteri sama dengan laju kematiannya. Sehingga jumlah keseluruhan bakteri akan
tetap. Keseimbangan jumlah keseluruhan bakteri ini terjadi karena kematian diimbangi
oleh pembentukkan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan dengan nutrisi
yang dilepaskan oleh sel-sel yang mati karena lisis. Hal ini disebabkan oleh kadar
5
nutrisi yang berkurang dan terjadi akumulasi produk toksik sehingga menggangu
pembelahan sel
4. Fase Kematian adalah fase yang dapat dilihat dengan adanya peningkatan jumlah laju
kematian yang melebihi jumlah laju pertumbuhan.

2.4 Reproduksi Bakteri

Bakteri mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara aseksual danseksual.
Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, sedangkan pembiakan seksual
dilakukan dengan cara transformasi, transduksi , dankonjugasi. Namun, proses pembiakan cara
seksual berbeda dengan eukariotalainnya. Sebab, dalam proses pembiakan tersebut tidak ada
penyatuan inti selsebagaimana biasanya pada eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran
materigenetika (rekombinasi genetik). Berikut ini beberapa cara pembiakan bakteri dengan
cara rekombinasi genetik dan membelah diri:

1. Rekombinasi Genetik
Rekombinasi genetik adalah peristiwa bercampurnya sebagian materi gen
(DNA) dari dua sel bakteri yang berbeda, sehingga terbentuk DNA rekombinan. Dalam
rekombinasi genetik, akan dihasilkan dua sel bakteri dengan materi genetik campuran
dari kedua induknya. Rekombinasi genetik bakteri dapat terjadi melalui konjugasi,
transduksi, dan transformasi.
a. Transformasi ; Transformasi adalah perpindahan materi genetik berupa DNA
dari sel bakteriyang satu ke sel bakteri yang lain. Pada proses transformasi
tersebut ADN bebassel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri
penerima, tetapi tidakterjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini
hanya terjadi pada beberapaspesies saja, Contohnya: Streptococcus
pnemoniaeu, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas.
Transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain.
Misalnya pada bakteri Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia dan pada
bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi
kebal antibiotik karena transformasi.
b. Transduksi ; Pemindahan materi genetik bakteri ke bakteri lain dengan
perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda ADN dipisahkan dari
sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage (virus bakteri). Bila
virus-virus baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri,

6
bakteriofage yang nonvirulen (menimbulakan respon lisogen) memindahkan
ADNdan bersatu dengan ADN inangnya, Virus dapat menyambungkan
materigenetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk
virus baru,di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang
diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal
dengan partikeltransduksi (transducing particle).
c. Konjugasi ; Bergabungnya dua bakteri (+ dan –) dengan membentuk jembatan
untuk pemindahan materi genetik. Artinya, terjadi transfer ADN dari sel
bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus. Ujung pilus
akanmelekat pada sel peneima dan ADN dipindahkan melalui pilus tersebut.
2. Pembelahan Biner
Reproduksi aseksual bakteri melalui pembelahan biner dimana satu sel
bakteri akan membelah menjadi dua sel anakan. Proses pembelahan biner diawali
dengan proses replikasi DNA menjadi dua salinan DNA identik yang diikuti
pembelahan sitoplasma dan akhirnya terbentuk dinding pemisah di antara kedua sel
anakan bakteri. Pada pembelahan ini, sifat sel anak yang dihasilkan sama dengan
sifat selinduknya. Pembelahan binermirip mitosis pada sel eukariot. Badanya,
pembelahan biner pada sel bakteri tidak melibatkan serabut spindle dankromosom.
Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut:
a. Fase Pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
b. Fase Kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
c. Fase Ketiga, terpisahnnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri yang
segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang
tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk
koloni.

Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit


sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan
sel. Tetapi pembelahan bakteri mempunyai faktor pembatas misalnya kekurangan
makanan, suhu tidak sesuai, hasil eksresi yang meracuni bakteri, dan adanya organisme
pemangsa bakteri. Jika hal ini tidak terjadi, maka bumi akan dipenuhi bakteri.

7
2.5 Klasifikasi Bakteri

Pengelompokan bakteri terdiri berdasarkan bentuk, jumlah letak flagel, kebutuhan


terhadap oksigen, kebutuhan nutrisi, dan karakteristik dinding sel / Pewarnaan Grams.

a) Bentuk

A. Bakteri Bentuk Batang dikenal sebagai Basil (Bacillus). Kata basil


berasal dari bacillus yang berarti batang. Bentuk basil dibedakan atas:
1) Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang
tunggal, misalnya Salmonella typhi, penyebab penyakit tipus.
2) Diplobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-
dua.
3) Streptobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan
memanjang membentuk rantai misalnya Bacillus anthracis
penyebab penyakit antraks.
B. Bakteri Bentuk Bulat dikenal sebagai Kokus (Coccus). Bakteri kokus
ada yang tersusun sendiri (monokokus), ada juga yang berbentuk seperti
rantai (streptokokus). Bakteri kokus dibedakan atas:
1) Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat tunggal, misalnya
Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah.
2) Diplokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat yang bergandengan dua-
dua, misalnya Diplococcus pneumonia penyebab penyakit
pneumonia atau radang paru-paru.

8
3) Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bulat yang berkelompok empat-
empat sehingga bentuknya mirip kubus.
4) Streptokokus yaitu bakteri bentuk bulat yang berkelompok
memanjang rantai.
5) Stafilokokus yaitu bakteri berbentuk bulat yang berkoloni
membentuk sekelompok sel tidak teratur sehingga bentuknya mirip
kumpulan buah anggur.
C. Bakteri berbentuk Spiral (Sprillum). bakteri yang berbentuk lengkung
dan nampak seperti spiral. Bakteri spiral dibedakan atas:
1) Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral
misalnya Spirillum.
2) Vibrio, ini dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna, misalnya
Vibrio cholera penyebab penyakit kolera.
3) Spiroseta yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat
lentur. Pada saat bergerak, tubuhnya dapat memanjang dan
mengerut.
b) Jumlah letak Flagel
Flagela atau yang sering disebut dengan bulu cambuk adalah bagian dari
struktur sel yang berbentuk batang atau spiral dan terletak pada dinding sel dan
berfungsi sebagai alat gerak. Penggolongan bakteri berdasarkan kedudukan
flagela dibagi menjadi monotrik (flagel satu pada salah satu ujung), amfitrik
(flagel pada masing-masing kedua ujung), lofotrik (flagel banyak di salah
satu ujung), peritrik (flagel banyak pada semua sisi tubuh).
c) Kebutuhan Oksigen
Beberapa jenis bakteri bisa hidup tanpa adanya oksigen, bakteri ini
disebut dengan bakteri Anaerob. Sedangkan bakteri yang membutuhkan
oksigen untuk hidup disebut dengan bakteri Aeorob.
A. Bakteri Aerob, yaitu bakteri yang dalam pertumbuhannya memerlukan
adanya oksigen. Contoh bakteri aerob ialah bakteri Ralstonia
solanacearum
B. Bakteri Anaerob, yaitu bakteri yang tumbuh dalam suasana kurang atau
tidak ada oksigen (O2). Contoh bakteri anaerob ialah bakteri Pectoba
cterium carotovorum

9
1) Bakteri anaerob fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh,
apabila terdapat oksigen maupun tanpa adanya oksigen. Anerob
fakultatif bermakna bakteri dapat tumbuh baik secara oksidatif
maupun secara anaerob.
2) Bakteri anaerob aerotoleran, yaitu bakteri yang tidak mati dengan
adanya oksigen. Jenis bakteri ini hanya menerima kehadiran
oksigen tetapi tidak menggunakannya sama sekali.
3) Bakteri anaerob obligat, kelompok bakteri yang sama sekali tidak
membutuhkan oksigen untuk metabolismenya sehingga mereka
tidak dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang terdapat
oksigen.
4) Bakteri mikroaerofilik, yaitu bakteri yang kebutuhan oksigennya
rendah.
d) Kebutuhan Nutrisi
Klasifikasi berdasarkan sumber nutrisi bakteri dapat dibagi dua, yaitu
bakteri autotrof, yang mampu mengubah zat anorganik menjadi organik
sebagai sumber makanan dan bakteri heterotrof, yaitu bakteri yang
mendapatkan energi dari bahan organik di sekitar tempat hidupnya.
A. Autotrof, yaitu bakteri yang dapat membuat makanannya sendiri dari
senyawa anorganik. Bakteri tersebut memerlkan energi untuk membuat
makanan. Energi tersebut didapatkan dari cahaya atau reaksi kimia.
Bakteri ini akan mengubah komponen karbon seperti karbon dioksida,
air, dan hidrogen sulfida menjadi komponen organik seperti karbohidrat,
protein, dan bentuk lainnya.
1) Bakteri Fotoautotrof
Bakteri yang membuat makanannya sendiri menggunakan energi
yang berasal dari cahaya matahari. Bakteri ini bekerja persis
seperti fotosintesis pada tumbuhan. Fotosintesis pada bakteri
autotrof tidak bergantung pada tersedianya oksigen atau tidak.
2) Bakteri Kemoautotrof
Bakteri yang membuat makanannya sendiri menggunakan energi
kimia yang berasal dari reaksi oksidasi senyawa anorganik. Reaksi
untuk membuat makanan bakteri ini disebut dengan kemosintesis.
Kemosintesis dilakukan dengan menggunakan molekul karbon
10
dari karbon dioksida, hidrogen sulfida, metana, dan sumber karbon
lainnya. Proses ini bisa berlangsung secara aerob dan anaerob.
B. Heterotrof, yaitu bakteri yang mendapatkan makanan yang berupa
senyawa organic dari organisme lainnya. Berasal dari kata “hetero”
yang berarti yang lain dan “trophein” yang berarti makanan. Bisa
dikatakan kelompok bakteri yang menggunakan C-organik sebagai
sumber karbon dan sumber energi pertumbuhannya (Sari &
Effendi, 2014)
1) Parasit, mendapatkan zat makanan dari bakteri/inangnya.
2) Saprofit, mendapatkan makanan dari sisa organisme mati.
3) Patogen, dapat menimbulkan penyakit.
4) Apatogen, tidak dapat menimbulkan penyakit.
5) Eubacteria, disebut juga dengan bakteri murni.
6) Archaebacteria, bakteri yang dapat hidup di tempat ekstrim
e) Pewarnaan Grams
Penggolongan bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pewarnaan ini membedakan
bakteri berdasarkan karakteristik fisik dan kimia dinding sel-nya.
A. Bakteri Gram Positif ; memiliki dinding sel lebih sederhana dan banyak
mengandung peptidoglikan. Contoh bakteri gram-positif ialah
bakteri Clavibacter michiganensis.
B. Bakteri Gram Negatif ; memiliki dinding sel lebih kompleks dengan
peptidoglikan lebih sedikit. Contoh bakteri gram-negatif ialah
bakteri Xanthomonas oryzae.

2.6 Fisiologi Bakteri

Dalam pertumbuhannya, bakteri memerlukan lingkungan yang baik dan sesuai,


misalnya : makanan, pH, suhu, atmosfir dimana kebutuhan tiap mikroorganisme berbeda-beda.
Komponen dasar sel bakteri berupa air, protein, asam nukleat, polisakarida, lemak, garam
mineral, dan metabolit penting lainnya.

1. Air ; Bakteri memerlukan air dalam konsentrasi tinggi disekitarnya karenadiperlukan


bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Air merupakan pengantarsemua bahan gizi
yang diperlukan sel dan untuk membuang semua zat yang takdiperlukan ke luar sel.

11
2. Mineral ; Diperlukan karbon, nitrogen, belerang, fosfat, aktivtor enzim seperti Mg,
Fe,K dan Ca.
3. CO2 ; Diperlukan dalam proses sintesa dengan timbulnya asimilasi CO2di dalam sel.
4. O2 ; Berdasarkan keperluan oksigen dipecah menjadi 5 golongan yaitu Anaerob
Obligat, Anaerob Aerotoleran, Anaerob Fakultatif, Mikroaerofilik, dan Aerob.
5. Temperatur ; Bakteri mempunyai temperatur optimum yaitu dimana bakteri tersebut
tumbuh sebaik baiknya dan batas-batas temperatur dimana pertumbuhan dapat terjadi.
a. Psikhrofilik = (-5) - 30˚C dengan optimum 1 - 20˚C
b. Mesofilik = 10 - 45˚C dengan optimum 20 - 40˚C
c. Termofilik = 25 - 80˚C dengan optimum 50 - 60˚C
6. pH ; Kebanyakan bakteri pathogen mempunyai pH optimum 7,2 - 7,6.

2.7 Macam-Macam Bakteri

Sebagian besar bakteri tidak berbahaya bagi manusia dan bahkan menguntungkan bagi
manusia. Dalam saluran pencernaan manusia, bakteri baik membantu pencernaan dan
menghasilkan vitamin. Bakteri juga membantu sistem kekebalan, membunuh bakteri jahat dan
patogen berbahaya lainnya. Beberapa macam bakteri dan pada kondisi tertentu bakteri bisa
menjadi berbahaya bagi tubuh. Karena bakteri bisa saja menyerang organ tubuh dan
menimbulkan banyak penyakit. Berikut adalah macam-macam bakteri yang sering menyerang
tubuh dan bisa menyebabkan penyakit serius yang dilansir dari berbagai sumber.

Bakteri, umumnya memiliki bentuk seperti bola, batang, atau spiral, yang berukuran
sangat kecil, yang dapat dihitung dalam satuan mikrometer. Bakteri, merupakan salah satu
bentuk kehidupan pertama di Bumi, dan resiliensi yang baik dari bakteri, membuatnya bisa
hidup dan menghuni banyak benda seperti tanah, air, asam, limbah radioaktif, bahkan kerak
bumi.

Berikut ini ciri-ciri bakteri:


a. Bersel tunggal, prokariot, dan bersifat heterotroph karena tidak memiliki klorofil.
b. Memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan.
c. Memiliki bentuk bulat (coccus), batang (basil), atau spiral (spirilia)
d. Membran plasmanya mengandung lipid dan ester.
e. Selnya bisa mengeluarkan lendir ke permukaan dinding selnya. Lendir ini akan membentuk
kapsul pada lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri.

12
f. Sitoplasnanya tersusun dari protein, karbohidrat, lemak, ion organic, ribosom yang
mengandung satu jenis RNA polymerase dan asam nukleat sebagai penyusun DNA dan RNA.
g. Dapat bertahan hidup di berbagai lingkungan
h. Perkembangbiakkan yang cepat
i. Hidup berkoloni atau secara soliter

Bakteri yang memiliki manfaat kehidupan sehari-hari:


1) Lactobacillus bulgarius memiliki manfaat untuk memfermentasi susu menjadi lemak
2) Lactobacillus sp memiliki manfaat untuk produksi asinan buah
3) Streptococcus thermophilus memiliki manfaat untuk produksi mentega
4) Pediococccus cereviceae memiliki manfaat untuk produksi sosis
5) Streptococcus tactis memiliki manfaat untuk produksi kefir
6) Acetobacter xylinium memiliki manfaat untuk produksi nata de coco
7) Acetobacter sp memiliki manfaat untuk produksi asam cuka
8) Bacillus brevis memiliki manfaat untuk menghasilkan terotrisin (antibiotik)
9) Bacillus subtilis memiliki manfaat untuk menghasilkan basitrasin (antibiotik).
10) Polymyka memiliki manfaat untuk menghasilkan polimixin (antibiotik).
11) Lactobacillus cassei memiliki manfaat untuk produksi yoghurt.
12) Thiobacillus thiozidans memiliki manfaat untuk produksi asam sulfat.
13) Entamoeba coli memiliki manfaat untuk membusukkan sisa pencernaan.
14) Rhizopus oligosporus memiliki manfaat untuk pembuatan tempe.
15) Aspergillus oryzae memiliki manfaat untuk pembuatan tauco.
16) Neurospora crassa memiliki manfaat untuk pembuatan oncom.
17) Streptococcus laktis memiliki manfaat untuk pembuatan keju.
18) Streptococcus cremoris memiliki manfaat untuk pembuatan keju.
19) Rhizobium leguminosarum memiliki manfaat untuk fiksasi nitrogen dalam akar kacang.
20) Entero bakteria memiliki manfaat untuk bakteri pengurai.
21) Xanthomonas campestris memiliki peranan untuk menyerang tanaman kubis.
22) Xanthomonas oryzae memiliki peranan untuk menyerang pucuk batang padi.
23) Pseudomonas solanacaerum memiliki peranan untuk penyakit layu pada famili terong-
terongan.
24) Erwiana amylovora memiliki peranan untuk penyakit bonyok pada buah-buahan.
25) Brucella abortus memiliki peranan untuk brucelosis pada sapi.

13
2.8 Bakteri Penyebab Penyakit pada Manusia

Infeksi bakteri terjadi ketika bakteri yang merugikan masuk ke dalam tubuh dan
berkembang biak dengan cepat. Bakteri tersebut dapat menginfeksi organ tubuh tertentu,
seperti paru-paru, ginjal, bahkan otak.
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen/bakteri
yang bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor
yang saling berinteraksi yaitu faktor penyebab penyakit (agen), faktor manusia (host), dan
faktor lingkungan. Infeksi bakteri dapat menular melalui berbagai cara, yaitu:

a) Secara langsung
Penularan bakteri dapat terjadi ketika seseorang melakukan kontak dengan penderita
infeksi. Kontak tersebut dapat terjadi melalui hubungan seksual, ciuman, serta percikan
dahak dari batuk atau bersin. Ibu hamil juga dapat menularkan bakteri ke janin yang
dikandungnya melalui plasenta atau kontak dengan jalan lahir saat persalinan.
b) Secara tidak langsung
Bakteri dapat tertinggal pada benda, seperti handuk, meja, atau gagang pintu. Bakteri di
benda tersebut bisa berpindah ketika orang lain menyentuh benda tersebut kemudian
menyentuh mata, mulut, atau hidung, sebelum mencuci tangan terlebih dahulu.

2.8.1 Escherichia Coli

Escherichia Coli merupakan bakteri batang gram negatif, fakultatif anaerob,


kemoorganotropik, merupakan anggota Enterobacteriaceae mempunyai tipe metabolisme
fermentasi dan respirasi. E. coli merupakan mikroflora normal pada usus, namun dapat
menjadi patogen pada kondisi tertentu. E. coli sebagai bakteri patogen sering ditemukan
sebagai bakteri penyebab infeksi saluran kemih (Hamida et al., 2019)

E. coli praktis selalu ada dalam saluran pencernaan hewan dan manusia karena secara
alamiah Escherichia coli merupakan salah satu penghuni tubuh. Penyebaran E. coli dapat
terjadi dengan cara kontak langsung (bersentuhan, berjabatan tangan dan sebagainya)
kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi E. coli pun dapat ditemukan tersebar di alam
sekitar kita. Penyebaran secara pasif dapat terjadi melalui makanan atau minuman.
Bakteri Escherichia coli sering kali menyebabkan diare atau infeksi saluran pencernaan.
Biasanya kondisi ini disebabkan oleh makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh
bakteri tersebut (Crawford et al., 2002)

14
1. Gejala Penyakit

Racun dari bakteri E. coli tersebut dapat ditularkan ke manusia melalui konsumsi
makanan yang terkontaminasi. Seperti daging mentah atau setengah mata, susu mentah,
dan sayuran mentah yang terkontaminasi.

a) Perut kram.
b) Diare, dengan tingkat keparahan ringan hingga parah, dan bahkan berdarah.
c) Kehilangan selera makan.
d) Mual dan muntah.
e) Demam.
f) Kelelahan.

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam,
tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa
waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. (Zein et al., 2004)
2. Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan MPN adalah metode pemeriksaan air yang dilakukan untuk mengetahui
kontaminasi akibat bakteri Coliform dan Coli tinja. Terdapat juga beberapa uji biokimia
untuk mengindentifikasi bakteri E.Coli yaitu:
a) Uji Indol ; dilakukan untuk melihat kemampuan organisme yang mendegradasi asam
amino triptofan dan menghasilkan indol.
b) Uji Sitrat ; dilakukan dengan menginokulasi isolat pada media Simmon's Citrate (SC).
Pengujian ini bertujuan untuk melihat kemampuan bakteri dalam menggunakan sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi.
3. Pengobatan

Pada infeksi ringan, penanganan dapat dilakukan di rumah dengan mengonsumsi air
putih yang cukup, untuk mencegah dehidrasi. Hindari jus apel, pir, kopi, dan minuman
beralkohol selama proses pemulihan. Selain itu, konsumsilah makanan berkuah atau
ringan saat gejala masih terasa, dilanjutkan dengan makanan rendah serat seperti telur,
nasi, atau roti saat kondisi mulai membaik. Hindari makanan yang mengandung susu,
lemak, berserat tinggi, atau makanan berbumbu agar gejala tidak memburuk.

15
Sementara itu, infeksi E coli pada kandung kemih (cystitis) maupun saluran cerna,
biasanya tidak perlu diberikan antibiotik. Pengidap hanya perlu mengonsumsi air putih
dalam jumlah banyak untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare dan muntah-
muntah, serta istirahat yang cukup.
Untuk mengatasi dehidrasi pada anak yang mengalami diare, oralit bisa membantu
memulihkan cairan dalam tubuh mereka. Selain itu, oralit juga berfungsi menggantikan
natrium, kalium, dan juga glukosa yang hilang dari dalam tubuh. Jangan memberikan obat-
obatan antidiare yang dapat melambatkan sistem pencernaan karena obat ini akan
mencegah terbuangnya racun keluar dari tubuh.

4. Pencegahan

Menerapkan pola hidup bersih dapat mencegah infeksi bakteri Escherichia Coli yang
berbahaya. Ada cara yang bisa dilakukan untuk menghindari infeksi bakteri E. Coli, di
antaranya:

a) Mencuci Tangan
Salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan bakteri E. coli adalah dengan rutin
mencuci tangan. Terutama, setelah keluar menggunakan kamar mandi, menyentuh
binatang atau bekerja di lingkungan yang banyak binatang, dan sebelum memasak,
menyajikan, ataupun mengonsumsi makanan.
b) Menjaga Kebersihan Makanan
Seperti diketahui, bakteri E. coli sering ditemukan di usus, dan sangat mudah masuk ke
dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi. Maka dari itu, memperhatikan
kebersihan makanan yang dikonsumsi merupakan cara terbaik untuk menghindari
serangan bakteri ini. Selain mencuci tangan sebelum memasak dan sebelum makan,
pastikan juga untuk selalu mencuci sayur, buah, dan bahan makanan lain hingga bersih.
Sebaiknya perhatikan juga kebersihan peralatan masak dan peralatan makan yang
digunakan.
c) Masak dengan Benar
Bakteri E. coli lebih rentan terkandung dalam makanan yang tidak dimasak dengan benar,
misalnya daging sapi. Karena itu, pastikan untuk memasak jenis makanan ini dengan suhu
yang tepat untuk menghilangkan bakteri E. coli. Selain itu, menyimpan bahan makanan
dengan benar juga bisa membantu menghindari bakteri E. coli menyerang. Masukkan
makanan sisa ke dalam lemari pendingin alias kulkas agar tidak terjangkit bakteri.

16
d) Jangan Sembarangan Konsumsi Air
Bakteri E. coli bisa berada di mana saja, termasuk dalam air. Maka dari itu, hindari
sembarangan minum air agar terhindar dari infeksi bakteri. Selain itu, tidak mengonsumsi
susu mentah atau yang tidak dipasteurisasi.

2.8.2 Mycobacterium Tubercolosis

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri jenis
Mycobacterium tuberculosis yang merupakan dalam famili Mycobacteriaceae. Penyakit TBC
ini dapat menyerang organ - organ tubuh sebagian besar yang terserang adalah organ paru -
paru, Bakteri tuberculosis yang menyerang paru-paru menyebabkan gangguan pernapasan,
seperti batuk kronis dan sesak napas (Patricia et al., 2020)

1. Gejala
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum
seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. TBC bisa menyerang bagian tubuh yang
mana pun, tapi paru-paru yang paling sering, Pengidapnya mungkin mendapat aneka gejala
sebagai berikut:

a) Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu


b) Demam
c) Berat badan turun tanpa sebab
d) Keringat malam
e) Sering lelah
f) Nafsu makan berkurang
g) Dahak bebercak darah
h) Sakit dan bengkak di bagian yang terkena, bagi TBC yang di luar paru-paru.

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan TBC yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan BTA, pemeriksaan darah
lengkap, dan pemeriksaan BACTEC.
a) Pemeriksaan Dahak Mikroskopis/BTA (Bakteri Tahan Asam)
Dalam pemeriksaan tuberkulosis, berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk

17
penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan yang berurutan sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
b) Pemeriksaan Darah Rutin (Darah Lengkap Otomatis & Laju Endap Darah)
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spesifik untuk TB pada
paru-paru. Pemeriksaan tuberkulosis dengan Laju Endap Darah (LED) jam pertama dan jam
kedua dibutuhkan. Data ini dapat di pakai sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai
keseimbangan penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap
pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita.
Demikian pula kadar limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh penderita. LED sering
meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang normal juga tidak menyingkirkan diagnosa
TBC.
c) Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan tuberkulosis biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. Mycobacterium Tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat
menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan
diagnosis dan melakukan uji kepekaan.

3. Pengobatan
Tujuan pengobatan pada penderita tuberkulosis paru selain untuk
menyembuhkan/mengobati penderita juga mencegah kematian. Pengobatan pasien TB
harus dilakukan secara tepat dan tuntas untuk menghindari kondisi reistensi obat (M. Sari,
2021)

a) Tahap Intensif (2-3 bulan) Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap
hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan untuk semua OAT,
terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar penderita tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahan intensif sangat penting
untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
b) Tahap lanjutan (4-7 bulan) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat

18
utama yang 16 digunakan sesuai dengan rekomen dari WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah
Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.

Obat-obat Anti Tuberkulosis antar lain:

a) Isoniasid (INH) Isoniazid (INH) merupakan devirat asam isonikotinat yang berkhasiat
untuk obat tuberculosis yang paling kuat terhadap Mycobacterium tuberculosis
(dalam fase istirahat) dan bersifat bakterisid terhadap basil yang tumbuh pesat. Efek
samping dari isoniazid adalah mual, muntah, demam, hiperglikemia, dan neuritis optic
b) Rifampisin (R) Rifampisin adalah sebuah golongan obat antibiotic yang banyak
dipakai untuk menanggulangi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Rifampisin
menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sistesis protein terutama pada
tahap transkripsi. Efek samping dari rifampisin adalah gangguang saluran cerna,
terjadi gangguan sindrim influenza, gangguan respirasi, warna kemerahan pada urine,
dan udem.
c) Pirazinamid (Z) Pirazinamid adalah obat antibiotic yang digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri Tuberkulosis dan bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
Indikasi dari pirazinamid adalah tuberkulsis dalam kombinasi dengan obat lain. Efek
samping dari pirazinamid adalah anoreksia, icterus, anemia, mual, muntah, dan gagal
hati.
d) Streptomisin (S) Streptomisin adalah antibiotic yang dihasilkan oleh jamur tanah
disebut Streptomyces griseus yang dapat digunakan untuk mengatasi sejumlah infeksi
seperti tuberculosis untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Saat ini streptomisin
semakin jarang digunakan kecuali untuk kasus resistensi. Efek samping dari
streptomisin adalah gangguang fungsi ginjal, gangguan pendengaran, dan kemerahan
pada kulit
e) Etambutol (E) Etambutol adalah obat antibiotic yang dapat mencegah pertumbuhan
bakteri tuberculosis di dalam tubuh. Indikasi dari etabutanol adalah tuberculosis dalam
kombinasi dengan obat lain. Efek samping penurunan tajam penglihatan pada kedua
mata, penurunan terhadap kontras sensitivitas warna serta gangguan lapang pandang.

19
4. Pencegahan
Banyak hal yang bisa dilakukan mencegah terjangkitnya tuberkulosis paru.
Pencegahan-pencegahan berikut dapat dilakukan oleh penderita, masyarakat, maupun
petugas Kesehatan.
a) Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut saat
batuk, dan membuang dahak tidak disembarang tempat.
b) Bagi masyarakat, pencegahan penuralan dapat dilakukan dengan meningkatkan
ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan vaksinasi BCG.
c) Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan
tentang penyakit tuberkulosis, yang meliputi gejala, bahaya, dan akibat yang
ditimbulkannya terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya.
d) Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan pemeriksaan
terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan memberikan pengobatan khusus
pada penderita tuberkulosis paru. Pengobatan dengan cara menginap di rumah sakit
hanya dilakukan bagi penderita dengan katagori berat dan memerlukan
pengembangan program pengobatannya, sehingga tidak dikehendaki pengobatan
jalan.
e) Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan desinfeksi, seperti
cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap muntahan atau
ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit ini (piring, tempat tidur, pakaian),
dan menyediakan ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
f) Melakukan imunisasi orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan penderita
seperti keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan, dan orang lain yang terindikasi,
dengan vaksin BCG dan tindan lanjut bagi yang positif tertular.
g) Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang kontak. Perlu dilakukan Tes
Tuberculin bagi seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukan hasil negatif,
perlu diulang pemeriksaantiap 3 bulan dan perlu penyelidikan intensif.
h) Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan tuberkulosis aktif perlu pengobatan
yang tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter untuk
diminum dengan tekun dan teratur, selama 6-12 bulan. Perlu diwaspadai adanya kebal
terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.

20
2.8.3 Streptococcus Pneumoniae
S.pneumoniae juga dikenal sebagai pneumococcus, adalah bakteri Gram positif
berbentuk lanset, mempunyai simpai polisakarida dan dapat menyebabkan pneumonia,
sinusitis, otitis, meningitis, dan proses infeksi lainnya. Bakteri potensial pada respiratori ini
umumnya tidak menimbulkan manifestasi klinis atau asimpomatis, tetapi keberadaan bakteri-
bakteri potensial patogen respiratori ini dapat menyebabkan Community Acquired Pneumonia
(CAP) karena menjadi sumber penularan dan penyebaran pada orang lain dalam komunitas
tersebut (Meisky et al., 2013)

1. Gejala Penyakit

Pneumonia adalah penyakit S. pneumoniae yang paling umum yang meliputi gejala
seperti demam dan menggigil, batuk, napas cepat, kesulitan bernapas, dan nyeri dada.
Untuk orang tua, mereka mungkin termasuk kebingungan, kewaspadaan rendah, dan
gejala yang sebelumnya terdaftar pada tingkat yang lebih rendah.

Meningitis pneumokokus adalah infeksi jaringan yang menutupi otak dan sumsum
tulang belakang. Gejala berupa leher kaku, demam, sakit kepala, kebingungan,
dan fotofobia . Sepsis disebabkan oleh respons yang berlebihan terhadap infeksi dan
menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan organ , dan bahkan kematian. Gejalanya
meliputi kebingungan, sesak napas, detak jantung meningkat, nyeri atau ketidaknyamanan,
keringat berlebih, demam, menggigil, atau merasa kedinginan. Tanda dan gejala yang
dapat muncul pada pasien dengan pneumonia antara lain:

a. Dispnea

b. Lemah

c. Demam

d. Pusing.Nyeri dada pleuritic

e. Napas cepat dan dangkal

f. Menggigil

g. Sesak napas

h. Produksi sputum

i. Berkeringat

j. Penurunan saturasi oksigen dengan alat oksimetri denyut (pulse oximetry reading)

21
2. Pemeriksaan
a) Tes Optochin (ethylhydrocupreine hydrochloride) adalah suatu metode yang
digunakan untuk membedakan S. pneumoniae dari Streptococcus viridans, dengan
sensitivitas lebih dari 95%.9, 33 Tes optochin dilakukan pada media agar darah
menggunakan prinsip disk diffusion. Media agar darah yang telah diberi disk optochin
diinkubasi dan diperiksa setelah 24 jam. Tes ini mendeteksi suatu organisme yang
rentan terhadap etilhidrokuprein hidroklorida. Etilhidrokuprein hidroklorida menguji
fragilitas dari membran sel bakteri dan menyebabkan S. pneumoniae lisis karena
adanya perubahan tegangan permukaan, sehingga menciptakan zona inhibisi. Sebuah
zona inhibisi dengan diameter 14 mm atau lebih, mengkonfirmasi bahwa bakteri
tersebut sebagai S. pneumoniae. 8, 33 Adapun diameter zona inhibisi disk optochin.
b) Reaksi quellung Bila pneumokokus tipe tertentu dicampur dengan serum
antipolisakarida spesifik dengan tipe yang sama atau dengan antiserum polivalen pada
kaca objek mikroskop, kapsul akan sangat membengkak, dan organisme mengalami
aglutinasi oleh ikatan silang antibodi. Pemeriksaan ini berguna untuk identifikasi
cepat dan untuk penentuan tipe organisme, baik pada sputum atau biakan.
c) Bile solubility test (sodium deoxycholate) atau uji kelarutan empedu yang berfungsi
untuk membedakan S. pneumoniae dari streptokokus alfa hemolitikus lainnya. S.
pneumoniae larut dalam empedu, sedangkan streptokokus alfa hemolitikus lainnya
tahan terhadap empedu. Sodium deoxycholate 2% dalam air akan melarutkan dinding
sel pneumokokus

3. Pengobatan

Penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun akan disesuaikan


dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan pengobatan pada pasien pneumonia
tergantung dari tinggkat keparahan gejala yang timbul dari infeksi pneumonia itu sendiri.

Untuk Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Streptococus Pneumoniae bisa diatasi
dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada dua vaksin tersedia, yaitu pneumococcal
conjugate vaccine dan pneumococcal polysacharide vaccine. Pneumococcal conjugate
vaccine adalah vaksin yang menjadi bagian dari imunisasi bayi dan direkomendasikan
untuk semua anak dibawah usia 2 tahun dan anak-anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara
itu pneumococcal polysacharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa.
Sedangkan antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini

22
termasuk penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotics, termasuk
erythromycin.

Kepada pasien yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan antibiotik peroral, dan
tetap tinggal dirumah. Pasien yang lebih tua dan pasien dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse.
Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik. Kebanyakan pasien akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat
diberikan antara lain:

a) Oksigen 1-2 L/menit.


b) IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
c) Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
d) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
e) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal 14 dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
f) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

4. Pencegahan

Pneumonia bakterial sendiri tidak menular, tetapi infeksi bakteri yang menjadi
penyebab penyakit ini dapat menular. Bakteri dapat menyebar melalui percikan liur yang
dikeluarkan pengidap saat batuk atau bersin dan juga melalui benda-benda yang sudah
terkontaminasi. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dengan baik dapat membantu
mencegah penyebaran pneumonia bakterial atau mengurangi risiko tertular penyakit
tersebut. Berikut ini cara-cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah pneumonia
bakterial:

a) Menjaga daya tahan tubuh


b) Menjaga kebersihan
c) Menjalani Vaksin
d) Tidak merokok
e) Tidak mengkonsumsi alcohol
f) Menggunakan alat pelindung diri seperti masker

23
g) Menerapkan etika batuk dan bersin

2.8.4 Chlamydia Trachomatis


Chlamydia trachomatis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi
bakteri dan merupakan salah satu dari tiga spesies bakteri dalam genus Chlamydia, famili
Chlamydiaceae, kelas Chlamydiae, filum Chlamydiae, domain Bacteria yang merupakan agen
chlamydial pertama yang ditemukan dalam tubuh manusia. Infeksi Chlamydia trachomatis
sering tidak menimbulkan gejala dan sangat berisiko bila terjadi pada ibu-ibu karena dapat
menyebabkan kehamilan ektopik, infertelitas dan abortus.

1. Gejala Penyakit
Chlamydia biasanya tidak menimbulkan gejala. Meski demikian, penderita chlamydia
tetap dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain. Bila muncul gejala, biasanya baru
terjadi 1–3 minggu setelah penderita terinfeksi.

Gejala chlamydia pada Wanita:

a) Keputihan yang sangat berbau


b) Rasa terbakar ketika buang air kecil
c) Sakit saat sedang berhubungan seksual dan dapat mengalami perdarahan di vagina
sesudahnya

Gejala chlamydia pada Pria:

a) Keluar cairan dari penis


b) Luka di penis terasa gatal atau terbakar
c) Rasa terbakar ketika buang air kecil
d) Rasa sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar

2. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik pada Pria
Pada pemeriksaan fisik pria akan ditemukan sekret mukopurulen dari uretra dan
rektal, nyeri dan bengkak pada skrotum (biasanya sifatnya unilateral), perineal
fullness, dan gejala pada saat berkemih seperti urgensi, frekuensi dan dysuria.

2. Pemeriksaan Fisik pada Wanita

24
Pemeriksaan fisik pada wanita yang mengidap chlamydia akan ditemukan
friabilitas pada serviks, disuria, nyeri pada perut bagian bawah atau adneksa, dan nyeri
goyang serviks (cervical motion tenderness) jika pasien sudah mengalami kehamilan
ektopik atau penyakit radang panggul. Pada kebanyakan kasus juga ditemukan sekret
mukopurulen pada serviks, uretra, dan vagina. Pada penderita dengan koinfeksi
limfogranuloma venereum, akan ditemukan buboes atau adenopati pada area inguinal,
ulserasi pada genital, dan groove sign.

Untuk mendeteksi chlamydia, dokter akan mengambil sampel urine dan sampel cairan
dari organ kelamin pasien. Sampel cairan kelamin diambil dengan mengusapkan cotton
bud pada organ kelamin. Selain di organ kelamin, pengusapan (swab) juga dapat dilakukan
di tenggorokan atau dubur, untuk mendeteksi bakteri Chlamydia.
Skrining klamidia dan gonore dilakukan melalui tes urine atau melalui swab di dalam
penis atau serviks. Kemudian, sampel tersebut akan dianalisis di laboratorium. Skrining
ini penting dilakukan, karena jika seseorang tidak memiliki tanda dan gejala, mungkin ia
tidak akan menyadari bahwa sudah terinfeksi.

3. Pengobatan
Klamidia adalah kondisi yang dapat diobati dengan antibiotik sesuai dengan tingkat
keparahan pasien. Pemberian antibiotik pada chlamydia mengikuti rekomendasi WHO.
Pilihan antibiotik tergantung pada ada-tidaknya komplikasi dan koinfeksi. Adapun
beberapa jenis antibiotik untuk menangani klamidia yaitu doxycycline atau antibiotik
alternatif lain seperti erythromycin, ofloxacin, levofloxacin.
Selain mengonsumsi obat, penderita klamidia disarankan untuk menghindari
berhubungan intim untuk sementara waktu. Pada beberapa kasus, infeksi biasanya akan
sembuh dalam waktu satu sampai dua minggu setelah melakukan pengobatan.

4. Pencegahan
Cara paling efektif untuk mencegah chlamydia adalah menerapkan aktivitas seksual yang
aman. Berikut langkah-langkah pencegahan chlamydia:

a) Menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan tidak berbagi penggunaan


mainan seks.

25
b) Pemakaian kondom saat berhubungan seksual tidak 100 persen menghilangkan risiko
terkena infeksi, tapi efektif dalam mengurangi risiko terjangkit penyakit menular
seksual.
c) Membatasi pasangan seksual atau setia dengan satu orang pasangan saja. Jika aktif
melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang, maka dianjurkan melakukan
pemeriksaan secara rutin, mengingat chlamydia bisa tidak menimbulkan gejala pada
sebagian orang.

2.8.5 Helicobacter Pylori


Helicobacter pylori (H. pylori) bakteri Gram negatif yang sangat motil, berbentuk spiral
atau batang melengkung dengan flagela multipel yang dapat hidup pada lapisan mukosa gaster
dan lipatan jaringan epitel gaster dan/atau duodenum.

Infeksi Helicobacter pylori (H. pylori) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
bernama sama, yang dapat hidup di dalam lambung. Infeksi bakteri Helicobacter pylori atau H.
pylori merupakan kondisi saat bakteri H. pylori masuk dan menginfeksi bagian perut.
Umumnya, asam lambung dapat membunuh bakteri yang masuk ke dalam saluran pencernaan
bersama makanan. Namun, bakteri H. pylori dapat hidup dalam kondisi asam, sehingga asam
lambung tidak mampu membunuh bakteri ini.

1. Gejala Penyakit
Infeksi Helicobacter pylori cenderung tidak menunjukkan adanya gejala yang serius.
Selain itu, pengidap hanya akan mengalami gejala tukak lambung saat infeksi yang terjadi
sudah parah. Hal ini dikarenakan bakteri H. pylori akan menyerang dan memicu
peradangan pada lapisan yang berfungsi sebagai pelindung perut.

a) Muncul rasa nyeri bersama dengan sensasi terbakar pada area perut.
b) Mengalami sakit perut yang tidak tertahankan, terlebih ketika perut sedang dalam
kondisi kosong.
c) Mual dan hilang nafsu makan.
d) Perut kembung dan kerap bersendawa.
e) Terjadi penurunan berat badan secara signifikan.

26
2. Pemeriksaan
Tes helicobacter adalah prosedur diagnostik yang digunakan untuk menetapkan tingkat
infeksi Helicobacter pylori seseorang. Pemeriksaan ini mungkin melibatkan pemeriksaan
darah, tes napas (tes napas urea), tes sampel ninja, atau endoskopi.
a) Tes HpSA

Pemeriksaan HpSA (helicobacter pylori stool antigen) dilakukan untuk mendeteksi


apakah orang tersebut terinfeksi H.pylori atau tidak. Caranya adalah dengan mengambil
sampel dari tinja. Prosedur tes HpSA dilakukan dengan memeriksa apakah ada zat yang
memicu sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi H. Pylori (antigen H. Pylori) di
dalam feses. Tes ini mampu mendiagnosis infeksi yang sedang berlangsung.

b) Urea Breath Test (UBT)


Prinsip pemeriksaan UBT didasarkan pada kemampuan urease, yang diproduksi
bakteri H pylori di dalam mukosa lambung, untuk menghidrolisis tablet C-urea. Enzim
ini memecah urea dalam lambung menjadi ammonia dan karbondioksida (CO2), yang
diabsorbsi ke dalam aliran darah dan kemudian dilepaskan melalui paru-paru.
Karbondioksida berlabel dideteksi melalui sampel nafas.

3. Pengobatan

Penatalaksanaan infeksi Helicobacter pylori dilakukan dengan pemberian kombinasi


tiga obat, yaitu satu jenis proton pump inhibitor atau PPI dan dua jenis antibiotik. Pilihan
lini pertama adalah PPI, amoxicillin, dan clarithromycin selama 7–14 hari. Pemberian
kombinasi tiga obat ini sering juga disebut sebagai triple therapy. Untuk memulai terapi
eradikasi H. pylori, harus dipastikan dulu bahwa infeksi H.pylori memang merupakan
penyebab penyakit. Pemeriksaan yang dapat dilakukan:

a) Pemeriksaan non-invasif yaitu dengan urea breathe test (UBT), stool antigen
test (SAT) dan serologi antigen H.pylori.
b) Pemeriksaan invasif yaitu dengan endoskopi dapat dilakukan 3 jenis pemeriksaan
yaitu rapid urease test, pemeriksaan histologi dan kultur.

4. Pencegahan
Infeksi H. pylori dapat dihindari dengan menerapkan upaya-upaya pencegahan berikut:

27
a) Cuci tangan dengan sabun, terutama setelah dari toilet atau sebelum makan,
b) bersihkan makanan yang akan dimakan dan masak hingga matang, dan
c) pastikan air minum bersih dan aman.

2.8.6 Treponema Pallidum


Raja singa atau sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual atau IMS yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Umumnya, sifilis adalah penyakit yang diawali dengan luka
di sekitar alat kelamin, dubur, ataupun mulut. Awal kemunculan luka tersebut cenderung tidak
disertai dengan rasa nyeri.
Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah jenis Treponema pallidum.
Bakteri tersebut menginfeksi tubuh manusia melalui luka di alat kelamin, anus, bibir, maupun
mulut. Jenis bakteri ini sangat mudah menular melalui kontak seksual dan selaput lendir luka
pengidapnya.

1. Gejala Penyakit
Gejala penyakit sifilis terdiri dari 4 tahap:
1) Sifilis Primer
Ciri-ciri penyakit sifilis primer ditandai dengan munculnya luka pada alat
kelamin, dubur, bibir, maupun mulut. Munculnya luka tersebut akan terjadi 10 sampai
dengan 90 hari setelah bakteri Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh. Lama
waktu pemulihan sifilis primer yaitu kurang lebih 3 hingga 6 minggu. Namun, bila
sejak muncul luka tidak diobati, hilangnya luka ini justru menandakan infeksi telah
berkembang ke tahap selanjutnya.
2) Sifilis Sekunder
Sifilis sekunder adalah tahapan yang akan terjadi beberapa minggu setelah luka
di sekitar alat kelamin, dubur, bibir, atau mulut menghilang.

a) Flu
b) Sakit kepala
c) Nyeri sendi
d) Demam
e) Merasa lelah secara berlebihan
f) Pembesaran kelenjar getah bening
g) Rambut rontok

28
h) Penurunan berat bada

3) Sifilis Laten
Pada tahapan ini, penderita sifilis tidak mengalami gejala klinis tertentu.
Namun, di 12 bulan pertama sifilis laten terjadi, penderita masih dapat menularkan
infeksinya. Setelah 2 tahun, infeksi tidak dapat menular lagi, meskipun bakteri
penyebab sifilis masih ada di dalam tubuh.
4) Sifilis Tersier
Infeksi sifilis tahap tersier ini merupakan tahapan dalam penyakit sifilis yang
paling berbahaya. Tahap ini biasanya muncul 10 - 30 tahun setelah infeksi primer.
Gejala sifilis tersier umumnya ditandai dengan munculnya gumma atau tumor kecil
pada bagian tubuh tertentu.

Di samping itu, sifilis tersier juga dapat berdampak pada organ tubuh lain, seperti
jantung, otak, mata, hati, serta pembuluh darah.

2. Pemeriksaan
Prosedur medis yang digunakan untuk mendeteksi penyakit sifilis adalah tes TPHA
(Treponema Pallidum Hemagglutination Assay) dan VDRL (Venereal Disease Research
Laboratory).
a) TPHA (Treponema Pallidum Hemagglutination Assay)
Mendeteksi antibodi secara spesifik terhadap T pallidum, TPHA dikombinasi
dengan tes non treponema untuk melihat apakah infeksi aktif atau infeksi lama yang
sudah sembuh
b) VDRL (Venereal Disease Research Laboratory)
Mendeteksi antibodi yang tidak spesifik terhadap T pallidum, tes ini sensitif,
tetapi tidak spesifik, bila hasilnya positif, belum tentu menderita sifilis dan perlu
pemeriksaan lebih lanjut ataupun pemeriksaan ulang

3. Pengobatan
Pengobatan penyakit sifilis dilakukan dengan memberikan antibiotik yang dapat
melawan bakteri penyebab sifilis. Umumnya, antibiotik yang digunakan adalah penisilin.

A. Antibiotik Penisilin

29
Antibiotik penisilin digunakan sebagai obat sifilis jika diagnosis dokter menunjukkan
bahwa sifilis terjadi selama kurang dari setahun, pengobatan penyakit sifilis menggunakan
penisilin dengan suntikan dosis tunggal. Selain itu, obat antibiotik jenis penisilin juga
dapat digunakan untuk mengatasi penyakit sifilis pada ibu hamil.

B. Antibiotik Lainnya
Antibiotik penisilin dapat menyebabkan alergi pada beberapa orang. Bagi mereka
yang alergi terhadap penisilin, dokter biasanya akan memberikan antibiotik jenis lainnya.
Dilansir dari Healthline, mereka yang alergi terhadap penisilin dan mengidap penyakit
sifilis tahap awal dapat mengonsumsi obat antibiotik jenis berikut:

1) Doxycycline
Penggunaan antibiotik doxycycline dapat Anda konsumsi sebanyak 100 mg secara
oral dua kali sehari selama 14 hari untuk sifilis tahap awal. Sedangkan, mereka
yang berada di tahap sifilis laten harus mengonsumsi obat antibiotik jenis
doxycycline selama 28 hari.

2) Tetracycline
Untuk antibiotik jenis tetracycline, pada penderita sifilis tahap awal dapat
mengonsumsi sebanyak 50 mg secara oral setiap 6 jam sekali atau empat kali sehari
selama 2 minggu. Sedangkan, sifilis yang sudah berada pada tahap laten dan
seterusnya harus mengonsumsi antibiotik jenis ini hingga 30 hari atau 1 bulan
penuh.

3) Ceftriaxone
Antibiotik ceftriaxone diberikan sebanyak 1 gram dan diberikan secara intravena,
yaitu pemberian obat melalui injeksi atau infus ke otot atau pembuluh darah.
Pemberian antibiotik jenis ini diberikan sekali sehari dengan rentang waktu 10
sampai 14 hari.

4. Pencegahan

Sifilis yang tidak ditangani dan tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan pada organ
jantung, otak, dan organ lainnya hingga dapat mengancam jiwa penderitanya. Berikut cara-
cara agar terhindar dari penyakit sifilis:

30
a) Gunakan kondom saat berhubungan seksual
Hubungan seksual adalah cara penyebaran penyakit kelamin yang paling umum.
Penggunaan kondom saat berhubungan seksual menjadi upaya untuk mengurangi
risiko penularan penyakit sifilis. Terutama bagi mereka yang aktif secara seksual dan
sering bergonta-ganti pasangan. Jenis kondom berbahan lateks yang banyak
direkomendasikan, karena dianggap cukup kuat dan tidak mudah robek.
b) Menghindari alkohol dan obat obatan terlarang
Mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang dapat menurunkan
kemampuan otak seseorang dalam mengambil keputusan. Hal itu membuat seseorang
tidak bisa memutuskan dengan tegas tindakannya. Alkohol dan obat-obatan terlarang
juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
c) Tidak bergonta ganti pasangan
Melakukan hubungan seksual jangka panjang dengan hanya satu pasangan
merupakan cara efektif untuk menghindari penularan sifilis. Selain itu, hindari juga
untuk berhubungan seksual dengan orang yang suka bergonta-ganti pasangan. Sebab,
hal tersebut dapat menyebabkan Anda tertular penyakit kelamin.
d) Saling terbuka mengenai Riwayat penyakit kelamin
Saling terbuka dengan pasangan mengenai riwayat kehidupan seksual juga
menjadi salah satu cara pencegahan penyakit sifilis. Komunikasi terbuka akan
membantu untuk saling menjaga dan mencari solusi terbaik dalam mengatasi masalah.
e) Berhenti melakukan hubungan seksual dalam beberapa waktu
Jika menemukan luka di area genital Anda atau pasangan, sebaiknya hentikan
untuk berhubungan seksual dalam beberapa waktu karena bakteri sifilis bisa masuk
ke tubuh dan menginfeksi akibat kontak langsung dengan luka tersebut. Pastikan
melakukan perawatan terlebih dahulu hingga dinyatakan sembuh oleh dokter sebelum
melakukan hubungan seksual kembali.

2.8.7 Neisseria Gonorrhoeae


Gonore atau kencing nanah adalah suatu penyakit menular seksual yang dapat terjadi
pada pria maupun wanita. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria
Gonorrhoeae atau Gonococcus yang terbilang sangat menular. Bakteri tersebut berbahaya
karena dapat menyerang bagian dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan
sperma), mata, dan tenggorokan.

31
1. Gejala Penyakit
Infeksi gonore sering tidak menimbulkan gejala, banyak pengidap gonore sering tidak
menyadari jika dirinya sudah terinfeksi. Pada kebanyakan wanita, gangguan ini sering
menimbulkan gejala ringan dan disalahartikan dengan infeksi kandung kemih.

Selain itu, gejala kencing nanah atau Gonorrhea juga dapat muncul pada anggota tubuh
yang lain, antara lain:

a) Dubur: Bakteri yang menginfeksi dubur akan menyebabkan gatal. Gejala lainnya
adalah keluarnya nanah atau bercak darah dari dubur. Beberapa orang juga akan
mengalami kesulitan saat buang air besar.
b) Mata: Bakteri Gonorrhea yang masuk dan menginfeksi mata akan menyebabkan sakit
pada mata. Akibatnya, mengurangi kepekaan mata terhadap cahaya hingga keluarnya
nanah dari mata.
c) Tenggorokan: Bakteri Gonorrhea juga dapat menyerang tenggorokan. Infeksi
tersebut akan menimbulkan rasa sakit pada tenggorokan hingga pembengkakan
kelenjar getah bening di leher.
d) Sendi: Sendi yang terkena infeksi bakteri akan terasa bengkak dan nyeri saat bergerak.

Gejala gonore yang terjadi secara oral adalah:

a) Sakit tenggorokan yang berkepanjangan.


b) Peradangan dan kemerahan di tenggorokan.
c) Pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher.

Gejala pada wanita yang terserang gonore:


a) Sensasi nyeri atau terbakar saat buang air kecil.
b) Peningkatan keputihan.
c) Perdarahan vagina di antara periode.
d) Keluarnya cairan kental berwarna kuning atau hijau dari vagina

Gejala pada pria yang terserang gonore:


a) Sensasi terbakar saat buang air kecil.
b) Keluarnya cairan kuning atau hijau dari penis (kencing nanah).
c) Testis yang terasa nyeri atau bengkak.

32
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan menguji spesimen urine, uretra untuk pria,
endoserviks atau vagina untuk wanita, menggunakan pewarnaan Gram, kultur, dan tes
amplifikasi asam nukleat. Skrining klamidia dan gonore dilakukan melalui tes urine atau
melalui swab di dalam penis atau serviks. Kemudian, sampel tersebut akan dianalisis di
laboratorium. Skrining ini penting dilakukan, karena jika seseorang tidak memiliki tanda
dan gejala, mungkin ia tidak akan menyadari bahwa sudah terinfeksi.
a) Tes darah : Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah infeksi sudah menyebar ke
dalam darah.
b) Pemeriksaan sampel cairan tubuh : Pemeriksaan sampel cairan dari bagian tubuh yang
diduga terkena gonore, seperti cairan vagina, penis, anus, atau tenggorokan, untuk
diperiksa di laboratorium. Tujuannya adalah untuk mendeteksi bakteri penyebab
gonore.
c) Tes sensitivitas antibiotik : Tes ini dilakukan bila antibiotik yang diberikan pada
pasien sudah tidak efektif lagi. Tes ini akan membantu dokter untuk mencari antibiotik
lain yang ampuh dalam mengobati gonore.

3. Pengobatan

Mengobati kencing nanah dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik. Pemberian


antibiotik berguna untuk membunuh bakteri penyebab kencing nanah. Antibiotik yang
diberikan dapat berupa suntikan atau obat oral. Jenis antibiotik yang digunakan untuk
pengobatan Gonore (Gonorrhea) antara lain:

a) Ceftriaxone
b) Amoxicillin
c) Azithromycin
d) Doxycycline
e) Erythromycin
f) Cefixime
4. Pencegahan

a) Gunakan kondom saat berhubungan seksual


Penggunaan kondom saat berhubungan seksual akan mencegah penularan
penyakit seksual, salah satunya Gonorrhea.

33
b) Tidak bergonta-ganti pasangan seksual
Sering berganti pasangan seksual menjadi salah satu penyebab utama dari
penyakit Gonorrhea. Oleh karena itu, kesetiaan terhadap pasangan merupakan
metode yang paling efektif mencegah penyebaran penyakit Gonorrhea.

c) Kenali pasangan seksual Anda


Penting untuk mengenali dan saling terbuka dengan pasangan seksual Anda.
Jika pasangan Anda menunjukkan gejala menyerupai penyakit Gonorrhea.

2.8.8 Salmonella
Infeksi Salmonella atau salmonelosis adalah penyakit infeksi yang menyerang saluran
pencernaan. Penyakit ini terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi bakteri penyebabnya, yaitu bakteri Salmonella. Salmonella adalah kelompok
bakteri pemicu diare dan infeksi di saluran usus manusia. Bakteri ini dapat hidup di saluran
usus hewan yang ditularkan ke manusia melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan.

1. Gejala Penyakit

a) Masa inkubasi adalah 6-72 jam (paling sering 12-36 jam).


b) Terdapat suhu 38-39°C selama kurang lebih 48 jam.
c) Mungkin ada tanda-tanda dehidrasi.
d) Tidak ada ruam khas tifus
e) Pada sebagian besar, gejalanya relatif ringan dan sembuh sendiri.
f) Diare dimulai dengan demam dan kram perut. Diare mengeluarkan darah.
g) Adanya mual / atau muntah. (Perhatikan bahwa diare bukanlah ciri demam tifoid dan
konstipasi biasa terjadi.)
h) Penyakit ini cenderung berlangsung 4-7 hari dan biasanya sembuh total. Dehidrasi
dapat terjadi dan dapat menyebabkan komplikasi pada individu yang lebih rentan.

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik hanya dapat mengukur peningkatan suhu badan pengidap saja. Oleh
karena itu, dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk membantu memastikan diagnosis
a) Pemeriksaan widal ; digunakan untuk mendeteksi bakteri salmonella enterica
(salmonella typhi atau paratyphi) yang mengakibatkan demam tifoid dan paratifoid
melalui reaksi antigen-antibodi. Uji widal positif artinya ada zat anti (antibodi)

34
terhadap kuman salmonella, yang diartikan seseorang pernah berkontak/terinfeksi
kuman salmonella enterica. Pemeriksaan widal dapat pula positif pada kondisi
seseorang yang telah mendapatkan vaksinasi tifoid.
b) Pemeriksaan immunoglobulin M (IgM) Anti-Salmonella ; dilakukan untuk
mendeteksi antibodi IgM terhadap Salmonella typhi yang biasanya muncul 3–4 hari
setelah terjadinya demam. Biasanya, cek ini dilakukan dengan menggunakan dua jenis
merk alat berbeda. Merk Tubex TF mendeteksi IgM Anti Salmonella terhadap antigen
09 S.typhi, sedangkan merk Typhidot mendeteksi IgM Anti Salmonella untuk antigen
50 kDa S.typhi.
3. Pengobatan

Pengobatan atau penanggulangan utama dalam penyakit yang disebabkan oleh


Salmonella Gastroenteritis ialah rehidrasi, Infeksi Salmonella yang ringan biasanya
sembuh dalam 5–7 hari, dan sebagian besar tidak memerlukan perawatan khusus selain
minum banyak cairan. Pada infeksi yang berat, perlu untuk mendapatkan rehidrasi dengan
cairan intravena melalui infus. Obat antibiotik diberikan pada kondisi ini, seperti golongan
ampicillin, kloramfenikol, kotrimoksazol, dan lainnya tergantung kondisi pengidap sesuai
rekomendasi dari dokter.

Obat-obatan antidiare, seperti loperamid sebaiknya dihindari. Walaupun gejala diare


akan berkurang setelah pemberian antidiare, tetapi penggunaan obat ini dapat memperlama
infeksi Salmonella ini. Selain itu obat-obatan lain untuk mengurangi gejala lainnya dapat
diberikan, seperti obat penurun demam dan obat antimual.

4. Pencegahan

Beberapa upaya pencegahan terhadap salmonellosis, meliputi:

a) Mencuci bersih dengan air mengalir bahan-bahan makanan dan alat-alat makan;

b) Memasak makanan dan air untuk minum sampai benar-benar matang


c) Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir segera setelah kontak dengan
hewan-hewan, lingkungan, atau kontak dengan pengidap.

2.8.9 Staphylococcus Aureus


Staphylococcus aureus adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
di tubuh, termasuk kulit. Bakteri ini termasuk dalam kelompok bakteri Staphylococcus, yang

35
juga memiliki 30 jenis bakteri yang berbeda. Umumnya, bakteri ini dapat ditemukan di
permukaan kulit maupun hidung dan tidak menyebabkan terjadinya gangguan apa pun. Bakteri
ini dapat menginfeksi saat ia masuk ke tubuh melalui lapisan kulit yang terbuka akibat luka,
gesekan, atau penyakit lainnya.

1. Gejala Penyakit

Gejala terinfeksi staphylococcus aureus tergantung pada area kulit yang terinfeksi.
Infeksi kulit dari staphylococcus aureus, muncul sebagai area benjolan atau sakit pada kulit
yang dapat menyerupai gigitan serangga.

a) Demam tinggi
b) Nyeri dada
c) Sesak napas
d) Badan berwarna merah
e) Peradangan pada kulit
f) Terdapat cairan nanah
g) Pusing
h) Nyeri otot

2. Pemeriksaan
Isolasi Staphylococcus aureus dilakukan melalui penanaman pada media Mannitol Salt
Agar (MSA), dan Identifikasi dengan pewarnaan Gram, Uji Katalase, Uji gula Mannitol,
Uji Koagulase, Uji Voges-Proskauer.
a) Pewarnaan Gram ; bertujuan untuk mengamati morfologi sel staphylococcus dan
mengetahui kemurnian sel bakteri. Pengecatan Gram merupakan salah satu pewarnaan
yang paling sering digunakan, yang dikembangkan oleh Christian Gram.
b) Uji Katalase ; bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam menghasilkan
enzim katalase, Pemeriksaan ini dilakukan untuk membedakan bakteri Stafilokokus
dengan bakteri Streptokokus.
c) Uji gula Mannitol (MSA) ; merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan memfermentasi mannitol pada Staphylococcus sp.
d) Uji Koagulase ; merupakan suatu pemeriksaan bakteri untuk diferensiasi
Staphylococcus aureus dari spesies Staphylococcus lainnya.

36
e) Uji Voges-Proskauer ; mengevaluasi kemampuan organisme menghasilkan substansi
non asam atau produk akhir netral seperti asetilmetil karbonil dari asam organik
sebagai hasil metabolisme glukosa.

3. Pengobatan

Staphylococcus aureus merupakan bakteri maka pengobatan yang bisa dilakukan


adalah pemberian antibiotic yang dapat diatasi dengan antibiotik minum, Pilihan antibiotik
yang mungkin digunakan untuk mengatasi Staphylococcus aureus:

a) Clindamycin
b) Linezolid
c) Doxycycline
d) Sefalosporin generasi V seperti ceftaroline fosamil
e) Tetracycline
f) Trimethoprim-sulfamethoxazole
g) Vancomycin

4. Pencegahan

Infeksi Staphylococcus aureus dapat dicegah dengan perilaku higienis, seperti:

a) Membersihkan dan menutup luka dengan perban agar tidak terkontaminasi


b) Mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer secara berkala, terutama
selama berada di rumah sakit
c) Mencuci pakaian dengan air panas dan sabun cuci jika memiliki luka di kulit, dan
mengeringkan pakaian dengan menjemurnya langsung di bawah sinar matahari atau
menggunakan alat pengering dengan suhu yang panas
d) Tidak berbagi pakai barang-barang pribadi, seperti handuk, pisau cukur, selimut, dan
peralatan olahraga

2.8.10 Acinetobacter baumannii


Acinetobacter baumannii adalah bakteri gram-negatif yang dapat menyebabkan infeksi
nosokomial pada manusia. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 44 °C, menggunakan berbagai
jenis karbohidrat sebagai sumber nutrisi, dan mampu melekat pada sel epitelial manusia.

37
Acinetobacter baumannii juga diketahui tahan (reisten) terhadap sabun dan antiseptik konven
sional sehingga kontaminasi koloni bakteri ini pada tangan petugas kesehatan mudah terjadi.

1. Gejala Penyakit
Acinetobacter adalah bakteri oportunistik yang menyebabkan berbagai penyakit
berbeda dengan gejala berbeda. Acinetobacter baumannii adalah bakteri yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit, termasuk pneumonia dan meningitis. Jenis kemungkinan
infeksi A. baumannii meliputi:
a) Radang paru-paru
b) Infeksi aliran darah (bakteremia dan sepsis )
c) Meningitis (infeksi atau radang meninges, selaput yang menutupi otak dan sumsum
tulang belakang)
d) Luka dan infeksi tempat operasi, termasuk bakteri "pemakan daging" necrotizing
fasciitis
e) Infeksi saluran kemih (ISK)

2. Pemeriksaan

a) Pulse oximetry : untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah


b) Rontgen dada : Memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru yang
mengalami infeksi atau peradangan.
c) CT scan : Melihat kondisi paru-paru secara lebih detail
d) Tes darah : Memastikan adanya infeksi dan menentukan penyebab infeksi
e) Tes sputum : Mendeteksi kuman penyebab infeksi
f) Kultur cairan pleura : Mengidentifikasi kuman penyebab infeksi
g) Bronkoskopi : Melihat kondisi saluran napas dengan bantuan alat bronkoskop
h) Tes urine : Mengidentifikasi bakteri Legionella pneumophila pada urine

3. Pengobatan
Acinetobacter baumannii yang resistan terhadap berbagai obat diakui sebagai salah satu
basil gram negatif yang resisten terhadap antimikroba yang paling sulit untuk dikendalikan
dan diobati. Bakteri Acinetobacter menjadi sulit dikendalikan karena penularannya
melalui udara dan bertahan hidup di lingkungan yang sangat rusak. Infeksi
Acinetobacter umumnya diobati dengan antibiotik. Untuk mengidentifikasi antibiotik

38
terbaik untuk mengobati infeksi tertentu, Carbapenem adalah antibiotika yang paling
efektif untuk pengobatan Acinetobacter baumannii.

4. Pencegahan

a) menjaga kebersihan tangan agar tidak sakit dan menyebarkan kuman penyebab infeksi.
b) mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbasis
alkohol, terutama sebelum dan sesudah merawat luka atau menyentuh alat Kesehatan.
c) mengingatkan penyedia layanan kesehatan dan pengasuh untuk membersihkan tangan
mereka sebelum menyentuh pasien atau memegang alat medis.
d) izinkan staf layanan kesehatan untuk membersihkan kamar mereka setiap hari saat
berada di lingkungan layanan Kesehatan.

39
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bakteri adalah organisme mikroskopis bersel tunggal yang ada dalam jutaan, disetiap
lingkungan, baik di dalam maupun di luar organisme lain. Beberapa bakteri
berbahaya, tetapi sebagian besar memiliki tujuan yang bermanfaat. Mereka mendukung
banyak bentuk kehidupan, baik tumbuhan maupun hewan, dan mereka digunakan dalam
proses industri dan pengobatan. Bakteri dianggap sebagai organisme pertama yang muncul
di bumi.

Seperti makhluk hidup lainnya, bakteri memiliki struktur morfologi,


pertumbuhan/perkembangan, cara bakteri bereproduksi, dan bakteri memiliki berbagai
macam dan jenisnya yang dapat dapat merugikan system kekebalan tubuh manusia.
Bakteri tidak hanya dapat merugikan bagi manusia, tetapi terdapat juga bakteri yang
memiliki manfaat bagi kehidupan manusia.

H. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang di harapkan untuk dapat terus
meningkatkan berbagai pengetahuan dan wawasan berbagai macam mikroba khususnya
mikroba-mikroba yang dapat merugikan manusia agar dapat menghindari dan mencegah
berbagai mikroba atau bakteri yang menyebabkan berbagai macam penyakit.
Dan hendaknya juga selalu memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam kehidupan sehari-hari karena hal ini sangat penting untuk menjaga
kesehatan diri dan lingkungan tempat tinggal.

40
DAFTAR PUSTAKA

Artati, D., & Oman, M. (2019). Identifikasi Bakteri Melalui Penggunaan Kit Analytical Profile
Index (API) 20E. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur, 17(2), 149–153.
Crawford, J. A., Blank, T. E., & Kaper, J. B. (2002). The LEE-Encoded Type III Secretion
System in EPEC and EHEC: Assembly, Function, and Regulation. Escherichia Coli, 4(1),
337–359. https://doi.org/10.1016/b978-012220751-8/50013-6
Hafsan. (2011). Mikrobiologi Umum (M. K. Mustami (ed.)). Alauddin Press.
Hamida, F., Aliya, L. S., Syafriana, V., & Pratiwi, D. (2019). Escherichia Coli Resisten
Antibiotik Asal Air Keran Di Kampus Istn. Jurnal Kesehatan, 12(1), 63–72.
https://doi.org/10.23917/jk.v12i1.8958
Holderman, M. V., De Queljoe, E., & Rondonuwu, S. B. (2017). Identifikasi Bakteri Pada
Pegangan Eskalator Di Salah Satu Pusat Perbelanjaan Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Sains, 17(1), 13. https://doi.org/10.35799/jis.17.1.2017.14901
Meisky, T., Farida, H., & Firmanti, S. (2013). Faktor Resiko Kolonisasi Streptococcus
pneumoniae Pada Nasofaring Balita. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 2(1), 139079.
Patricia, N. B., . D., & . S. (2020). Efek Pemberian Edukasi Health Belief Model Pada Penderita
Tuberkulosis Paru Terhadap Pengetahuan Dan Persepsi Kepatuhan Pengobatan. Gema
Lingkungan Kesehatan, 18(1), 58–64. https://doi.org/10.36568/kesling.v18i1.1214
Rini, C. S., & Rohmah, J. (2020). BAKTERIOLOGI DASAR (M. Mushlih (ed.)). UMSIDA
Press.
Sari, E. P., & Effendi, A. J. (2014). PADA PENGOLAHAN SLUDGE PRODUCED WATER
HASIL EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN METODE AERATED
STATIC PILE DAN DEGRADASI ANAEROBIK POPULATION DYNAMICS OF
HETEROTROPHS AND AUTOTROPHS BACTERIA ON SLUDGE PRODUCED
WATER TREATMENT OF OIL AND GAS EXPLORATION. 20, 68–77.
Sari, M. (2021). Terapi Tuberkulosis. Jurnal Medika Hutama, 03(01), 1571–1575.
Volk, W. A., & Wheeler, M. F. (1993). Mikrobiologi Dasar (5th ed.). Erlangga.
Zein, umar, Sagala, K. H., & Ginting, J. (2004). ZeinZein. Sumatera Utara, Universitas
Sumatera Utara, 1–15.

41

Anda mungkin juga menyukai