Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL ILMIAH

MENCEGAH TERJADINYA INFEKSI


SALURAN KEMIH
KEPERAWATAN KOMUNITAS PESANTREN

DOSEN PENGAMPU : Netty Mawarda Hatmanti., S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :
Maulana Hamdani (1130223061)
Ayis Tandhi Kusuma (1130223050)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
Abstrak
Penceghan terjadinya infeksi saluran kemih ini sangat penting untuk
Santri. Infeksi Saluran kemih (ISK) merupakan salah satu infeksi yang sering
terjadi. Infeksi saluran kemih ini bisa di sebabkan dari seringnya menahan
kencing ,kurangnya hygiene genetalia dengan tidak mengganti pakaian dalam
setiap hari minimal 2x/hari ,kurangnya minum air putih, seringnya minuman
bersoda serta minuman yang menggandung kafein, alkohol dan soda karena
dapat menyebabkan iritasi pada kandung kemih , kurangnya pengetahuan
membersihkan alat kelamin, dan hindari memakai celana jeans yang ketat .Tujuan
penelitian : untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan mencegah
infeksi saluran kemih. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Penelitian ini di lakukan pada bulan November 2023. Subyek dalam penelitian ini
adalah 30 responden. Tehnik sampling menggunakan purposive sampling. Hasil
penelitian: di dapatkan hasil dari 30 responden dengan usia 12-15 tahun memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 14 orang (44,67%), sedangkan responden dengan
usia 16-18 tahun memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 orang (53,33%).
Simpulan: Semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh santri tentang
pencegahan infeksi saluran kemih maka tindakan pencegahan juga berlangsung
baik , sebaliknya jika santri memiliki pengetahuan buruk tentang pencegahan
infeksi saluran kemih maka tindakan pencegahan penyakit juga berlangsung buruk
Pendahuluan

Pengertian Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai

untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih

(Purnomo,2003) ISK adalah salah satu penyakit yang sering ditemukan di

masyarakat termasuk di negara maju ( Gusrianty, Hartinah &

Susanti ,2005.) Sejalan dengan pendapat (Barrant & Topham ,2009 ) ISK

adalah sebuah kondisi medis umum yang mengakibatkan angka morbiditas

dan mortalitas yang signifikan.

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah tumbuh dan berkembang

biaknya bakteri atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah

bakteriuria yang bermakna. Bakteriuria bermakna yaitu bila ditemukan

pada kultur urin pertumbuhan bakteri sejumlah > 100.000 koloni / ml

urin.1 Infeksi saluran kemih disebabkan berbagai jenis mikroba, seperti

bakteri, virus, dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah bakteri

Escherichia coli (70-80%). Bakteri lain yang juga menyebabkan ISK adalah

Enterobacter sp, Proteus mirabilis, Providencia stuartii, Morganella

morganii, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa,

Staphylococcus epidermidis, Streptococcus faecalis, dan bakteri lainnya.2

Menurut WHO (2011) terdapat sebanyak 25 juta kematian diseluruh

dunia, sepertiganya disebabkan oleh penyakit ISK. Sedangkan menurut

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2016) jumlah penderita ISK di

Indonesia masih cukup banyak, mencapai 90-100 kasus per 100.000


penduduk pertahunya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon

karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk

kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,

berhubungan ligamentum vesika umbilikalis medius. Dinding kandung

kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitum peritonium (lapisan sebelah

luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan

bagian dalam).8 Bagian vesika urinaria terdiri dari: 1) Fundus, yaitu bagian

yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari

rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus

deferent, vesika seminalis dan prostate. 2) Korpus, yaitu bagian antara

verteks dan fundus. 3) Verteks, bagian yang maju kearah muka dan

berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.8 1

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung

kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra

berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian

menembusan lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis

panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri dari: Uretra Prostatica,

Uretra membranosa dan Uretra kavernosa. Lapisan uretra laki-laki terdiri

dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submucosa.

Klasifikasi ISK

Pada remaja dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan

kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan menjadi ISK


asimtomatik dan simtomatik.

a. ISK asimtomatik ialah bakteriuria tanpa gejala.

b. ISK simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria disertai gejala dan tanda

klinik. ISK simtomatik dapat dibagi dalam dua bagian yaitu infeksi yang

menyerang parenkim ginjal, disebut pielonefritis dengan gejala utama

demam, dan infeksi yang terbatas pada saluran kemih bawah (sistitis)

dengan gejala utama berupa gangguan miksi seperti disuria, polakisuria,

kencing mengedan (urgency).

Berdasarkan lokasi infeksi

ISK dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah.

a. ISK bagian atas (upper UTI) merupakan ISK bagian atas terutama

parenkim ginjal, lazimnya disebut sebagai pielonefritis

b. ISK bagian bawah (lower UTI) adalah bila infeksi di vesika urinaria

(sistitis) atau uretra. Batas antara atas dan bawah adalah hubungan

vesikoureter.

Berdasarkan kelainan saluran kemih

ISK dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks.

a. ISK simpleks (simple UTI, uncomplicated UTI) adalah infeksi pada

saluran kemih yang normal tanpa kelainan struktural maupun fungsional

saluran kemih yang menyebabkan stasis urin.

b. ISK kompleks (complicated UTI) adalah ISK yang disertai dengan

kelainan anatomik dan atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan

stasis ataupun aliran balik (refluks) urin. Kelainan saluran kemih dapat
berupa batu saluran kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, kista ginjal,

bulibuli neurogenik, benda asing, dan sebagainya. ISK non spesifik adalah

ISK yang gejala klinisnya tidak jelas. Ada sebagian kecil (10-20%) kasus

yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis, baik berdasarkan

gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang yang tersedia.4 2.4

Epidemiologi3 Menurut WHO (2011) terdapat sebanyak 25 juta kematian

diseluruh dunia, sepertiganya disebabkan oleh penyakit ISK. Sedangkan

menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2016) jumlah

penderita ISK di Indonesia masih cukup banyak, mencapai 90-100 kasus

per 100.000 penduduk pertahunya atau sekitar 180.000 kasus baru

pertahun.3 Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information

Clearinghouse (2011), Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan jenis infeksi

kedua yang paling umum terjadi di dalam tubuh. Di Indonesia ISK

merupakan 2 penyakit yang relatif sering terjadi pada semua usia mulai

dari bayi sampai orang tua. Prevalensi ISK meningkat secara signifikan dari

5%-10% pada usia 70 tahun dan menjadi 20% pada usia 80 tahun.3

Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada perempuan menjadi lebih tinggi

dibandingkan pada laki-laki. Hal ini disebabkan karena anatomi saluran

kemih perempuan memiliki uretra yang lebih pendek dibandingkan

dengan laki-laki, selain itu organ perkemihan perempuan lebih dekat

dengan anus dan vagina, sehingga mikroorganisme akan mudah masuk ke

dalam saluran kemih.3 Angka kejadian ISK adalah 1:100 pertahun. Insiden

ISK meningkat pada anak menurun pada umur dewasa dan meningkat lagi
pada lansia.

Infeksi saluran kemih diIndonesia prevalensinya tinggi. Jumlah

penderita ISK di Indonesia adalah 95kasus/ 104 penduduk pertahunnya

atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun.

Etiologi Infeksi saluran kemih

Disebabkan berbagai jenis mikroba, seperi bakteri, virus, dan

jamur. 2 Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli (70-

80%). 1 Bakteri lain yang juga menyebabkan ISK adalah Enterobacter sp,

Proteus mirabilis, Providencia stuartii, Morganella morganii, Klebsiella

pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis,

Streptococcus faecalis, dan bakteri lainnya. Bakteri Proteus dan

Pseudomonas sering dikaitkan dengan ISK berulang.2 Bakteri patogen

dengan virulensi rendah maupun jamur dapat sebagai penyebab ISK pada

pasien dengan imunokompromais. Infeksi Candida albicans relatif sering

sebagai penyebab ISK pada imunokompromais dan yang mendapat

antimikroba jangka lama.

Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih

Patofisiologi Bakteri masuk ke saluran kemih dan menyebabkan

infeksi dengan cara ascending dan hematogen. Rute ascending terjadi

ketika bakteri yang mengkolonisasi uretra kemudian bergerak ke atas atau

naik dari uretra ke kandung kemih dan menyebabkan sistitis. Perempuan

memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki, dan kolonisasi uretra

perempuan kemungkinan karena kedekatannya dengan daerah perirectal.


Penggunaan agen spermisida meningkatkan kolonisasi vagina dengan

uropathogen. Setelah bakteri mencapai kandung kemih, bakteri

berkembang biak secara cepat dan dapat menyebabkan sistitis. Bakteri ini

dapat terus naik ke saluran kemih melalui ureter dan menyebabkan infeksi

yang lebih rumit, seperti pielonefritis. Pada pielonefritis akut, ginjal

membengkak dan mungkin terdapat abses di medula jika infeksi pada rute

ascending, dan abses pada korteks jika infeksi melalui rute hematogen.6

Rute hematogen terjadi melalui pertumbuhan patogen di saluran kemih

yang dibawa oleh suplai darah. Patogen-patogen ini mewakili infeksi di

beberapa bagian utama lain pada tubuh. Seperti bakteri Staphylococcus

aureus yang dapat menyebabkan abses ginjal melalui rute hematogen,

dan pielonefritis dapat terjadi secara eksperimental pada kelinci dengan

injeksi bakteri Salmonella spp., Mycobacterium tuberculosis, atau Candida

spp. secara intravena. Basil gram negatif seperti E. coli dan P. aeruginosa

jarang menyebabkan infeksi ginjal melalui rute hematogen. Secara

keseluruhan, ISK yang terdokumentasi karena rute hematogen kurang dari

5%.

Manifestasi Infeksi Saluran Kemih

Manifestasi klinis Gejala ISK bergantung dari umur penderita dan

lokalisasi infeksi di dalam saluran kemih. Pada neonatus gejala ISK tidak

spesifik, seperti: pertumbuhan yang lambat, muntah, mudah terangsang,

tidak mau makan, temperatur yang tidak stabil, perut gembung, Ikterus,

dll.
Gejala klinis

Yang timbul sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi,

sebagai berikut a. Pielonefritis akut Pasien dengan biakan urin positif yang

disertai demam mengindikasikan infeksi parenkim ginjal atau pielonefritis

akut. Febrile urinary tract infection adalah ISK yang disertai dengan

demam biasanya merupakan pielonefritis akut. Pada pielonefritis atau

febrile urinary tract infection dapat dijumpai demam tinggi disertai

menggigil, gejala saluran cerna seperti mual, muntah, diare, dan nyeri

pinggang. Demam dapat merupakan satu-satunya gejala pielonefritis

akut .Gejala lain dapat berupa nyeri abdomen, nyeri pada sudut

kostovertabrae seperti yang sering ditemukan pada anak besar dan remaja.

Tekanan darah pada umumnya masih normal meski dapat juga ditemukan

hipertensi. Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan kejang. Pada anak

usia muda dan bayi, selain demam, dapat ditemukan anak menangis kuat,

rewel, muntah, kesulitan makan, dan letargi. Disuria jarang ditemukan pada

bayi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar. Febrile UTI atau

pielonefritis yang menyebabkan sepsis sering disebut sebagai urosepsis dan

sering terjadi pada anak dengan kelainan saluran kemih seperti kelainan

obstruktif atau refluks vesikoureter. Pielonefritis akut dapat menyebabkan

gangguan ginjal akut, dan dapat membutuhkan tata laksana dialisis, tetapi

jarang. Bakteremia ditemukan pada 4-9% bayi dengan ISK. Meningitis dapat

terjadi sebagai komplikasi urosepsis terutama pada bayi < 3 bulan

b. Sistitis . Pada satu penelitian pada 49 anak berusia 6-12 tahun yang
terbukti sistitis dengan biakan urin, ditemukan gejala yang paling sering

adalah disuria atau frekuensi (83%) diikuti enuresis (66%), dan nyeri

abdomen (39%) Inkontinensia urin termasuk gejala sistitis yang sering

ditemukan terutama pada perempuan. Pada satu penelitian terhadap 251

anak berusia 4 hingga 14 tahun dengan ISK berulang, didapatkan 110 (44%)

anak perempuan mengalami inkontinensia urin. Hematuria gros sering

dilaporkan sebagai gejala sistitis bakterilalis yang didapatkan pada 26%

pasien ISK berusia 1 hingga 16 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.

Penelitan juga melaporkan hematuria lebih sering terjadi pada laki-laki

(43%) dibandingkan dengan perempuan (9%) Sistitis dapat terjadi pada

anak dengan manipulasi uretra.4 Sistitis biasanya ditandai nyeri pada perut

bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu

berkemih, rasa diskomfor suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih, retensio

urin, dan enuresis. Meski dapat terjadi demam, tetapi demam jarang

melebihi 38 C

Pencegahan Infeksi Saluran Kemih

1. Biasakan minum air putih yang cukup setiap harinya yaitu sekitar 8 gelas

dalam sehari atau 2-2,5 liter air perhari. Minum air putih yang cukup dalam

sehari dapat membantu mengeluarkan bakteri yang ada didalam kandung

kemih.

2. Hindari kafein, alkohol dan minuman bersoda Hindari minum minuman

yang menggandung kafein, alkohol dan soda karena dapat menyebabkan

iritasi pada kandung kemih sehingga memudahkan bakteri untuk masuk ke


dalam kandung kemih.

3. Hindari kebiasaan menahan Buang Air Kecil (BAK) Urin yang ditahan atau

tidak dikeluarkan akan menyebabkan mikroorganisme yang ada di dalam

kandung kemih dapat bertumbuh dan memperbanyak diri. Berkemihlah

secara teratur, minimal setiap dua hingga tiga jam saat terjaga untuk

membilas kandung kemih

4. Membasuh atau membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang

setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air kecil (BAK). Gerakan

membasuh atau membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang dapat

mencegah bakteri dari anus masuk ke dalam uretra.

5. Hindari menggunakan air yang sudah tertampung dibak atau ember

untuk membasuh alat kelamin, gunakan air langsung dari kran.

6. Mengeringkan organ genital setelah BAB dan BAK Mengeringkan organ

genital dapat dilakukan menggunakan handuk yang bersih dan memiliki

permukaan yang lembut. Tempelkan handuk pada organ genital hingga

organ genital kering, tidak perlu digosok karena dapat menimbulkan iritasi.

7. Hindari penggunaan sabun atau cairan pembersih organ genitalia Sabun

atau cairan pembersih organ genitalia biasanya mengandung pewangi atau

parfum yang dapat mengiritasi uretra. Selain itu, produk pembersih organ

genitalia dapat menganggu pH vagina sehingga dapat memicu iritasi dan

infeksi.

8. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari Menganti pakaian dalam secara

teratur minumal 2 kali sehari atau saat sehabis mandi atau pada saat
pakaian dalam lembab agar tidak terjadi berkembang biakan bakteri pada

pakaian dalam.

9. Gunakan pakaian dalam bersih yang terbuat dari katun dan selalu

mencuci celana dalam yang baru sebelum menggunakannya. Pakaian

dalam yang terbuat dari bahan katun lebih menyerap keringat sehingga

membuat area genital tidak lembab.

10. Hindari memakai celana jeans ketat dan stoking sintetik Pengunaan

celana yang ketat dapat mengurangi ventilasi udara dan dapat membuat

keringat terperangkap didaerah genital sehingga dapat mendorong

perkembangbiakan bakteri dan jamur.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok PesantrenAl Fithrah Surabaya

yang dilakukan pada bulan Desember 2022. Jenis penelitian ini adalah

deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan sampel

menggunakan teknik simple random sampling. Dengan jumlah sampel

sesuai santri sebanyak 30 orang.

Data didapatkan dengan menggunakan kuesioner penelitian.

Hasil

Tabel 1

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Laki-Laki 30 100%

Jumlah 30 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa responden terdiri dari

laki-laki sebanyak 30 responden( 100 % )

Tabel 2

Tingkat Usia Responden

Umur Frekuensi Presentase

12-18tahun 30 100 %

Jumlah 30 100 %

Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa responden terdiri dari

umur 12-18 tahun sebanyak 30 responden( 100 % )

Tabel 3

Tingkat Pengetahuan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih

Tingkat Frekuensi Presentase

Pengetahuan cukup 14 44,67 %

Pengetahuan baik 16 53,33 %

Jumlah 30 100 %

Berdasarkan table diatas di dapatkan bahwa respon dengan tingkat

pengetahuan pencegahan Infeksi Saluran Kemih dengan cukup sebanyak 14

responden (44,67%), respon dengan tingkat pengetahuan penceghan Infeksi

Saluran Kemih dengan baik sebanyak 16 responden (53,33 %),

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren darussalam Surabaya


dengan total 30 responden. Respon terdiri dari 30 orang dengan rentan usia

12-18 tahun. Setelah dilakukan pengisian kuesioner didapatkan hasil 14

responden dengan tingkat pengetahuan cukup 16 responden dengan tingkat

pengetahuan pencegahan infesi saluran kemih yang cukup, Dari data yang

diperoleh tingkat pengetahuan para santri tentang pemgetahuan

pencegahan infeksi saluran kemih yang cukup baik

Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat di simpulkan bahwa sebagian besar

santri Pondok Pesantren Darussalam Surabaya mempunyai pengetahuan

yang cukup baik tentang Pencegahan Infeksi Saluran Kemih .

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :

a. Dekan Program Studi Keperawatan dan Kebidanan UNUSA Ibu

Khamida, S.Kep,Ns,M.Kep

b. Ka Prodi Keperawatan UNUSA Ibu NurJanah, S.Kep,Ns. M.Kep

c. Dosen Wali Ibu Nur Aini,S.Kep,Ns,M.Kep

d. Dosen Pembimbing Praktek Keperawatan Komunitas Pesantren ibu

Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep,Ns.M.Kep.

e. Teman – Teman RPL Kelompok Praktek Pesantren.

f. Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Surabaya


Daftar Pustaka

1. Alatas, H., Tambunan, T., Trihono, P. P., & Pardede, S. O. (Eds.). (2002).
Buku Ajar Nefrologi Anak (2nd ed.). Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
2. Pardede, S. O. (2018). Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak:
Manifestasi Klinis dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 19.
3. Yuliana, I. (2020). Gambaran Kasus Infeksi Saluran Kemih berdasarkan Jenis
Kelamin, USIA. Retrieved November 20, 2022, from
http://librepo.stikesnas.ac.id/183/1/KTI.pdf
4. Pardede, S. O., Tambunan, T., Alatas, H., Trihono, P. P., & Hidayati, E. L.
(2011). Download -spesialis1ilmu kesehatan anak. Konsensus Infeksi Saluran
Kemih Pada Anak. Retrieved November 20, 2022, from
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/download
5. Bunga, P. A. R. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga
Dengan Perilaku Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Siswa/Siswi
SMAK Syuradikara Ende (Doctoral dissertation, STIK Sint carolus).
6. Claudia, A. (2019, November 1). Studi Penggunaan Antibiotik Golongan
Fluorokuinolon Pada Pasien infeksi Saluran Kemih (Penelitian dilakukan di
rsu dr. Saiful Anwar malang). Retrieved November 21, 2022, from
https://eprints.umm.ac.id/53912/
7. Fadhilah, N. (2020, October 13). Profil infeksi Saluran Kemih Pada anak di
rsup dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun2018. Retrieved November
21, 2022, from http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/1364/
8. Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada sistem perkemihan &
penatalaksanaan keperawatan. Deepublish.
9. Noer, M. S. (2008). Infeksi Saluran Kemih. In N. Soemiarso (Ed.III), Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Bagian Ilmu Kesehatan Anak (pp. 122–127). essay,
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.

Anda mungkin juga menyukai