Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MAKALAH

BAKTERI

Dosen pengampu:
Arina Maliya, A.Kep., M.Si.Med
Disusun oleh:
1. Selvia Nur'aini (J210210008)
2. Ira Ayu Ananda (J210210009)
3. Sri Lestari (J210210015)
4. Dinda Marini Putri (J210210041)
5. Dyaz Surya Ananta (J210210042)
6. Agustia Cahyani (J210210052)
7. Arvinda Dwi Nugraheni (J210210056)
8. Uswatun Hasanah (J210210071)
9. Mona Isabella (J210210072)
10. Laili Ulfiyani (J210210073)

PROGDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur marilah kita haturkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ‘BAKTERI’ yang
merupakan tugas kelompok dari mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar :
Patofisiologi.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mensosialisasikan kepada


masyarakat tentang mikroorganisme jenis bakteri. Dalam makalah ini,
penulis mendapat berbagai bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bantuan
dalam penyusunan makalah ini.

Surakarta, 14 Mei 2022

Tim penulis

2
DAFTAR ISI

COVER i

Kata Pengantar ii

DAFTAR ISI iii

BAB I 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Bakteri 3

2.2 Struktur Dan Ciri-ciri Bakteri 4

2.2.1 Struktur Bakteri Eksternal 4

2.2.2 Struktur Bakteri Internal 5

2.2.3 Ciri-ciri Bakteri 5

2.3 Bentuk Bakteri 7

2.3.1 Bentuk Bola 7

2.3.2 Bentuk Batang 7

2.3.3 Bentuk Spiral 8

2.4 Agen Infeksi Bakteri 8

2.4.1 Pengertian Infeksi 8

2.4.2 Infeksi Litik 9

2.4.3 Fase Lisogenik 11

2.5 Reproduksi Bakteri 11

2.5.1 Reproduksi Seksual 12

2.5.2 Reproduksi Aseksual 18

3
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Infeksius Bakteri 20

2.6.1 Faktor Intrinsik 20

2.6.2 Faktor Ekstrinsik 20

2.6.3 Faktor Keperawatan 21

2.6.4 Faktor Mikroba Patogen 21

2.7 Penyakit-penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri 21

2.8 Cara Mencegah Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri 26

BAB III 30

PENUTUP 30

3.1 Kesimpulan 30

3.2 Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang


berarti tongkat atau batang. Bakteri adalah organisme prokariota
uniseluler yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.
Bakteri ditemukan pertama kali oleh ilmuwan Belanda bernama
Anthony van Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian menerbitkan
aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu,
ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang
mempelajari bakteri disebut bakteriologi. Bakteri adalah organisme
yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas dibandingkan
makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang
hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan (Sri Maryati, 2007).

Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada yang


merugikan. Bakteri memiliki ciri yang membedakannya dengan
makhluk hidup lainnya. Bakteri adalah organisme uniseluler,
prokariot, dan umumnya tidak memiliki klorofil. Ukuran tubuh
bakteri bervariasi, dari berdiameter 0,12 mikron sampai yang
panjangnya ratusan mikron. Bakteri dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Bakteri
yang paling renik adalah Mycoplasma yang berukuran 0,12 mikron.
Sebaliknya bakteri terbesar adalah Thiomargarita yang berukuran 200
mikron. Bentuk dasar bakteri beraneka ragam, yaitu kokus (bulat),
basil (batang), dan spirilia (spiral) (Sri Maryati, 2007).

Bakteri banyak sekali disekitar kita, baik baktei yang


menguntungkan dan yang merugikan. Bakteri yang merugikan dapat
macam penyakit, dari penyakit yang biasa saja hingga penyakit yang
sangat berbahaya, sedangkan bakteri yang menguntungkan dapat

1
dimanfaatkan dalam bidang pagan, ditambah lagi dengan kemajuan
iptek yang dapat memanfaatkan bakteri dengan sebaik mungkin.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang bakteri dan agar dapat


dapat bakteri secara lebih mendalam guna pemanfaatannya yang sesuai
agar bakteri dapat dikendalikan secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan


rumusan masalah sebagai berikut ;

1. Apa itu bakteri?


2. Apa saja struktur dan ciri-ciri bakteri?
3. Bagaimana bentuk bakteri?
4. Apa itu agen infeksi bakteri?
5. Bagaimana reproduksi bakteri?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi infeksius bakteri?
7. Apa saja penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri?
8. Bagaimana cara mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang didapat dari rumusan masalah, yaitu:

1. Mengetahui tentang bakteri.


2. Mengetahui struktur dan ciri-ciri bakteri.
3. Mengetahui bentuk bakteri.
4. Mengetahui agen infeksi bakteri.
5. Mengetahui cara reproduksi bakteri.
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi infeksius bakteri.
7. Mengetahui penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
8. Mengetahui cara pencegahan penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Bakteri

Bakteri berasal dari bahasa latin bacterium; jamak: bacteria.


Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran
inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariotik
(bersel tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung
inti. Namun, bakteri memiliki informasi genetik berupa DNA yang
berbentuk sirkuler, panjang, dan bisa disebut nucleoid. Namun,
mampu hidup dimana saja serta berukuran sangat kecil (mikroskopik).
Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi,
terutama sebelum ditemukannya mikroskop.

Menurut klasifikasinya bakteri dibagi menjadi 2 yaitu bakteri


gram positif dan bakteri gram negatif. Beberapa bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif merupakan flora normal pada tubuh manusia.
Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah
tanpa menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Pada kulit
normal biasanya ditempati sekitar 102 - 106 CFU/cm2 bakteri
(Trampuz dan Widmer, 2004). Ada juga sebagian dari bakteri gram
positif dan bakteri gram negative, misalnya Staphylococcus aereus
yang dapat menyebakan penyakit jika mencapai jumlah 1.000.000
atau 106 per gram yang merupakan suatu jumlah yang cukup untuk
memproduksi toksin (Synder, 1988).

Contoh-contoh bakteri

Gambar 2.1.1 ‘Bakteri’

3
Gambar 2.1.2 ‘Macam-macam bakteri’

1.2 Struktur Dan Ciri-ciri Bakteri

1.2.1 Struktur Bakteri Eksternal

1. Glikokaliks (selubung gula)

Substansi yang mengelilingi sel atau digambarkan


sebagai kapsul. Kapsul melindungi bakteri patogen dari
fagositosis sel inang dan pada spesies tertentu berperan pada
virulensi.

2. Flagela

Filamen yang mencuat dari sel bakteri dan berfungsi


untuk pergerakan bakteri.

3. Filamen Aksial ( Endoflagela )

Kumpulan benang yang muncul pada ujung sel


dibawah selaput luar sel dan berpilin membentuk spiral di
sekeliling sel.

4. Fimbria

4
Golongan protein yang disebut lektin yang dapat
mengenali dan terikat pada residu gula khusus pada
polisakarida permukaan sel.

5. Pili

Secara morfologis sama dengan fimbria, umumnya


pili lebih panjang. Pili berperan khusus dalam transfer
molekul genetik (DNA) dari satu bakteri ke bakteri lainnya
pada peristiwa konjugasi.

6. Dinding Sel

Struktur kompleks dan berfungsi sebagai penentu


bentuk sel, pelindung sel dari kemungkinan pecah ketika
tekanan air di dalam sel lebih besar, serta pelindung isi sel dari
perubahan lingkungan di luar sel.

1.2.2 Struktur Bakteri Internal

1. Membran Plasma (Inner Membrane)

Struktur tipis di sebelah dalam dinding sel dan


menutup sitoplasma sel. Membran plasma berfungsi sebagai
sekat selektif material yang ada di dalam dan di luar sel.

2. Ribosom

Daerah yang mengandung bakteri, ribosom yang


berperan pada sintesa protein, badan inklusi yang
merupakan organel penyimpan nutrisi, dan ensdospora (resting
sel) yaitu struktur dengan dinding tebal dan lapisan tambahan
pada dinding sel bakteri yang dibentuk di sebelah dalam
membran sel.

1.2.3 Ciri-ciri Bakteri

Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan


mahluk hidup lain yaitu :

5
1. Organisme uniseluler (bersel tunggal).

2. Hidupnya soliter atau berkoloni.

3. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel).

4. Umumnya tidak memiliki klorofil.

5. Panjang bakteri umumnya 0,5-5 mikron, sedangkan


diameter tubuhnya berkisar 0,1-0,2 mikron (1 mikron= 0,001
mm).

6. Bersifat mikroskopis.

7. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam (basil, kokus,


spirilum, kokobasil, dan vibrio).

8. Hidup bebas maupun parasit (butuh inang).

9. Hidupnya heterotrof (tidak dapat menghasilkan makanan


sendiri).

10. Berkembang biak dengn aseksual dan seksual.

11. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,
kawah atau gambut, dinding selnya tidak mengandung
peptidoglikan (dinding sel yang berbentuk seperti tumbuhan
yang tersusun). Sedangkan yang hidupnya kosmopolit
diberbagai lingkungan, dinding selnya mengandung
peptidoglikan.

12. Saat kondisi tidak menguntungkan, bakteri akan membentuk


endospora yaitu berbentuk kapsul yang digunakan sebagai
perisai terhadap panas dan gangguan alam.

6
Gambar 2.2.3 ‘Struktur Bakteri’

1.3 Bentuk Bakteri

1.3.1 Bentuk Bola

Bakteri bentuk bola dikenal sebagai Coccus, bakteri ini juga


dapat dibedakan atas :

a. Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya


Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab penyakit kencing
nanah.

b. Diplokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang begandengan


dua-dua, misalnya Diplococcus pneumonia sebagai penyebab
penyakit pneumona atau radang paru-paru.

c. Sarkina, yaitu bakteri yang berbentuk bola yang


berkelompok empat- empat sehingga bentuknya mirip
kubus.

d. Streptokokus, yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok


memanjang membentuk rantai.

e. Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni


membentuk sekelompok sel tidak teratur sehingga bentuknya
mirip kumpulan buah anggur.

1.3.2 Bentuk Batang

7
Bakteri berbentuk batang dikenal sebagai basil. Kata basil
berasal dari bacillus yang berarti batang. Bentuk basil dapat pula
dibedakan atas :

a. Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang


tunggal, misalnya salmonella typhi sebagai penyebab penyakit
tifus.

b. Diplobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan


dua-dua.

c. Streptobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan


dengan memanjang membentuk rantai misalnya Bacillus
anthracis sebagai penyebab penyakit antraks.

1.3.3 Bentuk Spiral

Ada tiga macam bentuk spiral:

a. Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral


misalnya Spirillum.

b. Vibrio, ini dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna,


misalnya Vibrio Cholera sebagai penyebab penyakit kolera.

c. Spiroseta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang


bersifat lentur. Pada saat bergerak, tubuhnya dapat
memanjang dan mengerut

1.4 Agen Infeksi Bakteri

1.4.1 Pengertian Infeksi

. Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan


oleh organisme, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Infeksi
bisa terjadi pada satu area saja pada tubuh atau bisa menyebar
melalui darah sehingga menjadi bersifat menyeluruh. Penyakit
infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung dengan individu
yang terinfeksi, gigitan hewan, serta tanah atau air yang

8
terkontaminasi. Penyebaran penyakit ini juga bisa terjadi melalui
kontak tidak langsung, misalnya menyentuh benda yang baru
dipegang oleh orang yang terinfeksi. Penyakit infeksi kadang
menimbulkan gejala ringan yang dapat diatasi dengan perawatan
mandiri di rumah. Namun, beberapa kasus infeksi dapat berbahaya
sehingga memerlukan perawatan intensif.

1.4.2 Infeksi Litik

Siklus litik adalah salah satu siklus yang dianggap


sebagai metode utama dalam reproduksi virus. Saat virus
menginfeksi bakteri (bakteriofag), mereka akan membajak sistem
molekuler sel untuk menghasilkan keturunan. Daur litik diakhiri
dengan pecahnya sel (kematian sel) yang terinfeksi dan kemudian
melepaskan virus peranakan. Pada gilirannya virus baru akan
menyebar dan menginfeksi sel lainnya.

⮚ Tahap tahap siklus litik

1. Absorpsi (perlekatan)

Pada tahap absorpsi, partikel virus (virion) akan


menempelkan ekornya pada permukaan sel yang menjadi
inang. Virus melekat pada reseptor, yaitu protein khusus
pada membran plasma inang yang mengenali virus.

2. Penetrasi

Pada tahap penetrasi, virus akan menembus


membran sel dan masuk ke sitoplasma misalnya dengan
mendegradasi sel menggunakan enzim tertentu.

Setelah dinding sel melemah, materi genetik virus


(DNA) akan meninggalkan kapsid dan disuntikkan ke
dalam inti sel inang. Untuk mencegah terdeteksi oleh
sistem kekebalan, materi genetik ini terkadang bisa
melingkar untuk meniru bakteri.

9
3. Transkripsi

Pada tahap transkripsi, virion akan mengambil


alih proses biologis sel, lalu memulai mekanisme
transkripsi untuk menghasilkan fag (phage) dan protein
yang diperlukan virus untuk melakukan reproduksi.

4. Replikasi atau sintesis

Fase replikasi atau sintesis merupakan fase di


mana sel inang menghasilkan profag (genom) virus
secara terus-menerus melalui tiga tahap:

a Fase replikasi awal: protein virus mencegah


terjadinya pembentukan protein bakteri inang.

b Fase replikasi tengah: nukleat virus ditranskripsi.

c Fase replikasi akhir: kepala dan ekor virus


peranakan diproduksi. Pada fase ini, sel juga dapat
memproduksi komponen virus, yaitu asam nukleat
dan protein, untuk kapsid.

d Perakitan (pematangan)

Fase penyusunan asam nukleat dan protein


virus menjadi virion yang utuh. Virion menjalani
proses pematangan menjadi fag virus dewasa, yang
dilengkapi dengan kepala dan ekor.

5. Fase litik

Fase di mana sel dinding kemudian dipecah


oleh enzim virus. Fase ini menyebabkan tekanan
osmotik yang menyebabkan pecahnya dinding sel
bakteri.

10
Sebagai konsekuensinya, semua virion dewasa
terlepas ke sekelilingnya, dan kemudian menginfeksi
bakteri baru untuk bereplikasi.

1.4.3 Fase Lisogenik

Siklus lisogenik adalah siklus reproduksi virus yang


melibatkan integrasi asam nukleat virus ke dalam genom sel
inang sehingga menciptakan profag (prophage). Virus tidak
menghancurkan sel dalam siklus lisogenik. Bakteri terus hidup dan
bereproduksi secara normal, sementara materi genetik di dalam
profag kemudian ditransmisikan ke sel anak bakteri.

⮚ Tahap tahap siklus lisogenik

1. Absorpsi dan infeksi

Pada tahap absorpsi dan infeksi, virus akan


menempel di tempat yang spesifik pada sel bakteri untuk
melakukan infeksi.

2. Penetrasi

Pada tahap penetrasi, genom virus berintegrasi atau


bergabung ke dalam sel inang.

3. Penggabungan

Pada tahap penggabungan, genom virus bergabung


atau berinteraksi ke dalam genom sel untuk membentuk
profag.

4. Replikasi

Pada tahap replikasi, polimerasi DNA sel inang akan


menyalin kromosom inang. Sel kemudian akan membelah,
sementara kromosom virus ditransmisikan ke sel anak.

11
Genom virus di dalam profag bisa semakin
bertambah apabila sel bakteri terus-menerus mengalami
pembelahan.

1.5 Reproduksi Bakteri

Bakteri dapat melakukan reproduksi dengan dua acara yakni


reproduksi secara aseksual dan reproduksi secara seksual.
Reproduksi bakteri secara seksual dibagi menjadi tiga jenis yaitu,
reproduksi dengan transformasi, reproduksi dengan transduksi, dan
reproduksi dengan konjugasi. Berikut uraian lengkap mengenai
macam – macam reproduksi bakteri.

1.5.1 Reproduksi Seksual

Bakteri berbeda dengan eukariota dalam hal cara


penggabungan DNA yang datang dari dua individu ke dalam satu
sel. Pada eukariota, proses seksual secara meiosis dan fertilisasi
mengkombinasikan DNA dari dua individu ke dalam satu zigot.
Akan tetapi, jenis kelamin yang ada pada eukariota tidak terdapat
pada prokariota. Meiosis dan fertilisasi tidak terjadi, sebaliknya ada
proses lain yang akan mengumpulkan DNA bakteri yang datang dari
individu-individu yang berbeda.

1. Transformasi

Dalam konteks genetika bakteri, transformasi


merupakan perubahan suatu genotype sel bakteri
dengan cara mengambil DNA asing dari
lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada bakteri
Streptococcus pneumoniae yang tidak berbahaya
dapat ditransformasikan menjadi sel-sel penyebab
pneumonia dengan cara mengambil DNA dari
medium yang mengandung sel-sel strain patogenik
yang mati. Transformasi ini terjadi Ketika sel
nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang

12
kebetulan mengandung alel untuk patogenisitas (gen
untuk suatu lapisan sel yang melindungi bakteri dari
system imun inang) alel asing tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam kromosom bakteri
menggantikan alel aslinya untuk kondisi tanpa
pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi genetik –
perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang
(crossing over). Sel yang ditransformasi ini sekarang
memiliki satu kromosom yang mengandung DNA,
yang berasal dari dua sel yang berbeda.

Bertahun-tahun setelah transformasi


ditemukan pada kultur laboratorium. Sebagian besar
ahli biologi percaya bahwa proses tersebut terlalu
jarang dan terlalu kebetulan, sehingga tidak mungkin
memainkan peranan penting pada populasi bakteri
dialam. Akan tetapi, para saintis sejak itu telah
mempelajari bahwa banyak spesies bakteri
dipermukaannya memiliki protein yang terspesialisasi
untuk mengambil DNA dari larutan sekitarnya.
Protein-protein ini secara spesifik hanya mengenali
dan mentransfer DNA dari spesies bakteri yang masih
dekat kekerabatannya. Tidak semua bakteri memiliki
protein membran seperti ini. Contohnya, E. Coli
sepertinya sama sekali tidak memiliki mekanisme
yang terspesialisasi untuk menelan DNA asing.
Walaupun demikian, menempatkan E. Coli di dalam
medium kultur yang mengandung konsentrasi ion
kalsium yang relatif tinggi secara artifisial akan
merangsang sel-sel untuk menelan Sebagian kecil
DNA. Dalam bioteknologi, Teknik ini diaplikasika
untuk memasukkan gen-gen asing ke dalam E. Coli,

13
gen-gen yang mengkode protein yang bermanfaat,
seperti insulin manusia dan hormon pertumbuhan.

2. Transduksi

Pada proses transfer DNA yang disebut


transduksi, faga membawa gen bakteria dari satu
sel inang ke sel inang lainnya. Ada dua bentuk
transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi
khusus. Keduanya dihasilkan dari penyimpangan pada
siklus reproduktif faga.

Diakhir siklus litik faga, molekul asam nukleat


virus dibungkus di dalam kapsid, dan faga lengkapnya
dilepaskan ketika sel inang lisis. Kadangkala
Sebagian kecil dari DNA sel inang yang terdegradasi
menggantikan genom faga. Virus seperti ini cacat
karena tidak memiliki materi genetic sendiri.
Walaupun demikian, setelah pelepasannya dari inang
yang lisis, faga dapat menempel pada bakteri lain dan
menginjeksikan bagian DNA bakteri yang didapatkan
dari sel pertama. Beberapa DNA ini kemudian dapat
menggantikan daerah homolog dari kromosom sel
kedua. Kromosom sel ini sekarang memiliki
kombinasi DNA yang berasal dari dua sel sehingga
rekombinasi genetic telah terjadi. Jenis transduksi ini
disebut dengan transduksi umum karena gen-gen
bakteri ditransfer secara acak. Untuk transduksi
khusus memerlukan infeksi oleh faga temperat, dalam
siklus lisogenik genom faga temperat terintegrasi
sebagai profaga ke dalam kromosom bakeri inang,
disuatu tempat yang spesifik. Kemudian ketika genom
faga dipisahkan dari kromosom, genom faga ini
membawa serta bagian kecil dari DNA bakteri yang

14
berdampingan dengan profaga. Ketika suatu virus
yang membawa DNA bakteri seperti ini menginfeksi
sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi
Bersama-sama dengan genom faga. Transduksi
khusus hanya mentransfer gen-gen tertentu saja, yaitu
gen-gen yang berada didekat tempat profaga pada
kromosom tersebut.

3. Konjugasi dan plasmid

Konjugasi merupakan transfer langsung


materi genetik antara dua sel bakteri yang
berhubungan sementara. Proses ini telah diteliti
secara tuntas pada E. Coli. Transfer DNA adalah
transfer satu arah, yaitu satu sel mendonasi
(menyumbang) DNA, dan “pasangannya” menerima
gen. Donor DNA, disebut sebagai “jantan”,
menggunakan alat yang disebut pili seks untuk
menempel pada resipien (penerima) DNA dan disebut
sebagai “betina”. Kemudian sebuah jembatan
sitoplasmik sementara akan terbentuk diantara kedua
sel tersebut, menyediakan jalan untuk transfer DNA.
Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular, dan
dapat bereplikasi sendiri, yang terpisah dari
kromosom bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti
plasmid f, dapat melakukan penggabungan reversible
ke dalam kromosom sel. Genom faga bereplikasi
secara terpisah didalam sitoplasma selama siklus litik,
dan sebagai bagian integral dari kromosom inang
selama siklus lisogenik. Plasmid hanya memilik
sedikit gen, dan gen-gen ini tidak diperlukan untuk
pertahanan hidup dan reproduksi bakteri pada kondisi
normal. Walaupun demikian, gen-gen dari plasmid ini
dapat memberikan keuntungan bagi bakteri yang

15
hidup dilingkungan yang banyak tekanan. Contohnya,
plasmid f mempermudah rekombinasi genetic, yang
mungkin akan menguntungkan bila perubahan
lingkungan tidak lagi mendukung strain yang ada
didalam populasi bakteri. Plasmid f, terdiri dari
sekitar 25 gen, sebagian besar diperlukan untuk
memproduksi piliseks. Ahli-ahli genetika
menggunakan simbol f+ (dapat diwariskan). Plasmid f
bereplikasi secara sinkron dengan DNA kromosom,
dan pembelahan satu sel f+biasanya menghasilkan
dua keturunan yang semuanya merupakan f+. sel-sel
yang tidak memiliki faktor f diberi simbol f-, dan
mereka berfungsi sebagai recipien DNA (betina)
selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang
“menular” dalam artian sel f+ dapat memindah sel f-
menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut berkonjugasi.
Plasmid f bereplikasi didalam sel jantan, dan sebuah
salinannya ditransfer ke sel betina melalui saluran
konjugasi yang menghubungkan sel -sel tersebut.
Pada perkawinan f+ dengan f- seperti ini, hanya
sebuah plasmid f yang ditransfer. Gen-gen dari
kromosom bakteri tersebut ditransfer selama
konjugasi ketika faktor f dari donor sel tersebut
terintegrasi ke dalam kromosomnya. Sel yang
dilengkapi dengan faktor f dalam kromosomnya
disebut sel Hfr (high frequency of recombination atau
rekombinasi frekuensi tinggi). Sel Hfr tetap berfungsi
sebagai jantan selama konjugasu, mereplikasikan
DNA faktor f dan mentransfer salinannya ke f-
pasangannya. Tetapi sekarang, faktor f ini mengambil
Salinan dari bebrapa DNA kromosom bersamanya.

16
Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu
konjugasi sebelum Salinan dari kromosom Hfr dapat
seluruhnya dipindahkan ke sel f-. Untuk sementara
waktu sel resipien menjadi diploid parsial atau
sebagian, mengandung kromosomnya sendiri
ditambah dengan DNA yang disalin dari sebagian
kromosom donor. Rekombinasi dapat terjadi jika
sebagian DNA yang baru diperoleh ini terletak
berdampingan dengan daerah homolog dari
kromosom f-, segmen DNA dspt dipertukarkan.
Pembelahan biner pada sel ini dapat menghasilkan
sebuah koloni bakteri rekombinan dengan gen-gen
yang berasal dari dua sel yang berbeda, dimana satu
dari strain-strain bakteri tersebut sebenarnya
merupakan Hfr dan yang lainnya adalah f.

Pada tahun 1950-an, pakar-pakar kesehatan


jepang mulai memperhatikan bahwa beberapa
pasienrumah sakit yang menderita akibat disentri
bakteri, yang menyebabkan diare parah, tidak
memberikan respons terhadap antibiotik yang
biasanya efektif untuk pengobatan infeksi jenis ini.
Tampaknya, resistensi terhadap antibiotik ini
perlahan-lahan telah berkembang pada strain-strain
Shigella sp. tertentu, suatu bakteri patogen. Akhirnya,
peneliti mulai mengidentifikasi gen-gen spesifik yang
menimbulkan resistensi antibiotik pada Shigella sp.
dan bakteri patogenik lainnya. Beberapa gen gen
tersebut, mengkode enzim yang secara spesifik
menghancurkan beberapa antibiotik tertentu, seperti
tetrasiklin atau ampisilin. Gen-gen yang memberikan
resistensi ternyata di bawa oleh plasmid. Sekarang
dikenal sebagai plasmid R (R untuk resistensi).

17
Pemaparan suatu populasi bakteri dengan suatu
antibiotik spesifik baik di dalam kultur laboratorium
maupun di dalam organisme inang akan membunuh
bakteri yang sensitif terhadap antibiotik, tetapi hal itu
tidak terjadi pada bakteri yang memiliki plasmid R
yang dapat mengatasi antibiotik. Teori seleksi alam 8
memprediksi bahwa, pada keadaan-keadaan seperti
ini, akan semakin banyak bakteri yang akan mewarisi
gen-gen yang menyebabkan resistensi antibiotik.
Konsekuensi medisnya pun terbaca, yaitu strain
patogen yang resisten semakin lama semakin banyak,
membuat pengobatan infeksi bakteri tertentu menjadi
semakin sulit. Permasalahan tersebut diperparah oleh
kenyataan bahwa plasmid R, seperti plasmid F, dapat
berpindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya
melalui konjugasi.

Gambar 2.5.1 ‘Reproduksi Seksual ’

1.5.2 Reproduksi Aseksual

18
Yang termasuk di dalam reproduksi secara aseksual ini
adalah pembelahan, pembentukan tunas/cabang, dan
pembentukan filamen.

1. Pembelahan

Pada umumnya bakteri berkembang biak


dengan pembelahan biner, artinya pembelahan terjadi
secara langsung, dari satu sel membelah menjadi dua
sel anakan. Masing-masing sel anakan akan
membentuk dua sel anakan lagi, demikian seterusnya.

Proses pembelahan biner diawali dengan


proses replikasi DNA menjadi dua DNA identic, diikuti
pembelahan sitoplasma, dan akhirnya terbentuk dinding
pemisah diantara kedua sel anak bakteri.

2. Pembentukan tunas atau cabang

Bakteri membentuk tunas yang akan


melepaskan diri dan membentuk bakteri baru.
Reproduksi dengan pembentukan cabang didahului
dengan pembentukan tunas yang tumbuh menjadi
cabang dan akhirnya melepaskan diri. Dapat dijumpai
pada bakteri family Streptomycetaceae.

3. Pembentukan filament

Pada pembentukan filamen, sel mengeluarkan


serabut panjang sebagai filamen yang tidak bercabang.
Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filamen,
kemudian filamen terputus-putus menjadi beberapa
bagian. Tiap bagian membentuk bakteri baru.
Dijumpai terutama dalam keadaan abnormal, misalnya
bila bakteri Haemophilus influenza dibiakan pada
pembenihan yang basah.

19
Gambar 2.5.2 ‘Reproduksi Aseksual ’

1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Infeksius Bakteri

1.6.1 Faktor Intrinsik

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Kondisi umum

4. Resiko terapi

5. Adanya penyakit lain

6. Tingkat pendidikan

7. Lamanya masa kerja.

1.6.2 Faktor Ekstrinsik

1. Dokter

20
2. Perawat

3. Penderita lain

4. Bangsal/lingkungan

5. Peralatan

6. Material medis

7. Pengunjung/keluarga

8. Makanan dan minuman.

1.6.3 Faktor Keperawatan

1. Lamanya hari perawatan

2. Menurunnya standar perawatan

3. Padatnya penderita.

1.6.4 Faktor Mikroba Patogen

1. Kemampuan invasi/merusak jaringan,

2. Lamanya paparan.

1.7 Penyakit-penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri

1. Diare

Penyakit ini merupakan penyakit yang dapat


disebabkan oleh virus maupun bakteri.

Beberapa contoh bakteri yang menyebabkan penyakit


ini adalah E. coli, Campylobacter, Clostridium difficile,
Salmonella, atau Shigella ini sering dialami manusia dan
menyebabkan terjadinya infeksi pada sistem pencernaan.

21
Gambar 2.7.1 ‘Bakteri Diare ’

2. Kolera

Penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami


diare secara tiba-tiba dan sering, dehidrasi, mual dan muntah,
serta kram perut. Penyebabnya karena infeksi bakteri Vibrio
cholerae yang memproduksi racun CTX sehingga
menyebabkan tubuh sulit menyerap air dan dikeluarkan dalam
bentuk diare.

Gambar 2.7.2 ‘Bakteri Kolera’

3. Disentri

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Shigella yang


menginfeksi usus sehingga menyebabkan diare yang disertai
darah dan lendir. Bakteri Shigella berasal dari makanan atau
minuman yang kurang bersih.

22
Gambar 2.7.3 ‘Bakteri Disentri’

4. Difteri

Penyakit ini disebabkan karena Corynebacterium


diphtheria yang terhirup melalui udara dan menyerang selaput
lendir pada tenggorokan, hidung, hingga kulit.

Gambar 2.7.4 ‘Bakteri Difteri’

5. Tipes

Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi hingga 40


derajat celcius, sakit perut, sembelit, atau diare. Penyebabnya
adalah bakteri Salmonella typhi yang menyerang sistem
pencernaan dan berasal dari makanan yang terkontaminasi.

23
Gambar 2.7.5 ‘Bakteri Tipes’

6. Tuberkulosis

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis yang menyerang paru-paru, atau juga menyerang
tulang, otak, ginjal, dan kulit. Penyakit ini dapat menular
melalui percikan air liur dari penderita saat batuk dan terhirup
orang lain.

Gambar 2.7.6 ‘Bakteri Tuberkolosis’

7. Kusta

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri


Mycobacterium leprae pada kulit, sistem saraf, selaput lendir,
otot, hingga mata. Akibatnya penderita akan mati rasa dan
tidak merasakan sakit.

24
Gambar 2.7.7 ‘Bakteri Kusta’

8. Tetanus

Penyakit ini ditandai dengan gejala kejang, kekakuan


otot rahang, kesulitan menelan, hingga rahang terkunci.
Penyebabnya berasal dari paparan spora bakteri Clostridium
tetani pada luka kulit (luka bakar, terkena paku berkarat, atau
gigitan hewan).

Gambar 2.7.8 ‘Bakteri Tetanus’

9. Pneumonia

Penyakit ini disebabkan karena infeksi bakteri


Streptococcus pneumoniae yang menyerang paru-paru dan
menyebabkan terjadinya pembengkakan pada kantung udara
paru-paru (alveoli), sehingga berisi cairan nanah yang
menyebabkan batuk berdahak, kesulitan napas, dan demam.

25
Gambar 2.7.9 ‘Bakteri Pneumonia’

10. Meningitis

Penyakit ini bisa disebabkan karena bakteri maupun


virus. Terdapat beberapa jenis bakteri yang menyebabkan
penyakit ini. Beberapa contoh bakteri tersebut adalah
Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,
Haemophilus influenzae, Listeria monocytogenes, dan
Staphylococcus aureus yang menyerang selaput pelindung
otak dan tulang belakang.

Gambar 2.7.10 ‘Bakteri Meningitis’

1.8 Cara Mencegah Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri

Bakteri ada di mana-mana, tetapi beberapa tempat lebih


rawan jadi sarang bakteri. Membersihkan rumah secara rutin tidak
membuat rumah nyaman dihuni, tetapi yang lebih penting adalah

26
untuk membasmi bakteri yang merugikan, yaitu bakteri-bakteri
penyebab penyakit. Kamar mandi dan dapur merupakan dua tempat
yang paling sering dikunjungi di rumah dan sering kali lembap.
Kondisi tersebut ideal bagi bakteri sehingga perlu meluangkan waktu
untuk selalu menjaga kedua tempat tersebut tetap bersih.

Mengutamakan membersihkan tempat-tempat yang paling


umum menjadi persembunyian bakteri di rumah secara rutin.
Kebersihan dapur dan kamar mandi, serta kebiasaan higienis
penghuni rumah membantu mencegah penyakit akibat infeksi
bakteri.

⮚ Bakteri penyebab penyakit pada manusia.

Salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit paling


umum di rumah adalah Salmonela. Bakteri jenis ini bisa
ditemukan pada produk-produk hewani mentah. Jadi, perlu
memperhatikan secara teliti ketika menyimpan daging, ayam,
dan ikan di dalam kulkas dan memastikan bahan-bahan ini
disimpan di wadah yang tertutup rapat agar tidak
mengontaminasi bahan makanan lain di kulkas. Demikian
juga ketika menyimpan masakan. Bakteri bisa berkembang
biak dimasakan yang dibiarkan disuhu ruangan terlalu lama.

Sebagian gejala infeksi bakteri biasanya diawali


dengan sakit perut, mual, muntah, demam, dan dehidrasi.
Ingat bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati
penyakit yang disebabkan bakteri, jadi mari cari tahu tempat-
tempat persembunyian bakteri di rumah.

⮚ Tempat persembunyian bakteri di rumah

Berikut ini beberapa tempat yang mungkin sering


terlewatkan ketika membersihkan rumah:

1. Pegangan pintu.

27
Pintu yang paling sering dipakai di rumah
adalah pintu kamar mandi. Kondisi kamar mandi yang
lembap dan sentuhan banyak tangan menjadikan
pegangan pintu kamar mandi ideal bagi bakteri untuk
berkembang biak.
2. Gelas sikat gigi.
Lagi-lagi ini merupakan tempat yang paling
sering basah. Selain mengganti sikat gigi secara rutin,
cuci juga gelasnya dengan sabun cuci antibakteri.
3. Pegangan laci dan lemari dapur.
Tangan kotor sering kali singgah di pegangan
laci dan lemari dapur. Cara membersihkannya adalah
mengusap dengan cairan pembersih serbaguna untuk
membasmi bakteri sebelum berkembang biak.
4. Meja dapur.
Sisa irisan sayuran, tetesan santan atau
minyak, potongan daging yang tertinggal, semuanya
menjadikan permukaan meja dapur surga bagi bakteri.
Membiasakan untuk membersihkan permukaan meja
dapur setiap usai memasak dan jangan menunda karena
jenis-jenis kuman yang sangat membahayakan kesehatan
cepat berkembang biak di area dapur.
⮚ Cara mencegah infeksi bakteri:
Biasakan mencuci tangan sebelum makan dan
memasak serta setiap kali habis mengunjungi kamar mandi.
Tangan yang terlihat bersih belum tentu bebas bakteri.
Mencuci tangan selama kurang lebih 20 detik dan
mengeringkan tangan dengan lap bersih. Selain itu,
membersihkan bagian rumah yang paling sering dikunjungi,
menggunakan produk pembersih yang ampuh untuk
membersihkan noda sekaligus membunuh bakteri, dan
menggunakan sabun cuci tangan antibakteri.

28
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki


membran inti sel. Namun, bakteri memiliki informasi genetik berupa
DNA yang berbentuk sirkuler, panjang, dan bisa disebut nucleoid.
Akan tetapi, bakteri mampu hidup dimana saja serta berukuran sangat
kecil (mikroskopik). Struktur bakteri terdiri dari struktur bakteri
eksternal dan internal. Bakteri memiliki beberapa bentuk diantaranya
berbentuk bola yang dikenal sebagai coccus, bentuk batang yang
dikenal sebagai basil, dan bentuk spiral. Bakteri dapat melakukan
reproduksi dengan dua cara yaitu reproduksi secara aseksual dan
reproduksi secara seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan
dengan pembelahan, pembentukan tunas atau cabang, dan
pembentukan filament. Sedangkan reproduksi secara seksual
dilakukan dengan transformasi, transduksi, dan konjungsi

2.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini, banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Penulis menyarankan makalah ini
dapat dijadikan referensi untuk penulisan makalah yang lebih spesifik.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Poltekkesjogja. (2011). Bakteri


2. Dosen Pendidikan 2. (2022). Materi Bakteri Kelas 10 Lengkap
3. Poktekkes Denpasar. (2011). Bakteri.
4. dr. Pittara. (2021). Penyakit Infeksi.
5. Nenti Resna. (2021). Penjelasan Siklus Litik dan Siklus Lisogenik
sebagai Daur Reproduksi Virus.
6. Toriq. (2012). Reproduksi Seksual Bakteri.
7. Haryono. (2009). Reproduksi Bakteri.
8. Prinka Bayu Putra. (2022). Bakteri.
9. dr. Ilmia Lidia. (2020). 10 Jenis Penyakit yang Disebabkan Bakteri.
Cleanipedia. (2021). Cara Mencegah Penyakit-penyakit yang
Disebabkan oleh Bakteri.

30

Anda mungkin juga menyukai