Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu: Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep. Sp. Kep. Kom.

Disusun oleh:

Sitti Latifah Faradibah S 1710711003

Dinna Wahyuni 1710711009

Afifah Jihan Ramadhan 1710711014

Siva Herawati 1710711016

Nenden Purwaningsih 1710711017

Ririn Alfiah Rianti 1710711018

Afifah Arum Meylani 1710711022

Annisa Nurhazyima 1710711125

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
KASUS

Perawat melakukan kunjungan ke RW 8 Kelurahan F merupakan pemukiman padat penduduk.


Rumah rumah penduduk berhimpitan dan hanya dipisahkan,oleh gang-gang kecil. Pemukiman
tersebut dikelilingi oleh selokan yang keadaanya cukup kotor. Warga biasa membuang sampah di
belakang rumah. Jika sampah sudah menumpuk, maka warga akan membakarnya. Sehingga tidak
heran jika setiap hari pasti ada asap mengepul dari rumah warga. Selain itu, anak-anak kurang
memperhatikan kebersihan.Mereka jarang mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Hampir
90% belum mengetahui pentingnya PHBS. Banyak anak yang menderita batuk pilek. Menurut data
posyandu, hampir setengah dari jumlah balita menderita batuk pilek. Kader posyandu bekerja sama
dengan puskesmas setempat pernah mengadakan penyuluhan terkait ISPA. Di kelurahan F terdapat
sebuah sekolah dasar negeri. Semua anak usia sekolah di RW 8 bersekolah di SD tersebut. Menurut
data sekolah, tingkat kelulusan di sekolah tersebut antara 70-80%.

Pengkajian Data Inti Komunitas

1. Demografi : RW 8 Kelurahan F merupakan pemukiman padat penduduk. Rumah rumah


penduduk berhimpitan dan hanya dipisahkan,oleh gang-gang kecil. Pemukiman tersebut
dikelilingi oleh selokan yang keadaanya cukup kotor. Warga biasa membuang sampah di
belakang rumah dan jika menumpuk dibakar
2. Status Perkawinan : 100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3. Nilai, Kepercayaan dan Agama : 90% masyarakat di kelurahan F adalah beragama islam
dan 10% non islam

Pengkajian Data Subsistem

1. Lingkungan Fisik
a) Inspeksi (Penglihatan/Pengamatan)
Tipe sekolah permanen, lokasinya tepat di pinggir jalan raya. Kebersihan
lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, lantai dan jendela sekolah sangat
berdebu. Terdapat 1 kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang
terjamin kebersihannya dan di depan sekolah terdapat banyak penjual makanan
kaki lima yang menjual jajanan dengan warna warna yang mencolok. Jenis
makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya.
b) Auskultasi (Pendengaran)
Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar 90% belum mengetahui pentingnya
PHBS, banyak anak menderitga batuk pilek yang diakibatkan lingkungan yang
kotor serta bakaran sampah. Posyandu bekerja sama dengan puskesmas setempat
pernah mengadakan penyuluhan terkait ISPA
c) Angket
Adanya kebiasaan menumpuk sampah dibelakang rumah dan membakarnya saat
sudah menumpuk serta kotornya selikan disekeliling rumah warga. Semua anak
RW 8 bersekolah disekolah dasar negeri dengan tingkat kelulusan 70-80%

2. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara dengan anak-anak di RW 8, kebanyakan orang tua mereka
mempunyai pekerjaan sebagai kuli bangunan, berdagang juga membuka warung eceran
untuk mencari nafkah dan ada beberapa anak yang bekerja sebagai pemulung sampah
plastik
3. Keamanan dan Transportasi
a) keamanan : Jarak antar rumah sangat berhimpitan dan dipisahkan oleh gang dan
didaerah RW 8 ada 5 preman dan tidak ada satpam yang menjaga lingkungan tersebut
b) Transportasi: Jenis transportasi yang digunakan anak-anak RW 8 adalah berjalan kaki
dan naik sepeda untuk menuju kesekolahnya
4. Politik dan Pemerintahan
a) Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti kegiatan kepramukaan.
b) Posyandu di RW 8 terdapat di balai desa. Kader yang dimiliki ada 7 orang.
5. Komunikasi
a) Formal : Hanya 25% anak-anak di RW 8 mampu diajak berbicara dengan komunikasi
yang formal dapat dilihat dari hasil jumlah lulusan di sekolah dasar
b) Informal : 75% anak-anak berbicara dengan bahasa yang kurang sopan data didapat
dari hasil wawancara
6. Pendidikan
a) Semua anak bersekolah di sekolah dasar RW 8.

7. Rekreasi
a) Terdapat tempat rekreasi yaitu pasar malam yang diadakan setiap akhir pekan.
8. Persepsi
a) Masyarakat
Masyarakat sekitar belum mengetahui pentingnya PHBS, banyak anak menderita batuk
pilek yang diakibatkan lingkungan yang kotor serta bakaran sampah.
b) Perawat
Kebiasaan menumpuk sampah dibelakang rumah, membakarnya saat sudah menumpuk
, kotornya selokan disekeliling rumah warga dan jarang memncuci tangan dengan
sabun sebelum makan merupakan penyebab terjadinya berbagai penyakit di daerah
tersebut. Contoh nya ISPA, Diare dsb.

Asuhan Keperawatan : Agregat Anak Usia Sekolah (ISPA)

Perawat melakukan kunjungan ke RW 8 Kelurahan F merupakan pemukiman padat


penduduk. Rumah-rumah penduduk berhimpitan dan hanya dipisahkan oleh gang-gang kecil.
Pemukiman tersebut dikelilingi oleh selokan yang keadaannya cukup kotor. Warga terbiasa
membuang sampah di belakang rumah. Jika sampah sudah menumpuk, maka warga akan
membakarnya. Sehingga tidak heran jika setiap hari pasti ada asap mengepul dari rumah warga.
Selain itu, anak-anak kurang memperhatikan kebersihan. Mereka jarang mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan. Hampir 90% belum mengetahui pentingnya PHBS. Banyak anak yang
menderita batuk pilek. Menurut data posyandu, hampir setengah dari jumlah balita menderita
batuk pilek. Kader posyandu bekerja sama dengan puskesmas setempat pernah mengadakan
penyuluhan terkait ISPA. Di kelurahan F terdapat sebuah sekolah dasar negeri. Semua anak usia
sekolah di RW 8 bersekolah di SD tersebut. Menurut data sekolah, tingkat kelulusan di sekolah
tersebut antara 70-80%.

Data Tambahan
Dari hasil observasi ditemukan tidak adanya program pengelolaan sampah, dan menurut data
posyandu, setengah dari jumlah balita menderita batuk pilek disertai sekret yang berlebihan.

Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Pada Kelompok Anak Usia Sekolah Di SDN


RW 8 Kelurahan F Mengenai Tidak Terciptanya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(Mencuci Tangan Menggunakan Sabun) Berhubungan Dengan Kurangnya Pengetahuan
Mengenai Phbs: Cuci Tangan Dengan Sabun
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas anak di wilayah RW 8 Kelurahan F berhubungan
dengan lingkungan (asap pembakaran sampah, selokan kotor)
c. Defisien Kesehatan Komunitas Pada Keluarga Di RW 8 Kelurahan F Mengenai Tidak
Terciptanya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Berhubungan Dengan Ketidakcukupan
Sumber Pengetahuan

Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


Keperawatan
1. Data Primer Ketidakefektifan Kurangnya
pemeliharaan pengetahuan
a. Warga biasa membuang
kesehatan pada mengenai PHBS
sampah di belakang rumah.
kelompok anak usia (Perilaku Hidup
Jika sampah sudah menumpuk,
sekolah di SDN RW 8 Bersih Sehat) :
maka warga akan
Kelurahan F. Cuci tangan dengan
membakarnya. Sehingga tidak
NANDA (2015 – sabun
heran jika setiap hari pasti ada
2017), Hal : 161,
asap mengepul dari rumah
Domain 1, Kelas 2
warga.
(00099).
b. Anak-anak kurang
memperhatikan kebersihan.
Mereka jarang mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan.
c. Hampir 90% belum
mengetahui pentingnya PHBS.
Data Sekunder

a. RW 8 Kelurahan F merupakan
pemukiman padat penduduk.
b. Menurut data sekolah, tingkat
kelulusan di sekolah tersebut
antara 70-80%.
Data Tambahan

Tidak tersedia program


pengelolaan sampah

2. Data Primer Perilaku Kesehatan Gagal melakukan


Cenderung Berisiko : tindakan mencegah
- Pemukiman tersebut
PHBS (00188) masalah kesehatan
dikelilingi oleh selokan yang
keadaannya cukup kotor.
- Warga terbiasa membuang
sampah di belakang rumah.
Jika sampah sudah
menumpuk, maka warga
akan membakarnya
- Selain itu, anak-anak kurang
memperhatikan kebersihan.
Mereka jarang mencuci
tangan dengan sabun
sebelum makan. Hampir
90% belum mengetahui
pentingnya PHBS
- Anak-anak mandi sehari
sekali, sikat gigi dua kali
sehari. Dan memilih
membeli jajanan di sekitar
lingkungan daripada
membawa bekal dari rumah.

Data Sekunder

- Menurut data posyandu,


hampir setengah dari jumlah
balita menderita batuk pilek.
Kader posyandu bekerja
sama dengan puskesmas
setempat pernah
mengadakan penyuluhan
terkait ISPA

3 Data Primer Defisien Kesehatan Ketidakcukupan


Komunitas pada sumber
- Warga biasa membuang
keluarga di RW 8 pengetahuan
sampah di belakang rumah.
Kelurahan F
Jika sampah sudah
mengenai tidak
menumpuk, maka warga
terciptanya perilaku
akan membakarnya.
hidup bersih dan
Sehingga tidak heran jika
sehat (NANDA
setiap hari pasti ada asap
00215 - Hal. 159)
mengepul dari rumah warga.
- Hampir 90% belum
mengetahui pentingnya
PHBS.
Data Sekunder

- RW 8 Kelurahan F
merupakan pemukiman
padat penduduk.

Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok anak usia sekolah di SDN RW 8


Kelurahan F.

No. Diagnosa Tujuan Keperawatan (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)

1. Ketidakefektifan Prevensi Primer Prevensi Primer


pemeliharaan Pengetahuan : Manajemen Pengajaran : Proses Penyakit (Hal :
kesehatan pada Penyakit Paru Obstruksi Kronik 300) (5602)
kelompok anak (Hal : 397) (1848) • Kaji tingkat pengetahuan
usia sekolah di - Klien dari tidak ada masyarakat terkait penyakit
SDN RW 8 pengetahuan mengenai yang banyak terjadi di
Kelurahan F. faktor-faktor penyebab dan wilayah tersebut
faktor yang berkontribusi • Jelaskan tanda dan gejala
ditingkatkan menjadi yang umum dari penyakit
pengetahuan banyak (Skala tersebut
1 ke 4) • Beri informasi kepada
masyarakat apa saja
- Klien dari tidak ada
penyebab penyakit yang
pengetahuan mengenai
terjadi di wilayah tersebut
faktor risiko dan
• Dorong masyarakat untuk
perkembangan penyakit
merubah gaya hidup untuk
ditingkatkan menjadi
mencegah meningkatnya
pengetahuan banyak (Skala risiko penyakit yang terjadi
1 ke 4) di wilayah tersebut
- Klien yang tidak ada Prevensi Sekunder
pengetahuan mengenai Monitor Pernapasan (Hal : 236)
tanda dan gejala penyakit (3350)
ditingkatkan menjadi • Monitor kecepatan , irama ,
pengetahuan banyak (Skala kedalaman dan kesulitan
1 ke 4) bernapas pada anak
Prevensi Sekunder • Monitor pola napas anak
Status Pernafasan: Pertukaran yang mengalami masalah
Gas (Hal : 559) (0402) gangguan pernapasan di
- Dispnea saat istirahat dari lingkungan tersebut
berat ditingkatkan menjadi • Monitor sekresi pernapasan
tidak ada (Skala 2 ke 5) klien
- Dispnea saat aktivitas ringan • Monitor adanya keluhan
dari berat ditingkatkan sesak pada klien
menjadi tidak ada (Skala 2 • Anjurkan pemakaian
ke 5) masker saat keluar rumah
- Sianosis dari berat untuk meminimalisir risiko
ditingkatkan menjadi tidak keparahan penyakit
ada (skala 2 ke 5) Prevensi Tersier
Prevensi Tersier Perlindungan Lingkungan yang
Tanda – Tanda Vital (Hal : 563) Berisiko (Hal : 399) (8880)
(0802) • Analisa tingkat risiko yang
- Tingkat pernapasan dari terkait dengan lingkungan
deviasi cukup besar dari (ISPA yang diakibatkan dari
kisaran normal kehidupan pemukiman yang
ditingkatkan menjadi buruk)
Tidak ada deviasi dari • Irformasikan warga yang
kisaran normal (Skala 2 berisiko mengenai hal-hal
ke 5)
- Irama pernapasan dari yang membahayakan
deviasi cukup besar dari lingkungan
kisaran normal • Monitor kejadian penyakit
ditingkatkan menjadi dan cedera yang
Tidak ada deviasi dari berhubungan dengan bahaya
kisaran normal (Skala 2 yang ada di lingkungan
ke 5) • Dukung program-program
- Kedalaman Inspirasi dari untuk adanya
deviasi cukup besar dari peringatan/pemberitahuan
kisaran normal tentang bahaya penyakit
ditingkatkan menjadi yang bisa yang bisa
Tidak ada deviasi dari menjangkit pada wilayah
kisaran normal (Skala 2 tersebut.
ke 5)

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas anak berhubungan dengan lingkungan (asap


pembakaran sampah, selokan kotor)

No Dx Noc Nic

2 Perilaku Setelah dilakukan asuhan Intervensi Primer


Kesehatan keperawatan masalah Pendidikan Kesehatan (5510)
Cenderung ketidakefektifan jalan nafas • Identifikasi faktor eksternal
Berisiko : PHBS dapat teratasi dengan kriteria dan internal yang dapat
(00188) hasil : meningkatkan atau
berhubungan mengurangi motivasi untuk
Prevensi Primer
dengan Gagal berperilaku sehat
Perilaku Pencarian Kesehatan
melakukan • Tentukan pengetahuan
- Melakukan perilaku
tindakan kesehatan dan gaya hidup
kesehatan dengan
mencegah inisiatif sendiri dari perilaku saat ini pada
masalah tidak pernah individu,keluarga atau
kesehatan menunjukkan kelompok setara
ditingkatkan menjadi • Tekankan manfaat
sering menunjukkan kesehatan positif yang
(Skala 1 ke 4) langsung atau jangka pendek
- melakukan perilaku yang bisa diterima oleh
kesehatan yang perilaku gaya hidup positif
disarankan dari tidak • Memberikan Pendidikan
pernah menunjukkan kesehatan kepada warga
ditingkatkan menjadi terkait dengan PHBS
sering menunjukkan • Berikan pendidikan
(Skala 1-5) kesehatan tentang
- Mampu menjelaskan pengolahan sampah yang
strategi untuk benar
mengoptimalkan • Berikan pendidikan
kesehatan dari tidak kesehatan terkait risiko yang
pernah menunjukkan ditimbulkan dari pengolahan
ditingkatkan menjadi sampah yang buruk
sering menunjukkan • Memberikan penyuluhan
(Skala 1 ke 4) tentang cara cuci tangan
Prevensi Sekunder yang baik dan benar
Kontrol Risiko: Penggunaan • Memberikan pendidikan
Tembakau kesehatan terkait pentingnya
Mengenali kemampuan untuk mengosok gigi dan menjaga
merubah perilaku dari tidak kebersihan tubuh
pernah menunjukkan Peningkatan kesadaran kesehatan
ditingkatkan menjadi sering (5515)
menunjukkan (Skala 1 ke 4) • Berikan pendidikan
- Menggunakan dukungan kesehatan sesuai masalah
personal untuk yang dialami klien
mencegah penggunaan • Sediakan materi informasi
rokok/tembakau dari kesehatan tertulis yang
tidak pernah mudah dipahami
menunjukkan • Berikan informasi terkait
ditingkatkan menjadi manajemen lingkungan
sering menunjukkan untuk meminimalisir
(Skala 1 ke 4) terjadinya risiko masalah
- Memanfaatkan sumber- kesehatan yang lebih buruk
sumber di masyarakat • Berikan pendidikan
untuk mencegah kesehatan terkait risiko yang
penggunaan akan diterima dari pola
rokok/tembakau hidup yang tidak sehat
Prevensi Tersier sesuai masalah klien
Kepercayaan Mengenai • Evaluasi pemahaman pasien
Kesehatan: Kontrol yang dengan meminta pasien
Diterima mengulangi kembali materi
- Meminta untuk terlibat yang sudah diberikan terkait
dalam keputusan masalah nya.
kesehatan dari lemah • Dorong penggunaan
ditingkatkan menjadi langkah-langkah efektif
kuat (Skala 2 ke 4) untuk mengatasi masalah
- Usaha untuk klien.
mengumpulkan Intervensi Sekunder
informasi dari lemah Skrining Kesehatan (6520)
ditingkatkan menjadi • tentukan populasi target
kuat (Skala 2 ke 4) pemeriksaan kesehatan
- Keyakinan bahwa • Sediakan akses yang mudah
tindakan sendiri yang bagi layanan skrining
mengontrol hasil • Intruksikan pasien akan
kesehatan dari lemah rasionalisasi dan tujuan
pemeriksaan kesehatan
ditingkatkan menjadi • Lakukan pengkajian fisik
kuat (Skala 2 ke 4) • Dapatkan riwayat kesehatan
• Ukur tekanan darah, TB,
BB, lemak tubuh, kolesterol
dan glukosa darah
• Rujuk dilakukannya
pemeriksaan penunjang
yang sesuai dengan risiko
penyakit yang ada di
masyarakat tersebut
Intervensi Tersier
Peningkatan sistem dukungan
(5440)
• Indentifikasi dukungan
keluarga dan lingkungan
terkait perilaku kesehatan
• Libatkan keluarga, teman
dan lingkungan untuk
meningkatkan perencanaan
pola hidup sehat
• Sediakan layanan pemberian
pendidikan kesehatan yang
sesuai dengan masalah klien
Perlindungan lingkungan yang
berisiko (8880)
• Analisa tingkat risiko yang
terkait dengan lingkungan
• Irformasikan warga yang
berisiko mengenai hal-hal
yang membahayakan
lingkungan
• Monitor kejadian penyakit
dan cedera yang
berhubungan dengan bahaya
yang ada di lingkungan
• Dukung program-program
untuk adanya
peringatan/pemberitahuan
tentang bahaya penyakit
yang bisa yang bisa
menjangkit pada wilayah
tersebut.

3. Defisien Kesehatan Komunitas Pada Keluarga Di RW 8 Kelurahan F Mengenai Tidak


Terciptanya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Berhubungan Dengan Ketidakcukupan Sumber
Pengetahuan (NANDA 00215 - Hal. 159)

No Dx Noc Nic

3 Defisien Setelah dilakukan kegiatan Pengembangan kesehatan


Kesehatan selama 1 minggu diharapkan komunitas (8500 – Hal 313)
Komunitas Pada masalah ketidakefektifan
Prevensi Primer
Keluarga Di RW pemeliharaan kesehatan dapat
8 Kelurahan F teratasi, dengan kriteria hasil : 1. Sediakan lingkungan,
Mengenai Tidak ciptakan situasi dimana
Status Kesehatan Komunitas
Terciptanya individu da kelompok
(2701 – Hal 534)
Perilaku Hidup merasa aman untuk
Bersih Dan Prevensi Primer mengekspresikan
Sehat pandangan mereka
Berhubungan 1. Status kesehatan anak 2. Bantu untuk meningkatkan
Dengan (skala 1 dapat kesadaran dan memberikan
Ketidakcukupan ditingkatnya menjadi perhatian mengenai
Sumber skala 4 atau status masalah-masalah kesehatan
Pengetahuan kesehatan membaik
(NANDA 00215 lebih dari 80%)
Pendidikan Kesehatan (551- - Hal
- Hal. 159) 2. Tingkat partisipasi
281)
dalam komunitas :
terdapat peningkatan Prevensi Primer
partisipasi
1. Targetkan sasaran pada
3. Adanya sistem data
kelompok beresiko tinggi
survelensi kesehatan
(anak anak atau balita)
ditempat (untuk
2. Identifikasi faktor internal
melaksanakan tujuan)
atau eksternal yang dapat
4. Tingkat partisipasi
meningkatkan motivasi
dalam pelayanan
untuk berperilaku sehat
perawatan kesehatan
3. Tentukan pengetahuan
preventif dapat
kesehatan dan gaya hidup
ditingkatkan (dari skala
perilaku sehat ini pada
1 ke skala 4/5)
individu, kelopok, atau
Prevensi Sekunder kelompok sasaran

1. Lingkungan F dapat
Pengembangan Program (8700 –
menyesuaikan dengan
Hal 314)
standar kesehatan
lingkungan Prevensi sekunder

1. Edukasi anggota kelompok


Kontrol risiko kumunitas:
perencanaan mengenai
penyakit menular (2802 – Hal
proses perencanaan yang
276)
sesuai (Mis. mengganti
Prevensi Sekunder kebiasaan yang tidak baik,
mengubah perilaku)
1. Skrinning dari ssemua
2. Kembangkan tujuan dan
kelompok target yang
sasaran untuk mengatasi
beresiko tinggi (dari
kebutuhan atau masalah
skala 1 ditingkatnya
3. Jelaskan metode, kegiatan
menjadi skala 4)
dan kerangka waktu untuk
2. Pendidikan publik
[dilakukannya]
sesuai dengan budaya
implementasi (cara cuci
tentang penularan
tangan yang benar,
penyakit menular
pembuangan sampah yang
tepat)
Prevensi Tersier
4. Rencanakan evaluasi
program
Prevensi tersier
Perlindungan lingkungan yang
1. Mendukung kebijakan
beresiko (8880 – Hal 399)
pengontrolan penyakit menular
Prevensi Tersier

1. Analisa tingkat resiko yang


terkait dengan lingkungan
(misalnya, kebiasaan hidup,
pekerjaan, suasana
lingkungan)
2. Informasikkan populasi
yang beresiko mengenai hal-
hal yang membahayakan di
lingkungan (selokan kotor,
membuang sampah
sembarangan dan dibakar
dekat rumah)
3. Pertahankan lingkungan
terkait dengan standar
lingkungan (PHBS)
4. Dukung program-program
untuk adanya
peringatan/pemberitahuan
akan bahaya yang ada di
lingkungan
5. Skrinning populasi yang
beresiko untuk mendapatkan
bukti adanya paparan
terhadap bahaya yang ada
dilingkungan

Monitor kebijakan kesehatan


(7970 - Hal 234)

Prevensi tersier

1. Tinjau kebijakan yang


diusulkan dan standar dalam
organisasi, profesi, serta
literaturnya dalam
pemerintahan dan di dalam
media populer
2. Bantu konsumen (yang
mendapatkan) perawatan
kesehatan untuk
mendapatkan informasi
mengenai perubahan saat
ini.
PERAN, FUNGSI DAN PRINSIP ETIK PERAWAT

a. Peran Perawat

1. Care Giver
Perawat melakukan pengkajian melalui kunjungan ke RW 8 Kelurahan F. Didapatkan
data-data berikut :
RW 8 Kelurahan F merupakan pemukiman padat penduduk. Rumah-rumah penduduk
berhimpitan dan hanya dipisahkan oleh gang-gang kecil. Pemukiman tersebut dikelilingi
oleh selokan yang keadaanya cukup kotor.
Perawat memberikan solusi dengan merencanakan intervensi untuk mengatasi masalah
yang terjadi di pemukiman RW 8 Kelurahan F.
2. Educator
Perawat melakukan penyuluhan kesehatan kepada anak sekolah tentang cara cuci tangan
yang benar dan momen-momen apa kita harus cuci tangan.
3. Referal Resource
Perawat sebagai sumber informasi mengenai perilaku hiduk bersih dan sehat (PHBS) dan
penanganan terhadap setengah dari jumlah balita menderita batuk pilek.
4. Role Model
Perawat menjadi contoh yang baik terhadap anak- anak dan masyarakat dalam melakukan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”.
5. Case Manager
Perawat mengidentifikasi kebutuhan untuk manajemen kasus, mengkaji kebutuhan
klien,membuat perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi).

b. Fungsi Perawat
1. Fungsi Independen
Perawat menjalankan peran educator untuk menambah pengetahuan anak sekolah
mengenai pentingnya mencuci tangan.
2. Fungsi Interpenden
Perawat bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk melakukan perubahan terhadap
lingkungan agar terciptanya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat sekitar
RW 8 Kelurahan F.

c. Prinsip Etik dalam Keperawatan Komunitas


1. Beneficience
Melakukan penyuluhan kesehatan kepada anak sekolah mengenai cara cuci tangan yang
benar untuk menghindari penularan penyakit melalui tangan.
2. Non Maleficience
Memberikan penjelasan kepada masyarakat sekitar mengenai bahayanya membakar
sampah karena dapat mengganggu system pernapasan terutama pada bayi dan anak-anak.
3. Justice
Melakukan pelayanan kesehatan tanpa membedakan tingkat ekonomi di masyarakat.

PROGRAM KESEHATAN ATAU KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG MELIHAT


KEBUTUHAN TUMBUH KEMBANG SESUAI AGREGAT

1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Pengertian

UKS adalah pusat kegiatan ksehatan dalam upaya pelayanan kesehatan pada siswa
sekolah yang dikelola dan diselenggarakan oleh institusi kesehatan, bekerja sama dengan
institusi pendidikan melaluui dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian
derajat kesehatan siswa (Depkes, 2002)

Ruang Lingkup UKS

1. Pendidikan Kesehatan

Merupakan upaya pendidikan kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum


sekolah

2. Pelayanan Kesehatan

Merupakan upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik

- Latihan Keterampilan teknis pemeliharaan kesehatan

- Penjaringan kesehatan bagi anak

- Monitoring / memantau peserta didik

- Usaha Pencegahan Penyakit Menular

- Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif)

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat


Merupakan hubungan antara upaya pendidikan serta upaya kesehatan untuk dapat
diterapkan dalam lingkunagn sekolah dan kehidupan sehari-hari

- Kerja bakti kebersihan sekolah secara rutin dan terencana (Jumat Bersih, piket kelas)

- Membuat dan memelihara kebun sekolah/taman sekolah

- Senam bersama

Tujuan Pelayanan UKS, menurut Depkes :


 Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi anak usia sekolah
 Meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar dan mengembangkan kegiatan kesehatan
dan kegiatan yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat
 Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Pengertian

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan pendidikan yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang membuat seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong diri sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan bergerak aktif
dalam menciptakan masyarakat .

Pentingnya Materi/ Pembinaan PHBS

Selain PHBS dalam tatanan rumah tangga, masih terdapat tatanan lain yang tidak kalah
penting seperti PHBS di sekolah dan juga PHBS di tempat kerja. Keseluruhan dari materi PHBS
bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang terlibat pada
setiap tatanan.

Sekolah yang sehat dengan anggota komunitas tingkat sekolah yang berperilaku hidup
bersih dan sehat dapat mencegah sekolah menjadi titik penularan atau sumber berbagai penyakit.
Demikian pula dengan PHBS di tempat kerja dimana keamanan dan kesehatan menjadi sesuatu
yang tidak kalah penting.

Perilaku hidup bersih dan sehat yang berasal dari implementasi materi phbs dapat
menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Menjalankan praktek
indikator – indikator PHBS di berbagai tatanan dapat menjadi sebuah gerakan untuk
memasyarakatkan perilaku hidup bersih dan sehat dimanapun dan juga kapanpun.

Manfaat PHBS di Setiap Tatanan

 Sekolah
Merupakan kegiatan memberdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
untuk mau melakukan pola hidup sehat untuk menciptakan sekolah sehat. Manfaat
PHBS di sekolah mampu menciptakan lingkungan yang bersihh dan sehat, meningkatkan
proses belajar mengajar dan para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah
menjadi sehat.
 Rumah tangga
Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan mampu
meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain, setiap
anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit,
rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktifitas angora rumah tangga dan
manfaat PHBS rumah tanggga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk
menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.
 Tempat kerja
PHBS di tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja agar tahu dan
mau untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dan sehat dan berperan dalam
menciptakan tempat kerja yang sehat. Manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja
mampu meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas
kerja dan meningkatkan citra tempat kerja yang positif.
 Masyarakat
Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang
sehat, mencegah penyebaran penyakit, masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas
kesehatan dan mampu mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

Indikator PHBS di Sekolah

 Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,


 Mengkonsumsi jajanan sehat,
 Menggunakan jamban bersih dan sehat
 Olahraga yang teratur
 Memberantas jentik nyamuk
 Tidak merokok di lingkungan sekolah
 Membuang sampah pada tempatnya, dan
 Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan
yang sehat.

Langkah-langkah Pembinaan PHBS di sekolah

1. Analisis Situasi

Penentu kebijakan/pimpinan disekolah melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya


kebijakan tentang PHBS di sekolah serta bagaimana sikap dan perilaku khalayak sasaran (siswa,
warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah) terhadap kebijakan PHBS disekolah. Kajian
ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.

2. Pembentukan kelompok kerja

Pihak Pimpinan sekolah mengajak bicara/berdialog guru, komite sekolah dan tim pelaksana atau
Pembina UKS tentang :

 Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS disekolah • Membahas rencana kebijakan
tentang penerapan PHBS di sekolah.
 Meminta masukan tentang penerapan PHBS di sekolah, antisipasi kendala sekaligus
alternative solusi.
 Menetapkan penanggung jawab PHBS disekolah dan mekanisme pengawasannya.
 Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga sekolah dan masyarakat sekolah.
 Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja penyusunan kebijakan PHBS di sekolah.
3. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah

Kelompok kerja membuat kebijakan jelas, tujuan dan cara melaksanakannya.

4. Penyiapan Infrastruktur

Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS di sekolah Instrument
pengawasan Materi sosialisasi penerapan PHBS di sekolah Pembuatan dan penempatan pesan di
tempat-tempat strategis disekolah Pelatihan bagi pengelola PHBS di sekolah

5. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah


a. Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah di lingkungan internal antara lain :
 Penggunaan jamban sehat dan air bersih
 Pemberantasan Sarang nyamuk (PSN)
 Larangan merokok disekolah dan kawasan tanpa rokok di sekolah
 Membuang sampah ditempatnya
b. Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di sekolah

6. Penerapan PHBS di Sekolah


 Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai dengan kurikulum
yang berlaku (kurikuler)
 Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang dilakukan diluar jam
pelajaran biasa (ekstra kurikuler)
 Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
 Aktivitas kader kesehatan sekolah /dokter kecil.
 Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
 Pemeliharaan jamban sekolah
 Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
 Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
 Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
 Pemeriksaan rutin kebersihan: kuku, rambut, telinga, gigi dan sebagainya.
 Bimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling.

Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif siswa, guru, dan
orang tua, antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset radio/film, penempatan
media poster, penyebaran leafleat dan membuat majalah dinding.

Pengawasan & penerapan sanksi Pengawas penerapan PHBS di sekolah mencatat pelanggaran dan
menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan yang telah dibuat seperti merokok di sekolah,
membuang sampah sembarangan

7. Pemantauan dan evaluasi

Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodic tentang kebijakan yang telah dilaksanakan.
Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan.
Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan

Dukungan dan Peran untuk membina PHBS di sekolah

Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas
pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sector sangat penting untuk pembinaan PHBS
disekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim
Pembina dan pelaksana UKS), sedangkan masyarakat sekolah berpartisipasi dalam perilaku hidup
bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat.

a. Pemda
 Bupati/walikota

Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk perda, surat keputusan, surat edaran, instruksi, himbauan
tentang Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan sehat disekolah.

Mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah.

 DPRD

Memberikan persetujuan anggaran untuk pengembangan PHBS di sekolah

Memantau kinerja Bupati/Walikota yang berkaitan dengan pembinaan PHBS di sekolah

b. Lintas Sektor
 Dinas Kesehatan

Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan UKS melalui jalur ekstrakulikuler.

 Dinas Pendidikan

Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan Program UKS melalui jalur kulikuler
dan ekstrakulikuler

 Kantor Depag

Melaksanakan pembinaan dan pengembangan PHBS dengan pendekatan program UKS pada
perguruan agama

c. Tim Pembina UKS

Merumuskan kebijakan teknis mengenai pembinaan dan pengembangan PHBS melalui UKS.
Mengkordinasikan kegiatan perencanaan dan program serta pelaksanaan pembinaan PHBS
melalui UKS. Membina dan mengembangkan PHBS melalui UKS serta mengadakan monitoring
dan evaluasi.
d. Tim Pelaksana UKS

Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan


pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat dalam rangka peningkatan PHBS di sekolah.
Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik, instansi lain yang terkait dan masyarakat
lingkungan sekolah untuk pembinaan dan pelaksanaan PHBS di sekolah. Mengadakan evaluasi
pembinaan PHBS di sekolah.

e. Komite sekolah

Mendukung dalam hal pendanaan untuk sarana dan prasana pembinaan PHBS di sekolah.
Mengevaluasi kinerja kepala sekolah dan guru-guru yang berkaitan dengan pencapaian sekolah
sehat.

f. Komite sekolah

Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat edaran dan instruksi tentang
pembinaan PHBS di sekolah. Mengalokasikan dana/anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah.
Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan PHBS di sekolah. Memantau kemajuan pencapaian
sekolah sehat disekolahnya.

g. Guru-guru

Bersama guru lainnya mengadvokasi yayasan/orang tua murid kepala sekolah untuk memperoleh
dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di sekolah. Sosialisasi PHBS di lingkungan
sekolah dan sekitarnya. Melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di sekolahnya. Memantau tujuan
pencapaian sekolah sehat di lingkungan sekolah.

h. Orang tua murid


Menyetujui anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah. Memberikan dukungan dana untuk
pembinaan PHBS di sekolah baik insidentil dan bulanan.

3. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ( GERMAS )

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran,
kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan
GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat
yang membentuk kepribadian.

GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur
dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin,
Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara
nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu:

1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari,

2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan

3) Memeriksakan kesehatan secara rutin.

GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang


mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif
dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk
menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja. Peran
Kementerian dan Lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang peran serta
seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan
pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam
menggerakkan anggotanya untuk berperilaku sehat; serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun
daerah dalam menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya.
Salah satu dukungan nyata lintas sektor untuk suksesnya GERMAS, diantaranya Program
Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
yang berfokus pada pembangunan akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni, yang
merupakan infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal keamanan pangan.
DAFTAR PUSTAKA

https://puskesmas.bantulkab.go.id/pundong/2017/02/22/germas-kampanye-hidup-sehat-di-
seluruh-sekolah-dasar-di-kecamatan-pundong/

Pengelola Web Kemdikbud. 2016, 15 November. GERMAS Wujudkan Indonesia Sehat.


Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses pada 5 November 2019. Dari

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/11/germas-wujudkan-indonesia-sehat

Krist. 2011. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) di Sekolah.Diakses pada 5 November
2019. Dari

https://puskesmasbatuputihberau.wordpress.com/promkes/info-kesehatan/perilaku-hidup-
bersih-dan-sehat-phbs-di-sekolah/

Kemkes. 2016, 1 Januari. PHBS. Diakses pada 5 November 2019. Dari


http://promkes.kemkes.go.id/phbs

Anda mungkin juga menyukai