OLEH:
EKA WAHYU RIFANI MEILIADEWI
NIM. P07120320004
PROFESI NERS KELAS A
Kemih perkemihan
Resistensi terhadap
Berkembangbiak
kandung kemih merusak sel saluran
menurun perkemihan
Pertumbuhan bakteri
ISK
Gangguan fungsi
Hospitalisasi
ginjal Pembengkakan sumbatan
NYERI AKUT saluran perkmihan
Perubahan Status
Kesehan
Penimbunan cairan
Menstimulus pusat
bertekanan dalam ureter
jaga Kurangnya Informasi
tentang penyakitnya
REM menurun Urin tidak bisa keluar
DEFISIT
Pusat jaga lebih besar Retensi urine
PENGETAHUAN
dari pada pusat tidur
GANGGUAN ELIMINASI
URINE
GANGGUAN POLA
8. GEJALA PENYAKIT
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang
air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (Permenkes, 2011) Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu
diketahui atau ditemukan pada penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan
kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test.
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL.
Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif nitrit pada
dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif
tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar 50% untuk infeksi saluran kemih.
Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin (piuria) adalah indikator yang paling
dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC / hpf pada spesimen berputar) adalah 95%
sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL
pada kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK.
a. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
1) Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2) Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
3) Hematuria
4) Nyeri punggung dapat terjadi
b. Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
1) Demam
2) Menggigil
3) Nyeri panggul dan pinggang
4) Nyeri ketika berkemih
5) Malaise
6) Pusing
7) Mual dan muntah
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
a. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
2) Urine kultur :
a) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya:
streptococcus, E. Coli, dll
b) Menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
4) Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
5) Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih. (Ayu, 2018)
6) Infestigasi lanjutan harus berdasarkan ndikasi klinis (lihat tabel) :
7) USG.
8) Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystagram.
9) Isotop scaning.
Indikasi Infestigasi Lanjutan Setalah ISK
ISK kambuh (relapsing infection)
Pasien laki-laki
Gejala urologic : kolik ginjal, pluria, hematuria
Hematuria persisten
Mikroorganisme (MO) jarang : Pseudomonas spp dan Proteus spp
ISK berulang dengan interval kurang dari 6 minggu
3) Perilaku
a) KebersihanDiri
1. Penampilan umum
2. ADL (Activity Daily Live)
3. Kebersiahn mandi
4. Frekuensi Mandi
b) Penyuluhan&Pembelajaran
Klien dan keluarga di edukasi mengenai penyakit yang di derita.
4) Relasional
a) InteraksiSosial
1. Status perkawinan
2. Hubungan dalam masyarakat
3. Pola interaksi keluarga
4. Komunikasi verbal dan non verbal
5) Lingkungan
a) LingkungandanProteksi
Lingkungan Klien bersih dan safety bed terpasang dengan baik dan keluarga
klien mengerti cara menjaga keselamatan pasien
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kadung kemih, efek tindakan
dan diagnostik, ketidakmampuan mengaksess toilet (mis imobilisasi) ditandai
dengan urgensi, dribbling, sering buang air kecil, nokturia, mengompol, inureksis,
distaksi kadung kemih, hesitancy, volume risidu urine meningkat.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera (fisiologis, kimiawi, fisik) ditandai
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersifat protrktif, gelisah, retensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah,proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaforesis.
c. Gangguan Pola Tidur berhungan dengan hambatan lingkungan ( mis kleembaban
lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal pemantauan /pemeriksaan/tindakan ), kurang kontrol tidur, kurang privasi,
restrain fisik, ketiadaan teman tidur, tidak familiar dengan peralatan tidur, ditandai
dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur,
mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh
kemampuan aktifitas menurun.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menanyakan masalah yang dihaapi, menunjukan prilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukan presepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan prilaku berlebihan
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi Urine
berhubungan dengan iritasi keperawatan selama ...x 24 Observasi
kadung kemih, efek tindakan dan jam, diharapkan Eliminasi Identifikasi tanda dan
diagnostik, ketidakmampuan Urine membaik, dengan gejala atau
mengaksess toilet (mis kriteria hasil : inkontinensia urine.
imobilisasi) ditandai dengan Sensasi berkemih (5) Identifikasi faktor yang
urgensi, dribbling, sering buang Desakan berkemih menyebabkan retensi
air kecil, nokturia, mengompol, (Urgensi) (5) atau inkontinensia
inureksis, distaksi kadung kemih, Distensi kandung urine.
hesitancy, volume risidu urine kemih (5) Monitor eliminasi urine
meningkat. Berkemih tidak (mis. frekuensi,
tuntas (Hesitancy) konsistensi, aroma,
Gejala dan Tanda (5) volume, dan warna).
Mayor: Volume residu urine Terapeutik
Subjektif : (5) Catat waktu-waktu dan
Desakan Berkemih Urine menetes haluaran berkemih.
(Urgensi) (Dribbling) (5) Batasi asupan cairan,
Urine Menetes Nokturia (5) jika perlu.
(Dribbling) Mengompol (5) Ambil sampel urine
Sering Buang Air Kecil Enuresis (5) tengah (midstream)
Nokturia Disuria (5) atau kultur.
Mengompol Anuna (5) Edukasi
Enuresis Frekuensi BAK (5)
Objektif : Karakteristik urino Ajarkan tanda dan
Distensi Kandung Kemih (5) gejala infeksi saluran
Berkemih Tidak Tuntas kemih.
(Hesitancy) Ajarkan mengukur
Volume Residu Urine asupan cairan dan
Meningkat haluaran urine.
Minor: - Ajarkan mengambil
spesimn urine
midstream.
Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih.
Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot-otot
panggul/berkemihan.
Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi.
Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu.
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
agen pecendera (fisiologis, keperawatan selama ...x24 Observasi
kimiawi, fisik) ditandai dengan jam, maka Tingkat Nyeri 1. Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri, tampak Menurun, dengan kriteria karakteristik, durasi,
meringis, bersifat protrktif, hasil : frekuensi, kualitas,
gelisah, retensi nadi meningkat, 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
sulit tidur, tekanan darah 5 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat, pola napas berubah, 2. Ekspresi wajah 3. Identifikasi respons nyeri
nafsu makan berubah,proses meringis menurun 5 non verbal
berfikir terganggu, menarik diri, 3. Sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang
berfokus pada diri sendiri, menurun 5 memperberat dan
diaforesis. 4. Kesulitan tidur memperingan nyeri
Gejala dan Tanda menurun 5 5. Identifikasi pengetahuan
Mayor : 5. Frekuensi nadi dan keyakinan terhadap
Subjektif membaik 5 nyeri
1. Mengeluh nyeri 6. Pola napas membaik 5 6. Identifikasi pengaruh
Objektif 7. Tekanan darah budaya terhadap respons
1. Tampak meringis membaik 5 nyeri
2. Bersikap protektif (mis. 8. Nafsu makan membaik 7. Identifikasi pengaruh nyeri
Waspada, posisi 5 pada kualitas hidup
menghindari nyeri) 9. Pola tidur membaik 5 8. Monitor keberhasilan
3. Gelisah terapi komplementer yang
4. Frekuensi nadi meningkat sudah diberikan
5. Sulit tidur 9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Minor : Terapeutik
Subjektif 1. Berikan teknik
(tidak tersedia) nonfarmakologis untuk
Objektif mengurangi rasa nyeri
1. Tekanan darah meningkat (mis. TENS, hipnosis,
2. Pola napas berubah akupresur, terapi musik,
3. Nafsu makan berubah biofeedback, terapi pijat,
4. Proses berpikir terganggu aromaterapi, teknik
5. Menarik diri imajinasi terbimbing,
6. Berfokus pada diri sendiri kompres hangat/dingin,
7. Diaforesis terapi bermain.)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan Pola tidur Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama :
berhubungan dengan hambatan keperawatan selama ...x 24 Dukungan tidur
lingkungan (mis. Kelembaban jam, maka Pola tidur, Tindakan :
lingkungan sekitar, suhu dengan kriteria hasil : Obsevasi :
lingkungan , kebisingan , bau 1. Keluhan sulit tidur 1. Identifikasi pola
tidak sedap, jadwal pemantauan (5) aktifitas dan pola tidur.
/pemeriksaan/tindakan ), kurang 2. Keluhan sering 2. Identifikasi factor
privasi, kurang control tidur, terjaga (5) pengganggu tidur.
tidak familiar dengan peralatan 3. Keluhan tidak puas 3. Identifikasi makanan
tidur ditandai dengan : tidur (5) dan minuman yang
4. Keluhan pola tidur mengganggu tidur.
berubah (5) 4. Identifikasi obat tidur
Gejala dan Tanda Mayor : yang dikonsumsi.
Subjektif : 5. Keluhan istirahat Terapeutik :
1. Mengeluh sulit tidur. tidak cukup (5) 1. Modifikasi lingkungan
2. Mengeluh sering terjaga. 6. Kemmpuan 2. Batasi waktu tidur
3. Mengeluh tudak puas beraktivitas (5) siang, jika perlu.
tidur. 3. Fasilitasi
4. Mengeluh pola tidur menghilangkan stress
berubah. sebelum tidur
5. Mengeluh istirahat tidak 4. Tetapka jadwal tidur
cukup. rutin.
Objektif : - 5. Lakukan prosedur
Gejala dan Tanda Minor : untuk meningkatkan
Subjektif : kenyamanan.
1. Mengeluh kemampuan Edukasi :
aktivitas menurun. 1. Jelaskan pentingnya
Objektif : - tidur cukup selama
sakit.
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur.
3. Anjurkan menghindari
makanan / minuman
yang mengganggu
tidur.
4. Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM.
5. Ajarkan factor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur.
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi
lainnya.
C. DAFTAR PUSTAKA
Ayu, D. (2018). Studi penggunaan antibiotik ciprofloxacin pada pasien infeksi saluran kemih.
6–23.
Irawan, E., & Hilman, D. A. N. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Saluran Kemih ( Isk
)( Literature Review ). (April), 2013–2016.
Mawaddah, I. (2018). Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Dengan Masalah Eliminasi Urine.
Mochtar, C. A., & Noegroho, B. S. (2015). Infeksi saluran kemih (ISK) non komplikata pada
dewasa. In Guideline penatalaksanaan infeksi saluran kemih dan genitalia pria 2015.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi (SDKI) (I).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
Suharyanto, Toto dan Abdul Madjid. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media
Sukandar, E. 2006. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit IPD FK UI.