Anda di halaman 1dari 3

Toxoplasmosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

toxoplasma gondii (Nurdahliana & Noviyanti, 2021). Infeksi penyakit ini biasanya
ditularkan melalui kucing, kambing, burung yang bisa menginfeksi manusia. Di
dunia WHO memperkirakan angka insiden toxoplasmosis sebesar 1,5 kasus
toxoplasmosis kongenital per 1000 kelahiran hidup. Secara umum, prevalensi
toxoplasmosis di dunia diasumsikan sebesar 25–30% dan bervariasi bergantung dari
berbagai faktor di setiap negara (dr. Nathania S. Sutisna, 2022). Data hasil survey
lainnya menunjukkan prevalensi infeksi toxoplasma gondii di beberapa negara
diantaranya USA 13-68%, Australia 7-62%, El Savador 40-93%, Finlandia 7-35%,
Inggris 8-25%, Paris 33-87%, dan Tahiti 45-77%. Sedangkan angka kejadian
toksoplasmosis di Indonesia yaitu mencapai 2-63% dengan rincian masing masing
penularan 35-73% pada kucing, anjing 75%, babi 11-36%, kambing 11-61%, dan
sapi atau kerbau kurang dari 10% (Elly Nur Indasari, 2022).

Tingginya prevalensi angka kejadian toksoplasmosis dipengaruhi oleh faktor


penularan dari kuman toksoplasmosis. Kuman Toxoplasma gondii dapat menular
dengan mudah, serta dapat terdistribusi dengan luas, dengan sifat gejala penyakit
yang ringan sehingga tanda dan gejala kuman Toxoplasma gondii tidak disadari dan
tidak menjadi perhatian (Artama et al., 2019).

Menurut (Asnifatima, 2020) salah satu dampak atau efek buruk dari kuman
toksoplasmosis menimbulkan gangguan pada system reproduksi wanita. Apabila
tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan masalah infertilitas, keguguran, cacat
fisik dan mental (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020). Melihat efek buruk tersebut
perlu adanya pemahaman dari masyarakat khususnya kaum wanita tentang penyakit
infeksi toksoplasmosis. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat terutama wanita
yaitu mahasiswi mengetahui faktor resiko sehingga penyebaran infeksi kuman
toksoplasmosis dapat dicegah dan di hindari. Mahasiswi yang memelihara kucing
harus mempunyai pengetahuan yang cukup terutama dari segi tingkah laku dan
kesehatan kucing tersebut, hal ini dikarenakan memungkinkannya penyebaran
penyakit dari hewan ke manusia (zoonosis) (Transaminase & Urat, 2021).
Mahasiswi merupakan tahap awal perkembangan alat reproduksi wanita ketika mulai
berkembang dan tumbuh sempurna sistem reproduksinya sehingga perlu diwaspadai
adanya kejadian toksoplasmosis pada mahasiswi. Saat ini memelihara hewan
peliharaan merupakan bagian dari gaya hidup serta hobby bagi sebagian orang tidak
terkecuali bagi mahasiswi. Dimana banyak orang yang memilih kucing sebagai
peliharaan di rumah. Kucing dipilih karena tingkah lakunya yang lucu, cantik,
menggemaskan, dan bersahabat. Dahulu seseorang memelihara kucing untuk
membantu membasmi tikus yang ada di rumah, juga untuk menjaga rumah. Tetapi
sekarang memelihara kucing merupakan suatu hobi di kalangan masyarakat terutama
dikalangan mahasiswi (P. Divya F.Z., 2014). Kucing yang tidak dirawat dengan baik
bisa gampang terkena penyakit serta dapat terjangkit dari satu kucing ke kucing
lainnya dan menular ke manusia (Lia Adriana & Koko Handoko, 2021).
Permasalahan kesehatan yang paling sering terjadi pada kucing adalah virus dan
bakteri (Adri, 2020)

Kucing menjadi hospes definitive dari T. Gondii. Parasit ini dapat masuk ke
dalam tubuh kucing melalui perantara makanan yang dikonsumsi oleh kucing
tersebut, misalnya tikus, daging mentah, atau air yang terkontaminasi ookista parasit
T. gondii. Manusia dan hewan termasuk unggas dapat menderita toxoplasmosis.
Penularan toxoplasmosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia dalam berbagai cara.
Yaitu, secara tidak sengaja menelan tinja kucing yang di dalamnya terdapat telur
toxoplasmosis. Cara ini banyak tidak disadari, misalnya menyentuh mulut dengan
tangan yang telah terkontaminasi seperti sehabis berkebun, membersihkan tempat
makan kucing atau barang-barang lain yang sudah terkontaminasi (Anggreni et al.,
2019).

Pada umumnya manusia yang menderita toksoplasmosis tidak menunjukkan


gejala klinis yang spesifik dan sulit untuk dibedakan dengan penyakit lainnya (Arwie
& Aryandi, 2019). Namun untuk penderita toksoplasmosis yang sistem imunnya
buruk dapat timbul gejala penyakit. Gejala penyakit Toxoplasmosis mirip dengan
gejala penyakit virus seperti lesu, sakit kepala, demam, nyeri otot, nyeri pada perut,
sakit tenggorokan, hepatospeno-megali dan bercak merah di kulit (Sulistyawati &
Tantya, 2018).
Pencegahan Toxoplasmosis yaitu dengan mencegah termakannya ookista
maupun kista, caranya adalah mencuci tangan setelah beraktifitas dengan kucing,
mencuci tangan sebelum makan, mencuci buah dan sayur dengan air bersih dan
memasak daging hingga matang (Wardhani et al., 2021).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Fakultas MIPA dan Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Riau pada tanggal 01 Februari 2023 pada mahasiswa
Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau dengan total 10
responden, diperoleh hasil sebagai berikut 6 dari 10 (60%) responden yang
mengetahui tentang infeksi penyakit toxoplasmosis, 9 diantaranya (90%) pernah
memelihara kucing, 1 diantaranya (10%) tidak pernah memelihara kucing, 4
diantaranya (40%) tidak mengetahui tentang infeksi toxoplasmosis.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai


“Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tentang Toxoplasmosis Di Fakultas
MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau” terutama mengenai
pengertian, cara penularan, tanda dan gejala serta pencegahan toxoplasmosis.

Anda mungkin juga menyukai