Anda di halaman 1dari 51

HUBUNGAN PEMAHAMAN PEMBELAJARAN DARING

TERHADAP CEMAS MAHASISWA PADA MASA COVID 19


DI STIKES ST. ELISABETH SEMARANG

THE RELATIONSHIP OF ONLINE LEARNING UNDERSTANDING


TOWARDS STUDENT'S ANXIETY DURING COVID 19
AT ST. ELISABETH SEMARANG

PROPOSAL
Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan

ANGGA ISWARA
201411008

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
2021

61
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
Penulisan proposal penelitian ini yang berjudul “Hubungan Pemahaman
Pembelajaran Daring Terhadap Cemas Mahasiswa Pada Masa Covid-19 di Stikes
St. Elisabeth Semarang”. Proposal penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk
memenuhi salah satu syarat tugas akhir. Penyusun menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan hingga
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliiti untuk menyelesaikan
proposal ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Se. Emirensiana Anu Nono, S.Kep, Ns., MAN; selaku Ketua STIKES St.
Elisabeth Semarang.
2. Nila Titis Asrining Tyas, S.Kep, Ns., MAN; selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES St. Elisabeth Semarang.
3. Suhadi, S.Kep, Ns., M.Kep, Sp. Kep.Kom; selaku Dosen pembimbing
pertama yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan peneliti dalam penyusunan proposal ini.
4. dr. Hesti Anggaini, Sp. Kj; selaku Dosen pembimbing kedua yang telah
meneydiakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penyusun dalam
penyusunan proposal ini.
5. H. Agung Pambudi, S.Kep, Ns., M.Kep; selaku penguji yang telah berkenan
menguji proposal ini.
6. Keluarga yang selalu mensupport bantuan dan dukungan baik material, moral
dan spiritual.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung peneliti selama menempuh studi.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan, oleh


karena itu sumbang saran dan  kritik  dari para dosen serta pembaca lainnya akan

2
peneliti terima dengan senang hati demi perbaikan di masa mendatang. Peneliti
berharap penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat dan memberikan
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Peneliti tak lupa mohon maaf
yang sebesar-besarnya apabila selama menempuh pendidikan maupun dalam
pergaulan sehari-hari ada hal-hal yang kurang berkenan. Semoga Tuhan
melimpahkan berkat dan kemurahan-Nya kepada kita semua.

Semarang, 20 juni 2021

Angga Iswara

3
DAFTAR ISI

JUDUL...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................5
B. Rumusan Masalah ............................................................................................9
C. Tujuan ..............................................................................................................9
D. Manfaat...........................................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pembelajaran Daring.......................................................................................12
1. Definisi Pembelajaran..............................................................................12
2. Definisi Pembelajaran Daring.................................................................13
3. Karakteristik/ciri-ciri Pembelajaran Daring/ E-Learning........................13
4. Kelebihan Kuliah Daring.........................................................................15
5. Kelemahan Kuliah Daring.......................................................................17
B. Cemas..............................................................................................................18
1. Pengertian................................................................................................19
2. Epidemiologi...........................................................................................20
3. Klasifikasi Gejala Cemas.........................................................................20
4. Etiologi....................................................................................................21
5. Mekanisme Koping..................................................................................24
6. Penatalaksanaan Kecemasan...................................................................27
C. Kerangka Teori...............................................................................................31

BAB III METODE PENELITIAN


A. Kerangka Konsep............................................................................................34
B. Hipotesis..........................................................................................................34
C. Desain Penelitian.............................................................................................35
D. Populasi dan Sampel.......................................................................................35
E. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................37
F. Variabel dan Definisi Operasional .................................................................37
G. Alat dan Bahan Peneliian................................................................................38
H. Prosedur Pengumpulan Data...........................................................................38
I. Analisis Data...................................................................................................39
J. Pengolahan Data.............................................................................................40
K. Etika Penelitian...............................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................45
LAMPIRAN...................................................................................................................48

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan nasional menurut Undang-undang nomor 20 tahun

2003 adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara

terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan nasional terbagi atas tiga

jenis yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan

informal.1Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.1

Pendidikan Tinggi merupakan salah jenjang tertinggi dalam pendidikan

formal yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister,

program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa

Indonesia.2 Standar proses pembelajaran dalam pendidikan tinggi yang

5
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22

tahun 2015 merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran

pada program studi untuk memperoleh capaian pembelajaran lulusan.

Pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk interaksi antara

dosen, mahasiswa, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar tertentu

dalam bentuk diskusi kelompok, simulasi, studi kasus, pembelajaran

kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan

pembelajaran berbasis masalah.3

Situasi pandemi yang tidak kunjung membaik dengan kasus

terkonfirmasi yang terus meningkat tiap harinya membuat Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Edaran pada tanggal 9

Maret 2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam

rangka pencegahan penyebaran Covid-19.4 Dalam dunia pendidikan

pembelajaran secara daring merupakan salah satu bentuk dari pendidikan

jarak jauh yang telah di atur dalam Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2012. Pendidikan jarak jauh merupakan proses belajar

mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai

media komunikasi. Pendidikan jarak jauh bertujuan untuk memberikan

layanan pendidikan tinggi kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat

mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular dan memperluas akses

serta mempermudah layanan pendidikan tinggi dalam pendidikan dan

pembelajaran.2

6
Pembelajaran secara daring sebagai akibat dari penutupan sekolah guna

menekan penyebaran Covid-19 diimplementasikan dengan cara yang beragam

oleh pendidik mulai dari diskusi di Whatsapp grup, Google Meet, Google

Classroom dan Zoom.5,6,7Pendidikan Kesehatan yang diselenggarakan oleh

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Elisabeth Semarang juga menerapkan

pembelajaran secara daring sesuai instruksi Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan. Namun, pendidikan secara daring bukan tanpa masalah.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kendala

perkuliahan daring diantaranya meliputi penggunaan jaringan internet yang

membutuhkan infrastruktur yang memadai, paket kuota data dan sinyal yang

minim ditambah dengan teknis perkuliahan yang memberatkan mahasiswa

serta mahasiswa yang kebingungan menghadapi metode pembelajaran daring

disertai dengan penugasan yang banyak namun deadline pengerjaan yang

pendek menyebabkan cemas dikalangan mahasiswa.5,7,8

Hasanah etall dalam penelitiannya yang melibatkan 190 mahasiswa

mahasiswi Akper Dharma Wacana pada tahun 2020 didapatkan hasil yang

menunjukkan mayoritas masalah psikologis yang dialami mahasiswa dalam

proses pembelajaran daring yaitu cemas. Sebanyak 79 mahasiswa mengalami

cemas ringan, 32 mahasiswa mengalami cemas Sedang dan 79 mahasiswa

tidak mengalami cemas.5 Efek lanjutan yang ditimbulkan akibat cemas adalah

penurunan indeks prestasi mahasiswa. Dewi dalam penelitiannya yang

melibatkan 19 mahasiswa STIKes William Booth Surabaya pada tahun 2020

didapatkan data bahwa sebagian besar mahasiswa (52%) memiliki Indeks

7
prestasi 3,00 – 3,49. Lebih lanjut menurut Dewi hal ini disebabkan oleh

cemas yang dialami oleh mahasiswa dimana sebagian besar (78,9%)

mahasiswa mengalami cemas ringan.9

Dalam proses perkuliahan daring, strategi pembelajaran yang

diterapkan oleh dosen memberikan dampak yang berbeda terhadap masing-

masing individu. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anhusadar pada

tahun 2020 yang melibatkan 60 mahasiswa didapatkan data bahwa

pemahaman materi yang disampaikan melalui perkuliahan daring dapat

sangat dipahami oleh 1 mahasiswa, dapat dipahami oleh 23 mahasiswa,

kadang-kadang dipahami oleh 34 mahasiswa dan tidak dipahami oleh 4

mahasiswa. Kesulitan dalam memahami pelajaran dalam perkuliahan daring

juga di ungkapkan Widiyono dalam kesimpulan penelitiannya yang dilakukan

pada tahun 2020 yang menyatakan bahwa perkuliahan daring memberikan

gambaran umum tentang kurang optimalnya pemahaman materi dan

banyaknya tugas yang diberikan pada mahasiswa sehingga mengakibatkan

proses perkuliahan yang kurang efektif.10

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2020 dengan

tujuan mengkaji tingkat cemas 20 mahasiswa STIKes St. Elisabeth Semarang

yang sedang menjalani perkuliahan daring menggunakan kuesioner zung self

anxiety scale bahwa 6 mahasiswa (30%) tidak cemas, 11 mahasiswa (55%)

mengalami cemas ringan dan 3 mahasiswa (15%) mengalami cemas sedang.

Hasil wawancara dengan 3 mahasiswa (M) dengan cemas sedang didapatkan

data bahwa penyebab cemas akan pemahaman materi saat kuliah daring

8
adalah ketidakstabilan jaringan internet, kuota internet yang cepat habis,

pemadaman listrik bergilir, dan lingkungan rumah yang tidak kondusif.

Melihat fenomena keluhan yang dialami oleh mahasiswa STIKes St.

Elisabeth Semarang dalam menjalani perkuliahan daring membuat peneliti

tertarik untuk meneliti lebih dalam apakah kuliah daring yang diberlakukan

untuk mencegah penyebaran Covid-19 dapat mempengaruhi cemas

mahasiswa terhadap pemahaman materi kuliah, ataukah terdapat faktor lain

dimasa pandemi ini yang menyebabkan mahasiswa mengalami cemas

terhadap pemahaman materi kuliah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah

“apakah ada hubungan pemahaman pembelajaran daring dengan cemas

mahasiswa pada masa pandemi Covid 19 di STIKes St. Elisabeth Semarang?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

pemahaman materi pembelajaran daring terhadap cemas mahasiswa pada

masa pandemi Covid-19 di STIKesSt. Elisabeth Semarang.

2. Tujuan Khusus

9
a. Mengidentifikasi pembelajaran daring mahasiswa tingkat 3 di

STIKes St. Elisabeth Semarang

Mengidentifikasi pembelajaran daring mahasiswa tingkat 3 di STIKes St.

Elisabeth Semarang

b. Mengidentifikasi cemas mahasiswa tingkat 3 prodi D3 ilmu

keperawatan dan prodi S1 ilmu keperawatan tentang pemahaman

materi dalam pembelajaran daring mahasiswa di STIKes St.

Elisabeth Semarang

c. Menganalisis hubungan pembelajaran daring dengan cemas

mahasiswa tingkat 3 tentang pemahaman materi pembelajaran pada

masa pandemi Covid-19 di STIKesSt. Elisabeth Semarang

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai evaluasi mengenai tingkat cemas mahasiswa terhadap

pemahaman materi dalam perkuliahan daring selama pandemi, sekaligus

dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam pengelolaan cemas

mahasiswa.

2. Bagi Orang Tua

Sebagai acuan bagi orang tua dalam memberikan bimbingan

khusus dan dukungan bagi peserta didik yang sedang menjalani

10
perkuliahan daring, guna menurunkan tingkat cemas dan meningkatkan

pemahaman peserta didik dalam menjalani perkuliahan daring.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai evaluasi mengenai proses belajar daring guna menemukan

metode pembelajaran daring yang dapat diterima oleh semua mahasiswa.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk dapat

mengembangkan penelitian selanjutnya tentang cemas mahasiswa dalam

upaya memahami materi perkuliahan dalam perkuliahan daring dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain yang turut menyebabkan cemas.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Daring

1. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan

menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki pendidik untuk

mencapai tujuan kurikulum. Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20, menyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.1 Pembelajaran adalah

suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan

untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran

merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi suatu kegiatan

belajar. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa pembelajaran pada dasarnya tidak menitik beratkan pada “apa

yang dipelajari”, melainkan pembelajaran itu berupaya untuk

menciptakan bagaimana siswa mengalami proses belajar, yaitu cara yang

dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara

pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran dan cara mengelola

pembelajaran.11

12
2. Definisi Pembelajaran Daring

Pendidikan jarak jauh Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 15, adalah pendidikan yang

peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya

menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi,

informasi, dan media lain.1 Pembelajaran jarak jauh secara daring adalah

pembelajaran jarak jauh tanpa tatap muka secara langsung antara dosen

dan mahasiwa yang cara pengantaran bahan ajar dan interaksinya

dilakukan dengan perantara teknologi internet. Oleh karena itu,

keberlangsungan pembelajaran daring tidak dapat dilepaskan dari

keberadaan infrastruktur internet sebagai teknologi utamanya. Dalam

pembelajaran daring, keberadaan kelas tempat penyelenggaraan

pembelajaran digantikan oleh kelas virtual yang disebut learning

management system (LMS) dalam bentuk video conference, e-

learning atau distance learning. 12,13

3. Karakteristik/ciri-ciri Pembelajaran Daring/ E-Learning

Pembelajaran daring harus dilakukan sesuai dengan tata cara

pembelajaran jarak jauh. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (PERMENDIKBUD) nomor 109 tahun 2013 ciri-ciri dari

pembelajaran daring adalah:14

a. Pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan

secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi.

13
b. Proses pembelajaran dilakukan secara elektronik (e-learning),

dimana memanfaatkan paket informasi berbasis teknologi informasi

dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang dapat diakses

oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja.

c. Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi

dikembangkan dan dikemas dalam bentuk yang berbasis teknologi

informasi dan komunikasi serta digunakan dalam proses

pembelajaran.

d. Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik bersifat terbuka,

belajar, mandiri, belajar tuntas, menggunakan teknlogi informasi dan

komunikasi, menggunakan teknologi pendidikan lainnya, dan

berbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi.

e. Pendidikan jarak jauh bersifat terbuka yang artinya pembelajaran

yang diselenggarakan secara fleksibel dalam hal penyampaian,

pemilihan dan program studi dan waktu penyelesaian program, jalur

dan jenis pendidikan tanpa batas usia, tahun ijazah, latar

belakang bidang studi, masa registrasi, tempat dan cara belajar, serta

masa evaluasi hasil belajar.14

Hal ini mengandung arti bahwa dalam mengikuti program

pendidikan jarak jauh, para mahasiswa harus mengadopsi paradigma dan

mekanisme pembelajaran dengan prinsip-prinsip utama sebagai berikut:

14
a. Mahasiswa diharapkan untuk aktif melakukan proses pembelajaran

mandiri melalui beraneka ragam cara yang tersedia dan

memungkinkan, yaitu:

1) menggunakan referensi yang tersedia

2) memanfaatkan berbagai sumber yang dapat diakses via internet

3) melakukan komunikasi intensif antar sesama mahasiswa

4) mengerjakan seluruh latihan dan tugas-tugas yang diberikan

5) menghadiri sesi temu virtual dengan dosen pengampu mata

kuliah

6) mengikuti ujian terjadwal yang telah ditetapkan.

b. Paradigma pembelajaran e-learning adalah aktif dan mandiri,

dimana keberhasilan mahasiswa akan ditentukan oleh intensitas

pembelajaran yang dilakukannya sendiri, bukan bergantung pada

pihak lain sebagaimana model perkuliahan konvensional berbasis

tatap muka.

c. Mengingat bahwa capaian pembelajaran mahasiswa (standar

kompetensi kelulusan) peserta program pendidikan jarak jauh harus

sama dengan model pembelajaran berbasis tatap muka, maka model

evaluasi atau penilaiannya akan jauh lebih ketat dan bersifat multi

dimensi.

d. Dalam penyelenggaraan mata kuliah, dosen pengampu menilai

mahasiswa dengan menggunakan berbagai instrumen dan indikator,

seperti:

15
1) keaktifan dalam mengikuti forum diskusi

2) keteraturan atau frekuensi dalam melakukan akses terhadap

sumber daya pendidikan yang tersedia pada aplikasi learning

management system yang dipakai

3) kuantitas kehadiran dan kualitas interaksi dalam sesi komunikasi

virtual dengan dosen, baik yang bersifat sinkronus maupun

asinkronus

4) kelengkapan pengumpulan tugas yang diberikan

5) partisipasi aktif mengerjakan soal-soal latihan

6) hasil ujian tengah semester/quis maupun ujian akhir semester.

e. Keseluruhan kinerja mahasiswa melalui beragam model interaksi

tersebut dijadikan sebagai bahan evaluasi dosen dalam memberikan

penilaian akhir pencapaian mahasiswa dalam mata kuliah yang

bersangkutan. Perlu diperhatikan bahwa bobot keseluruhan model

interaksi dan evaluasi tersebut kurang lebih sama karena sifatnya

yang holistik.15

4. Kelebihan kuliah daring

a. Hemat Biaya Transportasi

Mahasiswa yang biasanya mesti datang langsung kekampus

untuk mengikuti perkuliahan, namun sekarang tidak mesti datang

kekampus lagi, secara otomatis biaya yang biasa dikeluarkan untuk

beli bensin/ongkos transportasi umum tidak ada lagi.16,17

16
b. Hemat Waktu dan Tenaga

Tentunya waktu yang dihabiskan dengan kuliah secara tatap

muka lebih banyak dibandingkan dengan kuliah daring, dikarenakan

pergantian jam antara mata kuliah dengan mata kuliah yang lain

terkadang memiliki jeda yang lama, sehingga mengharuskan untuk

menunggu dikampus.16,17

c. Lebih santai dan terhindar dari bising

Penerapan kuliah daring lebih terasa tenang, lebih santai bisa

dilakukan dirumah, dikamar, dicafe atau dimanapun asalkan akses

internet dan perangkat memadai.16

d. Fleksibilitas Waktu,Tempat, dan Fleksibilitas Pengajaran

Perkuliahan daring membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu

belajar, karena dapat mengakses pelajaran di Internet kapanpun sesuai

dengan waktu yang diinginkan. Perkuliahan dari membuat pelajar

dapat mengakses materi pelajaran dimana saja, selama komputer

terhubung dengan jaringan Internet. Perkuliahan dari juga merupakan

teknologi baru, oleh karena itu pelajar dapat tertarik untuk

mencobanya sehingga jumlah peserta dapat meningkat. Perkuliahan

dari yang didesain dengan instructional design mutahir membuat

pelajar lebih mengerti isi pelajaran.17

e. Ketersediaan On-demand

17
E-Learning dapat sewaktu-waktu diakses dari berbagai tempat

yang terjangkau Internet, maka dapat dianggap sebagai “buku saku”

yang membantu menyelesaikan tugas atau pekerjaan setiap saat.17

5. Kelemahan belajar daring

a. Wajib Akses Internet

Kuliah online sudah dipastikan membutuhkan akses internet,

dengan berbagai mediator yang ada seperti laptop, ipad, smartphone,

dll.

b. Penyampaian dan Penerimaan Materi Tidak Maksimal

Proses belajar mengajar tidak selamanya mudah dimengerti

oleh mahasiswa, apalagi jika prosesnya hanya dengan daring,

tentunya tingkat fokus mahasiswa dan penerimaan materi yang

disampaikan tidak lebih baik dari kuliah tatap muka.

c. keterbatasan dalam praktek dan tanya jawab

Untuk mata kuliah teori memang tidak akan terlalu bermasalah

jika dihadapkan dengan kuliah online, namun untuk mata kuliah

praktek, maka kuliah online tidaklah menjadi solusi akan hal ini, dan

dampak dari keadaan seperti ini, pengetahuan dan pemahaman

mahasiswa tentang materi kuliahnya tidak maksimal.

d. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu

sendiri.Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya

values dalam proses belajar-mengajar.

18
e. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan

sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.

f. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan

daripada pendidikan.

g. Berubahnya peran guru dan yang semula menguasai teknik

pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik

pembelajaran yang menggunakan ICT (information and

communication technology).

h. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung

gagal.

i. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini

berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun

komputer).

j. Kurangnya penguasaan komputer.16,17

B. Cemas

1. Pengertian

Cemas adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal

terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi

individu. Cemas sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti,

ragu-ragu, tidak berdaya, gelisah, kekhawatiran, tidak tenteram yang

sering disertai keluhan fisik.18

19
Banyak ahli mendefinisikan mengenai Cemas.Stuart dan Laraia

yang mengatakan bahwa Cemas memiliki nilai yang positif, karena

dengan ansietas maka aspek positif individu berkembang karena adanya

sikap konfrontasi (pertentangan), antisipasi yang tinggi, penggunaan

pengetahuan serta sikap terhadap pengalaman mengatasi cemas. Tetapi

pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan

seseorang. Menurut Sigmund Freud cemas merupakan ketegangan dalam

diri sendiri tanpa objek yang jelas, objek tidak disadari dan berkaitan

dengan kehilangan self image. Cemas adalah perasaan tidak nyaman

yang terjadi sebagai respons takut terjadi kehilangan sesuatu yang

bernilai.18,19

Cemas merupakan kekuatan yang mempengaruhi hubungan

interpersonal, suatu respon terhadap bahaya yang tidak diketahui yang

muncul bila ada hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan. Cemas

dapat dijadikan sebagai alarm tubuh untuk melindungi diri,

dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan tanda ancaman

yang dapat berhubungan dengan isolasi, kehilangan, gangguan identitas,

hukuman dan hubungan interpersonal.18

Definisi lain tentang Cemas adalah suatu perasaan tidak santai yang

samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

respons. Seringkali sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik

atau tidak diketahui oleh individu. Cemas dapat pula diterjemahkan

sebagai suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh

20
antisipasi bahaya. Cemas merupakan sinyal yang menyadarkan/

memperingatkan akan adanya bahaya yang akan datang dan membantu

individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi

ancaman.18,20

2. Epidemiologi

Prevalensi gangguan kecemasana berada rentang 3% - 8% dari

populasi umum, 50% penderita kecemasan juga mempunyai gangguan

mental lain. Kecemasan umumnya menyerang pada orang usia antara 20-

30 tahun, dengan rasio perbandingan antara laki-laki : perempuan = 2 :

1. Kebanyakan pasien dengan gangguan kecemasan pergi berobat ke

dokter umum, internist, cardiologist, pulmonolog, gastro-entrologist oleh

karena gejala somatik yang dirasakan akibat kecemasan. Komorbiditas

gangguan kecemasan diperkirakan dialami oleh 90% manusia di dunia

dan paling sedikit setidaknya satu kali seumur hidup mengalami

gangguan ini.24

3. Klasifikasi dan Gejala Cemas

Rentang cemas berfluktuasi antara respon adaptif antisipasi atau tidak

cemas hingga maladaptive yaitu panik.

a. Antisipasi

21
Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu dengan

lingkungan.18

b. Cemas Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Cemas menumbuhkan motivasi belajar serta

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.18,20Respon dari cemas

ringan adalah

1) Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu

menerima rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir

bergetar. Pasien mengalami ketegangan otot ringan

2) Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu

menerima rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah,

dan menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang,

tremor halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.19

c. Cemas Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu

yang lebih terarah.18,20 Manifestasi yang muncul pada cemas sedang

antara lain:

22
1) Respon fisiologis Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah

naik, mulut kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan,

mual, dan berkeringat setempat.

2) Respon kognitif Respon pandang menyempit, rangsangan luas

mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan

bingung.

3) Respon perilaku dan emosi Bicara banyak, lebih cepat, susah

tidur dan tidak aman.19

d. Cemas Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya

kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu

area lain.18,20Manifestasi yang muncul pada Cemas berat antara lain:

1) Respon fisiologis Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.

2) Respon kognitif Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak

mampu menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi Perasaan terancam meningkat,

verbalisasi cepat, dan menarik diri dari hubungan

interpersonal.19

e. Tingkat Panik

23
Cemas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta

tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan.

Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan

berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta

kehilangan pemikiran rasional.18,20 Manifestasi yang muncul terdiri

dari:

1) Respon fisiologis

Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,

hipotensi, dan koordinasi motorik rendah.

2) Lapang kognitif

Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis.

3) Respon perilaku dan emosi

Mengamuk dan marah- marah, ketakutan, berteriak- teriak,

menarik diri dari hubungan interpersonal, kehilangan kendali

atau kontrol diri dan persepsi kacau.19

4. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Laraia terdapat beberapa teori yang dapat

menjelaskan Cemas, di antaranya sebagai berikut.

1) Faktor biologis.

Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.

Reseptor ini membantu mengatur Cemas. Penghambat asam

gamma-aminobutirat (GABA) juga berperan utama dalam

24
mekanisme biologis berhubungan dengan Cemas sebagaimana

halnya dengan endorfin. Cemas mungkin disertai dengan

gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang

untuk mengatasi stressor.19,20

2) Faktor psikologis

a) Pandangan psikoanalitik. Cemas adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian dan superego. Id

mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan

superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego

berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan dan fungsi Cemas adalah mengingatkan ego

bahwa ada bahaya.

b) Pandangan interpersonal. Cemas timbul dari perasaan takut

terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan

interpersonal. Cemas berhubungan dengan perkembangan

trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang

menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami

harga diri rendah terutama mudah mengalami

perkembangan Cemas yang berat.

c) Pandangan perilaku. Cemas merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar

25
perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan

keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.

Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan

pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan Cemas

dalam kehidupan selanjutnya.19,20

3) Sosial budaya

Cemas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.Ada

tumpang tindih dalam gangguan Cemas dan antara gangguan

Cemas dengan depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang

pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya Cemas.19,20

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.

1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi

ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya

kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi

seseorang.19,20

5. Mekanisme Koping

Pada pasien yang mengalami Cemas sedang dan berat mekanisme koping

yang digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme kopingyaitu ;18,19,20

26
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan realistik yang bertujuan untuk

menurunkan situasi stres, misalnya

1) Perilaku menyerang (agresif). Digunakan individu untuk

mengatasi rintangan agar terpenuhinya kebutuhan.

2) Perilaku menarik diri. Dipergunakan untuk menghilangkan

sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.

3) Perilaku kompromi. Dipergunakan untuk mengubah tujuan-

tujuan yang akan dilakukan atau mengorbankan kebutuhan

personal untuk mencapai tujuan.

b. Mekanisme pertahanan ego bertujuan untuk membantu mengatasi

cemas ringan dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara tidak

sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas dan bersifat

maladaptif. Mekanisme pertahanan Ego yang digunakan adalah:

1) Kompensasi

Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki

penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan

keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

2) Penyangkalan (Denial).

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan

mengingkari realitas tersebut.Mekanisme pertahanan ini paling

sederhana dan primitif.

27
3) Pemindahan (Displacemen).

Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda

tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap

dirinya.

4) Disosiasi.

Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran

atau identitasnya.

5) Identifikasi (Identification).

Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia

kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku

dan selera orang tersebut.

6) Intelektualisasi (Intelektualization).

Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk

menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

7) Introjeksi (Intrijection).

Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi

terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego)

8) Fiksasi.

Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu

(emosi atau tingkah laku atau pikiran) sehingga perkembangan

selanjutnya terhalang.

28
9) Proyeksi.

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada

orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi

tidak dapat ditoleransi.

10) Rasionalisasi.

Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut

alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan

harga diri.

11) Reaksi formasi.

Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan

dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.

12) Regressi.

Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang

primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah,

merusak, melempar barang, meraung, dsb.

13) Represi.

Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau

ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan

pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh

mekanisme ego yang lainnya.18,19,20

6. Penatalaksanaan Kecemasan

a. Penatalaksanaan non farmakologi

1) Distraksi

29
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan

kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain

sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami.

Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan

endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang

mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan

ke otak. Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan

memberikan dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama

dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-

hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami,

meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari

rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh

sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat

pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang

otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat

tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,

pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.

2) Relaksasi

Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi,

meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi

progresif.25

b. Terapi Farmakologi

1. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)

30
SSRI biasanya diindikasikan untuk pengobatan depresi,

dianggap sebagai terapi lini pertama untuk gangguan anxietas.

Kelompok obat ini diantaranya fluoxetine, sertraline, citalopram,

escitalopram, fluvoxamine, paroxetine dan vilazodone.

Mekanisme penting dari kelompok obat-obatan tersebut yaitu

menghambat transporter serotonin dan menyebabkan

desensitisasi reseptor serotonin postsinaptik, sehingga

menormalkan aktivitas jalur serotonergik

2. Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRIs)

SNRI yang menghambat transporter serotonin dan

norepinefrin, termasuk venlafaxine, desvenlafaxine, dan

duloxetine. SNRI biasanya digunakan apabila terjadi kegagalan

atau respon yang tidak adekuat terhadap SSRI. Tanggapan

pasien terhadap SNRI sangat bervariasi, beberapa pasien

mungkin mengalami eksaserbasi gejala fisiologis anxietas

sebagai akibat dari peningkatan sinyal mediasi norepinefrin

yang disebabkan oleh penghambatan transporter norepinefrin.

Untuk pasien yang tidak mengalami efek ini, peningkatan tonus

noradrenergik dapat berkontribusi terhadap efikasi ansiolitik

dari obat-obatan ini.

3. Benzodiazepines

31
Meskipun benzodiazepin banyak digunakan pada zaman

dahulu untuk mengobati kondisi anxietas, tetapi tidak lagi

dianggap sebagai terapi lini pertama karena menimbulkan efek

samping yang merugikan, jika digunakan dalam waktu yang

lama dan dosis yang tinggi. Oleh karena itu, penggunaan

benzodiazepin hanya terbatas untuk pengobatan jangka pendek

anxietas akut.

4. Tricyclic Antidepressants

Semua tricyclic antidepressants (TCAs) berfungsi sebagai

inhibitor reuptake norepinefrin, dan beberapa sebagai

penghambat reuptake serotonin. Meskipun beberapa golongan

dari obat ini efikasinya sebanding dengan SSRI atau SNRI untuk

mengobati anxietas, TCA menimbulkan lebih banyak efek

samping dan berpotensi mematikan jika overdosis. Untuk alasan

ini, TCA jarang digunakan dalam pengobatan gangguan

anxietas. Kecuali clomipramine yang mungkin lebih berkhasiat

daripada SSRI atau SNRI pada pasien dengan

obsessivecompulsive disorder (OCD).26

32
C. Kerangka Teori

Perkulihan Daring

Kelebihan Mekanisme Koping Cemas


Hemat Biaya Transportasi Reaksi yang berorientasi pada
Hemat Waktu dan Tenaga tugas
Lebih santai dan terhindar Mekanisme pertahanan ego.
dari bising
Fleksibilitas Waktu,Tempat,
dan Fleksibilitas Pengajaran
Ketersediaan On-demand

Kelemahan
Wajib akses internet
Penyampaian dan penerimaan
Cemas
materi tidak maksimal
keterbatasan dalam praktik dan
tanya jawab
Kurangnya interaksi antara guru
dan siswa
Kecenderungan mengabaikan
aspek akademik atau aspek sosial Etiologi
dan sebaliknya mendorong Faktor Predisposisi
tumbuhnya aspek bisnis. Faktor biologis.
Proses belajar dan mengajarnya Faktor psikologis
cenderung ke arah pelatihan dari Pandangan psikoanalitik.
pada pendidikan. Pandangan interpersonal.
Pandangan perilaku.
Berubahnya peran guru
Sosial budaya
Siswa yang tidak mempunyai Faktor Presipitasi
motivasi belajar yang tinggi Ancaman terhadap
cenderung gagal. integritas
Tidak semua tempat tersedia Ancaman terha-dap sistem
fasilitas internet diri
Kurangnya penguasaan komputer.

Gambar 2. Kerangka Teori16,17,18,19,20

33
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Perkuliahan Daring Cemas

Variabel Perancu

Etiologi
Wifi
Data Seluler
Hp Pinjam
Milik Sendiri
Domisili
mahasiswa

Gambar 3.1. Kerangka konsep


area yang akan dilakukan penelitian
mempengaruhi
faktor perancu yang mempengaruhi
B. Hipotesis

Dalam penelitian ini dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

: Ada hubungan pembelajaran daring dengan cemas mahasiswa

terhadap pemahaman materi pembelajaran pada masa Covid 19 di

STIKes St. Elisabeth Semarang


H0: Tidak ada hubungan pembelajaran daring dengan cemas

mahasiswa terhadap pemahaman materi pembelajaran

pada masa Covid 19 di STIKes St. Elisabeth Semarang


C. Desain Penelitian

34
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

yang digunakan adalah deskriptif analitik, dengan menggunakan pendekatan

cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan menggunakan pengukuran

atau pengamatan pada waktu observasi data dalam satu kali pada satu saat. 21,22

Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta responden mengisi

kuesioner online yang telah disediakan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan.21,22 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa tingkat 3 STIKes St.Elisabet Semarang dengan

Jumlah 93 Orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

memiliki oleh populasi. Cara pengambilan sampel dengan metode total

sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel.21,22 Dalam penelitian yang di jadikan sampel

penelitian adalah Mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan daring

dengan jumlah responden sebanyak 93 orang yang harus memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi

a. Kriteria inklusi

35
1) Mahasiswa keperawatan tingkat 3 STIKes St. Elisabeth

Semarang yang bersedia menjadi responden dan kooperatif yang

dibuktikan dengan menandatangani informed concent online

yang telah disediakan

2) Mahasiswa keperawatan tingkat 3 STIKes St. Elisabeth

Semarang yang sedang menjalani kuliah secara daring

3) Mahasiswa keperawatan tingkat 3 STIKes St. Elisabeth

Semarang yang tinggal di kos, rumah ataupun diasrama

4) Mahasiswa keperawatan tingkat 3 STIKes St. Elisabeth

Semarang yang sehat secara fisik dan rohani

b. Kriteria eksklusi

1) Mahasiswa STIKes St. Elisabeth Semarang yang menjalani

kuliah daring dan memiliki pekerjaan sampingan

2) Mahasiswa STIKes St. Elisabeth Semarang yang terlambat

akademis

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di STIKes St. Elisabeth Semarang pada bulan

juli 2021

F. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 variabel dan definisi operasional

Vari Definisi Cara Hasil Skala


abel operasional pengukuran pengukuran pengukuran

Variabel Persepsi Meminta Pa Or

36
bebas: mahasiswa responden ha din
Pemahaman terhadap untuk m al
pembelajaran pembelajaran mengisi
daring yang lembar Tid
dilaksanakan kuesioner ak
secara online yang pa
daring/online telah ha
disediakan m
Variabel Penilaian Meminta Re Or
terikat: cemas pada responden nd din
Cemas mahasiswa untuk ah al
mahasiswa yang mengisi :
melaksanaka lembar (20
n kuesioner -
pembelajaran Zung-Self 40)
darig dengan Anxiety Se
menggunaka Rating da
n Zung-Self Scaleyang ng
Anxiety disediakan (41
Rating Scale secara -
online 60)
Tin
ggi
(61
-
80)

G. Alat dan Bahan Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Lembar informed consent online

2. Lembar kuesioner Zung-Self Anxiety Rating Scale yang disediakan dalam

bentuk online

H. Validitas dan Reabilitas kuesioner

1. Validitas

37
Uji validitas instrumen dilakukan untuk menunjukan keabsahan

dari instrumen yang akan dipakai pada penelitian. Pengertian validitas

tersebut menunjukan ketepatan dan kesesuaian alat ukur yang digunakan

untuk mengukur variabel. Validitas merupakan derajat ketepatan antara

data yang terjadi pada obyek penilitian dengan data yang dapat

dilaporkan oleh peneliti.24 Penghitungan uji validitas ini menggunakan

bantuan Statistical Package for the Social Science (SPSS). Setelah

diperoleh, kemudian dibandingkan dengan dengan tingkat kepercayaan

95% atau α=0.05. Jika dilihat dalam nilai-nilai r Product Moment, rtabel

=0.336. Jika rhitung > rtabel maka item tersebut dinyatakan valid, dan jika

rhitung < rtabel maka item tersebut dinyatakan tidak valid.25

Peneliti dalam penelitian ini akan melakukan validitas pada

kuesioner tentang tingkat pemahaman mahasiswa tingkat 3 Prodi D3 dan

S1 Keperawatan STIKes St. Elisabeth Semarang dengan jumlah

kuesioner sebanyak 15 pertanyaan. Validitas akan melibatkan 30 orang

mahasiswa tingkat 3 Prodi D3 dan S1 Keperawatan STIKes St. Elisaneth

Semarang.

2. Reabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu

instrumen (alat ukur) didalam mengukur gejala yang sama walaupun

dalam waktu yang berbeda. Reabilitas berkenaan dengan derajat

konsisten dan stabilitas data atau temuan. Hasil pengukuran yang

memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi akan mampu memberikan hasil

38
yang terpercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas instrumen ditunjukan oleh

suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Jika suatu instrumen

dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil

pengukurannya yang diperoleh konsisten, instrumen itu reliabel. 24 Untuk

menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, menggunakan

koefisien reliabilitas Alfa Cronbach. Hasil perhitungan dibandingkan

dengan pada α= 5% dengan kriteria kelayakan jika rii> rtabel berarti

dinyatakan reliabel, dan jika rii< rtabel maka dinyatakan tidak reliabel.

Perhitungan dalam pengujian reliabilitas menggunakan bantuan SPSS .25

Peneliti dalam penelitian ini akan melakukan reliabilitas pada kuesioner

tentang tingkat pemahaman mahasiswa tingkat 3 Prodi D3 dan S1

Keperawatan STIKes St. Elisaneth Semarang dengan jumlah kuesioner

sebanyak 15 pertanyaan. Reliabilitas akan melibatkan 30 orang mahasiswa

tingkat 3 Prodi D3 dan S1 Keperawatan STIKes St. Elisabeth Semarang.

I. Prosedur pengumpulan data

1. Mengajukan surat izin untuk melakukan penelitian dari ketua STIKes St.

Elisabeth Semarang.

2. Mengajukan izin untuk melakukan penelitian di STIKes St. Elisabeth

Semarang dengan membawa surat pengantar dari STIKes St Elisabeth

Semarang

3. Peneliti akan membuat whatssap grub untuk mengumpulkan responden

4. Mengumpulkan responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

39
5. Menyampaikan informasi yang berkaitan dengan rencana penelitian dan

proses pengambilan data kepada responden

6. Menjelaskan prosedur dan tujuan penelitian kepada mahasiswa STIKes

St. Elisabeth Semarang yang bersedia menjadi responden

7. Memberikan informed concentbagi responden yang bersedia untuk

diteliti.

8. Meminta responden untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh

peneliti.

9. Melakukan pengolahan data. Data yang sudah diperiksa dan sudah benar

diolah dengan menggunakan program komputer SPSS.

J. Analisis data

1. Analisis univariat

Analisisunivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi

setiap variabel yang diteliti secara terpisah meliputi usia, jenis kelamin,

semester, tingkat cemasdan perkuliahan daring.

2. Analisis Bivariat

Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel meliputi variabel bebas dan variabel terikat.Penelitian ini

merupakan penelitian komparatif yang menggunakan data kategorik

(Nominal) dengan data kategorik (Ordinal). Analisisbivariat pada

penelitian ini diuji dengan menggunakan Chi-square tabel 2x3, dengan

syarat sel yang mempunyai nilai expectedcount kurang dari 5, maksimal

40
20% dari jumlah sel. Jika syarat Chi-square tidak terpenuhi maka akan

dilakukan penggabungan sel yang selanjutnya akan dilakukan uji lagi

menggunakan Chi-square.Perhitungan menggunakan SPSS versi 16.

Kesimpulan H0 diterima jika nilai significancyρ-value > 0,05 dan H1

diterima jika nilai significancyρ-value < 0,05.23

K. Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan seperti melihat kelengkap pengisian

kuisioner. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul. Dalam penilitian ini peneliti memeriksa kembali

hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh responden, yang kemudian

dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data-data tersebut serta

memastikan tidak ada kesalahan dalam pengisian kuisioner.22

2. Coding

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat

dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas

pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.22Pada variabel

perkuliahan daring, kode 1 diberikan untuk responden yang mengikuti

perkuliahan daring, dan kode 2 diberikan untuk responden yang tidak

mengikuti perkuliahan daring. Pada variabel tingkat cemas mahasiswa

41
kode 1 diberikan untuk responden yang memiliki tingkat cemas ringan,

kode 2 diberikan untuk responden yang memiliki tingkat cemas sedang,

dan kode 3 diberikan untuk responden yang memiliki tingkat cemas berat

3. Scoring

Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor pada

pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden. Pada

kuesioner pemahan perkuliahan daring responden dianggap paham jika

memiliki skor ≥ 37 dan respondne di anggap tidak paham jika memiliki

skor < 37. Pada kuesioner Zung-Self Anxiety Rating Scale jawaban sangat

jarang diberi skor 1, jawaban kadang-kadang diberi skor 2, jawaban

sering diberi skor 3, dan jawaban selalu diberi skor 4. Pada variabel

tingkat cemas, responden dikategorikan memiliki tingkat cemas ringan

jika memiliki skor antara 20-40, tingkat cemas sedang jika memiliki skor

antara 41-60 dan tingkat cemas tinggi jika memiliki skor antara 61-80.

4. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana yang meliputi usia responden,

jenis kelamin tingkat pengetahuan serta tingkat kepatuhan responden.22

5. Cleaning

42
Setelah semua data dari responden telah selesai dimasukkan,

peneliti melakukan pengecekan lagi untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan data untuk kemudian dilakukan pembetulan.22

L. Etika Penelitian

Etika penelitian ini merupakan hal yang sangat penting karena dalam

pelaksanaannya berhubungan langsung dengan manusia sehingga peneliti

juga memperhatikan masalah etika dengan mempergunakan norma hukum

dan tehnik administrasi yang benar

1. Inform concent (lembar persetujuan)

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara

responden dengan peneliti dengan memberika lembar persetujuan

menjadi responden sebelum penelitian dilakukan. Tujuan informed

concent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka responden harus

menandatangani persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka

peneliti harus menghormati hak responden. Beberapa informasi yang

harus ada dalam informed concent yaitu partisipasi responden, tujuan

dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan.

2. Anonim (tanpa nama)

Merupakan masalah etik pada penelitian dengan tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar observasi

43
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

penelitian yang akan disajikan

3. Convidentiality (kerahasiaan)

Merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

4. Nonmaleficience

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek

sehingga tidak berpotensi merugikan responden.Peneliti memonitor

responden selama berlangsungnya penelitian.21

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang


Pendidikan Tinggi

3. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik


Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi

4. Surat Edaran Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.


36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja
dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
(COVID- 19)

5. Hasanah U. ,Ludiana, Immawati, Livana P.H. Gambaran Psikologis


Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19. Jurnal
Keperawatan Jiwa. 2020: 8 (3); 299 – 306

6. Surani, D., Kusuma, J W., Kusumawati, N. Platform Online Dalam


Perkuliahan Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan. 2020; 5(9): 1338—1349

7. Pratiwi, ErichaWindhiyana. Dampak Covid-19 Terhadap Kegiatan


Pembelajaran Online di Sebuah Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia.
Perspektif Ilmu Pendidikan. 2020; 34(1): 1-8

8. Sulata M. A. Gambaran Perkuliahan Daring Mahasiswa Ilmu


Keolahragaan UNESA di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan
Olahraga. 2020: 8(3): 147 – 156

9. Dewi, Erika Untari. Pengaruh Kecemasan Saat Pembelajaran Daring Masa


Pandemi Covid-19 Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa STIKes William
Surabaya. Jurnal Keperawatan. 2020; 9(1): 18-23

10. Anhusadar, La Ode. Persepsi Mahasiswa PIAUD terhadap Kuliah Online


di Masa Pandemi Covid 19. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early
Childhood Education. 2020; 3(1) 44-58

11. Mengenal Makna Pembelajaran [Internet]. 2021. Available from:


https://pauddikmaskaltim.kemdikbud.go.id/mengenal-makna-
pembelajaran/

45
12. Hakiman. Pembelajaran Daring. [Internet]. 2021. Available from:
https://iain-surakarta.ac.id/%EF%BB%BFpembelajaran-daring/

13. Sumantri A, Anggraeni A A, Rahmawat A, et all. Booklet Pembelajaran


Daring. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi; 2020

14. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 109 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh
Pada Pendidikan Tinggi

15. SPADA. Model Asesmen. [Internet]. 2021. Available from:


https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/page/view.php?id=24234

16. Yassin, Beni Adri. Kelebihan dan Kekurangan Kuliah Daring. [Internet].
2021. Available from: https://pustaka.unand.ac.id/berita-dan-
peristiwa/item/231-kuliah-online-daring

17. Hadisi,La dan Muna, Wa. Pengelolaan Teknologi Informasi dalam


Menciptakan Model Inovasi Pembelajaran ( E-Learning ). Jurnal Al-
Ta’dib. 2015; 8(1): 117-140

18. N Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Nihayati H.E. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika, 2015

19. Jamil (2015). Sebab dan Akibat Stres, Depresi dan Kecemasan Serta
Penanggulangannya. Jurnal al-Amin. 3 (1): 123-138

20. Vibriyanti, Deshinta (2020). Society Mental Health: Managing Anxiety


During Pandemic Covid-19. Jurnal Kependudukan Indonesia ‘Edisi
Khusus Demografi dan COVID-19’. Hal. 69-74

21. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika; 2013.

22. Sugiyono. Metodologi Penilitian Manajemen: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods) Penilitian Tindakan (Action
Research), Penilitian Eveluasi. Yogyakarta: Alfabeta; 2013.

23. Dahlan, M Sopiyudin. Statistik Untuk Kedonteran dan


Kesehatan:Deskripstif, Bivariat, dan Multivariat dilengkapi Aplikasi
Menggunakan SPSS. Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2014

24. Idrus, M. Faisal. Gangguan Kecemasan [Internet]. 2021. Available from:


https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-

46
content/uploads/2016/10/GANGGUAN-KECEMASAN.pdf
25. Humaida, R., Ningsih, C., Kurniawati, E., Komarudin, U. Diagnosis dan
Terapi pada Pasien Gangguan Ansietas Menyeluruh Pria usia 60 tahun. J
Medula Unila; 6(1) : 149-154

26. Vildayanti, H., Puspitasari, I.M., Sinuraya, R.K. Review: Farmakoterapi


Gangguan Anxietas. Farmaka; 16(1): 196-2013

Lampiran 1

Kuesioner Tentang Pemahaman

Identitas Diri

Nama :

Nim :

Tingkat :

Petunjuk pengisian :
1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban.

47
2. Isilah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda centang (√) pada kotak
jawaban yang saudara/ i pilih.
3. Setiap pertanyaan diisi dengan 1 jawaban yang sesuai menurut saudara/ i.
4. Bila ada hal yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS: Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Jawaban
No. Butir Pertanyaan
SS S TS STS
1 Menurut saya pembelajaran secara daring sangat
membantu dalam menggantikan pembelajaran secara
konvensional dimasa pandemi Covid-19.
2 Saya sangat paham tentang pembelajaran yang dilakukan
secara daring.
3 Metode pembelajaran daring sangat memudahkan saya
dalam menerima materi perkuliahan keperawatan.
4 Saya menerima arahan dan tujuan pembelajaran yang
jelas sebelum pembelajaran daring dimulai.
5 Dosen selalu menerima dan menjelaskan pertanyaan
yang diajukan oleh mahasiswa ketika belajar secara
daring.
6 Saya sangat memahami penjelasan dari teman ketika
presentasi secara daring.
7 Materi perkuliahan keperawatan yang diajarkan secara
daring tersedia dengan baik sehingga saya mudah
mengerti.
8 Pelaksanaan perkuliah secara daring dapat saya akses
dengan mudah dimanapun saya berada.
9 Perkuliahan secara daring memudahkan saya dalam
mengirim tugas tepat waktu.
10 Saya sangat senang dan mengerti belajar materi
perkuliahan keperawatan secara daring.
11 Saya merasa sangat mudah dalam memahami materi
perkuliahan keperawatan secara daring.
12 Saya merasa tidak ada kerumitan belajar dengan
penerapan metode daring.
13 Metode daring yang diterapkan dalam materi perkuliahan
keperawatan sangat mudah saya pelajari.
14 Dosen selalu membimbing saya dan teman belajar secara

48
daring sehingga saya dan teman paham terhadap materi
yang diberikan dosen.
15 Nilai yang saya dapatkan sesuai dengan pemahaman
saya ketika belajar materi perkuliahan keperawatan
secara daring.

Kesimpulan Kuesioner

Responden di anggap paham bila memiliki skor < 37 point

Responden di anggap paham bila memiliki skor ≥ 37 point

49
Lampiran 2

KUESIONER ZUNG-SELF ANXIETY RATING SCALE (ZSAS)

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Di dalam kuesioner ini ada beberapa pertanyaan yang harus anda jawab.
Berilah tanda (  ) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan
kondisi anda saat ini.
2. Jawaban dalam kuesioner ini terdiri atas
Sangat Jarang (SJ)
Kadang-kadang (KK)
Sering (SR)
Selalu (SL)
3. Jawaban yang anda berikan terjamin kerahasiaannya. Jawaban anda
merupakan informasi yang sangat berarti, oleh karena itu kelengkapan
pengisian kuesioner dan kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
sangat peneliti harapkan. Kerjakan setiap pernyataan dengan teliti dan jangan
ada yang tertinggal.
4. Terima kasih banyak atas kesediaannya meluangkan waktu dan berkenan
memberikan jawaban pada angket yang telah disediakan.

No. Pertanyaan SJ KK SR SL
1 Saya merasa lebih gugup dan cemas dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan
3 Saya mudah marah atau merasa panik
4 Saya merasa seperti tak berdaya
5 Saya merasa baik-baik saja dan tidak ada sesuatu yang
buruk akan terjadi
6 Tangan dan kaki saya gemetar akhir-akhir ini
7 Saya merasa terganggu dengan sakit kepala, leher dan
nyeri punggung
8 Saya merasa lemah dan cepat lelah
9 Saya merasa tenang dan dapat duduk dengan santai
10 Saya merasa jantung saya berdetak sangat cepat
11 Saya terganggu karena pusing
12 Saya pingsan atau merasa seperti mau pingsan
13 Saya dapat bernapas dengan mudah
14 Saya merasa mati rasa dan kesemutan di jari tangan dan
jari kaki
15 Saya merasa perut saya terganggu

50
16 Saya sering kencing
17 Tangan saya kering dan hangat
18 Wajah saya terasa panas dan kemerahan
19 Saya dapat tidur dengan mudah
20 Saya mengalami mimpi buruk

Kesimpulan Kuesioner

Responden dikatakan memiliki cemas rendah cemas bila memiliki skor 20-40

Responden dikatakan memiliki cemas ringan cemas bila memiliki skor 41-60

Responden dikatakan memiliki cemas ringan cemas bila memiliki skor 61-80

51

Anda mungkin juga menyukai