Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA IBU K

DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI DI KOTA


SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh:

Fadia Kansha Tamara

NIM : 40901800032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA IBU K DENGAN
PENYAKIT HIPERTENSI DI KOTA SEMARANG

KaryaTulis Ilmiah

Disusun Oleh:

Fadia Kansha Tamara

NIM : 40901800032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH BERJUDUL

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA IBU K DENGAN PENYAKIT


HIPERTENSI DI KOTA SEMARANG

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :


Nama : Fadia Kansha Tamara Nim :
40901800032

Karya tulis ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan dihadapan
penguji karya tulis ilmiah program studi D-III keperawatan fakultas ilmu keperawatan
unissula semarang pada

Hari : Senin
Tanggal : 25 Januari 2021

Semarang, 25 Januari 2021

Pembimbing

Ns. Moch Aspihan, M.Kep, Sp.Kep.Kom


NIDN : 0613057602
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis
ilmiah prodi DIII keperawatan FIK unissula pada hari Jumat Tanggal 11 Juni 2021
dan telah diperbaiki sesuai dengan masukian tim penguji
Semarang, 11 Juni 2021

Penguji I
(Ns. Iskim Luthfa, M.Kep)
NIDN : 06-2006-8402

Penguji II
(Ns. Nutrisia Nu’im Haiya, M.Kep)
NIDN : 06-0901-8004

Penguji III
(Ns. Moch Aspihan, M.Kep, Sp.Kep.Kom)
NIDN : 06-1305-7602

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Iwan Ardian, SKM , M.Kep


NIDN. 0622087403
MOTTO

“Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al-Insyirah:


6)

“Bila kesulitan itu dihadapi dengan tekad yang sungguh-sungguh


dan berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk melepaskan
diri darinya, tekun dan sabar serta tidak mengeluh atas kelambatan
datangnya kemudahan, pasti kemudahan itu akan tiba”
HALAMAN PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayang-Mu telah memberi kekuatan, membekaliku dengan ilmu. Atas
karunia seta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya Karya Tulis
Ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu
terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW.

Ku persembahkan karya tulis ilmiah ini kepada orang yang sangat


kukasihi dan kusayangi.

Ayahanda dan Ibunda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya tulis ilmiah ini kepada Ayah saya (Alm. Arief
Muktamara) dan ibu saya (Sri Leni Ratnawati) yang telah memberikan
kasih sayang, secara dukungan baik moril maupun materi, ridho dan
cinta kasih yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar
kertas yang bertuliskan kata persembahan. Semoga ini menjadi langkah
awal untuk membuat ayah dan ibu bahagia karena kusadar, selama ini
belum bisa berbuat lebih. Terima kasih Ayah.. Terima kasih ibu

Adik-adikku Tersayang

Sebagai tanda terima kasih, ku persembahkan karya tulis ilmiah ini untuk
adik-adikku (Farra Ramadhani Tamara) Terima kasih telah memberikan
semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir
Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Bapak Ns. Moch Aspihan, M.Kep, Sp.Kep. selaku dosen pembimbing


karya tulis ilmiah, terima kasih banyak bapak sudah membantu selama
ini, sudah dinasihati, sudah diajari dan mengarahkan saya untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan baik

Teman-teman

Teman dekatku Cucu Parida, Muji Rahayu, Eva Damayanti, Wiwik


Ambarwati, Qurrotul Alawiya, Febria Milhatun Nida, Oktavia Nur K ,
Artika Amelia, Melfiana, Fitria Hidayatun, Indah Khoirutiyas dan
teman sekelompok karya tulis ilmiah yang selalu memberikan motivasi,
nasihat, dukungan dan selalu mendoakan satu sama lain serta semua
sahabat seperjuanganku DIII Keperawatan 2018 dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, kuatkan tekadmu tuk hadapi
rintangan, karena sesungguhnya Allah bersama kita
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulia Ilmiah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA IBU K
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI DI KOTA SEMARANG”.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan


salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Berbagai hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan


Karya Tulis Ilmiah ini, namun semuanya dapat selesai berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih
kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga


saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Drs. H. Bedjo Santoso, MT., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Sultan Agung Semarang.
3. Iwan Ardian, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
UNISSULA Semarang.
4. Ns. Muh Abdurrouf, M.Kep., selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA Semarang.
5. Ns. Moch Aspihan, M.Kep, Sp.Kep. selaku pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, bimbingan
dan pengarahan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
kurang lebih tiga tahun.
7. Masyarakat Kota Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk praktek disana, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah
saya peroleh dari kampus sehingga saya dapat mengambil studi kasus
untuk Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Ayahku (Alm.Arief Muktamara) dan Ibuku (Sri Leni Ratnawati) tercinta
yang selalu mendoakan, mengingatkan untuk tetap beribadah dan
memberikan semangat, dukungan baik moril dan materi yang diberikan
untuk menyelesaikan pendidikan.
9. Adik-adikku (Farra Ramadhani Tamara) tercinta yang selalu menjadi
penasehat, penguat dan penyemangat terbaik.
10. Teman dekatku Cucu Parida, Muji Rahayu, Eva Damayanti, Wiwik
Ambarwati, Qurrotul Alawiya, Febria Milhatun Nida, Oktavia Nur K,
Artika Amelia, Melfiana, Fitria Hidayatun , Indah Khoiriyatus dan teman
sekelompok karya tulis ilmiah yang selalu memberikan motivasi,
nasihat, dukungan dan selalu mendoakan satu sama lain.
11. Teman-teman seperjuanganku DIII Keperawatan 2018 dan semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat


banyak membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
berguna bagi penulis dan pembaca dapat memberikan peningkatan
pelayanan keperawatan dimasa mendatang.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................................................................ 3


HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................................................... 4
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................................ 4
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................................................... 7
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 9
BAB I ...................................................................................................................................................... 14
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 14
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 14
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 15
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 16
BAB II ..................................................................................................................................................... 12
KONSEP DASAR ..................................................................................................................................... 12
3.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi ........................................................................................ 12
3.2 Konsep Perawatan Hipertensi............................................................................................... 18
3.3 Konsep Dasar Gerontik ......................................................................................................... 11
BAB III .................................................................................................................................................... 16
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................................ 16
3.1 Pengkajian ............................................................................................................................. 16
3.2 Analisa data ........................................................................................................................... 19
3.3 Diagnosa keperawatan ......................................................................................................... 19
3.4 Rencana asuhan keperawatan .............................................................................................. 19
3.5 Implementasi keperawatan .................................................................................................. 20
3.6 Evaluasi ................................................................................................................................. 22
BAB IV.................................................................................................................................................... 24
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................... 24
5.1 Pengkajian ............................................................................................................................. 24
5.2 Diagnosa keperawatan ......................................................................................................... 25
5.3 Tambahan Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 27
BAB V..................................................................................................................................................... 28
PENUTUP ............................................................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 28
5.2 Saran ..................................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 31
DAFTAR TABEL

1. Tabel pengkajian indeks katz


2. Tabel pengkajian SPSMQ
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Asuhan Keperawatan Asli


2. Surat kesediaan membimbing
3. Surat keterangan konsultasi
4. Lembar konsultasi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kenaikan lanjut umur berlangsung di Indonesia, sebagai akibat
untuk pemerintah ataupun warga negara, lanjut usia hadapi kemunduran
secara raga ataupun mental, salah satu kemunduran yang alami ialah
penyusutan fungsi kognitif, ini hendak jadi permasalahan untuk lanjut
usia yang tidak melaksanakan penghindaran ataupun penatalaksanaan,
adapula salah satu yang dicoba secara mandiri merupakan tarik nafas
dalam (Pranata, Indaryati, and Fari 2020).
Hipertensi pada lanjut usia diakibatkan sebab proses penuaan
dimana berlangsungnya pergantian sistem kardiovaskuler, katup mitral
serta aorta terjadi nya sclerosis serta penebalan, miokard jadi kaku serta
lambat dalam berkontraktilitas. Hipertensi pada lanjut usia membawa
pengaruh kurang baik bila tidak ditangani bisa menyebabkan penyakit
stroke, gagal jantung, gagal ginjal(Richard 2013).

Bersumber pada informasi World Health Organization( World


Health Organization), prevalensi hipertensi tahun 2018 pada orang
berusia berumur 18 tahun keatas 22 %. Penyakit tersebut menimbulkan
40% kematian sebab penyakit kardiovaskuler serta 51% kematian sebab
stroke. Tidak hanya cara menyeluruh, hipertensi jadi suatu penyakit tak
meluas yang sangat banyak derita warga Indonesia( 57, 6%) (Ansar J,
Dwinata I 2019).

Hasil dari Riskesdas 2018 membuktikan bahwa kenaikan


prevalensi hipertensi di Indonesia sejumlah 34, 11%. Pravelensi tekanan
darah tinggi pada wanita sebesar (36,85%) lebih besar di banding pria
(31,34%). Sebaliknya pravelensi kota sedikit lebih besar (34,43%)
dibanding desa (33,72%). Pravelensi terus menjadi bertambah ada
bertambahnya usia ( Riskesdas 2018).

Pada lanjut usia hendak terjalin bermacam kemunduran organ


tubuh, oleh karena itu lanjut usia mudah sekali menghadapi penyakit
hipertensi. Hipertensi yang sering terjadi pada lanjut usia ialah hipertensi
sitolik yang maksudnya namun tekanan sistolik≥140 mmHg serta
tekanan diastolik≥90 mmHg (Annisa and Ifdil 2016).

Bertambahnya prevalensi Hipertensi dari tahun ketahun karena


jumlah penduduk meningkat umur menyebabkan kegiatan aktivitas yang
menurun, pola hidup yang tidak sehat serta penyusutan jumlah konsumsi
makanan yang menimbulkan kalori berlebih serta diganti menjadi lemak
yang bisa menyebabkan lanjut usia menghadapi obese ataupun obesitas.
Tidak hanya itu merupakan pemakaian alcohol serta tembakau (Idaiani
and Wahyuni 2017).

Pola hidup yang tidak sehat pada pengidap hipertensi tindakan


asuhan keperawatan yang bisa dicoba antara lain memantau tanda vital,
menghalangi kegiatan badan, istirahat yang lumayan, serta pola sehat
semacam diet rendah garam, gula dan lemak, serta menghentikan
konsumsi rokok, alcohol dan kurangi stress. Kedudukan perawat bisa
memberikan pendidikan kepada keluarga tentang berartinya memberikan
support kepada lanjut usia yang mengidap penyakit hipertensi supaya
mutu lanjut umur bisa bertambah(Angshera, Rahmawati, and Y 2020).

Menurut hasil observasi catatan kedokteran di Kota Semarang


didapatkaninformasi pada bertepatan pada 05 Oktober 2016, jumlah
penderita yang periksakan di ruang lanjut umur sebanyak 44 orang. Dari
informasi tersebut didapatkan penderita yang hadapi hipertensi sebanyak
30 orang serta 14 orang tidak hadapi hipertensi. Buat seperti itu butuh
dicoba upaya pelayanan kesehatan gerontik dengan hipertensi yang salah
satunya merupakan gerontik Ny K.

Bersumber pada latar belakang di atas sehingga penulis mengambil


topik dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ibu K Dengan
Penyakit Hipertensi di Kota Semarang”.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Bisa dilakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh pada Ibu K
dengan penyakit hipertensi di Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan proses pengkajian data keperawatan pada Ibu K masalah
hipertensi
b. Menjelaskan masalah keperawatan yang muncul pada Ibu K
c. Menjelaskan intervensi keperawatan yang tepat untuk Ibu K
d. Menjelaskan implementasi keperawatan pada Ibu K
e. Menjelaskan evaluasi keperawatan pada Ibu K
f. Ditemukan kesenjangan yang didapat pada asuhan keperawatan pada Ibu
K dengan kendala hipertensi

1.3 Manfaat Penulisan


Karya tulis ilmiah yang disusun oleh penulis di harapkan manfaat
untuk berbagai pihak, antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Mengembangkan ilmu keperawatan untuk perawat yang berkompetensi
dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan asuhan keperawatan pada gerontik dengan penyakit
hipertensi dan meningkatkan kemampuan perawat dalam keperawatan
gerontik
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai pembelajaran dalam asuhan keperawatan pada gerontik yang
mengalami hipertensi serta untuk meningkatkan mutu pelayanan yang
berkualitas khususnya pada lansia
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memahami tentang pentingnya kesehatan lansia,
mencegah komplikasi hipertensi
BAB II

KONSEP DASAR

3.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi ataupun tekanan darah tinggi merupakan sesuatu kondisi
pada saat terjadi kenaikan tekanan darah dapat lanjut oleh hambatan
sistem organ, semacam stroke buat otak, penyakit jantung coroner,
kendala pembuluh darah jantung serta kendala otot jantung(Istichomah
2020). Hipertensi ialah sesuatu penyakit ditandai adanya peningkatan
tekanan darah sebab terjadi kelainan jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi ialah kenaikan tekanan darah diatas batas normal ialah ≥ 140
mmHg buat sistolik serta ≥ 90 mmHg buat diastolik (Angshera,
Rahmawati, and Y 2020).
Definisi hipertensi ataupun tekanan darah tinggi bersumber pada
definisi diatas dapat dinyatakan bahwa hipertensi ialah peningkatan
tekanan darah diatas batas alami ialah ≥ 140 mmHg untuk sistolik serta ≥
90 mmHg untuk diastolik. Tekanan darah tinggi karena terbentuknya
peningkatan tekanan darah yang bisa berlanjut pada kendala sistem
organ.
2. Etiologi
Bersumber pada pencetus hipertensi dibagi jadi 2 golongan bagi
(Richard 2013) :
A. Hipertensi primer ataupun hipertensi esensial
Hipertensi primer ataupun hipertensi esensial diucap pula hipertensi
idiopatik sebab tak dikenal sebabnya. Aspek yang dipengaruhi ialah
(Richard 2013):
1. Genetik
Orang punya riwayat keluarga hipertensi, beresiko besar atas
penyakit tersebut. Aspek genetik tak bisa dikontrol, Apabila punya
riwayat keluarga yang punya tekanan darah besar.
2. Tipe kelamin dan usia
Pria berumur 35- 50 tahun serta perempuan mati haid
berbahaya besar agar alami hipertensi. Bila usia bertambah tekanan
darah meningkat faktor tersebut tidak bisa dikontrol dan tipe kelamin
pria lebih besar dibanding wanita.
3. Diet
Mengkonsumsi diet besar garam cara langsung berkaitan
kembangnya hipertensi. Aspek tersebut dapat mengontrol pengidap
kurangi konsumsi, bila garam yang dikonsumsi melampui batas normal,
ginjal yang bertugas buat mencerna garam hendak tahan cairan lebih
banyak dibanding semestinya didalam tubuh. Banyak cairan menahan
menimbulkan kenaikan volume darah. Memberi beban pembuluh darah
menimbulkan pembuluh darah kerja keras ialah terdapatnya kenaikan
tekanan darah saat dinding pembuluh darah serta menimbulkan tekanan
darah naik.
4. Berat badan
Aspek bisa dikontrol melindungi berat tubuh dalam keadaan
wajar ataupun sempurna. Kegemukan (>25% diatas BB sempurna)
berhubungan dengan berkembang tingkatan tekanan darah ataupun
hipertensi.
5. Gaya hidup
Aspek ini bisa dikontrol oleh penderita dengan pola hidup
sehat menjauhi aspek pemicu hipertensi ialah rokok, jika rokok
kaitannya jumlah rokok dihisap dalam durasi satu hari serta bisa
menghabiskan beberapa batang
rokok serta lama merokok mempengaruhi dengan tekanan darah pasien.
Mengkonsumsi alkohol yang sering, ataupun berlebihan serta terus
menerus bisa meningkatkan tekanan darah pasien hendaknya bila
mempunyai tekanan darah tinggi pasien dimohon untuk menjauhi
alkohol supaya tekanan darah pasien dalam batasan normal serta pelihara
gaya hidup sehat penting supaya bebas dari komplikasi yang bisa terjadi.
B. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat pemicu yang jelas. Salah satu contoh
hipertensi sekunder merupakan hipertensi vaskular rena, yang terjadi
akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini bisa bersifat kongenital ataupun
akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasn renin, serta penyusunan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung tingkatan tekanan darah dan secara tidak langsung tingkatan
sintesis andosteron dan reabsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan
perbaikan pada stenosis, ataupun apabila ginjal yang terserang diangkat,
tekanan darah akan kembali ke normal(Richard 2013)
3. Patosiologi
Mekanisme mengendalikan konstriksi serta relaksasi pada pembuluh
darah posisinya pusat vasomotor, medulla diotak. Pada vasomotor
semula berjaras ke saraf simpatis, melanjutkan ke bawah ke korda
spinalis serta mengeluarkan dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis pada toraks serta abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
menghantarkan pada wujud impuls bergerak ke bawah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Oleh sebab tersebut, neuron
preganglion membebaskan asetilkolin, yang hendak memicu serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin menyebabkan konstriksi pembuluh darah. Beberapa faktor
semacam kepanikan serta ketakutan dapat mempengaruhi reaksi
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriksi. Orang yang
terkena hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, walaupun tak
dikenal nyata kenapa tersebut dapat kejadian.
Ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsangan emosi, kelenjar adrenal pula terangsang,
menyebabkan penambahan kegiatan vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menimbulkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol serta steroid yang lain, yang bisa
menguatkan respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang menyebabkan penyusutan aliran ke ginjal, menimbulkan lepasnya
renin. Renin mendapatkan rangsangan terhadap rangsangan angiotensin I
yang lalu berubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang
kuat, pada giliran memicu sekresi aldosterone terhadap korteks adrenal.
Hormon ini menimbulkan retensi natrium serta air pada tubulus ginjal,
menimbulkan kenaikan volume intra vaskuler. Semua aspek ini
bercenderung mengakibatkan kondisi tekanan darah.
Untuk mempertimbangkan gerontologis dimana terjadinya perubahan
structural serta fungsional oleh sistem pembuluh perifer yang
mempertanggungjawabkan adanya berubah tekanan darah yang terjadi
pada lanjut umur. Perubahan semacam aterosklerosis, hilang elastisitas
jaringan ikat serta penyusutan relaksasi otot polos pembuluh darah,
ketika giliran mengurangi kekuatan distensi serta daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya aorta serta arteri besar menurunkan kekuatan
akomodasi volume darah yang dipompa jantung (volume sekuncup)
sebab penyusutan curah jantung serta kenaikan penahanan perifer
(Rahmawati, 2012). Lanjut umur memerlukan perhatikan mungkin
terdapatnya “hipertensi palsu” diakibatkan kekerasan arteri brachialis
hingga tidak mengompres pada cuff sphygmomanometer (Darmojo,
2010).
4. Manifestasi klinis
Gejala serta tanda-tanda adanya hipertensi merupakan (Aspiani 2019)
disebut gejala umum yang menimbulkan hipertensi ataupun tekanan
darah besar berbeda oleh tiap masyarakat, mungkin kadang muncul
adanya tanpa tanda gejala. Secara global gejala yang dikeluhkan
penderita hipertensi berbagai macam yaitu:
a. Sakit kepala
b. Merasakan capek serta tak aman di bagian tengkuk
c. Merasakan memutar
d. Menebarkan ataupun berdetak jantung secara cepat
e. Telinga denging membutuhkan pertolongan cepat
Penderita hipertensi alami sakit kepala hingga tengkuk sebab
terjadinya sempit pembuluh darah yang diakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah hendak menimbulkan kenaikan tekanan vasculer
cerebral, kondisi ini hendak menimbulkan nyeri kepala sampe tengkuk
pada penderita hipertensi.
5. Pemeriksaan diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : kaji adanya sel terhadap volume cairan(viskositas) serta
bisa indikasi faktor pemicu yaitu : hipokoagulabilitas,
kekurangan darah.
b. BUN / kreatinin : menginformasikan data perfusi ataupun fungsi
ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM merupakan penyebab hipertensi)
bisa berakibat keluar kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal serta terdapat DM.
e. CT Scan : Kaji ada tumor cerebral, encelopati.
f. EKG : Bisa memberitahu pola keregangan, dimana luas,
ketinggian gelombang P merupakan ciri menandakan penyakit
jantung hipertensi.
g. IUP : mengenal penyebab hipertensi semacam : Batu ginjal
perbaikan ginjal.
h. Photo dada : Tunjuk destruksi kalsifikasi di area katup,
pembesaran jantung.
6. Komplikasi
Hipertensi bisa dikendalikan jika penangannya dengan baik semenjak
sekarang. Tetapi kebanyakan penderita hipertensi yang baru sadar ketika
menderita hipertensi pada saat mengalami sebuah penyakit hipertensi.
Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan sebuah penyakit hipertensi,
contohnya merupakan stres. Ketika seorang mengalami stres menjadikan
tubuh akan produksi hormon yang bisa tingkatkan tekanan darah,
Kenaikan tekanan darah inilah yang jadi sebuah penyakit hipertensi.
Observasi Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan
Penanganan Hipertensi melaporkan tekanan darah yang bisa tingkatkan
serangan jantung, gagal jantung, stroke serta gagal ginjal (Richard 2013).
Hipertensi ialah pemicu awal terbentuknya sebuah penyakit
kardiovaskular serta ialah permasalahan awal kesehatan warga yang lagi
hadapi masa peralihan sosial ekonomi. Dibanding manusia yang
mempunyai tekanan darah alami, pengidap hipertensi mempunyai
kendala terkena penyakit jantung koroner 2 kali lebih meningkat serta
resiko lebih tinggi agar terkena stroke. Jika tak diatasi, kurang lebih
setengah penderita hipertensi buat meninggal yang diakibat penyakit
jantung serta sekitar 33% buat meninggal sebab stroke 10 sampai 15 %
namun meninggal sebab gagal ginjal. Maka karena pengecekan tekanan
darah ialah kondisi sangat berharga (Junaidi, 2010).
3.2 Konsep Perawatan Hipertensi
Pengkajian Keperawatan

Menurut (Handa Gustiawan 2019) yang perlu dikaji ialah :

1. Identitas
Ada beberapa yang merupakan identitas yaitu : Nama, umur, agama,
jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan terakhir,
tanggal masuk panti, kamar dan identitas keluarga pasien (Handa
Gustiawan 2019)
2. Riwayat Masuk Panti
Menjelaskan mengapa memilih tinggal di panti dan bagaimana proses
sehingga dapat bertempat tinggal di panti(Handa Gustiawan 2019)
3. Riwayat Keluarga
Menggambarkan sebuah hubungan keluarga ( kakek, nenek, orang tua,
saudara kandung, pasangan, dan anak-anak )
4. Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan dimana pekerjaan sekarang, pekerjaan sebelumnya, dan
mendapatan uang dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
5. Riwayat Lingkup Hidup
Memiliki gambaran tempat tinggal, berapa kamar yang diinginkan,
berapa orang yang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor
telpon.
6. Riwaya Rekreasi
Meliputi : hoby/peminatan, keanggotaan organisasi, dan liburan.
7. Sumber/Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan seperti
dokter, perawat atau klinik
8. Deskripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur
Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia
dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan ritual
ataupun aktivitas sebelum tidur.
9. Status Kesehatan Sekarang
Ada beberapa status kesehatan umum ketika setahun yang lalu, status
kesehatan umum ketika 5 tahun yang lalu, keluhan yang utama, serta
pendidikan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
10. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik ialah suatu proses pemeriksaan tubuh pasien pada
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menentukan adanya
gejala dari sebuah penyakit dengan teknik inpeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi.
Pada pemeriksaan kepala dan leher yaitu melihat bentuk kepala, warna
rambut, bentuk wajah, kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea
mata,konjungtiva serta sclera, pupil serta iris, ketajaman penglihatan,
tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan
menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga,
ketajaman pendengaran, kondisi gigi, gusi serta bibir, kondisi lidah,
palatum serta osofaring, keberadaan trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena
jugularis serta denyut nadi karotis.
Selanjutnya pemeriksaan payudara yakni inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla
mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah
ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada
benjolan, adanya pembengkakan kelenjar getah bening, lalu disertai
dengan pengkajian nyeri tekan).
Pemeriksaan thoraks yakni inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(simetris dada, menggunakan otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi
(nilai vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat
kelainan), dan auskultasi (menilai bunyi nafas dan adanya bunyi nafas
tambahan).
Pemeriksaan jantung yaitu inpeksi serta palpasi (mengamati ada tidaknya
pulsasi serta ictus kordis), perkusi (tentukan batasan jantung untuk
ukuran jantung), auskultasi (mendengar suara jantung, suara jantung
adanya penambahan atau tidak bising/murmur)
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh
darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi (bising usus
atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (ada
atau tak nyeri tekan, benjolan/massa, besarnya hepar dan lien) dan
perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus
uretra,anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.
Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan ekstermitas, kesimetrisan cara berjalan.
Pada pemeriksaan integument meliputi membersihkan, menghangatkan,
warna, turgor kulit, bentuk kulit, kelembaban serta kelainan terhadap
kulit serta terdapat lesi atau tidak(Handa Gustiawan 2019)
a) Pengkajian status fungsional dan pengkajian status kognitif
1. Pengkajian status fungsional
a. Indeks katz .
Pemeriksaan indeks katz memfokuskan aktivitas kehidupan
sehari-hari yaitu kegiatan mandi, memakai pakaian, pindah
tempat, toileting, dan makan. Mandiri merupakan tidak ada
yang mengawasi, mengarahkan, ataupun bantuan orang lain.
Pengkajian ini mendasarkan pada status aktual serta bukan
terhadap kemampuan. Pengkajian ini dapat mengukur
kemampuan fungsional lanjut usia dilingkungan sekitar
rumah. (Susanto 2018)
b. Barthel indeks
Pemeriksaan barthel indeks adalah alat mengukur
kemandirian lanjut usia yang sering digunakan, dengan ukur
mandiri fungsional pada perihal keperawatan diri serta
mobilitas. Barthel indeks tidak mengukur ADL, instrumental,
komunikasi, dan psikososial. Pengukuran pada barthel indeks
bertujuan buat ditunjukkan peningkatan pelayanan yang
dibutuhkan pasien. Barthel indeks dapat mengambil pada
catat medik penderita, pengamatan langsung ataupun catatan
sendiri pada pasien. (Susanto 2018)
2. Pengkajian status kognitif
a. SPMSQ (Short portable mental status questionaire) adalah
beberapa penguji sederhana yang sudah digunakan secara
luas buat kaji status mental. Menguji semacam 10 pertanyaan
berkaitan dengan orientasi, riwayat pribadi, ingatan janka
pendek, ingatan jangka panjang dan perhitungan. (Rosita
2012)
b. MMSE/Mini mental state exam ialah bentuk mengkaji
kognitif yang digunakan. Lima fungsi kognitif dalam MMSE
yaitu konsentrasi, bahasa, orientasi, ingatan serta atensi.
MMSE terdiri dari dua bagian, bagian pertama hanya
membutuhkan respon verbal dan mengkaji orientasi, memori
dan atensi. Bagian kedua kaji kemampuan tulis kalimat, nama
objek, ikuti perintah verbal serta tulis, salin suatu desain
poligon kompleks. (Rhosma S, 2014)
A. Diagnosa Keperawatan
Pada hasil pengkajian dan penelitian yang didapatkan dari Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia dengan masalah hiperurisemia (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI 2017) adalah sebagai berikut:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
B. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah memberikan tindakan keperawatan 3x 24
jam, harapan nyeri berkurang dengan kriteria hasil : keluhan nyeri
berkurang, skala nyeri rendah, kesulitan tidur berkurang.
Rencana tindakan :
1. Manajemen nyeri:
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri
Rasional : Buat mengetahui lokasi nyeri
b) Identifikasi skala nyeri.
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
Rasional : buat diketahui respons nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : Buat diketahui aspek apa yan berat dan ringan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Rasional : memberikan pengetahuan mengenai penyebab nyeri
kepada pasien
2) Terapeutik
a) Beri tehnik non farmakologis buat kurangi rasa nyeri (meliputi.
terapi relaksasi, kompres panas/hangat)
Rasional : memperingan ataupun kurangi nyeri sampai tingkat yang
dapat diterima pasien.
a) Terapi relaksasi (Tarik Nafas Dalam)
Terapi relaksasi tarik nafas dalam ialah suatu teknik yang
dibutuhkan buat penurunan tingkat stress serta nyeri
kronis. Teknik relaksasi tarik nafas dalam pengidap
mengontrol respons tubuh yang tegang dan cemas. Teknik
relaksasi tarik nafas dalam melakukakan dapat
mengurangi konsumsi oksigen, metabolisme, frekuensi
pernafasan, frekuensi jantung, tegangan otot serta tekanan
darah (Anggraini 2020)
b) Kontrol lingkungan yang beratkan rasa nyeri (misal : Suhu
lingkungan, cahaya)
Rasional : agar terkontrol lingkungan yang memperberat nyeri.
3) Edukasi
a) Jelaskan sebab periode serta pemicu nyeri
Rasional : untuk mengetahui penyebab nyeri
b) Jelaskan teknik meredakan nyeri
Rasional : untuk mengetahui bagaimana teknik mereda nyeri
c) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri.
Rasional : agar melakukan monitor nyeri secara mandiri tanpa
bantuan perawat maupun kerabat dekat.
d) Anjurkan mengunakan analgetik secara tepat
Rasional : untuk menggunakan analgetik yang sudah diberikan
e) Ajarkan teknik non farmakologis buat kurangi rasa nyeri
Rasional : buat meredakan atau kurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi berikan analgetik jika perlu
Rasional : buat mencegah nyeri
Diagnosa 2 : Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
Tujuan dan kriteria hasil : setelah melakukan tindakan keperawatan selama
3x8 jam, harapan pola tidur baik dengan kriteria hasil : keluhan sulit tidur
baik, keluhan tidak puas tidur turun.
Rencana tindakan :
1) Dukungan tidur :
1. Observasi
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Rasional : untuk mengetahui pola aktivitas serta tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik ataupun psikologis)
Rasional : untuk mengetahui yang menjadi faktor pengganggu
tidur
c. Identifikasi makanan serta minum yang ganggu tidur (meliputi.
Alkohol serta Kopi)
Rasional : untuk mengetahui makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
2. Terapeutik
a. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
Rasional : agar membatasi waktu tidur siang
b. Tetapkan jadwal tidur rutin
Rasional : untuk mengatur tidur secara rutin
3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Rasional : agar memahami penting tidur yang cukup selama
sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Rasional : agar dapat menepati kebiasaan waktu tidur secara
teratur
Diagnosa 3 : Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Tujuan dan kriteria hasil : setelah melakukan tindakan keperawatan selama
3x8 jam harapan klien bisa mengetahui dan memahami penyakit yang
diderita dengan kriteria hasil : klien mampu melaksanakan prosedur
penatalaksanaan yang telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan, serta klien
dapat penjelasan tentang yang dijelaskan oleh tenaga kesehatan.
Rencana tindakan :
1. Edukasi kesehatan.
1) Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Rasional : agar mampu memahami informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat peningkatan dan
penurunan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Rasional : untuk mengetahui faktor meningkat dan
menurunnya motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
2) Terapeutik
a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Rasional : untuk memahami materi tentang pengetahuan
kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Rasional : buat mengatur jadwal agar berjalan dengan lancar
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Rasional : untuk memberikan kesempatan bertanya jika tidak
mengetahui tentang pendidikan kesehatan
3) Edukasi
a) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Rasional : untuk mengetahui faktor yang bisa dipengaruhi
kesehatan
b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Rasional : agar bisa menerapkan perilaku hidup bersih serta
sehat
c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
Rasional : untuk mengetahui strategi peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat
(SIKI, 2016)
3.3 Konsep Dasar Gerontik
1. Pengertian Lansia
Lanjut umur ialah sesi akhir pertumbuhan pada fase kehidupan
manusia yang ialah sesuatu proses natural yang tidak bisa dihindari
oleh tiap orang(Annisa and Ifdil 2016). Lanjut usia ialah proses natural
yang tidak bisa dihindari. Terus menjadi bertambahnya umur, guna
badan hadapi kemunduran menyebabkan lanjut usia lebih gampang
tersendat kesehatannya, baik kondisi raga ataupun kesehatan
jiwa(Rohadi, Putri, and Karimah 2016).
Berdasarkan definisi diatas dapat dinyatakan bahwa lanjut usia
adalah sesi akhir pada fase kehidupan. Lansia mengalami kemunduran
yang menyebabkan lebih mudah terhambat kesehatannya, baik kondisi
raga ataupun kesehatan jiwa.
2. Aging Process (proses penuaan)
Proses penuaan( aging process) ialah proses yang natural diisyarati
dengan terdapatnya menyusutnya ataupun berubahnya keadaan raga,
psikologis ataupun social pada dikala lansia berhubungan dengan
orang lain. Proses menua bisa merendahkan keahlian kognitif serta
penyusutan kognitif serta energi ingat.(Kuswati, Sumedi, and Hartati
2020)
Lanjut usia terjalin pergantian secara fisiologis, kognitif serta
kesehatan psikologis hendak terdampak berkurangnya keahlian penuhi
kebutuhan fungsional, kecemasan, menarik diri serta ketidakmampuan
buat mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebutuhannya.
Pergantian raga meliputi pergantian penampilan, pergantian sistem
organ badan dalam yang berbeda, pergantian terhadap guna psikologis,
pergantian seksualitas serta penampilan, pergantian pada sistem syaraf.
(Pambudi, Dwidiyanti, and Wijayanti 2018)
3. Penurunan fungsi lansia
Lanjut usia diakibatkan terdapatnya pergantian terdapatnya pergantian
fisiologis yang terjalin oleh organ. Semacam pergantian fisiologis
yang terjalin mengakibatkan proses penuaan antara lain:
1) Sistem penginderaan
Lanjut usia hadapi penyusutan persepsi sensori yang menjadi
ketidaknyamanan bersosialisasi sebab terjalin mundurnya dari fungsi-
fungsi sensoris yang dimiliki. Indera yang mempunyai semacam
penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman serta perabaan
ialah bagian integrasi dari persepsi sensori
a) Penglihatan
Pertambahan umur, lemak hendak berakumulasi disekitar
kornea serta dibentuk lingkaran berupa putih ataupun kuning di antara
iris serta sclera. Peristiwa tersebut adalah arkus sinilis, umumnya di
temukan pada lanjut umur. Pergantian penglihatan serta fungsi mata
diduga normal pada proses penyusutan yang tercantum pengurangan
keahlian dalam dilaksanakan akomodasi, konstriksi pupil akibat
penyusutan serta pergantian warna dan keruhan lensa mata, yang
katarak.
Perihal ini menyebabkan akibat pada penyusutan keahlian sistem
visual dari indera penglihatan, perannya memberikan informasi ke
lapisan saraf pusat tentang posisi serta letak tubuh terhadap area di
dekat bagian tubuh hingga bisa pertahankan posisi supaya tidak jatuh
serta senantiasa tegak.
b) Pendengaran
Sistem panca indera yang lain merupakan berubahnya sistem
pendengaran. Terjadinya beberapa perubahan seperti presbiakusis
ialah kendala pendengaran sebab hilang kemampuan daya dengar di
telinga dalam, khususnya terhadap bunyi serta nada yang tinggi, pada
bunyi tak jelas, pada kalimat susah dipahami.
2) Sistem persyarafan
Sistem persyarafan mengalami beberapa penurunan meliputi cepatnya
penurunan hubungan persyarafan, berat otak menurun 10-20% (setiap
orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya), Lambat
dalam respoon serta waktu agar bereaksi,khususnya stress. Mengecil
nya saraf panca indera : berkurang penglihatan, hilang pendengaran,
kecilnya saraf penciuman, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin dan berkurangnya
sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Kardiovaskuler
Terdapat sebagian pergantian yang terjadi pada sistem kardiovaskuler
ialah pergantian pada pembuluh- pembuluh leher, curah jantung, bunyi
jantung serta murmur. Memanjang serta berkelok- keloknya pembuluh
di leher spesialnya pada aorta serta cabang- cabangnya kadangkala
menimbulkan arteri karotis berkelok- kelok ataupun tertekuk di
pangkal leher, khususnya di sisi kanan. Masa berdenyut yang terjalin
pada pengidap hipertensi spesialnya lanjut usia wanita seringkali
berhubungan selaku keadaan aneurisma karotis ataupun dapat disebut
sebagai dilatasi sejati arteri. Aorta yang berkelok- kelok kadangkala
meningkatkan tekanan di vena jugularis sebelah kiri leher dengan
mengganggu drainase vena ini di dalam thoraks.
Pergantian sistem kardiovaskuler dijabarkan oleh( Azizah, 2011: 12)
antara lain tambahnya massa jantung, pada ventrikel kiri akibat
hipertrofi, serta kemampuan peregangan jantung menurun akibat
terbentuknya pergantian pada jaringan ikat serta penumpukan lipofusin
serta klasifikasi SA node dan akibat dari berubahnya jaringan
konduksi jadi jaringan ikat. Pergantian yang yang lain ialah konsumsi
oksigen pada tingkatan optimal menurun yang hendak menyebabkan
kapasitas pada paru menurun. Dalam perihal ini kegiatan fisik ataupun
aktivitas berolahraga sangat dibutuhkan guna tingkatkan Volume O2 (
oksigen) maksimum, kurangi tekanan darah serta guna merendahkan
tekanan darah.
Kendala yang terjalin pada sistem kardiovaskuler pada lanjut usia ialah
pada bilik aorta terjalin penyusutan elastisitas, tidak cuma itu kaliber
pada aorta juga hadapi pertumbuhan.
Pergantian secara fisiologis ini bisa terjalin pada katup- katup jantung
di mana inti sel pada sel- sel katup jantung ini menurun dari jaringan
fibrosa stroma jantung, penumpukan lipid, degenerasi kolagen, serta
pula klasifikasi jaringan fibrosa jaringan katup tersebut. Dimensi katup
juga meningkat bersamaan akumulasi umur. Irama inheren pada
jantung menyusut dengan bertambahnya umur. Perihal ini diakibatkan
oleh menyusutnya denyut jantung. Denyut jantung pada lanjut usia
senantiasa rendah apabila dibanding dengan orang berusia, meski pada
lanjut usia yang kerap melaksanakan kegiatan raga. Aritmia berbentuk
ekstrasistol pada lanjut usia, ditemui lebih dari 10% pada lanjut usia
yang periksakan EKG nya secara teratur. Perihal yang tidak berganti
pada lanjut usia merupakan guna sistolik pada jantung.
4) Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan lanjut usia hadapi anoreksia yang terjalin
akibat pergantian keahlian digesti serta absorpsi pada badan lanjut
usia. Tidak hanya itu lanjut usia hadapi penyusutan sekresi asam serta
enzim. Pergantian yang lain merupakan pergantian pada morfologik
yang terjalin pada mukosa, kelenjar serta otot pencernaan yang hendak
berakibat pada terganggunya guna mengunyah serta menelan, dan
terbentuknya pergantian nafsu makan.
5) Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi pergantian yang terjalin pada lanjut usia
diisyarati oleh kecil ovari serta uterus, terjalin atrofi buah dada.
Terhadap pria testis bisa diproduksi spermatozoa walaupun
terdapatnya penyusutan secara berangsuran, dan dorongan seks masih
terdapat sampai umur 70 tahun.
6) Sistem Endokrin
Sistem endokrin ada sebagian hormon yang dibuat jumlah besar dalam
respon menanggulangi tekanan pikiran. Akibat kemunduran
penciptaan hormon pada lanjut usia, lanjut usia juga hadapi
penyusutan respon dalam mengalami tekanan pikiran.
7) Integumen
Pergantian sistem integumen diisyarati oleh kulit lanjut usia yang
hadapi atrofi, kendur, tidak elastis, kering serta mengkerut. Pergantian
tersebut yaitu pergantian terhadap kulit lanjut usia dimana kulit pada
lanjut usia hendak jadi kering diakibatkan dari minimnya cairan oleh
kulit hingga kulit jadi berbecak serta tipis. Atrofi sebasea serta
glandula sudoritera ialah pemicu dari timbulnya kulit kering. Liver
spot juga jadi ciri dari berubah sistem integumen pada lanjut usia.
Liver spot ini ialah suatu melamin bercorak cokelat yang timbul pada
kulit.
8) Sistem muskulosketal
Penurunan pada jaringan muskuloskeletal meliputi:
a. Otot
Pergantian yang terjalin pada otot lanjut usia meliputi penyusutan
jumlah serta dimensi serabut otot, kenaikan jaringan penghubung serta
jaringan lemak pada otot. Akibat terbentuknya pergantian morfologis
pada otot, lanjut usia hendak hadapi penyusutan kekuatan, penyusutan
fleksibilitas, kenaikan waktu respon serta penyusutan keahlian
fungsional otot.
b. Sendi
Pergantian pada lanjut usia di wilayah sendi meliputi menyusutnya
elastisitas jaringan ikat semacam tendon, ligament serta fasia. Terjalin
degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago serta kapsul sendi.
Terjalin pergantian pula pada sendi yang kehabisan fleksibilitasnya
sehingga luas serta gerak sendi juga jadi menyusut. Dampaknya lanjut
usia hendak hadapi perih sendi, kekakuan sendi, kendala kegiatan,
kendala jalur.
c. Tulang
Pergantian yang terjalin pada tulang yaitu kurang padat tulang.
Kurangnya padatnya tulang ini jadi pemicu osteoporosis pada lanjut
usia. Peristiwa jangka panjang yang hendak terjalin kala lanjut usia
sudah hadapi osteoporosis merupakan perih, deformitas serta fraktur.
Oleh karena itu, kegiatan raga juga jadi upaya preventif yang pas.
d. Jaringan penghubung (kolagen serta elastin)
Kolagen ialah dukungan oleh kulit, tendon, tulang serta jaringan
pengikat jadi suatu batang yang tidak tertib. Pergantian pada kolagen
ini jadi pemicu penurunan fleksibilitas pada lanjut usia hingga
mencuat akibat perih, penyusutan keahlian buat tingkatkan kekuatan
otot, kesusahan duduk serta berdiri, jongkok serta berjalan. Upaya
yang butuh dicoba merupakan upaya fisioterapi.
e. Kartilago
Jaringan kartilago oleh sendi yang lunak dan hadapi granulasi dimana
hendak membagikan akibat pada rata permukaan sendi.
4. Penyakit yang terjadi pada lansia
Perubahan fisiologi yang terjalin oleh lanjut usia. Disebabkan
fungsi semacam organ tubuh mengalami penyusutan. Penurunan
fungsi fisiologis pada sistem endokrin, gaya hidup yang tidak sehat
pada lansia berpotensi menderita penyakit hipertensi kemungkinan
yang terjadi komplikasi yang sangat tinggi, salah satu penyakit yang
sering diderita lanjut umur ialah penyakit kardiovaskuler dan diabetes
meilitus.
BAB III

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 08 Desember
2020 pukul 08.15 WIB. Penulis mengelola kasus pada Ibu K dengan
masalah penyakit hipertensi di Kota Semarang. Di dapatkan gambaran
kasus sebagai berikut :
1. Identitas
Pasien bernama Ibu K lahir di Semarang 17 Januari 1960. Pasien
berusia 60 tahun yang tinggal di Semarang. Pasien beragama Islam.
Pendidikan terakhir pasien SMP. Pasien di rawat di rumah dan
diagnosa medis Hipertensi.
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu : Pasien berkata sudah lama mempunyai
penyakit hipertensi dan pasien rutin mengecek ke puskesmas untuk
mengetahui peningkatan hipertensinya atau penurunannya. Pasien
berkata tidak pernah di rawat di rumah sakit. Pasien tidak pernah
mengalami kecelakaan dan tidak memiliki alergi.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien mengatakan selama pasien
mengalami hipertensi pasien merasakan keluhan seperti nyeri pada
bagian kepala, kelelahan pada saat melakukan aktivitas berlebih,
sering merasakan pusing , nyeri terasa seperti mencekram dan nyeri
yang di rasakan hilang timbul, wajah pasien tampak meringis. Pasien
berkata kesulitan tidur di malam hari, mudah terbangun dan merasa
gelisah.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien berkata keluarga tidak memiliki
riwayat hipertensi serta tidak memiliki penyakit keturunan.

3. Kebiasaan Sehari-hari
Biologis : Pola makan dan minum : Pasien berkata makan sehari 3x
sehari 1 porsi makan serta pasien mengatakan kurang lebih minum 8
gelas sehari dan lebih sering minum air putih sehari-harinya. Menu
yang dikonsumsi nasi, sayuran dan ikan. Pola tidur : Pasien
mengatakan sering terbangun tengah malam ketika hipertensinya
kambuh dan sulit tidur pada malam hari. Pasien tidur malam mulai
pukul 21.00-03.00 pagi. Pasien tidur siang mulai pukul 13.00 sering
tidak tidur siang. Pola eliminasi : Pasien mengatakan tidak ada
kesulitan pada BAB dan BAK. Pasien BAB 1x sehari dengan
konsistensi padat berwarna kuning dan BAK kurang lebih 4-5 dalam
sehari lancer konsistensi cair dan berwarna kuning. Aktivitas dan
istirahat : Pasien mengatakan selalu melakukan aktivitas di rumah
yaitu membuat kerupuk gendar dan ketika istirahat selalu terganggu
ketika nyeri kepala muncul. Rekreasi : Pasien mengatakan tidak
pernah berekreasi. Psikologis : Pasien mengatakan selalu bahagia dan
menikmati masa tuanya. Hubungan sosial : Hubungan dengan anggota
kelompok : Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam hubungan
dengan masyarakat. Kemudian dengan hubungan keluarga : Pasien
mengatakan hubungan keluarga tidak ada masalah. Spiritual / kultur :
Pasien mengatakan selalu menjalankan sholat 5 waktu berjamaah.
Keyakinan terhadap kesehatan : klien meyakini bahwa penyakit yang
di derita adalah cobaan dari Allah SWT. dan terus berupaya berobat
dan berdoa meminta kesembuhan kepada Allah SWT.
4. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran Composmentis atau Baik. Tanda vital TD
155/100 mmHg, Nadi 95 x/menit, Suhu 36,6 C, Pernapasan 20
x/menit, BB 66 kg, TB 155 cm. Pemeriksaan dan kebersihan
perorangan : Pasien tampak bersih dan mampu merawat diri dan selalu
menjaga kebersihannya. Keadaan umum pasien tampak baik ketika
nyerinya kambuh pasien merasa cemas hingga mengalami kesulitan
tidur. Integumen (kulit) : kulit tampak mulai keriput, warna kulit sawo
matang, tidak ada lesi atau luka. Kepala : berbentuk mesocepal warna
rambut putih dan hitam, merasakan sakit kepala dan sering pusing
pada saat darah tinggi kumat. Mata : pasien mengatakan tidak
mengalami masalah pada mata, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, tidak ada perubahan penglihatan, tidak ada edema dan pasien
tidak menggunakan kacamata. Telinga : Pendengaran pasien tidak ada
perubahan atau penurunan, telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada serumen dan infeksi.
Mulut dan tenggorokan : tidak ada kesulitan berbicara, tidak ada
kesulitan menelan, gigi sudah mulai berkurang. Leher : nyeri pada
saat posisi tidur tidak nyaman dan tidak ada benjolan. Pernafasan :
normal, tidak ada sesak dan tidak menggunakan alat bantu pernafasan.
Kardiovaskuler : Inspeksi : tidak ada pembesaran, tidak ada lesi atau
luka, palpasi : tidak teraba adanya benjolan, perkusi : bunyi jantung
redup, auskultasi : terdengar bunyi lupdup, gastrointestinal : terdengar
bising usus normal 7x/menit, perkemihan : tidak mengalami masalah
pada sistem perkemihan, frekuensi berkemih dalam batas normal 6-
7x/hari, musculoskeletal : klien mengatakan nyeri pinggang pada saat
melakukan aktivitas berlebihan, sistem saraf pusat : wajah simestris,
pasien mengatakan sakit kepala, kesadaran composmentis, ketajaman
penglihatan menurun, pendengaran normal, tidak ada kelainan pada
pupil, sistem endokrin : pasien tidak pernah mengalami penyakit
gondok, adanya perubahan pada kulit dan perubahan pada rambut.
5. Pemeriksaan (psikososial/spiritual)
Psikososial : Pasien mampu bersosialisasi secara baik dengan orang
lain, dan orang yang baru kenal. Pasien juga memiliki sikap yang baik
serta ramah tamah terhadap orang lain. Identifikasi masalah emosional
: dari pertanyaan dua tahap yaitu tahap pertama dan tahap kedua.
Pertanyaan tahap pertama klien mengalami masalah kesulitan tidur,
pertanyaan tahap kedua klien mengalami masalah nyeri lebih dari 1
kali dalam 1 bulan. Spiritual : Klien beragama Islam. Kegiatan agama
yang dilakukan adalah sholat 5 waktu di masjid. Klien juga percaya
bahwa penyakit yang di derita adalah cobaan dari Allah SWT . Allah
yang kasih dan Allah juga yang memberi untuk penghapus dosa.
a. Pengkajian Indeks Katz
Aktivitas klien bernilai A dengan kategori klien mandiri dalam
bathing, dressing, toileting, transferring, continence dan feeding.
b. Pengkajian fungsional ( barthel indeks )
Pada pemeriksaan klien yang didapat dikategorikan dengan
ketergantungan sebagian yaitu jumlah skor 65-115.
c. Pengkajian status mental ( SPSMQ)
Pada pengkajian status mental (SPSMQ) interprestasi hasil di
dapatkan salah 0-3 ini menunjukan bahwa fungsi intelektual klien
utuh.
d. Pengkajian aspek kognitif mini mental status exam (MMSE)
Interprestasi hasil yang didapat dari klien 25 yaitu aspek kognitif
dan fungsi mental baik.

3.2 Analisa data


Tanggal / jam : 08 Desember 2020 pukul 09.30 WIB. Data fokus :
Data Subjektif : klien berkata sulit tidur pada malam hari, sering
terbangun dan merasa gelisah. Data objektif : mata klien tampak sayu
dan wajahnya tidak segar, klien tampak gelisah. TD : 155/100 mmHg,
Nadi : 95 x/menit, Suhu : 36,5 C, Pernafasan : 20 x/menit. Diagnosa
keperawatan : Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan.
Data focus : Data Subjektif : Klien berkata sering mengalami nyeri
pada kepala, P : nyeri dirasakan saat melakukan aktivitas, Q : nyeri
terasa seperti mencekram, R : nyeri pada bagian kepala, S : skala nyeri
4, T : hilang timbul. Data objektif : klien tampak meringis saat
menahan nyeri dan klien tampak lemas. TD : 155/100 mmHg, N : 95
x/menit, S : 36,6 C, Pernafasan : 20 x/menit. Diagnosa Keperawatan :
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.

3.3 Diagnosa keperawatan


Diagnosa 1 : Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
Diagnosa 2 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.

3.4 Rencana asuhan keperawatan.


Diagnosa 1 : Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan.
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x8 jam diharapkan gangguan pola tidur berkurang dengan
kriteria hasil : pola tidur membaik, klien dapat tidur nyaman dan
rileks. Rencana tindakan : Identifikasi masalah gangguan tidur klien,
karakteristik dan penyebab, Lakukan persiapan untuk tidur malam jam
8-4 pagi, Keadaan tempat tidur yang nyaman atau lingkungan yang
aman.
Diagnosa 2 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis. Tujuan dan
kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam
diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil : nyeri dapat
terkontrol, skala nyeri menurun, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologis. Rencana tindakan : Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas, dan intensitas nyeri,
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, Ajarkan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis. Tarik nafas
dalam, hypnosis, terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, dll)
3.5. Implementasi keperawatan
Implementasi diagnosa pertama yaitu gangguan pola tidur b.d
hambatan lingkungan. Pada tanggal 09 Desember 2020 pukul 10.00,
Mengidentifikasi masalah gangguan pola tidur klien, karakteristik dan
penyebab. Data subjektif : klien mengatakan gangguan pola tidur
sedikit berkurang. Data objektif : klien tampak rileks. Pada pukul
10.30 WIB, Menganjurkan klien untuk tidur malam jam 8-4 pagi. Data
subjektif : klien mengatakan akan mengatur tidur malam secara teratur.
Data objektif : klien tampak mengatur jadwal tidur. Pada pukul 11.00
WIB, Menganjurkan klien untuk memakai tempat tidur yang nyaman,
bersih dan bantal yang nyaman. Data subjektif : klien mengatakan
bersedia mengikuti anjuran tersebut. Data objektif : klien tampak lebih
tenang.
Implementasi diagnosa kedua yaitu nyeri akut b.d agen pencedera
fisiologis. Implementasi hari pertama dilakukan pada tanggal 10
Desember 2020 pada pukul 09.00 WIB, Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Data
Subjektif : klien mengatakan nyeri dan pusing pada bagian kepala, P :
nyeri dirasakan saat melakukan aktifitas, Q : nyeri terasa seperti
mencekram, R : nyeri pada bagian kepala, S : skala nyeri 4, T : hilang
timbul. Data objektif : klien tampak meringis menahan nyeri. Pada
pukul 09.30 WIB, Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri. Data subjektif : klien mengatakan nyeri kepala
sangat terasa saat melakukan aktivitas berat dan nyeri berkurang saat
klien beristirahat dengan cukup. Data objektif : klien tampak lemas
dan menahan sakit.
Pada pukul 10.00 WIB, Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (tarik nafas dalam). Data subjektif : klien
mengatakan bersedia untuk melakukan tarik nafas dalam sesuai
dengan yang diajarkan. Data objektif : klien tampak melakukan teknik
relaksasi tarik nafas dalam yang sudah diajarkan.
Implementasi diagnosa kedua pada hari kedua, tanggal 10 Desember
2020 pukul 11.00 WIB, Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Data subjektif : klien mengatakan
nyeri dan pusing pada bagian kepala. P : nyeri dirasakan saat
melakukan aktifitas, Q : nyeri terasa seperti mencekram, R : nyeri pada
bagian kepala, S : skala nyeri 3, T : hilang timbul. Data objektif : klien
tampak meringis menahan sakit. Pada pukul 11.15 WIB,
Mengidentifikasi faktor memperberat dan memperingan nyeri. Data
subjektif : klien mengatakan nyeri kepala masih terasa sakit ketika
melakukan aktivitas. Data objektif : klien tampak lemas. Pada pukul
11.30 WIB, Mengajarkan teknik nonfarmakologis (tarik nafas dalam)
untuk mengurangi nyeri. Data subjektif : klien mengatakan bersedia
untuk melakukan tarik nafas dalam. Data objektif : klien tampak
kooperatif.
Implementasi diagnose pertama pada hari ketiga tanggal 11 Desember
2020 pukul 08.00 WIB, Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Data subjektif : klien mengatakan
nyeri dan pusing pada bagian kepala. P : nyeri dirasakan saat
melakukan aktifitas, Q : nyeri terasa seperti mencekram, R : nyeri pada
bagian kepala, S : skala nyeri 2, T : hilang timbul. Pada pukul 08.15
WIB, Mengidentifikasi faktor memperberat dan memperingan nyeri.
Data subjektif : klien mengatakan nyeri kepala sudah berkurang. Data
objektif : klien tampak segar. Pada pukul 08.30 WIB, Mengajarkan
teknik nonfarmakologis (tarik nafas dalam) untuk mengurangi nyeri.
Data subjektif : Klien mengatakan mau diajarkan tarik nafas dalam.
Data objektif : klien tampak mempraktekan tarik nafas dalam secara
mandiri yang diajarkan oleh perawat.
3.5 Evaluasi
Evaluasi pada hari pertama tanggal 09 Desember 2020 pada
pukul 12.30 WIB, implementasi diagnosa pertama mendapatkan hasil
yaitu data subjektif klien mengatakan sudah mulai bisa tidur dimalam
hari dan merasakan ketenangan karena selalu berfikir positif. Data
objektif klien terlihat lebih tenang. Assessment dalam penilaian
implementasi adalah tujuan teratasi, masalah teratasi. Rencana
tindakan menetapkan intervensi dihentikan.
Pada tanggal 10 Desember 2020, pukul 11.30 WIB evaluasi
dari implementasi diagnosa kedua yaitu data subjektif klien berkata
nyeri sedikit berkurang karena dilakukan perawatan tarik nafas dalam,
P : klien mengatakan nyeri pada bagian kepala, Q : nyeri terasa seperti
mencekram, R : nyeri pada bagian kepala, S : skala nyeri 4, T : hilang
timbul. Assasment dalam penilaian implementasi adalah tujuan teratasi
sebagian, masalah belum teratasi. Rencana tindakan menetapkan
lanjutan intervensi meliputi identifikasi tempat, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intesitas nyeri, mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, memberikan teknik
nonfarmakologis (tarik nafas dalam) untuk mengurangi rasa nyeri.
Pada tanggal 10 Desember 2020, pukul 12.00 WIB evaluasi
dari implementasi diagnosa kedua yaitu data subjektif klien
mengatakan nyeri sedikit kurang karena dilakukan perawatan tarik
nafas dalam untuk mengurangi nyeri. P : klien mengatakan nyeri pada
bagian kepala, Q : nyeri terasa seperti mencekram, R : nyeri pada
bagian kepala, S : skala nyeri 3, T : hilang timbul. Assasment dalam
penilaian implementasi adalah tujuan teratas , masalah teratasi
sebagian. Rencana tindakan menetapkan lanjutan intervensi meliputi
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intesitas nyeri, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri, memberikan teknik nonfarmakologis (tarik nafas
dalam) untuk mengurangi rasa nyeri.
Pada tanggal 11 Desember 2020, pukul 10.00 WIB evaluasi
dari implementasi diagnosa kedua yaitu data subjektif klien
mengatakan nyeri sedikit berkurang karena dilakukan perawatan tarik
nafas dalam untuk mengurangi nyeri. P : klien mengatakan nyeri pada
bagian kepala, Q : nyeri terasa seperti mencekram, R : nyeri pada
bagian kepala, S : skala nyeri 2 , T : hilang timbul. Assasment dalam
penilaian implementasi adalah tujuan teratasi, masalah teratasi
sebagian. Rencana tindakan menetapkan lanjutan intervensi meliputi
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri, memberikan teknik nonfarmakologis (tarik nafas
dalam) untuk mengurangi nyeri.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab IV penulis memaparkan hasil analisa asuhan


keperawatan pada ibu K dengan diagnose hipertensi di Kota Semarang
yang disesuaikan dengan teori yang didapat. Asuhan keperawatan pada
ibu K dikelola selama tiga hari pada tanggal 09 Desember 2020
sampai 11 Desember 2020.
Pada bab ini penulis ingin membahas tentang penyelesaian
masalah yang ditemukan dan disesuaikan dengan konsep dasar yang
terdapat di bab II dengan memperhatikan proses asuhan keperawatan
yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan. Setelah itu penulis akan menyarankan diagnose
keperawatan yang seharusnya ada, namun tidak diangkat oleh penulis
dan ditambahkan penulis di pembahasan ini serta membahas intervensi
utama yang diperkuat dengan hasil penelitian.

5.1 Pengkajian
Dari pengkajian yang telah dilakukan penulis pada hari Rabu
09 Desember 2020 pukul ditemukan pasien ibu K dengan diagnosa
Hipertensi. Pengertian dari Hipertensi sendiri ialah suatu keadaan yang
mengalami kenaikan tekanan diastol dan sistolik yang lebih diatas
batas normal (tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastole diatas 90
mmHg) . Akibat dari penyakit hipertensi biasanya seseorang akan
mengalami nyeri kepala . Nyeri kepala seperti adanya pergeseran
jaringan intracranial yang peka nyeri akibat meningginya tekanan
intrakranial.
Akibat dari hipertensi tersebut juga didapatkan pada pasien. Hipertensi
ditandai dengan adanya pusing, sakit kepala, mudah marah, terasa
pegal atau nyeri leher akan mengganggu aktivitas sehari-hari dan
mudah lelah. Tanda-tanda tersebut dialami oleh pasien yaitu pasien
mengalami sakit kepala, pusing, terasa pegal atau nyeri leher. Pada
pengkajian riwayat keluarga penulis akan menjabarkan tidak ada
penyakit keturunan. Klien tinggal serumah dengan suami dan
anaknya. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan didapatkan
data yang abnormal pada pemeriksaan pola tidur yaitu pasien
megalami sulit tidur, gelisah, tidur terganggu. Pada pemeriksaan vital
sign tekanan darah diatas normal yaitu 155/100 mmHg. Pada
pemeriksaan fisik mengalami nyeri pada bagian kepala. Dengan
ditemukannya hasil abnormal pada saat pengkajian maka penulis
menegakkan prioritas diagnosa keperawatan gangguan pola tidur
dengan intervensi utama Menganjurkan klien untuk tidur malam jam
8-4 pagi

5.2 Diagnosa keperawatan


1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan
lingkungan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017) gangguan pola tidur
adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor
eksternal. Tanggal 08 Desember 2020 penulis mengangkat
diagnosa sebab itu saat pengkajian. Diperoleh karena Pasien
mengalami sulit tidur selama penyakit tekanan darah tinggi
meningkat. Pasien sering terbangun dan merasa gelisah. Batasan
karakteristik dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI) sudah sesuai ialah keluh sulit tidur dan mengeluh tidak
puas tidur dan mengeluh sering terjaga.
Alasan penulis memilih diagnosa gangguan pola tidur
berhubungan dengan hambatan lingkungan sebagai prioritas
diagnosa kedua karena berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham
Maslow berupa kebutuhan fisiologis. Tidur yakni kondisi rehat
yang diperlakukan oleh manusia secara reguler. Tidur memiliki
dampak yang sangat besar ialah terhadap kesehatan raga, emosi,
mental serta sistem imunitas badan. Seorang yang mutu serta
kuantitas tidurnya kurang cenderung lebih gampang terkena
penyakit, antara lain merupakan serangan jantung, anemia serta
tekanan darah(Susanto 2018). Intervensi untuk diagnosa gangguan
pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan selama 3x8
jam. Penulis akan menjabarkan rencana tindakan yang ditegakkan
yaitu identifikasi masalah gangguan tidur pada klien, karakteristik
dan penyebab, lakukan persiapan untuk tidur malam 8-4 pagi,
keadaan tidur yang aman atau lingkungan yang nyaman.
Implementasi dilakukan selama tiga hari mulai tanggal 08
Desember 2020 sampai 10 Desember 2020. Penulis menerapkan
jadwal tidur yang baik. Pola tidur meliputi kecepatan tidur yang
cocok kebutuhan bagi usia, tidur nyenyak tidak terbangun sebab
sesuatu perihal di sela-sela waktu tidur. Sebaiknya pada pola tidur
kurang baik meliputi durasi tidur yang kurang dari kebutuhan bagi
usia, tidur sangat larut malam serta bangun sangat kilat, tidur tidak
nyenyak kerap terbangun sebab sesuatu perihal(Ludyaningrum
2016).
Evaluasi dilakukan selama 3 hari dari tanggal 08 Desember 2020
sampai 10 Desember 2020. Hasil dari evaluasi selama 3 hari
masalah pasien telah atasi. Penulis menyarankan agar selalu
mengatur pola tidur yang baik dan jadwal tidur yang rutin.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Bagi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017) nyeri akut yakni
pengalaman sensorik ataupun emosional yang berkaitan dengan
kehancuran jaringan aktual ataupun fungsional, dengan onset tiba-
tiba ataupun lelet serta intensitas ringan sehingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan. Tanggal 08 Desember 2020
penulis mengangkat diagnosa tersebut karena pada saat pengkajian
di dapatkan data pasien sakit kepala disertai nyeri dan pusing TD :
150/100 mmHg. Batasan karakteristik dalam Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (SDKI) sudah sesuai yaitu adanya
mengeluh nyeri dan tekanan darah meningkat.
Diagnosa nyeri akut menjadi diagnosa prioritas pertama karena
dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman menurut Abraham
Maslow. Kebutuhan nyaman serta aman ialah salah satu
kebutuhan yang wajib padati oleh manusia. Hal inilah dapat
mengetahui nyeri berskala 4 atau 3. Oleh karena itu diagnose nyeri
akut ditegakkan agar masalah tersebut dapat diselesaikan.
Intervensi untuk nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis selama 3x8 jam. Penulis akan menjabarkan rencana
Tindakan keperawatan yang ditegakkan adalah identifikasi lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,intesitas, dan skala nyeri, identifikasi
factor yang memperberat dan memperingan, berikan Teknik non-
farmakologis.
Penulis dalam melakukan implementasi sudah sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditetapkan. Penulis memberikan
terknik non farmakologis dengan cara tarik nafas dalam kepada Ibu
K. Ibu K sebelumnya konsumsi obat anti hipertensi. Setiap
implementasi yang diberikan oleh penulis, Ibu K melakukan secara
kooperatif dan mandiri. Penulis melakukan implementasi selama 3
hari tanggal 08 Desember 2020 sampai 10 Desember 2020.
Evaluasi dari implementasi yang dilakukan berdasarkan capaian
kriteria hasil yang telah ditetapkan. Hasil dari assessment penilaian
masalah teratasi Sebagian dibuktikan dengan nyeri berkurang dari
skala 4 menjadi skala 2. Setelah dilakukan implementasi selama 3
hari Ibu K tampak lebih membaik.

5.3 Tambahan Diagnosa Keperawatan


Tidak hanya mengulas permasalahan yang timbul pada permasalahan
Ibu K penulis pula hendak mengulas diagnosa tambahan yang tidak di
tegakkan oleh penulis antara lain :
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
Defisit pengetahuan ialah ketiadaan ataupun kurangnya informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu(Tim Pokja SDKI
DPP PPNI 2017). Batasan karakteristik Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia meliputi menanyakan permasalahan yang
dialami, menampilkan sikap yang tidak cocok anjuran serta
menampilkan galat terhadap permasalahan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Pengkajian pada Ibu K dilakukan pada hari Senin tanggal 08
Desember 2020. Berdasarkan pengkajian tersebut didapatkan Ibu K
mengalami sakit kepala, pusing dan nyeri kepala.
b. Masalah keperawatan yang timbul pada Ibu K adalah diagnosa
keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis, sedangkan diagnosa kedua gangguan pola tidur
berhubungan dengan hambatan lingkungan.
c. Rencana tindakan yang ditetapkan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Sedangkan fokus intervensi yang diberikan
pada Ibu K diagnosa pertama yaitu melakukan tarik nafas dalam.
Implementasi dilakukan selama tiga hari sesuai dengan intervensi
keperawatan yang disusun sebelumnya.
d. Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnosa pertama masalah Ibu K
telah teratasi sebagian. Sedangkan diagnose kedua masalah Ibu K telah
teratasi. Penulis menyarankan kepada Ibu K untuk melakukan tarik
nafas dalam secara mandiri.

5.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi diharapkan dapat dikembangkan ilmu keperawatan untuk
perawat yang berkompetensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan
yang komprehensif.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan asuhan keperawatan pada gerontik dengan penyakit
hipertensi dan meningkatkan kemampuan perawat dalam keperawatan
gerontik.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai pembelajaran dalam asuhan keperawatan pada gerontik yang
mengalami hipertensi serta untuk meningkatkan mutu pelayanan yang
berkualitas khususnya pada lansia.
4. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang
pentingnya kesehatan lansia, mencegah komplikasi hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yanti. 2020. “Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi Di Jakarta.” 5(1): 41–47.

Angshera, Rike, Fuji Rahmawati, and Eka Yulia Fitri Y. 2020. “Dukungan Keluarga Pra Lansia Yang
Menderita Hipertensi Di Kelurahan Indralaya Mulya.” Seminar Nasional Keperawatan
“Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif pada Era Normal Baru”: 14–19.

Annisa, Dona Fitri, and Ifdil Ifdil. 2016. “Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia).”
Konselor 5(2): 93.

Ansar J, Dwinata I, M. APRIANI. 2019. “Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu
Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar.” Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan 1:
28–35.

Aspiani. 2019. “Efektifitas Terapi Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi.” Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan 8(1): 51–60.

Handa Gustiawan. 2019. “No TitleΕΛΕΝΗ.” Αγαη 8(5): 55.

Idaiani, Sri, and Herlina Sri Wahyuni. 2017. “Hubungan Gangguan Mental Emosional Dengan
Hipertensi Pada Penduduk Indonesia.” Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
26(3): 137–44.

Istichomah, Istichomah. 2020. “Penyuluhan Kesehatan Tentang Hipertensi Pada Lansia Di Dukuh
Turi, Bambanglipuro, Bantul.” Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) 2(1): 24.

Kuswati, Ani, Taat Sumedi, and Hartati. 2020. “Pengaruh Reminiscence Therapy Terhadap Fungsi
Kognitif Pada Lansia.” Jurnal keperawatan mersi 8(2019): 1–6. http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jkm/article/view/5853/1704.

Ludyaningrum, Rezkha Mala. 2016. “PERILAKU BERKENDARA DAN JARAK TEMPUH DENGAN
KEJADIAN ISPA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Driving Behavior
and Mileage with the Incidence of URI on Students at Universitas Airlangga Surabaya.” Jurnal
Berkala Epidemiologi 4(3): 384–95.

Pambudi, Hubertus Agung, Meidiana Dwidiyanti, and Diyan Yuli Wijayanti. 2018. “Pandangan
Lansia Tentang Seksualitas Pada Lanjut Usia.” Jurnal Kesehatan 9(1): 154.

Pranata, Lilik, Sri Indaryati, and Aniska Indah Fari. 2020. “Pendampingan Lansia Dalam
Meningkatkan Fungsi Kognitif Dengan Metode Senam Otak.” Jurnal madaniyah 1(4): 172–76.

Richard, Selvia David. 2013. “Jurnal STIKES Volume 6, No. 1, Juli 2013.” 6(1): 63–73.

Rohadi, Slamet, Suci Tuty Putri, and Aniq Dini Karimah. 2016. “Tingkat Kemandirian Lansia Dalam
Activities Daily.” Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1): 17.

Rosita, Marlina Dwi. 2012. “Hubungan Antara Fungsi Kognitif Dengan Kemampuan Interaksi Sosial
Pada Lansia Di Kelurahan Mandan Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.” : 1–17.

Susanto, Hari. 2018. “Asuhan Keperawatan Pasien Gout Arthitis Pada Tn. M Dan Ny. S Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di UPT PTWS Jember.”

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DAFTAR TABEL

1. Tabel Pengajian status fungsional dengan pemeriksaan index katz


Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke
kamar mandi, berpakaian, dan mandi
B Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari kecuali
salah satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari hari kecuali
makan, dan salah satu fungsi lainnya
D Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari kecuali
makan, minum, dan salah satu fungsi lainnya
E Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari hari kecuali
makan, minum, berpindah dan salah satu fungsi lainnya
F Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari kecuali
makan, minum, berpindah, ke kamar mandi dan salah satu
fungsi lainnya
G Ketergantungan seluruhnya yaitu: makan, minum,
berpindah, ke kamar mandi, berpakaian, dan mandi.

2. Tabel Pengkajian status kognitif SPMSQ (Short Portable Mental Status


Questionaire)

No Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir? (Minimal tahun)
7 Siapa presiden indonesia sekarang?
8 Siapa presiden indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan
3 setiap angka baru, lakukan secara
menurun
LAMPIRAN
Jurnal :
Hartanti, RD 2016, Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi, Stikes Muhammadiyah pekajangan pekalongan
Lampiran 1

SURAT KESEDIAAN MEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ns. Moch Aspihan, M.Kep., Sp.Kep.Kom
NIDN : 0613057602
Perkerjaan : Dosen
Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas nama
mahasiswa prodi D-III Keperawatan FIK UNISSULA Semarang, sebagai berikut :
Nama : Fadia Kansha Tamara
NIM : 40901800032
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ibu K Dengan Penyakit Hipertensi di
Kota Semarang
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Semarang, 26 Mei 2021


Pembimbing

Ns. Moch Aspihan, M.Kep, Sp.Kep.Kom


NIDN : 0613057602
Lampiran 2
SURAT KETERANGAN KONSULTASI

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ns. Moch Aspihan, M.Kep., Sp.Kep.Kom
NIDN : 0613057602
Perkerjaan : Dosen
Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas nama
mahasiswa prodi D-III Keperawatan FIK UNISSULA Semarang, sebagai berikut :
Nama : Fadia Kansha Tamara
NIM : 40901800032
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ibu K Dengan Penyakit Hipertensi di
Kota Semarang

Menyatakan bahwa mahasiswa seperti yang disebutkan diatas benar-benar telah


melakukan konsultasi pada pembimbing KTI mulai tanggal 23 januari 2021 sampai dengan
24 Mei 2021 secara virtual menggunakan google meet.

Semarang, 26 Mei 2021


Pembimbing

Ns. Moch Aspihan, M.Kep, Sp.Kep.Kom


NIDN : 0613057602
Lampiran 3
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
MAHASISWA PRODI D-III KEPERAWATAN
FIK UNISULA
2021

Nama Mahasiswa : Fadia Kansha Tamara


NIM : 40901800032
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ibu K Dengan Penyakit
Hipertensi di Kota Semarang
Pembimbing : Ns. Moch Aspihan, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Hari/ Tanggal Materi Konsultasi Saran Pembimbing TTD Pembimbing


Selasa, 9 Pembahasaan Judul acc,
Februari 2021 judul dan cara melanjutkan bab 1
penulisan bab 1

Senin, 15 Bab 1 Melanjutkan bab 1


Februari 2021

Rabu, 24 Bab 2 Melanjutkan bab 2


Februari 2021

Selasa, 9 Bab 3 Melanjutkan bab 3


Maret 2021

Kamis, 18 Bab 4 Melanjutkan bab 4


Maret 2021
Selasa, 30 Bab 5 Melanjutkan bab 5
Maret 2021

Sabtu, 17 April Konsul bab 1, 2 Perbaiki bab 1


2021 dan 3 dengan konsep
MSKS
Perbaiki bab 2
dengan sumber yang
benar
Bab 3 acc
Jumat, 7 Mei Revisi bab 1, 2 Perbaiki bab 1
2020 lanjutkan bab 4 dibagian solusi
dan 5 Perbaiki bab 2
Tambahkan rasional
pada setiap
intervensi

Rabu, 19 Mei Konsul bab 1,2,4 Mempersiapkan


2021 dan 5 dengan benar

Senin, 24 Mei Hasil konsul bab Acc


2021 1,2,4 dan 5

Selasa, 25 Mei Uji turnitin dan Turnitin acc


2021 konsul ppt Ppt diperbaiki

Rabu, 26 Mei Konsul ppt Acc


2021

Anda mungkin juga menyukai