PERNAFASAN
Disusun oleh
Kelompok 5
1. Aminatuz Zanah (2017720111)
2. Jihan nabillah (2017720086)
3. Silvi Zakia (2017720111)
4. Tazkia Aulia Rizka (201772014)
5. Windi Sisniah (2017720118)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan
Pernafasan ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan serta memperluas ilmu
pengetahuan terkait konsep asuhan keperawatan lanisa. Kami menyadari bahwa dalam menyusun
makalah ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Gerontik guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomi - fisiologi dan dapat timbul pula penyakit -
penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hiduplansia di Indonesia semakin meningkat
karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. Pada tahun
2010 jumlah warga lanjut usia (lansia)di Indonesia akan mencapai 19.079.800 jiwa
(BAPPENAS, BPS, UNFPA. 2005) pada tahun 2014 akan berjumlah 22.202.200 jiwa atau
9,6% dari total penduduk dan pada tahun2025 akan meningkat sampai 414% dibandingkan
tahun 2004 (WHO, 2005).
Fungsi primer dari sistem pernafasan adalah menghantarkan udara masuk dan keluar
dari paru sehingga oksigen dapat dipertukarkan dengan karbondiaoksida. Sistem pernafasan
atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus-sinus, dan faring. Sistem pernafasan bawah
meliputi trakhea, bronkus-bronkus, dan paru.
Rongga thoraks tersusun atas susunan tulang iga yang membatasi/rib cage (sebagai
"dinding") dan diafragma (sebagai "lantai"). Mediastinum membagi dua rongga pleura. Tiap
paru terletak di dalam satu rongga pleura, yang dilapisi dengan membran serosa disebut
pleura. Pleura parietal menutupi permukaan dalam dinding thoraks dan meluas hingga
diafragma dan mediastinum. Pleura viseralis menutupi permukaan luar paru dan meluas
hingga fisura antara lobus. Membran pleura mensekresi cairan pleura dalam jumlah sedikit,
yang menciptakan kelembaban dan mantel licin untuk lubrikasi saat bernafas. Paru terbagi
atas beberapa lobus yang terpisah dengan jelas. Paru kanan terdiri dari tiga lobus : lobus
superior, media dan inferior. Paru kiri hanya memiliki dua lobus: lobussuperior, dan inferior.
Dasar setiap paru terletak diatas permukaan diagfragma.
Menurut ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografiyaitu perubahan
pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian bawah akut dan
tuberkulosis paru menduduki penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat. Gangguan
sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia khususnya
Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma. Menurut laporan WHO
pada tahun 2006, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian pneumonia tertinggi
ke-6 di seluruh dunia. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun
2001, pneumonia merupakan urutan terbesar penyebab kematian pada balita. Pneumonia
dapat mengenai anak di seluruh dunia, bila diumpamakan kematian anak-anak di seluruh
dunia akibat pneumonia, maka setiap jam, anak-anak sebanyak 1 pesawat jet penuh (230
anak) meninggal akibat pneumonia, yang mencapai hampir 1 dari 5 kematian balita di
seluruh dunia. Insiden pneumonia di negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun
(10-20%). Sedangkan insiden TBC, WHO mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi
lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah
terbesar kasus insiden padatahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan
Indonesia (WHO, 2010).
Peningkatan insiden dan prevalensi pneumonia pada lansia juga dikaitkan dengan
penyakit komorbid yang diderita pasien, seperti diabetes melitus, penyakit jantung,
malnutrisi, dan penyakit hati kronik. Sebagai contoh, diabetes melitus menyebabkan
penurunan fungsi sistim imun tubuh baik proses kemotaksis maupun fagositosis. Pada gagal
jantung kongestif yang disertai edema paru, fungsi clearance paru berkurang sehingga
kolonisasi kuman pernafasan mudah berkembangbiak. Pasienyang sebelumnya sering
mengonsumsi obat-obatan yang bersifat sedatif atau hipnotik berisiko tinggi mengalami
aspirasi sehingga mempermudah terjadinya infeksi. Hal itu disebabkan kedua obat tersebut
menekanrangsang batuk dan kerja clearance mukosilier (WHO. 2010).
Dampak yang diakibatkan meliputi masa rawat yang lebih panjang, biaya rawat yang
lebih besar serta sering timbulnya komplikasi berat sehingga menimbulkan penurunan
kualitas hidup. Infeksi saluran nafas atas dan influenza malah sering berlanjut menjadi
pneumonia yang gejala dan tanda pneumonia pada lansia sering tidak khas yang
menyebabkan keterlambatan diagnosis, belum lagi meningkatnya resistensi mikroba terhadap
antibiotika. Adapun peran kita sebagai seorang perawat dalam mencegah ataupun menangani
gangguan yang terjadi pada sistem pernapasan lansia adalah memberikan pendidikan
kesehatan pada lansia untuk mencegah terjadinya gangguan yang lebih kronis dan
memberikan tindakan keperawatan sesuai wewenang kita sebagai seorang perawat sesuai
indikasi yang diderita oleh lansia (Geffen, 2006).
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui bagaimana konsep teori serta asuhan keperawatan yang tepat
untuk lansia dengan gangguan sistem pernafasan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep lansia
b. Untuk mengetahui perubahan anatomi dan fisiologi sistem respirasi pada lansia
c. Untuk mengetahui asuhan kepera"atan pada lansia dengangangguan sistem respirasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Teori Penuaan
Proses menua melibatkan berbagai sistem di dalam tubuh yang akan
mengakibatkan berkurangnya fungsi sistem-sistem tersebut. Menurut Darmojo dan
Martono (2004) hal tersebut dapat dijelaskan melalui teori-teori berikut:
1) Teori Error Catastrophe (Mutasi Somatik)
Kegagalan regulasi genetik menyebabkan menurunnya fungsi genetika pada usia
lanjut. Hal tersebut sebagai akibat dari tidak cukupnya perbaikan DNA yang rusak
secara spontan, mutasi dalam sel somatik dan besarnya kesalahan dari DNA sendiri.
2) Teori Imunologis
Proses penuaan disebabkan kerusakan secara perlahan pada proses imunologis. Hal
ini dibuktikan dengan menurunnya sintesa antibodi dalam tubuh dan pembentukan
antibodi.
3) Teori Sintesa Protein
Proses penuaan disebabkan karena gangguan mekanisme sintesa protein. Tahapan
sintesa protein dipengaruhi oleh aktivitas enzim. Perubahan aktivitas enzim
menyebabkan gangguan sintesa protein sehingga terbentuk protein abnormal.
4) Teori Molekul Radikal Bebas
Radikal bebas terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh terutama saat respirasi.
Reaksi antara radikal bebas dengan asam lemak tidak jenuh pada membran sel untuk
membentuk produk peroksidasi dapat menghalangi ke luar masuknya zat makanan
melalui membran sel sehingga mempercepat kerusakan dan kematian sel. Tubuh
manusia mampu menghasilkan enzim untuk menangkal radikal bebas, namun
sebagian besar radikal bebas tetap lolos. Bertambahnya usia selaras dengan
bertambahnya radikal bebas dalam tubuh, sehingga proses kerusakan dan kematian
sel makin meningkat.
B. Pernapasan
1. Pengertian Pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut
inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 2006). Pernapasan
merupakan proses ganda terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan (pernapasan dalam),
maupun proses yang terjadi di dalam paru-paru yang disebut pernapasan luar. Pernapasan
melalui paru-paru atau respirasi eksternal, oksigen (O2) dihisap melalui hidung dan
mulut. Waktu bernapas, oksigen masuk melalui batang tenggorokan atau trakea dan pipa
bronkial ke alveoli serta erat hubungannya dengan darah di dalam kapiler pulomonaris
(Kus Irianto, 2008).
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang laki-laki berusia 67 tahun tinggal bersama keluarga.Klien mengeluh nafas agak sesak,
batuk berdahak, lemah dan banyak mengeluarkan keringat.Hasil pengkajian klien mengatakan
batuk lebihdari 3 minggu, selama dirumah klien pernah batuk bercampur darah, mual dan tidak
nafsu makan.Hasil pemeriksaan frekuensi nafas 26 kali permenit, frekuensI nadi 88 kali
permenit, tekanan darah 130/80 mmHg
1. Pengkajian
Do :
Klien mengeluh sesak nafas
Klien mengeluh batuk berdahak
Klien mengeluh banyak mengeluarkan keringat
Hasil pemeriksaan RR 26x/menit
Nadi 88x/menit
TD 180/80 mmhg
Ds :
Klien mengatakan batuk lebih dari 3 minggu
Klien mengatakan pernah batuk bercampur darah
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan mual
2. Diagnose
Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekresi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan tidak
nafsu makan.
3. Intervensi/perencanaan
No Diagnose Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Jalan nafas tidak Mengefektifkan jalan 1. Auskultasi bunyi 1. Beberapa derajat bronkus
efektif nafas nafas, catat adanya terjadi dengan obstruksi
berhubungan bunyi nafas, misal: jalan nafas dan tidak
dengan adanya Hasil yang diharapkan: mengi, rongki dimanifestasikan adanya
sekresi Mempertahanka bunyi nafas adventisius.
n jalan nafas 2. Takipnea ada pada
paten dengan beberapa derajat dan
bunyi nafas 2. Kaji/ pantau dapat ditemukan pada
bersih/ jelas frekuensi penerimaan/ selama
Menunjukkan pernafasan, catat stress/ adanya proses
perilak uuntuk rasio inspirasi infeksiakut.
memperbaiki mengi (emfisema). 3. Peninggian kepala tempat
bersihan jalan tidur mempermudah
nafas fungsi pernafasan dengan
Misal: batuk 3. Kaji pasien untuk menggunakan gravitasi,
efektif dan posisi yang nyaman namun pasien dengan
mengeluarkan missal: peninggian slifres beratakan mencari
sekret kepala tempat tidur, posisi yang paling mudah
duduk dan sandaran untuk bernafas.
tempat tidur. 4. Pencetus tipe reaksi alergi
pernafasan yang dapat
mentrigen episode akut
5. Memberikan pasien
beberapa cara untuk
mengatasi dan
4. Pertahhankan mengontrol dyspnea dan
polusi lingkungan menurunkan jebakan
minimum debu, udara.
asap dll 6. Batuk dapat menetap
tetapi efektif khususnya
5. Bantu latihan nafas bila pada lansia, sakit
abdomen/ bibir akut, atau kelemahan
7. Membantu dalam
6. Ajarkan teknik Proses penyembuhan.
nafas dalam batuk
efektif
7. Berikan obat sesuai
indikasi
4. Evaluasi
No. Tgl/Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
1. - S : Klien mengatakan merasa nyaman
dengan menambahkan peninggian kepala
tempat tidue dan duduk dengan sandaran
tempat tidur
O : TD :180/80 mmhg, RR : 26x / menit,
nadi : 88x / menit
A : Masalah tidak efektifnya jalan napas
belum teratasi
P:
a. Anjurkan pasien untuk
mempertahankan posisi yang nyaman
b. monitor TTV
c. pertahankan jalan nafas yang paten
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai
usia panjang, terjadinya tidak bisa di hindari siapapun. Usia tua adalah periode penutup
dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode dimana seseorang telah "beranjak jauh" dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan
manfaat (Hurlock, 2000).Menurut WHO tahun 2005, Lanjut usia meliputi usia pertengahan
yakni kelompok usia 45-59 tahun, Lanjut usia (Elderly) yakni 60-74 tahun, usia lanjut tua
(Old) yakni 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yakni lebih dari 90 tahun. Proses
penuaan merupakan konsekuensi yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia. Walaupun
proses penuaan merupakan suatu proses yang normal, akan tetapi keadaan ini lebih menjadi
beban. Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut seperti penurunan kondisi fisik,
penurunan fungsi dan potensiseksual, perubahan aspek sosial, perubahan yang berkaitan
dengan pekerjaan, dan perubahan dalam peran sosial dimasyarakat. Perubahan anatomi
fisiologi sistem pernapasan pada lansia yaitu perubahan anatomik pada respirasi, perubahan
fisiologik pada pernapasan, faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru, dan penyakit
pernapasan pada usia lanjut. Gangguan pada sistem pernafasan pada lansia seperti
pneumonia, tb paru, asma, bromkiektaksis, dan epusi pleura.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan penulis dan pembaca menjadi tahu tentang sistem
pernapasan dan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pernapasan. Diharapkan
agar institusi lebih mengembangkan pendidikan keperawatan gerontik, khususnya gangguan
sistem pernapasan pada lansia serta asuhan keperawatan yang tepat pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/19972848/asuhan_keperawatan_lansia_dengan_gangguan_pernafasan
http://jrpatrickgaskins.blogspot.com/2011/05/makalah-gerontik-asuhan-keperawatan.html
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10698/6.BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y