Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN HAK PASIEN DAN KELUARGA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Mata Kuliah : Health Service Management & Hospital Issues
Dosen Pengampu : Dr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes

Disusun Oleh:
1. Cita Chusnul Chotimah C2C016009
2. Jahdan Hanifullah C2C016014

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Banyaknya kasus kelalaian atau kesalahan medis dan pasien yang
belum memperoleh haknya dalam pelayanan medis merupakan masalah yang
sangat krusial dewasa ini. Berbagai tuntutan atau gugatan terhadap kasus
kelalaian atau kesalahan medis yang terjadi di rumah sakit menandakan
kesadaran dan pemahaman pasien yang terus meningkat. Pasien mulai
memperjuangkan hak mereka jika terjadi pelanggaran hukum dalam
pemberian pelayanan medis.
Sesuai dengan data yang ada pada Ikatan Dokter Indonesia (IDI),
untuk wilayah Jakarta, dalam setiap minggu terdapat satu kali pengaduan
dugaan malpraktik medis yang disampaikan kepada IDI dan sekitar 90%
malpraktik medis tersebut dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit (Gatra,
2001). Pada periode 1998 - 2004, terdapat 306 pengaduan kasus
ketidakpuasan konsumen kesehatan yang disampaikan kepada YPKKI
(Pikiran Rakyat, 2005). Setiap tahun, sedikitnya sepuluh orang melakukan
pengaduan kepada LBH karena tindakan dokter atau petugas kesehatan yang
mengakibatkan kecacatan atau kematian pasien (Banjarmasin Post Cyber
Media, 2004). Untuk mengatasi masalah tersebut telah ditetapkan berbagai
kebijakan dibidang pelayanan medis dalam rangka memberikan perlindungan
pada hak pasien yang antara lain adalah UU Kesehatan dan UU Praktik
Kedokteran, agar tujuan kebijakan tersebut dapat dicapai perlu adanya peran
aktif seluruh pihak.
Menurut Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
pengertian rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap
rumah sakit dalam memberikan layanan kepada masyarakat selalu
memperhatikan mutu dari layanan tersebut. Salah satu indikator untuk

2
mengukur mutu suatu layanan di rumah sakit adalah dengan menggunakan
Standar Akreditasi KARS 2012. Standar akreditasi dalam KARS 2012 terdiri
dari empat kelompok standar yaitu kelompok standar pelayanan berfokus pada
pasien, kelompok standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien
rumah sakit, dan sasaran millennium development goals. (Islamy, 2001). Salah
satu standar dalam KARS 2012 yang dinilai adalah mengenai Hak Pasien dan
Keluarga (HPK).
Hak pasien dan keluarga harus dipenuhi dengan menghormati
kepercayaan dan nilai-nilai, serta memberikan pelayanan dengan penuh
perhatian dan hormat. Standar ini mengemukakan proses untuk
mengindetifikasikan, melindungi, dan meningkatkan hak-hak pasien,
memberitahukan pasien dan keluarga tentang hak mereka, dalam keputusan
tentang pelayanan pasien, mendapatkan persetujuan tindakan (informed
consent), dan mendidik staf tentang hak pasien dan keluarga. Hasil perawatan
akan menjadi lebih baik jika pasien dan bila perlu, keluarganya atau wakil
mereka yang mengambil keputusan bagi mereka, dilibatkan dalam
pengambilan keputusan dan proses perawatan pasien sesuai dengan rasa
budaya mereka. Berdasarkan latar belakang tersebut, hak pasien dan keluarga
dapat lebih diketahui oleh masyarakat luas termasuk praktisi kesehatan
sehingga dapat menekan angka kejadian pengaduan masyarakat kepada LBH
terkait pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana hak pasien dan
keluarga pada fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui hak pasien dan keluarga
pada fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

D. Manfaat
1. Manfaat praktis
Memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi penulis tentang hak
pasien dan keluarga pada fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

3
2. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi pada pembaca tentang hak pasien dan keluarga
pada fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
b. Membantu praktisi kesehatan dalam memahami dan menjalankan
implementasi hak pasien dan keluarga pada fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Akreditasi Rumah Sakit yang dilakukan Komisi Akreditasi Rumah Sakit


versi 2012, menempatkan Hak Pasien dalam bab tersendiri yaitu Bab Hak Pasien
dan Keluarga (HPK). Ada 11 Standar dan 16 Sub Standar dalam bab HPK ini.
Salah satu elemen penilaian di standar 1 HPK adalah rumah sakit menghormati
hak pasien, dan dalam beberapa situasi hak dari keluarganya, untuk mendapatkan
hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja yang berhubungan dengan
pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak lain, dalam situasi
tertentu. Bab ini membahas proses untuk mengidentifikasi, melindungi, dan
meningkatkan hak-hak pasien; memberi informasi kepada pasien tentang hak
mereka; melibatkan keluarga pasien, bila memungkinkan, dalam pengambilan
keputusan mengenai perawatan pasien; mendapatkan informed consent, dan
mendidik staf tentang hak-hak pasien. Informasi lebih lanjut tentang masing-
masing standar dapat dilihat di bawah ini.

HPK.1 Rumah sakit bertanggung jawab memberikan proses yang


mendukung hak-hak pasien dan keluarganya selama dalam pelayanan
Maksud HPK.1 adalah pimpinan rumah sakit harus mengetahui dan
mengerti hak pasien dan keluarganya, serta tanggung-jawab rumah sakit sesuai
undang undang peraturan. Pimpinan mengarahkan untuk memastikan agar seluruh
staf bertanggung jawab melindungi hak tersebut. Rumah sakit menghormati hak
pasien dan dalam beberapa situasi hak istimewa keluarga pasien, untuk
menentukan informasi apa saja yang berhubungan dengan pelayanan yang boleh
disampaikan kepada keluarga atau pihak lain. Adapun elemen penilaian HPK.1
adalah:
HPK.1.1 Perawatan diberikan secara tulus dan menghormati nilai-nilai
serta keyakinan pribadi para pasien.
HPK.1.1.1 Rumah sakit memiliki proses untuk menanggapi permintaan
pasien dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan pastoral atau

5
permintaan serupa yang berhubungan dengan keyakinan agama dan
spiritual mereka.
HPK.1.2 Perawatan diberikan dengan menghormati kebutuhan privasi
pasien.
HPK.1.3 Rumah sakit mengambil langkah-langkah melindungi harta
benda pasien dari pencurian atau hilang.
HPK.1.4 Pasien dilindungi dari penganiayaan fisik.
HPK.1.5 Anak-anak, orang dengan keterbatasan, kaum lanjut usia, dan
mereka yang berisiko mendapatkan perlindungan yang memadai.
HPK.1.6 Informasi tentang pasien bersifat rahasia.

HPK.2 Rumah sakit mendukung hak-hak pasien dan keluarganya untuk


berpartisipasi dalam proses perawatan.
Maksud HPK.2 adalah pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses
pelayanan melalui pembuatan keputusan tentang pelayanan, bertanya tentang
pelayanan dan bahkan menolak prosedur diagnostik dan pengobatan. Rumah sakit
mendukung dan mempromosikan keterlibatan pasien dan keluarganya dalam
semua aspek pelayanan dengan mengembangkan dan mengimpelementasikan
kebijakan dan prosedur yang terkait. Manajemen, staf klinis dan lainnya
berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan dan prosedur tersebut. Semua staf
dilatih untuk pelaksanaan kebijakan dan prosedur dan peran mereka dalam
mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan.
Adapun elemen penilaian HPK.2 adalah:
HPK.2.1 Rumah sakit memberi informasi kepada pasien dan keluarga
dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami, tentang proses
penginformasian kondisi kesehatan dan diagnosis apa pun yang sudah
pasti, bagaimana mereka akan diberi tahu tentang rencana perawatan dan
pengobatan, dan bagaimana mereka bisa berperan serta dalam mengambil
keputusan perawatan sampai sejauh mereka ingin terlibat.
HPK.2.1.1 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang
bagaimana mereka akan diberi informasi tentang hasil perawatan dan

6
pengobatan, termasuk hasil yang tak terduga,dan siapa yang akan
memberitahu mereka.
HPK.2.2 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang hak
dan tanggung jawab mereka terkait dengan penolakan atau penghentian
pengobatan.
HPK.2.3 Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk
tidak memberikan pernapasan buatan; dan meneruskan atau menghentikan
perawatan yang mempertahankan denyut kehidupan.
HPK.2.4 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan
asesmen dan pengelolaan rasa sakit yang tepat.
HPK.2.5 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan
perawatan penuh rasa hormat dan kasih sayang menjelang akhir
kehidupannya.

HPK.3 Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya


mengenai proses menerima dan bertindak terhadap keluhan, konflik dan
perbedaan pendapat tentang pelayanan pasien dan hak pasien untuk
berpartisipasi dalam proses ini.
Maksud HPK.3 adalah pasien mempunyai hak untuk menyampaikan
keluhan tentang pelayanan mereka, dan keluhan tersebut ditelaah, bila mungkin
diselesaikan. Juga, keputusan mengenai pelayanan kadang-kadang menimbulkan
pertanyaan, konflik atau dilema lain bagi rumah sakit dan pasien, keluarga atau
pembuat keputusan lainnya. Dilema ini dapat timbul dari masalah akses,
pengobatan atau pemulangan pasien. Dilema tersebut sulit diselesaikan jika
menyangkut, misalnya masalah penolakan pelayanan resusitasi atau pengobatan
bantuan hidup dasar. Rumah sakit telah menetapkan cara-cara mencari solusi
terhadap dilema dan keluhan tersebut. Rumah sakit mengidentifikasi dalam
kebijakan dan prosedur, siapa yang perlu dilibatkan dalam proses dan bagaimana
pasien dan keluarganya ikut berpartisipasi.

7
HPK.4 Staf rumah sakit dididik tentang peran mereka dalam
mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan.
Maksud HPK.4 adalah rumah sakit mendidik semua staf tentang hak
pasien dan keluarganya. Pendidikan membuat staf dapat menerima nilai dan
kepercayaan yang berbeda dari pasien. Pendidikan tersebut termasuk bagaimana
staf ikut serta dalam mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien dan
bagaimana mereka menghargai nilai dan kepercayaan tersebut dalam proses
pelayanan.

HPK.5 Setiap pasien dijelaskan mengenai hak mereka dengan cara dan
bahasa yang dapat mereka pahami.
Maksud HPK.5 adalah masuk sebagai pasien rawat inap atau terdaftar
sebagai pasien rawat jalan di rumah sakit dapat membuat pasien takut dan
bingung sehingga mereka sulit memahami hak dan bertindak sesuai dengan
tanggung jawab mereka. Oleh karena itu, rumah sakit menyediakan pernyataan
tertulis hak dan tanggung jawab pasien dan keluarganya yang diberikan kepada
pasien pada saat masuk rawat inap atau didaftar sebagai pasien rawat jalan dan
tersedia pada setiap kunjungan atau selama dirawat, misalnya pernyataan tersebut
dapat dipasang di salah satu sudut ruangan rumah sakit. Pernyataan ini
disesuaikan dengan umur, pemahaman, dan bahasa pasien. Bila komunikasi
tertulis tidak elektif atau tidak sesuai, pasien dan keluarganya diberi penjelasan
tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan bahasa dan cara yang tepat.

HPK.6 Pernyataan persetujuan (informed consent) dari pasien didapat


melalui suatu proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf
yang terlatih.
Maksud HPK.6 adalah salah satu cara melibatkan pasien dalam
pengambilan keputusan tentang pelayanan kepada pasien adalah dengan
memperoleh informed consent. Untuk mendapat persetujuan, pasien harus
diberikan penjelasan tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan yang telah
direncanakan, terkait dengan keputusan persetujuan tersebut. Informed consent
dapat diperoleh pada berbagai waktu dalam proses pelayanan, misalnya ketika

8
pasien masuk rawat inap dan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu
yang berisiko tinggi. Proses meminta persetujuan jelas ditetapkan rumah sakit
dalam kebijakan dan prosedur, yang mengacu kepada undang-undang dan
peraturan yang berlaku. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes, prosedur atau
tindakan dan pengobatan mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana
mereka dapat membedakan persetujuan (misalnya secara lisan, atau dengan
menandatangani formulir persetujuan, atau dengan cara lain). Pasien dan
keluarganya memahami siapa yang dapat, selain pasien, memberikan persetujuan.
Staf yang ditugaskan telah dilatih memberikan penjelasan dan mendapatkan
dokumen persetujuan tersebut.

HPK.7 Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya


tentang bagaimana cara mendapatkan akses ke penelitian klinik,
pemeriksaan/investigasi atau clinical trial yang melibatkan manusia sebagai
subjek.
Maksud HPK.7 adalah praktisi yang melakukan penelitian,
pemeriksaan/investigasi atau clinical trial yang melibatkan manusia sebagai
subjek menyediakan keterangan kepada pasien dan keluarganya tentang
bagaimana cara mendapatkan akses ke aktivitas tersebut bila relevan dengan
kebutuhan pengobatannya. Bila pasien diminta untuk berpartisipasi, mereka
memerlukan penjelasan yang dapat dijadikan dasar bagi keputusan mereka.
Informasi tersebut meliputi manfaat yang diharapkan, potensi ketidaknyamanan
dan risiko, alternatif yang dapat menolong mereka, dan prosedur yang harus
diikuti. Pasien dijelaskan bahwa mereka dapat menolak untuk berpartisipasi atau
mengundurkan diri dan penolakan atau pengunduran diri tersebut tidak akan
menutup akses mereka terhadap pelayanan rumah sakit. Rumah sakit mempunyai
kebijakan dan prosedur informasi tentang hal ini.

HPK.8 Informed consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam


penelitian klinis, pemeriksaan/investiasi dan percobaan,
Maksud HPK.8 adalah bila pasien dan keluarganya memutuskan
berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan atau clinical trial, informed

9
consent harus ada. Informasi yang diberikan paa saat keputusan ikut dibuat
menjadi dasar untuk informed consent. Individu yang memberikan penjelasan dan
mendapatkan persetujuan dicatat dalam rekam medis pasien.

HPK.9 Rumah Sakit mempunyai sebuah komite atau mekanisme lain untuk
melakukan pengawasan atas semua penelitian di rumah sakit tersebut yang
melibatkan manusia sebagai subjeknya.
Maksud HPK.9 adalah bila rumah sakit melakukan penelitian klinis,
investigasi atau trial yang melibatkan pasien sebagai subjeknya, maka ditetapkan
komite atau suatu mekanisme lain yang melakukan pengawasan atas seluruh
kegiatan tersebut. Rumah sakit membuat pernyataan tentang maksud pengawasan
kegiatan tersebut, Pengawasan kegiatan tersebut termasuk penelaah prosedur
seluruh protocol penelitian, prosedur menimbang risiko relatif dan manfaat bagi
subjek, prosedur yang terkait dengan kerahasiaan dan keamanan atas informasi
penelitian.

HPK.10 Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan


keluarganya tentang bagaimana memilih untuk menyumbangkan organ dan
jaringan tubuh lainnya.
Maksud HPK.10 adalah rumah sakit mendukung pilihan pasien dan
keluarganya untuk menyumbangkan organ dan jaringan tubuh lainnya untuk
penelitian atau transplantasi. Informasi disediakan selama proses donasi dan
rumah sakit merupakan tempat untuk mendapatkannya, bagi masyarakat, regional
atau nasional.

HPK.11 Rumah sakit menyediakan pengawasan terhadap pengambilan dan


transplantasi organ dan jaringan.
Maksud HPK.11 adalah kebijakan dan prosedur dikembangkan sebagai
panduan dari proses mendapatkan dan mendonasi dan transplantasi. Kebijakan
tersebut harus konsisten dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan
menghargai keyakinan dan budaya yang dianut masyarakat. Staf rumah sakit juga

10
dilatih dalam perhatian dan isu kontemporer yang berkaitan dengan donasi organ
dan ketersediaan organ.
Adapun hak pasien yang tertuang dalam UU No 44 / 2009 tentang
Rumah Sakit (Pasal 32 UU 44/2009) menyebutkan bahwa setiap pasien
mempunyai hak sebagai berikut:
Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional.
Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi;
Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit. Meminta konsultasi tentang
penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion) yang
memiliki Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah
sakit.
Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit.

11
Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya.
Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana.
Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Sementara itu, ada kewajiban yang perlu dipenuhi oleh pasien yang diatur
dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yang meliputi:
Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.
Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Dalam pelaksanaannya, masih banyak pasien yang belum memahami
hak dan kewajiban ini, misalnya jika pasien ragu-ragu tentang penyakitnya, ia
berhak mencari second opinion dan boleh bertanya ke dokter lain. Tentu saja
dokter yang kompeten terhadap penyakitnya. Begitu juga dengan hak-hak pasien
yang lain, pasien juga berhak mendapat pelayanan yang layak yang
terstandarisasi. Informasi tentang hak dan kewajiban pasien ini dilakukan dengan
memberikan penjelasan secara lisan oleh para petugas dan formulir tertulis yang
dapat dipelajari oleh pasien dan keluarga. Disamping informasi lisan, dapat juga
disiapkan satu formulir yang berisi catatan tentang hak-hak pasien yang diberikan
kepada setiap pasien yang masuk rawat inap. Sementara itu, untuk pasien rawat
jalan, diberikan informasi melalui poster sehingga para pasien mengerti hak-
haknya di rumah sakit. Apabila pasien merasa ada hak-haknya dilanggar silakan
dikomunikasikan dengan rumah sakit supaya rumah sakit dapat memberikan
penjelasan, informasi maupun perbaikan perlakuan.

12
BAB III
PENUTUP

Perkembangan dan adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan


kesehatan yang komprehensif dapat menjadi peluang sekaligus merupakan
tantangan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan kompetensinya. Adanya Hak
Pasien dan Keluarga merupakan pelayanan utama di Rumah Sakit karena dengan
mengerti dan memahami Hak Pasien dan Keluarga maka pemberian pelayanan
akan sesuai dengan standar. Untuk itu perlunya melakukan sosialisasi dengan
menggunakan pedoman dan petunjuk yang telah dibuat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ameln, F., 2009, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta.

Banjarmasin Post Cyber Media, 13 Oktober 2004. Belajar Dari Negeri Orang.
Banjarmasin Post Cyber Media.

Dwidjowijoto, Riant Nugroho, 2006, Kebijakan Publik untuk Negara-Negara


Berkembang, Alex Media Komputindo, Jakarta.

Islamy, Irfan, M, 2001, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi


Aksara, Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131 Tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Koeswadji, Hermien Hadiati, 2008. Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan


Hukum Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), Citra Aditya
Bakti, Bandung.

Pikiran Rakyat Cyber Media, 30 April 2005, Malapraktik Meningkat, 206 Kasus
Menanti LBH: Gugatan Sebagian Besar Diajukan Pasien Keluarga
Miskin. Pikiran Rakyat Cyber Media.

Soekanto, Soerjono, Herkutanto, 2007, Pengantar Hukum Kesehatan, Remadja


Karya CV, Bandung.

14

Anda mungkin juga menyukai