Makalah Ini Ditujukan Untuk Pemenuhan Penugasan Mata Ajar Keperawatan Anak II
Disusun oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah
mata ajar Keperawatan Anak II tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad
SAW, atas segenap keluarga, para sahabat dan mereka yang setia kepadanya. Harapan kelompok
dengan di selesaikannya makalah ini, semoga memberi manfaat baik untuk mahasiswa agar
dapat mengetahui lebih dalam mengenai penyakit Infeksi Saluran Kemih ataupun untuk
pembaca yang bisa menjadikan makalah ini sebagai referensi. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kepada Ns. Suryani Hartati, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku direktur Akademi Keperawatan
Hermina Manggala Husada
2. Kepada Ns. Rosa Melati, M.Kep, Sp.Kep.An selaku koordinator mata ajar Keperawatan
Anak
3. Kepada Ns. Metha Kemala Rahayu, M.Kep, Sp.Kep.An selaku dosen pengampu mata
ajar Keperawatan Anak
4. Kepada Alviani Arifah dan Dicha Tri Kusniyah selaku sipen mata ajar Keperawatan
Anak
Kami menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami harapkan adanya kritik dan saran.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1. Definsi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba tumbuh
dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna (IDAI, 2011). Istilah
ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana terdapat
mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan
infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2011). Infeksi saluran kemih adalah sebagian
besar disebabkan oleh bakteri, namun virus dan jamur juga dapat menjadi penyebabnya.
(Corwin,J.E. 2007). Bakteri escherichia coli merupakan penyebab utama sebesar 70%-
90% (Sudoyo dkk, 2006) dan bakteri lainya berupa proteus, klebsiella, kadang
eterobacter berperan pada sebagian kecil infeksi ringan (Adib. M. 2011).
2.2. Epidemiologi
Di Indonesia, ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada semua usia mulai dari bayi
sampai orang tua. Semakin bertambahnya usia, insidensi ISK lebih banyak terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan laki-
laki (Purnomo, 2014). Menurut data penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25%-35%
semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK. National Kidney and Urology Disease
Information Clearinghouse (NKUDIC) juga mengungkapkan bahwa pria jarang terkena
ISK, namun apabila terkena dapat menjadi masalah serius (NKUDIC, 2012). Infeksi
saluran kemih (ISK) diperkirakan mencapai lebih dari 7 juta kunjungan per tahun, dengan
biaya lebih dari $ 1 miliar. Sekitar 40% wanita akan mengalami ISK setidaknya sekali
selama hidupnya, dan sejumlah besar perempuan ini akan memiliki infeksi saluran kemih
berulang (Gradwohl, 2011). Prevalensi pada lanjut usia berkisar antara 15 sampai 60%,
rasio antara wanita dan laki-laki adalah 3 banding 1. Prevalensi muda sampai dewasa muda
wanita kurang dari 5% dan laki-laki kurang dari 0,1%. ISK adalah sumber penyakit utama
dengan perkiraan 150 juta pasien pertahun diseluruh dunia dan memerlukan biaya ekonomi
dunia lebih dari 6 milyar dollar (Karjono, 2012).
2.3. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri
yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-negatif
termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih
antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan
Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme,
ada faktor lain yang dapat memicu ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk.,2011). E.coli
adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri, pseudomonas,
streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk 2013).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun.
c. Nutrisi yang sering kurang baik.
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
e. Adanya hambatan pada aliran darah.
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80% kasus) dan
organism enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme yang paling sering
menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum.
Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse-negatif. Beberapa
faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-kanak (Wong, 2012). Perempuan
umunya beresiko empat hingga lima kali mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan
dengan laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh anatomi uretra perempuan lebih pendek
dibandingkan uretra laki-laki, sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai
kandung kemih yang letaknya dekat denga n daerah perianal (Febrianto,A.W dkk, 2013).
Perempuan dewasa (25%-35%) pernah mengalami infeksi saluran kemih. Faktor
pencetusnya berupa kebersihan organ intim, penggunaan kontrasepsi atau gel spermisida,
dan aktivitas sex yang memungkinkan bakteri terdorong masuk kesaluran kemih, wanita
hamil pun beresiko ISK akibat perubahan hormonal ( Dharma,P.S dkk, 2015).
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi (TULIS
REFERENSI):
a. Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1. Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya, khususnya jika
dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan lesu.
2. Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin bayinya.
Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3. Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit, walaupun
tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas dari Infeksi saluran
kemih).
4. Rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5. Muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6. Jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya bayi yang
berusia setlah delapan hari.
Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi: (TULIS REFERENSI):
1. Diarrhea
2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya:
pemberian makan, dan menggendong)
3. Kehilangan nafsu makan
4. Demam
5. Mual dan muntah
6. Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi saluran
kemih.
7. Lemah
8. Adanya rasa sakit pada saat berkemih.
Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa: (TULIS
REFERENSI):
1. Rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2. Seringnya berkemih
3. Ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain,
urin berjumlah sedikit (oliguria)
4. Tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5. Rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6. Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7. Urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi: (TULIS REFERENSI):
Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: ISK
uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah
infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan
struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi
pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya
penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi
saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu: (TULIS REFERENSI):
1. Infeksi saluran kemih bawah Berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Perempuan
8 Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan Sindroma
uretra akut.
b. Laki-laki Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
2. Infeksi saluran kemih atas Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2011).
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil (Liza, 2011).
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
ISK berkomplikas.
2.6. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan
ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra,
kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan
menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis (National Kidney Foundation, 2012). ISK
terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Mikroorganisme
penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus
vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses
atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke
kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2013). Mikroorganisme tersebut dapat
memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu ascending,hematogen seperti penularan
M.tuberculosis atau S.aureus ,limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang
sebelumnya telah mengalami infeksi (Purnomo,2014).
sebagian besar pasien ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK komplikasi adalah ISK
yang diperburuk dengan adanya penyakit lainya seperti lesi, obstruksi saluran kemih,
pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta
menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran yang normal dan perlindungan
saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK komplikasi membutuhkan terapi yang lebih
lama (Aristanti, 2015).
2.7. Komplikasi
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu : gagal ginjal akut,
urosepsis, nekrosis papilla ginjal, terbentuknya batu saluran kemih, supurasi atau
pembentukan abses, dan granuloma.
Tabel 1. Terapi Empiris Antimikroba Oral yang Direkomendasikan untuk Pyelonefritis Tanpa
Komplikasi Akut Ringan dan Sedang
No Nama Obat Dosis oral/hari Durasi Terapi
1 Siprofloksasin 500-750 mg bid 7-10 hari
Note : florokuinolon kontraindikasi pada wanita hamil, terutama untuk bakteri gram positif
g. Riwayat Psikosoial
Berisi tentang lingkungan tempat tinggal anak, apakah anak tinggal di rumah sendiri
atau dirumah saudara, di lingkungan perdesaan atau daerah perkotaan. Hubungan
anak dengan keluarga dan pengasuh anak (apakah di asuh oleh orang tua sendiri atau
orang lain).
h. Riwayat Spiritual
Berisi tentang dukungan keluarga kepada anak dan kegiatan keagamaan yang sedang
dilakukan.
i. Riwayat Hospitalisasi
Berisi tentang:
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap (dikaji karena klien tidak sadar)
j. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit dan Saat Sakit. Meliputi selera makan, menu makan,
frekuensi makan, makanan pantangan, pembatasan pola makan, cairan makan, dan
ritual saat makan baik.
2. Cairan
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jenis kamanan, frekuensi minum,
kebutuhan cairan, dan cara pemenuhan (pemenuhan dengan air putih, the, atau
susu).
k. Eliminasi
Kaji kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi frekuensi, konsistensi, warga dan bau.
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit.
l. Istirahat Tidur
Berisi tentang kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, jam tidur, pola tidur,
kebiasaan sebelum tidur, kesulitan tidur.
m. Personal Hygiene
Berisikan tentang cara perawatan diri sebelum dan saat sakit. Meliputu, mandi, cuci
rambut, gunting kuku, gosok gigi.
n. Aktivitas/mobilitas fisik
Berisikan kondisi sebelum dan saat sakit. Meliputi, kegiatan sehari-hari, pengaturan
jadwal harian, penggunaan alat bantu aktivitas, kesulitan pergerakan tubuh bermain.
o. Rekreasi
Beririkan kondisi sebelum sakit dan saat sakit. Meliputi, perasaan saat sekolah,
waktu luang, pasangan setelah rekreasi, waktu senggang keluarga, kegiatan hari libur
saat belum sekolah.
4. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
Didapatkan Klien tampak lemah.
b. Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
c. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
e. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
f. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
g. Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan
akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal,
pielonefritis, cystitis, uretra.
1.2 Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
2. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Inflamasi,Kandung Kemih,dan
struktur traktus urinarius lain
5. Resiko Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu
makan.
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
1.3 Intervensi keperawatan
1. Dx.1 : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperwatan selama 1x24 jam diharapkan terjadi
penurunan suhu tubuh menjadi normal.
Kriteria Hasil :
a. Tanda vital dalam batas normal
b. Klien menunjukan termoregulasi
c. Klien tidak demam.
Intervensi : (JADIKAN TABEL)
a. Observasi TTV
Rasional: mengetahui kaedaan umum klien
b. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38, C.
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
c. Kompres air hangat.
Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh
d. Kolaborasi pemberian antipiretik.
Rasional : Antipireti menurunkan suhu tubuh
2. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan
tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Nilai kultur urine negative
c. Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi : (JADIKAN TABEL)
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas 38,50°C
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2) Catat karakteristik urine
Rasional : Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk mencegah stasis urine
4) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi
uretra
3. Dx . 3 : Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b. Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c. Klien dapat BAK dan berkemih
Intervensi : (JADIKAN TABEL)
a. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input /
output
b. Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam
Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam kandung kemih.
c. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional : Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d. Bantu klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional : Untuk memudahkan klien untuk berkemih.
e. Bantu klien mendapatkan poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih, dan struktur traktus urinarius lain
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri hilang
atau berkurang saat dan sesudah berkemih
Kriteria Hasil :
a. Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih
b. Kandung Kemih tidak tegang
c. Pasien tampak tenang
d. Ekspresi wajah tenang
Intervensi : (JADIKAN TABEL)
a. Kaji Intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
b. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot
c. Anjurkan minum banyak 2 - 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk mmbantu klien dalam berkemih
d. Pantau perubahan warna urine, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8
jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
e. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
f. Berikan perawatan perineal
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra
g. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari
Rasional : Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasukikandung kemih dan naik
saluran perkemihan
h. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
i. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri
1.4 Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan ( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E
Marilyn, dkk, 2000)
1.5 Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a. Hipertermi bgmn cara mengevaluasinya?
b. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih bgmn cara
mengevaluasinya?
c. Perubahan Pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih bgmn cara
mengevaluasinya?
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain bgmn cara mengevaluasinya?
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. . Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-infeksi-saluran.html
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/
http://reniurl.blogspot.com/2010/07/makalah-askep-isk-infeksi-saluran-kemih.html