Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Status kesehatan masyarakat Indonesia di masa mendatang sangat
ditentukan oleh pembinaan kesehatan generasi muda di masa sekarang. Faktor
utama sebagai penentu optimalnya status kesehatan suatu masyarakat angat
ditentukan oleh perilaku sehat yang dilakukan sehari hari sepanjang
kehidupannya. Pembentukann perilaku sehat sejak dini merupakan jalan terbaik
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Anak usia sekolah 6 sampai 12 tahun merupakan periode yang paling
tepat pembentukan perilaku sehat. Karena pada masa ini anak memasuki masa
industri, anak mulai aktif meniru atau mempelajari perilaku terutama perilaku
sehat. Sehingga pembentukan perilaku sehat lebih mudah diajarkan pada masa
ini, karena perilaku sehat tersebut dapat menetap kelak kemudian hari.
Perawat kesehatan sekolah mempunyai peran kunci untuk dapat
melakukan pembinaan kesehatan di sekolah. Pembinaan mulai dilakukan pada
semua seting sekolah,mjulai dari strata TK, SD, SMP, dan SMA. Topik
pembinaan kesehatan disesuaikan strata pendidikan dan usia anak sekolah
tersebut. Khusus untuk pembinaan perilaku sehat paling tepat diberikan pada
usia sekolah 6 sampai 12 tahun.
1.2.Rumusan Masalah
Adupun rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah perkembangan perawat kesehatan sekolah?
2. Bagaimana konsep model keperawatan kesehatan sekolah?
3. Bagaimana model kesehatan sekolah komprehensif?
4. Bagaimana lingkup praktek keperawatan kesehatan sekolah?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan perawat kesehatan sekolah
2. Untuk mengetahui konsep model keperawatan kesehatan sekolah
3. Untuk mengetahui model kesehatan sekolah komprehensif
4. Untuk mengetahui lingkup praktek keperawatan kesehatan sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah perkembangan Perawat Kesehatan sekolah

Peran perawat kesehatan sekolah di negara maju telah lama dimulai


dikembangkan sejalam dengan perkembangan ilmu kesehatan dalam usaha
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dinamis. Sejarah perkembangan
keperawatan kesehatan sekolah dunia dimulai sejak tahun 1900 sampai
sekarang dalam usaha memberikan pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan kepada anak usia sekolah terakum dalam dua tahapan (Stanhope
2000). Pada tahap pertama era tahun 1900 fokus program kesehatan sekolah
lebih berfokus pada pemberantasan penyakit menular, integrasi pendidikan
kesehatan, pemberian panduan dan konsultasi kesehatan, dimulainya pelayanan
kesehatan utama (primary health care) dan perawat kesehatan sekolah sebagai
bentuk praktek professional disekolah, promosi kesehatan disekolah untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan. Pada masa ini praktik keperawatan kesehatan
sekolah professional dikembangkan di berbagai perguruan tinggi.

Pada tahap kedua, diawali setelah perang dunia kedua perawat


kesehatan sekolah lebih dikenal dalam pelayanan humanitarian, preventive dan
educational. Peran perawat kesehatan sekolah diperluas ke arah pertolongan
kegawatan, pendidik kesehatan, konselor/coordinator/penghubung (liason)
kesehatan antara pihak sekolah (guru, murid, dan staf), orang tua, keluarga, dan
masyarakat. Pada era kedua ini peran perawat kesehatan sekolah meningkat.
Selanjutnya peran perawat sekolah terlibat dalam pengelolaan kesehatan
sekolah secara komprehensif yang melibatkan berbagai multidisilpin. Perawat
mempunyai kesempatan sebagai manager atau koordinator dalam
pengembangan program kesehatan sekolah.

Perkembangan model keperawatan kesehatan sekolah dinegara maju


dewasa ini kearah pendekataan komprehensif, integrasi, dan interdisiplin dalam
melakukan promosi kesehatan disekolah (Bryan’s (1973); Leavell & Clark’s;
Courtesy Julie C, Novak, University of Virginia, (1998)). Ada tiga perspektif
dalam model keperawatan kesehatan sekolah yang di kemukakaan oleh Bryan’s
(1973) yaitu lingkungan yang sehat, Pelayanan kesehatan, dan kurikulum
kesehatan yang terintegrasi. Sedangkan Model Leavell & Clark’s (1998)
menitik beratkan pada tiga tingkat pencegahan dimana tingkat pencegahan
primer sebagai dasar.

Model lainnya yang dikemukaan oleh Leavell & Clark’s; Courtesy Julie
C, Novak, University of Virginia, (1998) mengilustrasikan program yang
komprehensif dan integratif melibatkan berbagai komponen yang ada untuk
saling berinteraksi, berkomunikasi, berkoordinasi dan memberikan dukungan.
Koordinator kesehatan sekolah (dikepalai perawat kesehatan sekolah) yang
melaksanakan program kesehatan sekolah (pelayanan kesehatan, pendidikan
kesehatan dikelas, olah raga, pengelolaan makanan, pelayanan kesehatan
mental) mendapatkan dukungan dari System Komunitas Sekolah, System
Komunitas Kesehatan, dan System Pemerintahan Local, State School Health
Specialis, School Nurse Institute Partnership, Distric School Board, District
Health Advisory Boards.

2.2. Konsep Model Keperawatan Kesehatan Sekolah

a. Pengertian Keperawatan Kesehatan Sekolah


Konsep Keperawatan kesehatan sekolah ini adalah pratek
keperawatan profesional dalam usaha mencapai kesejahteraan (Well-
being), prestasi akademik, dan usia yang panjang dengan usaha
memfasilitasi pelajar agar mencapai perkembangan yang normal dengan
cara promosi perilaku sehat dan keselamatan, menangani masalah kesehatan
yang bersifat potensial dan aktual, melakukan pengelolaan pelayanan
kesehatan, melakukan kolaborasi aktif dengan lintas program dan sektoral
untuk membangun kemampuan pelajar dan keluarga agar mencapai
kemampuan adaptasi sendiri, advokasi, dan belajar (National Associatian of
school Nurse, 1999).
b. Konsep Model
Beberapa konsep model dan teori yang mendasari asuhan
keperawatan komunitas dengan keamanan makanan pada tananan sekolah,
sebagai berikut:
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Usaha Kesehatan sekolah (UKS) merupakan bentuk program


promosi kesehatan di sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah sejak lama
melaui konsep Trias UKS dan dokter kecilnya (depkes, 1997/1998).
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan
sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sekolah. Tujuan umum UKS ini adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta
didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis
dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
(Depkes.RI 2007). Program UKS ini mempunyai kekuatan hukum yang
kuat karena di dukung oleh empat menteri (Mendagri, Menteri Kesehatan,
Menteri Pendidikan dan Menteri Agama) dalam bentuk kebijakan bersama
Nomor: 1/U/SKB; Nomor 1067/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor 26 Tahun
2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS.
Program UKS ini didukung oleh 4 menteri karena sekolah
mempunyai peranan dan kedudukan strategis dalam upaya promosi
kesehatan untuk menciptakan generasi muda yang sehat di masa
mendatang.Sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga
pendidikan dalam jangka waktu cukup lamasekitar 6 sampai 7 jam per hari
yakni 41% dari total waktu atif diluar tidur malam. Jumlah usia 7-12
berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif
dalam proses belajar. ( Depdiknas, 2007).Institusi pendidikan seperti
sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan generasi muda
dibandingkan dengan institusi sosial lainya. Sekolahan merupakan
lingkungan belajar yang alami yang menampung sebagian besar anak usia
muda. Sehingga lingkungan sekolah sangat kondusif untuk promosi
kesehatan. Berkaitan dengan pendidikan kesehatan disekolah, seorang guru
mempunyai otoritas penuh dikelas sehingga mempunyai peran dan
pengaruh besar untuk melakukan pembelajaran pada pelajarnya kearah
pembentukan perilaku sehat.
Tiga program utama UKS yaitu (a) penciptaan lingkungan sekolah
yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan (c) upaya
pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal
dengan istilah TRIAS UKS (Diagram 1).

Pendidikan kesehatan

Pelayanan Pembinaan
Kesehatan Lingkungan Sehat

Gambar 1 Logo Trias UKS(Sumber: Depkes.RI 2008)

2.3. Model Kesehatan Sekolah Komprehensif (Comprehensif School Health


Model) (CSH)
Comprehensive school health model (CSH) dikembangkan oleh
Allensworth dan Kolbe (Stanhope & lancaster, 2004), Allensworth, Wyche,
Lawson, Nicholson (1995) mendefinisikan bahwa Comprehensive School
Health Model adalah suatu perencanann program yang terintegrasi secara
berkesinambungan antara afiliasi sekolah, aktifitas-aktivitas sekolah, dan
pelayanan kesehatan sekolah dalam upaya meningkatkan kesehatan fisik,
mental, sosial, dan pendidikan pelajar. Program ini melibatkan dukungan
keluarga dan masyarakat sekolah dengan delapan komponen yang saling
berinteraksi. Komponen komponen tersebut merupakan program yang
berfokus pada pembentukan perilaku pelajar dan staf sekolah (Gambar 3).
Komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a. Pendidikan Kesehatan (Health education)
Pendidikan kesehatan menggunakan strategi pembelajaran
yang fokus pada perubahan perilaku dalam upaya meningkatkan status
kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan di lingkungan sekolah
untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang ilmu kesehatan,
menanamkan nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat,
dapat menerapkan perilaku hidup sehat, menanamkan prinsip-prinsip
pencegahan penyakit sehingga dapat menghindari pengaruh buruk
dari luar, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
dimasa mendatang.
Pendidikan kesehatan terhadap keamanan makanan ditujukan
untuk membantu pelajar dalam melaksanakan perilaku makan
seimbang, pencegahan penyakit bawaan makanan, dan pencegahan
makanan yang mengandung kimia berbahaya. Pendidikan kesehatan
menekankankepada pelajar untuk mengembangkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mempertahankan pola
makan yang sehat dan aman. Konsep pembelajaran keamanan makanan
termasuk pola makan sehat, ukuran porsi makan, tehnik mengatur berat
badan yang cocok/ideal, kosep dasar kemanan makan (kebersiahan,
pencegahan kontaminan silang, pemasakan, dan penyimpanan),
pencegahan kimia berbahaya (pemilihan makanan jajanan berwarna
mencolok dan mengandung bahan pengawet (Brainerd, 2004).
Pendidikan kesehatan paling efektif apabila diintegrasikan kedalam
kurikulum sekolah. Metode yang baik digunakan adalah pembelajaran
dengan penugasan (mencari jawaban/pemecahan masalah), kerja
kelompok, analisis situasi, peer teaching,membuat tujuan dan
komitmen untuk berubah, menentukan peluang untuk meningkatkan
manfaat dari perubahan perilaku sehat. Selain pelajar, pendidikan
kesehatan juga melibatkan guru, orang tua/angota keluarga, masyarakat,
dan penjaja/pedagang makan di lingkungan sekolah (stanhope &
lancaster, 2004). Pelibatan orang tua/anggota keluarga pelajar dan
masyarakat pada pendidikan kesehatan nutrisi ini sekaligus berperan
sebagai pendukung dan reinforcing.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan sekolah di fokuskan pada tiga tingkat
pencegahan yaitu prevensi primer (promosi dan pendidikan
kesehatan, pencegahan masalah kesehatan pada anak); sekunder
(skrining terhadap berbagai penyakit, monitoring tumbuh kembang
anak, memberi pertolongan pertama pada penyakit atau
kecelakaan/cedera); tersier (perawatan lanjutan pada anak yang
membutuhkan pelayanan perawatan jangka panjang bersama-sama
dengan pihak pendidikan dan mansyarakat (Stanhope & Lancaster,
2004). Pelayanan kesehatan yang diberikan di sekolah adalah
pelayanan bersifat pencegahan seperti imunisasi dan skrining,
pelayanan yang bersifat emergecy (darurat), pengelolaan penyakit akut
dan kronik, rujukan, konseling kesehatan, pendidikan tentang gaya
hidup sehat, dan administrasi pengobatan yang dibolehkan (Depkes.
RI, 2010).
Pelayanan kesehatan terhadap pencegahan dan pengobatan
keamanan makan meliputi screening gizi kurang, konseling masalah
gizi, pengelolaan dan pemantauan berat badan secara teratur,
pengobatan atau rujukan berkaitan dengan penyakit akut akibat bawaan
makanan dan keracunan seperti diare, sakit perut, demam, dan
keracunan makan seperti mual muntah sampai tidak sadarkan diri.
Pelayanan kesehatan terhadap siswa dapat dilakukan di klinik
kesehatan sekolah (UKS) atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan
masyarakat (Puskesmas) dan bekerjasama dengan keluarga (Depkes
RI, 2010). Pelayanan kesehatan di Puskesmas bagi peserta didik
yang dirujuk dari sekolah diperlukan kesepakatan dalam rapat
perencanaan tentang pembiayaan peserta didik yang dirujuk. Jaminan
pemeliharaan kesehatan mandiri bagi pelajar dan guru merupakan
bentuk pembiayaan pelayanan kesehatan yang terencana di sekolah
bekerja ama dengan puskesmas terdekat (Depkes RI, 2010).
c. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi disekolah dalam bentuk pemberiaan pola makan
tambahan (PMT anak sekolah) untuk pelajar yang kurang gizi/ BB
kurang dari normal secara kontinu dalam waktu tertentu (Depkes, RI
2004). Di negara maju seperti Amerika program seperti ini dikenal
dengan program school breakfast dan school lunch yang didanai oleh
pemerintah dan swadaya masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Namun program tersebut menuai banyak perdebatan dan kontroversi
karena muncul berbagai masalah dan issu seperti kandungan makanan
tidak terkontrol, pelajar bosan karena menu kurang bervariasi, dan
banyak sponsor makanan tidak sehat masuk ke dalam lingkungan
sekolah. Berdasarkan masalah ini makan pelayanan nutrisi/gizi lebih
diarahkan kepada pendidikan kesehatan dan konseling nutrisi/gizi
terhadap siswa, keluarga, dan masyarakat.
d. Lingkungan Sekolah Sehat
Lingkungan sekolah menjadi model dan mempunyai pengaruh
penting dalam pembentukan perilaku sehat dan peningkatan status
kesehatan pelajar (Stanhope & Lancaster, 2004). Para pelajar dapat
belajar dari lingkungan dalam sekolah yang ditata dengan baik.
Sehingga perancangan lingkungan sekolah yang sehat menjadi penting
untuk dipertimbangkan atau diperhatikan. Dinas pendidikan, dinas
kesehatan, dan pengelola sekolah mempunyai tanggung jawab atau
kepentingan untuk membina kantin sekolah, penjaja makanan yang
berada di lingkungan sekolah terhadap penyediaan berbagai jenis
makanan dan aktivitas pengelolaan atau penyediaan nutrisi agar sesuai
standar kesehatan. Selain itu keadaan ventilasi ruangan, penyediaan
sarana air bersih, pembuangan sampah, instalasi listrik aman juga
menjadi perhatian.

Pendidikan
kesehatan
Pelayanan
Pelayanan
gizi
kesehatan

Lingkungan Pendidikan

sehat jasmani

Promosi Pelayanan

kesehatan staf psikologis &

sekolah konseling
Keterlibatan
keluarga &
masyarakat

Gambar 3 Comprehensive school health model (sumber: Stanhope & Lancaster,


2004).
e. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmanimerupakan salah satu kurikulum sekolah
yang mempromosikan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur yang
diikuti semua pelajar untuk mempertahankan berat badan normal dan
kebugaran. Pendidikan jasmani mendorong anak untuk mengurangi
aktivitas santai dan meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga secara
teratur. Aktivitas fisik/olahraga teratur dapat meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan otot dan tulang (Nies & McEwen, 2007).
Lama aktivitas fisik yang baik adalah 3-5 kali per minggu selama
satu jam atau 30 menit setiap hari (Depkes, 2002). Di Indonesia,
pendidikan jasmani dan olah raga ini masuk dalam kurikulum inti
dengan nama mata ajar Penjaskes. Menurut kurikulum pendidikan dasar
Kemendikbud (2004) bahwa ruang lingkup pembelajaran Penjaskes
meliputi pendidikan jasmanai, pendidikan olah raga, dan pendidikan
kesehatan. Mata ajar ini diberikan dari kelas 1 sampai kelas VI.

f. Promosi Kesehatan bagi Staff Sekolah


Program kesehatan bagi guru dan staf sekolah sangat penting
untuk dilakukan secara terus menerus karena mereka menjadi role
model dan pendidik kesehatan sehari-hari bagi anak didiknya di
lingkungan sekolah (Story, 1999). Pendidikan ditujukan kepada semua
guru, staff, penjaga dan petugas kantin/warung sekolah.
g. Program Psikologis dan Konseling Sekolah
Konseling berbasis sekolah penting dilakukan jika muncul
masalah kesehatan terhadap pelajar yang tidak dapat diselesaikan
dengan pelayanan rutin. Misalnya, ditemukan pelajar dengan masalah
gizi kurang atau buruk yang tidak ada perubahan setelah dilakukan
intervernsi rutin, maka dilakukan konseling gizi oleh guru yang
terlatih, perawat sekolah atau dirujuk ke ahli gizi.
h. Keterlibatan Keluarga dan Masyarakat
Keberhasilan program keamanan makanan dipengaruhi oleh
keterlibatan semua unsur yang merupakan mata rantai proses makanan
sampai kepada makanan tersebut di konsumsi (Budapest, 2002).
Keterlibatan keluarga dan masyarakat efektif dalam pembentukan
perilaku makan yang aman. Keluarga berperan dalam proses
pengolahan makan, penyedian makan, penyimpanan makan. Orangtua
merupakan role model dan pendukung utama bagi anggota keluarga
dalam berperilaku sehat (Story, 1999). Masyarakat sekitar juga
sanagat berperan dalam mendukung dalam penyediaan makanan yang
aman. Karena bahan bahan makanan mentah maupun makan disediakan
oleh masyarakat dari berbagai sumber. Perilaku jajan anak sekolah
menjadi faktor penting untuk di kontrol. Jika jajanan atau makanan yang
di jual oleh masyarakat adalah makan sehat, maka anak anak juga
terhindar dari penyakit bawaan makanan. Kantin sekolah menjadi faktor
penting untuk diperhatikan.
Peran koordinator kesehatan sekolah menjadi kunci dalam
melakukan integrasi, koordinasi, dan mengelola program kesehatan
sekolah. Sehingga semua komponen yang ada dilingkungan sekolah
seperti komite sekolah (school health commitee), Koordinator konsil
kesehatan masyarakat sekolah (community School Health Coordinating
ouncil), dan koordinator aktivitas kecamatan dan kota (District and State
Coordinating Activities) dapat digerakkan dalam upaya memberikan
dukungan dalam menjalankan program kesehatan sekolah (lihat gambar
4). Melibatkan masyarakat di sekitar sekolah merupakan hal yang sangat
penting dalam menjalakan program kesehatan sekolah.

2.4. Lingkup Praktek Keperawatan Kesehatan Sekolah


Lingkup praktik Keperawatan Kesehatan Sekolah luas tidak terbatas
pada penanganan kesehatan sehari hari seperti pertolongan pertama siswa
sekolah, sakit perut, dan melakukan immunisasi, namun perawat sekolah
memberikan perawatan secara komprehensif kepada siswa, seluruh staf
sekolah, keluarga, dan masyarakat lain disekitar sekolah (Stanhope &
Lancaster, 2004). Masyarakat lain yang dimaksud adalah perawat sekolah
tidak hanya memperhatikan siswa di dalam gedung sekolah, namun juga
memberikan perhatian atau perawatan kepada anak anak gelandangan
(Juvenile detention centre), kelompok PAUD dan penitipan anak anak
(Preschool and day-care centre), kunjungan wisata siswa, event olah raga pada
siswa, dan anak anak sekolah di rumah beserta keluarganya (National
Assocoation of School Nurses, 2001). Intervensi keperawatan yang diberikan
selain perawatan langsung juga dalam bentuk pendidikan kesehatan, dan
counseling.
Lingkup praktik keperawatan kesehatan sekolah menurut American
Nursing Association and the National Association of School Nurses secara
rinci adalah
- Memberikan perawatan langsung kepada para siswa
- Provide leadership for the provision of health services as a health care
expert
- Melakukan screening kesehatan dan rujukan kesehatan
- Melakukan promosi lingkungan sekolah sehat
- Menunjuukan kepemimpinan dalam penentuan kebijakan kesehatan
dan pengembangan program
- Melakukan Aliansi antara staff sekolah, keluarga, masyarakat, dan
petugas kesehatan
- Memberikan dukungan kepada siswa dengan memberikan
pengkajian kesehatan, intervensi, dan follow up dalam setting
sekolah
- Memfasilitasi respon posistive siswa menuju perkembagan yang
normal
- Melakukan promosi praktik prilaku sehat dan keamanan
- Melakukan intervensi langsung pada masalah aktual dan potensial
- Berkoordinasi dengan antar lintas program dan sektor dalam upaya
menuju keberlangsungan pelayanan kesehatan.
- Secara aktif berkolaborasi dengan komponen lain dimasyarakat
untuk membangun kapasitas yang kuat antara siswa, keluarga dan
masyarakat sekolah dalam upaya adaptasi, self managemen, self
advokasi dan belajar
- Bersama profesi perawat mengunakan proses keperawatan untuk
pengambilan keputusan dan aksi.
- Menggunakan proses keperawatan dalam bekerja dan dalam
pengambilan keputusan sebagai bentuk professionalisme perawat
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keperawatan kesehatan sekolah mempunyai peranan penting dalam


pembentukan perilaku sehat generasi muda di seting sekolah dalam upaya
meningkatkan kesehatan bangsa indonesia di masa mendatang.

Berbagai konsep model kesehatan sekolah telah diterapkan di berbagai


negara maju dalam upaya meningkatkan kesehatan sekolah. Indonesia dapat
memodifikasi model ini dengan menyesuaikan kedalam budaya Struktur
Organsiasi di Indonesia.

Perawat kesehatan sekolah sebagai perawat profesioanl mempunyai


tantangan untuk dapat memerankan peran yang esensial untuk menunjukkan
dirinya untuk dapat elakukan perawatan kesehatan masyarakat pada seting
sekolah dalam upaya membentuk perilaku sehat anak sekolah.

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/339641832/Peran-Perawat-Kesehatan-Sekolah-
Dalam-Upaya

Anda mungkin juga menyukai