SKRIPSI
oleh
ARNIKE DOYA
131101006
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
”Efikasi Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP. H. Adam Malik Medan”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyandang
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep), sebagai hasil dari proses belajar penulis
membutuhkan.
dukungan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
Sumatera Utara.
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
3. Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB selaku Wakil Dekan II
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III
5. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
iii
7. Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji II yang telah
8. Direktur SDM dan Pendidikan RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah
9. Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUP. H. Adam Malik Medan, Ibu Kepala
Instalasi Rawat Jalan Lantai 3 RSUP. H. Adam Malik Medan dan Perawat
10. Seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP. H. Adam Malik Medan yang
11. Ungkapan spesial kepada orangtua penulis Bapak Armen Efendi dan Ibu
Bincar Juniani yang telah memberikan kasih sayang yang tidak terhingga,
menjadi motivator, guru dan pahlawan terbesar bagi penulis dalam menjalani
hari-hari untuk menggapai cita-cita serta tidak pernah merasa bosan untuk
mendoakan penulis agar menjadi anak yang shaleha dan berguna bagi orang
lain. Juga adik penulis Futri Masnisyah, terimakasih atas setiap doa, dukungan
12. Teman saya Bripda Rizky Mulya Srg yang selalu menanyakan, memberikan
Universitas Sumatera Utara (Mia Rhamayani, Dela Angela, dan Ari Arfiani
dan Dwily) yang menjadi teman berbagi suka duka dalam penelitian,
bersama-sama.
15. Serta semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis selama
kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir
penulis
(Arnike Doya)
iv
halaman
Halaman judul ............................................................................................. i
Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................ ii
Lembar Pengesasahan .................................................................................... iii
Prakata .......................................................................................................... iv
Daftar Isi......................................................................................................... viii
Abstrak .......................................................................................................... ix
vi
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di RSUP. H. Adam Malik Medan
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Efikasi Diri Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan
vii
viii
ABSTRAK
ix
masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi
membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas
umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang
tahun) dan faktor perubahan gaya hidup yang menyebabkan obesitas karena
makan berlebih dan hidup santai atau kurang beraktivitas (Aru, W dkk, 2009).
7,8% (23,6 juta) dan lebih besar dari 90 % kasusnya adalah DM tipe 2 sedangkan
di Inggris diperkirakan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 1,8 juta jiwa.
terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia dengan jumlah 8,5 juta
Berdasarkan data dari Pemko Medan (2010 dalam Dewi, 2011) pada bulan
penyakit penyakit terbesar dari sepuluh besar penyakit dengan jumlah 221 kasus,
dimana 113 kasusnya pada bulan September dan diperkirakan akan semakin
bahwa terjadi beberapa komplikasi pada pasien DM tipe 2, baik yang dirawat inap
maupun yang rawat jalan. Berdasarkan data kunjungan rawat inap pada tahun
dengan komplikasi ginjal sebanyak 146 kasus, DM tipe 2 dengan koma terdapat
ulcer sebanyak 124 kasus, dan DM tipe 2 dengan komplikasi multiple sebanyak 7
kasus. Sedangkan data kunjungan rawat jalan pada tahun 2012, terdapat DM tipe
membuat pasien tidak mampu lagi beraktivitas atau bekerja seperti biasa, dan
merugikan baik dari segi ekonomi, karena memerlukan perawatan dan pengobatan
seumur hidup.
Malik Medan, terdapat sejumlah 2565 pasien dirawat jalan dan sebanyak 289
pasien dirawat inap. Sedangkan, data kunjungan pasien dari tanggal 1 Januari
2015 hingga 30 April 2015, terdapat sejumlah 695 pasien dirawat jalan dan
sebanyak 80 pasien drawat inap. Sedangkan pada Januari sampai Juni 2016 RSUP
H. Adam Malik tangani 7.803 kunjungan pasien DM dan Ginjal (Amelia, 2016).
yaitu: edukasi, diet, aktivitas fisik, dan pengobatan. Perlu adanya kemauan yang
seseorang bahwa dia dapat menjalankan suatu tugas pada suatu tingkat tertentu,
meneliti efikasi diri dan manajemen diri pasien diabetes dalam daerah yang
pada manajemen diri tetapi lebih signifikan terhadap efikasi diri pada pasien
diabetes tipe 2. Semakin tinggi tingkat efikasi diri pasien maka semakin baik
individu yang memiliki efikasi diri baik memiliki peluang 5,850 kali
penelitan tentang ”Efikasi Diri Pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUP H. Adam
Malik Medan”.
Bagaimana efikasi diri pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik
Medan ?
1.3.2 Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran efikasi
tambahan saat mempelajari mata kuliah yang berhubungan dengan efikasi diri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi rumah
penyembuhan.
untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan efikasi diri pasien diabetes
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
atau bahkan tidak memproduksi insulin. Penyakit ini dapat mempengaruhi orang-
orang dari segala usia, tetapi biasanya berkembang berkembang pada anak-anak
atau dewasa muda. Orang yang menderita diabetes tipe 1 memerlukan suntikan
Hal ini ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe lain, jenis ini sering ditemukan di daerah tropis dan negara
kekurangan protein yang nyata. Diduga zat sianida yang terdapat pada singkong
yang menjadi sumber karbohidrat di beberapa daerah di Asia dan Afrika berperan
(1,43%). Sebesar 21,1% kasus diabetes di pedesaan adalah jenis ini. Dulu jenis ini
meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena
dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar (IDF, 2015).
sewaktu ≥ 200 mg/dl (7,0 mmol/L), glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan tertentu.
Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L), puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Glukosa plasma 2 jam
pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/L), TTGO dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
Ketoasidosis diabetik adalah suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan koma
diabetes (pingsan untuk waktu yang lama) atau bahkan kematian. Ketika sel-sel
kita tidak mendapatkan glukosa yang mereka butuhkan untuk energi, yang
menghasilkan keton. Keton adalah bahan kimia yang diciptakan oleh tubuh ketika
ditunjukkan dengan beberapa hal, yaitu mulut kering, rasa haus, intensitas buang
air kecil yang lebih sering (poliuria), mual, muntah, dan terkadang nyeri perut.
Selain gejala-gejala tersebut, ada pula gejala lanjutan seperti kesulitan bernapas,
dehidrasi, rasa mengantuk, dan yang terparah, adalah keadaan koma. Saat
darah sangat rendah, biasanya kurang dari 70 mg/dl. Kondisi ini dapat
berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut DM. Keadaan ini
tubuh. Apabila kadar gula dalam darah semakin tinggi, maka dapat menyebabkan
jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. Akibatnya muncul gejala
hipertensi.
pada pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata. Kerusakan ini menyebabkan
pada retina.
pembuluh darah merusak nefron. Akibat kerusakan pada nefron akan terjadi
kebocoran pada ginjal yang ditandai albumin keluar bersama urin. Apabiala
gangguan pada ginjal ini tidak segera diatasi maka akan terjadi gagal ginja.
Gangguan saraf terjadi karena tumpukan gula darah merusak sel-sel saraf.
Apabila tidak segera diobati maka akan mengalami kelumpuhan pada beberapa
bagian organ tubuh, seperti sel saraf sensoris (hilang rasa, kesemutan, nyeri,
kelemahan pada kaki dan tangan), motoris (atropi), dan otonom (perubahan pola
keringat sehingga kulit kering dan pecah – pecah, mudah terkena infeksi).
sekaligus memiliki dampak yang fatal, pada kejadian parah harus dilakukan
menyebabkan kondisi pada kulit berwarna kecoklatan atau merah. Masalah kulit
lainnya terjadi sebagian besar atau hanya untuk orang-orang yang diabetes.
Emosi alami seperti stress, sedih, marah dan penolakan sebelum mereka
orang dengan diabetes memiliki resiko lebih besar depresi dibandingkan orang
tanpa diabetes.
dengan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi faktor resiko seperti pola makan yang tidak seimbang dan kurang
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti: ras dan etnik, dari masyarakat
yang diperiksa misalnya: suku minang, suku bugis, suku sunda dan lainnya.
Umur, dalam hal ini adalah semua masyarakat yang berumur 20 tahun keatas.
pertama dari orangtua dengan DM. Resiko seorang anak mendapat DM tipe 2
adalah 15% bila salah seorang orangtuanya menderita DM dan kemungkinan 75%
Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir > 4000 gram atau
lahir dengan berat badan rendah (< 2500 gram). Seseorang yang lahir dengan
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi misalnya: Berat badan lebih, selain
merupakan faktor resiko Diabetes Melitus dan penyakit degeneratif lain, obesitas
kurang menarik, gerakan tidak gesit atau lamban, gangguan sendi dan tulang,
karena kaki terlalu berat menyangga berat badan, pada wanita dapat
>80 cm), pada obesitas sentral terjadi resistensi insulin di hati yang
mengakibatkan peningkatan FFA/ Free Fatty Acid (asam lemak bebas) dan
jaringan perifer. Kurangnya aktivitas fisik, ada keadaan istirahat metabolisme otot
pada saat beraktivitas fisik otot menggunakan glukosa darah dan lemak sebagai
sumber energi utama. Adapun manfaat aktivitas fisik misalnya menjaga tekanan
darah tetap stabil dalam batas normal, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
(250 mg/dl) dan penurunan kadar kolestrol HDL (= 35 mg/dl). Diet tak seimbang,
konsumsi makanan yang tidak seimbang, tinggi gula danrendah serat juga
puasa dan atau glukosa 2 jam setelah tes pembebanan glukosa (TTGO standar)
Merokok, perokok pasif menghisap asap rokok 75% dari asap rokok yang
Gejala yang khas dimiliki oleh penderita diabetes menurut (ADA, 2010)
adalah: Poliuria, merasa haus, merasa lapar, penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya, pandangan mata kabur, kelelahan yang berarti, dan
2.1.7 Penatalaksanaan
karena banyaknya komplikasi kronik yang dapat terjadi pada DM tipe 2, dan
sebagian besar mengenai organ vital yang dapat fatal, maka tatalaksana DM tipe 2
memerlukan terapi agresif untuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor
sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga. Upaya edukasi
mengenali masalah kesehatan atau komplikasi yang mungkin timbul secara dini
aktivitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
lemak 20%-45%, protein 10%-20%, natrium kurang dari 3g,dan diet cukup serat
sekitar 25g/hari.
kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti
jalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk
sensitivitas insulin.
pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari
2.2.1 Pengertian
dapat menjalankan suatu tugas pada suatu tingkat tertentu, yang mempengaruhi
Bandura (1997) mengatakan bahwa efikasi diri pada dasarnya adalah hasil
atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Efikasi diri tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tapi berkaitan dengan
keyakinan individu mengenai hal yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia
diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang
tekanan.
kehidupan.
akan berpikir dahulu sebelum melakukan suatu tindakan, seseorang dengan efikasi
diri yang tinggi akan akan cenderung berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
Berdasarkan teori motivasi, perilaku atau tindakan masa lalu yang berpengaruh
Proses afektif, efikasi diri juga berperan penting dalam mengatur kondisi
besar stress atau depresi yang dapat diatasi, seseorang yang percaya bahwa dia
yang tinggi. Efikasi diri untuk mengontrol proses berpikir merupakan faktor kunci
lingkungan yang sesuai akan membantu pembentukan diri dan pencapaian tujuan.
dengan tingkat yang berbeda dalam rangka menuju keberhasilan. Individu akan
mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan akan menghindari
dalam usaha yang akan dicapai meskipun terdapat kesulitan dan rintangan.
Dengan efikasi diri, kekuatan untuk usaha yang lebih besar mampu didapat.
Semakin kuat perasaaan efikasi diri dan semakin besar ketekunan, maka semakin
terbatas pada suatu aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.
memberikan pengaruh besar pada efikasi diri individu karena didasarkan pada
diatasi dengan usaha-usaha tertentu yang dapat memperkuat motivasi diri apabila
suatu tugas akan akan meningkatkan efikasi diri individu dalam mengerjakan
tugas yang sama. Begitu pula sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang
verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan.
Menurut Bandura (1997), pengaruh persuasi verbal tidaklah terlalu besar karena
tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat langsung dialami atau diamati
sugesti akan cepat lenyap jika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.
Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu sebagai suatu
individu.
sesuai tumbuh kembang, usia, pengalaman dan perluasan lingkungan. Bayi mulai
lingkungan fisik dan sosial. Mereka mulai mengerti dan belajar mengenai
yang hampir secara konstan digunakan dan ditujukan pada lingkungan. Awal dari
perkembangan efikasi diri dipusatkan pada orang tua kemudian dipengaruhi oleh
kompetisi dan interaksi sosial baik sesama teman maupun guru. Pada usia remaja,
Pada usia dewasa, efikasi diri meliputi penyesuaian pada pada masalah
perkawinan, menjadi orang tua, dan pekerjaan. Sedangkan pada masa lanjut usia,
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
Berdasarkan tinjauan pustaka tentang efikasi diri dan diabetes melitus serta
sesuai dengan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai
berikut:
1. Tingkat Kesulitan
Rendah
2. Tingkat Kekuatan Sedang
Tinggi
3. Generalitas
Skema 3.1. Kerangka penelitian dari Efikasi Diri Pasien Diabetes Melitus
20
Operasional
untuk 29
dengan 41
tingkatan 54
a. Tingkat
kesulitan,
pernyataan
mudah atau
sulit yang
diberikan
pasien dalam
melakukan
suatu
tindakan.
b. Tingkat
kekuatan,
kekuatan
pada
keyakinan
pasien atas
kemampuann
ya
melakukan
tindakan.
c. Generalitas,
tingkah laku
yang
menunjukkan
pasien yakin
akan
kemampuann
ya.
BAB 4
METODELOGI PENELITIAN
(Notoatmodjo, 2012).
4.2.1 Populasi
Poliklink Endokrin RSUP. H. Adam Malik Medan, selama bulan Januari sampai
4.2.2 Sampel
𝑁
n=
𝑁𝑑 2 + 1
Keterangan:
n =jumlah sampel
N =jumlah populasi
23
Berdasarkan jumlah populasi maka jumlah sampel yang didapat adalah sebagai
berikut:
𝑁
n =
𝑁𝑑 2 + 1
7803
=
7803 (0.1)2 + 1
= 98,73 orang (dibulatkan menjadi 100 orang)
4.2.3 Teknik sampling
Sampel yang diambil dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi yaitu,
kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu, pasien yang mengalami penurunan
diperoleh bahwa terdapat partisipan yang sesuai dengan karakteristik yang telah
ditetapkan oleh peneliti pada kriteria inklusi, daerah tersebut juga sangat dikenal
Pengumpulan data dimulai dari bulan 4 Mei 2017 sampai dengan 4 Juni
2017, yaitu mulai pengumpulan data sampai dengan seleksi pengumpulan data.
ditentukan.
efikasi diri pada pasien dengan diabetes tipe 2 yang diadopsi dan modfikasi dari
diabetes, dan komplikasi diabetes. Data karakteristik responden diisi dengan cara
menuliskan jawaban singkat dan tanda checklis (√) pada pilihan jawaban yang
Efikasi Diri pada Pasien Diabetes tipe 2 yang terdiri dari 18 pertanyaan yang
4.6.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti
Peneliti telah melakukan valiitas isi oleh 1 dosen departemen medikal bedah
4.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
1. Peneliti telah melakukan uji reablitas kepada pasien di RSUP. H. Adam Malik
Medan sebanyak 30 orang responden pada bulan April 2017 dan didapatkan hasil
mendapatkan izin dari pihak tersebut, peneliti mengajukan surat permohonan izin
penelitian untuk lokasi penelitian yaitu kepada Direktur RSUP H. Adam Malik
Medan. Setelah mendapatkan izin dari Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan,
Pedoman peneliti dalam penelitian ini berupa kuesioner data demografi dan 1
memilih metode ini adalah untuk mendapatkan keterangan atau informasi secara
jelas, responden juga lebih mengerti maksud pernyataan yang ada pada kuesioner.
dahulu maksud dan tujuan penelitian. Setelah peneliti menjelaskan maksud dan
ada yang tidak dimengerti oleh responden. Setelah semua pernyataan pada
peneliti memeriksa dan memastikan bahwa tidak ada pernyataan yang terlewatkan
khusus agar data responden tidak hilang.. Data yang terkumpul akan diolah dan
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilnagan (coding).
Pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry). Ketiga,
peneliti memasukkan data ke dalam komputer. Keempat, apabila semua data dari
setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, naja dilakukan pengecekan
jenis datanya. Data numerik dianalisis menggunakan nilai mean, median, dan
data kategorik. Data tersebut akan dianalisis kemudian ditampilkan dalam bentuk
univariate.
BAB 5
Bab ini akan menguraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang efikasi
diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan.
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2017 di Poliklinik
Endokrin RSUP. H. Adam Malik Medan. Jumlah responden pada penelitian ini
ada/tidak.
30
(n=100).
usia 40-55 lebih banpyak yaitu 45 responden (45%). Jenis kelamin perempuan
lebih banyak dari pada laki laki yaitu, 54 responden (54%). Agama responden
lebih banyak dari pada yang tidak memiliki komplikasi yaitu 58 responden
(58%).
Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa efikasi diri pasien berada pada
efikasi diri tinggi yaitu sebanyak 75 dari 100 responden (75%), sebanyak 22
responden (22%) dengan efikasi diri sedang, dan sebanyak 3 responden (3%)
dengan efikasi diri rendah. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1.2.
kesulitan
Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa efikasi diri pasien pada tingkat
responden (30%) efikasi diri dengan tingkat kesulitan sedang, dan sebanyak 10
responden (10%) dengan efikasi diri tingkat kesulitan rendah. Lebih lengkapnya
Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa efikasi diri pasien pada tingkat
responden (42%) efikasi diri dengan tingkat kekuatan sedang, dan sebanyak 4
responden (4%) dengan efikasi diri tingkat kekuatan rendah. Lebih lengkapnya
Hasil penelitian ini diperoleh data bahwa efikasi diri pasien pada tingkat
responden (13%) efikasi diri dengan tingkat kekuatan sedang, dan sebanyak 3
responden (3%) dengan efikasi diri tingkat kekuatan rendah. Lebih lengkapnya
5.2 Pembahasan
terbanyak menderita Diabetes Melitus tipe 2 dari 100 responden adalah usia 46-55
melitus meningkat pada usia 30 tahun dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40
tahun karena resistensi insulin yang kurang baik pada penderita diabetes melitus
diperoleh data bahwa dari 100 responden adalah 54 responden perempuan (54%).
Hal ini sesuai dengan penelitian Trisnawati (2012) mengenai faktor resiko
dari pada laki-laki. Perempuan lebih banyak menderita diabetes melitus karena
wanita memiliki peluang lebih besar dalam peningkata indeks massa tubuh.
Faktor lain seperti obesitas kurang latihan fisik, usia, riwayat DM saat hamil, dan
sindroma siklus bulanan yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah
tinggi dalam mengelola perannya baik yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
berdasarkan agama diperoleh data bahwa dari mayoritas beragama islam 61%.
Namun hal ini tidak berpengaruh namun akan berpengaruh jika dilihat dari aspek
dan tingkat kepatuhan pasien secara berkelanjutan agar tidak terjadi komplikasi,
responden dengan pendidikan terakhir SMA (39%). Hal ini berbeda dengan
antara motivasi dan efikasi diri pasien dm tipe 2 dalam konteks asuhan
(2009) menyatakan bahwa orang–orang yang berpendidikan lebih baik dan lebih
berkecukupan memiliki pola makan yang lebih sehat dan layanan kesehatan yang
bersifat pencegahan dan perawatan medis yang baik. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka toleransi dan pengontrolan terhadap stressor akan lebih baik,
selain itu individu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih baik
sehingga akan mempunyai penilaian yang lebih realititas dan menjadikan masalah
wiraswasta dan ibu rumah tangga hapir sama banyak. Hal ini sesuai dengan
penelitian kusuma (2013) dimana pasien yang tidak memiliki pekerjaan dan yang
bekerja tidak menetap akan cenderung mudah mengalami stess, salah satu
gula darah.
berdasarkan lama terdiagnosis diabetes diperoleh data bahwa dari 100 responden
persamaan dengan penelitian Diani (2013) bahwa pasien dengan DM yang lebih
lama memiliki pengalaman dan dapat mempelajari hal-hal yang baik dalam
penyakitnya. Hal ini sesuai dengan Albikawi dan Abuadas (2015), orang yang
berdasarkan ada dan tidak ada komplikasi diperoleh data bahwa mayoritas
Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran efikasi diri pasien
diabetes melitus tipe mayoritas responden berada pada tingkat efikasi diri tinggi
memiliki efikasi diri yang tinggi dengan menyatakan mampu menjaga pola makan
yang sehat, dan sebagian besar responden menyatakan mampu memeriksa luka
pada kaki mereka. Dari pernyataan tersebut efikasi diri yang tinggi pada tigkat
menyatakan mampu menjaga pola makan tidak akan memiliki luka kaki diabetes.
Responden menyatakan walaupun sulit menjaga tubuh saat ini tetapi mereka harus
berusaha menjaga tubuh agar tetap kuat dengan mengikuti diet dan memakan
makanan yang baik bagi kesehatannya. Responden yang memiliki pasangan hidup
menyatakan bahwa adanya dukungan keluarga untuk menjaga pola makan yang
sehat.
memiliki efikasi diri yang tinggi dengan menyatakan mampu memeriksa gula
kadar gula dalam darah, dan memakainya sendiri di rumah bahkan banyak
atau hanya dengan merentangkan tangan di pagi hari dan sebagian responden
Medan yang berada di lantai 3, responden lebih memilih untuk menaiki tangga
dari pada lift yang tersedia di sana agar mereka mendapakan keringat. Namun ada
juga pernyataan dari responden yang menyatakan bahwa tidak beraktifitas saja
diperoleh sebanyak 84 orang responden memiliki efikasi diri yang tinggi (84%).
Hal ini sesuai dengan tingkah laku respondn yang rutin datang untuk memeriksa
lebih baik akan lebih mampu menjaga pola makan yang baik buat kesehatannya
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
kesimpulan bahwa tingkat efikasi diri pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP. H.
Adam Malik Medan berada pada kategori efikasi diri tinggi, artinya pasien
walaupun dalam kondisi sakit kronis tetapi memiliki keyakinan yang tinggi dalam
mencapai tujuan dalam kondisi yang tertentu sehingga pasien tetap semangat dan
menjalani perawatan dan menjaga pola makan. Efikasi diri tinggi pasien juga
ditinjau dari faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama terdiagosis,
dan komplikasi yang didapat akibat penyaki diabetes melitus juga memberikan
pengaruh akan kesehatan psikologis pasien selama menderita diabetes melitus tipe
2.
6.2 Saran
6.2.1 Pasien
Pasien disarankan agar tetap yakin dan optimis dalam menjalani
kehidupan dimasa yang akan datang dengan baik, selalu terbuka dan melibatkan
39
DAFTAR PUSTAKA
Nama/ Inisial :
Jenis Kelamin :
Agama :
( ) Buddha
Pendidikan :
Pekerjaan :
( ) ≤ 6 tahun ( ) ≥ 6 tahun
Komplikasi Diabetes :
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai kondisi
Bapak/Ibu/Saudara/i
No Pernyataan TM KM M
Tingkat Kekuatan
1 Saya yakin memeriksa gula darah saya dengan
teratur
2 Saya yakin mengikuti pola makan yang sehat
Statistics
Tingkat Tingkat Tingkat
Kekuatan Kesulitan Generalitas
N Valid 100 100 100
Missing 0 0 0
Mean 2.50 2.50 2.81
Median 3.00 3.00 3.00
Std. Deviation .577 .674 .465
Variance .333 .455 .216
Frequency Table
Tingkat Kekuatan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Rendah 4 4.0 4.0 4.0
Sedang 42 42.0 42.0 46.0
Tinggi 54 54.0 54.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Tingkat Kesulitan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Rendah 10 10.0 10.0 10.0
Sedang 30 30.0 30.0 40.0
Tinggi 60 60.0 60.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.901 .896 18
Item Statistics
Std.
Mean Deviation N
P1 2.3667 .85029 30
P2 2.4333 .72793 30
P3 2.1667 .74664 30
P4 2.3667 .76489 30
P5 2.2333 .81720 30
P6 2.5667 .72793 30
P7 2.2000 .80516 30
P8 2.7333 .63968 30
P9 2.5000 .82001 30
P10 2.5333 .73030 30
Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
P1 41.5333 55.913 .554 .679 .896
P2 41.4667 54.671 .788 .838 .889
P3 41.7333 56.685 .573 .845 .895
P4 41.5333 56.395 .583 .835 .895
P5 41.6667 56.782 .506 .754 .898
P6 41.3333 56.644 .594 .658 .895
P7 41.7000 54.424 .725 .757 .890
P8 41.1667 59.316 .401 .777 .900
P9 41.4000 57.972 .403 .739 .901
P10 41.3667 54.999 .752 .838 .890
P11 41.3667 55.413 .663 .854 .892
P12 41.6667 57.402 .620 .718 .894
P13 41.4667 54.671 .735 .844 .890
Scale Statistics
Std.
Mean Variance Deviation N of Items
43.9000 63.679 7.97993 18
Perguran
60 53 Perempuan Islam Tinggi Pensiun ≥6 tahun Tidak Ada 3 3 2 3 2 3 3 3 1 2 2 3 3 2 3 3 3
61 56 Perempuan Islam SMA PNS ≤6 tahun Ada 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2
62 54 Perempuan Kristen SMA Wiraswasta ≥6 tahun Tidak Ada 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3
Perguran
63 60 Laki Laki Kristen Tinggi Pensiun ≥6 tahun Ada 3 2 1 1 2 3 2 3 1 3 2 2 3 2 2 1 3
Perguran
64 70 Laki Laki Kristen Tinggi Pensiun ≥6 tahun Ada 2 2 1 2 2 3 2 2 1 3 3 3 2 2 1 2 3
65 56 Laki Laki Islam SMA PNS ≤6 tahun Ada 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2
66 77 Laki Laki Islam SMA Pensiun ≥6 tahun Ada 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3
67 70 Laki Laki Kristen SMP Wiraswasta ≥6 tahun Tidak Ada 2 1 2 2 1 2 1 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2
Perguran
68 54 Laki Laki Islam Tinggi Wiraswasta ≤6 tahun Ada 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3
Ibu Rumah
69 60 Perempuan Islam SMA Tangga ≤6 tahun Ada 3 3 2 3 2 3 3 3 1 2 1 2 2 2 2 2 3
70 56 Perempuan Islam SMP Wiraswasta ≥6 tahun Ada 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3
Ibu Rumah
71 57 Perempuan Islam SD Tangga ≤6 tahun Ada 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3
Perguran
72 56 Laki Laki Islam Tinggi PNS ≥6 tahun Ada 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3
Ibu Rumah
73 53 Perempuan Kristen SD Tangga ≤6 tahun Ada 2 1 2 1 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3
74 52 Laki Laki Islam SMP Wiraswasta ≥6 tahun Ada 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2
75 54 Laki Laki Islam SMA Karyawan ≤6 tahun Tidak Ada 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3
Ibu Rumah
76 58 Perempuan Kristen SD Tangga ≥6 tahun Ada 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3
77 55 Laki Laki Islam SMA Karyawan ≤6 tahun Tidak Ada 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3
78 54 Laki Laki Kristen SMP Karyawan ≥6 tahun Tidak Ada 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3
79 56 Perempuan Islam SMA PNS ≤6 tahun Ada 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3
Ibu Rumah
80 51 Perempuan Kristen SD Tangga ≥6 tahun Tidak Ada 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3
Agama : Islam