Anda di halaman 1dari 92

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

M DENGAN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG BAITUL IZZAH 2
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah


Di ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
Memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :
Teguh Dwi Pambudi
NIM. 40901800096

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
HALAMAN JUDUL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG BAITUL IZZAH 2
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh :
Teguh Dwi Pambudi
NIM. 40901800096

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021

i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah berjudul :


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG BAITUL IZZAH 2
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Dipersiapkan dan disusun oleh :


Nama : Teguh Dwi Pambudi
NIM : 40901800096

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula Semarang pada :
Hari : Minggu
Tanggal : 9 Mei 2021

Pembimbing

(Ns, Dyah Wiji Puspita Sari, M. Kep)


NIDN : 0622078602

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya
Tulis Ilmiah Program Studi D-III Keperawatan FIK Unissula Semarang pada Hari
- Tanggal 2021 dan telah diperbaiki sesuai masukan Tim Penguji.

Semarang, 1 Maret 2021

Penguji I

Ns. Retno Issroviatningrum, M. Kep (.................................)


NIDN. 0604038901

Penguji II

Ns. Retno Setyawati, M. Kep. Sp. KMB (...................................)


NIDN. 0613067403

Penguji III

Ns. Dyah Wiji Puspita Sari, M. Kep (...................................)


NIDN. 0622078602

Mengetahui,
Dekan fakultas ilmu keperawatan

Iwan Ardiansyah, SKM., M.Kep.


NIDN. 0622087403

iv
HALAMAN MOTTO

“Berawal dari sebuah intuisi


Ketika rindu menyapa, menghampiri dan menginspirasi
Bukan hanya menuliskan sejuta puisi ataupun isi hati
Dari pagi hingga sore hari aku sabar menanti
Saat tiba waktunya bimbingan KTI
Kesana kemari mencari referensi bukan warung kopi
Hanya untuk menyelesaikan KTI”.
(By. Goeh)

“....Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah


beserta orang-orang yang sabar....”
(Surat Al-Anfaal ayat 46)

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta rasa syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayang-Mu telah memberi kekuatan, membekaliku dengan ilmu yang bermanfaat.
Atas karunia-Mu serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya Karya Tulis
Ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu
terlimpahkan kepada junjungsn kits Nabi Muhammad SAW.
Saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada orang yang sangat
kukasihi dan kusayangi.
Ayahanda dan Ibunda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tak terhingga
kupersembahkan karya tulis ilmiah ini kepada Ayah saya (Sugiarso) dan ibu saya
(Rubiyah) yang telah memberikan kasih sayang, secara dukungan baik moril
maupun materi, ridho dan cinta kasih yang tiada mungkin dapat kubalas hanya
dengan selembar kertas yang bertuliskan kata persembahan. Semoga ini menjadi
langkah awal untuk membuat ayah dan ibu bahagia, karena ku sadar selama ini
belum bisa berbuat lebih untuk menjadi yang lebih baik. Terima kasih Ayah..
Terima kasih ibu.
Kakakku Tersayang
Sebagai tanda terima kasih, ku persembahkan karya tulis ilmiah ini untuk
kakakku (Umi Ernawati). Terima kasih telah memberikan semangat dan inspirasi
dalam menyelesaikan tugas akhir.
Teman dan sahabatku

Terima kasih untuk teman maupun sahabatku yang sudah memberikan


dukungan serta memberikan waktu luang untuk kesempatan bertemu dan bertukar
cerita. Semoga apa yang di cita-citaku kita semua dapat terwujud semua dan
menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Tn. M Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Baitul Izzah 2 Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang”.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi
Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan
Agung Semarang.
Berbagai hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, namun semuanya dapat selesai berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga saya
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Drs. H. Bedjo Santoso, MT., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Sultan Agung Semarang.
3. Bapak Iwan Ardian, SKM, M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
UNISSULA Semarang.
4. Bapak Ns. Muh Abdurrouf, M.Kep. selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA Semarang.
5. Ibu Ns. Dyah Wiji Puspita Sari, M.Kep selaku pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, bimbingan dan
pengarahan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
kurang lebih tiga tahun.
7. Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk praktek disana, dan dapat mengaplikasikan

vii
ilmu yang telah saya peroleh dari kampus sehingga saya dapat mengambil studi
kasus untuk Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Ayahku (Sugiarso) dan Ibuku (Rubiyah) tercinta yang selalu mendoakan,
mengingatkan untuk tetap beribadah dan memberikan semangat, dukungan
baik moril dan materi yang diberikan untuk menyelesaikan pendidikan.
9. Kakakku (Umi Ernawati) tercinta yang selalu menjadi penasehat, penguat dan
penyemangat terbaik.
10. Teman dekatku anggota grup semlehoy dan teman sekelompok karya tulis
ilmiah yang selalu memberikan motivasi, nasihat, dukungan dan selalu
mendoakan satu sama lain.
11. Teman-teman seperjuanganku DIII Keperawatan 2017 dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat banyak
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan
pembaca dapat memberikan peningkatan pelayanan keperawatan dimasa
mendatang.

Semarang, 1 Maret 2021


Penulis

Teguh Dwi Pambudi

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR...................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
1. Tujuan Umum ..................................................................................................... 3
2. Tujuan Khusus .................................................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 4
1. Institusi pendidikan ............................................................................................. 4
2. Profesi keperawatan ............................................................................................ 4
3. Lahan praktik ...................................................................................................... 4
4. Masyarakat .......................................................................................................... 4
BAB II KONSEP DASAR ..................................................................................... 5
A. Konsep Dasar Penyakit ................................................................................ 5
1. Pengertian ........................................................................................................... 5
2. Etiologi................................................................................................................ 6
3. Patofisiologi ........................................................................................................ 7
4. Manifestasi Klinik ............................................................................................... 8
5. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................... 9
6. Komplikasi ........................................................................................................ 12

ix
7. Penatalaksanaan ................................................................................................ 13
B. Konsep Dasar Keperawatan ....................................................................... 15
1. Pengkajian keperawatan.................................................................................... 15
2. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi ................................................... 18
C. Pathways .................................................................................................... 22
BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ........................................... 23
A. Pengkajian .................................................................................................. 23
B. Pola Kesehatan Fungsional ( Data Fokus ) ................................................ 24
C. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe) ............................................................... 27
D. Data Penunjang .......................................................................................... 28
E. Analisa Data ............................................................................................... 29
F. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 30
G. Planning/intervensi..................................................................................... 31
H. Implementasi .............................................................................................. 32
I. Evaluasi ...................................................................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 37
A. Pengkajian .................................................................................................. 37
B. Diagnosa..................................................................................................... 38
C. Diagnosa tambahan .................................................................................... 43
BAB V PENUTUP............................................................................................... 46
A. Kesimpulan ................................................................................................ 46
B. Saran ........................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48

x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1 Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes .......................... 10


Tabel 2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa ................................................. 11
Tabel 3 Pemeriksaan darah lengkap ..................................................................... 28
Tabel 4 Pemeriksaan urin lengkap ....................................................................... 29

Gambar 1 pathways diabetes melitus .................................................................. 22


Gambar 2 genogram ............................................................................................ 24

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat kesediaan membimbing .......................................................... 52


Lampiran 2 Surat keterangan konsultasi ............................................................. 53
Lampiran 3 Lembar bimbingan konsultasi.......................................................... 54
Lampiran 4 Laporan asuhan keperawatan tulis tangan ....................................... 57
Lampiran 5 Berita acara ...................................................................................... 78

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang di identifikasi dengan
terbentuknya hiperglikemia serta kendala metabolisme pada karbohidrat,
lemak, serta protein yang dikaitkan dengan kelainan secara mutlak maupun
relatif dari proses kerja maupun dari proses sekresi insulin. Indikasi yang
dialami oleh pengidap penyakit Diabetes Melitus ialah poliuria, polidipsia,
polifagia, pengurangan berat tubuh, dan kesemutan (Fatimah, 2015).
Data yang disajikan oleh World Health Organization (WHO) pada
tahun 2003 menampilkan sekitar 50% penderita Diabetes Melitus yang
berada di negera maju mampu mematuhi progam terapi yang diberikan.
Pada penderita Diabetes Melitus yang tidak terkontrol atau kurang
mematuhi pengobatan dapat mengakibatkan komplikasi. Munculnya
komplikasi dapat berdampak pada perubahan pola gaya hidup serta
berdampak pada perekonomian.
Prevalensi penderita penyakit Diabetes Mellitus di negara
berkembang salah satunya di indonesia sekitar tahun 2013 yaitu sebesar
2,1%. Angka tersebut terbilang lebih besar dibandingkan dengan tahun 2007
yaitu sebesar (1,1%). Sekitar 31 provinsi yang ada di indonesia (93,9%)
mengindikasikan adanya peningkatan prevalensi penderita diabetes
Mellitus yang cukup signifikan. Sedangkan jumlah kasus penderita Diabetes
Melitus tipe 2 di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 sekitar 99. 646
kasus. Perihal ini sangat berbeda dengan kejadian pada 3 tahun yang lalu.
Sekitar pada tahun 2014 kasus penderita Diabetes Melitus tipe 2 sebanyak
96. 431 kasus atau setara dengan (0,29%). Pada tahun 2013 kasus penderita
diabetes mellitus tipe 2 di Provinsi Jawa Tengah ialah sebesar 142. 925 atau
sekitar (0,43%) kasus, sebaliknya pada tahun 2012 mencapai angka yang
cukup fantastik yaitu sekitar 181. 543 (0,55%) kasus (Nazriati et al., 2018).

1
Penyakit Diabetes Melitus suatu penyakit yang bisa menimbulkan
penyakit yang lainnya (komplikasi). Permasalahan komplikasi dari penyakit
Diabetes Melitus pada beberapa orang mungkin akan berbeda- beda.
Komplikasi dari Diabetes Melitus bisa dipecah menjadi 2 jenis mayor, ialah
komplikasi metabolik kronis serta komplikasi kronik jangka panjang
(Octaviana Wulandari, 2013).
Salah satu komplikasi dari Diabetes Melitus merupakan neuropati,
yang mengakibatkan berkurangnya sensasi di kaki (nyeri akut) serta sering
berhubungan dengan luka atau cedera pada kaki. Neuropati perifer
menimbulkan hilangnya sensasi di wilayah distal kaki yang memiliki resiko
besar akan terbentuknya ulkus kaki serta kemungkinan untuk diamputasi.
Luka atau cedera yang mencuat secara otomatis ataupun sebab trauma bisa
menimbulkan Luka terbuka yang sanggup menciptakan gas gangren yang
berdampak terbentuknya osteomielitis di sertai nyeri akut pada lokasi
infeksi (Fitria et al., 2017).
Masalah- masalah muncul yang sering dirasakan oleh penderita
Diabetes melitus tipe 2 bisa diminimalkan bila penderita mempunyai
pengetahuan serta keahlian dan upaya untuk melaksanakan pengontrolan
terhadap penyakitnya. Peran perawat selaku edukator sangat diperlukan
oleh penderita Diabetes Melitus sebab Diabetes Melitus ialah penyakit
kronis yang membutuhkan sikap atau inisiatif penanggulangan mandiri
yang individual seumur hidup (Fahra et al., 2017).
Manajemen nonfarmakologis sudah jadi opsi pengobatan untuk
memenuhi upaya medis yang telah digunakan. Metode nonfarmakologis
yang dilakukan dalam manajemen nyeri bisa diklasifikasikan dalam
berbagai macam metode, salah satunya kognitif, metode perilaku, ataupun
metode komplementer. Terapi musik ialah salah satu tata cara pengobatan
kognitif- perilaku yang bisa digunakan sebagai prosedur untuk
mengendalikan rasa sakit. Musik sudah jadi bagian yang bermakna dalam
pengobatan secara medis sepanjang beberapa dekade terakhir, terapi musik
telah menjadi cabang dari perawatan kesehatan yang digunakan untuk

2
permulihan emosional, fisik, fungsional serta pembelajaran dalam berbagai
keadaan. Musik sudah teruji mempunyai dampak fisiologis serta psikologis
yang positif pada penderita. Sepanjang ribuan tahun, pengobatan musik
sudah digunakan untuk mengurangi rasa sakit serta rasa kurang nyaman
(Rantung, 2019).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis sangat
tertarik untuk menuliskan karyanya dengan sebuah topik yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Ruang Baitul Izzah 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memahami asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe 2 secara
komprehensif di ruang Baitul Izzah 2 Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
a. Mengetahui konsep dasar medis dan keperawatan pada kasus
diabetes melitus tipe 2
b. Mengetahui dan melaksanakan pengkajian pada pasien Tn. M
dengan diabetes melitus tipe 2.
c. Menyusun analisa data pada pasien Tn. M dengan diabetes
melitus tipe 2.
d. Menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
Tn. M dengan diabetes melitus tipe 2.
e. Menentukan intervensi keperawtan yang akan dilakukan pada
pasien Tn. M dengan diabetes melitus tipe 2.
f. Melaksanakan implementasi untuk mengatasi masalah
keperawatan yang timbul pada pasien Tn. M dengan diabetes
melitus tipe 2

3
g. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Tn.M dengan
diabetes melitus tipe 2

C. Manfaat Penulisan
Karya Tulis Ilmiah yang disusun oleh penulis diharapkan dapat
bermanfaat untuk pihak-pihak yang terkait, antara lain :
1. Institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran serta menjadi tolak
ukur mahasiswa dalam mengaplikasikan metode asuhan
keperawatan pada klien dengan diabetes melitus.
2. Profesi keperawatan
Dapat meningkatkan knowledge , kapabilitas, insight serta efisiensi
dalam penerapan asuhan keperawatan diabetes melistus.
3. Lahan praktik
Dapat memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga mampu
meningkatkan mutu pelayanan yang optimal dalam pengaplikasian
asuhan keperawatan diabetes melitus.
4. Masyarakat
Dapat meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan serta pemahaman
masyarakat terkait penyakit diabetes melitus sehingga masyarakat
mampu menerapkan dengan baik dalam pemenuhan kebutuhan
kesehatanya serta mampu mengeksplorasi kebutuhan kesehatannya
secara bijak.

4
BAB II
KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Diabetes Melitus adalah hambatan yang terjadi pada metabolisme
secara genetik serta secara klinis tercantum heterogen dengan indikasi
adanya kehilangan toleransi karbohidrat. Diabetes Melitus merupakan
gangguan metabolik yang terjadi akibat adanya ketidakmampuan dalam
mengoksidasi karbohidrat, adanya hambatan pada mekanisme insulin,
dan ditandai dengan hiperglikemia, glikosuria, poliuria, polipdisi,
polifagia, asidosis yang sering menimbulkan sesak napas, lipemia,
ketonuria serta berakhir hingga koma (Sya’diyah et al., 2020).
Diabetes melitus merupakan suatu kelainan genetik atau sindroma
yang dapat diketahui dengan adanya hiperglikemia kronik serta
gangguan pada proses metabolisme karbohidrat, lemak serta protein
yang saling berkaitan dengan defisiensi insulin absolut ataupun relatif
sehingga mempengaruhi kinerja sekresi insulin serta aksi insulin
(Nugroho, 2015).
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang menahun yang
disebabkan oleh adanya disfungsi pankreas yang tidak mampu
menghasilkan insulin dalam batas normal, ataupun pada saat tubuh
tidak bisa secara efisien memanfaatkan insulin yang dihasilkan.
Hiperglikemia, ataupun glukosa dalam darah yang meningkat,
merupakan dampak universal dari diabetes yang tidak terkendali serta
pada periode tertentu yang ccukup lama akan menimbulkan kerusakan
yang serius pada beberapa sistem tubuh, kterutama pada saraf serta
pembuluh darah (Setyaningrum & Sugiyanto, 2015).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan gejala dari hambatan
metabolik yang dapat diketahui secara spesifikasi adanya kadar gula
darah di atas normal sehingga dapat mempengaruhi metabolisme pada

5
karbohidrat, lemak serta protein yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Diabetes Melitus adalah salah satu permasalahan penyakit yang serius
di seluruh dunia sebab penyakit diabetes melirus cenderung mengalami
kenaikan kasusnya seiring berjalannya waktu (Nurayati & Adriani,
2017).
2. Etiologi
Menurut (PB PERKENI, 2015) berlandaskan pada asal mula yang
mendasari kemunculannya, Diabetes Melitus terbagi menjadi beberapa
kategori, yakni:
a. DM Tipe 1
Salah satu faktor pemicu Diabetes Melitus Tipe 1 ialah destruksi
sel beta dan defisiensi insulin absolut seperti penyakit auto-imun
(tidak berfungsinya sistem imunitas tubuh) dan idiopatik
(penyebab yang tidak diketahui) yang mengganggu proses sekresi
insulin terutama sel β pada pankreas yang terjadi secara
menyeluruh. Oleh sebab itu, pankreas akan kehilangan
kemampuannya dalam memproduksi serta melepaskan insulin
yang dibutuhkan oleh tubuh.
b. DM Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 diakibatkan oleh campuran, seperti
resistensi insulin dan disertai defisiensi insulin relatif. DM tipe 2
umumnya disebut dengan diabetes life style sebab tidak hanya
aspek genetik saja yang bisa mempengaruhi namun bisa juga
diakibatkan oleh pola gaya hidup yang tidak sehat.
c. Tipe lain
Diabetes tipe lain diakibatkan oleh kondisi ketika glukosa dalam
darah di atas normal yang faktor pencetusnya meliputi sindrom
genetik, endokrinopati, insiufisiensi eksokrin pankreas, induksi
obat ataupun zat kimia, akibat imunologi yang kurang, infeksi dan
lain sebagainya.
d. Diabetes Gestasional/Diabetes Kehamilan

6
Diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi ketika baru
mengalami kehamilan yang pertama atau diabetes yang
kemungkinan muncul pada saat masa kehamilan. Umumnya
diabetes ini dapat diketahui pada minggu ke-24 (bulan keenam).
Diabetes ini biasanya akan menghilang setelah melahirkan.

3. Patofisiologi
Dalam proses patofisiologi diabetes melitus tipe 2 ada sebagian
kondisi yang turut serta berperan yaitu : resistensi insulin dan disfungsi
sel β pankreas. Diabetes melitus tipe 2 tidak diakibatkan oleh
terbatasnya sekresi insulin, akan tetapi akibat sel sel target insulin gagal
atau ketidakmampuan dalam merespon insulin secara normal. Kondisi
ini umum disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin
sebagian besar terjadi akibat dari obesitas dan minimnya aktivitas fisik
serta proses dari penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 bisa
saja terjadi produksi glukosa hepatik yang mungkin berlebihan tetapi
tidak terjadi kerusakan pada sel-sel β langerhans secara autoimun
seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin khususnya pada
penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif serta tidak
absolut.
Berawal pada perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B
menandakan adanya gangguan pada sekresi insulin fase awal, dalam
artian sekresi insulin gagal dalam mengkompensasi resistensi insulin.
Jika tidak ditanggulangi dengan baik, pada perkembangan berikutnya
dapat terjadi kerusakan sel B pankreas. Kerusakan sel B pankreas
seiring berjalannya waktu dapat menyebabkan penuruna produksi
insulin, maka dari itu penderita diabetes melitus memerlukan insulin
eksogen. Penderita diabetes melitus tipe 2 pada umumnya sering
diakitkan dengan dua faktor yang menyertainya, yaitu resistensi insulin
dan defisiensi insulin (Fatimah, 2015).

7
Kondisi awal dari diabetes tipe 2 ialah terbentuknya resistensi
insulin serta hiperinsulinemia. Tetapi dengan berjalannya waktu,
mekanisme kompensasi ini tidak lagi bisa menahan progresifitas
penyakit ini, sehingga timbul diabetes tipe 2. Tetapi pada kebanyakan
pengidap diabetes tipe 2 terbentuknya suatu kondisi yang kompleks
antara sekresi insulin serta resistensi insulin dan besarnya menyerupai
derajat hiperglikemia. Apabila sel B pankreas tidak bisa memproduksi
sekresi insulin dengan kapasitas yang memadai sepadan sesuai dengan
resistensi insulin maka dapat menimbulkan hiperglikemia. Pada
sebagian penyandang diabetes tipe 2, timbulnya kerusakan pada sel B
dapat dimanifestasikan sebagai bagian dari permulaan terganggunya
sekresi insulin. Resistensi insulin terbentuk akibat dari gangguan pada
sekresi insulin. Namun, pada kebanyakan penyandang diabetes tipe 2,
kendala sensitivitas insulin serta sekresi insulin secara bersamaan
menimbulkan intoleransi glukosa yang terjadi secara berkala
(Tjandrawinata, 2016).
Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan defisiensi insulin sebagai
akibat dari resistensi insulin, kurangnnya produksi insulin, dan terjadi
kerusakan sel beta pankreas. Hal ini dapat menimbulkan penurunan
konsentrasi dalam pelepasan glukosa ke hati, sel otot, serta sel lemak.
Kemungkinan lain terjadi peningkatan proses pemecahan lemak dan
terjadilah hiperglikemia. Ketidak berfungsinya sel alfa yang terjadi
akibat gangguan dari kerusakan toleransi glukosa dalam darah dikenal
sebagai proses fisiologis yang mengakibatkan penyakit diabetes melitus
(B. Olokoba et al., 2012).

4. Manifestasi Klinik
Menurut (Nugroho, 2015) secara umum ada beberapa manifestasi
klinik yang terdapat pada penderita diabetes melitus, yaitu :
a. kadar glukosa dalam darah tinggi ( Hiperglikemia).

8
Glukosa dalam darah yang tinggi pada penderita diabetes melitus
biasanya diatas 200 mg/dL.
b. Poliuria (sering buang air kecil)
Poliuria akan terjadi bila ginjal memproduksi air kemih dalam
jumlah yang melampaui batas normal atau berlebihan, sehingga
penderita diabetes melitus merasakan keinginan berkemih dalam
frekuensi yang berlebih.
c. Polidipsi (sering haus)
polidipsi biasanya ditandai dengan mulut kering yang diakibatkan
oleh adanya poliuri, sebab penderita diabetes melitus sering
merasakan haus yang berlebihan sehingga penderita akan banyak
minum.
d. Polifagia (makan berlebihan)
Polifagia biasanya dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah
satunya terjadi karena sejumlah besar kalori yang terserap ke dalam
air urine, sehingga penderita diabetes melitus akan mengalami
degradasi berat badan, maka dari itu penderita biasanya merasakan
lapar yang berlebih sehingga banyak makan.
Bermacam keluhan lain bisa ditemui pada penderita diabetes
melitus. Kecurigaan terhadap adanya diabetes melitus perlu diwaspadai
apabila ada keluhan lain yang berupa : kelemahan tubuh, kesemutan,
gatal, pandangan mata kabur, penurunan berat badan yang tidak bisa
dipaparkan sebabnya dan disfungsi ereksi pada laki-laki, serta pruritus
vulvae pada perempuan (PERKENI, 2011).

5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Soelistijo et al., 2015) dalam menentukan diagnosis
diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan dasar yaitu kadar glukosa
darah. Pemeriksaan glukosa darah yang disarankan merupakan
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah
vena. Hasil peninjauan dari pengobatan yang dapat dilakukan dengan

9
memanfaatkan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Diagnosis tidak boleh ditegakkan hanya berdasarkan adanya glukosuria
saja.
Hasil pemeriksaan yang belum termasuk dalam kriteria normal atau
kriteria diabetes melitus dapat dikategorikan ke dalam kelompok risiko
tinggi yang meliputi : toleransi glukosa terganggu (TGT) antara 140-
199 mg/dL dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT) 100-125
mg/dL.
Dalam pemeriksaan untuk memastikan diagnosis diabetes melitus
dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan yaitu :
a. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) : Hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL.
b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) : Hasil pemeriksaan
glukosa plasma 2 jam setelah TTGO ≥ 200 mg/dL.
c. Diagnosis diabetes melitus dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka ≥ 6,5 %.
Tabel 1 Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes
(PB PERKENI, 2015).

Glukosa Plasma 2
Glukosa Darah
HbA1c (%) jam setelah TTGO
Puasa (mg/dL)
(mg/dL)
Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 ≥ 200
Risiko
5,7 – 6,4 100 – 125 140 – 199
tinggi
Normal < 5,7 < 100 < 140

Pemeriksaan Penyaring juga ditempuh dalam menetapkan


diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 dan pada kelompok risiko tinggi
yang tidak menunjukkan indikasi dari diabetes melitus yaitu kategori
kelompok dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 23 kg/m2 yang

10
berpotensi akan menimbulkan satu ataupun lebih faktor resiko dan usia
˃ 45 tahun tanpa faktor risiko.
Pada kondisi yang tidak memungkinkan ataupun tidak
tersedianya sarana dalam pemeriksaan TTGO. Maka pemeriksaan
penyaring dilakukan dengan mengunakan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, pemeriksaan ini diperbolehkan untuk menentukan diagnosis
diabetes melitus. Dalam hal ini maka perlu diperhatikan adanya
perbedaan dari hasil pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan
glukosa darah kapiler, seperti pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa (PB PERKENI, 2015).

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar Plasma
< 100 100 - 199 ≥ 200
glukosa vena
darah
Darah
sewaktu < 90 90 - 199 ≥ 200
kapiler
(mg/dL)
Kadar Plasma
< 100 100 - 125 ≥ 126
glukosa vena
darah puasa Darah
< 90 90 - 99 ≥ 100
(mg/dL) kapiler

Menurut (Rahmasari & Wahyuni, 2019) uji diagnostik diabetes


melitus dilakukan pada sesorang yang menandakan adanya gejala dan
tanda diabetes melitus, sebaliknya pemeriksaan penyaring dilakukan
untuk mengidentifikasi yang tidak bergejala, yang memiliki resiko
diabetes melitus. Serangkaian uji diagnostik dilakukan untuk
mengidentifikasi hasil pemeriksaan penyaring yang positif dalam
memastikan diagnosis definitif. Pemeriksaan penyaring biasa dilakukan
menggunakan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar
glukosa darah puasa, selanjutnya bisa dilakukan Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO).

11
6. Komplikasi
Penyakit diabetes yang tidak ditanggulangi secara baik bisa
menimbulkan hiperglikemia yang pada waktu-waktu tertentu bisa
menyebabkan komplikasi berupa kerusakan pada sistem tubuh terutama
pada sistem saraf dan pembuluh darah. Penyakit diabetes melitus adalah
salah satu faktor resiko yang mengakibatkan timbulnya penyakit lain
seperti jantung, stroke, neuropati, retinopati, dan gagal ginjal. Seseorang
yang menderita diabetes melitus cenderung beresiko mengalami
kematian dua kali lebih cepat dibandingkan dengan seseorang yang
bukan menderita penyakit diabetes melitus (Israfil, 2020).
Komplikasi akut dari diabetes melitus meliputi hipoglkemia,
hiperglikemia dan ketoasidosis sedangkan untuk komplikasi kronis dari
diabetes melitus secara luas dikelompokan menjadi mikrovaskular dan
makrovaskular, Komplikasi mikrovaskuler meliputi neuropati, nefropati,
dan retinopati, sedangkan komplikasi makrovaskuler terdiri dari penyakit
kardiovaskular, stroke, dan penyakit arteri perifer (PAD). Kemudian ada
komplikasi lain dari diabetes yang tidak dapat dimasukkan ke dalam dua
kategori yang disebutkan di atas seperti penyakit gigi, penurunan
resistensi terhadap infeksi, dan komplikasi kelahiran pada wanita dengan
diabetes gestasional (Papatheodorou et al., 2018).
Kaki diabetik disertai ulkus meurpakan salah satu komplikasi yang
sering terjadi pada penyandang diabetes. Ulkus kaki diabetik ialah luka
kronik yang terjadi pada bagian ekstermitas bawah (kaki) yang dapat
meningkatkan mordibitas serta mortalitas dan dapat mempengaruhi
kualitas hidup penderita diabetes. Ulkus kaki diabetik disebabkan oleh
kerusakan saraf (neuropati perifer) yang menghambat peredaran aliran
darah atau akibat dari penyempitan pembuluh darah yang biasa disebut
arteri perifer, bahkan ulkus kaki diabetik bisa disebabkan oleh kombinasi
dari diatas (PB PERKENI, 2015).

12
Menurut (Lotfy et al., 2016) ada beberapa ringkasan terkait
komplikasi diabetes dengan menyebutkan indikasi akibat hiperglikemia
pada berbagai jenis sel di tubuh sebagai berikut :
a. Sistem saraf pusat dan perifer
Meliputi : Stroke otak, Neuropati otonom, Neuropati perifer
(Disfungsi motorik & sensorik)
b. Mata
Meliputi : Retinopati, Katarak, Kebutaan
c. Sistem kardiovaskular
Meliputi : Kardiomiopati, Infark miokard, Aterosklerosis,
Hipertensi, Disfungsi sel endotel
d. Rongga mulut
Meliputi : Penyakit mulut (Karies, gingivitis, kelainan periodontal,
infeksi)
e. Sistem ginjal
Meliputi : Nefropati, Proteinuria, Glukosuria, Gagal ginjal
f. Sistem pencernaan
Meliputi : Pengosongan lambung yang tertunda, Diare, Sembelit,
Dispepsia, Insufisiensi kelenjar eksokrin
g. Sistem kelamin
Meliputi : Impotensi, Disfungsi seksual, Disfungsi urogenital
h. Kulit dan jaringan lunak
Meliputi : Gangguan penyembuhan luka, Infeksi kulit
i. Tulang
Meliputi : Osteopenia, patah tulang
j. Kaki
Meliputi : Ulserasi kaki, amputasi kaki

7. Penatalaksanaan
Menurut (Soelistijo et al., 2015) penatalaksanaan baik secara medis
maupun keperawatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kualitas

13
hidup penderita diabetes melitus, dalam proses penatalaksanaan secara
umum mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan
jangka pendek yaitu utnuk memperbaiki kualitas hidup, meminimalisir
risiko terjadinya komplikasi dan mengurangi keluhan diabetes melitus,
sedangkan tujuan jangka panjang yaitu untuk mencegah dan
menghambat progesivitas kerusakan pada pembuluh darah, serta
bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas diabetes
melitus.
Dalam penatalaksanaan terhadap pasien diabetes melitus sering di
kenal dengan istilah 4 pilar sebagai acuan untuk mencegah ataupun untuk
mengontrol proses perjalanan penyakit dan terjadinya komplikasi, 4 pilar
tersebut meliputi edukasi, terapi nutrisi, aktivitas fisik dan terapi
farmakologis. Selain itu, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan
dalam proses penatalaksanaannya maka perlu dilakukan pengontrolan
kadar glukosa darah atau kadar hemoglobin yang terglikosilasi (HbA1c)
sebagai indikator penilaiannya (Putra, I. W. A., & Berawi, 2015).
Empat pilar dalam penatalaksanaan penyakit diabetes melitus
menurut (Hartanti et al., 2013) meliputi :
a. Edukasi
Penyakit diabetes melitus tipe 2 biasanya sering terjadi pada orang-
orang dewasa hingga lansia, dimana dalam waktu-waktu tertentu
akan membentuk perubahan pada perilaku atau pola gaya hidup.
Pengelolaan secara mandiri sangat diperlukan bagi penderita
diabetes terutama dalam mengoptimalisasi dan berkontribusi secara
aktif untuk mengubah perilaku yang tidak sehat. Peran tenaga
kesehatan sangat berpengaruh dalam mengubah perilaku tersebut
dalam mencapai keberhasilan maka diperlukan edukasi atau
pengetahuan, pengembangan ketrampilan (skill), perubahan perilaku
dan motivasi bagi penderita diabetes.
b. Terapi nutrisi

14
Terapi nutrisi atau manajemen dalam perencanaan pemberian
makanan sangat berpengaruh pada penyandang diabetes, dalam
pemberian makan perlu diperhatikan proporsi sesuai dengan
keadaan individu yang mengalami diabetes. Ketentuan yang harus
diberikan dalam pemberian makanan harus diperhatikan terkait
keseimbangan komposisi dalam makanan yang meliputi karbohidrat,
protein, lemak dan lain-lain untuk mencukupi status gizi yang baik.
c. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik sangat berpengaruh dalam proses penatalaksanaan
diabetes melitus yang berguna untuk memperbaiki sensivitas kinerja
insulin. Aktifitas fisik sederhana yang bisa dilakukan misalnya jalan
kaki, bersepeda dan lain-lain, dalam melakukan aktifitas fisik perlu
disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu yang dapat
disesuaikan dengan umur, kondisi ekonomi, sosial dan budaya serta
kondisi fisik.
d. Terapi famakologis
Setelah menerapkan pola nutrisi dan aktifitas fisik namun kadar
glukosa dalam darah belum mencapai target yang ditentukan maka
diperlukan penggunaan obat-obatan sesusai dengan indikasi dan
dosis yang sudah direncanakan atau ditentukan oleh tenaga ahli
kesehatan.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan secara komprehensif meliputi
pengumpulan data, pola fungsional kesehatan menurut gordon dan
pemeriksaan fisik (Kartikasari et al., 2020).
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, suku/bangsa, diagnosa medis dan lain
sebagainya.

15
b. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang sering di alami adanya nyeri pada luka atau
pesendian, badan lemas, luka yang tak kunjung sembuh, bau luka
khas diabetes, hambatan dalam aktivitas fisik.
c. Status kesehatan saat ini
Terkait kondisi yang sedang dialami karena penyakitnya seperti
luka, rasa nyeri, nafsu makan berkurang, dan infeksi pada tulang
(osteomielitis) di area luka.
d. Riwayat kesehatan lalu
Adanya riwayat penyakit terdahulu yang menyertainya yang terkait
dengan diabetes melitus seperti hipertensi dan lain sebagainya yang
mempengaruhi defisiensi insulin serta riwayat penggunaan obat-
obatan yang biasa di konsumsi penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Berdasarkan riwayat keluarga penderita diabetes melitus biasanya
mempunyai faktor genetik dari salah satu keluarganya yang
mempengaruhi defiensi insulin seperti hipertensi.
f. Pola fungsional kesehatan
Pola fungsional kesehatan berdasarkan data fokus meliputi :
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Terkait kondisi pasien dalam menyikapi kesehatannya
berdasarkan tingkat pengetahuan, perubahan persepsi, tingkat
kepatuhan dalam menjalani pengobatan dan pola mekanisme
koping terhadap penyakitnya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Efek dari defisiensi insulin akan menyebabkan beberapa
kemungkinan seperti polidipsi, polifagia, poliuria maka dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi serta dalam proses metabolisme
akan mengalami beberapa perubahan.
3) Pola eliminasi

16
Kadar gula yang terlalu tinggi menyebabkan penderita
diabetes melitus sering buang air kecil dengan jumlah urine
yang melebihi batas normal.
4) Pola istirahat dan tidur
Pada penderita penyakit diabetes melitus biasanya mengalami
ketidaknyamanan dalam pola istirahat dan tidurnya karena
diakibatkan adanya tanda dan gejala dari penyakitnya
sehingga harus beradaptasi terkait dengan penyakitnya.
5) Pola aktivitas dan latihan
Akibat nyeri dan adanya luka pada kaki penderita diabetes
melitus menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari dan penderita cenderung mempunyai
keterbatasan dalam mobilitas fisiknya di karenakan kelemahan
atau ketidakberdayaan akibat penyakitnya.
6) Pola Kognitif-Perseptual sensori
Pada penderita diabetes melitus cenderung mengalami
beberapa komplikasi pada penyakitnya yang mengakibatkan
adanya perubahan dalam persepsi dan mekanisme kopingnya.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Penyakit diabetes melitus akan mengakibatkan perubahan
pada fungsional tubuh yang akan mempengaruhi gambaran
diri atau citra diri pada individu yang menderita diabetes.
8) Pola mekanisme koping
Akibat penyakit diabetes melitus yang menahun menyebabkan
penyakit ini akan menimbulkan permasalahan baru pada
penderitanya termasuk pada pola pemikiran dari adaptif akan
menuju ke maladatif sehingga secara otomatis akan
mempengaruhi mekanisme koping.
9) Pola Seksual-Reproduksi

17
Penyakit diabetes yang menahun dapat menimbulkan kelainan
pada organ reproduksi, penurunan rangsangan dan gairah pada
penderitanya.
10) Pola peran berhubungan dengan orang lain
Penderita diabetes yang mengalami luka yang tak kunjung
sembuh akan menyebabkan dirinya merasa minder atau
merasa malu dan cenderung akan menarik diri.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Akibat dari penyakit diabetes melitus dapat mempengaruhi
fungsional struktur tubuh sehingga dapat menyebabkan
perubahan status kesehatan pada penderita diabetes dan akan
mempengaruhi perubahan dalam pelaksanaan kegiatan dalam
beribadah.
g. Pemeriksaan fisik Head to Toe
Suatu tindakan dalam memeriksa keseluruhan tubuh pasien dari
ujung kepala sampai dengan ujung kaki dengan menggunakan
metode pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan
pasien.
2. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi
a. Diagnosa keperawatan bardasarkan SDKI menurut (PPNI, 2016) :
1) Nyeri akut
2) Gangguan integritas kulit/jaringan
3) Ketidakstabilan kadar glukosa darah
4) Risiko infeksi
5) Gangguan mobilitas fisik
b. Fokus intervensi berdasarkan SLKI menurut (PPNI, 2018) :
1) Nyeri akut
Tujuan & kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :

18
a) Keluhan nyeri berkurang
b) Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
Intervensi :
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
d) Fasilitasi istirahat dan tidur
e) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
f) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
g) Kolaborasi pemberian analgetik
2) Gangguan integritas kulit/jaringan
Tujuan & kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
gangguan intregitas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Integritas kulit/jaringan memabaik
b) Mampu mempertahankan dan melindungi kelembaban
kulit
c) Tidak ada tambahan luka/lesi dan perdarahan
Intervensi :
a) Indentifikasi penyebab gangguan integritas kulit
b) Monitor karakteristik luka
c) Monitor tanda-tanda infeksi
d) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
e) Ganti balutan sesuai jumlah eksudat
f) Kolaborasi pemberian antibiotik
3) Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Tujuan & kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kadar
glukosa darah stabil dengan kriteria hasil :
a) Kadar glukosa darah membaik

19
b) Koordinasi meningkat
c) Tingkat kesadaran meningkat
Intervensi :
a) Monitor kadar glukosa darah
b) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
c) Ajarkan pengelolaan diabetes
d) Kolaborasi pemberian insulin
4) Risiko infeksi
Tujuan & kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
terjadinya risiko infeksi bisa teratasi dengan kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri berkurang
b) Masalah kemerahan pada kulit membaik
c) Keluhan bengkak membaik
Intervensi :
a) Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
b) Batasi jumlah pengunjung
c) Berikan perawatan kulit pada area edema
d) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
e) Ajarkan cara memeriksa luka
f) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
5) Gangguan mobilitas fisik
Tujuan & kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpakan masalah
gangguan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a) Pergerakan ekstermitas menignkat
b) Kekuatan otot meningkat
c) Kelemahan fisik menurun
Intervensi :
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b) Identifikasi toleransi fisik dalam melakukan pergerakan

20
c) Fasilitasi dalam melakukan pergerakan
d) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
e) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
f) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan misal
duduk di atas tempat tidur

21
C. Pathways
Usia, gaya hidup

Penurunan
fungsi pankreas

Sel beta pankreas


terganggu

Defisiensi insulin

Hiperglikemia
Ketidakstabilan kadar glukosa tidak
Glukosa darah masuk ke sel

Fleksibilitas Kerusakan
darah merah vaskuler

Hipoksia perifer

Gangguan Nyeri akut Neuoropati perifer


mobilitas fisik

Ulkus
diabetik

Proses penyembuhan Gangguan


luka terhambat integritas kulit

Peningkatan leukosit Risiko infeksi

Gambar 1 pathways diabetes melitus


Sumber : (Wulandari, 2018)

22
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 1 Februari 2021 pukul
08.10 WIB. Penulis mengelola kasus pada Tn. M dengan masalah penyakit
Diabetes Melitus Tipe 2 di ruang Baitul Izzah 2 Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang. Didapatkan gambaran kasus sebagai berikut :
1. Identitas
a. Identitas pasien
Pasien yang saya kelola bernama Tn. M, berumur 38 tahun, berjenis
kelamin laki-laki, beragama islam, pendidikan terakhir yang ditempuh
SMP, pasien bekerja sebagai seorang pedagang, tempat tinggal pasien
berada di Semarang, Jawa Tengah. Pasien dirawat di rumah sakit pada
tanggal 27 Januari 2021 sekitar pukul 09.00 WIB, pasien terdiagnosa
medis Diabetes Melitus Tipe 2 dengan nomor RM. 21007225.
b. Identitas penanggung jawab
Selama pasien di rumah sakit yang bertanggung jawab adalah saudara
kadungnya yaitu adik laki-lakinya yang bernama Tn. M, berummur
sekitar 29 tahun, beragama islam, serta bekerja sebagai pedagang.
Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh saudara pasien hanya tamatan
SD dan bertempat tinggal di Semarang, Jawa Tengah.
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanannya disertai dengan luka/ulkus
diabetik dan mulutnya terasa perih disertai perut kembung..
3. Riwayat penyakit sekarang dan terdahulu
Pasien mengatakan nyeri pada area kaki kanan disertai luka/ulkus dan
timbulnya nyeri sudah sekitar 1 tahun, pasien mngungkapkan sudah
menderita penyakit DM sudah sekitar 5 tahun. Pasien mengungkapkan
ketika keluhannya terasa berat ia baru pergi ke rumah sakit, riwayat

23
kesehatan yang lalu pasien mengatakan pernah menderita kelenjar getah
bening dan pernah dioperasi namun sudah sembuh. Pasien tidak
mempunyai riwayat kecelakaan, tidak mempunyai alergi terhadap
makanan dan minuman maupun obat-obatan.
4. Riwayat keluarga

Gambar 2 genogram
Keterangan :
: Laki-laki meninggal : Perempuan
: Laki-laki : Pasien
: Garis keturunan : Tinggal serumah

Pasien mengatakan dari anggota keluarganya tidak ada yang mengalami


penyakit yang sama. Kondisi lingkungan disekitar rumah pasien bersih
karena pasien mengungkapkan anggota keluarganya selalu membersihkan
rumahnya, letak rumah pasien tergolong stategis dan tidak ada
kemungkinan terjadinya bahaya.

B. Pola Kesehatan Fungsional ( Data Fokus )


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan sebelum sakit dalam menjaga kesehatannya kurang
diperhatikan, kurangnya pengetahuan membuat pasien cenderung
mengabaikan kesehatannya. Dalam mengoptimalkan kesehatannya

24
pasien hanya mengkonsumsi obat-obatan yang di beli warung, pasien
mengatakan ketika kondisi penyakit atau kesehatannya semakin
memburuk ia langsung pergi kepelayanan kesehatan/rumah sakit.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Pasien mengatakan sebelum sakit dalam kebiasaan makannya tidak ada
masalah, makan 3 kali sehari satu porsi piring sedang dengan aneka
lauk dan pauk. Pasien menyukai semua jenis makanan, tidak
mengkonsumsi obat atau vitamin penambah nafsu makan, dan tidak
mempunyai alergi terhadap makanan. Selama pasien dirawat, pasien
mengatakan nafsu makannya berkurang karena mulutnya terasa perih
dan perut terasa kembung, pasien hanya mampu menghabiskan kurang
lebih separuh porsi makanan.
3. Pola eliminasi
Pasien mengatakan sebelum sakit pola BAB 1 kali dalam sehari waktu
tidak menentu warna fese kuning dan konsistensi lembek, BAK 3-4 kali
dalam sehari warna urin kuning, bau (khas kencing). Selama pasien
dirawat mengaku frekuensi BAB tidak teratur ± 3 hari yang lalu, warna
feses kuning dan konsistensi lembek, frekuensi BAK 3-4 kali dalam
sehari warna kuning, bau (khas kencing).
4. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan waktu tidurnya tidak menentu, biasa tidur diatas
jam 21.00 WIB dan durasi tidur ± 7 jam serta di siang hari pasien juga
kadang-kadang tidur ± 1 jam namun jarang dilakukan. Setelah di rawat
pasien mengatakan waktu tidurnya tidak jauh berbeda ketika sebelum
sakit, tidur ± 8 jam serta di siang hari sering tertidur dengan durasi ± 2
jam.
5. Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan sebelum sakit mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari (ADL) seperti mandi, berpakaian, makan, dan lain-lain
dengan mandiri namun pasien mengaku jarang/bahkan tidak pernah
berolahraga. Selama di rawat pasien mengatakan mudah lelah dalam

25
melakukan aktivitas sehari-hari (ADL)-nya sebagian di bantu oleh
keluarganya seperti berpindah tempat dan berpindah tempat.
6. Pola kognitif perseptual sensori
Pasien mengatakan ada keluhan pada penglihatannya buram untuk
melihat jarak jauh, tidak ada masalah pada pendengarannya,
kemampuan daya ingat pasien baik dan mampu mengambil keputusan
secara mandiri terkadang musyawarah dengan keluarga. Pasien
mengatakan masih nyeri pada kaki kanannya P : nyeri saat digerakan,
Q : rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : lutut dan luka pada kaki kanan,
S : skala nyeri 5, dan T : Nyeri muncul secara terus-menerus.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien mengatakan segala sesuatu yang terjadi termasuk penyakit yang
di alaminya sekarang ini sebagai cobaan, pasien selalu bersabar dan
berharap agar bisa sembuh dari penyakitnya. Pasien mengatakan hanya
bisa pasrah terhadap penyakitnya, pasien merasa kurang berguna karna
tak bisa lagi mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,
dalam kehidapan sehari-hari pasien berperan sebagai seorang ayah yang
mencari nafkah untuk keluarganya. Pasien berharap bisa sembuh dari
panyakitnya secepat mungkin agar bisa memnuhi kebutuhan
keluarganya, pasien merasa kurang percaya diri terhadap kondisinya
saat ini karena panyakit yang ia alami.
8. Pola mekanisme koping
Pasien mengatakan dalam pengambilan keputusan biasa dilakukan
dengan mandiri serta terkadang dibantu oleh keluarganya ketika
memutuskan sebuah perkara, pasien nampak lesu terkait dengan
penyakit yang dialaminya sekarang dan pasien berharap agar bisa
sembuh dari penyakitnya.
9. Pola seksual reproduksi
Pasien mengatakan sudah lama berhubungan intim, tidak ada keluhan
dalam berhubungan, sebelum sakit masih ada hasrat untuk melakukan

26
hubungan intim namun setelah sakit dan dirawat di rumah sakit pasien
mengatakan tidak hasrat untuk melakukan hubungan intim.
10. Pola peran berhubungan dengan orang lain
Pasien mnegatakan hubungan dengan orang lain dan orang-orang
disekitar baik, kemampuan berkomunikasi lancar dan jelas, orang-
oramg terdekat pasien adalah istri dan anak-anaknya serta kerabatnya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan sebelum sakit masih bisa menjalankan ibadah solat
dengan lancar, namun setelah dirawat di rumah sakit pasien jarang
bahkan tidak menjalankan ibadah solat.

C. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan pada tanggal 1
Feburuari 2021 di dapatkan data untuk tingkat kesadaran pasien
composmentis, keadaan penampilan pasien tampak lemah dan lesu. Tanda-
tanda vital : tekanan darah 175/88 mmHg, nadi 96 x/menit, RR 20 x/menit,
suhu 360C. Pada pemeriksaan kepala pasien berbentuk meshocepal, rambut
berwarna hitam bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe, dan tidak ada lesi
dan edema. Pada mata konjutiva anemis, miopi, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, reaksi terhadap cahaya baik. Pada hidung tidak terdapat polip,
bersih, tidak terdapat epistaksis, tidak ada nafas cuping hidung dan tidak
terpasang O2. Pada telinga bentuk simetris kanan dan kiri, ada sedikit
serumen, tidak ada masalah pendengaran, tidak ada infeksi, tidak
menggunakan alat bantu dengar. Pada mulut dan tenggorokan tidak ada
kesulitan/gangguan berbicara, tidak ada kesulitan mengunyah/menelan,
tidak ada benjolan di leher, gigi rata/rapi, warna gigi kuning, tidak ada
perdarahan ataupun pembengkakan pada gusi.
Pada pemeriksaan jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak,
palpasi ictus cordis teraba di ICS 5, perkusi pekak, auskultasi terdengar
suara Lup-dup (S1 & S2) tidak ada suara tambahan. Pada pemeriksaan paru-
paru inspeksi pergerakan dada simetris kanan dan kiri, palapsi tidak ada

27
nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada edema, perkusi sonor, auskultasi
bunyi vesikuler. Pada pemeriksaan abdomen inspeksi bentuk simetris, tidak
ada lesi ataupun jejas, auskultasi terdengar suara bising usus, perkusi
tympani, palpasi tidak ada nyeri tekan.
Pada pemeriksaan genetalia tidak terpasang kateter, area genetalia
bersi, tidak terdapat hemoroid maupun luka. Pada pemeriksaan ekstremitas
atas dan bawah, pasien terpasang infus di bagian tangan kiri, kekuatan
ekstremitas atas kanan kiri bagus, terdapat luka 3 bagian pada kaki kanan
bawah, warna luka granulasi, terdapat eksudat, kekuatan ektremitas kaki
kanan bawah tidak optimal. Pada pemeriksaan kulit, warna kulit pasien
sawo matang, turgor kulit baik, kebersihan kulit baik.

D. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium Klinik pada tanggal 1 Februari
2021 pukul 13.23 WIB di dapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3 Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan


HEMATOLOGI
Darah Rutin 1
Hemoglobin L 8.3 13.2 – 17.3 g/dL
Hematokrit L 24.1 33.0 – 45.0 %
Leukosit H 32.38 3.80 – 10.60 ribu/uL sesuai SADT
Trombosit H 943 150 – 440 ribu/uL sesuai SADT
Golongan darah B Positif
KIMIA KLINIK
HBA1C H 8.20 Normal : < = 5.4
Risiko tinggi : %
5.5 – 6.4
Curiga DM : ˃ =
6.5
Ureum H 112 10 – 50 mg/dL
Creatinin H 2.33 0.70 – 1.30 mg/dL
Total protein L 5.6 6.0 – 8.0 gr/dL Duplo
Albumin-globulin
Albumin L 2.62 3.40 – 4.80 gr/dL Duplo
Globulin 2.98 g/dL

28
Tabel 4 Pemeriksaan urin lengkap

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan


URINALISA
Urin lengkap
Warna Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
Protein 100 < 30 (Negatif) mg/dL
Reduksi 1000 < 15 (Negatif) mg/dL
Bilirubin Neg < 1 (Negatif) mg/dL
Reaksi/PH 6.0 4.8 – 7.4
Urobilinogen 0.2 <2 mg/dL
Benda keton Neg < 5 (Negatif) mg/dL
Nitrit Neg Negatif
Berat jenis 1.015 1.015 – 1.025
Darah (blood) 10 < 5 (Negatif) Eri/uL
Leukosit Neg < 10 ( Negatif) Leu/uL
Mikroskopis
Sel epitel 3–5 5 – 15 /LPK
Eritrosit 6- 8 < 1/LBP /LPB
Leukosit 2–4 3–5 /LPB
Silinder 1–2
Parasit Negatif Negatif
Bakteri Positif 1 (+) Negatif
Jamur Negatif Negatif
Kristal Negatif
Benang mukus Negatif

Pasien mendapatkan diit nasi 1700 kkal, dan terapi yang didapatkan
pasien yaitu terapi infus RL 20 tpm 500 ml secara intravena, injeksi
ciproflaxcin 2 x 500 mg secara intravena, injeksi lantus 1 x 15 unit/ml secara
subcutan, injeksi apidra 3 x 15 unit/ml secara subcutan, fermia 3 x 1 tab
secara oral, inbumin 2 x 1 tab secara oral, clindamycin 300 mg 2 x 1 secara
oral dan tramadol 3 x 1 secara oral.
E. Analisa Data
Hasil pengkajian pada hari Senin Februari 2021 didapatkan data
sebagai berikut : pertama, dari data subjektif pasien mengatakan nyeri di
bagian lutut dan luka pada kaki kanannya, P : nyeri terasa saat di gerakan,
Q : nyeri yang dirasakan pasien seperti tertusuk-tusuk, R : di kaki kanan, S

29
: 6, T : nyeri yang dirasakan pasien secara berkala atau terus menerus.
Sedangkan untuk data objektif pasien terlihat meringis menahan sakit,
pasien memegang dan menunjukkan area yang nyeri. Berdasarkan data di
atas maka diperoleh masalah nyeri akut dengan etiologi agen pencidera
fisiologis.
Kedua, dari data subjektif pasien mengatakan luka pada kakinya
sudah ada sejak 1 bulan lalu, dan pasien mengatakan luka yang di alaminya
tak kunjung sembuh. Sedangkan untuk data objektif terlihat ada luka 3
bagian di kaki kanannya dengan diameter ± 4 cm dan kedalamannya ± 1 cm,
warna dasar luka granulasi (merah), terdapat eksudat dan sedikit darah.
Berdasarkan data di atas maka diperoleh masalah gangguan integritas
kulit/jaringan dengan etiologi neuropati perifer.
Ketiga, dari data subjektif pasien mengatakan menderita diabetes
melitus sejak 5 tahun yang lalu, pasien mengatakan jarang bahkan tidak
pernah kontrol atau check up ke pelayanan kesehatan, pasien juga
mengatakan nafsu makannya berkurang karna mulut terasa perih dan perut
kembung. Sedangkan untuk data objektif hasil pemeriksaan GDS 286
mg/dL, pasien tidak menghabiskan makanan yang sudah di progamkan,
pasien makan hanya 3-4 sendok makan, pasien tidak mematuhi diit yang
sudah di peroleh memakan makanan dari luar rumah sakit. Berdasarkan data
di atas maka diperoleh masalah ketidaksabilan kadar glukosa darah dengan
etiologi resistensi insulin.

F. Diagnosa Keperawatan
Dari analisa data di atas dapat disimpulkan bahwa Tn. M
mempunyai 3 diagnosa prioritas keperawatan yaitu yang pertama, nyeri akut
berhubungan dengan agen pencidera fisiologis, kemudian yang kedua
gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer,
dan yang ketiga, ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
resistensi insulin.

30
G. Planning/intervensi
Pada hari Senin 1 Februari 2021 penyusunan intervensi atau rencana
keperawatan berdasarkan diagnosa yang muncul. Diagnosa pertama yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis. Ditetapkannya
tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien
mampu mengontrol nyeri menggunakan teknik non farmakologis, keluhan
nyeri menurun, penggunaan analgesik menurun. Adapun intervensi yang
dapat dilakukan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, skala nyeri, berikan teknik terapi musik dan teknik relaksasi
distraksi, dan kolaborasikan pemberian analgetik.
Diagnosa kedua yaitu gangguan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan neuropati perifer. Ditetapkannya tujuan dan kriteria
hasil setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 3 x 24 jam di harapkan
masalah gangguan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien
mampu melindungi dan mampu mempertahankan kelembaban kulit, tidak
ada luka tambahan, integritas kulit baik dan perfusi jaringan baik. Adapun
intervensi yang dapat dilakukan perawatan luka atau ganti balutan,
memonitor karakteristik luka, pertahankan kebersihan dan kesterilan pada
luka, kolaborasikan pemberian antibiotik, anjurkan untuk minum air yang
cukup.
Diagnosa ketiga yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan resistensi insulin. Ditetapkannya tujuan dan kriteria
hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan
kadar glukosa darah stabil dengan kriteria hasil kadar glukosa darah pasien
membaik, tingkat kesadaran meningkat, koordinasi meningkat, perilaku
membaik. Adapun intervensi yang dapat dilakukan memonitor kadar gluksa
darah, ajarkan pengelolaan kadar diabetes seperti penggunaan insulin, obat
oral, memonitor asupan, kolaborasikan pemeberian insulin.

31
H. Implementasi
Pada hari Senin 1 Februari 2021 pukul 08.50 WIB melakukan
implementasi diagnosa yang pertama yaitu mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan skala nyeri,
data subjektif pasien mengatakan P : nyeri saat di gerakan, Q : nyeri seperti
di tusuk-tusuk, R : di bagian lutut dan luka pada kaki kanan, S : skala nyeri
6, T : terus-menerus sedangkan untuk data objektifnya pasien tampak
meringis menahan sakit dan menunjukkan area yang nyeri. Pada pukul
09.00 WIB mengajarkan teknik non farmakologis yaitu terapi musik
(murrotal) dan teknik relaksasi nafas dalam data subjektif pasien
mengatakan mau di ajarkan bebarapa teknik non farmakologis, sedangkan
untuk data objektifnya pasien tampak mendengarkan terapi musik yang di
berikan dan mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam yang telah di
ajarkan.
Pada pukul 09.30 WIB melakukan implementasi diagnosa yang
kedua yaitu mengganti balutan dan memantau karakteristik luka data
subjektif yang didapatkan pasien mengatakan luka sudah ada sejak 1 bulan
yang lalu dan mengatakan lukanya tak kunjung sembuh sedangkan untuk
data objektifnya didapatkan ada 3 bagian luka di kaki kanannya, warna
dasar luka granulasi (merah), bau luka khas DM, diameter luka ± 4 cm
dengan kedalam luka ± 1 cm, terdapat eksudat (pus dan darah). Pada pukul
10.00 WIB memberikan injeksi ciprofloxacin 500 mg secara intravena data
subjektif yang didapatkan pasien mengatakan bersedia sedangkan untuk
data objektifnya pasien tampak mengangguk tanda setuju.
Pada pukul 11.05 WIB melakukan implementasi diagnosa ketiga
yaitu memberikan injeksi insulin apidra 15 ml secara subcutan data subjektif
yang didapatkan pasien mengatakan bersedia untuk di beri insulin dan untuk
data objektif yang di dapatkan pasien tampak mengangguk tanda setuju.
Pada pukul 11.15 WIB menganjurkan pasien untuk mematuhi progam diit
yang di tentukan data subjektif yang didapatkan pasien mengatakan kurang
nafsu makan dan untuk data objektifnya pasien hanya menghabiskan

32
setengah porsi dari makannya dan pasien tampak makan-makanan dari luar
RS yang tidak termasuk dalam progam diit yang ditentukan.
Pada hari Selasa 2 Februari 2021 pukul 08.00 WIB melakukan
implementasi diagnosa yang kedua yaitu perawatan luka/ganti balut data
subjektif didapatkan pasien mengatakan bersedia untuk di ganti balut data
objektif luka masih mengandung eksudat, dan sedikit darah, bau khas DM.
pada pukul 08.30 WIB memberikan injeksi ciprofloxacin 500 mg secara
intravena data subjektif yang di dapatkan pasien mengatakan bersedia untuk
data objektif yang didapatkan pasien tampak mengangguk tanda setuju.
Pada pukul 08.45 WIB menganjurkan pasien untuk memperbanyak minum
air putih data subjektif yang di dapatkan pasien mengatakan sudah minum
air putih sedangkan untuk data objektifnya pasien tampak menunjukkan
botol bekas minumnya.
Pada pukul 09.30 WIB melakukan implementasi diagnosa yang
pertama yaitu melakukan pengakjian secara komprehensif data subjektif
yang didapatkan pasien mengatakan P : nyeri saat digerakan, Q : nyeri
seperti ditusuk-tusuk, R : dibagian lutut dan area luka kaki kanan, S : skala
nyeri 5, T : nyeri terasa secara terus-menerus sedangkan untuk data
objektifnya pasien tampak meringis menahan nyeri saat di gerakan. Setelah
melakukan pengkajian secara komprehensif lalu memberikan teknik non
farmakologis yaitu terapi musik (murotal) dan teknik relaksasi tarik nafas
dalam data subjektif yang didapatkan pasien mengatakan lebih rileks dan
tenang untuk data objektifnya pasien tampak memejamkan mata dan
menghayati saat di berikan terapi musik.
Pada pukul 10.50 WIB melakukan implementasi diagnosa yang
ketiga yaitu memantau kadar glukosa darah dengan data subjektif yang di
dapatkan pasien mengatakan kadar gula darahnya masih tinggi sedangkan
untuk data objektif didapatkan GDS 225 mg/dL. Setelah itu menganjurkan
pasien untuk menghabiskan porsi makanan yang sudah diprogamkan data
subjektif yang didapatkan pasien mengatakan kurang nafsu makan-
makanan dari rumah sakit sedangkan untuk data objektif yang di dapatkan

33
pasien hanya menghabiskan setengah porsi makanan yang sudah
diprogamkan. Kemudian menganjurkan pasien untuk meminum obatnya
tepat waktu sesuai ketentuan data subjektif yang didapatkan pasien
mengatakan sudah meminum obatnya sedangkan untuk data objektif yang
didapatkan pasien tampak memperlihatkan bungkus obat yang sudah
diminumnya. Pada pukul 11.49 WIB memberikan injeksi insulin apidra
melalui subcutan data subjektif yang didapatkan pasien mengatakan
bersedia untuk diberikan insulin sedangkan data objektif yang didaptkan
pasien tampak mengangguk tanda setuju.
Pada hari Rabu 3 Februari 2021 pukul 14.45 WIB melakukan
implementasi diagnosa kedua yaitu memantau tanda-tanda infeksi pada luka
data subjektif yang didapatkan pasien mengatakan lukanya masih bisa
belum ada perubahan sedangkan data objektif yang didapatkan tidak ada
tanda-tanda infeksi disekitar luka maupun area luka. Setelah itu melakukan
injeksi ciprofloxacin 500 mg secara intravena data subjektif yang
didapatkan pasien mengatakan bersedia untuk diberikan injeksi sedangkan
data objektif yang didapatkan pasien tampak mengangguk tanda setuju.
Pada pukul 16.30 WIB melakukan implementasi diagnosa yang
pertama yaitu menganjurkan pasien untuk melakukan tindakan non
farmakologis yang sudah pernah diajarkan jika nyeri dirasakan/bertambah
dan mengidentifikasi skala nyeri data subjektif yang didapatkan pasien
mengatakan masih terasa nyeri saat digerakan sedangkan untuk data objektif
yang didapatkan pasien tampak terlihat meringis, skala nyeri : 4, TD :
156/75, RR : 20 x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,70C. Kemudian pada pukul
18.30 WIB melakukan implementasi diagnosa yang ketiga yaitu memantau
kadar glukosa darah data subjektif yang didapatkan pasien mengatakan
kadar gulanya masih tinggi sedangkan untuk data objektif didapatkan GDS
112 mg/dL.

34
I. Evaluasi
Pada hari Senin 1 Februari 2021 pukul 14.00 WIB hasil evaluasi
untuk diagnosa yang pertama yaitu didapatkan data Subjektif pasien
mengatakan masih merasakan nyeri P : saat digerakan, Q : nyeri seperti di
tusuk-tusuk, R : di bagian lutut dan di area luka, S : 4, T : nyeri dirasakan
secara terus-menerus, untuk data Objektif didapatkan pasien tampak
meringis, pasien menunjukkan area yang nyeri, TD : 175/88 mmHg, RR :
20 x/menit, N : 96 x/menit, S : 360C, Assesment masalah belum teratasi dan
Planning lanjurkan semua intervensi. Evaluasi diagnosa yang kedua
didapatkan data Subjektif pasien mengatakan luka pada kaki sejak 1 bulan
yang lalu untuk data Objektifnya didapatkan terdapat luka dengan diameter
± 4 cm dengan kedalaman ± 1 cm, warna dasar luka granulasi/merah,
terdapat eksudat/pus dan sedikit darah, Assesment masalah belum teratasi
dan Planning lanjutkan semua intervensi. Evaluasi diagnosa ketiga yaitu
didapatkan data Subjektif pasien mengatakan menderita penyakit diabetes
melitus sejak 5 tahun yang lalu untuk data Objektif didapatkan GDS : 286
mg/dL, Assesment masalah belum teratasi dan Planning lanjutkan semua
intervensi.
Pada hari selasa 2 Februari 2021 pukul 14.00 WIB hasil evaluasi
untuk diagnosa yang kedua yaitu didapatkan data Subjektif pasien
mengatakan luka masih seperti biasanya belum ada perubahan untuk data
Objektif didapatkan warna dasar luka granulasi/merah, bau luka khas DM,
ada eksudat/pus dan sedikit darah, Assesment masalah belum teratasi dan
Planning lanjutkan semua intervensi. Evaluasi diagnosa yang pertama
didapatkan pasien mengatakan masih merasakan nyeri P : saat digerakan, Q
: seperti ditusuk-tusuk, R : dibagian lutut dan area luka, S : 4, T : terus-
menerus untuk data Objektif didapatkan pasien terbaring di atas tempat tidur
dan tampak meringis, Assesment masalah belum teratasi dan Planning
lanjutkan intervensi (identifikasi skala nyeri, menganjurkan melakukan
teknik nonfarmakologis dan kolaborasikan pemberian analgetik). Evaluasi
diagnosa yang ketiga didapatkan data Subjektif pasien mengatakan kadar

35
glukosa darahnya masih tinggi untuk data Objektifnya GDS : 225 mg/dL,
Assesment masalah belum teratasi dan Planning lanjutkan intervensi
(monitor kadar glukosa darah, tingkatkan pengetahuan/kesadaran pasien
dan kolaborasikan pemberian insulin).
Pada hari Rabu 3 Februari 2021 pukul 21.00 WIB hasil evaluasi
untuk diagnosa yang kedua yaitu didapatkan data Subjektif pasien
mengatakan luka masih seperti biasanya belum sembuh atau tidak ada
perubahan untuk data Objektif didapatkan luka tertutup oleh balutan dan
tidak ada tanda-tanda infeksi, Assesment masalah belum teratasi dan
Planning lanjutkan semua intervensi. Evaluasi diagnosa yang pertama
didapatkan pasien mengatakan masih merasakan nyeri namun masih bisa
dikontrol untuk data Objektif didapatkan pasien terbaring di atas tempat
tidur dan terlihat lebih rileks, Assesment masalah nyeri teratasi sebagian dan
Planning lanjutkan intervensi (kolaborasikan pemberian analgetik dan
anjurkan melakukan teknik nonfarmakologis jika nyeri tidak terkontrol).
Evaluasi diagnosa yang ketiga didapatkan data Subjektif pasien mengatakan
kadar glukosa darahnya naik turun namun masih tinggi untuk data
Objektifnya GDS : 112 mg/dL, Assesment masalah belum teratasi dan
Planning lanjutkan intervensi (monitor kadar glukosa darah, tingkatkan
kesadaran pasien, dan kolaborasikan pemberian insulin).

36
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis akan menjabarkan hasil analisa asuhan keperawatan
pada Tn. M dengan Diabetes Melitus Tipe 2 sesuai dengan teori yang sudah
didapatkan, asuhan keperawatan pada Tn. M dikelola selama tiga hari berturut-turut
dari tanggal 1 Februari 2021 sampai dengan 3 Februari 2021. Pada bagian ini
penulis akan membahas terkait dengan permasalahan ataupun kekurangan yang
didapatkan selama pengelolaan dalam pemberian asuhan keperawatan pada Tn. M
dengan Diabetes Melitus Tipe 2, beserta memperhatikan aspek-aspek dalam proses
asuhan keperawatan yang melipu pengkajian, diagnosa keperawatan,
planning/intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis pada hari Senin
tanggal 1 Februari 2021 pukul 08.30 WIB ditemukan pasien Tn. M dengan
diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2. Pengertian dari diabetes melitus adalah
istilah umum untuk gangguan metabolisme heterogen yang temuan utamanya
adalah hiperglikemia kronis. Penyebabnya adalah gangguan sekresi insulin
atau gangguan kerja insulin atau keduanya (Müller-Wieland et al., 2019).
Akibat dari penyakit diabetes yang menahun dapat menyebabkan neuropati
perifer yaitu adanya gangguaan pada saraf perifer, sensori, motorik ataupun
campuran yang biasanya banyak mengenai pada bagian ekstermitas bagian
bawah/kaki yang di tandai dengan adanya perasaan nyeri atau keluhan nyeri
hebat yang muncul secara spontanitas di sertai dengan adanya luka (Hutapea et
al., 2016).
Data yang didapatkan pada pasien yang saya kelola mengalami tanda-tanda
nyeri pada bagian paha sampai lutut kaki dan di sekitar area luka pada kaki
kanannya. Dalam melakukan proses pengkajian penulis tidak mendapatkan
hambatan ataupun kesulitan hal ini dikarenakan komunikasi yang terjalin pada
saat anamnesa dapat berjalan dengan baik serta sikap pasien yang kooperatif

37
dan terbuka dalam menyampaikan informasi yang diberikan kepada penulis.
Berdasarkan dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan oleh penulis
menegakkan 3 diagnosa yaitu :
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis dibuktikan
dengan nyeri pada bagian paha sampai lutut dan di sekitar area luka pada
kaki kanannya, tampak meringis dan gelisah.
Menurut SDKI (PPNI, 2016) Nyeri akut merupakan pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
pencidera fisiologis karena pada saat pengkajian didapatkan data pasien
mengeluh perasaan nyeri pada kaki kanannya di bagian paha sampai lutut
dan nyeri di sekitar area luka/ulkus diabetik, tampak meringis, gelisah dan
enggan menggerakkan kaki kanannya karena nyeri. Batasan karakteristik
dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) sudah sesuai
yaitu tampak meringis, gelisah dan bersikap protektif, enggan atau
menghindar menggerakkan kaki kananya karena nyeri.
Diagnosa nyeri akut menjadi prioritas pertama karena terdapat data
mayor yang mendukung yaitu ungkapan terkait keluhan nyeri, dan data
minor yaitu terdapat pola nafsu makan yang berubah, terdapat peningkatan
tekanan darah, dan pola pikir yang terganggu akibat kecemasan terkait
sensasi nyeri yang dirasakan. Penulis memprioritaskan diagnosa tersebut
karena keluhan atau masalah yang sedang di rasakan oleh pasien saat itu
jika tidak segera ditangani secepat mungkin maka dapat mengakibatkan
rasa ketidaknyamanan serta dapat menghambat proses aktivitas sehari-hari
bagi pasien sehingga akan menimbulkan rasa kekhawatiran ataupun
ketakutan untuk melakukan gerakan, tindakan dan kegiatan tubuh.
Intervensi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
pencidera fisiologis yang dilakukan selama 3 x 24 jam, penulis akan

38
menguraikan terkait tindakan rasional yang dilakukan yaitu mengkaji
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan skala
nyeri, berikan teknik nonfarmakologi, kontro lingkingan, fasilitasi istirahat
tidur, ajarkan teknik nonfarmakologi, dan kolaborasi pemberian analgetik.
Ajarkan dan berikan teknik nonfarmakologi kombinasi yaitu terapi musik
dan relaksasi tarik nafas dalam merupakan intervensi utama yang di pilih
oleh penulis untuk mengurangi atau mengalihkan rasa nyeri. Menurut
(Rantung, 2019) terapi musik dan tenkik relaksasi tarik napas dalam
merupakan sebuah upaya intervensi dalam keperawatan yang menjadi
salah satu opsi atau pilihan dalam pengobatan terhadap rasa nyeri dari
berbagai penyakit karena efek dari terapi musik dan tenik relaksasi tarij
napas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dan pengontrolan terhadap
rasa nyeri.
Implementasi yang dilakukan oleh penulis yang sesuai dengan
intervensi keperawatan yang sudah ditentukan sebelumnya dapat
dilaksanakan atau dilakukan secara keseluruhan tidak ada hambatan
ataupun kendala yang ditemukan karena pasien mampu mengikuti semua
instruksi yang di perintahkan oleh penulis dan pasien kooperatif mampu
mendengarkan dan memperhatikan saat penulis memberikan arahan dalam
mengimplementasikan atau memberikan tindakan kepadanya.
Evaluasi dilakukan setelah penulis melakukan tindakan keperawatan
didapatkan hasil pasien mengatakan rasa nyeri yang dialaminya mulai
teralihkan, sedikit berkurang dan lebih rileks, berdasarkan pengkajian
yang sudah dilakukan dengan metode P,Q,R,S,T didapatkan data sebagai
berikut P : nyeri saat digerakan, Q : nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
R : di bagian paha sampai lutut kaki kanan dan disekitar area luka, S : skala
nyeri 4, T : nyeri yang dirasakan secara berkala, TD : 175/88 mmHg, RR
: 20 x/menit, N : 96 x/menit, S : 360C. Berdasarkan capaian kriteria hasil
yang sudah ditetapkan ada kriteria hasil yang belum tercapai yaitu pasien
masih merasakan nyeri di kaki kanannya di tinjau dari skala nyeri di
dapatkan hasilnya 4 dimana nilai ini termasuk dalam katergori nyeri

39
sedang dan masalah ini masih belum teratasi sebagian, kemudian untuk
masalah yang sudah teratasi sebagian karena pasien mampu mengontrol
nyeri dengan teknik nonfarmakologis dan pasien tampak lebih
rileks/tenang.
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
dibuktikan dengan kerusakan lapisan kulit, luka, nyeri, terdapat eksudat
dan sedikit darah pada luka.
Menurut SDKI (PPNI, 2016) Gangguan integritas kulit merupakan
kerusakan kulit dermis dan/atau epidermis atau jaringan membran mukosa,
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau
ligamen.
Penulis mengangkat diagnosa gangguan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan neuropati perifer karena pada saat pengkajian
didapatkan data pasien mengungkapkan adanya luka pada kaki kanannya
sudah hampir 1 bulan yang lalu dan pasien mengeluhkan lukanya lama
sembuhnya dan terasa nyeri. Batasan karakteristik dalam Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) sudah sesuai yaitu kerusakan
jaringan dan/atau lapisan kulit.
Alasan penulis mengambil diagnosa gangguan integritas
kulit/jaringan karena terdapat tanda mayor yaitu adanya kerusakan
jaringan dan/atau lapisan kulit yang biasa disebut dengan luka/ulkus dan
data minor yaitu adanya sensasi nyeri pada area luka, kemudian pada luka
terdapat sedikit darah dan eksudat/cairan pada luka berupa pus. Penulis
memprioritaskan diagnosa tersebut karena luka yang di derita oleh pasien
cukup memprihatinkan yaitu terdapat 3 buah luka di kaki kanannya
dimana pasien tersebut terdiagnosa penyakit diabetes, jika luka tersebut
tidak segera ditangani dengan tepat maka luka tersebut akan susah untuk
disembuhkan, berisiko terjadinya infeksi dan luka dapat
menjalar/menyebar hingga berujung dengan amputasi.
Intervensi untuk diagnosa gangguan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan neuropati perifer yang dilakukan selama 3 x 24 jam,

40
penulis akan menguraikan tindakan rasional yang dilakukan yaitu
identifikasi penyebab gangguan integritas kulit, anjurkan minum air yang
cukup, anjurkan meningkatkan asupan nutrisi, monitor karakteristik luka
(warna, bau, ukuran), monitor tanda-tanda infeksi, pertahankan teknik
steril saat melakukan perawatan luka, ganti balutan sesuai jumlah eksudat,
kolaborasikan pemberian antibiotik. Ganti balutan dan mempertahankan
teknik steril dalam perawatan luka merupakan intervensi utama yang
dipilih oleh penulis untuk mencegah infeksi silang dengan cara menjaga
luka agar tetap bersih dan steril. Proses penanganan luka yang kurang tepat
dapat menghambat penyembuhan luka dan keberhasilan dalam proses
penyembuhan luka itu tergantung dari upaya yang dilakukan seperti
mepertahankan kelembapan yang seimbang, disisi lain perlu juga untuk
mempertahankan kesterilan dalam penangan luka agar pertumbuhan sel
dan poliferasi kolagen dapat berlangsung dengan baik (Kartika et al.,
2015).
Implementasi yang dilakukan oleh penulis yang sesuai dengan
intervensi keperawatan yang sudah ditentukan sebelumnya dapat
dilaksanakan atau dilakukan secara keseluruhan tidak ada hambatan
ataupun kendala yang ditemukan karena pasien mampu mengikuti semua
instruksi yang di perintahkan oleh penulis dan pasien kooperatif mampu
mendengarkan dan memperhatikan saat penulis memberikan arahan dalam
mengimplementasikan atau memberikan tindakan kepadanya.
Evaluasi dilakukan setelah penulis melakukan tindakan keperawatan
didapatkan hasil pasien mengatakan luka yang di alaminya tak kunjung
sembuh, berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan didapatkan hasil
ada 3 buah luka di area kaki kanan, diameter luka bervariasi ± 4 cm dengan
kedalaman ± 1 cm, wana dasar luka granulasi/merah, tedapat eksudat
berupa pus dan sedikit darah, bau luka khas DM. Berdasarkan capaian
kriteria hasil yang sudah ditetapkan ada kriteria hasil yang belum tercapai
yaitu luka masih sama tidak ada perubahan dan masalah ini masih belum
teratasi sebagian, kemudian untuk masalah yang sudah teratasi sebagian

41
karena pasien bersedia untuk diganti balut serta dilakukan perawatan luka
dan mampu mengikuti semua arahan yang di berikan oleh perawat dalam
mempertahankan integritas kulitnya.
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin dibuktikan dengan kadar glukosa dalam darah/urin tinggi.
Menurut SDKI (PPNI, 2016) Ketidakstabilan kadar glukosa darah
merupakan variasi kadar glukosa darah naik atau turun dari rentang
normal.
Penulis mengangkat diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan resistensi insulin karena pada saat pengkajian
didapatkan data paien mengungkapkan sudah terdiagnosa diabetes sejak 5
tahun yang lalu dan pasien mengatakan kadar gulanya tinggi, mengeluh
lelah dan lesu serta kurang nafsu makan karena mulut terasa perih dan
perut kembung. Batasan karakteristik dalam Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (SDKI) sudah sesuai yaitu kadar glukosa dalam
darah/urin tinggi.
Alasan penulis mengambil diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa
darah karena tedapat tanda mayor yaitu kadar glukosa dalam darah/urin
tinggi dan data minor yaitu mulut kering dan haus meningkat. Penulis
memprioritaskan diagnosa tersebut karena kadar glukosa dalam darah
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah
sehingga dapat memicu komplikasi antara lain stroke, serangan jantung,
kerusakan pada mata, penyakit ginjal dan lain sebagainya.
Intervensi untuk diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan resistensi insulin yang dilakukan selama 3 x 24 jam,
penulis akan menguraikan tindakan rasional yang dilakukan yaitu monitor
kadar glukosa darah, ajarkan pengelolan diabetes seperti edukasi,
penggunaan insulin, obat oral, dan bantuan profesional kesehatan,
kolaborasi pemberian insulin. Memonitor kadar glukosa darah dan
mengajarkan pengelolaan diabetes merupakan intervensi utama yang
dipilih oleh penulis untuk mengevaluasi terkait kadar glukosa darah pasien

42
apakah terkontrol dengan baik dan edukasi terkait pola hidup sehat yang
harus dilakukan pada penderita diabetes. Kepatuhan terhadap pemeriksaan
terhadap penyakit diabetes sering ditemukan adanya hambatan seperti
kurangnya pengetahuan, persepsi dan sikap terhadap penyakit, faktor
internal maupun eksternal dapat memicu kurangnya kepatuhan dalam
manajemen pengelolaan diabetes (Fajrunni’mah et al., 2017).
Implementasi yang dilakukan oleh penulis yang sesuai dengan
intervensi keperawatan yang sudah ditentukan sebelumnya dapat
dilaksanakan atau dilakukan secara keseluruhan, ada sedikit hambatan
ataupun kendala yang ditemukan karena pasien tidak mengikuti arahan
sesuai progam yang sudah ditentukan yaitu pasien tidak menghabiskan
makanan dari rumah sakit dan memakan makanan dari luar rumah sakit
yang dibawa oleh keluarganya. Selebihnya pasien mampu mengikuti
semua instruksi yang di perintahkan oleh penulis dan pasien kooperatif
mampu mendengarkan dan memperhatikan saat penulis memberikan
arahan dalam mengimplementasikan atau memberikan tindakan
kepadanya.
Evaluasi dilakukan setelah penulis melakukan tindakan keperawatan
didapatkan hasil pasien mengatakan gula darahnya masih tinggi,
berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan didapatkan hasil pasien
tidak menghabiskan makanan yang sudah di progamkan dan untuk Gula
Darah Sewaktu (GDS) 289 mg/dL. Berdasarkan capaian kriteria hasil yang
sudah ditetapkan ada kriteria hasil yang belum tercapai yaitu pasien tidak
mengikuti sepenuhnya apa yang sudah disampaikan oleh penulis/perawat
dalam progam diit yang telah tentukan di buktikan dengan kadar glukosa
darahnya masih relatif tinggi di atas batas normal.
C. Diagnosa tambahan
Selain membahas masalah yang muncul pada kasus Tn. M penulis juga
akan membahas diagnosa tambahan yang tidak di tegakkan oleh penulis yaitu
1. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis ditandai dengan
adanya peningkatan kadar leukosit yang tinggi dan terdapat luka diabetik.

43
Risiko infeksi merupakan suatu hal yang berisiko mengalami
peningkatan terserang organisme patogenik (PPNI, 2016). Penulis
menambahkan diagnosa tersebut karena berdasarkan data yang diperoleh
terdapat 3 buah luka kronis diabetik pada bagian kaki kanan dan disertai
dengan hasil laboratorium pasien didapatkan kadar leukosit yang tinggi
yaitu dengan hasil H 32.338 dengan nilai rujukan 3.10 – 10.60 ribu/uL.
Proses infeksi di mulai akibat dari luka, luka diabetik yang terjadi
dapat mengakibatkan penyembuhan luka yang cukup lama sehingga
dapat meningkatkan risiko lebih lanjut yaitu infeksi, merupakan sebuah
ancaman yang serius bagi penderita diabetes yang mempunyai luka kaki
diabetik yang cenderung luka tersebut akan lebih parah dari pada luka
dengan penyebab atau etiologi yang lainnya. Adanya sebuah luka
merupakan salah satu akses pintu masuk organisme patogen yang akan
menjalar secara terus - menerus (Najihah, 2020).
Salah satu intervensi yang dapat di lakukan oleh perawat dalam
mencegah terjadinya infeksi pada pasien dengan ulkus kaki diabetik
adalah dengan cara pemilihan atau pemberian antibiotik yang spesifik
sesuai dengan gajala klinis disertai dengan pembersihan dan defridemen
ulkus diabetik. Dalam mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun perawat harus selektif dalam memperhatikan dan meninjau ulang
saat pelaksanaan keperawatan untuk mengurangi risiko penyebaran
infeksi. Efektifitas dalam mengevaluasi terapi ada beberapa parameter
sebagai landasannya antara lain respon klinis pasien, leukosit, suhu, laju
endap darah serta penanda inflamasi lainnya seperti kontrol gula darah,
tanda – tanda penyembuhan luka dan peradangan (Langi, 2013).
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan perilaku yang tidak sesuai dengan anjuran.
Defisit pengetahuan merupakan ketidakmampuan atau kurangnya
dalam menerima informasi kognitif yang berhubungan dengan topik
tertentu (PPNI, 2016). Penulis menambahkan diagnosa tersebut karena
berdasarkan data yang diperoleh pasien tidak patuh dalam mengikuti

44
progam yang sudah ditentukan yaitu makan-makanan dari luar rumah
sakit dan tidak menghabiskan makanan yang diperoleh dari diit yang di
tentukan.
Ada beberapa faktor yang menjadi kendala penyebab gagalnya
sebuah terapi yang disebabkan karena ketidakpatuhan terhadap progam
ataupun terapi yang sudah ditentukan, maka dari itu perlu adanya upaya
yang harus dilakukan untuk mengoptimalisasi kepatuhan pasien terhadap
terapi dengan cara edukasi dan konseling yang terstruktur serta akurat
terkait dengan terapi yang akan diberikan. Edukasi dan konseling
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi penderita diabetes melitus
karena penyakit ini berhubungan dengan kebiasaan gaya hidup oleh
karena itu edukasi menjadi solusi agar perilaku penderita diabetes dapat
membaik dan mampu meningkat taraf hidup untuk menjadi yang lebih
baik (Sucipto, 2014).
Salah satu intervensi yang dapat di lakukan oleh perawat dalam
meningkatkan pengetahuan pasien adalah dengan cara edukasi secara
komprehensif yang meliputi edukasi terkait penyakit DM, perencanaan
makanan, dan lathan jasmani. Dalam mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun perawat harus selektif dalam memperhatikan dan
meninjau ulang saat pelaksanaan keperawatan untuk menilai sejauh mana
pemahaman pasien. Efektifitas dalam mengevaluasi sejauh mana pasien
dapat memahami terkait edukasi yang telah diberikan bisa dilihat dari
perubahan perilakunya (Novyanda & Hadiyani, 2017).

45
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulis memperoleh kesimpulan dari asuhan keperawatan pada Tn. M
dengan Diabetes Melitus Tipe 2 sebagai berikut :
1. Pengkajian pada Tn. M dilakukan pada hari senin pada tanggal 1 februari
2021. Berdasarkan pengkajian tersebut didapatkan Tn. M mengalami nyeri
pada kaki kanannya dibagian paha sampai lutut dan disekitar area luka,
mulut perih dan perut kembung nafsu makan berkurang.
2. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. M adalah diagnosa
keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencidera fisiologis dibuktikan dengan nyeri pada bagian paha sampai
lutut dan di sekitar area luka pada kaki kanannya, tampak meringis dan
gelisah, untuk diagnosa yang kedua yaitu gangguan integritas
kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer dibuktikan dengan
kerusakan lapisan kulit, luka, nyeri, terdapat eksudat dan sedikit darah
pada luka, dan yang ketiga yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan resistensi insulin dibuktikan dengan kadar glukosa
dalam darah/urin tinggi.
3. Rencana tindakan yang ditetapkan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia , sedangkan untuk fokus intervensi yang diberikan
pada Tn. M diagnosa prioritas utama adalah terapi musik dan relaksasi
tarik nafas dalam.
4. Implementasi dilakukan selama tiga hari sesuai dengan intervensi
keperawatan yang sudah disusun sebelumnya.
5. Hasil evaluasi yang didapatkan pada pada diagnosa yang pertama masalah
Tn. M teratasi sebagian, untuk diagnosa yang kedua masalah masih belum
teratasi dan untuk dignosa yang ketiga masalah sudah teratasi sebagian.
Penulis menyarankan kepada pasien serta keluarga pasien untuk mematuhi

46
progam diit yang sudah ditentukan agar kadar glukosa darahnya stabil dan
perkembangan luka semakin membaik.

B. Saran
1. Bagi institusi
Menjadikan karya tulis ilmiah yang telah penulis susun sebagai referensi
dalam dunia pendidikan untuk membantu dalam penyusunan asuhan
keperawatan dengan kasus diabetes mellitus tipe 2.
2. Bagi lahan praktek
Hasil asuhan yang sudah diberikan pada pasien sudah cukup baik dan
hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayananan agar dapat memberikan
asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan keperawatan serta
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat
menerapkan setiap asuhan keperawatan sesuai dengan teori.
3. Bagi masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat terutama orang dewasa yang memiliki
penyakit diabetes maupun riwayat keluarga yang menderita diabetes
hendaknya lebih menambah informasi melalui tenaga kesehatan, media
massa maupun media elektronik untuk mengetahui cara pencegahan dari
penyakit diabetes melitus dan mendukung sosialisasi tentang penyakit
diabetes yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

47
DAFTAR PUSTAKA

B. Olokoba, A., A. Obateru, O., & B. Olokoba, L. (2012). Type 2 Diabetes


Mellitus A Review of Currebt Trends. Oman Medical Journal, 27, 269–273.
https://doi.org/doi: 10.5001/omj.2012.68
Fahra, R. U., , Widayati, N., & , Sutawardana, J. H. (2017). Hubungan Peran
Perawat Sebagai Edukator Dengan Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Bina Sehat Jember. Jurnal
Nurseline, 2(1), 67–72.
Fajrunni’mah, R., Lestari, D., & Purwanti, A. (2017). Faktor Pendukung dan
Penghambat Penderita Diabetes Melitus dalam Melakukan Pemeriksaan
Glukosa Darah. Global Medical & Health Communication (GMHC), 5(3),
174. https://doi.org/10.29313/gmhc.v5i3.2181
Fatimah, R. N. (2015). DIABETES MELITUS TIPE 2. 4(5), 93–101.
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
Fitria, E., Nur, A., Marissa, N., & Ramadhan, N. (2017). Karakteristik Ulkus
Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUD dr. Zainal Abidin dan
RSUD Meuraxa Banda Aceh Characteristics Of Ulcer Among Diabetes
Mellitus Patient In Rsud Dr. Zainal Abidin And RSUD Meuraxa Banda
Aceh. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(3), 153–160.
Hartanti, Pudjibudojo, J. K., Aditama, L., & Rahayu, R. P. (2013). Pencegahan
dan Penanganan Diabetes Mellitus. Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya, 96. http://repository.ubaya.ac.id/37477/1/Hartanti_BUKU
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN DIABETES MELLITUS.pdf
Hutapea, F. S., Kembuan, M. A. H. N., & P.S., J. M. (2016). Gambaran klinis
neuropati pada pasien diabetes melitus di Poliklinik Neurologi RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou periode Juli 2014 – Juni 2015. E-CliniC, 4(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.12115
Israfil, I. (2020). Faktor Risiko Kejadian Komplikasi Kardiovaskuler pada Pasien
Diabetes Melitus ( DM ) Tipe 2. 04(Dm), 163–173. www.jurnal-ppni.org
Kartika, R. W., Bedah, B., Paru, J., & Luka, A. P. (2015). Perawatan Luka Kronis
dengan Modern Dressing. Perawatan Luka Kronis Dengan Modern
Dressing, 42(7), 546–550.
Kartikasari, F., Yani, A., & Azidin, Y. (2020). Pengaruh Pelatihan Pengkajian
Komprehensif Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Perawat Mengkaji
Kebutuhan Klien Di Puskesmas. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi),
5(1), 79–89. https://doi.org/10.51143/jksi.v5i1.204

48
Langi, Y. A. (2013). PENATALAKSANAAN ULKUS KAKI DIABETES
SECARA TERPADU. JURNAL BIOMEDIK (JBM), 3(2), 95–101.
https://doi.org/10.35790/jbm.3.2.2011.864
Lotfy, M., Adeghate, J., Kalasz, H., Singh, J., & Adeghate, E. (2016). Chronic
Complications of Diabetes Mellitus: A Mini Review. Current Diabetes
Reviews, 13(1), 3–10. https://doi.org/10.2174/1573399812666151016101622
Müller-Wieland, P. D. med D., Nauck, M., Petersmann, A., Müller-Wieland, D.,
Schleicher, E., Müller, U. A., Landgraf, R., Freckmann, G., & Heinemann, L.
(2019). Definition, Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus.
Diabetologe, 15(2), 128–134. https://doi.org/10.1007/s11428-019-0460-1
Najihah. (2020). Infeksi Luka Kaki Diabetik dan Faktor Resikonya : Literature
Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09(2), 179–185.
https://doi.org/DOI: https: // doi.org/10.12345/jikp.v9i02. 1 93
Nazriati, E., Pratiwi, D., & Restuastuti, T. (2018). Pengetahuan pasien diabetes
melitus tipe 2 dan hubungannya dengan kepatuhan minum obat di Puskesmas
Mandau Kabupaten Bengkalis. Majalah Kedokteran Andalas, 41(2), 59.
https://doi.org/10.25077/mka.v41.i2.p59-68.2018
Novyanda, H., & Hadiyani, W. (2017). Hubungan Antara Penanganan Diabetes
Melitus: Edukasi Dan Diet Terhadap Komplikasi Pada Pasien Dm Tipe 2 Di
Poliklinik Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Keperawatan
Komprehensif, 3(1), 25. https://doi.org/10.33755/jkk.v3i1.81
Nugroho, S. (2015). Pencegahan Dan Pengendalian Diabetes Melitus Melalui
Olahraga. Medikora, IX(1). https://doi.org/10.21831/medikora.v0i1.4640
Nurayati, L., & Adriani, M. (2017). Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula
Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutrition, 1(2), 80.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1i2.6229
Octaviana Wulandari, S. M. (2013). Perbedaan Kejadian Komplikasi Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Menurut Glukosa Darah Acak. Jurna Baerkala
Eoidemiologi, I, 182–191.
Papatheodorou, K., Banach, M., Bekiari, E., Rizzo, M., & Edmonds, M. (2018).
Complications of Diabetes 2017. Journal of Diabetes Research, 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/3086167
PB PERKENI. (2015). Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. In Perkeni.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
PERKENI. (2011). KONSENSUS PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA.

49
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI. http://www.inna-ppni.or.id
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI. http://www.inna-ppni.or.id
Putra, I. W. A., & Berawi, K. (2015). Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority, 4(9), 8–12.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1401
Rahmasari, I., & Wahyuni, E. S. (2019). Efektivitas momordica carantia (pare)
terhadap penurunan kadar glukosa darah. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan
Informatika Kesehatan, 9(1), 57–64.
Rantung, J. (2019). Penerapan terapi musik terhadap nyeri neuropati pada
penyandang diabetes mellitus. 288, 21–28.
Setyaningrum, D. E., & Sugiyanto, Z. (2015). Faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian diabetes melitus tipe II pada usia kurang dari 45 tahun di
RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal VISIKES, 14(2), 115–122.
Soelistijo, S., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf, A.,
Sanusi, H., Lindarto, D., Shahab, A., Pramono, B., Langi, Y., Purnamasari,
D., & Soetedjo, N. (2015). Konsesus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe2 Di Indonesia 2015. In Perkeni.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://pbperkeni
.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-Pengelolaan-dan-
Pencegahan-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-PERKENI-
2015.pdf&ved=2ahUKEwjy8KOs8cfoAhXCb30KHQb1Ck0QFjADegQIBh
AB&usg=AOv
Sucipto, A. (2014). Efektivitas Konseling DM dalam Meningkatkan Kepatuhan
dan Pengendalian Gula Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2. IJNP
(Indonesian Journal of Nursing Practices), 1(1), 8–20.
https://journal.umy.ac.id/index.php/ijnp/article/view/637
Sya’diyah, H., Widayanti, D. M., Kertapati, Y., Anggoro, S. D., Ismail, A., Atik,
T., & Gustayansyah, D. (2020). Penyuluhan Kesehatan Diabetes Melitus
Penatalaksnaan Dan Aplikasi Senam Kaki Pada Lansia Di Wilayah Pesisir
Surabaya. Jurnal Pengabdian Kesehatan, 3(1), 9–27.
https://doi.org/10.31596/jpk.v3i1.64
Tjandrawinata. (2016). Patogenesis Diabetes Tipe 2 : Resistensi Insulin dan
Defisiensi Insulin. Dexa Medica Group, February, 1–5.
https://www.researchgate.net/publication/292615802%0APatogenesis
Wulandari, W. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes
Mellitus Tipe Ii Di Ruang Flamboyan Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–

50
1699.

51
Lampiran 1 Surat kesediaan membimbing

SURAT KESEDIAAN MEMBIMBING

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ns. Dyah Wiji Puspita Sari. M. Kep
NIDN : 0622078602
Pekerjaan : Dosen
Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas nama
mahasiswa Prodi Diploma III Keperawatan FIK UNISSULA Semarang, sebagai
berikut :
Nama : Teguh Dwi Pambudi
NIM : 40901800096
Judul KTI : Asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Diabetes Melitus tipe 2
di Ruang Baitul Izzah 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 5 Februari 2021


Pembimbing

Ns. Dyah Wiji Puspita Sari. M. Kep


NIDN. 0622078602

52
Lampiran 2 Surat keterangan konsultasi

SURAT KETERANGAN KONSULTASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ns. Dyah Wiji Puspita Sari. M. Kep
NIDN : 0622078602
Pekerjaan : Dosen
Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas nama
mahasiswa Prodi DIII Keperawatan FIK UNISSULA Semarang, sebagai berikut:
Nama : Teguh Dwi Pambudi
NIM : 48901800096
Judul KTI : Asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Diabetes Melitus tipe 2
di Ruang Baitul Izzah 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang
Menyatakan bahwa mahasiswa seperti yang disebutkan di atas benar-benar
telah melakukan konsultasi pada pembimbing Karya Tulis Ilmiah mulai tanggal 5
Februari 2021 sampai dengan 9 Mei 2021 secara online Prodi Diploma III
Keperawatan FIK UNISSULA Semarang. Demikian surat keterangan ini dibuat
dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 9 Mei 2021


Pembimbing

Ns. Dyah Wiji Puspita Sari. M. Kep


NIDN. 0622078602

53
Lampiran 3 Lembar bimbingan konsultasi

LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
MAHASISWA PRODI DIII KEPERAWATAN
FIK UNISSULA
2021

Nama Mahasiswa : Teguh Dwi Pambudi


NIM : 48901800096
Judul KTI : Asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Diabetes Melitus
tipe 2 di Ruang Baitul Izzah 2 Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang
Pembimbing : Ns. Dyah Wiji Puspita Sari. M. Kep

Materi TTD
Hari/Tanggal Saran Pembimbing
Konsultasi Pembimbing
Selasa Pengajuan judul  Acc, lanjutkan
23 Februari KTI ke Bab
2021 selanjutnya.
Selasa Konsul Bab I  Perbaikan
23 Maret sampai II penggunaan
2021 kaidah tanda
baca (titik) pada
penulisan diakhir
kalimat.
 Perbaiki kembali
tujuan khusus
pada latar
belakang.

54
 Yang lain Acc,
lanjutkan ke Bab
selanjutnya.
Sabtu Konsul Bab I  Tambahan
8 Mei 2021 sampai Bab V pembahsan
diagnosa
tambahan pada
Bab IV.
 Tambahan
etiologi diagnosa
pada Bab IV
sesuai dengan
kondisi pasien.
 Perbaikan tujuan
khusus pada latar
belakang.
 Lengkapi daftar
lampiran.
Minggu Konsul Bab I  Perbaiki dan
9 Mei 2021 sampai V teliti lebih lanjut
pada Bab III dan
Bab IV
singkronkan
kembali etiologi
diagnosanya
sesuai dengan
askep yang asli.
 Perbaiki Bab III
planning pada

55
evaluasi harus di
sebutkan.
Kamis Turnitin Bab 1  Hasil uji turnitin
27 Mei 2021 sampai V 24%

56
Lampiran 4 Laporan asuhan keperawatan tulis tangan

57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
Lampiran 5 Berita acara

BERITA ACARA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M
DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG BAITUL IZZAH 2
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

NAMA : TEGUH DWI PAMBUDI


NIM : 40901800096

Direvisi Pada
No Nama Penguji Halaman Ya Tidak Tanda Tangan
Bagian
1 Ns. Retno - Perbaiki kata-
Issroviatiningrum, kata yang
M.Kep kurang formal
seperti kata
“dirinya”
2 Ns. Retno - Perbaiki teori
Setyawati, etiologi
M.Kep., Sp.KMB menggunakan
sumber yang
terpercaya
(Perkeni).
- Tambahan
pada teori
komplikasi
terkait dengan
komplikasi
akut,kronis

78
dan kaki
diabetik.
3 Ns. Dyah Wiji - Saran dari
Puspita Sari, penguji
M.Kep segera
ditambahkan
dan
dikonsulkan

79

Anda mungkin juga menyukai