Anda di halaman 1dari 7

RESUME

ETIKA PENELITIAN KESEHATAN MASYARAKAT


DITENGAH PANDEMI COVID-19

OLEH

JUITA EPELINA SINAMBELA

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DIREKTORAT PASCASARJANA
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
A. Pelaksanaan Webinar

Webinar Etika Penelitian Kesehatan Masyarakat ditengah Pandemi Covid-19


dilaksanakan pada Hari/Tanggal: : Sabtu/ 07 November 2020, Pukul : 10.00-11.30 WIB secara
virtual. Dengan narasumber yaitu: Prof. Purnawan Junadi, MPH,PhD, dan dipandu oleh
Moderator yaitu : Dr. Apris Adu, S.Pt, MKM.

B. Peserta Webinar:
Peserta Webinar ‘Etika Penelitian Kesehatan Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-
19’ diikuti kurang lebih 500 peserta dari berbagai universitas yang ada di seluruh Indonesia.

C. Kesimpulan/ Hasil Seminar :

I. Ruang Lingkup Etika Penelitian

• Ada 3 (tiga) Prinsip dalam Etika Penelitian yaitu: Hormat, Baik dan Adil

1. Menghormati harkat martabat manusia (respect for persons).


Bentuk konkritnya :
- Informed Consent
Informed consent diwajibkan dalam setiap penelitian
- Menghormati Privacy dan Confidentiality

2. Baik (beneficence) dan tidak merugikan (non-maleficence) (B>M)


Bentuk konkritnya :
- Peneliti - desain penelitian
- Peer/Expert Review
- Komite Ilmiah/Etik

3. Keadilan (justice)

- Adil berdasarkan : usia, gender, status ekonomi, budaya dan konsiderasi etnik.
- Waspada terhadap kelompok Rentan (vulnerable):
 tidak mampu melindungi kepentingan sendiri
 sulit memberi persetujuan, menentukan pilihan layanan, atau karena tergolong
muda/kedudukan rendah.

II. 7 (tujuh) Standard Ethics (WHO 2011) yaitu:


1. Scientific design and conduct of the study
2. Risks and potential benefits
3. Selection of study population and recruitment of research participants
4. Inducements, financial benefits, and financial costs
5. Protection of research participants’ privacy and confidentiality
6. Informed consent process
7. Community considerations
Ketujuh standar etik ini berasal dari 3 Prinsip dalam etika penelitian. Standar Etik 1 dan 3
merupakan prinsip keadilan, standar etik 2 dan 7 merujuk pada prinsip kebaikan, dan Standar
etik 4,5 dan 6 merujuk pada prinsip menghormati (respect)

III. 8 (delapan) kriteria Etika Penelitian ttg Covid (WHO, 6 Mei 2020)

Penilaian Ilmiah dan Etika Penelitian:


1. Pembenaran Ilmiah: harus memiliki justifikasi ilmiah yang kuat
2. Penilaian risiko dan potensi manfaat

Konsultasi dan Koordinasi


3. Konsultasi dan keterlibatan: harus melalui konsultasi dan keterlibatan dengan
publik serta para ahli dan pembuat kebijakan yang relevan.
4. Koordinasi: harus melibatkan koordinasi yang erat antara peneliti, penyandang
dana, pembuat kebijakan dan regulator

Kriteria Pemilihan
5. Harus letakkan di tempat penelitian dapat dilakukan dengan standar ilmiah, klinis
dan etika tertinggi
6. Peneliti harus memastikan bahwa kriteria pemilihan peserta membatasi dan
meminimalkan risiko

Peninjauan dan Persetujuan


7. Harus ditinjau oleh komite etik “independen” dan khusus.
8. Harus melibatkan informed consent yang rinci dan lengkap

IV. Rekomendasi Unicef untuk Riset Gizi

- Pertahankan Jarak Fisik dan Gunakan Cara Alternatif untuk Pengumpulan Data:
- Hindari kegiatan pengumpulan data yang melibatkan kontak dekat antar individu:
skrining masal, kunjungan rumah tangga, survei berbasis populasi yang melibatkan
interaksi secara langsung
- Gunakan platform digital dan sistem data yang ada, yang dapat dengan mudah
diadaptasi untuk pengumpulan dan pelaporan jarak jauh data terkait nutrisi selama
pandemi COVID-19;
- Kerjasama dengan sektor swasta / Operator Jaringan Seluler untuk survei berbasis
web, telepon/SMS untuk menangkap informasi gizi dari komunitas
V. Isyu Umum Etika Penelitian di masa Pandemi Covid-19

1. Tidak menghalangi upaya tanggap Pandemi


 Penelitian tidak boleh menghalangi upaya tanggap Pandemi
 Tidak boleh mengambil personel, peralatan, fasilitas, dan sumber daya lain dari yang
diperlukan untuk tanggap Pandemi
 Sumber Daya yang dialokasikan untuk penelitian tidak boleh diambil dari pelayanan
kesehatan rutin dan layanan kesehatan masyarakat.
 Koordinasi Nasional untuk menghindari duplikasi Isu penelitian merupakan prioritas
tanggap Pandemi
 Hasil penelitian segera diinformasikan kepada stakeholder dengan tetap menyeimbangkan
kerahasiaan dan privasi

2. Kemitraan penelitian dengan berbagai stakeholder


 Sesuai dengan pada prioritas Nasional dan lokal
 Melibatkan stakeholder (termasuk komunitas lokal) sejak awal penelitian
 Penelitian harus bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi
 Penelitian harus responsif dan peka terhadap realitas, kebutuhan, nilai, dan budaya lokal
 Melakukan mitra dengan komunitas dan peneliti lokal untuk membantu membangun
hubungan dan kepercayaan, dan juga dapat membantu dalam mempromosikan penelitian
dan respons yang efektif

3. Perlunya adaptasi dan modifikasi Metodologi penelitian sesuai kondisi Pandemi


 Penelitian harus memiliki validitas ilmiah dan nilai sosial
 Pandemi Tidak membuat subyek penelitian maupun peneliti menghadapi risiko yang
tidak perlu dan secara etis tidak dapat diterima.
 Setiap elemen penelitian harus disesuaikan dengan konteks tempat penelitian
 Desain metodologi penelitian tertentu sebisa mungkin dihindari dalam kondisi Pandemi
 Perlu kreativitas dalam menyusun desain penelitian untuk mencapai tujuan penelitian
dengan memperhatikan kondisi Pandemi.

4. Pemilihan Subyek Penelitian di era Pandemi


 Subyek harus diperlakukan dengan rasa hormat yang sama.
 Subjek penelitian dipilih sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko, melindungi
(tetapi tidak mengecualikan) populasi yang rentan, memaksimalkan nilai sosial dan
kemitraan kolaboratif, dan tidak membahayakan validitas ilmiah penelitian.
 Kelompok rentan tetap dapat dijadikan subjek penelitian dengan memperhatikan manfaat
dan resiko
 Setiap pengecualian dari partisipasi dalam penelitian harus dibenarkan oleh bukti ilmiah
yang kuat dan terkini, seperti rasio manfaat-risiko
5. Persetujuan Setelah Penjelasan di Era Pandemi
 Persetujuan Setelah Penjelasan adalah persyaratan etika mendasar untuk penelitian.
 Calon partisipan penelitian harus mampu menimbang risiko dan manfaat keikutsertaan.
Problemnya karena risiko yang tidak pasti
 Komite etik wajib memastikan bahwa kegiatan penelitian tidak dilanjutkan kecuali ada
dasar ilmiah bahwa intervensi penelitian kemungkinan besar aman dan efektif dan bahwa
risiko bagi peserta telah diminimalkan sejauh mungkin.
 Adaptasi Dan modifikasi metodologi penelitian sesuai kondisi pandemic.
 Kata kata dalam PSP harus sesuai dengan kondisi lokal dan kondisi Pandemi pemilihan
subyek penelitian di era pandemic

VI. Data sharing


 Subyek dan Stakeholder harus diinformasikan sepenuhnya tentang pengumpulan,
penyimpanan, penggunaan di masa mendatang, bank hayati, dan ekspor bahan biologis
manusia.
 Informasi yang berpotensi untuk membantu upaya respons memiliki kewajiban etis untuk
membagikan informasi tersebut segera setelah kualitasnya dikontrol untuk dirilis
(misalnya, peer review)
 Informasi harus dibagikan dengan mereka yang terlibat dalam upaya tanggap Pandemi
selain peserta penelitian, populasi yang terkena dampak, dan komunitas global.
 Peneliti harus membagikan informasi ini tanpa menunggu publikasi di jurnal ilmiah.
 Jurnal dapat memfasilitasi ini dengan memastikan bahwa data atau pracetak yang
dibagikan sebelum pengiriman tidak akan membatalkan publikasi di jurnal mereka.

VII. Membagi Manfaat Penelitian Di Era Pandemi


 Peneliti, penyandang dana penelitian, dan negara harus memberikan akses kepada
individu dan komunitas yang berpartisipasi dalam penelitian ke manfaat apa pun yang
dihasilkan dari partisipasi mereka.
 Jika intervensi ditemukan aman dan efektif, intervensi tersebut harus tersedia untuk
populasi lokal sesegera mungkin, termasuk melalui pemantauan penggunaan darurat yang
tidak terdaftar dan intervensi investigasi (MEURI, monitored emergency use of
unregistered and investigational interventions )
 Semua upaya harus dilakukan untuk memberikan akses yang adil bagi semua untuk
manfaat penelitian

VIII. Prinsip Etika Penelitian Multinegara Di Era Pandemi


1. Nilai Sosial (prinsip baik)
- Masalah yang diteliti juga merupakan isyu di Indonesia
- Harus ada manfaat untuk tingkat negara, dan komunitas yang menjadi tempat
penelitian
- Ada nilai positif dalam sosialisasi pengetahuan, pengembangan produk, kolaborasi
penelitian jangka panjang, dan / atau perbaikan sistem kesehatan.
- Waspada dampak terhadap penggantian infrastruktur dan layanan sistem kesehatan
yang ada.

2. Kemitraan (prinsip ; Baik)


- Ada kemitraan dengan peneliti, pembuat kebijakan kesehatan, dan masyarakat.
- Terlibat sejak perencanaan hingga hasil
- Hormati nilai-nilai, budaya, tradisi, dan praktik sosial Indonesia.
- Mengembangkan kapasitas SDM Indonesia peneliti, pembuat kebijakan kesehatan,
dan masyarakat untuk menjadi mitra yang sejajar dan sejajar dalam usaha penelitian.
- Memastikan manfaat untuk subyek Penelitian di Indonesia
- Bagikan secara adil imbalan finansial dan lainnya dari penelitian

SESI TANYA JAWAB

1. Apa wabah Covid-19 ada hubungannya dengan polusi limbah sehingga penyebaran virus
semakin cepat?
 Wabah covid -19 ada dampaknya dengan polusi limbah, sehingga virus lebih
cepat bermutasi ditengah polusi.
2. Penelitian seringkali menimbulkan masalah bagi responden, bagaimana kita sebagai
peneliti menghadapi masalah tersebut?
 Tidak semua penelitian menimbulkan masalah bagi responden, karena sekarang
semua penelitian melalui komite etik untuk memperhatikan apakah mempunyai
manfaat dan bila ada masalahnya akan dicarikan solusi penangannnya.
3. Apakah penggunaan data sekunder memerlukan kajian etik?
 Prinsipnya semua penelitian harus melalui komite etik untuk dilihat apapun
penelitiannya dengan proses yang berbeda-beda. Untuk data sekunder biasanya
tidak memerlukan kajian rumit sehingga hasilnya bisa langsung didapat.
4. Apakah pemberian vaksin Covid -19 sesuai dengan golongan umur?
 Harus dilihat keamanan dalam penelitian oleh karena itu diatas 18-59 tahun lebih
diutamakan pemberian vaksinnya karena lebih mempunyai ketahanan tubuh
sehingga pemberian vaksin nantinya diharapkan membentuk herd immunity
( imunitas kelompok).
5. Bagaimana melakukan penelitian kualitatif terhadap responden yang sudah divaksin?
 Tergantung dengan metode penelitian. Dapat dilakukan wawancara melalui zoom
atau secara virtual, atau bisa dengan wawancara langsung tetapi harus dengan
memperhatikan protokol kesehatan
6. Apakah vaksinasi wajib untuk masyarakat?
 Semua vaksin pasti mempunyai dampak/ resiko. Tapi pemberian vaksin ini sudah
melalui 3 (tiga) fase serta dilihat efek samping yang timbul sehingga apabila
diberikan ke masyarakat dapat meminimalkan efek sampingnya
7. Mengapa saat ini penelitian lebih banyak digunakan data sekunder?
 Karena penelitiannya lebih aman menggunakan data sekunder. Data sekunder
biasanya tidak memerlukan kajian rumit sehingga hasilnya bisa langsung didapat.
8. Bagaimana melakukan penelitian jika lokasi penelitian yang semula aman sekarang
menjadi tidak aman?
 Semua lokasi sekarang sudah tidak aman, oleh karena itu peranan public health
diperlukan untuk mengatasi zona tersebut.
9. Bagaimana jika responden mengundurkan diri dari penelitian?
 Bisa ditambahkan dari responden cadangan
10. Bagaimana menangani penggunaan kuesioner dimasa pandemi covid-19, sedangkan
masyarakat banyak yang masih buta huruf?
 Ini bagian dari bias penelitian, oleh karena itu kita bertanya dengan keluarganya
yang tidak buta huruf untuk mewakili responden tersebut.
11. Sampai dimana batasan untuk inform consent?
 Inform consent itu harus dilaksanakan untuk menghindari tuntutan hukum
12. Apakah memang ada sumber tentang langkah-langkah penelitian dimasa pandemic
Covid-19?
 Dapat dilihat dari internet serta kepustakaan dunia “ Research of Covid-19” atau
sumber WHO/UNICEF.

Anda mungkin juga menyukai