Anda di halaman 1dari 25

INFEKSI SALURAN KEMIH

Makalah Ini Ditujukan Untuk Pemenuhan Penugasan Mata Ajar Keperawatan Anak II

Disusun oleh :

1. Aulia Putri Herita (17010)


2. Irfan Alfiandi (17042)
3. Miftawati (17056)
4. Novia Indri Wijaya (17063)
5. Nurdayanti (17072)
6. Nurselly Rinanda (17073)

AKADEMI KEPERAWATAN HERMINA MANGGALA HUSADA


Jakarta, 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah
mata ajar Keperawatan Anak II tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad
SAW, atas segenap keluarga, para sahabat dan mereka yang setia kepadanya. Harapan kelompok
dengan di selesaikannya makalah ini, semoga memberi manfaat baik untuk mahasiswa agar
dapat mengetahui lebih dalam mengenai penyakit Infeksi Saluran Kemih ataupun untuk
pembaca yang bisa menjadikan makalah ini sebagai referensi. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kepada Ns. Suryani Hartati, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku direktur Akademi Keperawatan
Hermina Manggala Husada
2. Kepada Ns. Rosa Melati, M.Kep, Sp.Kep.An selaku koordinator mata ajar Keperawatan
Anak
3. Kepada Ns. Metha Kemala Rahayu, M.Kep, Sp.Kep.An selaku dosen pengampu mata
ajar Keperawatan Anak
4. Kepada Alviani Arifah dan Dicha Tri Kusniyah selaku sipen mata ajar Keperawatan
Anak

Kami menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami harapkan adanya kritik dan saran.

Jakarta, 24 September 2019

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi saluran kemih merupakan penyakit yang sering ditemui pada anak-anak dan ditandai
dengan jumlah bakteri yang bermakna dalam urin. Insidensi ISK masih tinggi, merupakan
penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anakanak setelah infeksi saluran napas.
Prevalensi ISK bervariasi bergantung pada usia dan jenis kelamin. Berkisar 3-10% pada
anak perempuan dan 1-3% pada anak laki-laki (Subandiyah, 2015). Risiko ISK selama
dekade pertama setelah kelahiran adalah 1% pada lelaki dan 3% pada perempuan. Pada usia
sekolah, 5% anak perempuan dan hingga 0,5% anak lelaki mengalami setidaknya satu
episode ISK. Insidens ISK ini berbeda untuk anak usia kurang dari 3 bulan yang lebih umum
terjadi pada anak lelaki (Wahyudi, 2015). Angka kejadian ISK pada anak sering terjadi pada
pasien dengan kelaianan anatomi dan fungsi dari saluran kemih (Hay et al, 2011).
Prevalensi infeksi saluran kemih bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, dan status
sirkumsisi. Bayi laki-laki usia kurang dari 3 bulan yang belum di sirkumsisi dan bayi
perempuan dibawah 1 tahun memiliki prevalensi tertinggi (Shaikh et al, 2008). Manifestasi
ISK sangat bervariasi dan bergantung usia, mulai dengan asimtomatik hingga gejala yang
berat, sehingga ISK sering tidak terdeteksi baik oleh tenaga medis maupun orangtua.
Kesalahan dalam menegakkan diagnosis akan sangat merugikan, yang dapat menyebabkan
kerusakan ginjal karena tidak diterapi atau anak menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang
tidak perlu (Pardede, 2011).

1.2. Tujuan Umum


1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi ISK
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi ISK
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi ISK
4. Mahasiswa dapat mengetahui jalannya penyakit atau etiologi ISK
5. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ISK
6. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada pasien ISK
7. Mahasiswa dapat mengetahui cara penatalaksanaan pada pasien ISK
8. Mahasiswa dapat mengetahui cara pendokumentasian pada pasien ISK

1.3. Rumusan Masalah

1. Apa definisi ISK?


2. Apa etiologi atau penyebab ISK?
3. Apa saja manifestasi klinis ISK?
4. Bagaimana jalannya penyakit atau patofisiologi ISK
5. Apa saja klasifikasi ISK?
6. Bagaimana cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada pasien ISK?
7. Bagaimana cara penatalaksanaan pada pasien ISK?
8. Bagaimana cara pendokumentasian pada pasien ISK?
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definsi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba tumbuh
dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna (IDAI, 2011). Istilah
ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana terdapat
mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan
infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2011). Infeksi saluran kemih adalah sebagian
besar disebabkan oleh bakteri, namun virus dan jamur juga dapat menjadi penyebabnya.
(Corwin,J.E. 2007). Bakteri escherichia coli merupakan penyebab utama sebesar 70%-
90% (Sudoyo dkk, 2006) dan bakteri lainya berupa proteus, klebsiella, kadang
eterobacter berperan pada sebagian kecil infeksi ringan (Adib. M. 2011).
2.2. Epidemiologi
Di Indonesia, ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada semua usia mulai dari bayi
sampai orang tua. Semakin bertambahnya usia, insidensi ISK lebih banyak terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan laki-
laki (Purnomo, 2014). Menurut data penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25%-35%
semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK. National Kidney and Urology Disease
Information Clearinghouse (NKUDIC) juga mengungkapkan bahwa pria jarang terkena
ISK, namun apabila terkena dapat menjadi masalah serius (NKUDIC, 2012). Infeksi
saluran kemih (ISK) diperkirakan mencapai lebih dari 7 juta kunjungan per tahun, dengan
biaya lebih dari $ 1 miliar. Sekitar 40% wanita akan mengalami ISK setidaknya sekali
selama hidupnya, dan sejumlah besar perempuan ini akan memiliki infeksi saluran kemih
berulang (Gradwohl, 2011). Prevalensi pada lanjut usia berkisar antara 15 sampai 60%,
rasio antara wanita dan laki-laki adalah 3 banding 1. Prevalensi muda sampai dewasa muda
wanita kurang dari 5% dan laki-laki kurang dari 0,1%. ISK adalah sumber penyakit utama
dengan perkiraan 150 juta pasien pertahun diseluruh dunia dan memerlukan biaya ekonomi
dunia lebih dari 6 milyar dollar (Karjono, 2012).
2.3. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri
yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-negatif
termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih
antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan
Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme,
ada faktor lain yang dapat memicu ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk.,2011). E.coli
adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri, pseudomonas,
streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk 2013).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun.
c. Nutrisi yang sering kurang baik.
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
e. Adanya hambatan pada aliran darah.
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80% kasus) dan
organism enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme yang paling sering
menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum.
Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse-negatif. Beberapa
faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-kanak (Wong, 2012). Perempuan
umunya beresiko empat hingga lima kali mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan
dengan laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh anatomi uretra perempuan lebih pendek
dibandingkan uretra laki-laki, sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai
kandung kemih yang letaknya dekat denga n daerah perianal (Febrianto,A.W dkk, 2013).
Perempuan dewasa (25%-35%) pernah mengalami infeksi saluran kemih. Faktor
pencetusnya berupa kebersihan organ intim, penggunaan kontrasepsi atau gel spermisida,
dan aktivitas sex yang memungkinkan bakteri terdorong masuk kesaluran kemih, wanita
hamil pun beresiko ISK akibat perubahan hormonal ( Dharma,P.S dkk, 2015).

2.4. Manifestasi Klinis


Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam, susah buang
air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air kecil, kadang-
kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri suprapubik (Permenkes,
2011).
Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada penderita
ISK. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan
darah lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur
uri, dan dip-stick urine test (Stamm dkk, 2001).
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL. Ditemukannya positif
(dipstick) leukosit esterase adalah 64 -90%. Positif nitrit pada dipstick urin, menunjukkan
konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif), sangat
spesifik sekitar 50% untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam
urin (piuria) adalah indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC / hpf pada
spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum,
>100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK (M.Grabe dkk,
2015).

Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi (TULIS
REFERENSI):

a. Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1. Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya, khususnya jika
dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan lesu.
2. Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin bayinya.
Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3. Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit, walaupun
tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas dari Infeksi saluran
kemih).
4. Rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5. Muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6. Jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya bayi yang
berusia setlah delapan hari.

Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi: (TULIS REFERENSI):

1. Diarrhea
2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya:
pemberian makan, dan menggendong)
3. Kehilangan nafsu makan
4. Demam
5. Mual dan muntah
6. Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi saluran
kemih.
7. Lemah
8. Adanya rasa sakit pada saat berkemih.

Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa: (TULIS
REFERENSI):

1. Rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2. Seringnya berkemih
3. Ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain,
urin berjumlah sedikit (oliguria)
4. Tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5. Rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6. Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7. Urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat

Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi: (TULIS REFERENSI):

1. Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan (misalnya: cystitis,


uretritis) meliputi :
2. Rasa sakit pada punggung
3. Adanya darah pada urin (hematuria)
4. Adanya protein pada urin (proteinuria)
5. Urin yang keruh
6. Ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
7. Demam
8. Dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
9. Tidak nafsu makan
10. Lemah dan lesu (malaise)
11. Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
12. Rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
13. Rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

2.5. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: ISK
uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah
infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan
struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi
pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya
penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi
saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu: (TULIS REFERENSI):

1. Infeksi saluran kemih bawah Berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Perempuan
8 Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan Sindroma
uretra akut.
b. Laki-laki Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
2. Infeksi saluran kemih atas Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2011).
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil (Liza, 2011).
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
 ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
 ISK berkomplikas.

2.6. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan
ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra,
kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan
menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis (National Kidney Foundation, 2012). ISK
terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Mikroorganisme
penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus
vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses
atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke
kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2013). Mikroorganisme tersebut dapat
memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu ascending,hematogen seperti penularan
M.tuberculosis atau S.aureus ,limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang
sebelumnya telah mengalami infeksi (Purnomo,2014).
sebagian besar pasien ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK komplikasi adalah ISK
yang diperburuk dengan adanya penyakit lainya seperti lesi, obstruksi saluran kemih,
pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta
menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran yang normal dan perlindungan
saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK komplikasi membutuhkan terapi yang lebih
lama (Aristanti, 2015).

2.7. Komplikasi
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu : gagal ginjal akut,
urosepsis, nekrosis papilla ginjal, terbentuknya batu saluran kemih, supurasi atau
pembentukan abses, dan granuloma.

2.8. Penatalaksanaan Medis


Tatalaksana terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor mikrobiologis
dan data hasil klinis (Kurniawan, 2005). Antibiotik (antibakteri) adalah zat yang diperoleh
dari suatu sintesis atau yang berasal dari senyawa nonorganik yang dapat membunuh
bakteri patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya). Antibiotik harus bersifat
selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai tempat bakteri berada
(Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan kekebalan
bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten terhadap suatu antimikroba, dan
peningkatan biaya pengobatan (Kurniawan, 2005). Resistensi adalah keadaan dimana suatu
mikroba tidak terhambat pertumbuhanya dengan antibiotik dosis normal yang seharusnya.
Multiple drug resistenadalah resistensi terhadap dua atau lebih obat sedangkan cross
resistenadalah resistensi terhadap obat diikuti dengan obat lain yang belum dipaparkan
(Purnomo, 2011).
Prinsip terapi antibiotik menurut European Association of Urology dalamGuideline On
Urological Infections 2015yang dijadikan standart dapat dilihat pada tabel dibawah in.

Tabel 1. Terapi Empiris Antimikroba Oral yang Direkomendasikan untuk Pyelonefritis Tanpa
Komplikasi Akut Ringan dan Sedang
No Nama Obat Dosis oral/hari Durasi Terapi
1 Siprofloksasin 500-750 mg bid 7-10 hari

2 Levofloksasin 500 mg qd 7-10 hari

3 Levofloksasin 750 mg qd 5 hari

4 Sefodoksim proksetil 200 mg bid 10 hari

5 seftibuten 400 mg qd 10 hari

6 Trimetoprim-sulfametaksazol 160/800 mg bid 14 hari

7 Co-amoksiclav 125/500 mg tid 14 hri

Note : florokuinolon kontraindikasi pada wanita hamil, terutama untuk bakteri gram positif

Tabel 2. Terapi Empiris Antimikroba Parenteral yang Direkomendasikan untuk Pyelonefritis


Akut Tanpa komplikasi.

No Nama Obat Dosisi Parenteral


1 Siprofloksasin 400 mg bid
Levofloksasin 25-500 mg qd
2
Levofloksasin 750 mg qd
3 Sefotaksim 2 gram tid
Seftriakson 1-2 gram qd
4
Sefazidim 1-2 gram tid
5 sefepim 1-2 gram bid
Ko-amoksiklav 1,5 gram tid
6
Piperasilin/taobaktam 2,5-4,5 gram tid
7 Gentamisin 5 mg/kg qd
Amikasin 15 mg/kg qd
8
Ertapenem 1 gram q
9 Imipenemmeropenem 0,5 gram tid
Doripenem 1 gram tid
10
Trimetoprim-sulfametoksazol 0,5 gram tid
2.9. Asuhan Keperawatan
2.9.1. Pengkajian
1. Identitas
Pada BBL, baik perempuan atau laki-laki mempunyai resiko terkena ISK yang sama
besar (3 bulan- 1 tahun). Namun bila sudah besar , anak permpuan memiliki resiko lebih
tinggi untuk terkena infeksi. pada neonates kurang dari 3 bulan lebih banyak ditemukan
dapa bayi laki-laki. pada usia sekolah jumlah pasien perempuan 3-4 kali lebih banyak
dari pada laki-laki.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering dirasakan adlah demam. Pada anak-anak karena gejala yang kurang
jelas, ketika perempuan berusia kurang dari dua tahun atau laki-laki di kurang dari satu
tahun yang belum disunat mengalami demam, bayi mungkin sulit makan, muntah, lebih
banyak tidur, atau tampak kuning. Pada anak yang lebih besar, dapat timbul gejala baru
inkontinensia (hilangnya kontrol kandung kemih).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Awalnya anak-anak biasanya demam, adanya rasa sakit pada saat buang air kecil.
Namun pada anak yang berusia lebih muda, hal tersebut tidak begitu terlihat. Jika
infeksi memburuk, anak dapat mengeluarkan urin yang keruh maupun berdarah, bau
urin yang menyengat, frekuensi buang air kecil yang meningkat, dan sakit pada area
pinggang belakang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Prenatal Care
Berisi Pemeriksaan kehamilan , Keluhan selama hamil ,Riwayat ,Kenaikan BB
selama hamil ,Imunisasi TT , Golongan darah ibu dan ayah.
2) natal
tanyakan pada keluarga pasien : Tempat melahirkan,Lama dan jenis persalinan
(spontan/SC), Penolong persalinan ,Cara untuk memudahkan persalinan,
Komplikasi waktu lahir
3) Postnatal
Tanyakan Kondisi bayi (BB dan TB), Apakah anak mengalami penyakit , Problem
menyusui, riwayat penyakit sebelumnya:
 Penyakit yang pernah dialami
 Kecelakaan yang dialami
 Pernah makan obat–obatan ,zat/subtansi kimia
 Komsumsi obat-obatan bebas
 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat penyakit kongenital, adakah saudara yang memiliki riwayat ISK,
anggota keluarga yang memiliki riwayat Hipertensi, DM, dan batu ginjal.
d. Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah


pemberian
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis

e. Riwayat Tumbuh Kembang


1) Pertumbuhan Fisik
Berat badan :-
Tinggi badan :-
Waktu tumbuh gigi : …bulan, Tanggal gigi: ….
2) Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling :
2. Duduk:
3. Merangkap:
4. Berdiri :
5. berjalan :
6. Senyum kepada orang lain pertama kali :
7. bicara pertama kali:
8. Berpakaian tanpa bantuan:
f. Riwayat Nutrisi
1) Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui:
2. Cara pemberian :
3. Lama pemberian:
4. Asi diberikan sampai umur :
2) Pemberian susu formula: diberikan mulai usia berapa, jumlah yang diberikan tiap
kali pemberian, adanaya riwayat alergi dll.
3) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


1.
2.

g. Riwayat Psikosoial
Berisi tentang lingkungan tempat tinggal anak, apakah anak tinggal di rumah sendiri
atau dirumah saudara, di lingkungan perdesaan atau daerah perkotaan. Hubungan
anak dengan keluarga dan pengasuh anak (apakah di asuh oleh orang tua sendiri atau
orang lain).
h. Riwayat Spiritual
Berisi tentang dukungan keluarga kepada anak dan kegiatan keagamaan yang sedang
dilakukan.
i. Riwayat Hospitalisasi
Berisi tentang:
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap (dikaji karena klien tidak sadar)

j. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit dan Saat Sakit. Meliputi selera makan, menu makan,
frekuensi makan, makanan pantangan, pembatasan pola makan, cairan makan, dan
ritual saat makan baik.
2. Cairan
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jenis kamanan, frekuensi minum,
kebutuhan cairan, dan cara pemenuhan (pemenuhan dengan air putih, the, atau
susu).
k. Eliminasi
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi frekuensi, konsistensi, warga dan bau.
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit.
l. Istirahat Tidur
Berisi tentang kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jam tidur, pola tidur,
kebiasaan sebelum tidur, kesulitan tidur.
m. Personal Hygiene
Berisikan tentang cara perawatan diri sebelum dan saat sakit. Meliputu, mandi, cuci
rambut, gunting kuku, gosok gigi.
n. Aktivitas/mobilitas fisik
Berisikan kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, kegiatan sehari-hari, pengaturan
jadwal harian, penggunaan alat bantu aktivitas, kesulitan pergerakan tubuh bermain.
o. Rekreasi
Beririkan kondisi sebelum sakit dan saat sakit. Meliputi, perasaan saat sekolah,
waktu luang, pasangan setelah rekreasi, waktu senggang keluarga, kegiatan hari libur
saat belum sekolah.
4. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
Didapatkan Klien tampak lemah.
b. Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
c. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
e. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
f. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
g. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan
akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal,
pielonefritis, cystitis, uretra.

1.1 Analisa data

1.2 Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
2. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Inflamasi,Kandung Kemih,dan
struktur traktus urinarius lain
5. Resiko Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu
makan.
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
1.3 Intervensi keperawatan
1. Dx.1 : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperwatan selama 1x24 jam diharapkan terjadi
penurunan suhu tubuh menjadi normal.
Kriteria Hasil :
a. Tanda vital dalam batas normal
b. Klien menunjukan termoregulasi
c. Klien tidak demam.
Intervensi : (JADIKAN TABEL)
a. Observasi TTV
Rasional: mengetahui kaedaan umum klien
b. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38, C.
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
c. Kompres air hangat.
Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh
d. Kolaborasi pemberian antipiretik.
Rasional : Antipireti menurunkan suhu tubuh
2. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan
tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Nilai kultur urine negative
c. Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi : (JADIKAN TABEL)
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas 38,50°C
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2) Catat karakteristik urine
Rasional : Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk mencegah stasis urine
4) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi
uretra
3. Dx . 3 : Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b. Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c. Klien dapat BAK dan berkemih
Intervensi : (JADIKAN TABEL)
a. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input /
output
b. Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam
Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam kandung kemih.
c. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional : Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d. Bantu klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional : Untuk memudahkan klien untuk berkemih.
e. Bantu klien mendapatkan poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih, dan struktur traktus urinarius lain
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri hilang
atau berkurang saat dan sesudah berkemih
Kriteria Hasil :
a. Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih
b. Kandung Kemih tidak tegang
c. Pasien tampak tenang
d. Ekspresi wajah tenang
Intervensi : (JADIKAN TABEL)
a. Kaji Intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
b. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot
c. Anjurkan minum banyak 2 - 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk mmbantu klien dalam berkemih
d. Pantau perubahan warna urine, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8
jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
e. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
f. Berikan perawatan perineal
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra
g. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari
Rasional : Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasukikandung kemih dan naik
saluran perkemihan
h. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
i. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri

5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda
gelisah.
Kriteria Hasil :
a. Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan,
dan tindakan perawatan diri preventif.
b. Klien tidak gelisah
c. Klien tenang

Intervensi: (JADIKAN TABEL)


a. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang
penyakitnya.
Rasional: Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya.
b. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
beradasarkan informasi.
c. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran,
jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat,
persiapan yang dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang
lebih delapan gelas per hari.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda tanda penyakit mereda.
Cairan dapat menolong membilas ginjal.
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah
tentang rencana pengobatan.
Rasional: Mendeteksiisyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu
mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

1.4 Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan ( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E
Marilyn, dkk, 2000)
1.5 Evaluasi

Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a. Hipertermi  bgmn cara mengevaluasinya?

b. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih  bgmn cara
mengevaluasinya?
c. Perubahan Pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih  bgmn cara
mengevaluasinya?

d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain  bgmn cara mengevaluasinya?

e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya sumber informasi  bgmn cara mengevaluasinya?

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. . Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-infeksi-saluran.html

http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/

http://reniurl.blogspot.com/2010/07/makalah-askep-isk-infeksi-saluran-kemih.html

TAMBAHKAN DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai