SKENARIO
Dokter andi menerima seorang pasien laki-laki setengah baya, tampak kaheksia,
berjalan tertatih-tatih dan terus batuk di hadapannya. Pasien itu ditemani oleh anak
perempuannya yang kurus. Dokter tersebut enggan melakukan anamnesis dan
langsung memeriksa si pasien. ketika si anak bertanya tentang penyakit ayahnya,
dokter Andi hanya menyarankan minum obat dengan teratur, dan memberikan
resep. Si anak bertanya lagi tentang cara minum obat, tapi dokter Andi
menyarankan bertanya pada tugas apotek tempat mengambil obat. Merasa
diremehkan, sang ayah dan anaknya keluar dari kamar dokter tanpa mengucapkan
salam. Wajah mereka tampak tidak puas.
Merasa diremehkan, sang ayah dan anaknya keluar dari ruang dokter tanpa
mengucapkan salam.
PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1.
2.
Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan kaidah dasar
bioetik,prima facia,( gunakan tabel kriteria KDB).
3.
Bagaimana jika kasus tersebut di atas, kita melihatnya dalam perspektif islam
(Etika Islam).
4.
JAWABAN PERTANYAAN
1.
pada skenario kita dapat mengetahui bahwa dokter tidak menghargai hak-hak
pasien secara keseluruhan dan tidak maksimalisasi pemuasan
kebahagiaan/preferensi pasein, pasien serta anaknya tidak puas dengan pelayanan
yang diberikan dokter Andi .
Non maleficence
pada skenario kita dapat mengetahui bahwa dalam mengobati pasien dokter
sangatlah tidak proporsional dan menghindari misrepresentasi dari pasien.
Justice:
pada skenario kita tidak dapat menentukan justice tidaknya dokter tersebut karena
tidak ada 2 atau lebih hal yang bisa dibandingkan.
Autonomy
2.
Prima Facia
AUTONOMI
Pada skenario pasien tidak mendapatkan haknya secara keseluruhan dimana
dokter enggan melakukan anamnesi dan langsung memeriksanya dan dokter lebih
menyarankan pasien untuk bertanya pada petugas apotek, sehingga pasien merasa
diremehkan dan tidak puas dengan pelayanan dokter.
TABEL KDB (Kaidah dasar bioetik)
1. BENEFICIENCE
2. NONMALEFICIENCE
3. AUTONOMY
4.
JUSTICE
PERSPEKTIF ISLAM
Prinsip niat / intention (qaidat al qasd)
Tiap tindakan dinilai berdasarkan niatnya. Prinsip ini meminta dokter untuk
berkonsultasi dengan hati nuraninya. Seorang dokter dapat melakukan suatu
prosedur dengan alasan mungkin masuk akal namun sesungguhnya memiliki niatan
yang berbeda namun tersembunyi
2
2.
5.
( qaidat al aaadat)
ISU HAM
Amandemen II Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945
menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal. dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
PASAL 2
PASAL 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan semua ilmu dan
keterampilan untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
KESIMPULAN
Bedasarkan hasil diskusi yang kami lakukan khususnya pada scenario 4 kami dapat
menyimpulkan bahwa kaidah dasar bioetik ( KDB) yang paling menonjol dari
skenario tersebut yaitu AUTONOMY yang dimana terdapat banyak pelanggaran
yang dilakukan oleh dokter yaitu tidak menghargai pendapat maupun kedatangan
pasien,misalnya dr. Andy enggan melakukan anamnesis,tidak melakukan informed
consent dokter Andy langsung memberikan resep dan tidak memberi tahu cara
minum obat kepada pasien
KASUS 2
BAB III
KASUS DILEMA ETIK
Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah
Sakit di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari.
Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak
sembuh-sembuh, dan berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A
badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg
dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang sopir truk yang sering pergi
keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2
minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam
karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang
menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada
perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel
darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat
tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil
pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh
perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn.
A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut memanggil
keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dokter
dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan
penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter
terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A.
Keluarga takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan
dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan
kondisi yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk
mendapatkan informasi.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada
dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini
khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan
atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding.
Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional
dan bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien
dan keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai
perawat dalam memenuhi hak-hak pasien salah satunya adalah memberikan
informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi dan penyakitnya.
Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan kesehatan menurut
American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights. Memberikan informasi kepada
pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara pasien dan tenaga kesehatan. Sifat
hubungan ini penting karena merupakan faktor utama dalam menentukan hasil
pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga pasien yang berlawanan dengan
keinginan pasien tersebut maka perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau
solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari
masing-masing alternatif tindakan.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu
memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar
manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak
hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi
semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika perawat melandasi perawat
dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan,
perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya
karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim
medis yang terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan
pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama
antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak
ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan. Berbagai
model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema etik ini
antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan Murphy, model
Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan model Thompson
dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang
merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1.
Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi
dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau
situasi sebagai berikut :
Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit yang
dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya.
Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya berniat
menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan meminta
perawat untuk tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan
keluarga takut jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya sekarang
c. Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana dia
harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi
haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan atau
kondisinya.
2.
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa menimbulkan permasalahan
etik moral jika perawat tersebut tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait
dengan penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien termasuk penyakitnya.
3.
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan
informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan
oleh perawat. Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk
motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani
Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial ataupun
perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A
akan merasa nyaman dengan support yang ada sehingga perawat dan tim medis
akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang
kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat
tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses tim
medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan
informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya
perawat tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah
tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik keperawatan.
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai
pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga dapat
berdampak pada psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A
secara lambat laun mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota
keluarga yang membocorkan informasi, maka Tn. A akan beranggapan bahwa tim
medis terutama perawat dan keluarganya sendiri berbohong kepadanya. Dia bisa
beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau berpikiran bahwa perawat dan
keluarganya merahasiakannya karena ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan
aib yang dapat mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah
yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang akhirnya bisa memperburuk
keadaan Tn. A. Sehingga pemberian informasi secara langsung dan jujur kepada Tn.
A perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
1)
Tn. A
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak ingin Tn. A
frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa ketika Tn.
A tahu dengan sendirinya justru akan mengguncang psikisnya dengan anggapananggapan yang bersifat emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa memperburuk
kondisinya. Perawat tersebut harus mendekati keluarga Tn. A dan menjelaskan
tentang dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan hal tersebut. Jika keluarga
tersebut tetap tidak mengijinkan, maka perawat dan tim medis lain bisa
menegaskan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak yang
terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan
bahwa perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan permintaan yang
bertentangan dengan kode etik dan profesi keperawatan.
2)
Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang
diberikan perawat.
Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang sedang
mendapatkan permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Perawat harus tetap
melakukan pendekatan-pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Perawat
juga meminta keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya dan tidak
menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut. Hal ini perlu proses adaptasi
sehingga lama kelamaan Tn. A diharapkan dapat menerima kondisinya dan
mempunyai semangat untuk sembuh.
4.
Melaksanakan Rencana
Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan
keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka
perawat harus mengutamakan hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi
tentang kondisinya.
b.
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang
baik dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif
diatas mana yang paling baik dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn.
A
c.
Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti
Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak
tersebut yaitu memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai
dengan konteksnya/kondisinya.
d.
Veracity / Kejujuran
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum
dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan
menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah
selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak
seperti yang diharapkan karena ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A
terhadap perawat tersebut nantinya.
g.
Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu
menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan
segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien.
5.
Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana Tn.
A beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka
pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus
diberikan yang pada intinya membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan
disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.
KASUS 3
Pemecahan Dilema Etik dalam Kasus Penderitaan Klien dan Euthanasia Pasif
KASUS :
Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical dilemma).
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan dilema etik banyak
diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan /
pemecahan masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson, 1985).
Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :
Mengidentifikasi konflik
Membuat keputusan
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat
cukup beristirahat.
3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
e.Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan keyakinannya
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi
masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan
pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya
alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri
(relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian dievaluasi
efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan
tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan
klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
DISKUSI :
Suatu intervensi medis yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan klien namun
dapat mengakibatkan kematian klien atau membantu pasien bunuh diri disebut
sebagai euthanasia aktif. Di Indonesia hal ini tidak dibenarkan menurut undangundang, karena tujuan dari euthanasia aktif adalah mempermudah kematian klien.
Sedangkan euthanasia pasif bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
penderitaan klien namun membiarkannya dapat berdampak pada kondisi klien yang
lebih berat bahkan memiliki konsekuensi untuk mempercepat kematian klien.
Walaupun sebagian besar nyeri pada kanker dapat ditatalaksanakan oleh petugas
kesehatan profesional yang telah dilatih dengan manajemen nyeri, namun hal
tersebut tidak dapat membantu sepenuhnya pada penderitaan klien tertentu.
Upaya untuk mengurangi penderitaan nyeri klien mungkin akan mempercepat
kematiannya, namun tujuan utama dari tindakan adalah untuk mengurangi nyeri
dan penderitaan klien.
Euthanasia (Yunani : kematian yang baik) dapat diklasifikasikan menjadi aktif atau
pasif. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang disengaja untuk menyebabkan
kematian seseorang. Euthanasia pasif merupakan tindakan mengurangi ketetapan
dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung
kehidupan lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas kedua
tindakan tersebut kabur bahkan seringkali merupakan yang tidak relevan.
Menurut teori mengenai tindakan yang mengakibatkan dua efek yang berbeda,
diperbolehkan untuk menaikkan derajat/dosis pengobatan untuk mengurangi
penderitaan nyeri klien sekalipun hal tersebut memiliki efek sekunder untuk
mempercepat kematiannya.
DAFTAR PUSTAKA:
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J, (2004), Fundamentals of Nursing
Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line
Taylor C., Lilies C., & Lemone P. (1997), Fundamentals of Nursing, Philadelphia :
Lippincott
KASUS 4
SELEKSI PENERIMAAN POLISI
Tahun 2010 telah diadakan seleksi penerimaan Taruna kepolisian AKPOL,
dan rumah sakit Bayangkara kepolisian ditunjuk sebagai tempat pelaksanaan tes
kesehatan. Sebelumnya telah dibentuk panitia pelaksanaan kesehatan di rumah
sakit tersebut dan dr. Bogel salah satu dokter spesialis interna di rumah sakit
tersebut ditunjuk sebagai panitia pelaksanaannya. Pada hari pemeriksaan pertama
dr. Bogel memeriksa pasien calon Taruna yang bernama Andika pratama, yang
kebetulan keluarga dekat dari dr. Bogel, setelah diperiksa ternyata Andika
menderita penyakit Tuberkulosis / TB, dr. Bogel dihadapkan oleh dua pilihan yaitu
demi kepentingan seleksi penerimaan atau mempertahankan silaturahmi dengan
keluarga calon taruna tersebut yang sebelumnya telah dititipkan oleh orang tuanya
kepada dr. Bogel untuk kelancaran pemeriksaannya. Dr. Bogel kemudian memilih
untuk tidak meluluskan calon taruna tersebut dengan alasan selain sebagai
tuntutan profesi panitia penerimaan, dr. Bogel juga mementingkan keselamatan
calon taruna tersebut, sebab apabila diluluskan itu akan sangat berbahaya bagi
konsisi keselamatan pasien, sebab stamina dan daya tahan tubuh calon taruna
kurang, hal ini tentu berbahaya, mengingat bahwa ini merupakan tes untuk menjadi
polisi yang nantinya akan banyak menggunakan fisik, dan juga dr. Bogel tidak ingin
PERTANYAAN
1.
2.
Dari kasus yang ada , cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik,
Prima fascia, dan Etika Klinik Jonsen Siegler. (gunakan table criteria KDB dan
pertanyaan etik Klinik Jonsen S)
3.
Bagaimana anda melihat kasus ini jika kita melihatnya dalam perspektif Islam
(etika islam)
KALIMAT KUNCI
1.
2.
3.
4.
DILEMA CENTRAL
*
dr. Bogel mengutamakan kesehatan dan keselamatan Andika serta calon
taruna lain atau tetap membiarkan Andika lulus demi tercapainya cita cita Andika.
*
dr. Bogel tetap menjalankan aturan penerimaan taruna atau mengutamakan
hubungan kekeluargaan
KRITERIA
ADA
1)
Mengutamakan altruism yaitu menolong
tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain.
TIDAK
ADA
Analisa
2)
Menjamin nilai pokok harkat dan martabat
manusia.
3)
Memandang pasien / keluarga / sesuatu tak
hanya sejauh menguntungkan dokter.
4)
Mengusahakan agar kebaikan / manfaatnya
lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya.
5)
Paternalism bertanggung jawab / berkasih
sayang .
Dr. Bogel
memegang
kendali, dan
peduli terhadap
kesehatan orang
lain.
6)
7)
Pembatasan goal-based.
8)
Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan /
preferensi pasien.
9)
dr. Bogel
menjalankan
prosedur
kedokteran
dengan baik dan
benar
Tidak dijelaskan
dalam skenario
dr. Bogel
khawatir jika
Andika
diluluskan malah
akan membuat
masalah baru,
yang
membahayakan
orang banyak
Tidak disinggung
dalam skenario
Tidak disinggung
dalam skenario
Tidak disinggung
dalam scenario
Tidak di
singgung dalam
skenario
Tidak di
singgung dalam
scenario
Dr. Bogel
menjalankan
tugasnya
sebagai panitia
penerimaan
calon taruna
kepolisian
dengan benar
2)
Kodisi untuk menggambarkan criteria ini adalah :
pasien dalam amat bernahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup
mencegah bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan
kedokteran tersebut terbukti efektif, manfaat bagi
pasien kerugian dokter atau hanya mengalami risiko
minimal.
3)
ADA
TIDAK
ADA
Analisa
Tidak
disinggung
scenario
Dengan tidak
meluluskan
Andika, dokter
sudah
meminimalkan
akibat yang
lebih buruk
Tidak
disinggung
dalam scenario
4)
Tidak membunuh pasien (tidak melakukan
euthanasia).
Jelas dalam
skenario
5)
Tidak menghina/ mencaci maki, memanfaatkan
pasien.
Dokter
menghargai
pasien sebagai
keluarga
6)
Dokter
melakukan
prosedur
dengan benar
7)
Tidak dibahas
dalam scenario
8)
Dokter
mencegah
pasien dari
bahaya akan
penyakit yang
bisa bertambah
parah
9)
Dr. Bogel
menjelaskan
semua kepada
keluarganya
Tidak
disinggung
dalam scenario
Tidak
disinggung
dalam scenario
Tidak
disinggung
dalam scenario
Tidak dijelaskan
langsung dalam
scenario
AD
A
TIDAK
ADA
Analisa
1)
Menghargai hak menenukan nasib sendiri,
menghargai martabat pasien.
2)
Tidak mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan ( pada kondisi elektif)
Tidak disinggung
dalam scenario
3)
Berterus terang.
4)
Menghargai privasi.
5)
skenario
6)
7)
8)
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten
mengambil keputusan sendiri.
9)
Tidak mengintervensi atau menghalangi
autonomi pasien.
Dokter mengikuti
aturan pemeriksaan
rumah sakit sesuai
dengan standar
kebutuhan AKPOL
Dr. Bogel
menjelaskan dengan
jujur mengenai
penyakit dan hasil
pemeriksaan
Tidak dijelaskan
dalam skenario
ADA
TIDAK
ADA
Analisa
1)
Memberlakukan segala
sesuatu secara universal.
2)
Mengambil porsi terakhir dari
proses membagi yang telah ia
lakukan.
3)
Memberi kesempatan yang
sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama.
4)
Menghargai hak sehat pasien
( affordability, equality,
accessibility, and quality.
5)
Menghargai hak hukum
pasien.
6)
7)
Menjaga kelompok yang
rentan ( yang paling dirugikan)
8)
Tidak melakukan
penyalahgunaan.
Dokter melaksanakan
semua prosedur dengan
benar
9)
Selain demi
kesembuhan Andika
gangguan kesehatan.
PERTANYAAN ETIK
ANALISA
1.
2.
3.
Quality of life
No.
Pertanyaan Etik
Analisa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Patient preferences
No.
Pertanyaan Etik
Analisa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Contextual features
No.
Pertanyaan Etik
Analisa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
pembelajaran terlibat?
9.
PRINSIP ETIKA
ANALISIS
1.
2.
Prinsip kepastian /
Certainty (qaidat al
yaqeen)
3.
4.
Prinsip kesukaran/
difficulty (qaidat al
mashaqqat)
5.
Prinsip kebiasaan /
Custom (qaidat al aadat)
TABEL INDUK
No
.
Masalah
KDB/EKJ/EDI
Kriteria
Analisa
1.
dr. Bogel
mengutamakan
kesehatan dan
keselamatan Andika
serta calon taruna
lain atau tetap
membiarkan Andika
lulus demi
tercapainya cita
cita Andika dan
menjaga hubungan
keluarganya.
Autonomi
A3, dan A7
Beneficence
Nonmaleficence
Justice
Patient
preferences
B2,B3,B4,B5,B6,B7,B
9,B16
N2,N4,N5,N6,N9
J6,J8,J9,J15
Dokter Bogel
mengutamakan kesehatan
dan kesembuhan Andika,
serta menghindari adanya
penularan penyakit
terhadap taruna POLISI
lainnya, dari pada tetap
membiarkan Andika lulus
yang nantinya justru akan
merugikan banyak pihak,
sehingga dokter memilih
keputusan yang terbaik
dan benar.
( beneficence )
3,6,7
Dalam etika kedokteran islam tercantum nilai-nilai bahwa Quran dan Hadits adalah
sumber segala macam etika yang dibutuhkan untuk mencapai hidup bahagia dunia
akhirat. Etika kedokteran mengatur kehidupan, tingkah laku seorang dokter dalam
mengabdikan dirinya terhadap manusia baik yang sakit maupun yang sehat. Etika
kedokteran islam terkumpul dalam Kode Etik Kedokteran Islam yang bernama
Thibbun Nabawi, yang mengatur hubungan dokter dengan orang sakit dan dokter
dengan rekannya.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam scenario diatas, dokter dihadapkan atas dua kondisi yang sangat rumit,
dalam hal ini pengambilan keputusan klinis yang etis ( konsep prima facia ) dengan
memperhatikan prinsip beneficence, autonomy, non maleficence, dan justice.
Dilema etisnya yaitu apakah dokter harus membiarkan Andika ( sebagai calon
taruna ) dan merupakan keluarga dekatnya lulus tes kesehatan, demi memenuhi
permintaan keluarga dan demi cita cita Andika, atau dokter tidak meluluskan
andika dengan berbagai pertimbngan beneficence, yaitu dokter menjaga agar
penyakit andika tidak bertambah parah dan dokter menghindari agar tidak terjadi
penularan yang dapat merugikan banyak pihak dalam hal ini yaitu penularan
kepada taruna kepolisian lainnya, sikap para dokter pasti berbeda, namun dengan
melihat pertimbangan PRIMA FACIE, langkah atau keputusan yang diambil oleh
dokter Bogel itu sudah sangat benar, dan sesuai dengan prosedur, yaitu dengan
mengutamakan lebih banyak kebaikan dari pada keburukannya ( beneficence ).
KASUS 4
OLEH :
FIFIT ERVITA HASIRUDDIN
K1A1 11 007
A. SKENARIO
SELEKSI PENERIMAAN INSTITUD PEMERINTAHAN DALAM NEGERI (IPDN)
Kasus dilema etik yang saya temui adalah pada saat seleksi penerimaan mahasiswa
baru di institud pemerintahan dalam negeri (IPDN). Tempat pelaksanaan tes
dilaksanakan di Rumah Sakit Korem. Dr Z merupakan salah satu dokter yang
ditunjuk sebagai panitia pelaksana dibagian spesialis interna. Pada hari
pemeriksaan pertama dr. Z memeriksa pasien calon peserta yang bernama Fatur
Rahman yang merupakan kemenekan dari dr. Z, setelah diperiksa ternyata Fatur
menderita penyakit Tuberkulosis / TB, dr. Z mengalami kesulitan dalam mengambil
keputusan . ia dihadapkan oleh dua pilihan yaitu menjunjung tinggi amanah yang
diberikan kepadanya sebagai panitia penyeleksi atau amanh yang diberikan oleh
keluarganya atas kelulusan keponakannya tersebut yang dititipkan kepadanya .
Dr. Z kemudian memilih untuk tidak meluluskannya dengan alasan selain sebagai
tuntutan profesinya sebagai panitia pelaksana, dr. Z juga mementingkan
keselamatan keponakannya tersebut, sebab apabila diluluskan itu akan sangat
berbahaya bagi kondisi keselamatannya, sebab stamina dan daya tahan tubuh fatur
sangat kurang, hal ini tentu berbahaya, mengingat bahwa ini merupakan tes yang
nantinya akan banyak menggunakan fisik, dan juga dr. Z tidak ingin penyakit
tersebut menular diantara peserta yang basis pendidikannya adalah asrama.
Meskipun dokter sudah menjelaskan semua kepada keluarganya, dan meminta agar
melakukan pengobatan kepada Fatur, namun keluarga sangat kecewa dengan
keputusan dr. Z.
B. PERTANYAAN
1.
2.
Dari kasus yang ada , cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik,
Prima fascia, dan Etika Klinik Jonsen Siegler. (gunakan table criteria KDB dan
pertanyaan etik Klinik Jonsen S)
3.
Bagaimana anda melihat kasus ini jika kita melihatnya dalam perspektif Islam
(etika islam)
D. KALIMAT KUNCI
1.
2.
3.
4.
E. PEMBAHASAN
1.
Dilema Central
dr. Z mengutamakan kesehatan dan keselamatan Fatur serta calon
taruna lain atau tetap membiarkan Fatur lulus demi tercapainya cita cita Fatur. dr.
Z tetap menjalankan aturan penerimaan taruna atau mengutamakan hubungan
kekeluargaan.
2.
A. BENEFICENCE
Yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan
pasien atau penyediaan keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan tersebut
dengan resiko dan biaya. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk
kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar
daripada sisi buruknya (mudharat).
KRITERIA
ADA
TIDAK ADA
Analisa
1)
Mengutamakan altruism yaitu
menolong tanpa pamrih, rela
berkorban untuk kepentingan orang
lain.
Dr. Z tidak
membantu
permintaan
keluarganya
dr. Z tidak
meluluskan Fatur
demi kebaikan
Fatur dan calon
Taruna lain yang
nantinya tingal di
asrama
3)
Memandang pasien /
keluarga / sesuatu tak hanya
sejauh menguntungkan dokter.
dr. Z tidak
memanfaatkan
kekurangan Fatur
unuk memperoleh
keuntungan,
namun semata
mata untuk
kebaikan
4)
Mengusahakan agar
kebaikan / manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan
keburukannya.
dr. Z tidak
meluluskan Fatur
dengan berbagai
pertimbangan
kebaikan
5)
Paternalism bertanggung
jawab / berkasih sayang .
Dr. Z memegang
kendali, dan peduli
terhadap
kesehatan orang
lain.
6)
dr. z tidak
membiarkan Fatur
yang sedang sakit
untuk mengikuti
pendidikan militer
Menjamin kehidupan-ba
ik-minimal manusia.
7)
Pembatasan goal-based.
dr. Z menjalankan
prosedur
kedokteran dengan
baik dan benar
8)
Maksimalisasi pemuasan
kebahagiaan / preferensi pasien.
9)
Tidak disinggung
dalam scenario
Tidak disinggung
dalam scenario
Tidak disinggung
dalam scenario
Tidak dijelaskan
dalam scenario
dr. Z khawatir jika
Fatur diluluskan
malah akan
membuat masalah
baru, yang
membahayakan
orang banyak
dr. Z lebih
mengutamakan
baik dan buruknya,
bukan tentang
kepuasan pasien
Tidak di singgung
dalam scenario
Tidak di singgung
dalam scenario
Dr. Z menjalankan
tugasnya sebagai
panitia penerimaan
calon taruna IPDN
dengan benar
Kesimpulan : dari daftar tilik pada criteria beneficience yang memenuhi dapat
disimpulkan bahwa dr.Z berusaha untuk melakukan yang terbaik pada pasien
(merupakan keluarga dokter) dengan tidak menutup-nutupi penyakit calon taruna
yang merupakan keluarga dr. Z, karena apabila ditutu-tutupi akan membahayakan
fatur sendiri dan juga calon taruna yang lain .
B. NONMALEFICENCE
Yaitu prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum
non nocereatauabout all do no harm.
KRITERIA
ADA
TIDAK ADA
Analisa
1)
Tidak
disinggung
scenario
2)
Kodisi untuk menggambarkan criteria ini
adalah : pasien dalam amat bernahaya atau
berisiko hilangnya sesuatu yang penting
(gawat), dokter sanggup mencegah bahaya
atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran
tersebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien
kerugian dokter atau hanya mengalami risiko
minimal.
3)
Dengan tidak
meluluskan
Fatur, dokter
sudah
meminimalka
n akibat yang
lebih buruk
4)
Tidak membunuh pasien (tidak melakukan
euthanasia).
Tidak
disinggung
dalam
scenario
Jelas dalam
scenario
5)
Tidak menghina/ mencaci maki,
memanfaatkan pasien.
Dokter
menghargai
pasien
sebagai
keluarga
6)
Tidak memandang pasien hanya sebagai
objek.
Dokter
melakukan
prosedur
dengan benar
7)
8)
Tidak
dibahas
dalam
scenario
Dokter
mencegah
pasien dari
bahaya akan
penyakit
yang bisa
bertambah
parah
9)
Dr. Z
menjelaskan
semua
kepada
keluarganya
Tidak
disinggung
dalam
scenario
Tidak
disinggung
dalam
scenario
Tidak
disinggung
dalam
scenario
Tidak
dijelaskan
langsung
dalam
scenario
Kesimpulan : dari hasil daftar tilik pada kritesia, dr.Z telah melakukan prosedur
pemeriksaan pada fatur dan tetap sesuai dengan aturan dan tidak memandang
pasien hanya sebagai objek yaitu dengan tidak meloloskan Fatur karena penyakit
yang di deritanya .
C. AUTONOMI
Otonomi adalah prinsip yang mengakui hak setiap pribadi untuk memutuskan
sendiri mengenai masalah kesehatannya. Otonom merupakan bentuk kebebasan
bertindak dimana seseorang mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang
ditentukannya sendiri. Otonomi dapat dikatakan merupakan hak atas perlindungan
privacy. Dalam hubungan dokter dengan pasien ada otonomi klinis atau kebebasan
professional dari dokter dan kebebasan terepeutik atau kebebasan diagnostik dari
pasien. Kebebasan profesional adalah hak dokter untuk menyarankan tindakan
terbaik bagi penyakitnya berdasarkan ilmu, keterampilan pengalaman dokter
tersebut. Sedangkan kebebasan terapeutik adalah hak pasien untuk memutuskan
terbaik bagi dirinya dari sejumlah alternatif tindakan yang mungkin dilakukan
setelah mendapatkan informasi yang selngkap-lengkapnya. Informasi meliputi
tindakan yang akan dilakukan, maupun untung rugi dan risikonya, sehingga pasien
atau keluarganya dapat memberikan informed consent atau informed refusal.
Informed consent diperlukan sebagai suatu prinsip moral rasa hormat terhadap
manusia dan kepentingannya sebagai prinsip otonomi. Yang dimaksud informed
consent adalah persetujuan yang diberiakan oleh pasien atau walinya yang berhak
kepada dokter untuk melakukan tindakan medis terhadap pasien sesudah pasien
atau wali itu memperoleh informasi lengkap dan memahami tindakan itu.
KRITERIA
ADA
TIDAK
ADA
1)
Menghargai hak
menenukan nasib sendiri,
menghargai martabat pasien.
2)
Tidak mengintervensi
pasien dalam membuat
keputusan ( pada kondisi elektif)
Analisa
Dr. Z lebih mementingkan
kondisi kesehatan pasien
3)
Berterus terang.
4)
Menghargai privasi.
5)
6)
Menghargai rasionalitas
pasien.
7)
Melaksanakan informed
consent.
Dr. Z memberikan
pejelasan mengenai
diagnose penyakit dan
keputusan pemeriksaan
kepada keluarga Fatur
8)
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri.
9)
Tidak mengintervensi atau
menghalangi autonomi pasien.
Kesimpulan :
dr. Z melakukan inform consent dan berterus terang tentang apa
yang di alami oleh pasien, beserta baik buruknya .
D. JUSTICE
Yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dalam keadilan dalam bersikap
maupun dalam mendistribusikan sumber daya (ditributive justice) atau
pendistribusian dari keuntungan, biaya dan resiko secara adil. Memberi perlakuan
sama untuk setiap orang seperti memberi sumbangan relatif sama terhadap
kebahagiaan dan menunut pengorbanan relatif sama, yang diukur sesuai dengan
kemanpuan mereka.
KRITERIA
ADA
TIDAK
ADA
Analisa
1)
Memberlakukan segala
sesuatu secara universal.
2)
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia
lakukan.
3)
Memberi kesempatan yang
sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama.
4)
Menghargai hak sehat pasien ( affordability, equality,
accessibility, and quality.
5)
Menghargai hak hukum
pasien.
6)
7)
Menjaga kelompok yang
rentan ( yang paling dirugikan)
8)
Tidak melakukan
penyalahgunaan.
Dokter melaksanakan
semua prosedur dengan
benar
9)
Dr. Z mengambil
keputusan dengan
mempertahankan
beneficence
kesimpulan :
dr. Z berusaha untuk menegakkan keadilan dengan tidak meluluskan fatur karena
memang pada dasarnya Fatur tidak ememnuhi syarat untuk lulus. Dan juga keadilan
bagi calon taruna lain untuk tidak tertular penyakit dari Fatur karena telah
diluluskan .
ANALISA
1.
2.
3.
keberhasilannya ?
5
Quality of life
No. Pertanyaan Etik
Analisa
1.
2.
3.
4.
Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, apakah kehidupan pasien
selanjutnya dapat dinilai seperti yang
diharapakan ?
5.
6.
Patient preferences
No. Pertanyaan Etik
1.
Analisa
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Contextual features
No. Pertanyaan Etik
Analisa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
ANALISIS
1.
2.
Prinsip kepastian /
Certainty (qaidat al
yaqeen)
3.
4.
Prinsip kesukaran/
difficulty (qaidat al
mashaqqat)
5.
Prinsip kebiasaan /
Custom (qaidat al aadat)
TABEL INDUK
No.
Masalah
KDB/EKJ/EDI
Kriteria
Analisa
1.
dr. Z
Autonomi
A3, dan A7
mengutamakan
kesehatan dan
keselamatan fatur Beneficence
serta calon taruna
B2,B3,B4,B5,B6,B7,B9,B1
lain atau tetap
6
membiarkan fatur
lulus demi
tercapainya cita Nonmaleficenc
e
cita Fatur dan
menjaga
N2,N4,N5,N6,N9
hubungan
keluarganya.
Justice
Patient
preferences
J6,J8,J9,J15
Dr. Z mengutamakan
kesehatan dan
kesembuhan fatur,
serta menghindari
adanya penularan
penyakit terhadap
taruna IPDN lainnya,
dari pada tetap
membiarkan Fatur
lulus yang nantinya
justru akan
merugikan banyak
pihak, sehingga
dokter memilih
keputusan yang
terbaik dan benar.
( beneficence )
3,6,7
Dalam etika kedokteran islam tercantum nilai-nilai bahwa Quran dan Hadits adalah
sumber segala macam etika yang dibutuhkan untuk mencapai hidup bahagia dunia
akhirat. Etika kedokteran mengatur kehidupan, tingkah laku seorang dokter dalam
mengabdikan dirinya terhadap manusia baik yang sakit maupun yang sehat. Etika
kedokteran islam terkumpul dalam Kode Etik Kedokteran Islam yang bernama
Thibbun Nabawi, yang mengatur hubungan dokter dengan orang sakit dan dokter
dengan rekannya.
3.
Analisa : dalam ayat kita diperintahkan untuk tolong menolong dalam kebajikan .
bukandalam melakukan dosa . tindakan oleh dokter pada kasus sudahlah baik,
karena ia tetap melakukan sesuai dengan prosedur, tidak meoloskan peserta taruna
yang merupakan anggota keluarganya yang telah nyata tidak memnuhi syarat .
Analisa ; bila dikaitkan dengan scenario, yang dilakukan oleh dr. Z adalah benar, ia
tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain atau orang banyak.
Yaitu dengan tidak meloloskan fatur yang mengidap penyakit TBC berarti telah
menyelamatkan calon taruna lain dari tularan penyakit fatur .
v Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). Itulah fithrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu. ( Ar-Rum (30): 30)
Analisa : dalam ayat ini kita diperinyahkan untuk bertindak sesuai dengan tuntunan
Allah, tidak melakukan hal-hal yang melanggar dalam artian ini meloloskan peserta
atas unsure kekluargaan (nepotisme)
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam scenario diatas, dokter dihadapkan atas dua kondisi yang sangat rumit,
dalam hal ini pengambilan keputusan klinis yang etis ( konsep prima facia ) dengan
Daftar Pustaka