Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH CASE CONFERENCE

BY. K DENGAN BBLR DAN HIPERBILIRUBIN

DI PAVILIUN PERINA ATAS

RSUD KABUPATEN TANGERANG

Kelompok 2 :

1. Hilda Hidayani 7. Nadira


2. John Faizal Noer 8. Nida Fauziyah
3. Kurnia Auliyaa Wati 9. Noviyanti
4. Luthfy Anshari 10. Nurfika Mustika Dewi
5. Miftahul Jannah 11. Nurfitri Annisa
6. Muhimmatun Nisa 12. Ovi Wijayanti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan kuasa-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah case conference kasus
kelompok ini dengan baik. Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas pratik profesi ners stase
keperawatan Anak di RSUD Kabupaten Tangerang yang berlokasi di ruang Perina Atas.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga berguna bagi pembaca dalam
memperdalam atau menambah wawasan. Jika terdapat kata maupun penulisan yang salah, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan
agar menjadi proses pembelajaran yang bermanfaat bagi penyusun.

Ciputat, 25 Februari 2020

Tim penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................................................... 7
1. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) ...................................................................................... 7
2. Hiperbilirubin .................................................................................................................................. 18
BAB III ....................................................................................................................................................... 23
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................................... 23
BAB IV ....................................................................................................................................................... 48
PENUTUP .................................................................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 50
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode neonatus yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari,
merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir. Bayi
baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi sosial (Bobak dkk, 2005).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah
faktor eksternal yang meliputi: keluarga, kelompok, teman sebaya, pengalaman hidup,
kesehatan lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan olah raga, status
kesehatan, serta lingkungan tempat tinggal (Perry & Potter, 2005).
Tahun 2013, 73% kematian neonatal di seluruh dunia terjadi dalam tujuh hari
kehidupan dengan jumlah sekitar dua juta orang, 16% kematian balita serta lebih dari
sepertiga kematian neonatal terjadi pada hari pertama kehidupan dengan jumlah sekitar satu
juta orang. Antara tahun 1990-2013, sekitar 86 juta bayi lahir di dunia dengan kematian
paling banyak terjadi dalam 28 hari kehidupan (UNICEF, 2013). Berdasarkan data Survei
Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian bayi (AKB)
di Indonesia dalam periode lima tahun (2007-2012) sebesar 32 per 1000 KH dan kematian
balita sebesar 40 per 1000 KH. AKB tahun 2012 sebesar 34 per 1000 KH meningkat
dibandingkan dengan data tahun 2010 sebesar 26 per 1000 KH, dengan target tahun 2015
sebesar 23 per 1000 KH. Enam puluh persen kematian bayi di Indonesia terjadi selama
periode neonatal dan 80% kematian anak terjadi selama bayi (BPS, 2013). AKB di Propinsi
Bali tahun 2012 sebesar 29 per 100 KH, angka ini masih di bawah angka nasional, namun
terjadi peningkatan dari tahun 2010 dengan AKB sebesar 20 per 1000 KH (BPS, 2012).
Salah satu faktor risiko yang berkontribusi besar terhadap kematian bayi terutama
pada masa perinatal yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR). Penyebab utama kematian
neonatal adalah BBLR yaitu sebesar 30,3% dan penyebab utama kematian pada bayi adalah
gangguan perinatal (Kemenkes, 2010). BBLR mempunyai kemungkinan empat kali lebih
besar untuk meninggal selama 28 hari pertama masa hidupnya dibandingkan dengan bayi
yang mempunyai berat 3000–3499 gram (Podja dkk, 2000 dalam Pramono, 2011). BBLR
berisiko mati pada periode neonatal dini 6 kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal
dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berisiko untuk mati pada periode neonatal dini
59 kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal (Efriza, 2011).
Proverawati (2010) mengatakan bahwa bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau
very low birth weight (VLBW) adalah bayi lahir yang memiliki berat badan lahir kurang
dari atau sama dengan 1500 gram. Insidensi bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
diperkirakan 4%-7% dari total kelahiran hidup. Angka kematian BBLSR bervariasi antara
57% di Negara berkembang dan 10% di Negara maju. Di Negara maju angka harapan
hidup BBLSR meningkat secara dramatis, kondisi ini mungkin karena kemajuan di bidang
perinatal-neonatal, penanganan kehamilan risiko tinggi, dan kemajuan resusitasi pada
BBLSR. Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan kurang
dari 37 minggu. Pada BKB organ-organ belum cukup matang untuk kehidupan di luar
rahim. Oleh karena itu pada BKB sering timbul penyulit yang berhubungan dengan
kekurangmatangan oragan-organ tersebut. Penyulit-penyulit yang dapat terjadi pada bayi
kurang bulan diantaranya adalah asfiksia, penyakit membran hialin, apnea prematuritas,
displasia bronkopulmoner, perdarahan intrakranial, periventrikular leukomalasia, duktus
arteriosus persisten, enterokolitis nekrotikans, ikterus dan sepsis neonatorum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLSR ?
2. Apa etiologi BBLSR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLSR ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLSR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLSR ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLSR ?
7. Bagaimana pencegahan pada BBLSR?
8. Asuhan Keperawatan pada BBLSR?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLSR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLSR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLSR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLSR
5. Untuk megetahui pentalaksanaan pada BBLSR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLSR
7. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLSR
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada BBLSR
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

A. Definisi Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)


Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi yang lahir dengan berat
lahir < 1.500 gram (Rukiyah, 2013). Berdasarkan teori di atas dapat di simpulkan bahwa
BBLSR adalah bayi yang berat lahirnya 1499-1000 gram.
B. Etiologi Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
a. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian Prematur
1) Toksemia Gravidarum (Pre-eklampsia dan eklampsia).
2) Riwayat kelahiran ptematur sebelumnya, perdarahan antepartum dan
malnutrisi,anemia sel sabit.
3) Kelainan berbentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks.
4) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
5) Ibu yang menderita penyakit antara lain: aku dengan gejala panas tinggi
(misal:tifus abdominalis dan malaria), kronis (misal: TBC, penyakit jantung,
hipertensi,penyakit ginjal (glomerulonefritis akut).
6) Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh.
7) Kebiasan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok, dan alkohol).
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
9) Bekerja yang terlalu berat.
10) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
11) Perdarahan antepartum
b. Faktor janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara
lain:kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan
kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis), insufensi plasenta,
inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B, dan O),
dan infeksi dalam rahim.
c. Faktor lain
Selain faktor ibu dan janin ada pula faktor lain:
1) Faktor Plasenta yaitu plasenta previa dan solusi plasenta.
2) Faktor Lingkungan yaitu radiasi dan zat-zat beracun.
3) Faktor Keadaan Sosial Ekonomi yang rendah yaitu kebiasaan, pekerjaan
yangmelelahkan dan merokok (Rukiyah, 2013).
C. Karakteristik Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
Tanda dan gejala bayi berat lahir sangat rendah sebagai berikut:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c. Panjang badan sama dengan atau kurang 46 cm.
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
e. Batas dahi dan rambut tidak jelas.
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
j. Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
tidakteraba tulang rawan daun telinga.
k. Tumit mengilap, telapak kaki halus.
l. Alat kelamin: pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testisbelum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol,
labiaminora belum tertutup oleh labia mayora
m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
n. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks isap,
menelandan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah
o. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhn otot dan
jaringanlemak masih kurang.
D. Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
a. Sebelum Lahir
1) Pada anamnese sering di jumpai adanya riwayat abortus partus prematur
danlahir mati.
2) Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan
janinlebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
3) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
4) Pertambahan berat badan ibu lambat.
5) Sering di jumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula
hidramnion,hiperemesis gravidarum, dan pada hamil lanjut dengan toxemia
gravidarum.
b. Setelah lahir
1) Verniks caseosa sedikit/ tidak ada.
2) Jaringan lemak bawah kulit sedikit.
3) Tulang tengkorak lunak mudah bergerak.
4) Menangis lemah.
5) Kulit tipis, merah dan transparan.
6) Tonus otot hipotonik (Maryunani, 2013).
E. Patofisiologi Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
Temperatur dalam kandungan 37oC sehingga bayi setelah lahir dalamruangan
suhu temperatur ruangan 28-32oC. Perubahan temperatur ini perlu diperhitungkan pada
BBLSR karena belum bisa mempertahankan suhu normal yang disebabkan:
1) Pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan.
2) Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan.
3) Cadangan energi saagat kurang.
4) Luas permukaan tubuh relatif luas sehingga risiko kehilangan panas lebih besar.
5) BBLSR sering terjadi penurunan berat badan disebabkan: malas minum
danpencernaan masih lemah.
6) BBLSR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas, hipotermi, tidakstabil
sirkulasi (oedema), hipoglikemi, hipokalsemia, dan hiperbilirubin (Sudarti dan
Afroh, 2013).

F. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Bayi Berat Badan Lahir SangatRendah


1) Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas yaitu sindrom
gangguanpernafasan idiopatik (penyakit membran hialin), pneumonia apirasi, karena
reflex menelan dan batuk belum sempurna, perdarahan spontan dalam ventrikel
otaklateral, akibat anoksia otak berat (erat kaitan dengan gangguan
pernafasan),hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang dan hipotermia.
2) Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas yaitu sindrom
aspirasimekoneum, hipoglikemia, hiperbilirubinemia dan hipotermia.Oleh karena itu
bayi berat lahir rendah, bayi berta lahir sangat rendah ataupunberat badan lahir amat
sangat rendah mempunyai risiko kematian tinggi.
G. Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
a. Langkah-langkah penanganan BBLSR Secara Umum
1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketatKarena bayi BBLSR mudah
mengalami hipotermia, maka itu suhu tubuhnyaharus di pertahankan dengan
ketat. Cara mempertahankan suhu tubuh bayi. BBLSR dan penangannya jika
lahir di puskesmas atau petugas kesehatan yaitu:
 Keringkan badan bayi BBLSR dengan handuk hangat.
 Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat
danpertahankan tubuhnya dengan tetap.
 Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan bungkus
bayi BBLSR dengan kain hangat
 Beri lampu 60 watt denga jarak minimal 60 cm dari bayi.
 Beri oksigen.
 Tali pusat dalam keadaan bersih.
2) Mencegah infeksi dengan ketatBayi BBLSR sangat rentan akan infeksi, maka
prinsip-prinsip pencegahaninfeksi termasuk cuci tangan sebelum memegang
bayi. Pencegahan infeksi,yaitu:
 Cara kerja aseptik, cuci tangan setiap akan memegang bayi.
 Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan.
 Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
 Antibiotik disesuaikan dengan pola kuman.
 Membatasi tindakan seminimal mungkin (Sudarti dan Afroh, 2013).
 Pengawasan nutrisi (Air Susu Ibu (ASI))
3) Refleks menelan bayi BBLSR belum sempurna dan sangat lemah,
sehinggapemberian nutrisi harus di lakukan dengan cermat. Sebagai langkah
awal jikabayi BBLSR bisa menelan adalah tetesi ASI dan jika bayi BBLSR
belum bisamenelan segera rujuk (rujuk ke rumah sakit jika bayi BBLSRnya di
tangani dipuskesmas). Prinsip umum pemberian cairan dan nutrisi, yaitu:
 Prinsip diberikan minum peroral sesegera mungkin.
 Periksa refleks hisap dan menelan.
 Motivasi ASI.
 Pemberian nutrisi intarvena jika ada indikasi
 Berikan multivitamin jika minum enteral dapat diberikan secara kontinyu.
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120
cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk
sesegera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/kalori. Kapasitas lambung
BBLR sangat kecil sehingga minum harus diberikan tiap jam. Perhatikan apakah
selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut
membesar/kembung.
4) Penimbangan ketatPerubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi
bayi dan eratkaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badanharus dilakukan dengan ketat. Kebutuhan cairan untuk bayi baru
lahir adalah120-150 ml/kg/hari atau 100-120 ml/kg/hari. Pemberian di lakukan
secarabertahap sesuai dengan kemampuan bayi untuk segera mungkin
mencukupikebutuhan cairan/kalori. Selain itu kapasitas lambung bayi BBLSR
sangat kecilsehingga minum harus sering di berikan tiap jam. Perhatikan apakah
selamapemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau
perutmembesar/kembung.
b. Penanganan BBLSR dengan Inkubator
1) Bayi yang dapat di inkubator.
 Untuk bayi yang kurang dari 1500 gram, tidak dapat dilakukan KMC
(KangarooMother Care).
 Untuk bayi sakit berat (sepsis dan gangguan nafas berat).
2) Cara pemakaian incubator
 Pastikan inkubator berfungsi dengan baik.
 Nyalakan alat sebelum di pakai agar matras, linen hangat.
 Atur suhu inkubator yang dikehendaki (dilakukan bertahap) sesuai umur dan
beratbayi.
 Gunakan satu inkubator untuk satu bayi.
 Periksa suhu inkubator dengan termometer ruang.
 Minimalkan membuka pintu inkubator, jaga lubang selalu tertutup agar
suhuinkubator tetap hangat.
 Bersihkan inkubator dengan desinfektan.
 Ganti air reservoir setiap hari.
3) Keuntungan inkubator
 Membantu melakukan pengamatan pada bayi.
 Bersih dan hangat.
 Mempertahankan suhu pada tingkat tertentu
 Memudahkan penyediaan oksigen
 Bayi dapat telanjang bila diperlukan.
4) Kerugian inkubator
 Perlu tenaga terlatih untuk merawat bayi
 Perlu tenaga terlatih untuk merawat dan membersihkan alat.
 Perlu sumber listrik.
 Memudahkan bakteri tumbuh.
 Lebih sulit dibersihkan.
 Resiko kepanasan dan infeksi (Sudarti dan Afroh, 2013).
c. Perawatan BBLSR Sehat
1) BBLSR sering mempunyai masalah selama minggu-minggu pertama
kehidupannya:
 Adaptasi kehidupan di luar rahim.
 Bantuan untuk tetap hangat.
 ASI yang cukup
2) Asuhan BBLSR sehat:
 Penghangatan bayi dengan Perawatan Metode Kangguru (PMK).
 Pemberian ASI dini dan eksklusif.
 Pencegahan infeksi.
 Pemberian imunisasi.
 Pemantauan tanda bahaya dan persiapan pra rujukan jika perlu.
3) Perawatan bayi lekat atau metode kangguru (Kangaroo Mother Care (KMC)).
 Syarat perawatan bayi lekat KMC Berat lahir <2500 gram, Keadaan
umum baik dan stabil, Tidak ada kelainan bawaan mayor, Mampu
menghisap, Ibu sehat.
 Manfaat Kangaroo Mother Care (KMC)Ikatan emosi ibu dan bayi 
Mempertahankan suhu tubuh bayi, Posisi bayi tegak akan membantu bayi
bernafas secara teratur, Menyiapkan ibu untuk merawat bayi BBLSR di
rumah, Melatih ibu cara menyusui yang baik dan benar, Melatih bayi untuk
menghisap dan menelan secara teratur dan terkoordinasi.
 Cara KMC yang benar(1) Letakkan bayi telanjang kecuali popok ke dada
ibu diantara dua payudaradengan posisi vertikal dan menghadap ke ibu (2)
Ikatan gendongan hingga bayi dan ibu terasa nyaman (3) Ibu dapat
melakukan aktifitas sehari-hari sambil menggendong bayinya (4) Susui bayi
setiap bayi mau.
 Kriteria pulang BBLSR (1) Keadaan umum baik (2) Mampu menghisap
dan menelan dengan baik (3) Suhu tubuh bayi 3 hari berturut-turut baik (4)
Berat Badan (BB) kembali ke BB lahir dan 1500 gram (5) BB 3 hari
berturut-turut cenderung naik (6) Ibu mampu merawat bayinya.
d. Pemantauan BBLSR setelah pulangKontrol ke klinik laktasi hari ke 3, 10, 20, 30
sampai berat badan >2500 gram.
H. Manajemen Pemberian Minum atau Nutrisi pada Bayi Berat Lahir
Rendah(BBLSR)
a. Prinsip Umum
1) Apabila bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI), pastikan bayi menerima cukup ASI.
2) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tangani masalah kenaikan
BeratBadan.
3) Apabila bayi menyusu pada ibu, perhatikan cara menetek dan refleks hisap.
4) Apabila bayi tidak mendapat cairan intravena (IV) dan BB naik 20
gram/hariselama 3 hari berturut-turut, timbang BB tiap hari (Sudarti dan Afroh,
2013).
b. Waktu yang Optimal untuk Memulai Menyusui pada Bayi BBLSR
1) Menghisap: pada waktu 2 jam setelah lahir, bayi umumnya dapat
menghisap.Biasanya pada waktu 2 jam setelah lahir ini, bayi telah berespon
terhadaprangsangan taktil, suhu, dan bau yang berasal dari ibunya.
2) Waktu yang tepat: waktu yang tepat untuk memulai proses menyusui adalahpada
saat bayi bangun dari tidur, pada saat sadar atau saat bayi terbangun.
3) Posisi ibu dalam menyusui: agar ibu nyaman dalam menyusui, bantu
atauanjurkan ibu untuk duduk di kursi tidak berlengan dimana posisi bayi
dapatkontak dengan kulit ibu.
4) Pilihan dalam memberikan ASI: dalam memilih cara pemberian ASI,percayakan
pada ibu untuk memilih mana yang paling ibu inginkan, apakah ibuingin
menyusui bayinya secara langsung atau menggunakan alat, sepertimenggunakan
gelas atau pipa lambung (Maryunani, 2013).
c. Cara Memastikan Mendapat Cukup ASI
1) Apakah bayi puas menyusu?
2) Catat jumlah urine setiap kencing, untuk menilai kecukupan minum ± 6 x sehari.
3) Timbang Berat Badan (BB) tiap hari, hitung pertambahan/pengurangan BBbayi.
4) Bayi BB 1500-2500 gram tidak boleh kehilangan BB > 10% dari BB lahir 4-
5hari.
5) BB <1500 gram dapat kehilangan BB sampai 15% dari BB 7-10 hari pertama
(Sudarti & Afroh, 2013).
d. Pengaturan dan Pengawasan Asupan Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Sangat
Rendah(BBLSR)
1) Pengaturan dan Pengawasan Asupan Nutrisi pada Bayi Berat Lahir
SangatRendah (BBLSR), antara lain untuk:
 Menentukan pilihan susu
 Cara pemberian untuk bayi BBLSR
 Jadwal pemberian sesuai dengan kebutuhan bayi BBLSR.
2) Cara pemberian dan jadwal pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan BBLSR:
 Cara pemberian ASI harus berhati-hati, agar tidak terjadi regurgitasi.
 Pada bayi dalam inkubator dengan kontak minimal, kasur inkubator dapat
diangkat
 atau di naikkan dan bayi menghadap kesisi kanannya.
 Pada bayi yang lebih besar, bayi dapat dipangku.
 Pada bayi BBLSR yang kecil dan kurang giat menghisap ASI dapat
diberikan
 melalui selang lambung/selang nasogastrik (Maryunani, 2013).
e. Pemberian minum pada BBLSR Berdasarkan Berat Badan
1) BB Lahir 1250-1499 gram
Berat Badan Lahir (BBL) 1250-1499 gram, bila keadaan sehat:
 ASI peras minum lewat Naso Gastric Tube (NGT) atau Oral Gastric Tube
(OGT).
 Minum 8x dalam 24 jam tiap 3 jam sekali.
 Lanjutkan dengan cangkir/sendok bila keadaan stabil.
 Minum baik dengan cangkir/sendok langsung menyusu pada ibunya.
BBL 1250-1499 gram, bila keadaan sakit:
 Beri cairan IV 24 jam pertama.
 Beri ASI peras lewat NGT atau OGT.
 Beri minum 8x dalam 24 jam tiap 3 jam masih lapar bisa ditambah
ASI/PASI.
 Lanjutkan pemberian minum lewat cangkir atau sendok bila keadaan stabil.
 Bila minum baik dengan cangkir/sendok langsung menyusu ibu.
2) BB Lahir <1250 gram
 Beri cairan IV untuk 48 jam pertama.
 Beri ASI peras lewat NGT atau OGT.
 Beri minum 12x24 jam, tiap 2 jam sekali, masih lapar ditambah ASI/PASI.
 Beri minum lewat cangkir/sendok jika keadaan stabil.
 Bila stabil minum lewat cangkir/sendok coba menyusu pada ibunya.
f. Kenaikan BB Pemberian Minum Setelah 7 Hari
1) Bayi kehilangan BB 1-10 hari pertama.
2) 10% untuk BBL >1500 gram.
3) 15% untuk BBL <1500 gram.
4) BB lahir tercapai kembali setelah 10 hari.
5) Kenaikan BB selama 3 bulan
g. Bila Bayi sudah dapat ASI secara penuh pada semua kategori dan sudah berusia 7
hari, maka:
1) Pertambahan ASI sesuai dengan pertambahan BB agar pertambahan ASI tetap
180 ml/kg/hari.
2) Pertambahan jumlah ASI 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg.hari.
3) Apabila kenaikan BB tidak adekuat, pertambahan pemberian ASI 200
ml/kg/hari.
4) Apabila kenaikan BB kurang dari jumlah yang sudah ditentukan, maka
dalamwaktu 1 minggu bayi sudah dapat ASI dan tangani kenaikan BB yang
tidak adekuat (Sudarti dan Afroh, 2013).
I. Pencegahan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
Program untuk mengurangi kejadian bayi berat lahir sangat rendah.
1) Intervensi di Tingkat Negara/Regional
 Dukungan untuk pemberdayaan perempuan dan pencapaian pendidikan.
 Sistem perlindungan sosial (misalnya program transfer uang tunai) untuk
memperbaiki kunjungan layanan kesehatan.
 Sistem distribusi makanan untuk subpopulasi yang berisiko mengalami
kerawanan pangan.
 Perbaikan air, sanitasi dan kebersihan yang bersih dan memadai.
 Dukungan untuk program iodisasi garam nasional untuk memastikan bahwa
garam yang dikonsumsi oleh rumah tangga adalah cukup beryodium.
 Perbaikan asuhan perinatal berbasis fasilitas di daerah dengan cakupan rendah.
 Sistem pengumpulan data perinatal yang disederhanakan secara universal
dengan sistem umpan balik elektronik.
2) Intervensi di Tingkat Masyarakat
 Nutrisi yang cukup untuk remaja putri.
 Promosi penghentian merokok selama dan setelah kehamilan.
 Paket perawatan berbasis masyarakat untuk memperbaiki keterkaitan dan
rujukan untuk kelahiran fasilitas.
 Suplemen zat besi dan asam folat untuk wanita usia subur dan remaja putri, di
pengaturan dimana prevalensi anemia adalah 20% atau lebih tinggi.
 Pencegahan malaria selama kehamilan.
3) Intervensi Pra-Kehamilan
 Jarak lahir.
 Suplemen asam folat harian peri-konsepal untuk mengurangi anomali
kongenital.
 Promosi penghentian merokok.
4) Intervensi Perawatan Antenatal untuk Semua Wanita
 Pemantauan pertumbuhan janin dan evaluasi ukuran neonatal di semua tingkat
perawatan, diintegrasikan ke dalam WHO baru model perawatan antenatal.
 Suplemen zat besi harian dan suplemen asam folat untuk wanita selama
kehamilan.
 Penurunan persalinan dan induksi caesar yang tidak diobati secara medis.
 Promosi penghentian merokok.
5) Intervensi Perawatan Antenatal untuk Wanita Terpilih
 Asupan energi protein seimbang.
 Suplemen kalsium harian untuk wanita dalam pengaturan dengan asupan
kalsium rendah.
 Cervlage serviks uterus (stiks serviks) pada wanita dengan kelahiran prematur
dan serviks pendek.
 Agen antiplatelet sebelum 16 minggu untuk wanita berisiko mengalami
preeklampsia.
 Terapi progesteron untuk wanita yang berisiko melahirkan prematur.
 Kortikosteroid dosis tunggal antenatal untuk mempercepat kematangan paru
janin pada wanita pada awal inisiasi tenaga kerja.
 Pengobatan antibiotik untuk wanita dengan vaginosis bakteri dan bakteriuria
asimtomatik.
 Perawatan intervensi pada pre-eklampsia berat sebelum menstruasi
6) Intervensi Perawatan Pascakelahiran untuk Semua Wanita
 Inisiasi dini dan promosi pemberian ASI eksklusif di tingkat komunitas dan
fasilitas.
 Jarak kelahiran yang memadai (WHO, 2014).

2. Hiperbilirubin

A. Definisi
Hiperbilirubinemia merupakan keadaan bayi baru lahir, dimana kadar bilirubin
serum total lebih dari 10 mg/dl pada minggu pertama yang ditandai berupa warna
kekuningan pada bayi atau di sebut dengan ikterus. keadaan ini terjadi pada bayi baru
lahir yang sering disebut ikterus neonatarum yang bersifat patologis atau yang lebih
dikenal dengan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan
meningkatnya kadar bilirubin dalam jaringan ekstravaskuler sehingga konjungtiva, kulit,
dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut yang berpotensi menyebabkan kern
ikterus yang merupakan kerusakaan otak akibat perlengketan bilirubin indirek di otak
(Hidayat, 2005). Hiperbilirubinemia adalah suatu istilah yang mengacu terhadap kelainan
akumulasi bilirubin dalam darah. Karakteristik dari hiperbilirubinemia adalah jaundice
dan ikterus (Wong, 2007).
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar
deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90%.
Ikterus neonatarum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai pewarnaan ikterus
pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus
akan secara klinis tanpak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin dalam darah 5-6mg/dl
(Soleh, 2010).
B. Pembentukan Hiperbilirubin dan Ikterus
Menurut Price (2005) pembentukan bilirubin yang berlebih atau
hiperbilirubinemia disebabkan Peningkatan hemolitik atau peningkatan laju destruksi
eritrosit yang merupakan penyebab tersering dari pembentukan bilirubin yang
berlebih.Ikterus yang sering timbul disebut sebagai ikterus hemolitik. Konjugasi dan
transfer pigmen empedu berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi
melampaui kemampuan hati. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar bilirubin tak
terkonjugasi dalam darah. Meskipun demikian, pada penderita hemolitik berat, kadar
bilirubin serum jarang melebihi 5 mg/dl dan ikterus yang timbul bersifat ringan serta
bersifat kuning pucat. Bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air, sehingga tidak
dapat diekskresikan melalui urine dan tidak terjadi bilirubinuria.Namun demikian terjadi
peningkatan pembentukan urobilinogen (akibat peningkatan beban bilirubin terhadap hati
dan akibat peningkatan beban bilirubin terhadap hati dan peningkatan konjugasi serta
ekskresi), yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam feses dan urine.
Urine dan feses akan berwarna lebih gelap.
Penyebab lazim ikterus hemolitik adalah hemoglobin abnormal (hemoglobin S
pada anemia sel sabit), eritrosit abnormal (sferositosis herediter), antibody dalam serum
(inkompatibilitas Rh atau transfusi atau akibat penyakit hemolitik autoimun), pemberian
beberapa obat, dan peningkatan hemolisis. Sebagian besar kasus ikterus hemolitik dapat
disebabkan oleh suatu proses yang disebut sebagai eritropoiesis yang tidak efektif. Proses
ini meningkatkan destruksi eritrosit atau prekursornya dalam sum-sum tulang
(thalassemia, anemia pernisiosa dan porfiria).
Ikterus berasal dari kata “ikterus” berarti warna kekunigan pada jaringan tubuh
termasuk kekuningan pada kulit dan jaringan dalam (Guyton,2012). Ikterus merupakan
keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera
akibat akumulasi bilirubin tak terkoonjugasi yang berlebih. Secara klinis akan timbul dan
tampak pada bayi baru lahir (Soleh, 2010).
Penimbunan pigmen empedu dalam tubuh menyebabkan perubahan warna
jaringan menjadi kuning dan disebut sebagai ikterus. Ikterus biasanya dapat dideteksi
pada sclera, kulit, atau urine yang menjadi gelap bila bilirubin serum mencapai 2 sampai
3 mg/dl. Bilirubin serum normal adalah 0,3 sampai 1,0 mg/dl. Jaringan yang kaya elastin,
seperti sclera dan permukaan bawah lidah, biasanya menjadi kuning pertama kali.Ikterus
(jaringan tubuh yang berwarna kuning) merupakan gejala yang sering ditemukan dan
timbul akibat gangguan ekskresi bilirubin (Price,2005).
C. Penilaian / Derajat Hiperbilirubin
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan derajat kuning pada
badan neonatus menurut kramer adalah dengan jari telunjuk ditekan pada tempat-tempat
yang tulangnya menonjol seperti tulang, hidung, dada dan lutut (Saifuddin, 2007).

Tabel Penilaian ikterus menurut Kramer

Derajat Luas ikterus Perkiraan kadar


ikterus bilirubin

I Kepala dan leher 5 mg/dl

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9 mg/dl

III Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga 11mg/dl


tungkai atas (di atas lutut)

IV Sampai lengan dan kaki di bawah lutut 12 mg/dl

V Sampai telapak tangan dan kaki 16 g/dl


D. Patofisiologi

Hemoglobin

Globin Heme

Biliverdir Fe.co

Peningkatan destruksi eritrosit ( Gangguan konjungasi bilirubin / gangguan

transport bilirubin / peningkatan siklus enterohepatik ) Hb dan eritrosit abnormal

Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikan dengan albumin meningkat

Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjungasi

Sebagian masuk kembali ke siklus emerohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah sehingga pengeluaran meronium terlambat


obstruksi

tinja berwarna pucat

Ikrerus pada sclera leher dan badan peningkatan bilirubin indirex > 12 mg/dl

Indikasi fototerapi

Sinar dengan Intensitas tinggi

Resti injuri Gangguan temperatur tubuh


E. Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian
ASI)
2. Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa
furokolin
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada neonatus dan janin
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengekresi bilirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transfere yang mana dapat
meningkatkan bilirubin konjugasi dan clerence hepatic pigmen dalam empedu.
Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan
berfungsi untuk menurunkan bilirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi
foto pada bilirubin dari billiverdin, Dengan criteria alat :
a. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
b. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
c. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
d. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru
(F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes .
e. Transfusi tukar, transfuse tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan
fototerapi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pemeriksaan Umum

Nama bayi : An. K Tanggal dirawat : 31 Januari 2020

Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Kp. Cibogo Kulan

Usia : 2 hari

Nama ortu : Mustofa

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Diagnosa medis : BBLR NKB SMK

Riwayat bayi

Apgar score : 1” : 4 5”: 5

Usia gestasi : 31 - 32 minggu

Berat badan : 1110 gram Panjang badan : 38 cm

Komplikasi persalinan : Tidak ada ( ) Ada ( ✔️)

Aspirasi mekonium ( )

Denyut jantung janin abnormal ( )

Masalah lain : solusio plasenta

Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat ( )

Ketuban pecah dini ( ); berapa jam: ___________

Riwayat ibu: G3P1A0

Pervaginum ( )

Sectio Cesarea ( ✔️ ): Alasan : Solusio Plasenta


Komplikasi kehamilan:

Tidak ada ( ) ada ( ✔️)

Perawatan antenatal ( )

Ruptur plasenta/plasenta previa ( )

Pre eklamsia/toxcemia ( )

Suspect sepsis ( )

Persalinan premature/post matur (✔️)

Masalah lain : Pre Eklamsia Berat

2. Pemeriksaan Fisik

a. Reflek:

Moro (✔️) menggenggam ( ✔️ ): lemah Mengisap ( ✔️ ); lemah


Refleks lain:

b. Tonus/aktivitas

Aktif ( ) tenang ( ✔️) Letargi ( ) Kejang ( )


Menangis keras ( ) Lemah ( ) melengking ( )
c. Kepala/leher

Fontanel anterior: Lunak ( ✔️) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung ( )


Sutura sagitalis : Tepat ( ✔️) Terpisah ( )Menjauh ( ) Tumpang tindih ( ) Molding
( ) Caput succedaneum ( ) Cephalhematoma ( )

d. Wajah : Simetris (✔️ ) asimetris ( )

e. Mulut dan bibir

Mukosa : kering ( ✔️ ), lembab ( )


Bibir sumbing ( ) Sumbing langit-langit/palatum ( )
Gigi : tumbuh ( ), belum tumbuh (✔️ ), jumlah gigi :
f. Mata

Bersih (✔️) sekresi ( )


Jarak interkantus : < 5 cm

sklera : ikterik +/+

konjungtiva : ananemis

reflex kornea (berkedip): ( ✔️ )

pupil : isokhor ( ✔️), anishokor ( )

g. THT

Telinga: normal (✔️) abnormal ( ) sekresi ( )

Hidung: simetris (✔️) asimetris ( )Sekresi ( ✔️ ) Napas cuping hidung ( )

h. Abdomen

Lunak ( ✔️ ) tegas ( ) datar ( ) kembung ( )

Lingkar perut: 21 cm

Liver: Teraba ( ✔️)kurang 2cm ( ) lebih 2 cm ( )Tidak teraba ( )

i. Toraks

a. simetris ( ✔️) Asimetris ( )

b. retraksi : ( )

j. Paru-paru

Suara napas kanan kiri sama (✔️) tidak sama ( )

Suara napas bersih ( ✔️ ) ronchi () sekresi ( )Wheezing ( ) vesikuler ( ✔️ )

k. Respirasi: spontan ( ✔️ ) tidak spontan ( )

Alat bantu napas: ( ) oxihood

( ) nasal kanul

(✔️) O2/incubator
Konsentrasi O2: 0.5 ltr/menit

Frekuensi napas: 46 kali permenit

l. Jantung

Bunyi jantung S1 dan S2 ( ✔️ ) frekuensi: 121 x permenit

Murmur ( ) PMI ( ); lokasi; ______________________

Waktu pengisian kapiler : < 2 detik

Denyut nadi: 131 kali permenit

Nadi Perifer Keras Lemah Tidak ada

Brakial kanan ✔️

Brakial kiri ✔️

Femoral kanan ✔️

Femoral kiri ✔️

M. Ekstremitas

Gerakan bebas ( ✔️) ROM terbatas ( ) tidak terkaji ( )

Ekstremitas atas: normal ( ✔️ ) Abnormal ( ), sebutkan: __________

Ekstremitas bawah: normal ( ✔️) abnormal ( ), sebutkan: __________

Panggul: normal ( ✔️) abnormal ( ), tidak terjadi ( )

N. Umbilicus

Normal ( ✔️ ) abnormal ( )

Inflamasi ( ) drainase ( )

O. Genital
Perempuan normal ( ✔️) laki-laki normal ( ) abnormal ( )

Sebutkan:

P. Anus: paten ( ✔️ ) imperforate ( )

Q. Spina/ tulang belakang: normal (✔️ ) abnormal ( )

Sebutkan:

R. Kulit

Warna: pink( ) pucat ( ) jaundice ( ✔️)

Sianosis pada kuku ( ) sirkumoral ( )

Periorbital ( ) seluruh tubuh ( )

Kemerahan ( )

Tanda lahir: ( ); sebutkan: ____________________

Turgor kulit: elastic ( ✔️) tidak elastic ( ) edema( )

Lanugo ( ✔️ )

S. Suhu :

Lingkungan

Penghangat radian ( ) pengaturan suhu ( )

Incubator ( ✔️) suhu ruang ( ) boks terbuka ( )

Suhu aksila: 37.2 C

RIWAYAT SOSIAL

Struktur keluarga (genogram generasi)

Suku: Sunda
Agama : Islam

Bahasa utama: Indonesia

Perencanaan makanan bayi: Susu Formula

Hubungan orangtua dan bayi:

IBU TINGKAH LAKU AYAH

sedang dirawat belum Menyentuh ✔️


berkunjunh

Memeluk

Berbicara ✔️

Berkunjung ✔️

Memanggil nama

Kontak mata ✔️

Orang terdekat yang dapat dihubungi: orang tua

Orang tua berespon terhadap penyakit: ya ( ✔️) tidak ( )

Respon: tampak sedih namun tetap ingin bercerita

Orang tua berespon terhadap hospitalisasi: ya ( ✔️ ) tidak ( )

Respon: selalu menjenguk anaknya

Riwayat anak lain:

Jenis kelamin Riwayat persalinan Riwayat imunisasi

Laki –laki Section C

Perempuan Section C
Data tambahan (pemeriksaan diagnostic)

Pemeriksaan Satuan Nilai Normal 31/01/20 06/02/20

Haemoglobin g/ dl 11.7 - 15.5 18.6

Leukosit ribu / ul 3.6 - 11 6.48

Hematokrit % 35-47 54

Trombosit ribu/ul 140-440 155

CRP Kuantitatif mg/dl 0.00 - 6.00 0.05

Bilirubin Total mg/dl 0.1 - 1.00 18.02 3.41

Obat-Obatan:

Nama Obat Dosis Tanggal Via

Vit K 1 mg 31/01/20 IV

Aminophylline 2 x 3 mg jam 10 jam 22 IV

Salep Mata 1x 31/01/20 salep


Gentamicin

Mycostatin 3x 1 ml 5/02/20 per oral

Ferlin 1 x 0.3 cc 5/02/20 peroral

Domperidon 3x 0.1 cc 5/2/20 per oral

Aminophilin 2 x 2.5 mg 5/02/20 IV


Resume Hasil Pengkajian (riwayat masuk hingga saat ini)

By Ny K lahir di RSU Kabupaten Tangerang pada tanggal 31/01/20 dengan persalinan


sectio sesaria atas indikasi oluio plaset H31 - 32 mingu. selama kehamilan ibu nemiliki riwayat
hiperteni dalam kehamilan. bayi lahir dengan berat badan : 110 gram dengan panjang badan 38
cm, lingkar kepla 25 cm Apgar Score 4/5. ibu dengan riwayat persalinan G3P3. anak pertama
lahir dengan sc atas indikasi oblique cukup bulan. anak kedua lahir dengan sc atas kndkkasi twin
to twin transfusion syndrome yang menyebabkan intrauterine fetal death sehingga bayi lahir usia
34 minggu. ibu juga memiliki PEB. saat dilakukan pemeriksaan fisik BBS: 980 gram, terpasang
OGT, terpsang O2 Nk 0.5 lpm, anus ada, mekonium ada, SpO2 100%,, N 158x permenit S 36.8
Cbunyi jantng S1/S2 P : 46 kai permenit. bayi di diagnosa nenonatus kurang bulan sesuai masa
kehailan BBLR.
ANALISA DATA

NO DATA KLIEN Masalah Keperawatan

1.1. DS : - ikterik neonatus b.d penurunan BB abnormal dan


usia kurang dari 7 hari
DO :

- Bilirubin total : 18.02 g/dl

- sklera ikterik

- kulit tampak menguning

2. DS -
Resiko Hipotermia d.dprematyritas dan BBLR
DO :

- neonatus kurangg bulan

- BBS : 980 gram

- BBL : 1110 gram

3. DS :-
Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna
DO : makanan
- BBS 980 gtam

- BBL : 1110 gram

- refleks moro lemah

- HT : 54%

-prematuritas

- muntah ada

4. DS : - Resiko Aspirasi d.d Prematuritas


DO :

- usia lahir 31-320 minggu


premature
- muntah warma putih

PRIORITAS MASALAH

1. Resiko Aspirasi

2.Resiko Hipotermia

3. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan

4. Ikterik Neonatus b.d prematuritas dan usia kurang dari 7 hari


B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Gangguan Tujuan Intervensi
Resiko aspirasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan #pencegahan aspirasi
selama 3x24 diharapkan resioko aspirasi Observasi
tidak ada dengan kriteria hasil: - monitor tinggkat
- Kemampuan menelan meningkat kesadaran
- Kebersihan mulut meningkat - moitor sputum
- Prekuensi napas membaik Terapeutik
- pertahankan
kepatenan jalan
napas
- berika posisis semi
fowler
Edukasi
- lanjutkan asupan
cairan 2000 ml
perhari jika tidak ada
kontraindikasi
- Kolabrasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekpektoran, dan
mukolitik

#Manejemen muntah
Observasi
- Identifikasi
karakteristik muntah
- Periksa volume
muntah
- Identifikasi riwayat
diet
- Identafikasi faktor
penyebab muntah
- Monitor efek
manajemen muntah
secara menyeluruh
- Monitor
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Terapeutik
- Kontrol faktor
lingkungan penyebab
muntah
- kurangi penyebab
muntah
- Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
- Pertahankan
kepatenan jalan
napas
- Bersihkan mulut dan
hidung
- Berikan kenyamanan
selama muntah
Edukasi
- Anjurkan untuk
memperbanyak
istirahat
- Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antiemetik, jika perlu

#pemantauan respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi
irama kedalaman dan
upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi
napas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil X-ray
thoraks
Terapuetik
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

#pemberian obat inhalasi


Observasi
- Identifikasi
kemungkinan alergi
- Verifikasi order obat
sesuai dengan
induksiksi
- Periksa tanggal
kadaluarsa obat
- Monitor tanda vital
dan nilai
laboratorium
sebelum pemberian
inhalasi
- Monitor efek
terapeutik obat
- Monitor efek
samping
Terapeutik
- Lakukan prinsip 6
benar
- Locok inhaler selama
2-3 detik
- Lepaskan penutup
inhaler dan pegangan
terbalik
- Posisikan inhaler
didalam mulut
mengarah ke
tonggorokan dengan
bibir ditutup rapat
Edukasi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
pemberian obat

Resiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan #Manajemen hipotermi


Hipotermi selama 3x24 diharapkan hipotermi tidak Obsrvasi
ada dengan kriteria hasil: - Monitor suhu tubuh
- Suhu tubuh membaik - Monitor penyebab
- Suhu kulit membaik hipotermia
- Monitor tanda dan
gejala akibat
hipotermi
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang hangat
- Ganti pakaian dan
linen basah
- Lakukan
penghangatan aktif
dan pasif

Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan #manajemen nutrisi


selama 3x24 diharapkan nutrisi baik Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi statsu
- Berat badan meningkat nutrisi
- Panjang badan meningkat - Identifikasi dan
- Kulit kuning menurun intoleransi makanan
- Identifikasi makanan
yang disukai
- Identifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
- Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan lab
Terapeutik
- Fasilitasi
menentukan
pedoman diit
- Hentikan pemberian
makan melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisis
duduk
- Anjarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan kalori.

#pemantauan nutrisi
Observasi
- Identifikasi faktor
yang mempengaruhi
asupan gizi
- Identifikasi
perubahan berta
badan
- Identifikasi pola
makan
- Identifikasi
kemampuan menelan
- Identifikasi kelainan
eliminasi
- Monitor muakl dan
muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna
konjungtiva
- Monitor hasil lab
Terapeutik
- Timbang bb
- Ukur antropometri
komposisi tubuh
- Hitung perubahan bb
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
- Informasikan hasil
pemantauan
-
#pemberian makan enteral
Observasi
- Periksa posisi
nasogastrik tube
- Monitor tetesan
makanan pada
pompa setiap jam
- Monitir rasa penuh
mual dan muntah
- Monitor residu
lambung
- Monitor pola BAB
Terapeutik
- Gunakan teknik
bersih dalam
pemberian makanan
via selang
- Berikan tanda pada
selang untuk
menentukan
- Peluk dan bicara
selama diberikan
makanan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
langkah-langkah prosedur.
Ikterik Setelah dilakukan asuhan keperawatan #fototerapi neonatus
neonatus selama 3x24 diharapkan ikterik neonstus Observasi
tidak ada dengan kriteria hasil: - Monitor ikterik pada
- Suhu kulit membaik sklera dan kulit bayi
- Pertumbuhan rambut membaik - Identifikasi
- Sensai membaik kebutuhan cairan
sesuai dengan usia
gestasi dan berat
badan
- Monitor suhu dan
TTV setiap 4 jam
sekali
- Monitor efek
samping foto terapi
Terapeutuk
- Siapkan lampu
fototerapi dan
inkubator atau
kontak bayi
- Lepaskan pakaian
bayi kecuali popok
- Berikan penutup
mata
- Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar
fototerapi
- Ganti sehera alas dan
popok bayi jika
BAB/BAK
- Gunakan linen
berwarna putih agar
memantulkan cahaya
sebanyak mungkin
Edukasi
- Anjurkan
memberikan asi
sekita 20-30 meni
- Kolaborasi
pemeriksaan darah
vena bilirubin direk
dan indirek

#perawatan bayi
Observasi
- Monitor tanda tanda
vitasl bayi
Terapeutik
- Mandikan bayi
dengan suhu ruangan
- Mandikan bayi
dalam waktu 5-10
menit
- Rawat tali pusat
secara terbuka
- Bersihkan pangkal
tali pusat
- Kenakan popok bayi
dibawah umbilikus
- Ganti popok bayi
jika perlu
- Kenakan pakaian
bayi dari bahan
katun
Edukasi
- Ajarkan ibu
menyusui sesuai
kebutuhan
- Ajarkan ibu cara
merawat bayi
dirumah
C. TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal NO Diagnosa Implementasi


02-02-20 1  Kesadaran Composmentis
 Posisi semi fowler
 RR: 45 x/m
 Memonitir adanya sumbatan jalan napas: hasil tidak
ada
 Pemberian aminophylline 3x 2.5 mg via iv
2  Memonitor suhu tubuh suhu: h/ s: 36.7o
 Memonitor tanda dan gejala akibat hipotermi: h/
prematuritas dan BBLR
 Menyediakan lingkungan yang hangat: h/ inkubator s:
35.0o
 Mengganganti pakaian dan linen basah: h/ mengganti
popok dan linen
 Melakukan penghangatan aktif dan pasif: h/ gunakan
selimut dengan bertentuk donat

3  Mengidentifikasi perubahan berta badan: h/


prematuritas dan BBLR
 Mengidentifikasi pola makan: h/ pemberian susu
LLM via OGT 5 cc
 Mengidentifikasi kemampuan menelan : h/ reflek
moro buruk
 Monitor muntah: h/ muntah 2 cc
 Memonitor berat badan setiap hari : h/ 1000 gr
 Monitor hasil pemeriksaan lab:

4  Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi: h/ kulit


menguning, terdapat ikterik di sklera
 Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia
gestasi dan berat badan, kebutuhan cairan: h/ 133.2 cc/
jam
 Menyiiapkan lampu fototerapi dan inkubator
 Melepaskan pakaian bayi kecuali popok
 Memberikan penutup mata
 Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi
 Mengganti alas dan popok bayi jika BAB/BAK
 Menggunakan linen berwarna putih agar
memantulkan cahaya sebanyak mungkin
Tanggal NO Diagnosa Implementasi
03-02-20 1  Kesadaran Composmentis
 Posisi semi fowler
 RR: 48 x/m
 Memonitir adanya sumbatan jalan napas: hasil tidak
ada
 Pemberian aminophylline 3x 2.5 mg via iv
2  Memonitor suhu tubuh suhu: h/ s: 36.6oC
 Memonitor tanda dan gejala akibat hipotermi: h/
prematuritas dan BBLR
 Menyediakan lingkungan yang hangat: h/ inkubator s:
34.0o
 Mengganganti pakaian dan linen basah: h/ mengganti
popok dan linen
 Melakukan penghangatan aktif dan pasif: h/ gunakan
selimut dengan bertentuk donat

3  Mengidentifikasi perubahan berta badan: h/


prematuritas dan BBLR
 Mengidentifikasi pola makan: h/ pemberian susu
LLM via OGT 10 cc
 Mengidentifikasi kemampuan menelan : h/ reflek
moro buruk
 Monitor muntah: h/ muntah 2 cc
 Memonitor berat badan setiap hari : h/ 9800 gr
 Hitung perbedaan BB: h/ 1000 gr-9800 gr (perbedaan
20gr)

4  Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi: h/ kulit


menguning, terdapat ikterik di sklera
 Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia
gestasi dan berat badan, kebutuhan cairan: h/ 133.2 cc/
jam
 Menyiiapkan lampu fototerapi dan inkubator
 Melepaskan pakaian bayi kecuali popok
 Memberikan penutup mata
 Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi
 Mengganti alas dan popok bayi jika BAB/BAK
 Menggunakan linen berwarna putih agar
memantulkan cahaya sebanyak mungkin

Tanggal NO Diagnosa Implementasi


04-02-20 1  Kesadaran Composmentis
 Posisi semi fowler
 RR: 46x/m
 Memonitir adanya sumbatan jalan napas: hasil tidak
ada
 Pemberian aminophylline 3x 2.5 mg via iv
2  Memonitor suhu tubuh suhu: h/ s: 37.0oC
 Memonitor tanda dan gejala akibat hipotermi: h/
prematuritas dan BBLR
 Menyediakan lingkungan yang hangat: h/ inkubator s:
34.0o
 Mengganganti pakaian dan linen basah: h/ mengganti
popok dan linen
 Melakukan penghangatan aktif dan pasif: h/ gunakan
selimut dengan bertentuk donat

3  Mengidentifikasi perubahan berta badan: h/


prematuritas dan BBLR
 Mengidentifikasi pola makan: h/ pemberian susu
LLM via OGT 5 cc
 Mengidentifikasi kemampuan menelan : h/ reflek
moro buruk
 Monitor muntah: h/ muntah 2 cc
 Memonitor berat badan setiap hari : h/ 9850 gr

4  Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi: h/ kulit


menguning, terdapat ikterik di sklera
 Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia
gestasi dan berat badan, kebutuhan cairan: h/ 133.2 cc/
jam
 Menyiiapkan lampu fototerapi dan inkubator
 Melepaskan pakaian bayi kecuali popok
 Memberikan penutup mata
 Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi
 Mengganti alas dan popok bayi jika BAB/BAK
 Menggunakan linen berwarna putih agar
memantulkan cahaya sebanyak mungkin

Tanggal No Diagnosa Evaluasi (SOAP)

02-02-20 1 S :
O : - reflek moro buruk

- RR: 45 x/m
- Terpasang OGT
- Terpasang nasal kanul O2 0,5 L/ mnt
- Muntah 2cc
A : Resiko Aspirasi belum teratasi

P : Pencegahan Aspirasi

2 S :

O : - tidak menggigil

- Tidak tampak pucat


- S: 36.7, N: 144x/m, sat 02 98%
- Suhu inkubator set. 35.0
- Terpasang O2 nasal kanul 0,5 l/menit
A :Resiko hipotermi belum teratasi

P : Manajemen Hipotermia

3 S :

O :- BBL 1110 gr

- BBS 1000 gr
- Terjadi penunuranan 110 gr
- Kulit tampak kuning
- Sklera kuning
- S: 36.7
- Konsumsi susu LLM 5cc/ 2 jam
- Muntah 2 cc
A : Defisit Nutrisi Belum teratasi

P : Manajemen Nutrisi
4 S :

O :- BBL 1110 gr

- BBS 1000 gr
- Terjadi penunuranan 110 gr
- Kulit tampak kuning
- Sklera kuning
- Membran mukosa kering
A : ikterik neonatus belum teratasi

P : fototerapi neonatus

Tanggal No Diagnosa Evaluasi (SOAP)

03-02-20 1 S :

O : - reflek moro buruk

- RR: 48x/m
- Terpasang OGT
- Terpasang nasal kanul O2 0,5 L/ mnt
- Muntah 2cc
A : Resiko Aspirasi belum teratasi

P : Pencegahan Aspirasi

2 S :

O : - tidak menggigil

- Tidak tampak pucat


- S: 36.6, N: 156 x/m, sat 02 100%
- Suhu inkubator set. 34.0
- Terpasang O2 nasal kanul 0,5 l/menit
A :Resiko hipotermi belum teratasi
P : Manajemen Hipotermia

3 S :

O :- BBL 1110 gr

- BBS 9800 gr
- Terjadi penunuranan 20 gr
- Kulit tampak kuning
- Sklera kuning
- S: 36.6
- Konsumsi susu LLM 10cc/ 2 jam
- Muntah 2 cc
A : Defisit Nutrisi Belum teratasi

P : Manajemen Nutrisi

4 S :

O :- BBL 1110 gr

- BBS 9800 gr
- Terjadi penunuranan 20 gr
- Kulit tampak kuning
- Sklera kuning
- Membran mukosa kering
A : ikterik neonatus belum teratasi

P : fototerapi neonatus

Tanggal No Diagnosa Evaluasi (SOAP)

03-02-20 1 S :

O : - reflek moro buruk


- RR: 46x/m
- Terpasang OGT
- Terpasang nasal kanul O2 0,5 L/ mnt
- Muntah 2cc
A : Resiko Aspirasi belum teratasi

P : Pencegahan Aspirasi

2 S :

O : - tidak menggigil

- Tidak tampak pucat


- S: 37.0, N: 160 x/m, sat 02 99%
- Suhu inkubator set. 34.0
- Terpasang O2 nasal kanul 0,5 l/menit
A :Resiko hipotermi belum teratasi

P : Manajemen Hipotermia

3 S :

O :- BBL 1110 gr

- BBS 9850 gr
- Kulit tampak kuning
- Sklera kuning
- S: 37
- Konsumsi susu LLM 10cc/ 2 jam
- Muntah 2 cc
A : Defisit Nutrisi Belum teratasi

P : Manajemen Nutrisi

4 S :

O :- BBL 1110 gr
- BBS 9500 gr
- Kulit tampak kuning
- Sklera kuning
- Membran mukosa kering
A : ikterik neonatus belum teratasi

P : fototerapi neonates
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dalam melakukan pengumpulan data dasar bayi “K” dengan icterus patologi
dilaksanakan dengan mengumpulkan data subjektif yang diperoleh dari hasil
wawancara dimana ibu pasien mengatakan kulit bayinya kuning dan malas minum
susu, data objektif dari pemeriksaan fisik seperti kulit bayi dan sklera bayi tampak
kuning, reflex hisap dan menelan bayi lemah serta data penunjang yang diperoleh dair
pemeriksaan LAB yairu bilirubin total 18 mg/dl
2. Perlunya tindakan segera dan kolaborasi dalam langkah ini dilakukan kolabirasi
dengan dokter spesialis anak untuk dilakukan tindakan fototerapi 1x12 jam dan
memenuhi kebutuhan cairan 10 cc/2 jam, pemberian nymico 3 x 1 ml, domperidon 3
x 0,1 ml, Aminopilin 3 x 2,5 ml dan ferlin 1 x 0,3 ml
3. Merencanakan asuhan yang menyeluruh, pada kasus ini rencana asuhan yang
diakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memgeang bayi, observasi KU bayi dan
tanda-tanda vital tiap 2 jam, berikan intake ASI atau susu formula tiap 2 jam, jaga
kehangatan bayi
4. Melaksanakan perencanaan dan penatalaksanaan pada bayi “K” merupakan
pelaksanaan dari rencana tindakan
5. Evaluasi, setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 7 hari pada kasus bayi “K”
dengan icterus patologis didapat KU baik, reflex menghisap dan menelan kuat, sklera
dan kulit bayi sudah tidak kuning, kebutuhan nutrisi tercukupi, bera badan bayi naik
menjadi 2500 gram dan kadar bilirubin menurun.
6. Kelompok tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata
dilapangan
B. SARAN
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus, kelompok memberikan sedikit
masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan lebih meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan asuhan
pada bayi agar dapat mempercepat proses penyembuhan khususnya pada bayi
dengan icterus patologis dan mencegah trjadinya komplikasi
2. Bagi Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan dan
menambah refrensi sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang
akan mengambil kasus yang sama
3. Bagi Profesi
Meningkatkan mutu penanganan dan pelayanan bagi bayi dengan iketerus
patologis secara cepat, tepat dan komprehensif
DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan, (2012). Indonesia cinta sehat, buku panduan kesehatan nasionalke 48
tahun 2012. Jakarta: Depkes RI.
Maryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Martenal & Neonatal. Jakarta: Trans Info
Medika.
Rukiyah. 2013. Asuhan Keperawatan Neonatus Bayi & Anak. Jakarta: Salemba medika.
Sudarti. 2013. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba medika
Sulistijo, E., Ingga, G., M. fahrul. U., Brigitta, C, & Siti, L. K. (2011). Pengaruh karakteristik,
demografis, dan laboratorium pada neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jurnal kedokteran
brawijaya, 26(4), 191-194
Supriyantoro.(2014). Profil kesehatan Indonesia 2013.Jakarta: kementrian kesehatan RI.
Usman, A. (2007). Enselopati Bilirubin.Sari pedriatri, 6(4), 94-104.
World Health Organization. 2014. Martenal Maternity. WHO.
Price, S. A., & Lorraine, M. W. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.
Wong. (2007). Buku ajar keperawataan pedriartik Wong,Ed 6 vol 1. Jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC.
Won, R.J., Stevenson, D.K., Ahlfors,C.E., & Vreman, H. J. (2007). Neonatal Jaundice : bilirubin
physiology and clinical chemistry. NeoReviews 8: 58- 6

Anda mungkin juga menyukai