Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH 3 KASUS FRAKTUR DAN DISLOKASI

Disusun oleh
kelompok 1 :
1. Fransiska Padma Dewi (201711037)
2. Mery Marentha (201711053)
3. Muhammad Nurul Faizin (201711055)
4. Nadila Adelinda (201711056)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES St ELISABETH
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah hilangnya kontinuitas
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifise, baik yang bersifat total
maupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang
mengalami kondisi patah, harus diketahui keadaan fisik tulang dan keadaan
trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur terjadi
karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok,
memutar dan tarikan. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul
yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai
ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi
atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang yang disebut
fraktur dislokasi.1
Di Indonesia angka kejadian patah tulang atau insiden fraktur cukup
tinggi, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2013
didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan
jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim
Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45%
mengalami catat fisik, 15% mengalami stress spikilogis seperti cemas atau
bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI
2013). Sedangkan menurut World Hearth Oraganization (WHO) tahun 2013
menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas mencapai 120.2226 kali atau 72%
dalam setahun.2
Meskipun trauma muskuloskeletal pada individu yang sehat jarang
berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan penderitaan fisik yang serius, beban
mental dan kehilangan waktu pasien. Maka dapat dikatakan trauma
muskuloskeletal mempunyai angka mortalitas yang rendah tapi dengan
morbiditas yang tinggi. Dengan meningkatnya angka bertahan hidup saat ini,
banyak orang mencapai usia tua dimana disertai dengan berkurangnya
koordinasi organ tubuh, sehingga sering mengalami jatuh. Ditambah dengan
kelemahan tulang akibat adanya osteoporosis akan menyababkan fraktur
patologis.
B. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Mahasiwa mampu menganalisa asuhan keperawatan dan kasus etik legal
pada sistem muskuloskeletal.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar fraktur dan dislokasi
b. Mahasiswa mampu memahami pathway dan asuhan keperawatan
terkait kasus fraktur dan dislokasi.
c. Mahasiswa mampu menganalisis kasus etik legal pada sistem
muskuloskeletal

C. Manfaat
Dapat mengetahui mengenai konsep dasar, pathway dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system muskuloskeletal yaitu
fraktur dan dislokasi.
BAB III
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:
Seorang laki-laki usia 25 tahun dibawa ke IGD karena di tabrak sebuah mobil.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan VE dibagian dahi kiri, perdarahan di tungkai
bawah sebelah kiri karena adanya VL dengan panjang luka 5 cm, kedalaman 2
cm, tampak pucat. Pasien mengeluh nyeri skala 7, nyeri seperti ditusuk-tusuk
terutama saat bergerak, dan tampak meringis kesakitan. Hasil rontgen: Fraktur
tibia fibula sinistra 1/3 distal dan dislokasi sendi bahu. TD 130/80 mmHg, N
100x/menit, RR 20x/menit, S 37OC, GCS E4M 6V5. Pasien sudah dilakukan
tindakan balut bidai. Pasien akan direncanakan ORIF. Saat ini pasien hanya bisa
berbaring ditempat tidur dan aktivitasnya dibantu perawat.

Nama Perawat yang mengkaji : Ns. Fara


Unit : Rawat Inap
Ruang/Kelas : Fransiskus/II
Nomor Kamar : 205
Tanggal / jam masuk : 7 Desember 2019/ jam 13.00 WIB
Tanggal / jam pengkajian : 10 Desember 2019/ jam 08.00 WIB
Cara Pengkajian : Anamnese
Alloanamnesa
Observasi
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 25 Tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 30 September 1994
Pendidikan : S1 jurusan mekanik
Pekerjaan : Belum bekerja
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jalan Lamper Tengah No.18
Dx Medis : Fraktur dan Dislokasi
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. C
Alamat : Jalan Lamper Tengah No.18
Hub. Dengan Pasien : Istri

C. Riwayat keperawatan masa lalu:


1. Penyakit yang pernah di derita:
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya
2. Penyakit Keturunan dalam keluarga:
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
osteoporosis, RA dan lain-lain.
3. Operasi yang pernah dilakukan :
Pasien mengatakan tidak pernah dioperasi sebelumnya.
4. Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan dan cuaca.
5. Imunisasi :
Pasien mengatakan pernah diimunisasi polio dan tetanus.
6. Kebiasaan Buruk :
Pasien mengatakan jarang berolahraga seminggu hanya 1x, tidak
merokok dan tidak suka mengkonsumsi minuman beralkohol
7. Obat-obatan :
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat ketika sakit.

D. Riwayat Keperawatan Saat ini:


1. Alasan Masuk Rumah sakit:
Pasien datang ke IGD sekitar pukul 12.30 WIB pada tanggal 7 Desember
2019 karena ditabrak oleh mobil sehingga mengakibatkan perdarahan
ditungkai bawah sebelah kiri dan adanya luka pada dahi. Pasien datang
dalam keadaan sadar dengan mengeluh nyeri.
2. Tindakan/ Terapi yang diterima :
Tindakan TTV, pemasangan infus, dan pemasangan bidai.
3. Keluhan Utama :
P : Pasien mengeluh nyeri
Provokatif : pasien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
Paliative : pasien mengatakan tidak ada
Q : pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Paien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri dan bahu kiri
S : skala nyeri 7
T : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan durasi
2 menit.
4. Keluhan Penyerta :
Pasien mengeluh pusing.

E. Kebutuhan
1. Oksigen
Sebelum masuk RS : Pasien tidak mengalami sesak nafas
Selama berada di RS : Pasien tidak mengalami sesak nafas
2. Cairan
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan minum air putih dalam
sehari sekitar 1500 cc.
Selama berada di RS : pasien belum minum semenjak masuk rumah
sakit.
3. Nutrisi
Sebelum di rumah sakit :
A (Antropometri): BB: 60 kg
TB: 172 cm
BBI = (TB – 100)-10% (TB-100)
= (172 -100) – 10 % (172-100)
= 72 – 7,2
= 64,8 kg
IMT = Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 60 / (1,72 X 1,72)
= 20,3 (Normal)
B (Biochemical) : Tidak terkaji
C (Clinical Sign) : Tidak terkaji
D (Diet) : Pasien mengatakan dalam sehari makan 3x dan 1
porsi habis
Selama berada di RS:
A (Antropometri): BB: 60 kg
TB: 172 cm
BBI = (TB – 100)-10% (TB-100)
= (172 -100) – 10 % (172-100)
= 72 – 7,2
= 64,8 kg
IMT = Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 60 / (1,72 X 1,72)
= 20,3 (Normal)
B (Biochemical) :
Ukuran Satuan Hasil Nilai Rujukan
Eritrosit juta/µl 4,6 juta/µl 4,0 – 5,0 (P)
4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin g/dL 9 g/dL 12,0 – 14,0 (P)
(Hb) 13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit % 50 % 40 – 50 (P)
45 – 55 (L)

C (Clinical Sign) : Pasien tampak pucat


D (Diet) : Pasien mengatakan sehari makan 3x dengan 1 porsi
habis, nasi, sayur dan lauk.

4. Eliminasi Fekal
Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan
Sebelum 1 kali Tidak Tidak Bau Tidak ada
masuk RS : sehari terkaji terkaji khas keluhan
Selama 1 kali lembek Coklat Bau Tidak ada
berada RS : sehari khas keluhan

5. Eliminasi Urine
Frekuensi Warna Bau Keluhan
Sebelum 6-8 x/ sehari keruh Bau Tidak ada
masuk RS khas keluhan
Selama berada 5-6 kali sehari Kuning Bau Tidak ada
RS keruh khas keluhan
6. Aktivitas
Sebelum Selama di
Aktivitas Keterangan masuk Rumah
Rumah Sakit Sakit
Mandi Dapat mengerjakan sendiri √
Pada bagian tertentu dibantu
Memerlukan bantuan √
Seluruhnya tanpa dibantu √
Berpakaian Pada kondisi tertentu dibantu √
Seluruhnya memerlukan bantuan
Dapat mengerjakan sendiri √
Pergi ke
Memerlukan bantuan
toilet
Tidak dapat pergi ketoilet √
Berpindah Tanpa bantuan √
atau Dengan bantuan
berjalan Tidak dapat melakukan √
Dapat mengontrol √ √
BAB dan
Kadang-kadang ngompol
BAK
Dibantu seluruhnya
Tanpa bantuan √
Dapat makan sendiri kecuali hal-hal
Makan √
tertentu
Seluruhnya dibantu
SKOR A F

Keterangan:
A : Mandiri untuk 6 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali mandi dan fungsi lain
D : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan fungsi lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan fungsi
lainnya
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah dan
fungsi lainnya
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Dari data tersebut untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sebelum masuk
rumah sakit pasien mandiri untuk 6 fungsi, dan selama di rumah sakit
pasien memerlukan bantuan hampir disemua fungsi kecuali BAB dan
BAK.
7. Tidur
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan sehari tidur kurang lebih
8 jam dan nyenyak.
Selama berada di RS : Pasien mengatakan sehari tidur 6-7 jam tidak
nyenyak karena nyeri yang dirasakan dan
posisi yang tidak nyaman karena harus tidur
telentang terus.
8. Seksualitas
Sebelum masuk RS : Tidak terkaji
Selama berada di RS : Tidak terkaji
9. Interaksi Sosial
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan bahwa ia dapat
berkomunikasi baik dengan tetangga dan
selalu mengikuti kegiatan sosial di
lingkungan rumahnya.
Selama berada di RS : belum terkaji
10. Pencegahan Masalah kesehatan
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan apabila sakit sudah parah
baru mau ke rumah sakit atau pelayanan
kesehatan.
Selama berada di RS : pasien mengatakan selama di rumah sakit
hanya meminum obat yang diberikan oleh
dokter
11. Promosi Kesehatan
Sebelum masuk RS : Pasien belum pernah mendpaatkan
pendidikan kesehatan mengenai penanganan
nyeri dan fraktur.
Selama berada di RS : pasien mengatakan selama dirumah sakit
sudah mendapatkan pendidikan kesehatan
mengenai masalah kesehatannya.
12. Psikososial dan Konsep diri
Sebelum masuk RS : Tidak terkaji
Selama berada di RS : pasien mengatakan selama berada di rumah
sakit dapat menjalin hubungan dan
berkomunikasi dengan baik dengan pasien
lainnya dalam ruangan.

F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: Pasien tampak lemah, pucat dan meringis kesakitan
Kesadaran: Composmentis E4 M6 V5 GCS 15
2. TTV :
a. Tekanan Darah = 130/80 mmHg.
b. Frekuensi nadi = 100x/menit.
c. Frekuensi nafas = 20x/menit.
d. Suhu tubuh = 370C.
3. Head to Toe :
a. Kepala
Inspeksi : VE dibagian dahi kiri, tampak pucat, fingerprint (-)
Palpasi : Nyeri tekan pada daerah sekitar luka
b. Mata
Inspeksi : konjungtivita anemis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Hidung :
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada sinusitis, tidak terlihata
adanya polip
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
d. Mulut
Inspeksi : tidak ada stomatitis, tidak ada tonsilitis.
e. Telinga
Inspeksi ; tidak terlihat adanya luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : Tidak terlihat adanya benjolan, tidak ada luka
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
g. Dada
1) Paru-paru
Inspeksi : Dada simetris, tidak menggunakan otot bantu
nafas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus teraba
seimbang
Perkusi : terdengar sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Pola nafas regular, bunyi nafas vesikuler.
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 dengan diameter 2
cm
Perkusi : Batas atas ICS 2 linea para sternalis sinistra
Batas kanan ICS 4 linea sternalis dexstra
Batas bawah ICS 5 mid klavikula sinistra
Batas kiri ICS 4 mid axila sinistra
Auskultasi : tidak terdengar ada bunyi jantung tambahan
h. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada asites, tidak ada luka
Auskultasi : Bising usus 15 x/ menit       
Perkusi : terdengar timpani disemua kuadran
Palpasi : tidak teraba adanya hepatomegali
i. Ekstremitas
Atas (status lokal)
Inspeksi : bentuk bahu sinistra kotak, tampak adanya
kemerahan dan bengkak pada bahu sinistra.
Palpasi : Ada nyeri skala 7, teraba hangat, CRT >2 detik.
Bawah (status lokal)
Inspeksi : tampak adanya kemerahan dan sedikit bengkak
pada 1/3 distal sinistra, tampak ada VL pada
tungkai kaki kiri bawah dengan panjang luka 5
cm, kedalaman 2 cm.
Palpasi : Ada nyeri skala 7, teraba hangat, ada krepitus,
CRT >2 detik

Kekuatan otot 5 Dislokasi

5 Fraktur
Karena ada fraktur tibia, fibula dan dislokasi bahu kiri.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil Rontgen:
Fraktur tibia fibula sinistra 1/3 distal dan dislokasi sendi bahu.

H. Terapi
Terapi Farmakologi
Nama Obat Komposis Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Tanggal
i Obat Pemberian
Infus RL 4x500 IV Ketidakseimba Alergi terhadap 10 Oktober
ml Bolus ngan elektrolit sodium laktat. 2019
tubuh
Ibuprofen Obat 200 IV Meredakan Hipersensitivitas 10 Oktober
antiinflam mg Bolus peradangan terhadap 2019
asi dan nyeri pada ibuprofen
nonsteroid tubuh yang
(NSAID) diakibatkan
penyakit,
radang sendi
Gentamicin - 450 IV Mengobati dan - 10 Oktober
mg bolus mencegah 2019
infeksi akibat
bakteri
Paracetamol Paracetam 1x6 Oral Sebagai Hipersensitivitas 10 Oktober
ol 500 mg kali analgesik terhadap 2019
sehari paracetmol dan
penyakit hepar
berat
ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI


DS: Hambatan Kerusakan
P : Pasien mengeluh nyeri Mobilitas Fisik Integritas
Provokatif : Pasien mengatakan nyeri bertambah Jaringan dan
saat bergerak Nyeri
Paliative : Pasien mengatakan tidak ada
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri dan
bahu kiri
S : skala nyeri 7
T : Pasien mengatakan nyeri dirasakan terus
menerus

DO:
1. Pasien tampak meringis kesakitan
2. Pasien tampak pucat
3. Hasil TTV:
TD =130/80 mmHg.
N= 100x/menit.
RR= 20x/menit.
S= 370C
4. Pf ekstremitas
Atas
Inspeksi : bentuk bahu sinistra kotak, tampak
adanya kemerahan dan bengkak pada bahu
sinistra.
Palpasi: Ada nyeri skala 7, teraba hangat,
CRT >2 detik.
Bawah
Inspeksi : tampak adanya kemerahan dan
sedikit bengkak pada 1/3 distal sinistra
Palpasi: Ada nyeri skala 7, teraba hangat, ada
krepitus, CRT >2 detik
5. Hasil Rontgen:
Fraktur tibia fibula sinistra 1/3 distal dan
dislokasi sendi bahu.
DS: Kerusakan Trauma :
Integritas Kulit Kecelakaan lalu
DO: lintas
1. Pasien tampak pucat
2. Pf mata inspeksi : konnjungtiva anemis
3. Pf ekstremitas bawah inspeksi : tampak ada
VL pada tungkai kaki kiri bawah dengan
panjang luka 5 cm, kedalaman 2 cm.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan agen cedera fisik (adanya


fraktur dan dislokasi) dibuktikan dengan P : Pasien mengeluh nyeri,
Provokatif : Pasien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak, Paliative :
Pasien mengatakan tidak ada, Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk, R : Pasien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri dan bahu kiri, S : skala
nyeri 7, T : Pasien mengatakan nyeri dirasakan terus menerus, Pasien tampak
meringis kesakitan, Pasien tampak pucat, Hasil TTV: TD =130/80 mmHg.,
N= 100x/menit, RR= 20x/menit, S= 370C, Pf ekstremitas atas Inspeksi :
bentuk bahu sinistra kotak, tampak adanya kemerahan dan bengkak pada
bahu sinistra, Palpasi : Ada nyeri skala 7, teraba hangat, CRT >2 detik, pf
ekstremitas bawah Inspeksi : tampak adanya kemerahan dan sedikit bengkak
pada 1/3 distal sinistra, Palpasi : Ada nyeri skala 7, teraba hangat, ada
krepitus, CRT >2 detik, Hasil Rontgen : Fraktur tibia fibula sinistra 1/3 distal
dan dislokasi sendi bahu.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma : kecelakaan lalu
lintas dibuktikan dengan Pasien tampak pucat, Pf mata inspeksi :
konnjungtiva anemis, Pf ekstremitas bawah inspeksi : tampak ada VL pada
tungkai kaki kiri bawah dengan panjang luka 5 cm, kedalaman 2 cm.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TGL NO NOC NIC RASIONALISASI
DAN DP
WAKTU
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Pembidaian (0910) Pembidaian (0910)
Hambatan Mobilitas Fisik selama 3x24 jam dapat Monitor Monitor
teratasi sebagiian dengan kriteria hasil : Monitor sirkulasi pada area yang mengalami Pantau sirkulasi daerah trauma untuk
1. Domain :Fungsi Kesehatan (I) trauma mengetahui perkembangannya
2. Kelas : Mobilotas (C)
3. Outcome : Pergerakan (0208) Mandiri. Mandiri
Indikator A T Keterangan 1. Identifikasi bahan bidai yang paling tepat 1. Bahan bidai yang lembut, kasar, keras
Bergerak 2 5 1=Sangat terganggu digunakan pada jenis luka dan trauma
dengan 2=Banyak terganggu tertentu. Sehingga luka tidak tergores dan
mudah 3=Cukup terganggu lebih parah lagi
4=Sedikit terganggu 2. Beri bamtalan pada bidai yang keras 2. Bantalan dilakukan untuk melindungi luka
5=Tidak Terganggu dan trauma dari bahan keras
3. Imobilisasi sendi bawah dan atas area 3. Imobilisasi dilakukan untuk melatih gerak
pembidaian sendi agar sendi kembali seperti semula
4. Topang kaki dengan menggunakan papan 4. Mempertahankan posisi fungsional
kaki ekstremitas kaki dan mencegah
komplikasi.
5. Posisikan tangan pergelangan yang 5. Mengurangi nyeri dan mencegah
trauma sesuai fungsinya kesalahan posisi tulang/tegangan jaringan
yang cedera
6. Batasi pergerakan pasien, terutama yang 6. Pembatasan gerak dilakukan untuk
mengalami trauma mencegah trauma lebih lanjut
1. Domain :Kondisi Kesehatan Yang Dirasakan Edukasi Edukasi
(V) Instruksikan pasien dan keluarga mengenai Sebagai penambah wawasan pada keluarga
2. Kelas : Status Gejala (V) cara perawatan bidai mengenai perawatan dirumah tentang
3. Outcome : Tingkat Nyeri (2102) pentingnya perawatan bidai bagi pasien
Indikator A T Keterangan fraktur
Nyeri yang 2 4 1= Skala 10
di laporkan 2= Skala 7-9 Terapi Latihan: Ambulasi (0221) Terapi Latihan: Ambulasi (0221)
3= Skala 4-6 Monitor Monitor
4= Skala 1-3 Monitor penggunaan kruk pasien atau alat Karena Kruk membantu pasien dalam berjalan
5= Skala 0 bantu berjalan serta memenuhi kebutuhan ADL
Ekspresi 1 5 1=Meringis kesakitan Mandiri Mandiri
Nyeri 2=Menahan 1. Bantu pasien untuk perpindahan, sesuai 1. Pemenuhan kebutuhan pasien membantu
wajah 3=Diam kebutuhan dalam pemulihan karena pergerakan tubuh
4=Termenung pasien dibatasi.
5= Bahagia 2. Terapkan atau sediakan alat bantu untuk 2. Penyediaan alat bantu membantu melatih
Tidak bisa 2 5 1=Sering terbangun ambulasi, jika pasien tidak stabil otot pasien dan belajar menggerakkan
beristirahat 2=Sebentar anggota tubuh yang cedera
Terbangun Edukasi Edukasi
3=Tidak nyenyak 1. Instruksikan pasien mengenai 1. Karena ambulasi mendukung kekuatan,
4=Nyenyak sedikit pemindahan dan tehnik ambulasi yang daya tahan dan fleksibilitas anggota gerak.
5= Nyenyak aman
Kolaborasi Kolaborasi
1. Konsultasikan pada ahli terapi fisik 1. Pemberian terapi fisik dalam pemulihan
mengenai rencana ambulasi sesuai pasca truma benturan membantu
kebutuhan mengembalikan struktur dan posisi tulang
dalam bentuk seperti semula
Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri (1400)
Monitor Monitor
Mandiri Mandiri
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif 1. Pengkajian nyeri P,Q,R,S,T guna
mengetahui nyeri yang dirasakan dan
mengetahui tindakan apa yang perlu
dilakukan.
2. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri 2. Kualitas tidur pasien pasti akan terganggu
terhadap kualitas hidup pasien karena adanya nyeri pada trauma yang
(mis:tidur,makan) membuat kebutuhan tidur berkurang
3. Pastikan pemberian analgesic dan atau 3. Perawatan analgesic harus dilakukan
strategi non farmakologi sebelum pengawasan secara ketat karena analgesic
dilakukan prosedur yang menimbulkan sebagai pengurang nyeri serta pengobatan
nyeri infeksi
4. Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama 4. Kaji tingkat perubahan kenyamanan pasien
pasien, catat perubahan dalam catatan supaya kenyamanan pasien selalu terjaga.
medis pasien, informasikan petugas
kesehatan lainnya yang merawat pasien
5. Dukung istirahat atau tidur yang adekuat 5. Tidur yang kuat dan tercukupi membuat
untuk membantu penurunan nyeri pasien merasa tenang karena endofhin yang
meningkat membuat nyeri berkurang
Edukasi Edukasi
1. Ajarkan prinsip prinsip manajemen nyeri 1. Manjemen nyeri membantu dalam
pengurangan nyeri pada pasien
2. Ajarkan penggunaan teknik non 2. Teknik relaksasi akan merangsang
farmakologi hormone endorphin yang bekerja untuk
mengurangi rasa nyeri Dukungan keluarga
membantu dalam proses mengurangi
kecemasan
3. Dorong pasien untuk mendiskusikan 3. Bantu pasien untuk mendiskusikan sensasi
pengalaman nyerinya nyeri yang dirasakan

Kolaborasi Kolaborasi
1. Beritahu dokter jika tindakan tidak 1. Memberitahukan ke dokterapabila terdapat
berhasil atau jika keluhan pasien saat perubahan pada keadaan kesehatan pasien
ini berubah signifikan 2. Analgesik dipergunakan untuk mengurangi
2. Kolaborasi dengan dokter pemberian infeksi bakteri pada luka
analgesik untuk pasien

Bantuan Perawatan Diri (1800) Bantuan Perawatan Diri (1800)


Monitor Monitor
1. Monitor kemampuan perawatan diri secara 1. Pantau kemampuan pasien dalam
mandiri melakukan aktivitasnya yang dapat
dilakukannya dengan mandiri
2. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan 2. Pantau kebutuhan akan kebersihan tubuh
alat kebersihan diri, alat bantu untuk pasien supaya kebersihan pasien tetap
berpakaian, berdandan, eliminasi dan terjaga dan pasien tetap nyaman
makan

Mandiri Mandiri
1. Berikan bantuan sampai pasien mampu 1. Beri bantuan pasien dalam melakukan
melakukan perawatan diri mandiri kegiatan perawatan diri hingga pasien
mampu melakukannya sendiri
2. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas 2. Beri dukungan pada pasien supaya mau
normal sehari-hari sampai batas dan berusaha untuk memenuhi perawatan
kemampuan dirinya secara mandiri dan tidak
bergantung pada bantuan orang lain
3. Dorong kemandirian pasien, tapi bantu 3. Beri dukungan dan motivasi pada pasien
ketika pasien tak mampu melakukannya untuk mandiri dalam perawatan diri tapi
tetap berikan bantuan apabila pasien
belum mampu melakukan beberapa hal
secara mandiri
Edukasi Edukasi
Ajarkan orangtua atau keluarga untuk Beri pengajaran kepada keluarga supaya
mendukung kemandirian dengan membantu mendukung kemampuan pasien dalam
hanya ketika pasien tak mampu melakukan berusaha memenuhi perawatan dirinya namun
(perawatan diri) tetap bantu ketika pasien belum mampu
melakukannya secara mandiri
Kolaborasi Kolaborasi

2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Perawatan Luka (3660) Perawatan Luka (3660)
Kerusakan Integritas Kulit selama 3x24 jam dapat Monitor Monitor
teratasi dengan kriteria hasil : Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, Pantau kondisi luka terkait tanda tanda radang
1. Domain : Kesehatan Fisiologis (II) warna, ukuran dan bau yang terjadi diarea luka
2. Kelas : Integritas Jaringan (L) Mandiri Mandiri
3. Outcome : Integritas Jaringan: Kulit & 1. Pertahankan tehnik balutan steril 1. Balutan dengan tehnik steril dalam
Menbran Mukosa (1101) ketika melakukan perawatan luka perawatan luka dapat mencegah terjadinya
Indikator A T Keterangan dengan tepat invasi mikroorganisme
Wajah 2 5 1. Sangat amat pucat 2. Periksa luka setiap kali perubahan 2. Lihat dan catat luka setiap kali mengganti
pucat 2. Sangat pucat balutan balut untuk melihat perkembangannya
3. Cukup pucat
4. Agak pucat Edukasi Edukasi
5. Normal 1. Anjurkan pasien atau anggota keluarga 1. Ajarkan pasien dan keluarga untuk merawat
pada prosedur perawatan luka luka pasien sendiri dengan cara seperti yang
dilakukan tenaga medis ketika melakukan
1. Domain : Kesehatan Fisiologis (II) perawatan luka
2. Kelas : Integritas Jaringan (L) 2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk 2. Ajari pasien dan keluarga untuk mengenali
3. Outcome : Penyembuhan Luka: mengenal tanda dan gejala infeksi tanda tanda infeksi yang bisa terjadi pada
Sekunder (1103) pasien
Indikator A T Keterangan Kolaborasi Kolaborasi
Ukuran 2 5 1= 64cm3-<100cm3 1. Rujuk pada ahli diet dengan tepat 1. Kolaborasi dengan ahli diet supaya
Luka 2= 36 cm3-<64cm3 2. Kolaborasi dengan dokter dalam konsumsi makanan pasien dapat membantu
berkurang 3= 16 cm3-<36 cm3 pemberian salep yang sesuai dengan mempercepat penyembuhan lukanya
4= 4 cm3-<16 cm3 kulit 2. Kolaborasi dengan dokter dalam
5= <4 cm3- Tidak ada menentukan salep yang sesuai dengan kulit
Luka pasien dalam penyembuhan lukanya
Peradanga 1 4 1=Menghitam
n luka 2=Ada Pus
3=Masih ada darah Kontrol Infeksi (6540) Kontrol Infeksi (6540)
4=Memerah Monitor Monitor
5=Normal Mandiri Mandiri
1. Tempatkan isolasi sesuai tindakan 1. Tempatkan pasien dalam ruang isolasi yang
pencegahan yang sesuai tepat dan sesuai dengan penyakit yang
dideritanya
2. Pertahankan tehnik isolasi yang sesuai 2. Tehnik isolasi yang tepat dapat mencegah
terjadinya infeksi pada pasien
3. Batasi jumlah pengunjung 3. Membatasi pengunjung supaya pasien dapat
istirahat dengan cukup dan paparan dengan
mikroorganisme dapat diminimalisir
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan pasien dan pengunjung mengenai 1. Ajari cara mencuci tanagn yang baik dan
cara cuci tangan dengan tepat benar pad apasien dan pengunjung agar
pencegahan infeksi dapat ditingkatkan
2. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai 2. Ajari pasien dan keluarga untuk mengenali
tanda dan gejala infeksi dan kapan harus tanda infeksi yang bisa terjadi pada pasien
melaporkannya kepada penyedia perawatan dan kapan waktu yang tepat untuk
kesehatan melaporkan adanya tanda infeksi tersebut
3. Ajarkan pasien dan anggota keluarga 3. Ajari pasien dan keluarga mengenai cara
mengenai bagaimana menghindari infeksi cara yang dapat diterapkan untuk
menghindari munculnya tanda infeksi pada
pasien
Kolaborasi Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik yang sesuai dengan Kolaborasi dengan dokter dalam menentukan
advis dokter antibiotik yang sesuai untuk penanganan pada
pasien

Manajemen Cairan (4120) Manajemen Cairan (4120)


Monitor Monitor
1. Monitor status hidrasi 1. Pantau status hidrasi seperti fingerprint dan
capillary reffil sehingga keseimbangan
cairan dalam tubuh pasien dapat terpantau
dan dapat diberikan penanganan yang tepat.
2. Monitor tanda tanda vital pasien 2. Tanda tanda vital pasien dapat menjadi
tolok ukur dalam menilai keseimbangan
cairan dalam tubuh pasien sehingga
gangguan yang terjadi dapat diberikan
penanganan dengan tepat.
Mandiri Mandiri
1. Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan
1. Karena terapi IV dapat membantu
mengatasi kehilangan cairan aktif atau
sebagai pengganti cairan yang hilang
sehingga keseimbangan cairan dalam tubuh
pasien tetap terjaga
2. Berikan cairan dengan tepat 2. Pemberian cairan yang tepat seusai
kehilanngan cairan yang dialami pasien
dapat kembali menyeimbangkan
keseimbangan cairan dalam tubuh pasien
3. Tingkatkan asupan oral 3. Peningkatan asupan oral dapat membantu
kembalinya cairan-cairan melalui zat-zat
nutrisi yang berfungsi sebagai bahan utama
pembetukan cairan.
4. Atur kesediaan produk darah untuk 4. Ketersediaan produk darah untuk transfusi
transfusi, jika perlu sebaiknya selalu ada sehingga apabila
pasien tiba tiba mengalami kejadian yang
mengakibatkan kehilangan cairan yang
signifikan dapat dengan cepat di berikan
transfusi sehingga syok dapat dicegah.
5. Berikan produk-produk darah 5. Pemberian produk darah dapat kembali
mencegah terjadinya syok pada pasien
dengan kehilangan cairan aktif yang
signifikan.
Edukasi Edukasi
Dukung pasien dan keluarga untuk membantu Berikan motivasi dan dukungan kepada
dalam pemberian makan dengan baik keluarga dan pasien supaay kebutuhan makan
pasien tetap terpenuhi sehingga zat-zat nutrisi
ynag dibutuhkan tubuh dalam membentuk
kommponen cairan dapat terpenuhi dan
tercipta keseimbangan cairan dala tubuh
pasien
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Pemberian produk darah pada pasien dengan
produk darah yang dibutuhkan pasien kejadian kehilangan cairan aktif harus sesuai
dengan advis dokter
ANALISIS KASUS ETIK LEGAL

A. Otonomi (Kebebasan)
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri. Menghargai
otonomi berarti memberikan kesempatan seseorang untuk memutuskan
tindakannya sendiri. Perawat yang menghargai otonomi pasien secara tidak
langsung menghargai pasien yang memiliki harga diri dan martabat yang
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Oleh karena itu perawat harus
selalu melibatkan pasien dalam mengambil segala keputusan tentang
perawatan diri pasien itu sendiri.Undang - undang untuk otonomi tercantum
dalam :
1. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 4 : “Setiap orang berhak atas kesehatan.”
2. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 5 :
a. “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya di bidang kesehatan.
b. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
c. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya.”
3. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 7 : “Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi
dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.”
4. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 8 : “Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang
data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.”
5. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 56 :
a. “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut
secara lengkap.
b. Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku pada:
1) Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular
ke dalam masyarakat yang lebih luas;
2) Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
3) Gangguan mental berat.
c. Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”
6. Udang-undang republik indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang
keperawatan pasal 26 :
memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
Udang-undang republik indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang
keperawatan pasal 38 Hak dan kewajiban klien :
a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang
tindakan Keperawatan yang akan dilakukan.
b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya.
c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar Pelayanan Keperawatan, standar prolesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang
akan diterimanya, dan
e. memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatan nva.

B. Beneficience (Berbuat Baik)


Beneficience adalah melakukan yang baik dan tidak merugikan orang
lain. Beneficience juga merupakan kewajiban untuk melakukan hal tidak
membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi
kesehatan dan kesejahteraan pasiennya. Undang - undang untuk beneficience
tercantum dalam :
1. Undang - Undang Republik Indonesia no.36 tahun 2014 tentang
Kesehatan Pasal 60 ayat c : “bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika
profesi”
2. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 35 :
a. “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,
Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai
dengan kompetensinya.
b. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih
lanjut.
c. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
d. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
e. Ketentuan lebih lanjut”

C. Justice (keadilan)
Keadilan adalah memperlakukan sama pada seluruh pasien tanpa
memandang suku, agama, ras, dan ekonomi. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan. Keadilan terdapat pada pasal:
1. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 16 : “Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.”
2. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 170 :
a. “Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan
kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya.
b. Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan.
c. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.”

D. Tidak Merugikan (Non - Maleficient)


Tidak merugikan adalah tidak melukai, tidak membahayakan, dan tidak
mencederai orang lain. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien. Undang - undang untuk non - maleficient
tercantum dalam :
1. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 35 :
a. “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,
Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai
dengan kompetensinya.
b. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih
lanjut.
c. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
d. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
e. Ketentuan lebih lanjut”
2. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 53 :
a. Pelayanan kesehatan perseorang ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok
dan masyarakat.
c. Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien
dibanding kepentingan lainnya.

E. Veracity (Kejujuran)
Kejujuran adalah menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak
berbohong. Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam : UU
Keperawatan no. 38 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 37e “ Memberikan
informasi yang lengkap, jujur, benar,jelas, dan mudah dimengerti mengenai
tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganyasesuai dengan batas
kewenangannya.”

F. Fidelity (Menepati Janji)


Menepati janji adalah tanggung jawab untuk setia terhadap segala
sesuatu yang telah disepakati bersama. Menepati janji merupakan tanggung
jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk
mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
menghargai komitmennya kepada orang lain.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang
Kesehatan Pasal 61 : “Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang
memberikan pelayanan langsung kepada Penerima Pelayanan Kesehatan
harus melaksanakan upaya terbaik untuk kepentingan Penerima Pelayanan
Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.”

G. Confidentiality (Rahasia)
Rahasia adalah informasi tentang klien harus dijaga privacy klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Namun, diskusi tentang klien
diluar area pelayanan harus dihindari. Rahasia terdapat pada pasal :
1. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang
Kesehatan Pasal 37 ayat 3 : “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan
praktik wajib: Menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan
Kesehatan”
2. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 57 :
3. “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang
telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
4. Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:
a. Perintah undang-undang;
b. Perintah pengadilan;
c. Izin yang bersangkutan;
d. Kepentingan masyarakat; atau
e. Kepentingan orang tersebut.”

H. Tanggungjawab
Tanggung jawab adalah Eksekusi terhadap tugas-tugas yang
berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab berarti
perawat bersedia menyelesaikan tugas sesuai dengan kewajiban dan bergerak
dibawah hukum.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang
Kesehatan Pasal 37 ayat 1: “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik
wajib: Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi,
Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi
serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan”

KASUS ETIK LEGAL


Saat ini pasien akan dilakukan tindakan operasi tapi keluarga masih
mempertimbangkan.
1. Dari kasus diatas kelompok kami menyimpulkan bahwa etik legal yang
dilakukan perawat adalah otonomi. Pasien harus memiliki otonomi
pemikiran,niat,dan tindakan saat membuat keputusan mengenai prosedur
perawatan kesehatan.berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia no.
36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 5 ayat 3:
“Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.”
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia no 38 tahun 2014 tentang
keperawatan pasal 26:
a. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
Udang-undang republik indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan
pasal 38 Hak dan kewajiban klien :
a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang tindakan
Keperawatan yang akan dilakukan.
b. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang akan
diterimanya.3
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah diskontinuitas yang terjadi pada tulang. Masalah
kesehatan ini dapat di sembuhkkan dengan tindakan medis yang diberikan
oleh para pemberi pelayanan keperawatan, salah satunya yaitu perawat
dengan memberikan asuhan keperawatan. Pada masalah fraktur dapat diambil
masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik dan kerusakan integritas kulit,
dengan mengambil masalah keperawatan tersebut dapat dilakukan banyak
tindakan untuk menjaga kenyamanan dan kebersihan pasien.

B. Saran
Diharapkan mahasisiwa keperawatan mengerti dan memahami tentang
pemberian asuhan keperawatan pada pasien fraktur sehingga dapat
melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada pasien yang mengalami
gangguan dalam sistem muskuloskeletal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Risnoto dan Uswatu 2014. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


(muskuloskeletal). Yogyakarta:Deepublish

2. Departemen Kesehatan. [cited 2019 Dec 10]. Available from :


www.depkes.go.id

3. Sarwo Agus, Dra.Ni Ketut Mendri. Etika profesi & Hukum Keperawatan.
Yogyakarta:PUSTAKA BARU PRESS;2014. Hal 48

Anda mungkin juga menyukai