KELOMPOK 1
Kasus I
Tn. C berusia 40 tahun. Seeorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri hidupnya
(Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan menjalani dialisis).
Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya.
Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam
Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga
menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak
meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah sakit akhirnya menyerahkan kepada
keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan
Perawat A mendukung dan menghormati keputusan Tn.C yang memilih untuk mati.
Perawat B menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada dirumah sakit tidak mempunyai
hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan
adalah dokter.
Untuk kasus yang diatas perawat manakah yang benar dan apa landasan moralnya?
PEMBAHASAN KASUS I
Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus eutanasia
meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter, dan tiga orang perawat dengan
pendapat yang berbeda yaitu perawat A, B dan C. Tindakan yang diusulkan yaitu perawat A
mendukung keputusan tuan C memilih untuk mati dengan maksud mengurangi penderitaan
tuan C, perawat B tidak menyetujui untuk melakukan eutanasia karena tidak sesui dengan
kebijakan rumah sakit. Dan perawat C mengatakan yang berhak memutuskan adalah dokter.
Penderitaan tuan C dengan kebutaan akibat diabetik, menjalani dialisis dan dalam
kondisi koma menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan tuan C untuk dilakukan
tindakan eutanasia. Konflik yang terjadi adalah pertama, eutanasia akan melanggar peraturan
rumah sakit yang menyatakan kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi
keinginan klien maka akan melanggar hak-hak klien dalam menentukan kehidupannya, ketiga
adalah
1. Setuju dengan perawat A untuk mendukung hak otonomi tuan C tetapi hal inipun harus
dipertimbangkan secara cermat konsekuensinya, sebab dokter dan perawat tidak berhak
menjadi pembunuh meskipun klien memintanya. Konsekuensi dari tindakan ini: hak klien
2. Setuju dengan perawat B karena sesuai dengan prinsip moral avoiding killing.
Konsekuensi dari tindakan ini: klien tetap menderita dan kecewa, klien dan keluarga akan
menuntut rumah sakit, serta beban keluarga terutama biaya perawatan meningkat.
Dengan demikian rumah sakit konsisten dengan peraturan yang telah dibuat
3. Setuju dengan perawat C yang menyerahkan keputusannya pada tim medis atau dokter.
Namun konsekuensinya perawat tidak bertanggung jawab dari tugasnya. Selain itu dokter
juga merupakan staf rumah sakit yang tidak berhak memutuskan kematian klien.
Pada kasus tuan C, yang dapat membuat keputusan adalah manajemen rumah sakit dan
keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang diambil
keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas perawat adalah tetap
Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh tuan C adalah tetap menerapkan asuhan
keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar klien sesuai harkat dan martabatnya
sebagai manusia, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga,
teman terdekat, dan peer group. Selain itu perawat tetap harus menginformasikan setiap
perkembangan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat
tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan
klien Tuan C.
6. Mengambil keputusan yang tepat
Pengambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensinya kepada klien.
Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan
menguntungkan untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil perlu diupayakan
alternatif tindakan yaitu merawat klien sesuai dengan kewenangan dan kewajiban perawat. Jika
tindakan alternatif ini tidak efektif maka melaksanakan keputusan yang telah diputuskan oleh
Seorang pria tua datang ke poliklinik dengan keluhan perdarahan gastrointestinal, dia
mengaku mengkonsumsi alkohol setiap hari , dia kotor dan kasar .dia akan memerlukan beberapa
trasnfusi darah . anda mendonorkan darah kepada palang merah amerika. Apakah hal ini
Anda mendengar perawat lain bahwa mereka tidak mau mendonorkan darah untuk pasien
seperti dia . apakah anda bersimpati dan merasa kasihan pada pasien ini ?
Secara profesional anda dapat bergabung untuk menangani keadaan kritis pada pasien ini.
Temukan saat yang tepat untuk melakukan pengarahan / bertanya padanya untuk membuatnya
merasa bermakna, apakah pasien ini depresi ? banyak lansia yang depresi dan berpaling ke
alkohol . mencari cara untuk mengubah pola hidupnya. Meminta bantuan kepada anda sebagai
pekerja sosial. mengingat dalam pendidikan keperawatan ketika mereka membahas mengingat
bahasa? pasien ini dapat mengambil manfaat dari mengingat masa lalu dan saat pertumbuhan
pribadi layanan agamawan akan sesuai untuk seseorang yang membutuhkan sentuhan terapeutik .
apakah pasien ini mengalami defisit perawatan diri ? ini bisa memberi kontribusi untuk persaan
sedih dan marah, mungkin konsultasi terapi okulpasi bisa membantunya menemukan cara
alternatif untuk memenuhi ADL nya. Mengingat kan diri sendiri mengapa anda menyumbangkan
darah itu adalah untuk menyelamatkan nyawa keduanya. Anda memilih untuk memperbaiki
Pasien Tn. M, umur 60 tahun dengan diagnose dokter suspek syok kardiogenik, dirawat di
icu RSUD “PB” baru beberapa jam, kesadaran koma, terpasang ventilator, obat-obatan sudah
maksimal untuk mempertahankan fungsi jantung dan organ vital lainnya. Urine tidak keluar
sejak pasien masuk icu. Keluarga menginginkan dicabut semua alat bantu yang ada pada pasien.
Penjelasan sudah diberikan kepada keluarga, dokter meminta kesempatan kepada keluarga untuk
mencoba menyelamatkan nyawa pasien, tetapi keluarga tetap pada pendiriannya. Keluarga
menandatangani surat penolakan untuk diteruskannya perawatan di icu dan surat penolakan
dilakukannya tindakan. Akhirnya ventilator dimatikan oleh anak pasien dan semua alat dicabut
dari pasien dengan disaksikan oleh keluarga, dokter dan perawat icu dan pasien meninggal dunia.
Kasus IV
Seorang pasien (72 tahun) sudah tidak bekerja dan tidak mempunyai mata pencaharian lagi,
jatuh sakit. Hidupnya tergantung dari para saudara yang tidak bisa menolong banyak.
Suatu hari dia jatuh pingsan dan dibawa ke suatu rumah sakit dan dimasukkan ke High
Care Unit. Pasien diberikan oksigen. Pemeriksaan laboratorium menujukkan bahwa kedua
ginjalnya sudah tidak berfungsi, sehingga harus dipasang kateter. Setelah dilakukan observasi
beberapa jam, sang dokter menganjurkan memasukkan ke ICU karena perlu diberi bantuan
atas pertimbangan manfaat dan finansial walaupun dirawat di ICU, belum tentu pasien tersebut
akan bisa disembuhkan dan bisa normal kembali seperti sedia kala. Apakah keputusan untuk
menolak ini salah ? Penolakan ini tentu sudah diperhitungkan dan dipikirkan matang-matang.
Suatu hari dirawat diruang HCU dengan obat-obat saja sudah menelan biaya beberapa juta.
Bagaimana jika harus diteruskan di ICU ? pembiayannya akan tidak bisa terbayar dan bagaimna
pemecahannya kelak ? Apakah saudara itu dapat dipersalahkan karena tega tidak mau menolong
saudaranya dengan memasukkan ke ICU ? masalah yang dipertimbangkan : apakah bisa terbayar
biaya-biaya ICU dan obat-obatannya yang mahal itu yang setiap hari harus dikeluarkan? Brapa
lama pasien itu harus dirawat ? Apakah masih bisa dikembalikan kesehatanya seperti semula,
sedangkan umurnya sudah 72 tahun ? seandainya bisa tertolong bagaimana selanjutnnya ? bukan
kah fungsi ginjalnya sudah tidak bekerja ? ini berarti ia harus dilakukan dialisis seminggu dua
kali yang perkalinya kurang lebih berjumlah beberapa ratus ribu rupiah. Bagaimana bissa
membiayainya terus-menerus, sedangkan saudaranya juga orang bekerja dan mana mungkin
membiayai cuci darah disamping mengongkosi rumah tangganya sendiri ?Apa salah jika ia
menolak saudaranya dirawat di ICU ? dan jika ia harus berbaring terus di tempat tidur, buang air
harus ditolong, siapa yang bias mengurusnya dan bagaimana membiayainya ? Rumusan dilema
etik dilema keluarga yang tidak setuju dengan pemasangan ventilator dilema pasien yang ingin
dimasukkan ke ICU dilema keluarga tentang biaya ICU dan obat-obatan yang mahal
Dilema dokter tentang pemasangan ventilator dilema keluarga tentang masa depan pasien.
Suatu hari dia jatuh pingsan dan dibawa ke suatu rumah sakit dan dimasukkan ke High Care
Unit. Pasien diberikan oksigen. kedua ginjalnya sudah tidak berfungsi, sehingga harus dipasang
kateter. Sang dokter menganjurkan memasukkan ke ICU karena perlu diberi bantuan pernafasan
melalui ventilator.
Dokter jaga meminta persetujuan anggota keluarganya. ANALISIS: Pada kasus ini
seorang dokter ingin melakukan yang terbaik buat pasiennya dan tidak ingin lebih memperburuk
keadaan pasien dimana memasukkan pasien ke HCU dan memberikan bantuan oksigen serta
memberikan informasi tentang apa yang yang sebaiknya dilakukan pasien. Menurut JOHNSON
masih bisa dikembalikan kesehatanya seperti semula, sedangkanJ umurnya sudah 72 tahun ?
seandainya bisa tertolong bagaimana selanjutnnya ? bukan kah fungsi ginjalnya sudah tidak
bekerja ? ini berarti ia harus dilakukan dialisis seminggu dua kali yang perkalinya kurang lebih
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=2ah
UKEwjjsLXP9ozlAhUT7HMBHQu_DlAQFjACegQIAhAC&url=https%3A%2F%
2Fcurrikicdn.s3uswest2.amazonaws.com%2Fresourcefiles%2F54d377d1ee049.doc
&usg=AOvVaw03mo8XBr2cZakDhIA04zoG