Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini dalam rangka
program Stase Keperawatan Medikal Bedah I di RSU Imelda Pekerja Indonesia
pada tanggal 24 Mei s/d 29 Mei 2021
Laporan ini kami susun berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil
pendataan, dalam penyusunan laporan ini mulai dari awal penulisan hingga
selesainya laporan ini dari bantuan berbagai pihak, pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada yang terhormat:
1. dr. H.R.I.Ritonga, MSc Selaku Ketua Yayasan Imelda Medan.
2. Dr.dr Imelda Liana Ritonga, S.Kep, M.Pd. M.N selaku Rektor Universitas
Imelda Medan.
3. Noradina, S.Kep, Ns. M.Biomed selaku Ka. Prodi D-III Keperawatan
Universitas Imelda Medan
4. Eka Nugraha Naibaho, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Koordinator Praktek
Belajar Lapangan.
5. Pance, S. Kep Selaku perseptor dari RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan
6. Nataria Yanti S.Kep.,Ns.M. Kep selaku Pembimbing Prodi D-III Keperawatan
Universitas Imelda Medan
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
pengamatan ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangatlah
diharapkan untuk kesempatan laporan praktek ini. Akhir kata kami berharap
semoga laporan ini bermanfaat oleh semua pihak.

Medan, 03 Juni 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan


berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim
ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna. Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus,
atau mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan
dengan membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada
pasien dengan simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar

dari 105/ml urin. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-
laki, pada wanita dapat terjadi pada semua umur, sedangkan pada laki-laki di
bawah umur 50 tahun jarang terjadi. (Lumbanbatu, S.M., 2003).

ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki.
Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali
lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1
tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya,
sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra
sekolah di mana ISK pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki
hanya 0,2%. Dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK
pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada
anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari
anak laki-laki yang tidak disunat (Sehat Group, 2006).

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat


perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang ke
dokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Di suatu rumah sakit di Yogyakarta
ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam
10 besar penyakit (data bulan Juli – Desember 2004). Komplikasi ISK yang
paling berat adalah urosepsis dengan angka kematian yang masih tinggi (25-60%),
dan bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal akut. Dari data rekam medik di
RSUD Dr Sutomo Surabaya penyebab GGA melalui ISK sebesar 16,85%. Dari
penelitian Pranawa tahun 1997 mendapatkan infeksi nosokomial dari 80 penderita
yang dilakukan pemasangan kateter sebanyak 27,50%, lebih rendah dari yang
didapatkan Hernomo Kusumobroto di tahun 1984 sebesar 57,5%. Serta
didapatkan bakteriuri asimtomatik pada kehamilan sebesar 10,7%. (Widayati, A.,
Wirawan, I P.E., Kusharwanti, A., 2004).

Infeksi saluran kemih salah satu penyakit infeksi dengan jumlah bakteri
uria berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urin >100.000 /ml urin.
Bakteriuria asimtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif tanpa keluhan,
sedangkan bakteriuria simtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif disertai
keluhan (Kahlmeter, 2006). Infeksi saluran kemih disebabkan oleh berbagai
macam bakteri diantaranya E.coli, klebsiellasp, proteussp,providensiac,
citrobacter, P.aeruginosa, acinetobacter, enterococu faecali,danstaphylococcus
saprophyticusnamun, sekitar 90% ISK secara umum disebabkan oleh E.coli
(Sjahjurachman, 2004). Infeksi saluran kemih disebabkan invasi mikroorganisme
ascending dari uretra ke dalam kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat
mencapai ginjal dipermudah dengan refluks vesikoureter. Pada wanita, mula-mula
kuman dari anal berkoloni di vulva kemudian masuk ke kandung kemih melalui
uretra yang pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan seksual dan
perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi (Liza, 2006). Ketika urin
sulit keluar dari kandung kemih, terjadi kolonisasi mikroorganisme dan memasuki
saluran kemih bagian atas secara ascending dan merusak epitel saluran kemih
sebagai host. Hal ini disebabkan karena pertahanan tubuh dari hostyang menurun
dan virulensiagen meningkat (Purnomo, 2003). Infeksi saluran kemih salah satu
penyakit infeksi dengan jumlah bakteri uria berkembang biak dengan jumlah kuman
biakan urin >100.000 /ml urin. Bakteriuria asimtomatik didefinisikan sebagai kultur urin
positif tanpa keluhan, sedangkan bakteriuria simtomatik didefinisikan sebagai kultur urin
positif disertai keluhan (Kahlmeter, 2006). Infeksi saluran kemih disebabkan oleh
berbagai macam bakteri diantaranya E.coli, klebsiellasp, proteussp,providensiac,
citrobacter, P.aeruginosa, acinetobacter, enterococu faecali,danstaphylococcus
saprophyticusnamun, sekitar 90% ISK secara umum disebabkan oleh E.coli
(Sjahjurachman, 2004). Infeksi saluran kemih disebabkan invasi mikroorganisme
ascending dari uretra ke dalam kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat mencapai
ginjal dipermudah dengan refluks vesikoureter. Pada wanita, mula-mula kuman dari anal
berkoloni di vulva kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara
spontan atau mekanik akibat hubungan seksual dan perubahan pH dan flora vulva dalam
siklus menstruasi (Liza, 2006). Ketika urin sulit keluar dari kandung kemih, terjadi
kolonisasi mikroorganisme dan memasuki saluran kemih bagian atas secara ascending
dan merusak epitel saluran kemih sebagai host. Hal ini disebabkan karena pertahanan
tubuh dari hostyang menurun dan virulensiagen meningkat (Purnomo, 2003).

Berdasarkan suatu penelitian mengenai etiologi dan pola resisten antibiotik


di pasien infeksi saluran kemih di J N M C Hospital Aligarh, India dalam periode
Augustus 2004- Juli 2005, dalam sebanyak 100 significant isolates, bakteri jenis
batang gram-negatif aerob adalah sebanyak 92% sementara selebihnya adalah
kokus gram-positif. Prevalensi bakteri yang paling sering di pasien ISK adalah E.
coli (61%), K. pneumoniae. (22%), dan S. aureus (7.0%), diikuti oleh P.
aeruginosa, A. baumannii, Citrobacter sp. dan E. faecalis. Antibiotic β-lactam,
imipenem mempunyai daya hambat yang paling luas menentang E-coli (100%),
diikuti oleh amikacin (49%) dan cephalosporin (15-45%). Selain itu, isolat
klebsiella juga sensitif terhadap imipenem (88%) dikuti oleh amikacin dan
cephotaxime (59%). Nitrofurantoin, tetracycline, co-trimoxazole, dan
cefpodoxime didapati paling resisten terhadap isolate Pseudomonas. (Akram, M.,
Shahid, dan Khan, A.U.,2007). imipenem mempunyai daya hambat yang paling
luas menentang E-coli (100%), diikuti oleh amikacin (49%) dan cephalosporin
(15-45%). Selain itu, isolat klebsiella juga sensitif terhadap imipenem (88%)
dikuti oleh amikacin dan cephotaxime (59%). Nitrofurantoin, tetracycline, co-
trimoxazole, dan cefpodoxime didapati paling resisten terhadap isolate
Pseudomonas. (Akram, M., Shahid, dan Khan, A.U.,2007)

Suatu penelitian yang berjudul Pola Kepekaan Kuman Terhadap


Antibiotika Di Ruang Rawat Interesif RS Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002
memberikan hasil yang berbeda dari lain. Hasil terbanyak ditunjukkan oleh
Pseudomonas sp (39.4 %), diikuti Klebsiella sp (27.8 %), Escherichia coli (21.5
%) dan Streptococcus β haemoliticus, (4.9 %). Pola kepekaan yang diperoleh dari
data menunjukkan kuman Pseudomonas sp. mempunyai kepekaan yang tinggi
berturut-turut terhadap fosmisin, amikasin dan seftriakson. Resistensi tertinggi
berturut-turut adalah penisilin G, amoksisilin, ampisilin dan sefaleksin. Kuman
Klebsiella sp. didapati sensitif terhadap netilmisin, amikasin, seftriakson dan
sefotaksim sementara resistensi terhadap amoksisilin, penisilin G, ampisilin dan
kloramfenikol. Kuman Escherichia coli. Adalah sensitif terhadap seftriakson,
amikasin dan seftizoksim sedangkan resistens terhadap ampisilin, penisilin G,
amoksisilin dan kloramfenikol. (Refdanita, Maksum, R., Nurgani, A., Endang, P.,
2004).

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diangkat
sebagai suatu studi kasus yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Tn.J infeksi saluran
kemih (ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urine di Ruang Tulip RSU IPI
Kota Medan”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan dengan masalah utama infeksi
saluran kemih (ISK) pada Ny.W di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia kota Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada Ny.W infeksi saluran kemih (ISK)
dengan masalah gangguan eliminasi urine
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny.W infeksi saluran
kemih (ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urine
c. Menegakkan intervensi pada Ny.W infeksi saluran kemih (ISK)
dengan masalah gangguan eliminasi urine
d. Melakukan implementasi pada Ny.W infeksi saluran kemih (ISK)
dengan masalah gangguan eliminasi urine
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.W infeksi saluran kemih
(ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urine
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KONSEP MEDIS

2.1.1 Pengertian

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah berkembangbiaknya mikroorganisme


didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus atau mikroorganisme lain. Tempat yang sering mengalami ISK adalah
Kandung kemih (sinusitis), Uretra (uretris), dan ginjal (pielonefritis).
(Suharyanto, 2009)

Infeksi saluran kemih merupakan masalah yang sering ditemukan,


terhitung 6-7 juta kunjungan klinik setip tahun. Mayoritas kasus didominasi oleh
wanita. Satu dari setiap lima wanita di Amerika Serikat mengalami ISK selama
kehidupan mereka. Wanita lebih beresiko terkena ISK karena uretra wanita lebih
pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina dan anus. Infeksi saluran kemih
pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra.
Pada pria ISk jarang terjadi karena panjang uretra dan jauhnya jarak dari anus.
(Suharyanto, 2009)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI)


adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus
Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi
bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :

1. Kandung kemih (sistitis)


Kandung kemih adalah suatu kantung berotot yang dapat mengempis,
terletak dibelakang simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara
yaitu dua muara ureter dan satu muara uretra.
2. Uretra (uretritis)
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 1,5 inci dan
pada laki-laki sekitar 8 inci. Muara uretra keluar tubuh disebut meatus
urinarius. Pada laki-laki, kelenjar prostat tang terletak tepat dibawah leher
kandung kemih mengelilingi uretra disebelah posterior dan lateral.
(Suhartoyo, 2009)
3. Ginjal (pielonefritis). (Suharyanto, 2009)
Ginjal merupakan organ yang terbentuk seperti kacang, berwarna merah
tua, terletak dikedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal terlindung dengan
baik dari trauma langsung karena disebelah posteriordilindungi oleh tulang
kosta, sedangkan dibagian anterior dilindungi oleh bantalan usus yang
tebal. Ginjal kana sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri
karena tertekan kebawah oleh hati. Pada orang dewasa ginjal panjangnya
12-13 cm, tebalnya 6 cm dan beratnya 120-150 gram.
2.2.1 Menifestasi Klinis

Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran
kemih sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun
demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala umum yaitu hematuria, dan
bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin
bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya. Batu pada pelvis ginjal
dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat, umumnya gejala
batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Tanda
dan gejala yang ditemui antara lain :

1. Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam


bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena
adanya pionefrosis.
2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai
mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
3. Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada
sisi ginjal yang terkena.
4. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
5. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.

2.1.4 Etiologi

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)


b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci,
d. Steptokokus, dan-lain-lain. (Suharyanto, 2009)
2. Faktor resiko yang umum pada ISK adalah :
a. Ketidak mampuan atau kegagalan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya secara sempurna.
b. Penurunan daya tahan tubuh
c. Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan
prosedur sitoskopi.
3. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

2.1.5 Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik


dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen.

Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.

 Secara asending yaitu:

 Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor


anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek
daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor
tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.

 Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. (Nursalam, 2008)

 Secara hematogen yaitu:

Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga


mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain. (Nursalam, 2008)

 Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena


adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang
efektif.

 Mobilitas menurun

 Nutrisi yang sering kurang baik

 System imunnitas yng menurun

 Adanya hambatan pada saluran urin

 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut


mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri,
keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi
bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri,
kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus
urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi
adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate
yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun. (Nursalam,
2008)
2.1.6 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang berhubungan denga ISK bervariasi. Separuh dari
klien yang ditemukan adanya bakteri dalam urin (bakteriuria) tidak menujukan
adanya gejala (asimtomatik).

Gejala yang sering ditemukan pada ISK adalah :

1. Nyeri dan rasa panas ketika berkemih (disuria), polakisuria, dan terdesak
ingin berkemih (urgency)
2. Stranguria (sulit berkemih dan disertai kejang otot pinggang)
3. Tenesmus (rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih
meskipun telah kosong)
4. Prostatismu (kesulitan memulai berkemih). (Suhartoyo, 2009)
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur urin : untuk menentukan kriteria infeksi
Hitung koloni : sekitar 100.000 CFU per mililiter urin dari urin tampung
aliran tengah atau dari spesimen dalam kateter. Adanya bakteri dalam
spesimen yang dikumpulkan melalui aspirasi jarum suprapublik ke dalam
kandung kemih.
2. Pemeriksaan urinalisis : adanya hematuria.
3. IVP, sistokopi, USG.
(Suharyanto, 2009)
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis

 Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya


ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LPB) sediment air kemih

 Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air


kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis
 Mikroskopis

 Biakan bakteri

3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik


4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes

 Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

 Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme


menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae,
herpes simplek).

 Tes- tes tambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP),


msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram
IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten. (Suharyanto, 2009)

2.1.9 Penatalaksanaan

Pengobatan ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri dan
mencegah atau mengendalikan infeksi berulang. Ada beberapa metode
pengobatan ISK yang lazim dipakai, yaitu :

1. Pengobatan dosis tunggal, yaitu obat diberikan satu kali


2. Pengobatan jangka pendek, yaitu 1-2 minggu
3. Pengobatan jangka panjang, yaitu 3-4 minggu
4. Pengobatan profilaktik, yaitu 1 kali sehari dalam waktu 3-6 bulan.

Dalam pendekatan klinis pengobatan ISK, pemilihan antibiotik adalah


penting. Antibiotik yang sering digunakan adalah ampisilin, trimetoprim-
sulfametoksasol, kloramfenikol, sefotaksom, amikasim. (Suharyanto, 2009).

2.2. KONSEP KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian

Riwayat tanda dan gejala didapatkan dari klien yang diduga mengalami
infeksi saluran perkemihan, diantaranya:

a. Nyeri suprapublik
b. Sering berkemih
c. Urgensi (dorongan ingin berkemih)
d. Disuria
e. Nokturia
f. Hematuria
g. Piuria

Pola berkemih klien juga perlu dikaji untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadi infeksi saluran kemih. Pengosongan kandung kemih yang tidak teratur,
hubungan gejala infeksi dengan hubungan seksual, praktek kontrasepsi, dan
personal higiene juga perlu dikaji. Pengetahuan klien tentang resep pengobata
agen antimikrobial dan tindakan pencegahan juga dikaji. (Muttagin, 2011)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi


uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
(Nursalam, 2008)
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
(Muttagin, 2011)
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
(Nursalam, 2008)

2.2.3 Intervensi Keperawatan

1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi


uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.

Kriteria evaluasi: Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi
panggul

Intervensi:

a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola


berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang

Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau


penyimpangan dari hasil yang diharapkan

b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.

Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab


nyeri

c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan


istirahat;

Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.

d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus

Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk


relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perineal

Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra

f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali per


hari.

Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung


kemih dan naik ke saluran perkemihan. (Nursalam, 2008)

g. Kolaborasi:

 Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga


gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih
dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah
berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit

Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan


jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas

 Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya

Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi


nyeri

h. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air


segar . Pemberian air sampai 2400 ml/hari

Rasional: akibat dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan


membentu membilas saluran berkemih

2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada


kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.

Kriteria Evaluasi: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda


gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)

Intervensi:

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin


Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi

b. Tentukan pola berkemih pasien

c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan

Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.

d. Kaji keluhan kandung kemih penuh

Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi


jaringan(kandung kemih/ginjal)

e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran

Rasional : akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit


dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat

f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam

Rasional : untuk mencegah statis urin

g. Kolaborasi:

 Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin

Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal

 Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan


sari buah beri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.

Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan


masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran
kemih.

(Muttagin, 2011)

3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

Intervensi:

a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng

Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat


membuat pilihan beradasarkan informasi.

b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah


penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic:
tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.

Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas


dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.

c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk


perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah
pemeriksaan

Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan

d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum


sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.

Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda


penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari
sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan
mencegah pertumbuhan bakteri

e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan


masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan
ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana
terapeutik. (Nursalam, 2008)
BAB III
TINJAUAN KASUS

2.3 Gamaran Kasus


2.3.1 Pengkajian

Klien atas nama Ny.W umur 34 tahun, suku jawa beragama islam,
pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan tamat SMA, beralamat Jl.mustafa Gg.VI
no 18 medan Glugur. Identitas Penanggung Jawab nama :Tn M, pekerjaan:
wiraswasta, hubungan dengan klien: suami klien.

Klien masuk IGD Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan
pada tanggal 3 mei 2021 jam 09.55 WIB dengan diagnosa suspectm ISK. Ny.W
mengatakan nyeri pada saat berkemih, nyeri timbul bagian perut bawah seperti
ditusuk-tusuk dan terasa panas sejak 4 hari yang lalu. Warna air kencingnya
berwarna kuning keruh ,keluar sedikit-sedikit tapi sering dan badannya terasa
panas sejak 4 hari yang lalu. TTV : 130/70 mmHg, N:84x/menit ,RR: 16x/menit,
S: 37,8°C. skala nyeri 7. Kemudian klien dipindahkan ke Ruangan Tulip untuk
pengobatan dan observasi selanjutnya. Sumber informasi lainnya dari klien,
pegawai Tulip RSU IPI Medan, status klien dan Rekam Medik.

Ny.W mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu. Klien dan


keluarga tidak mengetahui tentang penyakit, tanda dan gejala, penyebab,
pencegahan, klien dan keluarga juga mengatakan kurang mengetahui tentang pola
makan bagi penderita. Pola istirahat tidur, klien mengatakan pada saat dirumah
klien tidur siang hanya 2 jam dan tidur malam 8 jam, pada saat dirumah sakit
klien tidur siang 3 jam dan tidur malam 6 jam, klien mengatakan cukup tidur.
2.2.2 Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Kalium 3,60 - 5,50
HEMATOLO
GI
Darah lengkap
- Leukosit (WBC) 23,37 3,70 – 10,1
- Neutrofil 19,7
- Limfosit 2,2
- Monosit 0,6
- Eosinofil 0,7

- Basofil 0,1

- Neutrofil % H 84,3 39,3 – 73,7

- Limfosit % L 9.6 18,0 – 48,3


L 2,5 4,40 – 12,7
- Monosit %
3,1 0,600 – 7,30
- Eosinofil %
0,5 0,00 – 1,70
- Basofil%
5,530 4,2 – 11,0
- Eritrosit (RBC)
12,0 – 16,0
- Hemoglobin
14,77 38 – 47
(HGB)
42,58 81,1 – 96,6
- Hematokrit (HCT)
L 76,99 27,6 – 31,2
- MCV
L 26,71 31,8 – 35,4
- MCH
34,69 11,5 – 14,5
- MCHC
L 9,90 155 – 366
- RDW
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 12,8 P: 13-18
W: 12-16
Eritrosit 4,52 P: 4,50-4,60
W:4,10-5,10
Leukosit 14,7 4-11
Hematocrit 37,1 P: 42-56
W:36-47
Trombosit 303.000 140.000-450.000

2.2.3 Terapi obat


No Obat Dosis
1 Infus Ns 500cc/24 jam
2 Injeksi cefftriaxon 2x1mg
3 Ondancentron 3x1mg
4 Injeksi ranitidin 2x1mg
5 Cimpro 2x1mg

2.2.4 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : klien mengatakan Faktor Ekstrinsik Nyeri akut
nyeri saat berkemih (Asupan air mengandung
Do : kapur)
 Nyeri timbul saat
berkemih Proses kristalisasi dan
 Nyeri seperti agresi substansi
ditusuk- tusuk
 Nyeri timbul di Pengendapan batu
perut bawah
 skala nyeri 7 Pembentukan Batu
Saluran Kemih

Respon Obstruksi
Penekanan pada saraf

Penekanan pada saraf

Mengaktifkan mediator
kimia (Histamin dan
bradikinin)

Menstimulasi pelepasan
prostaglandin di
hipotalamus

Nyeri
dipersepsikan(nyeri
kolik)

Nyeri Akut
2. Ds : Faktor ekstrinsik (asupan Gangguan
 klien mengatakan air mengandung kapur} eliminasi urine
sering bolak-balik
di WC(10 kali/24 proses kristalisasi dan
jam) untuk buang agresi substans
air kecil
 klien mengatakan penegendapan batu
setiap BAK saluran kemih
kencingnya keluar
sedikit-sedikit dan hambatan aliran urine
berwarna kuning
keruh tetapi tuntas gangguan eliminasi urine
meskipun merasa
sakit
Do :
TTV : 130/70 mmHg,
N:84x/menit ,RR:
16x/menit, S: 37,8°C.
skala nyeri 7.
 urine tampak
kuning keruh
 kandung kemih
tidak teraba

2.2.5 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
2. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih
2.2.5 Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Intervansi Implementasi Evaluasi


1 Nyeri akut Setelah dilakukan a) Kaji tingkat nyeri a) Mengkaji tingkat nyeri S:
berhubungan asuhan keperawatan pasien pasien dengan hasil Pasien mengatakan
dengan selama 3x24 jam b) Observasi TTV  P (Paliatif): nyeri nyeri sedikit berkurang
inflamasi diharapkan Nyeri akut (TD, dan nadi) saat berkemih jika dalam posisi tidur
berhubungan dengan c) Ajarkan teknik  Q (Quality): nyeri O:
inflamasi menurun. nonfarmakologi terasa seperti  Nyeri saat
Dengan kriteria hasil : (napas dalam, dan terbakar berkemih
 Keluhan nyeri massase)  R (Regio): nyeri  Nyeri terasa
berkurang d) Kolaborasi terasa berat pada seperti terbakar
 Meringis pemberian bagian genital saat  Nyeri terasa
menurun analgetik ketorolac berkemih dan berat pada
1 amp 30 mg pada bagian bagian genital
melalui IV suprapubik saat berkemih
 S (Scale): skala dan pada
nyeri: 4 bagian
 T (Time): nyeri suprapubik
terjadi saat  skala nyeri: 4
berkemih dan  Nyeri terjadi
berkurang saat saat berkemih
istirahat dan berkurang
b) TTV didapatkan TD: saat istirahat
130/70 mmHg, N: A :
84x/menit, RR: 16 Masalah keperawatan
x/menit, S: 37,6oC nyeri akut teratasi
c) Mengajarkan teknik sebagian
nonfarm akologi napas P :
dalam Lanjutkan dan
modifikasi intervensi

2 Gangguan Setelah dilakukan a) Kaji perubahan a) Mengkaji kaji S :


Eliminasi Urine asuhan keperawatan suhu tubuh pasien perubahan suhu tubuh Pasien mengatakan
berhubungan selama 3x24 jam b) Anjurkan pasien pasien didapatkan hasil masih terasa panas
dengan diharapkan gangguan menggunakan suhu tubuh pasien 37, badannya
obstruksi eliminasi urine hilang. pakaian yang tipis 6 0C O:
mekanik pada Dengan kriteria hasil : dan lepas jaket b) Mengananjurkan  akral pasien
kandung kemih  Belance cairan c) Kolaborasi pasien menggunakan panas
seimbang pemberian obat pakaian yang tipis dan  suhu pasien
 Intake cairan antibiotik dan lepas jaket 37,5
dalam rentang antipiretik c) berkolaborasi A:
normal pemberian obat Masalah keperawatan
antibiotik cefotaxim hipertermi teratasi
1x1gram / iv. sebagian
P:
Lanjutkan dan
modifikasi intervensi
BAB IV

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan tumbuh dan berkembang


biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai
infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Dalam
keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau
mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan
dengan membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada
pasien dengan simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar

dari 105/ml urin. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-
laki, pada wanita dapat terjadi pada semua umur, sedangkan pada laki-laki di
bawah umur 50 tahun jarang terjadi.

3.2. Saran

Dalam menangani penyakit pada sistem perkemihan diharapkan perawat dan


tenaga medis lainnya mampu memberikan asuhan sesuai prosedur yang ditetapkan
agar diperoleh hasil yang maksimal. Dan bagi calon tenaga kesehatan diharapkan
mampu menambah pengetahuannya tentang sistem Perkemihan khususnya
penyakit infeksi saluran kemih
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif, 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.


Jakarta. Salemba Medika

Nursalam, 2008. Asuhan kepeawatan pada Pasien dengan gangguan system


pekemihan. Jakarta. Salemba Medika

Purnomo B Basuki, 2003. Dasar-dasar Urologi. Jakarta Sagung Seto

Suharyanto, toto, 2009. Asuhan kepeawatan pada klien dengan gangguan system
pekemihan. Jakarta.TIM

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30750/5/Chapter%20I.2013.pdf

Anda mungkin juga menyukai