Disusun oleh
kelompok 1 :
1. Fransiska Padma Dewi (201711037)
2. Mery Marentha (201711053)
3. Muhammad Nurul Faizin (201711055)
4. Nadila Adelinda (201711056)
A. Latar Belakang
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah hilangnya kontinuitas
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifise, baik yang bersifat total
maupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang
mengalami kondisi patah, harus diketahui keadaan fisik tulang dan keadaan
trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur terjadi
karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok,
memutar dan tarikan. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul
yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai
ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi
atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang yang disebut
fraktur dislokasi.1
Di Indonesia angka kejadian patah tulang atau insiden fraktur cukup
tinggi, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2013
didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan
jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim
Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45%
mengalami catat fisik, 15% mengalami stress spikilogis seperti cemas atau
bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI
2013). Sedangkan menurut World Hearth Oraganization (WHO) tahun 2013
menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas mencapai 120.2226 kali atau 72%
dalam setahun.2
Meskipun trauma muskuloskeletal pada individu yang sehat jarang
berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan penderitaan fisik yang serius, beban
mental dan kehilangan waktu pasien. Maka dapat dikatakan trauma
muskuloskeletal mempunyai angka mortalitas yang rendah tapi dengan
morbiditas yang tinggi. Dengan meningkatnya angka bertahan hidup saat ini,
banyak orang mencapai usia tua dimana disertai dengan berkurangnya
koordinasi organ tubuh, sehingga sering mengalami jatuh. Ditambah dengan
kelemahan tulang akibat adanya osteoporosis akan menyababkan fraktur
patologis.
B. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Mahasiwa mampu menganalisa asuhan keperawatan dan kasus etik legal
pada sistem muskuloskeletal.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar fraktur dan dislokasi
b. Mahasiswa mampu memahami pathway dan asuhan keperawatan
terkait kasus fraktur dan dislokasi.
c. Mahasiswa mampu menganalisis kasus etik legal pada sistem
muskuloskeletal
C. Manfaat
Dapat mengetahui mengenai konsep dasar, pathway dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system muskuloskeletal yaitu
fraktur dan dislokasi.
BAB III
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Seorang laki-laki usia 25 tahun dibawa ke IGD karena di tabrak sebuah mobil.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan VE dibagian dahi kiri, perdarahan di tungkai
bawah sebelah kiri karena adanya VL dengan panjang luka 5 cm, kedalaman 2
cm, tampak pucat. Pasien mengeluh nyeri skala 7, nyeri seperti ditusuk-tusuk
terutama saat bergerak, dan tampak meringis kesakitan. Hasil rontgen: Fraktur
tibia fibula sinistra 1/3 distal dan dislokasi sendi bahu. TD 130/80 mmHg, N
100x/menit, RR 20x/menit, S 37OC, GCS E4M 6V5. Pasien sudah dilakukan
tindakan balut bidai. Pasien akan direncanakan ORIF. Saat ini pasien hanya bisa
berbaring ditempat tidur dan aktivitasnya dibantu perawat.
E. Kebutuhan
1. Oksigen
Sebelum masuk RS : Pasien tidak mengalami sesak nafas
Selama berada di RS : Pasien tidak mengalami sesak nafas
2. Cairan
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan minum air putih dalam
sehari sekitar 1500 cc.
Selama berada di RS : pasien belum minum semenjak masuk rumah
sakit.
3. Nutrisi
Sebelum di rumah sakit :
A (Antropometri): BB: 60 kg
TB: 172 cm
BBI = (TB – 100)-10% (TB-100)
= (172 -100) – 10 % (172-100)
= 72 – 7,2
= 64,8 kg
IMT = Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 60 / (1,72 X 1,72)
= 20,3 (Normal)
B (Biochemical) : Tidak terkaji
C (Clinical Sign) : Tidak terkaji
D (Diet) : Pasien mengatakan dalam sehari makan 3x dan 1
porsi habis
Selama berada di RS:
A (Antropometri): BB: 60 kg
TB: 172 cm
BBI = (TB – 100)-10% (TB-100)
= (172 -100) – 10 % (172-100)
= 72 – 7,2
= 64,8 kg
IMT = Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
= 60 / (1,72 X 1,72)
= 20,3 (Normal)
B (Biochemical) :
Ukuran Satuan Hasil Nilai Rujukan
Eritrosit juta/µl 4,6 juta/µl 4,0 – 5,0 (P)
4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin g/dL 9 g/dL 12,0 – 14,0 (P)
(Hb) 13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit % 50 % 40 – 50 (P)
45 – 55 (L)
4. Eliminasi Fekal
Frekuensi Konsistensi Warna Bau Keluhan
Sebelum 1 kali Tidak Tidak Bau Tidak ada
masuk RS : sehari terkaji terkaji khas keluhan
Selama 1 kali lembek Coklat Bau Tidak ada
berada RS : sehari khas keluhan
5. Eliminasi Urine
Frekuensi Warna Bau Keluhan
Sebelum 6-8 x/ sehari keruh Bau Tidak ada
masuk RS khas keluhan
Selama berada 5-6 kali sehari Kuning Bau Tidak ada
RS keruh khas keluhan
6. Aktivitas
Sebelum Selama di
Aktivitas Keterangan masuk Rumah
Rumah Sakit Sakit
Mandi Dapat mengerjakan sendiri √
Pada bagian tertentu dibantu
Memerlukan bantuan √
Seluruhnya tanpa dibantu √
Berpakaian Pada kondisi tertentu dibantu √
Seluruhnya memerlukan bantuan
Dapat mengerjakan sendiri √
Pergi ke
Memerlukan bantuan
toilet
Tidak dapat pergi ketoilet √
Berpindah Tanpa bantuan √
atau Dengan bantuan
berjalan Tidak dapat melakukan √
Dapat mengontrol √ √
BAB dan
Kadang-kadang ngompol
BAK
Dibantu seluruhnya
Tanpa bantuan √
Dapat makan sendiri kecuali hal-hal
Makan √
tertentu
Seluruhnya dibantu
SKOR A F
Keterangan:
A : Mandiri untuk 6 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali mandi dan fungsi lain
D : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan fungsi lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan fungsi
lainnya
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah dan
fungsi lainnya
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Dari data tersebut untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sebelum masuk
rumah sakit pasien mandiri untuk 6 fungsi, dan selama di rumah sakit
pasien memerlukan bantuan hampir disemua fungsi kecuali BAB dan
BAK.
7. Tidur
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan sehari tidur kurang lebih
8 jam dan nyenyak.
Selama berada di RS : Pasien mengatakan sehari tidur 6-7 jam tidak
nyenyak karena nyeri yang dirasakan dan
posisi yang tidak nyaman karena harus tidur
telentang terus.
8. Seksualitas
Sebelum masuk RS : Tidak terkaji
Selama berada di RS : Tidak terkaji
9. Interaksi Sosial
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan bahwa ia dapat
berkomunikasi baik dengan tetangga dan
selalu mengikuti kegiatan sosial di
lingkungan rumahnya.
Selama berada di RS : belum terkaji
10. Pencegahan Masalah kesehatan
Sebelum masuk RS : Pasien mengatakan apabila sakit sudah parah
baru mau ke rumah sakit atau pelayanan
kesehatan.
Selama berada di RS : pasien mengatakan selama di rumah sakit
hanya meminum obat yang diberikan oleh
dokter
11. Promosi Kesehatan
Sebelum masuk RS : Pasien belum pernah mendpaatkan
pendidikan kesehatan mengenai penanganan
nyeri dan fraktur.
Selama berada di RS : pasien mengatakan selama dirumah sakit
sudah mendapatkan pendidikan kesehatan
mengenai masalah kesehatannya.
12. Psikososial dan Konsep diri
Sebelum masuk RS : Tidak terkaji
Selama berada di RS : pasien mengatakan selama berada di rumah
sakit dapat menjalin hubungan dan
berkomunikasi dengan baik dengan pasien
lainnya dalam ruangan.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: Pasien tampak lemah, pucat dan meringis kesakitan
Kesadaran: Composmentis E4 M6 V5 GCS 15
2. TTV :
a. Tekanan Darah = 130/80 mmHg.
b. Frekuensi nadi = 100x/menit.
c. Frekuensi nafas = 20x/menit.
d. Suhu tubuh = 370C.
3. Head to Toe :
a. Kepala
Inspeksi : VE dibagian dahi kiri, tampak pucat, fingerprint (-)
Palpasi : Nyeri tekan pada daerah sekitar luka
b. Mata
Inspeksi : konjungtivita anemis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Hidung :
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada sinusitis, tidak terlihata
adanya polip
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
d. Mulut
Inspeksi : tidak ada stomatitis, tidak ada tonsilitis.
e. Telinga
Inspeksi ; tidak terlihat adanya luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : Tidak terlihat adanya benjolan, tidak ada luka
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
g. Dada
1) Paru-paru
Inspeksi : Dada simetris, tidak menggunakan otot bantu
nafas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus teraba
seimbang
Perkusi : terdengar sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Pola nafas regular, bunyi nafas vesikuler.
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 dengan diameter 2
cm
Perkusi : Batas atas ICS 2 linea para sternalis sinistra
Batas kanan ICS 4 linea sternalis dexstra
Batas bawah ICS 5 mid klavikula sinistra
Batas kiri ICS 4 mid axila sinistra
Auskultasi : tidak terdengar ada bunyi jantung tambahan
h. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada asites, tidak ada luka
Auskultasi : Bising usus 15 x/ menit
Perkusi : terdengar timpani disemua kuadran
Palpasi : tidak teraba adanya hepatomegali
i. Ekstremitas
Atas (status lokal)
Inspeksi : bentuk bahu sinistra kotak, tampak adanya
kemerahan dan bengkak pada bahu sinistra.
Palpasi : Ada nyeri skala 7, teraba hangat, CRT >2 detik.
Bawah (status lokal)
Inspeksi : tampak adanya kemerahan dan sedikit bengkak
pada 1/3 distal sinistra, tampak ada VL pada
tungkai kaki kiri bawah dengan panjang luka 5
cm, kedalaman 2 cm.
Palpasi : Ada nyeri skala 7, teraba hangat, ada krepitus,
CRT >2 detik
5 Fraktur
Karena ada fraktur tibia, fibula dan dislokasi bahu kiri.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil Rontgen:
Fraktur tibia fibula sinistra 1/3 distal dan dislokasi sendi bahu.
H. Terapi
Terapi Farmakologi
Nama Obat Komposis Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Tanggal
i Obat Pemberian
Infus RL 4x500 IV Ketidakseimba Alergi terhadap 10 Oktober
ml Bolus ngan elektrolit sodium laktat. 2019
tubuh
Ibuprofen Obat 200 IV Meredakan Hipersensitivitas 10 Oktober
antiinflam mg Bolus peradangan terhadap 2019
asi dan nyeri pada ibuprofen
nonsteroid tubuh yang
(NSAID) diakibatkan
penyakit,
radang sendi
Gentamicin - 450 IV Mengobati dan - 10 Oktober
mg bolus mencegah 2019
infeksi akibat
bakteri
Paracetamol Paracetam 1x6 Oral Sebagai Hipersensitivitas 10 Oktober
ol 500 mg kali analgesik terhadap 2019
sehari paracetmol dan
penyakit hepar
berat
ANALISA DATA
DO:
1. Pasien tampak meringis kesakitan
2. Pasien tampak pucat
3. Hasil TTV:
TD =130/80 mmHg.
N= 100x/menit.
RR= 20x/menit.
S= 370C
4. Pf ekstremitas
Atas
Inspeksi : bentuk bahu sinistra kotak, tampak
adanya kemerahan dan bengkak pada bahu
sinistra.
Palpasi: Ada nyeri skala 7, teraba hangat,
CRT >2 detik.
Bawah
Inspeksi : tampak adanya kemerahan dan
sedikit bengkak pada 1/3 distal sinistra
Palpasi: Ada nyeri skala 7, teraba hangat, ada
krepitus, CRT >2 detik
5. Hasil Rontgen:
Fraktur tibia fibula sinistra 1/3 distal dan
dislokasi sendi bahu.
DS: Kerusakan Trauma :
Integritas Kulit Kecelakaan lalu
DO: lintas
1. Pasien tampak pucat
2. Pf mata inspeksi : konnjungtiva anemis
3. Pf ekstremitas bawah inspeksi : tampak ada
VL pada tungkai kaki kiri bawah dengan
panjang luka 5 cm, kedalaman 2 cm.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kolaborasi Kolaborasi
1. Beritahu dokter jika tindakan tidak 1. Memberitahukan ke dokterapabila terdapat
berhasil atau jika keluhan pasien saat perubahan pada keadaan kesehatan pasien
ini berubah signifikan 2. Analgesik dipergunakan untuk mengurangi
2. Kolaborasi dengan dokter pemberian infeksi bakteri pada luka
analgesik untuk pasien
Mandiri Mandiri
1. Berikan bantuan sampai pasien mampu 1. Beri bantuan pasien dalam melakukan
melakukan perawatan diri mandiri kegiatan perawatan diri hingga pasien
mampu melakukannya sendiri
2. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas 2. Beri dukungan pada pasien supaya mau
normal sehari-hari sampai batas dan berusaha untuk memenuhi perawatan
kemampuan dirinya secara mandiri dan tidak
bergantung pada bantuan orang lain
3. Dorong kemandirian pasien, tapi bantu 3. Beri dukungan dan motivasi pada pasien
ketika pasien tak mampu melakukannya untuk mandiri dalam perawatan diri tapi
tetap berikan bantuan apabila pasien
belum mampu melakukan beberapa hal
secara mandiri
Edukasi Edukasi
Ajarkan orangtua atau keluarga untuk Beri pengajaran kepada keluarga supaya
mendukung kemandirian dengan membantu mendukung kemampuan pasien dalam
hanya ketika pasien tak mampu melakukan berusaha memenuhi perawatan dirinya namun
(perawatan diri) tetap bantu ketika pasien belum mampu
melakukannya secara mandiri
Kolaborasi Kolaborasi
2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Perawatan Luka (3660) Perawatan Luka (3660)
Kerusakan Integritas Kulit selama 3x24 jam dapat Monitor Monitor
teratasi dengan kriteria hasil : Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, Pantau kondisi luka terkait tanda tanda radang
1. Domain : Kesehatan Fisiologis (II) warna, ukuran dan bau yang terjadi diarea luka
2. Kelas : Integritas Jaringan (L) Mandiri Mandiri
3. Outcome : Integritas Jaringan: Kulit & 1. Pertahankan tehnik balutan steril 1. Balutan dengan tehnik steril dalam
Menbran Mukosa (1101) ketika melakukan perawatan luka perawatan luka dapat mencegah terjadinya
Indikator A T Keterangan dengan tepat invasi mikroorganisme
Wajah 2 5 1. Sangat amat pucat 2. Periksa luka setiap kali perubahan 2. Lihat dan catat luka setiap kali mengganti
pucat 2. Sangat pucat balutan balut untuk melihat perkembangannya
3. Cukup pucat
4. Agak pucat Edukasi Edukasi
5. Normal 1. Anjurkan pasien atau anggota keluarga 1. Ajarkan pasien dan keluarga untuk merawat
pada prosedur perawatan luka luka pasien sendiri dengan cara seperti yang
dilakukan tenaga medis ketika melakukan
1. Domain : Kesehatan Fisiologis (II) perawatan luka
2. Kelas : Integritas Jaringan (L) 2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk 2. Ajari pasien dan keluarga untuk mengenali
3. Outcome : Penyembuhan Luka: mengenal tanda dan gejala infeksi tanda tanda infeksi yang bisa terjadi pada
Sekunder (1103) pasien
Indikator A T Keterangan Kolaborasi Kolaborasi
Ukuran 2 5 1= 64cm3-<100cm3 1. Rujuk pada ahli diet dengan tepat 1. Kolaborasi dengan ahli diet supaya
Luka 2= 36 cm3-<64cm3 2. Kolaborasi dengan dokter dalam konsumsi makanan pasien dapat membantu
berkurang 3= 16 cm3-<36 cm3 pemberian salep yang sesuai dengan mempercepat penyembuhan lukanya
4= 4 cm3-<16 cm3 kulit 2. Kolaborasi dengan dokter dalam
5= <4 cm3- Tidak ada menentukan salep yang sesuai dengan kulit
Luka pasien dalam penyembuhan lukanya
Peradanga 1 4 1=Menghitam
n luka 2=Ada Pus
3=Masih ada darah Kontrol Infeksi (6540) Kontrol Infeksi (6540)
4=Memerah Monitor Monitor
5=Normal Mandiri Mandiri
1. Tempatkan isolasi sesuai tindakan 1. Tempatkan pasien dalam ruang isolasi yang
pencegahan yang sesuai tepat dan sesuai dengan penyakit yang
dideritanya
2. Pertahankan tehnik isolasi yang sesuai 2. Tehnik isolasi yang tepat dapat mencegah
terjadinya infeksi pada pasien
3. Batasi jumlah pengunjung 3. Membatasi pengunjung supaya pasien dapat
istirahat dengan cukup dan paparan dengan
mikroorganisme dapat diminimalisir
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan pasien dan pengunjung mengenai 1. Ajari cara mencuci tanagn yang baik dan
cara cuci tangan dengan tepat benar pad apasien dan pengunjung agar
pencegahan infeksi dapat ditingkatkan
2. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai 2. Ajari pasien dan keluarga untuk mengenali
tanda dan gejala infeksi dan kapan harus tanda infeksi yang bisa terjadi pada pasien
melaporkannya kepada penyedia perawatan dan kapan waktu yang tepat untuk
kesehatan melaporkan adanya tanda infeksi tersebut
3. Ajarkan pasien dan anggota keluarga 3. Ajari pasien dan keluarga mengenai cara
mengenai bagaimana menghindari infeksi cara yang dapat diterapkan untuk
menghindari munculnya tanda infeksi pada
pasien
Kolaborasi Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik yang sesuai dengan Kolaborasi dengan dokter dalam menentukan
advis dokter antibiotik yang sesuai untuk penanganan pada
pasien
A. Otonomi (Kebebasan)
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri. Menghargai
otonomi berarti memberikan kesempatan seseorang untuk memutuskan
tindakannya sendiri. Perawat yang menghargai otonomi pasien secara tidak
langsung menghargai pasien yang memiliki harga diri dan martabat yang
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Oleh karena itu perawat harus
selalu melibatkan pasien dalam mengambil segala keputusan tentang
perawatan diri pasien itu sendiri.Undang - undang untuk otonomi tercantum
dalam :
1. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 4 : “Setiap orang berhak atas kesehatan.”
2. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 5 :
a. “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya di bidang kesehatan.
b. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
c. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya.”
3. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 7 : “Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi
dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.”
4. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 8 : “Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang
data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.”
5. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 56 :
a. “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut
secara lengkap.
b. Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku pada:
1) Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular
ke dalam masyarakat yang lebih luas;
2) Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
3) Gangguan mental berat.
c. Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”
6. Udang-undang republik indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang
keperawatan pasal 26 :
memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
Udang-undang republik indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang
keperawatan pasal 38 Hak dan kewajiban klien :
a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang
tindakan Keperawatan yang akan dilakukan.
b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya.
c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar Pelayanan Keperawatan, standar prolesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang
akan diterimanya, dan
e. memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatan nva.
C. Justice (keadilan)
Keadilan adalah memperlakukan sama pada seluruh pasien tanpa
memandang suku, agama, ras, dan ekonomi. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan. Keadilan terdapat pada pasal:
1. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 16 : “Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.”
2. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 170 :
a. “Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan
kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya.
b. Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan.
c. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.”
E. Veracity (Kejujuran)
Kejujuran adalah menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak
berbohong. Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam : UU
Keperawatan no. 38 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 37e “ Memberikan
informasi yang lengkap, jujur, benar,jelas, dan mudah dimengerti mengenai
tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganyasesuai dengan batas
kewenangannya.”
G. Confidentiality (Rahasia)
Rahasia adalah informasi tentang klien harus dijaga privacy klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Namun, diskusi tentang klien
diluar area pelayanan harus dihindari. Rahasia terdapat pada pasal :
1. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang
Kesehatan Pasal 37 ayat 3 : “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan
praktik wajib: Menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan
Kesehatan”
2. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 57 :
3. “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang
telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
4. Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:
a. Perintah undang-undang;
b. Perintah pengadilan;
c. Izin yang bersangkutan;
d. Kepentingan masyarakat; atau
e. Kepentingan orang tersebut.”
H. Tanggungjawab
Tanggung jawab adalah Eksekusi terhadap tugas-tugas yang
berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab berarti
perawat bersedia menyelesaikan tugas sesuai dengan kewajiban dan bergerak
dibawah hukum.
Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang
Kesehatan Pasal 37 ayat 1: “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik
wajib: Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi,
Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi
serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan”
A. Kesimpulan
Fraktur adalah diskontinuitas yang terjadi pada tulang. Masalah
kesehatan ini dapat di sembuhkkan dengan tindakan medis yang diberikan
oleh para pemberi pelayanan keperawatan, salah satunya yaitu perawat
dengan memberikan asuhan keperawatan. Pada masalah fraktur dapat diambil
masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik dan kerusakan integritas kulit,
dengan mengambil masalah keperawatan tersebut dapat dilakukan banyak
tindakan untuk menjaga kenyamanan dan kebersihan pasien.
B. Saran
Diharapkan mahasisiwa keperawatan mengerti dan memahami tentang
pemberian asuhan keperawatan pada pasien fraktur sehingga dapat
melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada pasien yang mengalami
gangguan dalam sistem muskuloskeletal.
DAFTAR PUSTAKA
3. Sarwo Agus, Dra.Ni Ketut Mendri. Etika profesi & Hukum Keperawatan.
Yogyakarta:PUSTAKA BARU PRESS;2014. Hal 48