Disusun oleh :
Maulana Hamdani (1130223061)
Ayis Tandhi Kusuma (1130223050)
Susanti ,2005.) Sejalan dengan pendapat (Barrant & Topham ,2009 ) ISK
bakteri, virus, dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah bakteri
Escherichia coli (70-80%). Bakteri lain yang juga menyebabkan ISK adalah
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
bagian dalam).8 Bagian vesika urinaria terdiri dari: 1) Fundus, yaitu bagian
yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari
rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
verteks dan fundus. 3) Verteks, bagian yang maju kearah muka dan
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra
Klasifikasi ISK
Pada remaja dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan
klinik. ISK simtomatik dapat dibagi dalam dua bagian yaitu infeksi yang
demam, dan infeksi yang terbatas pada saluran kemih bawah (sistitis)
a. ISK bagian atas (upper UTI) merupakan ISK bagian atas terutama
b. ISK bagian bawah (lower UTI) adalah bila infeksi di vesika urinaria
(sistitis) atau uretra. Batas antara atas dan bawah adalah hubungan
vesikoureter.
stasis ataupun aliran balik (refluks) urin. Kelainan saluran kemih dapat
berupa batu saluran kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, kista ginjal,
bulibuli neurogenik, benda asing, dan sebagainya. ISK non spesifik adalah
ISK yang gejala klinisnya tidak jelas. Ada sebagian kecil (10-20%) kasus
merupakan 2 penyakit yang relatif sering terjadi pada semua usia mulai
dari bayi sampai orang tua. Prevalensi ISK meningkat secara signifikan dari
5%-10% pada usia 70 tahun dan menjadi 20% pada usia 80 tahun.3
Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada perempuan menjadi lebih tinggi
dalam saluran kemih.3 Angka kejadian ISK adalah 1:100 pertahun. Insiden
ISK meningkat pada anak menurun pada umur dewasa dan meningkat lagi
pada lansia.
jamur. 2 Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli (70-
80%). 1 Bakteri lain yang juga menyebabkan ISK adalah Enterobacter sp,
dengan virulensi rendah maupun jamur dapat sebagai penyebab ISK pada
memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki, dan kolonisasi uretra
berkembang biak secara cepat dan dapat menyebabkan sistitis. Bakteri ini
dapat terus naik ke saluran kemih melalui ureter dan menyebabkan infeksi
membengkak dan mungkin terdapat abses di medula jika infeksi pada rute
ascending, dan abses pada korteks jika infeksi melalui rute hematogen.6
spp. secara intravena. Basil gram negatif seperti E. coli dan P. aeruginosa
5%.
lokalisasi infeksi di dalam saluran kemih. Pada neonatus gejala ISK tidak
tidak mau makan, temperatur yang tidak stabil, perut gembung, Ikterus,
dll.
Gejala klinis
sebagai berikut a. Pielonefritis akut Pasien dengan biakan urin positif yang
akut. Febrile urinary tract infection adalah ISK yang disertai dengan
menggigil, gejala saluran cerna seperti mual, muntah, diare, dan nyeri
akut .Gejala lain dapat berupa nyeri abdomen, nyeri pada sudut
kostovertabrae seperti yang sering ditemukan pada anak besar dan remaja.
Tekanan darah pada umumnya masih normal meski dapat juga ditemukan
hipertensi. Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan kejang. Pada anak
usia muda dan bayi, selain demam, dapat ditemukan anak menangis kuat,
rewel, muntah, kesulitan makan, dan letargi. Disuria jarang ditemukan pada
bayi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar. Febrile UTI atau
sering terjadi pada anak dengan kelainan saluran kemih seperti kelainan
gangguan ginjal akut, dan dapat membutuhkan tata laksana dialisis, tetapi
jarang. Bakteremia ditemukan pada 4-9% bayi dengan ISK. Meningitis dapat
b. Sistitis . Pada satu penelitian pada 49 anak berusia 6-12 tahun yang
terbukti sistitis dengan biakan urin, ditemukan gejala yang paling sering
adalah disuria atau frekuensi (83%) diikuti enuresis (66%), dan nyeri
anak berusia 4 hingga 14 tahun dengan ISK berulang, didapatkan 110 (44%)
anak dengan manipulasi uretra.4 Sistitis biasanya ditandai nyeri pada perut
urin, dan enuresis. Meski dapat terjadi demam, tetapi demam jarang
melebihi 38 C
1. Biasakan minum air putih yang cukup setiap harinya yaitu sekitar 8 gelas
dalam sehari atau 2-2,5 liter air perhari. Minum air putih yang cukup dalam
kemih.
3. Hindari kebiasaan menahan Buang Air Kecil (BAK) Urin yang ditahan atau
secara teratur, minimal setiap dua hingga tiga jam saat terjaga untuk
setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air kecil (BAK). Gerakan
organ genital kering, tidak perlu digosok karena dapat menimbulkan iritasi.
parfum yang dapat mengiritasi uretra. Selain itu, produk pembersih organ
infeksi.
8. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari Menganti pakaian dalam secara
teratur minumal 2 kali sehari atau saat sehabis mandi atau pada saat
pakaian dalam lembab agar tidak terjadi berkembang biakan bakteri pada
pakaian dalam.
9. Gunakan pakaian dalam bersih yang terbuat dari katun dan selalu
dalam yang terbuat dari bahan katun lebih menyerap keringat sehingga
10. Hindari memakai celana jeans ketat dan stoking sintetik Pengunaan
celana yang ketat dapat mengurangi ventilasi udara dan dapat membuat
Metode Penelitian
yang dilakukan pada bulan Desember 2022. Jenis penelitian ini adalah
Hasil
Tabel 1
Laki-Laki 30 100%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa responden terdiri dari
Tabel 2
12-18tahun 30 100 %
Jumlah 30 100 %
Tabel 3
Jumlah 30 100 %
Pembahasan
pengetahuan pencegahan infesi saluran kemih yang cukup, Dari data yang
Kesimpulan
Khamida, S.Kep,Ns,M.Kep
1. Alatas, H., Tambunan, T., Trihono, P. P., & Pardede, S. O. (Eds.). (2002).
Buku Ajar Nefrologi Anak (2nd ed.). Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
2. Pardede, S. O. (2018). Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak:
Manifestasi Klinis dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 19.
3. Yuliana, I. (2020). Gambaran Kasus Infeksi Saluran Kemih berdasarkan Jenis
Kelamin, USIA. Retrieved November 20, 2022, from
http://librepo.stikesnas.ac.id/183/1/KTI.pdf
4. Pardede, S. O., Tambunan, T., Alatas, H., Trihono, P. P., & Hidayati, E. L.
(2011). Download -spesialis1ilmu kesehatan anak. Konsensus Infeksi Saluran
Kemih Pada Anak. Retrieved November 20, 2022, from
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/download
5. Bunga, P. A. R. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga
Dengan Perilaku Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Siswa/Siswi
SMAK Syuradikara Ende (Doctoral dissertation, STIK Sint carolus).
6. Claudia, A. (2019, November 1). Studi Penggunaan Antibiotik Golongan
Fluorokuinolon Pada Pasien infeksi Saluran Kemih (Penelitian dilakukan di
rsu dr. Saiful Anwar malang). Retrieved November 21, 2022, from
https://eprints.umm.ac.id/53912/
7. Fadhilah, N. (2020, October 13). Profil infeksi Saluran Kemih Pada anak di
rsup dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun2018. Retrieved November
21, 2022, from http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/1364/
8. Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada sistem perkemihan &
penatalaksanaan keperawatan. Deepublish.
9. Noer, M. S. (2008). Infeksi Saluran Kemih. In N. Soemiarso (Ed.III), Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Bagian Ilmu Kesehatan Anak (pp. 122–127). essay,
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.