BAKTERI
Dosen pengampu:
Arina Maliya, A.Kep., M.Si.Med
Disusun oleh:
1. Selvia Nur'aini (J210210008)
2. Ira Ayu Ananda (J210210009)
3. Sri Lestari (J210210015)
4. Dinda Marini Putri (J210210041)
5. Dyaz Surya Ananta (J210210042)
6. Agustia Cahyani (J210210052)
7. Arvinda Dwi Nugraheni (J210210056)
8. Uswatun Hasanah (J210210071)
9. Mona Isabella (J210210072)
10. Laili Ulfiyani (J210210073)
PROGDI KEPERAWATAN
2022
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur marilah kita haturkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ‘BAKTERI’ yang
merupakan tugas kelompok dari mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar :
Patofisiologi.
Tim penulis
2
DAFTAR ISI
COVER i
Kata Pengantar ii
BAB I 1
1.3 Tujuan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
3
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Infeksius Bakteri 20
BAB III 30
PENUTUP 30
3.1 Kesimpulan 30
3.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
dimanfaatkan dalam bidang pagan, ditambah lagi dengan kemajuan
iptek yang dapat memanfaatkan bakteri dengan sebaik mungkin.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh-contoh bakteri
3
Gambar 2.1.2 ‘Macam-macam bakteri’
2. Flagela
4. Fimbria
4
Golongan protein yang disebut lektin yang dapat
mengenali dan terikat pada residu gula khusus pada
polisakarida permukaan sel.
5. Pili
6. Dinding Sel
2. Ribosom
5
1. Organisme uniseluler (bersel tunggal).
6. Bersifat mikroskopis.
11. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,
kawah atau gambut, dinding selnya tidak mengandung
peptidoglikan (dinding sel yang berbentuk seperti tumbuhan
yang tersusun). Sedangkan yang hidupnya kosmopolit
diberbagai lingkungan, dinding selnya mengandung
peptidoglikan.
6
Gambar 2.2.3 ‘Struktur Bakteri’
7
Bakteri berbentuk batang dikenal sebagai basil. Kata basil
berasal dari bacillus yang berarti batang. Bentuk basil dapat pula
dibedakan atas :
8
terkontaminasi. Penyebaran penyakit ini juga bisa terjadi melalui
kontak tidak langsung, misalnya menyentuh benda yang baru
dipegang oleh orang yang terinfeksi. Penyakit infeksi kadang
menimbulkan gejala ringan yang dapat diatasi dengan perawatan
mandiri di rumah. Namun, beberapa kasus infeksi dapat berbahaya
sehingga memerlukan perawatan intensif.
1. Absorpsi (perlekatan)
2. Penetrasi
9
3. Transkripsi
d Perakitan (pematangan)
5. Fase litik
10
Sebagai konsekuensinya, semua virion dewasa
terlepas ke sekelilingnya, dan kemudian menginfeksi
bakteri baru untuk bereplikasi.
2. Penetrasi
3. Penggabungan
4. Replikasi
11
Genom virus di dalam profag bisa semakin
bertambah apabila sel bakteri terus-menerus mengalami
pembelahan.
1. Transformasi
12
kebetulan mengandung alel untuk patogenisitas (gen
untuk suatu lapisan sel yang melindungi bakteri dari
system imun inang) alel asing tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam kromosom bakteri
menggantikan alel aslinya untuk kondisi tanpa
pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi genetik –
perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang
(crossing over). Sel yang ditransformasi ini sekarang
memiliki satu kromosom yang mengandung DNA,
yang berasal dari dua sel yang berbeda.
13
gen-gen yang mengkode protein yang bermanfaat,
seperti insulin manusia dan hormon pertumbuhan.
2. Transduksi
14
berdampingan dengan profaga. Ketika suatu virus
yang membawa DNA bakteri seperti ini menginfeksi
sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi
Bersama-sama dengan genom faga. Transduksi
khusus hanya mentransfer gen-gen tertentu saja, yaitu
gen-gen yang berada didekat tempat profaga pada
kromosom tersebut.
15
hidup dilingkungan yang banyak tekanan. Contohnya,
plasmid f mempermudah rekombinasi genetic, yang
mungkin akan menguntungkan bila perubahan
lingkungan tidak lagi mendukung strain yang ada
didalam populasi bakteri. Plasmid f, terdiri dari
sekitar 25 gen, sebagian besar diperlukan untuk
memproduksi piliseks. Ahli-ahli genetika
menggunakan simbol f+ (dapat diwariskan). Plasmid f
bereplikasi secara sinkron dengan DNA kromosom,
dan pembelahan satu sel f+biasanya menghasilkan
dua keturunan yang semuanya merupakan f+. sel-sel
yang tidak memiliki faktor f diberi simbol f-, dan
mereka berfungsi sebagai recipien DNA (betina)
selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang
“menular” dalam artian sel f+ dapat memindah sel f-
menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut berkonjugasi.
Plasmid f bereplikasi didalam sel jantan, dan sebuah
salinannya ditransfer ke sel betina melalui saluran
konjugasi yang menghubungkan sel -sel tersebut.
Pada perkawinan f+ dengan f- seperti ini, hanya
sebuah plasmid f yang ditransfer. Gen-gen dari
kromosom bakteri tersebut ditransfer selama
konjugasi ketika faktor f dari donor sel tersebut
terintegrasi ke dalam kromosomnya. Sel yang
dilengkapi dengan faktor f dalam kromosomnya
disebut sel Hfr (high frequency of recombination atau
rekombinasi frekuensi tinggi). Sel Hfr tetap berfungsi
sebagai jantan selama konjugasu, mereplikasikan
DNA faktor f dan mentransfer salinannya ke f-
pasangannya. Tetapi sekarang, faktor f ini mengambil
Salinan dari bebrapa DNA kromosom bersamanya.
16
Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu
konjugasi sebelum Salinan dari kromosom Hfr dapat
seluruhnya dipindahkan ke sel f-. Untuk sementara
waktu sel resipien menjadi diploid parsial atau
sebagian, mengandung kromosomnya sendiri
ditambah dengan DNA yang disalin dari sebagian
kromosom donor. Rekombinasi dapat terjadi jika
sebagian DNA yang baru diperoleh ini terletak
berdampingan dengan daerah homolog dari
kromosom f-, segmen DNA dspt dipertukarkan.
Pembelahan biner pada sel ini dapat menghasilkan
sebuah koloni bakteri rekombinan dengan gen-gen
yang berasal dari dua sel yang berbeda, dimana satu
dari strain-strain bakteri tersebut sebenarnya
merupakan Hfr dan yang lainnya adalah f.
17
Pemaparan suatu populasi bakteri dengan suatu
antibiotik spesifik baik di dalam kultur laboratorium
maupun di dalam organisme inang akan membunuh
bakteri yang sensitif terhadap antibiotik, tetapi hal itu
tidak terjadi pada bakteri yang memiliki plasmid R
yang dapat mengatasi antibiotik. Teori seleksi alam 8
memprediksi bahwa, pada keadaan-keadaan seperti
ini, akan semakin banyak bakteri yang akan mewarisi
gen-gen yang menyebabkan resistensi antibiotik.
Konsekuensi medisnya pun terbaca, yaitu strain
patogen yang resisten semakin lama semakin banyak,
membuat pengobatan infeksi bakteri tertentu menjadi
semakin sulit. Permasalahan tersebut diperparah oleh
kenyataan bahwa plasmid R, seperti plasmid F, dapat
berpindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya
melalui konjugasi.
18
Yang termasuk di dalam reproduksi secara aseksual ini
adalah pembelahan, pembentukan tunas/cabang, dan
pembentukan filamen.
1. Pembelahan
3. Pembentukan filament
19
Gambar 2.5.2 ‘Reproduksi Aseksual ’
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Kondisi umum
4. Resiko terapi
6. Tingkat pendidikan
1. Dokter
20
2. Perawat
3. Penderita lain
4. Bangsal/lingkungan
5. Peralatan
6. Material medis
7. Pengunjung/keluarga
3. Padatnya penderita.
2. Lamanya paparan.
1. Diare
21
Gambar 2.7.1 ‘Bakteri Diare ’
2. Kolera
3. Disentri
22
Gambar 2.7.3 ‘Bakteri Disentri’
4. Difteri
5. Tipes
23
Gambar 2.7.5 ‘Bakteri Tipes’
6. Tuberkulosis
7. Kusta
24
Gambar 2.7.7 ‘Bakteri Kusta’
8. Tetanus
9. Pneumonia
25
Gambar 2.7.9 ‘Bakteri Pneumonia’
10. Meningitis
26
untuk membasmi bakteri yang merugikan, yaitu bakteri-bakteri
penyebab penyakit. Kamar mandi dan dapur merupakan dua tempat
yang paling sering dikunjungi di rumah dan sering kali lembap.
Kondisi tersebut ideal bagi bakteri sehingga perlu meluangkan waktu
untuk selalu menjaga kedua tempat tersebut tetap bersih.
1. Pegangan pintu.
27
Pintu yang paling sering dipakai di rumah
adalah pintu kamar mandi. Kondisi kamar mandi yang
lembap dan sentuhan banyak tangan menjadikan
pegangan pintu kamar mandi ideal bagi bakteri untuk
berkembang biak.
2. Gelas sikat gigi.
Lagi-lagi ini merupakan tempat yang paling
sering basah. Selain mengganti sikat gigi secara rutin,
cuci juga gelasnya dengan sabun cuci antibakteri.
3. Pegangan laci dan lemari dapur.
Tangan kotor sering kali singgah di pegangan
laci dan lemari dapur. Cara membersihkannya adalah
mengusap dengan cairan pembersih serbaguna untuk
membasmi bakteri sebelum berkembang biak.
4. Meja dapur.
Sisa irisan sayuran, tetesan santan atau
minyak, potongan daging yang tertinggal, semuanya
menjadikan permukaan meja dapur surga bagi bakteri.
Membiasakan untuk membersihkan permukaan meja
dapur setiap usai memasak dan jangan menunda karena
jenis-jenis kuman yang sangat membahayakan kesehatan
cepat berkembang biak di area dapur.
⮚ Cara mencegah infeksi bakteri:
Biasakan mencuci tangan sebelum makan dan
memasak serta setiap kali habis mengunjungi kamar mandi.
Tangan yang terlihat bersih belum tentu bebas bakteri.
Mencuci tangan selama kurang lebih 20 detik dan
mengeringkan tangan dengan lap bersih. Selain itu,
membersihkan bagian rumah yang paling sering dikunjungi,
menggunakan produk pembersih yang ampuh untuk
membersihkan noda sekaligus membunuh bakteri, dan
menggunakan sabun cuci tangan antibakteri.
28
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
2.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
30