Anda di halaman 1dari 4

KASUS II

Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah Sakit di
kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain itu bapak-
bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat
badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir
ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang
sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-
kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam karena
kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani Tn. A
melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali
tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya
setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah
diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa
Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn.
A untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A.Perawat menjelaskan tentang kondisi pasien
dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter
terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut
Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi permintaan
keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang dialami oleh
Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.

Pembahasan Kasus
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu didefinisikan
sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi
tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan
memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini
khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak
optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan
pelayanan keperawatan.Dalam Penyelesaian kasus dilema etik perawat yang merawat Tn. A ini
dapat mengambil salah satu kerangka yang dikemukakan oleh Megan. Dengan penyelesaian
sebagai berikut :
1. Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai
berikut:
a. Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang
dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya.
b. Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta
perawat untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan
keluarga takut jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang
c. Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia
harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi
haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau
kondisinya.
2. Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan
etik moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait
dengan penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya.
3. Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat bersama tim
medis yang lain dalam mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun alternative
rencana yang bisa dilakukan antara lain :
a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa
memberikan informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A
saat itu juga, tetapi memilih waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan
situasinya mendukung.Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang
berlebihan ketika mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya
telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat. Namun alternatif ini
memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan informasi yang
dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya
perawat tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya
sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik
keperawatan.
b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui
penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah
didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.Alternatif ini
bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai
pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga
dapat berdampak pada psikologisnya dan proses penyembuhannya. .
Kendala-kendala yang mungkin timbul jika perawat tidak langsung
memberitahu :
1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada
Tn. A.Perawat tersebut harus mendekati keluarga Tn. A dan
menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan
hal tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka
perawat dan tim medis lain bisa menegaskan bahwa mereka tidak
akan bertanggung jawab atas dampak yang terjadi nantinya.Sesuai
dengan Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan bahwa perawat berhak
menolak pihak lain yang memberikan permintaan yang bertentangan
dengan kode etik dan profesi keperawatan.
2) Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang
diberikan perawat.Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar
ketika seseorang sedang mendapatkan permasalahan yang membuat
dia tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan pendekatan-
pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Perawat juga
meminta keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan
tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut. Hal ini
perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn.A diharapkan
dapat menerima kondisinya dan mempunyai semangat untuk sembuh.
4. Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan tim
medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa
diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien
dengan dilema etik harus berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk
membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan
dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989), yang meliputi :
a. Autonomy/ OtonomiPada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi
keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan
keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan hak Tn. A tersebut
untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b. Benefesience/ Kemurahan HatiPrinsip ini mendorong perawat untuk melakukan
sesuatu hal atau tindakan yang baik dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat
bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat untuk Tn.
A dan sangat tidak merugikan Tn. A.
c. Justice/ KeadilanPerawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien.
Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga
mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya secara
jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience/ Tidak merugikanKeputusan yang dibuat perawat tersebut
nantinya tidak menimbulkan kerugian pada Tn. A baik secara fisik ataupun psikis
yang kronis nantinya.
e. Veracity/ Kejujuran Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi Tn. A tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban
dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan Tn.
A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan merasa dihargai dan dipenuhi
haknya.
f. Fedelity/ Menepati JanjiPerawat harus menepati janji yang sudah disepakati
dengan Tn. A sebelum dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa
perawat bersdia akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A
jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi
walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena
ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut nantinya.
g. Confidentiality/ KerahasiaanPerawat berdasarkan prinsip-prinsip moral tersebut
keputusan yang bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih mendukung untuk
alternatif ke-2 yaitu secara langsung memberikan informasi tentang kondisi
pasien setelah hasil pemeriksaan selesai dan didiskusikan dengan semua yang
terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien lebih dihargai dan
dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua alternatif tersebut memiliki
kelemahan masing-masing. Hasil keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai
rencana dengan pendekatan-pendekatan dan caringserta komunikasi terapeutik.
5. Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh
mana Tn. A beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih
denial maka pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap
terus diberikan yang pada intinya membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan
disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.

Anda mungkin juga menyukai